Anda di halaman 1dari 21

BAB I

DEFENISI

A. Pengertian
Ambulance adalah kendaraan transportasi gawat darurat medis khusus orang
sakit tau cedera yang digunakan untuk membawanya dari satu tempat ketempat
lain guna perawatan lebih lanjut. Dilengkapi dengan peralatan medis dan sirene
Transportasi merupakan kegiatan pemindahan pasien dari suatu tempat ke
tempat lain. Transportasi sangat memegang peranan penting dalam
pengembangan suatu Rumah Sakit

B. Tujuan
Untuk menjadikan pelayanan di bidang transportasi rumah sakit dapat berjalan
optimal, efektif dan efisien baik bagi pengemudi maupun semua pihak yang
dilayani

C. Fungsi Ambulance
Ambulance RSIA Catherine Booth Makassar berfungsi sebagai:
1. Ambulance transport
2. Ambulance gawat darurat

1
BAB II
RUANG LINGKUP

A. JENIS AMBULANCE
1. Ambulance Transport
Tujuan penggunaan :
Pengangkutan penderita yang tidak memerlukan perawatan khusus / tindakan
darurat untuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak akan timbul
kegawatan selama dalam perjalanan. Yang termasuk dalam pelayanan ini
adalah :
1. Mengantar pasien untuk melakukan pemeriksaan / pelayanan
kesehatan dan merujuk ke rumah sakit lain.
Saat Ambulance difungsikan sebagai Ambulance transport, persyaratan
petugas pendamping pasien, yaitu:
- 1 (satu) supir dengan kemampuan Bantuan Hidup dasar (BHD)
- 1 (satu) perawat dengan kemampuan Bantuan Hidup Dasar (BHD)

2. Ambulance Gawat Darurat


Tujuan Penggunaan :
Pengangkutan penderita yang memerlukan perawatan khusus / tindakan
darurat untuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan akan timbul kegawatan
selama dalam perjalanan. Yang termasuk dalam pelayanan ini adalah
1) Pertolongan penderita gawat darurat pra rumah sakit
2) Menjemput pasien dari rumah
3) Menjemput pasien rujukan dari rumah sakit lain
4) Pengangkutan penderita gawat darurat yang sudah distabilkan dari
lokasi kejadian ke tempat tindakan definitif atau ke rumah sakit
5) Sebagai kendaraan transport rujukan.

Persyaratan petugas Ambulance gawat darurat :

2
1) 1 (satu) pengemudi yang memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM) A dan
berkemampuan Bantuan Hidup Dasar (BHD)
2) 1 (satu) atau 2 (dua) perawat bersertifikat Bantuan Hidup Dasar
(BHD) dan BTCLS
3) 1 (satu) dokter berkemampuan bersertifikat Advanced Trauma Life
Support (ATLS) / Advanced Life Support ( ACLS).

B. SPESIFIKASI AMBULANCE PASIEN


1. Teknis Kendaraan
1) Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak
2) Tanda pengenal kendaraan : di depan - AMBULANCE, disamping
kanan dan kiri tertulis : Ambulance dan logo RSIA Catherine Booth
makassar.
3) Menggunakan pendingin udara dengan pengendali di ruang pengemudi.
4) Pintu belakang dapat dibuka ke arah atas.
5) Dilengkapi sabuk pengaman bagi pengemudi dan keluarga pasien
6) Ruang penderita cukup luas untuk sekurangnya satu tandu..
7) Ruang penderita cukup tinggi sehingga petugas dapat leluasa melakukan
tindakan
8) Gantungan infus terletak sekurang-kurangnya 90 cm di atas tempat
penderita
9) Lampu ruangan secukupnya.
10) Lemari obat dan peralatan
11) Sirine dua nada
12) Lampu rotator warna merah dan biru
13) Radio komunikasi dan telepon genggam di ruang kemudi
14) Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia

2. Peralatan Medis
1) Tabung oksigen lengkap dengan peralatannya.
2) Alat resusitasi lengkap bagi dewasa dan anak/ bayi
3) Neopuff
4) Oximetri
5) Sarung tangan disposable
6) Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya
7) Tensi ,stetoskop,spatel,senter,
8) Nierbekken/bengkok
3. Tata Tertib Kendaraan

3
1) Saat menuju ke tempat penderita boleh menghidupkan sirine dan lampu
rotator. Selama mengangkut penderita hanya lampu rotator yang
dihidupkan
2) Mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku
3) Kecepatan kendaraan kurang dari 40 km di jalan biasa, 80 km di jalan
bebas hambatan.
4) Petugas membuat/ mengisi laporan selama perjalanan yang disebut
dengan lembar catatan penderita yang mencakup identitas, waktu dan
keadaan penderita setiap 15 menit.
5) Petugas memakai seragam Ambulance dengan identitas yang jelas.
Setelah selesai melakukan transportasi harus langsung menuju Rumah
Sakit.
6) Penggunaan ambulance harus sesuai fungsi dari masing-masing
ambulance
a. Ambulance transport
Pengangkutan penderita yang tidak memerlukan perawatan
khusus / tindakan daruratnuntuk menyelamatkan nyawa dan
diperkirakan tidak akan timbul kegawatan selama dalam
perjalanan.
b. Ambulance gawat darurat
Pengangkutan penderita gawat darurat yang sudah di stabilkan ke
tempat pelayanan devinitive. Pasien memerlukan pengawasan
medic khusus dan memungkinkan tindakan resusitasi dalam
perjalanan rujukan
7) Penggunaan ambulance untuk transportasi diluar ketentuan tsb seperti
antar jemput dokter, atau perawat dan lain-lain harus mendapat
persetujuan Direktur utama.
8) Tariff pelayanan mengacu pada tariff pelayanan ambulance yang
dikelauarkan oleh rumah sakit

4
BAB III
TATA LAKSANA

A. TATA LAKSANA PENGOPERASIAN KENDARAAN AMBULANCE


1. Aturan di jalan
Ambulance memiliki hak-hak khusus saat menggunakan jalan, jika
digunakan untuk respon gawat darurat. Hak-hak khusus tidak berlaku jika
tidak dalam respon gawat darurat. Menurut UU No. 22 Tahun 2009 pasal
134, pengguna jalan yang memperoleh hak utama untuk didahulukan
sesuai dengan urutan berikut :
a. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas
b. Ambulance yang mengangkut orang sakit
c. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan lalu lintas
d. Kendaraan pimpinan lembaga Negara Republik Indonesia
e. Kendaraan pimpinan dan pejabat Negara Asing serta lembaga
internasional yang menjadi tamu Negara.

5
f. Iring-iringan pengantar jenasah
g. Konvoi dan atau kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut
pertimbangan petugas kepolisian Negara Republik Indonesia.
h. Respon gawat darurat ini harus di tunjukkan dengan menghidupkan
alat peringatan (warning device) berupa sirene dan lampu rotator.
Sebagaimana bunyi UU No.22 tahun 2009
i. Resiko kecelakaan tetap ada, sehingga pengemudi tetap harusd
memiliki kewaspadaan tinggi, memperdulikan keselamatan pengemudi
lain dan tidak ceroboh.
j. Hak-hak khusus ini meliputi :
- Memarkir kendaraan dimanapun selama tidak membahayakan
orang lain dan tidak merusak hak milik orang lain.
- Melewati lampu merah dan tanda berhenti lain
- Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkan selama
tidak membahayakan nyawa orang lain
- Mendahului kendaraan lain di daerah larangan, mendahului
setelah member sinyal yang tepat, memastikan jalur aman dan
menghindari hal-hal yang dapat membahayakan nyawa dan harta
benda
- Mengabaikan arah jalur dan aturan belokm setelah member
sinyal yang tepat.
2. Penggunaan Alat Peringatan (Warning Device)
Alat peringatan bukanlah segalanya, penelitian membuktikan bahwa
pengemudi lain tidak melihat rotator atau mendengar sirene sampai jarak
antara 15-30meter.
3. Sirine
a. Sirine adalah alat peringatan audio
b. Gunakan sirine dengan bijak dan hanya ketika perlu. Sirine hanya
digunakan saat respon gawat darurat. Suara sirine dapat menambah
rasa takut dan cemas pasien. Jika terlalu sering digunakan, pengemudi
lain cendrung tidak member jalan karena dianggap sebagai
penyalahgunaan.

6
c. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine. Adanya bangunan,
pepohonan, semak belukar dan radio tape dapat menghalangi bunyi
sirine
d. Selalu waspada terhadap maneuver aneh pengemudi lain yang menjadi
panic karena suara sirine.
e. Jangan membunyikan sirine secara tiba-tiba di dekat kendaraan lain,
gunakan klakson.
f. Jangan gunakan sirine untuk menakut-nakuti orang.

4. Lampu rotator
a. Berdasarkan UU No 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkatan
jalan pasal 59 ayat 5
b. Lampu isyarat-isyarat yang digunakan oleh ambulance adalah
berwarna merah
c. Rotator, lampu peringatan dan semua lampu lain harus dinyalakan
pada respon gawat darurat.
5. Kecepatan dan keselamatan
a. Kecepatan yang berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya tabrakan
b. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang lebih panjang untuk
berhenti
c. Pastikan pengemudi dan semua penumpang menggunakan sabuk
pengaman saat ambulance berjalan.
6. Kendaraan Pengiring dan Forwarder
a. Keadaan iring-iringan kendaraan meningkatkan risiko kecelakaan
karena jarak yang terlalu dekat, berhenti mendadak dan respon
pengemudi lain
b. System EMS tidak merekomendasikan iring-iringan ambulance
dengan kendaraan lain kecuali lokasi tujuan tidak diketahui.
7. Jalur Alternatif
a. Perkiraan waktu sampai tujuan / estimated time of arrival (ETA) harus
diketahui dengan baik, sehingga pertimbangan untuk mencari jalur
alternative dapat segera di buat.

7
b. Dapatkan peta detail wilayah pelayanan untuk segera mencari jalur
alternative
8. Posisi Parkir di Lokasi Kejadian / Bencana
a. Lakukan penilaian lokasi kejadian dengan cepat termasuk menentukan
area bahaya dan jalur evakuasi
b. Ambulance di parkir sekurangnya 30meter dari lokasi kejadian Jika ada
tanda bahaya seperti nyala api atau kebocoran cairan dan asap. Jika
tidak ada tanda bahaya ambulance di parkir sekurangnya 15 meter .
c. Rem tangan harus ditarik dan sebaiknya di tambah penggajal roda
d. Jika anda kendaraan penolong yang pertama datang parkir di belakang
lokasi kejadian (dari arah datang). Sehingga lampu peringatan kita
dapat memperingatkan kendaraan lain yang mendekat sebelum tanda
lain diletakkan
e. Jika lokasi kejadian telah di amankan, parkirlah di depan lokasi
kejadian untuk mencegah ambulance anda tertabrak arus lalulintas dari
belakang.
f. Ambulance sebaiknya tidak berjalan mundur, tetapi jika terpaksa harus
ada orang lain yang memandu, karena pengemudi ambulance memiliki
keterbatasan pandangan kea rah belakang.

B. TATALAKSANA MONITORING PASIEN SELAMA TRANSPORTASI


1. Memindahkan pasien ke ambulance
a. Pasien harus sudah di periksa kondisinya, dilakukan prosedur
penanganan gawat darurat jika dibutuhkan, di stabilisasi dan kemudian
baru di pindahkan ke ambulance.
b. Pada kasus tertentu yang tidak mungkin intervensi di tempat, seperti
lokasi yang berbahaya, atau pasien memerlukan prioritas tinggi, maka
pemindahan dapat dilakukan terlebih dahulu.
2. Stabilisasi
a. Stabilisasi adalah urutan tindakan untuk mempersiapkan pasien
sebelum di pindah.
b. Stabilisasi meliputi :

8
1) Kondisi ABCD
2) Perawatan luka dan cidera lain
3) Pemasangan balut dan bidai
4) Pemakaian selimut untuk menjaga suhu tubuh
5) Alat pengangkut harus terfiksir kepada pasien dengan baik, tali
pengikat minimal diletakkan di tiga tempat.
 Setinggi dada
 Setinggi pinggang atau panggul
 Setinggi tungkai
 Pada prinsipnya pemindahan harus dilakukan secepat
mungkin mengingat kondisi pasien
3. Langkah-langkah sebelum transportasi pasien
a. Penilaian awal
 Pastikan keselamatan diri sendiri dan lingkungan, gunakan sarung
tangan, pakaian pelindung, kaca mata
 Jumlah pasien
Minta bantuan jika diperlukan
 Mekanisme cedera
Curigai cedera / penyakit yang spesifik
 Dapatkan kesan umum tentang umur, jenis kelamin, berat badan,
posisi, cidera minor dan mayor yang kelihatan.
 Dapatkan informasi mengenai data-data korban, riwayat penyakit
b. Tingkat kesadaran
 A = Alert
 V = Verbal
 P = Pain
 U = Unresponsive
c. Primeri Survey
 Airway
 Pastikan dan amankan saluran nafas
 Jika tidak ada respons, bebaskan jalan nafas
 Imobilisasi tulang leher jika trauma
 Breathing
 Periksa pernafasan : lihat, dengar, dan rasakan
 Jika bernafas perhatikan frekuensi dan dalamnya pernafasan
 Jika tidak bernafas segera lakukan pernafasan buatan
 Berikan oksigen
 Circulation
 Periksa arteri karotis
 Periksa perdarahan

9
 Hentikan perdarahan
 Lakukan RJP
 Disability
 GCS
 Pupil
 Exsposure
 Cegah hipotermi
d. Secondary survey
 History / anamnesa dengan SAMPLE
 Head to toe / pemeriksaan fisik
 Vital sign
9. Transportasi
a. Penentuan Tujuan
1) Pasien kritis dapat dapat dipindahkan ke rumah sakit lain dengan
fasilitas gawat darurat terdekat
2) Termasuk dalam kategori diatas adalah :
 Henti nafas atau henti jantung
 Sumbatan jalan nafas yang tidak dapat diatasi
 Kejang berulang atau sedang terjadi
 Trauma mayor
 Amputasi
 Pasien luka bakar
 Persalinan iminen
 Sempat infark miokard pada pasien lebih dari 40 tahun
dengan nyeri dada hebat.
3) Pasien yang stabil dapat dipindahkan ke RS yang menjadi
pilihannya atau berdasarkan keputusan DPJP
4) Gunakan rute dan kecepatan yang sesuai menuju RS tujuan. Pilih
rute alternative yang sesuai jika rute normal tidak memungkinkan
pasang sabuk pengaman. Gunakan sirine dan lampu sesuai kondisi.
5) Jika pasien memburuk selama perjalanan dan kemungkinan hidup
menuju RS yang dituju meragukan maka pasien dapat di transport
ke IGD rumah sakit yang mampu melakukan pertolongan sesuai
kondisi pasien.
b. Modus berangkat
1) Sebelum transportasi,pastikan hal-hal berikut
a) Kondisi vital meliputi jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi,
pastikan ikatan pada alat pengangkut / stretcher tidak

10
menyebabkan pasien kesulitan bernafas jika pasien tidak
sadar,pastikan pasien mendapatkan pertukaran udara yang
cukup.
b) Keamanan posisi alat pengangkut di dalam ambulance
2) Persiapkan jika timbul perburukan kondisi pernafasan dan
sirkulasi dengan meletakkan spine board pendek atau papan RJP di
bawah matras
3) Longgarkan pakaian yang ketat
4) Periksa posisi balut dan bidai
5) Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien.
Mereka harus di tempatkan di kabin pengemudi dan memakai
sabuk pengaman dengan baik agar tidak mempengarugi peruses
perawatan pasien.
6) Naikkan barang pribadi seperti dompet, koper,dan tas serta
pastikan barang-barang tersebut aman di ambulance jika
memungkinkan, beritahu petugas keamanan tentang hal ini.
c. Selama perjalanan
1) Lengkapi riwayat penyakit dan secondary survey
2) Lanjutkan perawatan kegawat daruratan yang dibutuhkan
3) Catat dan monitoring vital sign secara terus menerus
4) Lakukan monitoring dan observasi berkelanjutan yang berfokus
pada airway, breathing, circulation dan tingkat kesadaran.
5) Jika terjadi kondisi perburukan pada salah satu atau lebih
komponen ABCD lakukan ulang primary survey dan lakukan
resusitasi
6) Yakinkan alat yang anda perlukan terjangkau dan siapkan alat yang
mungkin anda perlukan sesuai kondisi pasien
7) Pertahankan komunikasi dengan pasien untuk memeriksa respon
pasien
8) Jika pasien gelisah
a. Perbaiki ABCD
b. Lakukan restrain jika pasien membahayakan diri sendiri dan
orang lain.

11
9) Koordinasikan dengan pengemudi tentang kondisi pasien dan cara
mengemudinya. Pengemudi perlu menyesuaikan kecepatan dan
cara mengemudinya sesuai kebutuhan pasien.
10) Jika terjadi henti jantung RJP harus dilakukan dalam kondisi
ambulance berhenti, pastikan DPJP dan fasilitas rujukan
mengetahui kejadian ini.
d. Sampai di tempat rujukan
1) Jika kondisi tempat rujukan cukup ramai, janganterburu-buru
menurunkan pasien, lanjutkan penanganan pasien di atas
ambulance sampai ada petugas yang siap mengambil alih.
2) Damping petugas yang akan mengambil alih
 Lakukan operan / komonikasikan dengan petugas penerima
dengan tehnik SBAR
 Serahkan barang pribadi pasien
 Minta diri untuk meninggalkan tempat rujukan
3) Kembalikan peralatan ambulance ke tempat semula

C. TATA LAKSANA PELAYANAN AMBULANCE TRANSPORT


1. Perawat pasien yang membutuhkan Ambulance menginformasikan ke
Instalasi Gawat Darurat mengenai rencana pemakaian Ambulance.
2. Perawat Instalasi Gawat Darurat mengatur pemakaian Ambulance untuk
ruangan tersebut.
3. Perawat menginformasikan ke petugas Ambulance mengenai permintaan
Ambulance untuk mengantar pasien keluar. .
4. Sesuai dengan jadwal, petugas Ambulance menjemput pasien di ruang
perawatan pasien.
5. Sebelum masuk ke kamar pasien, petugas Ambulance melapor ke perawat
jaga ruangan.
6. Perawat dan petugas Ambulance mempersiapkan pasien untuk ditransport.
7. Pasien siap dibawa keluar rumah sakit.
Prosedur membawa pasien keluar rumah sakit disesuaikan dengan
Standard Prosedur Operasional (SOP) transfer pasien antar rumah sakit.
D. TATA LAKSANA PERAWATAN KENDARAAN
1. Persiapan Pemeriksaan Ambulance
a. Mesin mati

12
- Periksa seluruh bodi ambulance
- Periksa roda / ban tekanan
- Periksa sepion dan jendela, pastikan spion bersih dan berada di
posisi yang tepat
- Periksa fungsi setiap pintu dan kunsi
- Periksa bagian system pendingin
- Periksa jumlah cairan kendaraan termasuk minyak mesin, air
radiator, pelumas, rem air aki, dan pelumas setir
- Periksa portal indicator aki dan tanda-tanda korosi
- Periksa kebersihan kabin termasuk dashboard
- Periksa fungsi jendela
- Tes fungsi klakson
- Tes fungsi sirene
- Periksa sabuk pengaman
- Posisikan kursi pengemudi senyaman munkin
- Periksa jumlah bahan bakar dan kalao perlu isi bahan bakar
b. Mesin Hidup
Nyalakan mesin dan keluarkan ambulance dari ruang penyimpanan
dan pemeriksaan sebagai berikut :
- Tes fungsi indicator di dashboard
- Periksa meteran yang terletakdi dashboard
- Tes fungsi rem
- Tes fungsi rem tangan
- Tes fungsi stir
- Periksa fungsi wifer
- Tes fungsi lampu
- Periksa fungsi pendingin baik di komponen pasien
- Periksa perlengkapan komonikasi
Untuk memudahkan pemeriksaan dapat juga menggunakan akronim
( EWAGON )
a) Enggine : Periksa mesin baik / tidak
b) Water : Periksa air radiator, wiper, air cadangan
radiator, air accu sesuai dengan petunjuk
pemakaian.
c) Air : Periksa tekanan udara ban cukup atau tidak,
AC dan blower berfungsi baik atau tidak

13
d) Gas : Periksa bahan bakar minyak (solar /
premium) sesuai petunjuk pemakaianatau
tidak
e) Oil : Periksa indicator oli mesin dan minyak rem
sesuai petunjuk pemakaian
f) Noise : Dengarkan suara mesin normal atau tidak
g) Elektrikal system : Periksa dan lihat lampu dekat, lampu jauh,
sign hazard, rotator, sirine, lampu kabin
depan dan belakang, dan lampu-lampu
indicator menyala atau tidak dan pecah atau
tidak.
h) Body : Periksa seluruh bodi mobil bersih dan mulus,
ada kerusakan atau tidak
i) Alat penunjang : periksa toolkit, dongkrak, ban serep, triangle
hazard, dan APAR tersedia pada tempatnya
j) Kondisi ban : Periksa kondisi ban mobil, kembang ban baik
atau sudah gundul, apakah retak atau sobek
k) Sabuk pengaman : Pemeriksaan dan coba sabuk pengamanan
masih dalam kondisi baik atau tidak, kain
sabuk pengaman sobek atau tidak.
c. Pemeriksaan persediaan dan perlengkapan kompartemen pasien
1) Periksa tekanan tabung oksigen
2) Periksa semua perlengkapan oksigen dan ventilasi berfungsi dengan
baik
3) Bersihkan debu dan cari tanda-tanda kerat pada alat rescue
4) Nyalakan semua peralatan bertenaga aki untuk memastikan kinerjanya
5) Lengkapi laporan pemeriksaan, Perbaiki kerusakan, ganti barang-
barang yang hilang.
6) Bersihkan kompartmen untuk menghindari resiko infeksi

d. Standar kelengkapan alat ambulance gawat darurat ( Advance)


a. Alat Non Medis
 Kunci inggris : Ada / tidak
 Alat kebersihan : Lengkap / tidak
 Alat tenun : Bersih / kotor

14
 Administrasi & dokumentasi : Ada / tidak
 Alat komunikasi : Baik / rusak
 Alat teknik untuk ambulance : Lengkap / tidak
 Alat bPerlindungan diri (APD) : Lengkap / tidak
b. Alat Medis
 Airway : Lengkap / tidak
 Breathing : Lengkap / tidak
 Circulation : Lengkap / tidak
 Alat proteksi diri (APD) : Lengkap / tidak
 Penunjang Evakuasi dan transportasi
 Stretcher : Baik / rusak
 Safety belt : Baik / rusak

2. Pembersihan kendaraan :

a. Keluarkan alas kendaraan (Karpet) dari dalam kendaraan.


b. Bersihkan alas kendaraan dari sampah, debu, tanah bila waktu
memungkinkan dilakukan pencucian dan sikat hingga bersih.
c. Keringkan alas kendaraan hingga kering.
d. Bersihkan lantai kendaraan dengan menggunakan sapu.
e. Bersihkan kaca dan body kendaraan dengan kemoceng, hati-hati
hindari terjadi goresan.

3. Mencuci kendaraan :
a. Keluarkan alas kendaraan (Karpet) dari dalam kendaraan.
b. Bersihkan alas kendaraan dari sampah, debu, tanah bila waktu
memungkinkan dilakukan pencucian dan sikat hingga bersih.
c. Keringkan alas kendaraan hingga kering.
d. Bersihkan lantai kendaraan dengan menggunakan sapu, apabila ada
kotoran yang melekat gunakan lap yang dibasahi dengan air
berchemical, hingga bersih
e. Bersihkan kaca dan body kendaraan sebelah dalam dengan
menggunakan kanebo bersih yang dibasahi dengan air berchemical.

15
f. Basahi kaca, body kendaraan sebelah luar dan roda dengan cara
menyemprotkan air
g. Gosok kaca dan body kendaraan sebelah luar secara merata dengan
menggunakan sponge halus dan telah dibasahi air bercampur chemical
di ember
h. Semprot dengan air bersih hingga busa hilang.
i. Sikat dan gosok roda dan bagian bawah kendaraan dengan sikat dan
lap yang telah dibasahi dengan air berchemical.
j. Semprot roda dan bagian bawah kendaraan dengan air bersih hingga
busa hilang dan bersih.
k. Bersihkan kaca, body luar kendaraan dengan menggunakan kanebo
bersih hingga kering.
l. Lap bagian velk roda kendaraan menggunakan lap hingga kering.
m. Masukkan dan pasang kembali alas kendaraan (karpet) yang sudah

kering.
n. Semprotkan pengharum ruangan ke dalam kendaraan agar kendaraan

beraroma wangi.
o. Untuk pemeliharaan yang maksimal setiap kendaraan harus dilakukan

cuci steam secara rutin 1 (satu) bulan sekali.


p. Dilarang keras merokok di dalam kendaraan rumah sakit.

E. TATALAKSANA PENYAMPAIAN KELUHAN ATAS PELAYANAN


TRANSPORTASI
1. Keluhan yang disampaikan oleh pasien atau keluarga dapat disampaikan
secara lisan atau menggunakan Form Penyampaian Keluhan Pelanggan
secara tertulis
2. Mintalah keluarga pasien untuk mengisi Form Penyampaian Keluhan
Pelanggan setelah sampai di tempat tujuan, dan pasien sudah dipindahkan
ke RS tujuan atau sampai di tempat tujuan lainnya.
3. Petugas menyampaikan permintaan maaf atas ketidaknyamanan yang telah
terjadi dan mengucapkan terimakasih atas masukan yang telah diberikan,

16
termasuk proses penyampaian keluhan kepada Unit Humas yang akan
segera ditindak lanjuti.
4. Sampaikan keluhan baik lisan maupun tertulis kepada Unit Humas.
5. Unit Humas selanjutnya menindak lanjuti keluhan yang telah
disampaikan.

F. TATA LAKSANA JIKA TERJADI KEJADIAN TAK TERDUGA DI


AMBULANCECE
1. Gangguan mesin :
a. Parkiran Ambulance di bahu jalan dan pasang rambu – rambu segitiga
merah
b. Berikan informasi secukupnya serta tenangkan pasien dan keluarga
agar tidak panic
c. Periksa kemungkinan penyebab gangguan mesin
d. Hubungi IGD RSIA Catherine Booth Makassar dan RS yang dituju
(apabila mengantar pasien rujukan), kabarkan bahwa Ambulancece
terjadi gangguan mesin, kemungkinan penyebab gangguan mesin,
serta sebutkan lokasi / posisi Ambulancece dan perkiraan waktu
perbaikan
e. Perbaiki penyebab gangguan mesin dengan cepat dan benar
f. Mintalah bantuan warga sekitar untuk membantu mencarikan montir
atau untuk membantu memperbaiki Ambulancece apabila tidak
mampu memperbaiki sendiri
g. Apabila tidak dapat segera diperbaiki dan posisi lebih dekat dengan
RSIA Catherine Booth Makassardaripada tempat yang dituju, maka
segera hubungi IGD RS. William Booth untuk mengirimkan
Ambulancece cadangan. Apabila Ambulancece cadangan tidak bisa,
maka segera hubungi fasilitas kesehatan terdekat untuk sewa
Ambulancece untuk melanjutkan proses transport ke tempat tujuan.
2. Gangguan Ban Bocor
a. Menepilah di bahu jalan yang cukup untuk melakukan perbaikan dan
pasang rambu – rambu segitiga merah

17
b. Berikan informasi secukupnya serta tenangkan pasien dan keluarga
agar tidak panik
c. Hubungi IGD Rumah sakit William Booth dan Rumah sakit yang
dituju (apabila mengantar pasien rujukan), kabarkan bahwa
Ambulancece terjadi gangguan ban bocor, serta sebutkan lokasi /
posisi Ambulancece dan perkiraan waktu perbaikan
d. Lepaskan ban yang bocor dan segera ganti dengan ban cadangan
(serep)
3. Tekanan Angin Ban Kurang
a. Berikan informasi secukupnya serta tenangkan pasien dan keluarga
agar tidak panik
b. Carilah tempat servis tambal ban untuk melakukan pengisian angin
agar tekanan ban cukup
4. Kehabisan Oksigen Portabel
a. Berikan informasi secukupnya serta tenangkan pasien dan keluarga
agar tidak panik
b. Carilah fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untk menyewa tabung
oksigen portable dan mintalah kwitansi / nota sewa tabung oksigen
portable
c. Kembalikan tabung oksigen portable yang disewa tersebut apabila
telah selesai digunakan
5. Pasien tiba-tiba kritis
a. Lakukan pertolongan pertama gawat darurat semaksimal mungkin
(oleh perawat pendamping)
b. Jelaskan kepada keluarga mengenai kondisi pasien dan supaya tidak
panic
c. Hubungi IGD RSIA Catherine Booth Makassar (oleh pengemudi atau
perawat pendamping) dan kabarkan kondisi pasien terkini dan apabila
pasien tidak dapat ditangani mintalaha advis/ petunjuk penanganan
kegawatan pasien dari dokter jaga IGD
d. Bawalah menuju fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk
penanganan pasien lebih lanjut dan lebih memadai dari pada yang
tersedia di Ambulancece

18
e. Bila lebih dekat dengan rumah sakit tujuan, segera hubungi dan
kabarkan kondisi terkini pasien serta rekomendasikan untuk
menyiapkan peralatan kesehatan dan obat yang mungkin dibutuhkan
untuk menangani kegawatan pasien saat tiba
6. Catat dan laporkan di Lembar Monitoring Pasien di Ambulance Pasien
meninggal di Perjalanan
a. Berikan informasi secukupnya serta tenangkan pasien dan keluarga
agar tidak panik
b. Bilamana pasien dinyatakan meninggal oleh dokter disaat perjalanan
merujuk, maka keluarga diberitahu bahwa pasien akan dibawa kembali
ke RumahSakit untuk diberikan surat keterangan kematian.

BAB IV
DOKUMENTASI

1. Buku Operasional Kendaraan

2. Buku Pemeliharaan kendaraan

3. Buku pemakaian dan operand an alat medis

4. Form monitoring pasien dalam ambulance

19
BAB V
PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai pelayanan ambulance dalam


panduan ini. Tentunya masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada sehubungan
dengan judul panduan ini.
Penulis banyak berharap agar para pembaca yang budiman dapat memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya panduan ini
dan penulisan panduan di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga buku panduan

20
ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya

21

Anda mungkin juga menyukai