Landasan Hukum :
Kepmekes No. 0152/YanMed/RSKS/1987, tentang Standarisasi Kendaraan Pelayanan Medik.
Kepmenkes No 143/Menkes-kesos/SK/II/2001, tentang Standarisasi Kendaraan Pelayanan Medik.
Diperlukan standarisasi perlengkapan umum dan medik pada kendaraan ambulans AGDT, khususnya untuk
keseragaman dan peningkatan mutu pelayaan rujukan kegawatdaruratan medik.
Yang diatur dalam Kepmenkes adalah jenis kendaraan :
1. Ambulans transportasi;
2. Ambulans gawat darurat;
3. Ambulans rumah sakit lapangan;
4. Ambulans pelayanan medik bergerak;
5. Kereta jenazah.
6. Ambulans udara.
Acuan lain :
Surat Ketua IKABI, nomor 005./IKABI/PP/VIII/2002, tanggal 12 Agusutus 2002, perihal : Spesifikasi AGD 118
Homepage : http://www.ikabi.or.id
Diperlukan rekomendasi komisi trauma IKABI atas ambulans yang dibuat atau di supplay oleh perusahaan karoseri
lokal.
1. Ambulans transport
Tujuan Penggunaan :
Pengangkutan penderita yang tidak memerlukan perawatan khusus/ tindakan darurat untuk menyelamatkan
nyawa dan diperkirakan tidak akan timbul kegawatan selama dalam perjalanan.
Petugas :
1 (satu) supir dengan kemampuan BHD (bantuan hidup dasar) dan berkomunikasi
1 (satu) perawat dengan kemampuan PPGD (pertolongan pertama gawat darurat)
Peralatan :
Tabung oksigen dengan peralatannya
Alat penghisap cairan/lendir 12 Volt DC
Peralatan medis PPGD (tensimeter dengan manset anak-dewasa, dll)
Obat-obatan sederhana, cairan infus secukupnya
1. lampu isyarat warna biru dan sirene digunakan untuk mobil petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia;
2. lampu isyarat warna merah dan sirene digunakan untuk mobil tahanan, pengawalan Tentara Nasional
Indonesia, pemadam kebakaran, ambulans, palang merah, dan jenazah; dan
3. lampu isyarat warna kuning tanpa sirene digunakan untuk mobil patroli jalan tol, pengawasan sarana dan
Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, perawatan dan pembersihan fasilitas umum, menderek
Kendaraan, dan angkutan barang khusus.
Namun, berdasarkan PPRI (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia) no. 44 tahun 1993 tentang kendaraan dan
pengemudi, ambulans disebutkan sebagai kendaraan yang diperbolehkan memakai lampu rotator berwarna biru.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 44 TAHUN 1993TENTANGKENDARAAN DAN
PENGEMUDI
Pasal 66
Lampu isyarat berwarna biru hanya boleh dipasang padakendaraan bermotor : a. petugas penegak hukum tertentu;
b. dinas pemadam kebakaran; c. penanggulangan bencana; d. ambulans; e. unit palang merah; f. mobil jenazah.
Menanggapi peraturan tersebut, IKABI (Ikatan Ahli Bedah Indonesia) merekomendasikan kepada karoseri untuk
memasang lampu rotator merah dan biru di tengah atas kendaraan. Jadi, untuk sementara mobil ambulans boleh
memakai lampu rotari bulat dan light bar merah-biru atau biru-biru.
Diadopsi dari lambang American Medical Association (AMA), lambang ini menggunakan palang enam yang
kemudian dipatenkan sebagai lambang EMS pada 1 Februari 1977. 6 palang biru mengambarkan 6 point fungsi dari
emergency medical services atau EMS yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Detection
2. Reporting
3. Response
4. On Scene Care
5. Care in Transit
6. Transfer to Definitive Care
Ular dan tongkat pada lambang ini merupakan lambing kedokteran yang mengambarkan tongkat dewa Asculapius,
yang menurut mitologi Yunani ia merupakan dewa penyembuh dan putra Apollo.
4. Tulisan “ambulance “ yang terbalik
Tulisan “ambulance” yang berada di depan, samping kanan-kiri dan belakang kendaraan memang sengaja ditulis
terbalik. Alasannya agar pengguna jalan lain dapat melihat tulisan “ambulance” dengan mudah melalui spion
kendaraan mereka dan diharapkan akan memberikan space yang dibutuhkan untuk memudahkan perjalanan
ambulans tersebut.
Memarkir kendaraannya di manapun, selama tidak merusak hak milik atau membahayakan nyawa orang
lain.
Melewati lampu merah dan tanda berhenti. Beberapa negara mengharuskan pengemudi ambulans untuk
berhenti terlebih dahulu saat lampu merah, lalu melintas dengan hati-hati. Negara lain hanya
menginstruksikan pengemudi untuk memperlambat laju kendaraan dan melintas dengan hati-hati.
Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului setelah memberi sinyal yang tepat, memastikan
jalurnya aman, dan menghindari hal-hal yang membahayakan nyawa dan harta benda.
Mengabaikan peraturan yang mengatur arah jalur dan aturan berbelok ke arah tertentu, setelah memberi
sinyal dan peringatan yang tepat.
Dengan adanya pengecualian tentang beberapa peraturan lalin untuk ambulans, bukan berarti ambulans bebas
dikemudikan dengan kecepatan yang ugal-ugalan. Ada batasan kecepatan yang diperbolehkan dalam mengemudi
ambulans, yaitu 60 km/jam ketika berangkat mengambil penderita dan maksimum 40 km/jam ketika membawa
pasien di dalamnya. Hal ini dikarenakan kecepatan yang tinggi akan menyebabkan stress pada pasien, terlebih lagi
jika sirine dibunyikan. Dan perlu digaris bawahi, jika ambulans membawa pasien dengan penyakit jantung, sirine
TIDAK BOLEH dibunyikan. Jadi, ambulans hanya diperbolehkan menyalakan lampu rotator saja, karena
dikhawatirkan stress akibat bunyi sirine akan berakibat fatal pada pasien penyakit jantung.
Itu tadi sekilas tentang ambulans.