Anda di halaman 1dari 21

LABA RUGI DAGANG

1. Pengertian Harga Pokok Penjualan.


Harga pokok penjualan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang yang dijual atau harga perolehan dari barang yang dijual.
Ada dua manfaat dari harga pokok penjualan.
a. Sebagai patokan untuk menentukan harga jual.
b. Untuk mengetahui laba yang diinginkan perusahaan.
Apabila harga jual lebih besar dari harga pokok penjualan maka akan
diperoleh laba, dan sebaliknya apabila harga jual lebih rendah dari harga
pokok penjualan akan diperoleh kerugian.
2. Rumus Menghitung Penjualan Bersih.
Penjualan dalam perusahaan dagang sebagai salah satu unsur dari pendapatan
Perusahaan.
Unsur-unsur dalam penjualan bersih terdiri dari:
 penjualan kotor;
 retur penjualan;
 potongan penjualan;
 penjualan bersih.
Untuk mencari penjualan besih adalah sebagai berikut:
Penjualan bersih = penjualan kotor – retur penjualan – potongan
penjualan.
3. Rumus Menghitung Pembelian Bersih.
Pembelian bersih adalah sebagai salah satu unsur dalam menghitung harga
pokok penjualan.
Unsur-unsur untuk menghitung pembelian bersih terdiri dari:
 pembelian kotor;
 biaya angkut pembelian;
 retur pembelian dan pengurangan harga;
 retur pembelian;
 potongan pembelian.
Untuk menghitung pembelian bersih dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pembelian bersih = pembelian + biaya angkut pembelian – retur
pembelian – potongan pembelian.

4. Rumus Menghitung Harga Pokok Penjualan.


Untuk menghitung harga pokok penjualan harus diperhatikan terlebih dahulu
unsur-unsur yang berhubungan dengan harga pokok penjualan.
Unsur-unsur itu antara lain:
 persediaan awal barang dagangan;
 pembelian;
 biaya angkut pembelian;
 retur pembelian dan pengurangan harga;
 potongan pembelian
Rumus harga pokok penjualan:
HPP = Persediaan awal barang dagangan + pembelian bersih – persediaan
akhir
HPP = Barang yang tersedia untuk dijual – persediaan akhir

Keterangan :
Barang yang tersedia untuk dijual = Persediaan awal barang dagangan +
pembelian bersih.
Pembelian bersih = Pembelian + biaya angkut pembelian – retur pembelian –
potongan pembelian.
Atau
Barang yang tersedia untuk dijual = Persediaan awal + pembelian + beban
angkut Pembelian – retur pembelian – potongan pembelian.
Persediaan akhir barang yang tersedia (dikuasai) pada akhir periode akuntansi.
Untuk menghitung Harga Pokok Penjualan.
Perhatikan bagan di bawah ini.

5. Pengertian Laporan Laba Rugi


Laporan laba rugi adalah laporan yang menyajikan sumber pendapatan dan
beban suatu perusahaan (dagang) selama periode akuntansi.
Untuk Menghitung laba rugi perusahaan adalah:
Laba bersih = laba kotor – beban usaha.
Beban uasaha dalam perusahaan dagang ada dua kelompok.
1. Beban penjualan ialah biaya yang langsung dengan penjualan.
2. Beban administrasi/umum ialah biaya-biaya yang tidak langsung dengan
penjualan.
Untuk menghitung laba kotor adalah:
Laba kotor = penjualan bersih – harga pokok penjualan.
Sedangkan untuk menghitung penjualan bersih adalah :
Penjualan bersih = penjualan – retur penjualan dan pengurangan harga –
potongan penjualan.
6. Menyusun Laporan Laba Rugi.
Laporan laba rugi dapat disajikan dalam dua bentuk yaitu single step dan
multiple step.
A. Single Step/Langsung.
Laporan single step/langsung yaitu laporan laba rugi di mana semua
pendapatan dijumlahkan menjadi satu, demikian juga untuk bebannya,
kemudian dicari selisihnya untuk mengetahui laba atau rugi.
B. Multiple Step (Bertahap)
Laporan laba rugi bentuk multiple step (bertahap) adalah laporan laba rugi
dengan mengelompokkan atau memisahkan antara pendapatan usaha dan
pendapatan di luar usaha, dan memisahkan pula antara beban usaha dan
beban di luar usaha, baru kemudian dicari selisihnya sehingga akan
diperoleh laba atau rugi usaha.
7. Perusahaan Unsur Laporan Perubahan Modal.
Laporan perubahan modal adalah laporan keuangan yang menyajikan
perubahan modal selama satu periode akuntansi.
Perubahan modal diakibatkan oleh adanya pengambilan pribadi, diperolehnya
laba, dideritanya kerugian atau adanya setoran pribadi.
Unsur-unsur laporan perubahan modal yaitu:
 modal awal
 laba atau rugi
 pengambilan pribadi
 setoran pribadi
 modal akhir.
8. Unsur-unsur Laporan Neraca.
Neraca adalah laporan keuangan yang menyajikan posisi ruangan perusahaan
pada saat tertentu unsur-unsur neraca terdiri dari :
 Harta
 kewajiban/utang
 modal
Bentuk laporan neraca terdiri dari dua bentuk yaitu bentuk laporan dan bentuk
scontro/sebelah menyebelah.
Penjualan bersih (net sales)
Semua jumlah yang dibebankan kepada pembeli oleh karena adanya penjualan
barang dagang, baik secara kredit maupun tunai dilaporkan sebagai penjualan kotor.
Penjualan barang dagang, baik secara kredit maupun tunai dilaporkan sebagai
penjualan kotor. Penjualan retur dan potongan harga serta potongan penjualan di
laporkan sebagai pengurangan terhadap penjualan kotor sehingga di peroleh
penjualan bersih.
Dari penjualan bersih ini pimpinan perusahaan dapat melihat secara sepintas
sukses tidak nya kegiatan usaha perdagangan yang di jalan kan kadang-kadang
penjualan bersih (yang sering disebut omzet penjualan) di bandingkan tiap-tiap
kategori biaya yang terdapat dalam perhitungan rugi-laba untuk mengetahui
perubahan yang menyolok dalam hubungan antara penjualan dan biaya.

Harga pokok penjualan


hubungan antara harga pokok penjualan dengan penjualannya bersifat
langsung dan dapat digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan menutup biaya-
biaya yang bersifat tetap seperti misalnya biaya penjualan serta biaya administrasi
dan umum.

Laba kotor
Selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan disebut laba
kotor (gross profit) atau margin kotor (gross profit) disebut kotor oleh karena jumlah
ini masih harus dikurangi dengan biaya-biaya penjualan serta biaya-biaya
administrasi dan umum. Seperti halnya harga pokok penjualan, laba kotor
menunjukkan hubungan antara harga yang dibebankan kepada langganan untuk
barang-barang yang dijual dengan harga perolehan barang yang bersangkutan.
Biaya-biaya penjualan
Biaya-biaya penjualan (selling expenses) adalah semua biaya terjadi dengan
maksud untuk promosi, penjualan dan pengangkutan barang-barang yang di jual,
misalnya biaya advertensi, perlengkapan toko dan penyusutan peralatan toko.
Kelompok biaya ini dapat menunjukkan efektivitas kegiatan promosi dan penjualan.

Biaya administrasi dan umum


Biaya administrasi dan umum (general and administrative expenses) adalah
biaya yang bersifat umum dalam perusahaan, misalnya gaji bagian administrasi,
perlengkapan kantor dan penyusutan peralatan kantor.
Seperti halnya biaya penjualan, biaya administrasi dan umum dapat
menunjukkan efektivitas bagian administrasi dan umum serta biaya penjualan disebut
bersama-sama sebagai biaya operasi (operating expense).

Laba Operasi
Selisih antara laba kotor dan biaya operasi disebut dengan laba dari operasi
(income from operation) atau laba operasi (operating income).
Laba operasi adalah laba yang diperoleh semata-mata dari kegiatan normal
perusahaan.
Dihubungkan dengan modal dan penjualan bersih, laba operasi dapat
menunjukkan efisiensi penjualan pimpinan perusahaan serta tingkat profitabilitasnya.

Pendapatan lain-lain
Pendapatan yang bukan berasal dari kegiatan utama perusahaan
(perdagangan) dikelompokkan ke dalam pendapatan lain-lain (other income) atau
pendapatan non operasi (non operating income). Termasuk dalam kelompok ini
misalnya adalah keuntungan dari penjualan harta tetap, pendapatan sewa dan lain-
lain.
Biaya lain-lain
Biaya-biaya yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dan pasti dengan
kegiatan utama perusahaan (perdagangan) dikelompokkan ke dalam biaya lain-lain
(other expense) atau biaya non operasi (non operating expense). Biaya bunga
merupakan salah satu contoh dari biaya ini. Kadang-kadang oleh karena biaya bunga
ini timbul sebagai akibat dari kegiatan perusahaan untuk memperoleh dana
(pembelanjaan), maka ia disebut sebagai biaya pembelanjaan (financing expenses).
Contoh lain dari biaya lain-lain adalah kerugian dari penjualan harta tetap. Dalam
perhitungan rugi-laba, pendapatan dan biaya lain-lain kadang-kadang digabung.

Laba bersih
Angka terakhir dalam perhitungan rugi-laba adalah laba bersih (net profit).
Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal. Sebaliknya apabila
perusahaan menderita rugi angka terakhir dalam perhitungan rugi-laba adalah rugi
bersih (net loss).

Neraca
Bentuk neraca untuk perusahaan dagang tidak jauh berbeda dengan
perusahaan jasa seperti yang telah dibahas dalam unit-unit yang lalu. Perbedaannya
adalah lebih banyaknya harta dan hutang yang harus dilaporkan.
Neraca ini menunjukkan bahwa Perusahaan Dagang Maju adalah perusahaan
perseorangan yang dimiliki oleh Tuan Basuki.

Kas
Termasuk dalam kelompok ini sebetulnya adalah kas dan bank, tetapi untuk
memudahkan selama ini hanya disebut kas begitu saja. Kas adalah saldo uang tunai
yang ada di perusahaan dan bank adalah saldo rekening Koran perusahaan tersebut di
bank. Harta ini merupakan harta yang paling lancar bagi perusahaan oleh karena
dapat langsung dipergunakan.

Wesel tagih.
Wesel tagih path hakekatnya merupakan piutang juga, tetapi dalam hal ini
debitur memberikan janji tertulis bahwa ia akan membayar sejumlah uang pada
tanggal tertentu. Pada piutang janji tertulis demikian tidak ada. Wesel tagih yang juga
disebut dengan promes dapat dibuat atas nama atau atas unjuk. Oleh karena adanya
janji tertulis ini kedudukan wesel tagih di mata perusahaan lebih kuat dibandingkan
dengan piutang dagang sehingga dalam neraca dicantumkan diatas piutang dagang.

Persediaan.
Persediaan merupakan barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual
kembali atau digunakan dalam kegiatan perusahaan. Dalam perusahaan dagang jenis
persediaan yang selama ini dikenal adalah persediaan barang dagang dan
perlengkapan. Apabila persediaan dijual secara tunai maka ini berarti bahwa
persediaan tersebut langsung ditukarkan dengan uang. Tetapi apabila persediaan
tersebut dijual secara kredit, maka persediaan tersebut mula-mula ditukarkan ke
piutang, baru kemudian dan piutang menjadi uang.

Pembayaran dimuka (prepayments).


Pembayaran dimuka dapat digolongkan menjadi uang muka (advances) dan
biaya dibayar dimuka (prepaid expenses). Uang muka adalah pembayaran dimuka
yang nanti akan diperhitungkan pada waktu perolehan suatu harta, sedangkan biaya
dibayar dimuka, seperti namanya sudah menyebutkan, adalah pembayaran dimuka
untuk biaya. Contoh dan uang muka adalah uang muka pembelian persediaan, dan
uang muka pembelian harta tetap. Contoh biaya dibayar dimuka adalah sewa dibayar
dimuka, asuransi dibiayai di muka, pembayaran dimuka pajak perseroan (dalam
bentuk MPS dan MPO), perlengkapan kantor, perlengkapan toko dan lain-lain.

Investasi jangka panjang


Investasi jangka panjang adalah penanaman modal dalam perusahaan lain
dengan tujuan untuk investasi. Berbeda dengan surat-surat berharga dimana tujuan
pemilikannya adalah untuk dipeijua1 belikan, surat-surat berharga yang digolongkan
dalam investasi jangka panjang dimiliki untuk jangka waktu panjang dan terutama
untuk tujuan investasi.
BAB 17
ANALISA ATAS
LAPORAN LABA-RUGI

Seperti telah dibahas dalam Bab 2, semula orang (khususnya para kreditor)
berpendapat bahwa dalam menilaikan suatu perusahaan yang terpenting adalah
pemeriksaan atas neraca perusahaan tersebut, karena dari neraca, dapat dilihat aktiva-
aktiva yang dapat disita dan dijual, jika perusahaan tersebut bangkrut. Laporan laba
rugi pada waktu itu hanya dianggap sebagai laporan tambahan.
Lambat laun orang mulai sadar bahwa dalam menilaikan suatu perusahaan,
lebih penting dari nilai aktiva-aktiva yang dapat dipakai sebagai jaminan, adalah
kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup terus dan berkembang. Ini tergantung
dari kemampuan perusahaan untuk menjual produksi, membayar biaya-biaya
produksi/bahan, upah, dan lain-lain, dan akhirnya mencapai laba yang wajar.
Informasi yang demikian terdapat pada laporan Laba Rugi dan karenanya pada
pertengahan kedua dari abad ke 20, perhatian orang mulai dipindahkan pada laporan
Laba-Rugi tersebut.

Cara perhitungan Laba


Laba merupakan selisih antara hasil (penjualan) dan biaya-biaya selama suatu
jangka waktu tertentu. Dalam menghitung laba (rugi), harus ditaati prinsip-prinsip
akuntansi yang lazim. Dalam bab 2 telah dibicarakan mengenai waktu didapatnya
hasil dan dibicarakan perbedaan antara pengeluaran-pengeluaran yang harus
diaktifkan (artinya dicatat secara aktiva) dan secara periodik disusutkan atau
diamortisasikan.
Namun karena prinsip-prinsip akuntansi yang lazim itu bukan merupakan
prinsip-prinsip yang absolut, maka dalam perhitungan laba-rugi terdapat faktor
“kebijaksanaan” yang besar. Oleh karena itu, dalam perhitungan tersebut, kadang-
kadang dilakukan window-dressing dengan maksud agar supaya perusahaan yang
bersangkutan nampak lebih baik dari keadaan yang sebenarnya dan malah mungkin
pula dilakukan manipulasi dengan maksud jahat. Mereka yang ingin mengetahui
persoalan ini dengan lebih mendalam dapat membaca buku Graham and Dodd yang
berjudul Security Analysis. Persoalan ini akan kita singgung lagi dalam Seksi V pada
pembicaraan mengenai Pemeriksaan Akuntansi atau Auditing.

Susunan Laporan Laba-Rugi


Untuk memungkinkan analisa yang baik, maka dalam menyusun laporan laba
rugi, lazimnya dibedakan antara:
a. Laba (Rugi) dan operasi.
Laba dari operasi adalah selisih antara hasil dan biaya-biaya “operasi biasa”.
Yang dimaksudkan dengan “operasi biasa”, adalah aktivitas-aktivitas yang memang
termasuk rencana perusahaan.

b. Laba (Rugi) di luar operasi biasa (non-operating income).


Dalam kelompok ini termasuk semua hasil dan biaya yang bukan didapat dari
operasi biasa. Sebagai contoh telah disebut penjualan mobil dan mesin yang rusak.
Contoh lain adalah laba dari penjualan surat-surat berharga yang dibeli oleh
perusahaan sebagai investasi jangka pendek. Meskipun penjualan barang-barang
tersebut menyebabkan hasil dan biaya-biaya ekstra, namun karena hasil dan biaya
tersebut adalah di luar rencana operasi dan bersifat insidentil, maka hasil dari biaya
jual harus dipisahkan.

c. Koreksi-koreksi atas perhitungan laba tahun-tahun yang lalu (kalau ada).


Kesalahan atas perhitungan laba tahun-tahun yang lalu menyebabkan
pergeseran yang akan mempengaruhi laba-rugi tahun yang terakhir. Contoh-contoh
dari kesalahan-kesalahan demikian misalnya adalah kekurangan-kekurangan pada
perhitungan persediaan barang pada akhir tahun dan pajak-pajak mengenai tahun-
tahun yang lalu yang belum dibukukan. Koreksi yang demikian akan menambah atau
mengurangi laba tahun yang dihadapi. Namun karena sifatnya khusus, maka ini juga
harus dipisahkan.

d. Pajak
Dilihat dari sudut pemegang saham, pajak merupakan biaya. Namun, pajak
berbeda dari biaya-biaya lain karena besarnya pajak tergantung dari policy
pemerintah yang hendak mengarahkan perekonomian ke suatu arah tertentu.
Misalnya, tidak semua perusahaan dikenakan pajak yang sama (ada perusahaan yang
diberi tax-holiday) dan persentasi yang dikenakan juga tidak sama tetapi tergantung
dari besarnya laba (prinsip progressive).
Seperti ternyata dari contoh pada halaman 240 laporan laba rugi dapat dipecah
menjadi beberapa bagian seperti di bawah ini:

1. Hasil penjualan bersih.


Hasil penjualan bersih adalah hasil penjualan kotor setelah dikurangi dengan
pengurangan karena ada barang yang dikembalikan oleh pembeli ataupun karena
potongan yang diberikan pada pembeli (misalnya potongan yang diberikan karena
kualitas barang ternyata tidak sesuai dengan yang dijanjikan).
Pengurangan-pengurangan tersebut harus kita perhatikan dengan baik, karena
mi menunjukkan bahwa ada langganan yang tidak puas dengan barang yang diterima.
Dalam perusahaan yang berjalan baik, hasil penjualan bersih harus cukup
untuk menutup pokok penjualan dan biaya-biaya lain dan selanjutnya memberikan
sisa laba yang wajar.
2. Pokok Penjualan
Dalam perusahaan dagang, pokok penjualan dapat dihitung berdasarkan
persamaan: persediaan awal + pembelian – persediaan akhir = pokok penjualan.
Dalam perusahaan pabrikasi cara perhitungannya agak lebih ruwet. Biasanya, dalam
perusahaan pabrikasi disediakan suatu skedul khusus untuk menyatakan perhitungan
pokok penjualan. Skedul tersebut dapat berupa seperti di bawah ini:

Bahan langsung:
Persediaan awal xxxx
ditambah pembelian xxxx
xxxx
dikurangi persediaan akhir xxxx

bahan yang dipergunakan untuk


produksi…………………. xxxx
Upah langsung xxxx

Biaya overhead pabrikasi


Upah tak langsung xxxx
Penyusutan xxxx
Biaya overhead pabrikasi lain-lain xxxx
xxxx
xxxx
Ditambah persediaan awal produk dalam
proses…………………….. xxxx
dikurangi persediaan akhir produk dalam
proses…………………….. xxxx
xxxx
ditambah persediaan awal produk selesai xxxx
xxxx
dikurangi persediaan akhir produk selesai xxxx
Pokok penjualan xxxx

Perlu dijelaskan bahwa dalam harga pembelian lazimnya sudah termasuk semua
biaya-biaya yang diperlukan untuk mendapatkan barang di tempat yang diperlukan
seperti misalnya biaya pengangkutan, biaya asuransi dan lain-lain.

3. Laba kotor
Yang dimaksud dengan laba kotor adalah selisih antara hasil penjualan dan
pokok penjualan. Meskipun untuk menghitung laba dari operasi, laba kotor tersebut
masih harus dikurangi dengan biaya-biaya operasi (ialah biaya penjualan, biaya
administrasi dan biaya umum), namun laba kotor perlu mendapat perhatian yang
cukup. Dalam perusahaan yang sudah berjalan lancar biasanya terdapat hubungan
yang stabil antara laba kotor dan hasil penjualan bersih.

4. Biaya operasi.
Biaya operasi meliputi semua biaya-biaya yang diperlukan dalam operasi
biasa di samping “pokok penjualan”. Lazimnya Biaya Operasi ini dipecah lagi
menjadi Biaya Penjualan dan Biaya Umum (biaya administrasi tercakup dalam biaya
umum).

5. Laba (Rugi) dan operasi.


Di atas telah dibahas pengertian Laba (Rugi) dan “Operasi Biasa”. Angka ini
adalah sangat penting karena ia menyatakan sukses tidaknya perusahaan. Seperti telah
dibahas, laba dan operasi merupakan hasil dan aktivitas-aktivitas yang termasuk
rencana perusahaan dan kecuali jika ada perubahan-perubahan besar dalam keadaan
ekonomi, dapat diharapkan akan dicapai setiap tahun. Oleh karenanya, angka mi
menyatakan kemampuan perusahaan untuk hidup dan mencapai laba yang pantas
sebagai balas jasa pada pemilik modal.
6. Hasil dan biaya di luar operasi biasa.
Pengertian ini juga telah dibahas di atas. Hasil dan biaya di luar operasi biasa
merupakan hasil dan biaya yang insidentil, di luar rencana operasi dan tidak
diharapkan akan terjadi setiap tahun. Sebagai contoh telah kita sebutkan penjualan
mobil dan mesin rusak. Contoh lain adalah bunga yang diterima atas wesel tagih dan
laba yang didapat dan belegging.

7. Laba sebelum dikurangi pajak.


Laba dan operasi, ditambah hasil dan dikurangi biaya di luar operasi biasa,
menghasilkan laba sebelum dikurangi pajak. Bagi pihak-pihak tertentu (antara lain
Jawatan Pajak) angka ini adalah yang terpenting karena itu menyatakan laba yang
pada akhirnya dicapai oleh perusahaan tersebut dan atas mana pajak harus dihitung.

8. Pajak-pajak.
Pajak-pajak merupakan bagian pemerintah di dalam laba perusahaan. Seperti
telah dibahas di bagian lain, perhitungan laba-rugi untuk maksud pajak tidak selalu
sama dengan perhitungan berdasarkan prinsip ekonomi perusahaan. Dalam
menghitung pajak hal ini tentu tidak boleh dilupakan.

9. Laba bersih
Hasil terakhir adalah laba bersih yang akan dipindahkan dalam perkiraan
“Laba yang belum dibagi”. Dan perkiraan ini akan diambil suatu jumlah tertentu
untuk dibagikan sebagai dividen pada para pemegang saham.
Besarnya dividen yang dibagikan pada suatu tahun tertentu tergantung dan
beberapa hal, antara lain
a) laba bersih yang dicapai pada tahun tersebut.
b) sisa laba tahun-tahun lain yang tak dibagikan dan tidak dicadangkan untuk suatu
maksud khusus.
c) adanya kebutuhan pembelanjaan untuk maksud-maksud tertentu misalnya
memperbesar alat-alat produksi atau memperbesar modal kerja.
d) perlunya cadangan untuk maksud-maksud tertentu ataupun untuk cadangan umum
karena perusahaan sedang menghadapi masa yang kurang baik.

Jelaslah bahwa dalam menentukan besarnya dividen, laba bersih bukan


merupakan satu-satunya faktor yang menentukan.
Harta tetap
Harta berwujud bernilai besar yang dipergunakan untuk kegiatan perusahaan,
yang sifatnya tetap atau permanen dan tidak untuk diperdagangkan disebut sebagai
harta tetap. Contoh dan harta yang demikian adalah tanah, gedung, kendaraan,
peralatan, mesin-mesin dan lain-lain. Harta tersebut kecuali tanah akan berkurang
nilainya oleh karena penggunaan dalam kegiatan perusahaan. Penyusutan nilai atas
harta tadi dicatat oleh perusahaan sebagai biaya penyusutan.

Hutang dagang.
Hutang dagang merupakan kebalikan dan piutang dagang, yaitu hutang yang
berasal dan kegiatan utama perusahaan (pembelian kredit barang dan jasa).

Wesel bayar
Wesel bayar merupakan kebalikan dan wesel tagih. Dalam hal mi perusahaan
mengeluarkan janji tertulis untuk membayar sejumlah uang pada tanggal tertentu.

Hutang bank.
Hutang bank merupakan kewajiban jangka pendek kepada bank atau lembaga
keuangan yang disebabkan oleh pinjaman yang diterima oleh perusahaan. Hutang
bank dapat juga berjangka panjang, terutama apabila pinjaman tersebut dipergunakan
untuk investasi.
Hutang pajak, gaji, bunga dan lain-lain.
Hutang-hutang yang termasuk dalam golongan ini adalah merupakan biaya-
biaya yang sudah terjadi tetapi belum saatnya dibayar. Kadang-kadang hutang
semacam mi disebut biaya yang masih harus dibayar (accruals).

Hutang jangka panjang.


Hutang yang jatuh temponya lebih dan satu tahun digolongkan ke dalam
hutang jangka panjang. Contoh dan hutang mi adalah hutang obligasi, hutang bank
dan lain-lain.

Modal.
Seperti telah diterangkan dalam unit-unit yang lalu, modal merupakan hak
klaim pemilik atas kekayaan perusahaan. Kekayaan perusahaan tersebut dalam neraca
dicatat sebagai harta.

Anda mungkin juga menyukai