OKHLOKRASI TIRANI
DEMOKRASI ARISTOKRASI
OLIGARKHI
URAIAN
2. Bentuk Pemerintahan Monarkhi (Kerajaan)
Leon Duguit dalam bukunya Traite de Droit
Constitutional membedakan pemerintahan dalam
bentuk monarki dan republik. Perbedaan antara
pemerintahan bentuk “monarki” dan “republik”
menurut Leon Duguit, adalah ada pada kepala
negaranya. Jika ditunjuk berdasarkan hak turun-
temurun, maka kita berhadapan dengan monarki. Kalau
kepala negaranya ditunjuk tidak berdasarkan turun-
temurun tetapi dipilih, maka kita berhadapan dengan
republik.
a. Monarki Absolut
Monarki absolut adalah bentuk pemerintahan dalam
suatu negara yang dikepalai oleh seorang (raja, ratu,
syah, atau kaisar) yang kekuasaan dan wewenangnya
tidak terbatas. Perintah raja merupakan undang-
undang yang harus dipatuhi oleh rakyatnya. Pada diri
raja terdapat kekuasaan eksekutif, legislatif, dan
yudikatif yang menyatu dalam ucapan dan
perbuatannya. Contoh: Perancis semasa Louis XIV
dengan semboyannya yang terkenal L’etat C’est Moi
(negara adalah saya).
Arab Saudi (Raja Abdullah Di Yordania dan Maroko,
ibn 'Abd al 'Aziz Al Sa'ud) rajanya mempunyai
Brunei (Sultan Hassanal banyak kuasa tetapi tidak
boleh dianggap sebagai
Bolkiah Mu'izzadin
monarki yang mutlak.
Waddaulah ) Manakala di Liechtenstein,
Swaziland (Raja Mswati III) hampir dua-pertiga
Vatikan (Paus Benediktus penduduknya yang berhak
XVI) mengikuti pemilu telah
memberikan hak veto
kepada kepala negaranya
Pangeran Hans-Adam II.
b. Monarki Konstitusional
Monarki konstitusional adalah bentuk pemerintahan dalam suatu
negara yang dikepalai oleh seorang raja yang kekuasaannya
dibatasi oleh undang-undang dasar (konstitusi). Proses monarki
konstitusional adalah sebagai berikut :
Adakalanya proses monarki konstitusional itu datang dari raja
itu sendiri karena ia takut dikudeta. Contoh: negara Jepang
dengan hak octrooi (hak memonopoli pelayaran dan perdagangan,
mengumumkan perang mengadakan perdamaian dan mencetak uang
)
Adakalanya proses monarki konstitusional itu terjadi karena
adanya revolusi rakyat terhadap raja. Contoh: Inggris yang
melahirkan Bill of Rights tahun 1689, Yordania, Denmark, Arab
Saudi, dan Brunei Darussalam.12.3 27-09-10
Antigua dan Barbuda (Ratu Elizabeth Liechtenstein (Pangeran Hans Adam II)
Luxemburg (Grand Duke Henri)
II)
Australia (Ratu Elizabeth II) Monako (Pangeran Albert)
Maroko (Raja Mohammed VI)
Bahama (Ratu Elizabeth II) Norwegia (Raja Harald V)
Barbados (Ratu Elizabeth II)
Papua Nugini (Ratu Elizabeth II)
Belanda ( Saint Kitts dan Nevis (Ratu Elizabeth II)
Belgia (Raja Albert II) Saint Lucia (Ratu Elizabeth II)
Belize (Ratu Elizabeth II) Saint Vincent dan Grenadines (Ratu
Britania Raya (Ratu Elizabeth II) Elizabeth II)
Selandia Baru (Ratu Elizabeth II)
Denmark (Ratu Margrethe II)
Greenland (Ratu Margrethe II) Kepulauan Solomon (Ratu Elizabeth II)
Spanyol (Raja Juan Carlos I)
Grenada (Ratu Elizabeth II)
Swedia (Raja Carl XVI Gustaf)
Jamaika (Ratu Elizabeth II) Thailand (Raja Bhumibol Adulyadej)
Jepang (Maharaja Akihito) Tuvalu (Ratu Elizabeth II)
Kamboja (Raja Norodom Sihamoni) Uni Emirat Arab (Presiden Khalifa bin Zayed
Kanada (Ratu Elizabeth II) Al Nahayan)
Yordania (Raja Abdullah II )
c. Monarki Parlementer
Monarki parlementer adalah bentuk pemerintahan
dalam suatu negara yang dikepalai oleh seorang raja
dengan menempatkan parlemen (DPR) sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi. Dalam monarki
parlementer, kekuasaan eksekutif dipegang oleh
kabinet (perdana menteri) dan bertanggung jawab
kepada parlemen. Fungsi raja hanya sebagai kepala
negara (simbol kekuasaan) yang kedudukannya tidak
dapat diganggu gugat. Bentuk monarki parlementer
sampai sekarang masih tetap dilaksanakan di Inggris,
Belanda, dan Malaysia.xii-4
Dalam sistem republik absolut, pemerintahan
bersifat diktator tanpa ada pembatasan
kekuasaan. Penguasa mengabaikan
konstitusi dan untuk melegitimasi
kekuasaannya digunakanlah partai politik.
Dalam pemerintahan ini, parlemen memang
ada, namun tidka berfungsi.
Dalam sistem republik konstitusional,
presiden memegang kekuasaan kepala
negara dan kepala pemerintahan. Namun,
kekuasaan presiden dibatasi oleh konstitusi.
Di samping itu, pengawasan yang efektif
dilakukan oleh parlemen.
Dalam sistem republik parlementer, presiden
hanya sebagai kepala negara. Namun,
presiden tidak dapat diganggu-gugat.
Sedangkan kepala pemerintahan berada di
tangan perdana menteri yang
bertanggungjawab kepada parlementer.
Alam sistem ini, kekuasaan legislatif lebih
tinggi daripada kekuasaan eksekutif.
Sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu
tatanan utuh yang terdiri atas berbagai
komponen pemerintahan yang bekerja saling
bergantungan dan memengaruhi dalam
mencapaian tujuan dan fungsi pemerintahan
Sistem pemerintahan negara menggambarkan
adanya lembaga-lembaga negara, hubungan
antarlembaga negara, dan bekerjanya lembaga
negara dalam mencapai tujuan pemerintahan
negara yang bersangkutan.
1. Sistem pemerintahan Indonesia ‘45 – ’50
2. Sistem pemerintahan Indonesia ‘50 – ’59
3. Sistem pemerintahan Indonesia ‘59 – kini
4. Sistem pemerintahan Singapura
5. Sistem pemerintahan Inggris
6. Sistem pemerintahan Amerika Serikat
7. Sistem pemerintahan Cina
Setiap kelompok 4 orang
Setiap kelompok menyusun materi
Apakah yang dimaksud dengan sistem
pemerintahan Presidensial dan sistem
pemerintahan Parlementer?
Apakah ciri-ciri masing-masing sistem
pemerintahan?
Apakah keunggulan masing-masing sistem
pemerintahan?
Apakahkelemahan masing-masing sistem
pemerintahan?
Negara yang menerapkan sistem pemerintahan
Presidensial biasanya berbentuk republik
dengan presiden sebagai kepala negara
sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Di sini,
presiden mempunyai hak yang lebih luas
sebagai wakil negara ke luat dan kepala
pemerintahan ke dalam
1. kekuasaan pemerintahan tertinggi di tangan
presiden
2. Presiden sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan
3. kekuasan eksekutif sejajar dengan legislative
4. presiden memegang kekuasaan rangkap
sebagai kepala pemerintahan dan kep
Negara
5. menteri bertanggung jawab dan diangkat
oleh presiden
6. Presiden berkuasa selama periode waktu tertentu
sampai habis batas waktunya Jika mengacu system ini
maka presiden berkuasa sampai habis masa kerjanya
dan tidak bisa dijatuhkan
7. Ekspresi kedaulatan rakyatnya lebih luas.
8. Presiden memilih, mengangkat, melantik dan
memberhentikan pembantu presiden, yang disebut
dengan menter-menteri.
9. Menteri-menteri hasil bentukannya bertangungjawab
kepada nya (Presiden)
1. Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena
tidak tergantung pada parlemen
2. Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan
jangka waktu tertentu. Misalnya, masa jabatan
presiden Amerika Serikat adalah 4 tahun dan presiden
Indonesia selama 5 tahun
3. Penyusunan program kerja kabinet mudah
disesuaikan dengan jangka waktu masa jabatannya
4. Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-
jabatan eksekutif karena dapat diisi oleh orang luar
termasuk anggota parlemen sendiri
1. Kekuasaan eksekutif di luar pengawasan
langsung legislatif sehingga dapat
menciptakan kekuasaan mutlak
2. Sistem pertanggung jawabannya kurang jelas
3. Pembuatan keputusan/kebijakan publik
umumnya hasil tawar-menawar antara
eksekutif dengan legislatif sehingga dapat
terjadi keputusan tidak tegas dan memakan
waktu yang lama
1. Kekuasaan eksekutif di luar pengawasan langsung
legislatif sehingga dapat menciptakan kekuasaan
mutlak jika tidak cermat
2. Sistem pertanggung jawabannya kurang jelas
3. Pembuatan keputusan/kebijakan publik umumnya
hasil tawar-menawar antara eksekutif dengan
legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas
dan memakan waktu yang lama segala sesuatu membutuhkan
proses, presiden memiliki ahli untuk mengambil keputusan, juga tetap
dikontrol, di sini presiden mempunyai peran, sajauh mana ketegasan
presiden.
ini sama dengan parlementer, tak perlu tawar menawar. Presidensial DPR
sederajat, sehingga presiden dapat dijatuhkan.
Sistem parlementer adalah sebuah sistem
permerintahan yang di dalamnya hubngan
antara eksekutif dan badan pewakilan sangat
erat. Karenanya pertanggungjawaban para
menteri tertentu pada parlemen. Oleh
karena itu kabinet yang dibentuk harus
memperoleh dukungan mayoritas parlemen.
Wewenang Parlemen adalah mengangkat
perdana menteri dan menjatuhkan
pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan
semacam mosi tidak percaya
Ciri-ciri:
1. kekuasaan pemerintahan negara dipegang sepenuhnya oleh
parlemen,
2. segala kebijakan negara ditentikan oleh parlemen
kedudukan kepala negara (pres, raja) hanya sebagai simbul
dan tidak dapat diganggu gugat
3. kekuasaan legislative berada diatas eksekutif.
4. karena parlemen adalah pemegang legislatif, maka untuk
kekuasaan memerintah diserahkan kepada PM yang
kemudian membentuk kabinet.
1. Pembuatan kebijakan dapat ditangani secara
cepat karena mudah terjadi penyesuaian
pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini
karena kekuasaan legislatif dan eksekutif
berada pada satu partai atau koalisi partai.
2. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan
pelaksanaan kebijakan publik jelas
3. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen
terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi
berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan
1. Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada
mayoritas dukungan parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet
dapat dijatuhkan oleh parlementer
2. Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tak bisa
ditentukan berakhir sesuai dengan masa jabatannya karena
sewaktu-waktu kabinet dapat bubar
3. Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal ini terjadi bila para
anggota kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai
mayoritas. Karena pengaruh mereka yang besar di parlemen dan
partai, anggota kabinet pun dapat menguasai parlemen
4. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif.
Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan
menjadi bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan
eksekutif lainnya
Ciri-ciri:
para menteri diangkat dan bertanggungjawab kepada
parlemen, PM
menjadi penguasa berdasarkan kebijakan dari parlemen
Perbandingan system presidensial di Amerika Serikat
dengan di Indonesia
Amerika Serikat
1. Menganut trias politika murni (pemisahan kekuasaan)
2. Mempunyai lembaga legislative bicameral
3. Lembaga legislative (konggres) bisa menjatuhkan
presiden
4. Dikenal impeachment yang merupakan hak konggres
5. Presiden punya hak veto terhadap keputusan konggres
6. Hanya mengenal dwi partai
7. Presiden dipilih oleh badan pemilih (electoral college)
Indonesia
1. Menganut asas trias politika modifikasi
(pembagian kekuasaan)
2. Lembaga legislatif bersifat Unicameral
3. DPR hanya bisa merekomendasikan untuk
minta pertanggungjawaban presiden
4. Tidak dikenal adanya impeachment
5. Presiden Tidak punya hak veto
6. Kehidupan kepartaian bersifat Multi partai
7. Presiden dipilih oleh rakyat lewat pemilu
Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya
karena tidak tergantung pada parlemen.
Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan
jangka waktu tertentu. Misalnya, masa jabatan
Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun,
Presiden Indonesia adalah lima tahun.
Penyusun program kerja kabinet mudah
disesuaikan dengan jangka waktu masa
jabatannya.
Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk
jabatan-jabatan eksekutif karena dapat diisi oleh
orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.
Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan
langsung legislatif sehingga dapat
menciptakan kekuasaan mutlak.
Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
Pembuatan keputusan atau kebijakan publik
umumnya hasil tawar-menawar antara
eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi
keputusan tidak tegas dan memakan waktu
yang lama.
Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat
karena mudah terjadi penyesuaian pendapat
antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena
kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada
satu partai atau koalisi partai.
Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan
pelaksanaan kebijakan public jelas.
Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen
terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi
barhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada
mayoritas dukungan parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet
dapat dijatuhkan oleh parlemen.
Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bias
ditentukan berakhir sesuai dengan masa jabatannya karena
sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila
para anggota kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari
partai meyoritas. Karena pengaruh mereka yang besar diparlemen
dan partai, anggota kabinet dapat mengusai parlemen.
Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan
eksekutif. Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen
dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk menjadi menteri
atau jabatan eksekutif lainnya.
Sistem pemerintahan Semi Presidensial
Sistem ini merupakan gabungan dari model presidensial
dengan parlementer. Disebut juga dengan istilah quasi
presidensial. Artinya system pemerintahan dimana
perdana menteri dan presiden sama-sama aktif dalam
menjalankan pemerintahan negara sehari-hari. Dalam
system ini cabinet (dewan menteri) diangkat oleh presiden
tapi bertanggungjawab kepada parlemen. Cabinet ini
dapat dibubarkan melalui mosi tidak percaya oleh
parlemen. Mengenai pembagian kekuasaan diantara
keduanya (PM dan Pres) sangat berfarisai dan tergantung
dari pengaturan konstitusi negaranya.
Contoh model ini : Perancis, Finlandia, Portugal dll.
Praktek system pemerintahan Parlementer.
Bagi negara-negara penganut Parlementer umumnya
mengikuti 2 type yaitu model Inggris dan non
inggris/eropa barat yang biasanya mengadopsi model
Spanyol dan Jerman. Secara umum perbedaannya
sebagai berikut :
Model Inggris
1. Lebih mementingkan perdebatan formal dan serius
di parlemen.
2. Menekankan pentingnya sidang paripurna
parlemen dibanding sidang komisi
3. Anggota parlemen dipilih langsung dalam pemilu
Model eropa barat (Spanyol-Jerman)
1. Perdebatan lebih moderat, menekankan
pentingnya lobi diluar sidang resmi
2. Lebih menekankan sidang komisi dimana
terjadi perdebatan mengenai isu kebijakan-
kebijakan tertentu. Sidang paripurna kurang
diberi tempat
3. Anggota parlemen dipilih berdasarkan daftar
yang disodorkan partai politik.
Rakyat memilih parpol dan parpol akan
menentukan wakilnya berdasar urutan nama
calon yang sudah ditentukan sebelumnya
Penerapan system pemerintahan di Indonesia
Indonesia pernah mengalami penggunaan UUD
sebanyak 3x yaitu UUD '45, UUD RIS '49 dan UUD S
'50. Sistem pemerintahan yang dianut berdasarkan
ketiga UUD tersebut berbeda. Jika UUD 45
menekankan bentuk presidensial maka dalam kedua
UUD yang lain menggunakan bentuk parlementer
semu (quasi parlementer). Ada perbedaan mendasar
antara parlementer asli dengan quasi parlementer
yang diterapkan Indonesia pada masa penggunaan ke
dua UUD di atas. Berikut perbedaan antara
parlementer yang asli dengan yang diterapkan di
Indonesia (quasi parlementer):
Parlementer asli ciri-cirinya :
1. PM Diangkat parlemen
2. Kedudukan presiden sebagai kepala
negara (hanya sebagai simbol)
3. Pembentuk cabinet adalah parlemen
4. Pertanggungjawaban cabinet langsung ke
parlemen
5. Pengaruh parlemen ke pemerintahan
sangat mutlak
6. DPR sebagai lembaga legislative
Model parlementer yang diterapkan sesuai dengan
UUD RIS 1949 (27 des 49 – 17 Agust 1950)
1. PM Diangkat presiden
2. Presiden ikut campur dalam pemerintahan/campuri
PM
3. Cabinet Dibentuk pres
4. Pertanggungjawaban cabinet Ke parlemen tapi
lewat presiden
5. Pengaruh parlemen Kecil karena adanya campur
tangan presiden
6. Yang dimaksud lembaga legislative adalah DPR dan
s
Model parlementer yang diterapkan sesuai dengan
UUD S 1950 (17 Agust 1950 – 5 juli 1959)
1. PM Diangkat presiden
2. Presiden ikut campur dalam pemerintahan/campuri
PM
3. Cabinet Dibentuk pres
4. Pertanggungjawaban cabinet Ke parlemen tapi
lewat presiden
5. Pengaruh parlemen Kecil karena adanya campur
tangan presiden
6. Yang dimaksud lembaga legislative adalah DPR
.
1. Menjelaskan sistem pemerintahan Indonesia setelah
kemerdekaan hingga Dekrit Presiden 5 Juli 1959
2. Menjelaskan sistem pemerintahan Indonesia setelah
Dekrit Presiden hingga 1999
3. Menjelaskan sistem pemerintahan Indonesia setelah
adanya perubahan UUD 1945
4. Menjelaskan sistem pemerintahan Amerika Serikat
5. Menjelaskan sistem pemerintahan China
6. Menjelaskan sistem pemerintahan Singapura
7. Menjelaskan sistem pemerintahan Inggris