7:30 PM
Sejarah Musik Indonesia
Category: Music
Embrio kelahiran scene musik rock underground di Indonesia sulit dilepaskan dari
evolusi rocker-rocker pionir era 70-an sebagai pendahulunya. Sebut saja misalnya God
Bless, Gang Pegangsaan, Gypsy(Jakarta), Giant Step, Super Kid (Bandung), Terncem
(Solo), AKA/SAS (Surabaya), Bentoel (Malang) hingga Rawe Rontek dari Banten.
Mereka inilah generasi pertama rocker Indonesia. Istilah underground sendiri sebenarnya
sudah digunakan Majalah Aktuil sejak awal era 70- an. Istilah tersebut digunakan
majalah musik dan gaya hidup pionir asal Bandung itu untuk mengidentifikasi band-band
yang memainkan musik keras dengan gaya yang lebih ..liar' dan ..ekstrem' untuk ukuran
jamannya. Padahal kalau mau jujur, lagu-lagu yang dimainkan band- band tersebut di
atas bukanlah lagu karya mereka sendiri, melainkan milik band-band luar negeri macam
Deep Purple, Jefferson Airplane, Black Sabbath, Genesis, Led Zeppelin, Kansas, Rolling
Stones hingga ELP. Tradisi yang kontraproduktif ini kemudian mencatat sejarah
namanya sempat mengharum di pentas nasional. Sebut saja misalnya El Pamas, Grass
Rock (Malang), Power Metal (Surabaya), Adi Metal Rock (Solo), Val Halla (Medan)
hingga Roxx (Jakarta). Selain itu Log jugalah yang membidani lahirnya label rekaman
rock yang pertama di Indonesia, Logiss Records. Produk pertama label ini adalah album
ketiga God Bless, "Semut Hitam" yang dirilis tahun 1988 dan ludes hingga 400.000 kaset
di seluruh Indonesia.
Menjelang akhir era 80-an, di seluruh dunia waktu itu anak-anak muda sedang
mengalami demam musik thrash metal. Sebuah perkembangan style musik metal yang
lebih ekstrem lagi dibandingkan heavy metal. Band- band yang menjadi gods-nya antara
lain Slayer, Metallica, Exodus, Megadeth, Kreator, Sodom, Anthrax hingga Sepultura.
Kebanyakan kota- kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta,
Surabaya, Malang hingga Bali, scene undergroundnya pertama kali lahir dari genre
musik ekstrem tersebut. Di Jakarta sendiri komunitas metal pertama kali tampil di depan
publik pada awal tahun 1988. Komunitas anak metal (saat itu istilah underground belum
populer) ini biasa hang out di Pid Pub, sebuah pub kecil di kawasan pertokoan Pondok
Indah, Jakarta Selatan. Menurut Krisna J. Sadrach, frontman Sucker Head, selain
nongkrong, anak-anak yang hang out di sana oleh Tante Esther, owner Pid Pub, diberi
kesempatan untuk bisa manggung di sana. Setiap malam minggu biasanya selalu ada live
show dari band-band baru di Pid Pub dan kebanyakan band-band tersebut mengusung
musik rock atau metal.
Band-band yang sering hang out di scene Pid Pub ini antara lain Roxx (Metallica &
Anthrax), Sucker Head (Kreator & Sepultura), Commotion Of Resources (Exodus),
Painfull Death, Rotor (Kreator), Razzle (GN'R), Parau (DRI & MOD), Jenazah, Mortus
hingga Alien Scream (Obituary). Beberapa band diatas pada perjalanan berikutnya
banyak yang membelah diri menjadi band-band baru. Commotion Of Resources adalah
cikal bakal band gothic metal Getah, sedangkan Parau adalah embrio band death metal
lawas Alien Scream. Selain itu Oddie, vokalis Painfull Death selanjutnya membentuk
grup industrial Sic Mynded di Amerika Serikat bersama Rudi Soedjarwo (sutradara Ada
Apa Dengan Cinta?). Rotor sendiri dibentuk pada tahun 1992 setelah cabutnya gitaris
Sucker Head, Irvan Sembiring yang merasa konsep musik Sucker Head saat itu masih
kurang ekstrem baginya.
Semangat yang dibawa para pendahulu ini memang masih berkutat pola tradisi ..sekolah
lama', bangga menjadi band cover version! Di antara mereka semua, hanya Roxx yang
beruntung bisa rekaman untuk single pertama mereka, "Rock Bergema". Ini terjadi
karena mereka adalah salah satu finalis Festival Rock Se-Indonesia ke-V. Mendapat
kontrak rekaman dari label adalah obsesi yang terlalu muluk saat itu. Jangankan
rekaman, demo rekaman bisa diputar di radio saja mereka sudah bahagia. Saat itu stasiun
radio yang rutin mengudarakan musik- musik rock/metal adalah Radio Bahama, Radio
Metro Jaya dan Radio SK. Dari beberapa radio tersebut mungkin yang paling legendaris
adalah Radio Mustang. Mereka punya program bernama Rock N' Rhythm yang
mengudara setiap Rabu malam dari pukul 19.00 – 21.00 WIB. Stasiun radio ini bahkan
sempat disatroni langsung oleh dedengkot thrash metal Brasil, Sepultura, kala mereka
datang ke Jakarta bulan Juni 1992. Selain medium radio, media massa yang kerap
mengulas berita- berita rock/metal pada waktu itu hanya Majalah HAI, Tabloid Citra
Musik dan Majalah Vista.
Selain hang out di Pid Pub tiap akhir pekan, anak-anak metal ini sehari-harinya
nongkrong di pelataran Apotik Retna yang terletak di daerah Cilandak, Jakarta Selatan.
Beberapa selebritis muda yang dulu sempat nongkrong bareng (groupies?) anak-anak
metal ini antara lain Ayu Azhari, Cornelia Agatha, Sophia Latjuba, Karina Suwandi
hingga Krisdayanti. Aktris Ayu Azhari sendiri bahkan sempat dipersunting sebagai istri
oleh (alm) Jodhie Gondokusumo yang merupakan vokalis Getah dan juga
mantan vokalis Rotor.
Tak seberapa jauh dari Apotik Retna, lokasi lain yang sering dijadikan lokasi rehearsal
adalah Studio One Feel yang merupakan studio latihan paling legendaris dan bisa
dibilang hampir semua band- band rock/metal lawas ibukota pernah rutin berlatih di sini.
Selain Pid Pub, venue alternatif tempat band-band rock underground
manggung pada masa itu adalah Black Hole dan restoran Manari Open Air di Museum
Satria Mandala (cikal bakal Poster Café). Diluar itu, pentas seni MA dan acara musik
kampus sering kali pula di "infiltrasi" oleh band-band metal tersebut. Beberapa pensi
yang historikal di antaranya adalah Pamsos (SMA 6 Bulungan), PL Fair (SMA
Pangudi Luhur), Kresikars (SMA 82), acara musik kampus Universitas
Nasional (Pejaten), Universitas Gunadarma, Universitas Indonesia (Depok), Unika
Atmajaya Jakarta, Institut Teknologi Indonesia (Serpong) hingga Universitas Jayabaya
(Pulomas).
Dari sedemikian panjangnya perjalanan rock underground di tanah air, mungkin baru di
paruh pertama dekade 90-anlah mulai banyak terbentuk scene-scene underground dalam
arti sebenarnya di Indonesia. Di Jakarta sendiri konsolidasi scene metal secara masif
berpusat di Blok M sekitar awal 1995. Kala itu sebagian anak-anak metal sering
terlihat nongkrong di lantai 6 game center Blok M Plaza dan di sebuah resto waralaba
terkenal di sana. Aktifitas mereka selain hang out adalah bertukar informasi tentang
band-band lokal daninternasional, barter CD, jual-beli t-shirt metal hingga merencanakan
pengorganisiran konser. Sebagian lagi yang lainnya memilih hang out di basement Blok
Mall yang kebetulan letaknya berada di bawah tanah.
Pada era ini hype musik metal yang masif digandrungi adalah subgenre yang makin
ekstrem yaitu death metal, brutal death metal, grindcore, black metal hingga gothic/doom
metal. Beberapa band yang makin mengkilap namanya di era ini adalah Grausig,
Trauma, Aaarghhh, Tengkorak, Delirium Tremens, Corporation of Bleeding, Adaptor,
Betrayer, Sadistis, Godzilla dan sebagainya. Band grindcore Tengkorak pada tahun 1996
malah tercatat sebagai band yang pertama kali merilis mini album secara independen di
Jakarta dengan judul ..It's A Proud To Vomit Him'. Album ini direkam secara profesional
di Studio Triple M, Jakarta dengan sound engineer Harry Widodo (sebelumnya pernah
menangani album Roxx, Rotor, Koil, Puppen dan PAS).
Tahun 1996 juga sempat mencatat kelahiran fanzine musik underground pertama di
Jakarta, Brainwashed zine. Edisi pertama Brainwashed terbit 24 halaman dengan
menampilkan cover Grausig dan profil band Trauma, Betrayer serta Delirium Tremens.
Di ketik di komputer berbasis system operasi Windows 3.1 dan lay-out cut n' paste
tradisional, Brainwashed kemudian diperbanyak 100 eksemplar dengan mesin foto kopi
milik saudara penulis sendiri. Di edisi-edisi berikutnya Brainwashed mengulas pula
band-band hardcore, punk bahkan ska. Setelah terbit fotokopian hingga empat edisi, di
tahun 1997 Brainwashed sempat dicetak ala majalah profesional dengan cover
penuh warna. Hingga tahun 1999 Brainwashed hanya kuat terbit hingga tujuh edisi,
sebelum akhirnya di tahun 2000 penulis menggagas format e-zine di internet
(www.bisik.com). Media-media serupa yang selanjutnya lebih konsisten terbit di Jakarta
antara lain Morbid Noise zine, Gerilya zine, Rottrevore zine, Cosmic zine dan
sebagainya.
29 September 1996 menandakan dimulainya sebuah era baru bagi perkembangan rock
underground di Jakarta. Tepat pada hari itulah digelar acara musik indie untuk pertama
kalinya di Poster Café. Acara bernama "Underground Session" ini digelar tiap dua
minggu sekali pada malam hari kerja. Café legendaris yang dimiliki rocker gaek
Ahmad Albar ini banyak melahirkan dan membesarkan scene musik indie baru yang
memainkan genre musik berbeda dan lebih variatif. Lahirnya scene Brit/indie pop,
ledakan musik ska yang fenomenal era 1997 – 2000 sampai tawuran massal bersejarah
antara sebagian kecil massa Jakarta dengan Bandung terjadi juga di tempat ini. Getah,
Brain The Machine, Stepforward, Dead Pits, Bloody Gore, Straight Answer, Frontside,
RU Sucks, Fudge, Jun Fan Gung Foo, Be Quiet, Bandempo, Kindergarten, RGB,
Burning Inside, Sixtols, Looserz, HIV, Planet Bumi, Rumahsakit, Fable, Jepit Rambut,
Naif, Toilet Sounds, Agus Sasongko & FSOP adalah sebagian kecil band-band yang
..kenyang' manggung di sana.
10 Maret 1999 adalah hari kematian scene Poster Café untuk selama- lamanya. Pada hari
itu untuk terakhir kalinya diadakan acara musik di sana (Subnormal Revolution) yang
berujung kerusuhan besar antara massa punk dengan warga sekitar hingga berdampak
hancurnya beberapa mobil dan unjuk giginya aparat kepolisian dalam membubarkan
massa. Bubarnya Poster Café diluar dugaan malah banyak melahirkan venue- venue
alternatif bagi masing-masing scene musik indie. Café Kupu- Kupu di Bulungan sering
digunakan scene musik ska, Pondok Indah Waterpark, GM 2000 café dan Café Gueni di
Cikini untuk scene Brit/indie pop, Parkit De Javu Club di Menteng untuk gigs
punk/hardcore dan juga indie pop. Belakangan BB's Bar yang super- sempit di Menteng
sering disewa untuk acara garage rock-new wave-mellow punk juga rock yang kini
sedang hot, seperti The Upstairs, Seringai, The Brandals, C'mon Lennon, Killed By
Butterfly, Sajama Cut,
Devotion dan banyak lagi. Di antara semuanya, mungkin yang paling ..netral' dan
digunakan lintas-scene cuma Nirvana Café yangterletak di basement Hotel Maharadja,
Jakarta Selatan. Di tempat ini pulalah, 13 Januari 2002 silam, Puppen ..menghabisi
riwayat' mereka dalam sebuah konser bersejarah yang berjudul, "Puppen : Last Show
Ever", sebuah rentetan show akhir band Bandung ini sebelum membubarkan diri.
Invasi musik grunge/alternative dan dirilisnya album Kiss This dari Sex Pistols pada
tahun 1992 ternyata cukup menjadi trigger yang ampuh dalam melahirkan band-band
baru yang tidak memainkan musik metal. Misalnya saja band Pestol Aer dari komunitas
Young Offender yang diawal kiprahnya sering meng-cover lagu-lagu Sex Pistols lengkap
dengan dress-up punk dan haircut mohawknya. Uniknya, pada perjalanan selanjutnya,
sekitar tahun 1994, Pestol Aer kemudian mengubah arah musik mereka menjadi band
yang mengusung genre british/indie pop ala The Stone Roses. Konon, peristiwa historik
ini
kemudian menjadi momen yang cukup signifikan bagi perkembangan scene british/indie
pop di Jakarta. Sebelum bubar, di pertengahan 1997 mereka sempat merilis album debut
bertitel ..…Jang Doeloe'. Generasi awal dari scene brit pop ini antara lain adalah band
Rumahsakit, Wondergel, Planet Bumi, Orange, Jellyfish, Jepit Rambut, Room-V,
Parklife hingga Death Goes To The Disco.
Pestol Aer memang bukan band punk pertama, ibukota ini di tahun 1989 sempat
melahirkan band punk/hardcore pionir Antiseptic yang kerap memainkan nomor-nomor
milik Black Flag, The Misfits, DRI sampai Sex Pistols. Lukman (Waiting Room/The
Superglad) dan Robin (Sucker Head/Noxa) adalah alumnus band ini juga. Selain sering
manggung di Jakarta, Antiseptic juga sempat manggung di rockfest legendaris Bandung,
Hullabaloo II pada akhir 1994. Album debut Antiseptic sendiri yang bertitel ..Finally'
baru rilis delapan tahun kemudian (1997) secara D.I.Y. Ada juga band alternatif seperti
Ocean yang memainkan musik ala Jane's Addiction dan lainnya, sayangnya mereka tidak
sempat merilis rekaman.
Selain itu, di awal 1990, Jakarta juga mencetak band punk rock The Idiots yang awalnya
sering manggung meng-cover lagu-lagu The Exploited. Nggak jauh berbeda dengan
Antiseptic, baru sembilan tahun kemudian The Idiots merilis album debut mereka yang
bertitel ..Living Comfort In Anarchy' via label indie Movement Records. Komunitas-
komunitas punk/hardcore juga menjamur di Jakarta pada era 90-an tersebut. Selain
komunitas Young Offender tadi, ada pula komunitas South Sex (SS) di kawasan Radio
Dalam, Subnormal di Kelapa Gading, Semi-People di Duren Sawit, Brotherhood di Slipi,
Locos di Blok M hingga SID Gank di Rawamangun.
Sementara rilisan klasik dari scene punk/hardcore Jakarta adalah album kompilasi Walk
Together, Rock Together (Locos Enterprise) yang rilis awal 1997 dan memuat singel
antara lain dari band Youth Against Fascism, Anti Septic, Straight Answer, Dirty Edge
dan sebagainya. Album kompilasi punk/hardcore klasik lainnya adalah Still One, Still
Proud (Movement Records) yang berisikan singel dari Sexy Pig, The Idiots, Cryptical
Death hingga Out Of Control.
Bandung scene
Di Bandung sekitar awal 1994 terdapat studio musik legendaris yang menjadi cikal bakal
scene rock underground di sana. Namanya Studio Reverse yang terletak di daerah
Sukasenang. Pembentukan studio ini digagas oleh Richard Mutter (saat itu drummer
PAS) dan Helvi. Ketika semakin berkembang Reverse lantas melebarkan sayap bisnisnya
dengan
membuka distro (akronim dari distribution) yang menjual CD, kaset, poster, t-shirt, serta
berbagai aksesoris import lainnya. Selain distro, Richard juga sempat membentuk label
independen 40.1.24 yang rilisan pertamanya di tahun 1997 adalah kompilasi CD yang
bertitel "Masaindahbangetsekalipisan." Band-band indie yang ikut serta di kompilasi ini
antara lain adalah Burger Kill, Puppen, Papi, Rotten To The Core, Full of Hate dan
Waiting Room, sebagai satu- satunya band asal Jakarta.
Band-band yang sempat dibesarkan oleh komunitas Reverse ini antara lain PAS dan
Puppen. PAS sendiri di tahun 1993 menorehkan sejarah sebagai band Indonesia yang
pertama kali merilis album secara independen. Mini album mereka yang bertitel "Four
Through The S.A.P" ludes terjual 5000 kaset dalam waktu yang cukup singkat.
Mastermind yang melahirkan ide merilis album PAS secara independen tersebut adalah
(alm) Samuel Marudut. Ia adalah Music Director Radio GMR, sebuah stasiun radio rock
pertama di Indonesia yang kerap memutar demo-demo rekaman band-band rock amatir
asal Bandung, Jakarta dan sekitarnya. Tragisnya, di awal 1995 Marudut ditemukan tewas
tak bernyawa di kediaman Krisna Sucker Head di Jakarta. Yang mengejutkan,
kematiannya ini, menurut Krisna, diiringi lagu The End dari album Best of The Doors
yang diputarnya pada tape di kamar Krisna. Sementara itu Puppen yang dibentuk pada
tahun 1992 adalah salah satu pionir hardcore lokal yang hingga akhir hayatnya di tahun
2002 sempat merilis tiga album yaitu, Not A Pup E.P. (1995), MK II (1998) dan Puppen
s/t (2000). Kemudian menyusul Pure Saturday dengan albumnya yang self-titled. Album
ini kemudian dibantu promosinya oleh Majalah Hai. Kubik juga mengalami hal yang
sama, dengan cara bonus kaset 3 lagu sebelum rilis albumnya.
Agak ke timur, masih di Bandung juga, kita akan menemukan sebuah komunitas yang
menjadi episentrum underground metal di sana, komunitas Ujung Berung. Dulunya di
daerah ini sempat berdiri Studio Palapa yang banyak berjasa membesarkan band-band
underground cadas macam Jasad, Forgotten, Sacrilegious, Sonic Torment, Morbus
Corpse, Tympanic Membrane, Infamy, Burger Kill dan sebagainya. Di sinilah kemudian
pada awal 1995 terbit fanzine musik pertama di Indonesia yang bernama Revograms
Zine. Editornya Dinan, adalah vokalis band Sonic Torment yang memiliki single unik
berjudul "Golok Berbicara". Revograms Zine tercatat sempat tiga kali terbit dan kesemua
materi isinya membahas band-band metal/hardcore lokal maupun internasional.
Kemudian taklama kemudian fanzine indie seperti Swirl, Tigabelas, Membakar Batas
dan yang lainnya ikut meramaikan media indie. Ripple dan Trolley muncul sebagai
majalah yang membahas kecenderungan subkultur Bandung dan jug lifestylenya. Trolley
bangkrut tahun 2002, sementara Ripple berubah dari pocket magazine ke format majalah
standar. Sementara fanzine yang umumnya fotokopian hingga kini masih terus eksis.
Serunya di Bandung tak hanya musik ekstrim yang maju tapi juga scene indie popnya.
Sejak Pure Saturday muncul, berbagai band indie pop atau alternatif, seperti Cherry
Bombshell, Sieve, Nasi Putih hingga yang terkini seperti The Milo, Mocca, Homogenic.
Begitu pula scene ska yang sebenarnya sudah ada jauh sebelum trend ska besar. Band
seperti Noin Bullet dan Agent Skins sudah lama mengusung genre musik ini.
Siapapun yang pernah menyaksikan konser rock underground di Bandung pasti takkan
melupakan GOR Saparua yang terkenal hingga ke berbagai pelosok tanah air. Bagi band-
band indie, venue ini laksana gedung keramat yang penuh daya magis. Band luar
Bandung manapun kalau belum di ..baptis' di sini belum afdhal rasanya. Artefak
subkultur bawah tanah Bandung paling legendaris ini adalah saksi bisu digelarnya
beberapa rock show fenomenal seperti Hullabaloo, Bandung Berisik hingga Bandung
Underground. Jumlah penonton setiap acara-acara di atas tergolong spektakuler, antara
5000 – 7000 penonton! Tiket masuknya saja sampai diperjualbelikan dengan harga
fantastis segala oleh para calo. Mungkin ini merupakan rekor tersendiri yang belum
terpecahkan hingga saat ini di Indonesia untuk ukuran rock show underground.
Scene Jogjakarta
Kota pelajar adalah julukan formalnya, tapi siapa sangka kalau kota ini ternyata juga
menjadi salah satu scene rock underground terkuat di Indonesia? Well, mari kita telusuri
sedikit sejarahnya. Komunitas metal underground Jogjakarta salah satunya adalah Jogja
Corpsegrinder. Komunitas ini sempat menerbitkan fanzine metal Human Waste, majalah
Megaton dan menggelar acara metal legendaris di sana, Jogja Brebeg. Hingga kini acara
tersebut sudah terselenggara sepuluh kali! Band-band metal underground lawas dari kota
ini antara lain Death Vomit, Mortal Scream, Impurity, Brutal Corpse, Mystis, Ruction.
Scene Surabaya
Setelah event itu masing-masing band tersebut kemudian sepakat untuk mendirikan
sebuah organisasi yang bernama Independen. Base camp dari organisasi yang tujuan
dibentuknya sebagai wadah pemersatu serta sarana sosialisasi informasi antar
musisi/band underground metal ini waktu itu dipusatkan di daerah Ngagel Mulyo atau
tepatnya di studio milik band Retri Beauty (band death metal dengan semua personelnya
cewek, kini RIP - Red). Anggota dari organisasi yang merupakan cikal bakal
terbentuknya scene underground metal di Surabaya ini memang sengaja dibatasi hanya
sekitar 7-10 band saja.
Rencana pertama Independen waktu itu adalah menggelar konser underground rock di
Taman Remaja, namun rencana ini ternyata gagal karena kesibukan melakukan
konsolidasi di dalam scene. Setelah semakin jelas dan mulai berkembangnya scene
underground metal di Surabaya pada akhir bulan Desember 1997 organisasi Independen
resmi dibubarkan. Upaya ini dilakukan demi memperluas jaringan agar semakin tidak
tersekat-sekat atau menjadi terkotak-kotak komunitasnya.
Pada masa-masa terakhir sebelum bubarnya organisasi Independen, divisi record label
mereka tercatat sempat merilis beberapa buah album milik band-band death
metal/grindcore Surabaya. Misalnya debut album milik Slowdeath yang bertitel "From
Mindless Enthusiasm to Sordid Self-Destruction" (September 96), debut album Dry
berjudul "Under The Veil of Religion" (97), Brutal Torture "Carnal Abuse", Wafat
"Cemetery of Celerage" hingga debut album milik Fear Inside
yang bertitel "Mindestruction". Tahun-tahun berikutnya barulah underground metal di
Surabaya dibanjiri oleh rilisan-rilisan album milik Growl, Thandus, Holy Terror,
Kendath hingga Pejah.
Hanya bertahan kurang lebih beberapa bulan saja, S.U.S di tahun yang sama dilanda
perpecahan di dalamnya. Band-band yang beraliran black metal kemudian berpisah untuk
membentuk sebuah wadah baru bernama ARMY OF DARKNESS yang memiliki basis
lokasi di daerah Karang Rejo. Berbeda dengan black metal, band-band death metal
selanjutnya memutuskan tidak ikut membentuk organisasi baru. Selanjutnya di bulan
September 1997 digelar event AMUK II di IKIP Surabaya. Event ini kemudian mencatat
sejarah sendiri sebagai event paling sukses di Surabaya kala itu. 25 band death metal dan
black metal tampil sejak pagi hingga sore hari dan ditonton oleh kurang lebih 800 – 1000
orang. Arwah, band black metal asal Bekasi juga turut tampil di even tersebut sebagai
band undangan.
Scene ekstrem metal di Surabaya pada masa itu lebih banyak didominasi oleh band-band
black metal dibandingkan band death metal/grindcore. Mereka juga lebih intens dalam
menggelar event-event musik black metal karena banyaknya jumlah band black metal
yang muncul. Tercatat kemudian event black metal yang sukses digelar di Surabaya
seperti ARMY OF DARKNESS I dan II.
Tepat tanggal 1 Juni 1997 dibentuklah komunitas underground INFERNO 178 yang
markasnya terletak di daerah Dharma Husada (Jl. Prof. DR. Moestopo,Red). Di tempat
yang agak mirip dengan rumah-toko (Ruko) ini tercatat ada beberapa divisi usaha yaitu,
distro, studio musik, indie label, fanzine, warnet dan event organizer untuk acara-acara
underground di Surabaya. Event-event yang pernah di gelar oleh INFERNO 178 antara
lain adalah, STOP THE MADNESS, TEGANGAN TINGGI I & II hingga
BLUEKHUTUQ LIVE.
Band-band underground rock yang kini bernaung di bawah bendera INFERNO 178
antara lain, Slowdeath, The Sinners, Severe Carnage, System Sucks, Freecell,
Bluekuthuq dan sebagainya. Fanzine metal asal komunitas INFERNO 178, Surabaya
bernama POST MANGLED pertama kali terbit kala itu di event TEGANGAN TINGGI I
di kampus Unair dengan tampilnya band-band punk rock dan metal. Acara ini tergolong
kurang sukses karena pada waktu yang bersamaan juga digelar sebuah event black metal.
Sayangnya, hal ini juga diikuti dengan mandegnya proses penggarapan POST
MANGLED Zine yang tidak kunjung mengeluarkan edisinya yang terbaru hingga kini.
Divisi indie label dari INFERNO 178 paling tidak hingga sekitar 10 rilisan album masih
tetap menggunakan nama Independen sebagai nama label mereka. Baru memasuki tahun
2000 yang lalu label INFERNO 178 Productions resmi memproduksi album band punk
tertua di Surabaya, The Sinners yang berjudul "Ajang Kebencian". Selanjutnya label
INFERNO 178 ini akan lebih berkonsentrasi untuk merilis produk- produk berkategori
non-metal. Sedangkan untuk label khusus death metal/brutal death/grindcore dibentuklah
kemudian Bloody Pigs Records oleh Samir (kini gitaris TENGKORAK) dengan album
kedua Slowdeath yang bertitel "Propaganda" sebagai proyek pertamanya yang dibarengi
pula dengan menggelar konser promo tunggal Slowdeath di Café Flower sekitar bulan
September 2000 lalu yang dihadiri oleh 150- an penonton. Album ini sempat mencatat
sold out walau masih dalam jumlah terbatas saja. Ludes 200 keping tanpa sisa.
Scene Malang
Kota berhawa dingin yang ditempuh sekitar tiga jam perjalanan dari Surabaya ini
ternyata memiliki scene rock underground yang "panas" sejak awal dekade 90-an.
Tersebutlah nama Total Suffer Community(T.S.C) yang menjadi motor penggerak bagi
kebangkitan komunitas rock underground di Malang sejak awal 1995. Anggota
komunitas ini terdiri dari berbagai macam musisi lintas-scene, namun dominasinya tetap
saja anak-anak metal. Konser rock underground yang pertama kali digelar di kota
Malang diorganisir pula oleh komunitas ini. Acara bertajuk Parade Musik Underground
tersebut digelar di Gedung Sasana Asih YPAC pada tanggal 28 Juli 1996 dengan
menampilkan band-band lokal Malang seperti Bangkai (grindcore), Ritual Orchestra
(black metal),Sekarat (death metal), Knuckle Head (punk/hc), Grindpeace (industrial
death metal), No Man's Land (punk), The Babies (punk) dan juga band-band asal
Surabaya, Slowdeath (grindcore) serta The Sinners (punk).
Beberapa band Malang lainnya yang patut di beri kredit antara lain Keramat, Perish,
Genital Giblets, Santhet dan tentunya Rotten Corpse. Band yang terakhir disebut malah
menjadi pelopor style brutal death metal di Indonesia. Album debut mereka yang
bertitel "Maggot Sickness" saat itu menggemparkan scene metal di Jakarta, Bandung,
Jogjakarta dan Bali karena komposisinya yang solid dan kualitas rekamannya yang top
notch. Belakangan band ini pecah menjadi dua dan salah satu gitaris sekaligus
pendirinya, Adyth, hijrah ke Bandung dan membentuk Disinfected. Di kota inilah lahir
untuk kedua kalinya fanzine musik di Indonesia. Namanya Mindblast zine yang
diterbitkan oleh dua orang scenester, Afril dan Samack pada akhir 1995. Afril sendiri
merupakan eks-vokalis band Grindpeace yang kini eksis di band crust-grind gawat,
Extreme Decay. Sementara indie label pionir yang hingga kini masih bertahan serta tetap
produktif merilis album di Malang adalah Confused Records
Scene Bali
Berbicara scene underground di Bali kembali kita akan menemukan komunitas metal
sebagai pelopornya. Penggerak awalnya adalah komunitas 1921 Bali Corpsegrinder di
Denpasar. Ikut eksis di dalamnya antara lain, Dede Suhita, Putra Pande, Age Grindcorner
dan Sabdo Moelyo. Dede adalah editor majalah metal Megaton yang terbit di
Jogjakarta, Putra Pande adalah salah satu pionir webzine metal Indonesia
Corpsegrinder (kini Anorexia Orgasm) sejak 1998, Age adalah pengusaha distro yang
pertama di Bali dan Moel adalah gitaris/vokalis band death metal etnik, Eternal Madness
yang aktif menggelar konser underground di sana. Nama 1921 sebenarnya diambil dari
durasi siaran program musik metal mingguan di Radio Cassanova, Bali yang
berlangsung dari pukul 19.00 hingga 21.00 WITA.
Awal 1996 komunitas ini pecah dan masing-masing individunya jalan sendiri-sendiri.
Moel bersama EM Enterprise pada tanggal 20 Oktober 1996 menggelar konser
underground besar pertama di Bali bernama Total Uyut di GOR Ngurah Rai, Denpasar.
Band-band Bali yang tampil diantaranya Eternal Madness, Superman Is Dead, Pokoke,
Lithium, Triple Punk, Phobia, Asmodius hingga Death Chorus. Sementara band- band
luar Balinya adalah Grausig, Betrayer (Jakarta), Jasad, Dajjal, Sacrilegious, Total Riot
(Bandung) dan Death Vomit (Jogjakarta). Konser ini sukses menyedot sekitar 2000
orang penonton dan hingga sekarang menjadi festival rock underground tahunan di sana.
Salah satu
alumni Total Uyut yang sekarang sukses besar ke seantero nusantara adalah band punk
asal Kuta, Superman Is Dead. Mereka malah menjadi band punk pertama di Indonesia
yang dikontrak 6 album oleh Sony Music Indonesia. Band-band indie Bali masa kini
yang stand out di antaranya adalah Navicula, Postmen, The Brews, Telephone, Blod Shot
Eyes
dan tentu saja Eternal Madness yang tengah bersiap merilis album ke tiga mereka dalam
waktu dekat.
Memasuki era 2000-an scene indie Bali semakin menggeliat. Kesuksesan S.I.D memberi
inspirasi bagi band-band Bali lainnya untuk berusaha lebih keras lagi, toh S.I.D secara
konkret sudah membuktikan kalau band ..putera daerah' pun sanggup menaklukan
kejamnya industri musik ibukota. Untuk mendukung band-band Bali, drummer S.I.D,
Jerinx dan beberapa kawannya kemudian membuka The Maximmum Rock N' Roll
Monarchy (The Max), sebuah pub musik yang berada di jalan Poppies, Kuta. Seringkali
diadakan acara rock reguler di tempat ini.
Yang menarik sekarang adalah dominasi penggunaan idiom ..indie' dan bukan
underground untuk mendefinisikan sebuah scene musik non- mainstream lokal. Sempat
terjadi polemik dan perdebatan klasikmengenai istilah ..indie atau underground' ini di
tanah air. Sebagian orang memandang istilah ..underground' semakin bias karena
kenyataannya kian hari semakin banyak band-band underground yang ..sell-out', entah
itu dikontrak major label, mengubah style musik demi kepentingan bisnis atau laris
manis menjual album hingga puluhan ribu keping. Sementara sebagian lagi lebih senang
menggunakan idiom indie karena lebih ..elastis' dan misalnya, lebih friendly bagi band-
band yang memang tidak memainkan style musik ekstrem. Walaupun terkesan lebih
kompromis, istilah indie ini belakangan juga semakin sering digunakan oleh media
massa nasional, jauh
meninggalkan istilah ortodoks ..underground' itu tadi.
Ditengah serunya perdebatan indie/underground, major label atau indie label, ratusan
band baru terlahir, puluhan indie label ramai- ramai merilis album, ribuan distro/clothing
shop dibuka di seluruh Indonesia. Infrastruktur scene musik non-mainstream ini pun kian
established dari hari ke hari. Mereka seakan tidak peduli lagi dengan polarisasi indie-
major label yang makin tidak substansial. Bermain musik sebebas mungkin sembari
bersenang-senang lebih menjadi ..panglima' sekarang ini.
Zona Indo edisi 10 April 2009 lalu, menccoba kilas balik perkembang musik indonesia, kembali
ke puluhan tahun silam.
Di era 70an, musik Indonesia di dominasi oleh lagu lagu perjuangan, seperti halo halo bandung,
maju tak gentar dan lainnya disusul oleh lagu lagu koesplus.
Sepuluh tahun setelahnya jenis lagu yang mendominasi adalah lagu pop yang mendayu-dayu,
bertempo lambat dan cenderung berkesan cengeng. Rinto Harahap, Pance pondaaq, A ryanto,
dan Obbie Mesakh adalah nama-nama pencipta lagu yang cukup produktif di era ini.Yup inilah
masanya lagu patah hati! Nama-nama seperti; Nia Daniaty, Betharia Sonata, Ratih Purwasih, Iis
Sugianto, adalah beberapa nama yang merupakan spesialis lagu sedih.Lagu-lagu balada juga
lumayan laku ini mungkin karena temponya lambat juga, Franky dan Ebiet G Ade merupakan
musisi yang eksis dijalur ini.
Setelah Mentri Harmoko melakukan pelarangan terhadap musik cengeng akhirnya, aliran musik
ini menjadi surut, dan musik pop Indonesia seperti kehilangan arah. Hasilnya di tahun 90an
musik dangdut menjadi lebih hidup dan meriah. Bahkan banyak dari para penyanyi yang tadinya
beralirab pop dan rock beralih ke dangdut dan kemudian tercipta jenis musik baru yaitu pop
dangdut!
Disaat yang bersamaan saat musik Pop Indonesia kehilangan Greget, masuklah Ami Search,
musisi dari negeri jiran, Malaysia dengan lagunya ‘ Isabela’ dan langsung menjadi Hits! Lagu
Isabela inilah yang menjadi lokomotif bagi musisi dan lagu-lagu malaysia lainnya untuk
membanjiri pasaran musik Indonesia.Beberapa nama yang menjadi terkenal kemudian adalah
Salim Iklim, Ella, Nora, dll. Saat itu musik Malaysia benar-benar merajai musik Indonesia.
namun ada beberapa musisi yang tetap bertahan dengan alirannya ditengah gejolak musik
Indonesia yang tidak stabil tersebut, seprti dewa19, gigi, vina panduwinata dsb.
Masuk ke era 2000an, musik kita semakin bergelora, mulai banyak musisi musisi daerah yang
percaya diri menunjukkan kebolehannya, lewat Indie kompetisi. Perhatian terhadap
perkembangan musik indonesia pun semakin terlihat dari banyaknya kompetisi musik untuk
mecari bakat bakat baru, serta intens nya media yang menghadirkan program program musik
Indonesia di akhir 2009. (dinnaherly)
Masa Kolonialisme
Masuknya bangsa Barat ke Indonesia juga membawa pengaruh besar dalam perkembangan
musik Indonesia. Para pendatang ini memperkenalkan berbagai alat musik dari negeri
mereka, misalnya biola, selo (cello), gitar, seruling (flute), dan ukulele. Mereka pun
membawa sistem solmisasi dalam berbagai karya lagu. Itulah masa- masa perkembangan
musik modern Indonesia. Saat itu,para musisi Indonesia menciptakan sajian musik yang
merupakan perpaduan musik barat dan musik Indonesia . Sajian musik itu dikenal sebagai
musik keroncong.
Masa Kini
Seiring dengan masuknya media elektronik ke Indonesia,masukpula berbagai jenis musik
barat, seperti pop, jazz, blues, rock, dan R&B. demikian pula dengan musik- musik negeri
India yang banyak dibawa melalui film- filmnya. Dari perkembangan ini, terjadi perpaduan
antara musik asing dengan musik Indonesia. Musik India mengalami perpaduan dengan
musik melayu sehingga menghasilkan jenis musik dangdut. Maka, muncul pula berbagai
musisi Indonesia yang beraliran pop, jazz, blues, rock, dan R&B. Berkembang pula jenis
musik yang memadukan unsur kedaerahan Indonesia dengan unsur musik barat, terutama
alat- alat musiknya. Jenis musik ini sering disebut musik etnis.
Secara umum, fungsi musik bagi masyarakat Indonesia antara lain sebagai sarana atau
media upacara ritual, media hiburan, media ekspresi diri, media komunikasi, pengiring tari,
dan sarana ekonomi.
Musik di Indonesia, biasanya berkaitan erat dengan upacara- upacara kematian, perkawinan,
kelahiran, serta upacara keagamaan dan kenegaraan. Di beberapa daerah, bunyi yang
dihasilkan oleh instrumen atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Oleh karena
itu, instrumen seperti itu dipakai sebagai sarana kegiatan adat masyarakat.
Sarana Hiburan
Dalam hal ini, musik merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kejenuhan akibat
rutinitas harian, serta sebagai sarana rekreasi dan ajang pertemuan dengan warga lainnya.
Umumnya masyarakat Indonesia sangat antusias dalam menonton pagelaran musik. Jika
ada perunjukan musik di daerah mereka, mereka akan berbondong- bondongmendatangi
tempat pertunjukan untuk menonton.
Sarana Komunikasi
Di beberapa tempat di Indonesia, bunyi- bunyi tertentu yang memiliki arti tertentu bagi
anggota kelompok masyarakatnya. Umumnya, bunyi- bunyian itu memiliki pola ritme
tertentu, dan menjadi tanda bagi anggota masyarakatnya atas suatu peristiwa atau kegiatan.
Alat yang umum digunakan dalam masyarakat Indonesia adalah kentongan, bedug di masjid,
dan lonceng di gereja.
Pengiring Tarian
Di berbagai daerah di Indonesia, bunyi- bunyian atau musik diciptakan oleh masyarakat
untuk mengiringi tarian- tarian daerah. Oleh sebab itu, kebanyakan tarian daerah di
Indonesia hanya bisa diiringi olehmusik daerahnya sendiri. Selain musik daerah, musik-
musik pop dan dangdut juga dipakai untuk mengiringi tarian- tarian modern, seperti dansa,
poco- poco, dan sebagainya.
Sarana Ekonomi
Bagi para musisi dan artis professional, musik tidak hanya sekadar berfungsi sebagai media
ekspresi dan aktualisasi diri. Musik juga merupakan sumber penghasilan. Mereka merekam
hasil karya mereka dalam bentuk pita kaset dan cakram padat (Compact Disk/CD) serta
menjualnya ke pasaran. Dari hasil penjualannya ini mereka mendapatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Selain dalam media kaset dan CD. Para musisi juga melakukan
pertunjukan yang dipungut biaya. Pertunjukan tidak hanya dilakukan di suatu tempat, tetapi
juga bisa dilakukan di daerah- daerah lain di Indonesia ataupun di luar Indonesia.
Ragam musik di Indonesia dapat dibedakan atas musik tradisi, musik keroncong, musik
dangdut, musik perjuangan, dan musik pop.
Musik Daerah/Tradisional
Musik daerah atau musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di daerah-
daerah di seluruh Indonesia. Ciri khas pada jenis musik ini teletak pada isi lagu dan
instrumen (alat musiknya). Musik tradisi memiliki karakteristik khas, yakni syair dan
melodinya menggunakan bahasa dan gaya daerah setempat. Indonesia adalah sebuah
negara yang terdiri dari ribuan pulau yang terbentang dari Papua hingga Aceh. Dari sekian
banyaknya pulau beserta dengan masyarakatnya tersebut lahir, tumbuh dan berkembang.
Seni tradisi yang merupakan identitas, jati diri, media ekspresi dari masyarakat
pendukungnya.
Hampir diseluruh wilayah Indonesia mempunyai seni musik tradisional yang khas. Keunikan
tersebut bisa dilihat dari teknik permainannya, penyajiannya maupun bentuk/organologi
instrumen musiknya. Hampir seluruh seni tradisional Indonesia mempunyai semangat
kolektivitas yang tinggi sehingga dapat dikenali karakter khas orang/masyarakat Indonesia,
yaitu ramah dan sopan. Namun berhubung dengan perjalanan waktu dan semakin
ditinggalkanya spirit dari seni tradisi tersebut, karekter kita semakin berubah dari sifat yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan menjadi individual/egoistis. begitu banyaknya seni
tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia, maka untuk lebih mudah mengenalinya dapat di
golongkan menjadi beberapa kelompok yaitu alat musik/instrumen perkusi, petik dan gesek.
Perkusi adalah sebutan bagi semua instrumen musik yang teknik permainannya di pukul,
baik menggunakan tangan maupun stik. Dalam hal ini beberapa instrumen musik yang
tergolong dalam alat musik perkusi adalah, Gamelan, Arumba, Kendang, kolintang, tifa,
talempong, rebana, bedug, jimbe dan lain sebagainya.
Gamelan adalah alat musik yang terbuat dari bahan logam. Gamelan berasal dari daerah
Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur juga di Jawa Barat yang biasa disebut dengan
Degung dan di Bali (Gamelan Bali). Satu perangkat gamelan terdiri dari instrumen saron,
demung, gong, kenong, slenthem, bonang dan beberapa instrumen lainnya. Gamelan
mempunyai nada pentatonis/pentatonic.
Talempong adalah seni musik tradisi dari Minangkabau/Sumatera Barat. Talempong adalah
alat musik bernada diatonis (do, re, mi, fa, sol, la, ti, do)
Kolintang atau kulintang berasal dari daerah Minahasa/ Sulawesi Utara. Kolintang
mempunyai tangga nada diatonis/diatonic yang semua instrumennya terdiri dari bas, melodis
dan ritmis. Bahan dasar untuk membuat kulintang adalah kayu. Cara untuk memainkan alat
musik ini di pukul dengan menggunakan stik.
Arumba (alunan rumpun bambu) berasal dari daerah Jawa Barat. Arumba adalah alat musik
yang terbuat dari bhan bambu yang di mainkan dengan melodis dan ritmis. Pada awalnya
arumba menggunakan tangga nada pentatonis namun dalam perkembangannya
menggunakan tangga nada diatonis.
Kendang adalah sejenis alat musik perkusi yang membrannya berasal dari kulit hewan.
Kendang atau gendang dapat dijumpai di banyak wilayah Indonesia. Di Jawa barat kendang
mempunyai peraanan penting dalam tarian Jaipong. Di Jawa Tengah, Bali, DI Yogyakarta,
Jawa timur kendang selalu digunakan dalam permainan gamelan baik untuk mengiringi, tari,
wayang, ketoprak. Tifa adalah alat musik sejenis kendang yang dapat di jumpai di daerah
Papua, Maluku dan Nias. Rebana adalah jenis gendang yang ukuran bervariasai dari yang
kecil hingga besar. Rebana adalah alat musik yang biasa di gunakan dalam kesenian yang
bernafaskan Islam. Rebana dapat di jumpai hampir di sebagian wilayah Indonesia.
Kecapi adalah alat musik petik yang berasal dari daerah Jawa Barat. Bentuk organologi
kecapi adalah sebuah kotak kayu yang diatasnya berjajar dawai/senar, kotak kayu tersebut
berguna sebagai resonatornya. Alat musik yang menyerupai Kecapi adalah siter dari daerah
Jawa tengah.
Sasando adalah alat musik petik berasal dari daerah Nusa tenggara timur (Timor) kecapi ini
terbuat dari bambu dengan diberi dawai/senar sedangkan untuk resonasinya di buat dari
anyaman daun lontar yang mempunyai bentuk setengah bulatan.
Sampek (sampe/sapek) adalah alat musik yang bentuknya menyerupai gitar berasal dari
daerah kalimantan. Alat musik ini terbuat dari bahan kayu yang di penuhi dengan
ornamen/ukiran yang indah. Alat musik petik lainnya yang bentuknya menyerupai sampek
adalah Hapetan daerah Tapanuli, Jungga dari daerah Sulawesi Selatan.
Instrumen musik tradisional yang menggunakan teknik permainan digesek adalah Rebab.
Rebab berasal dari daerah Jawa barat, Jawa Tengah, Jakarta (kesenian betawi). Rebabb
terbuat dari bahan kayu dan resonatornya ditutup dengan kulit tipis, mempunyai dua buah
senar/dawai dan mempunyai tangga nada pentatonis. Instrumen musik tradisional lainnya
yang mempunyai bentuk seperti rebab adalah Ohyan yang resonatornya terbuat dari
tempurung kelapa, rebab jenis ini dapat dijumpai di bali, Jawa dan kalimantan selatan.
Suling adalah instrumen musik tiup yang terbuat dari bambu. hampir semua daerah di
indonesia dapat dijumpai alat musik ini. Saluang adalah alat musik tiup dari Sumatera
Barat, serunai dapat dijumpai di sumatera utara, Kalimantan. Suling Lembang berasal dari
daerah Toraja yang mempunyai panjang antara 40-100cm dengan garis tengah 2cm.
Tarompet, serompet, selompret adalah jenis alat musik tiup yang mempunyai 4-6 lubang
nada dan bagian untuk meniupnya berbentuk corong. Seni musik tradisi yang menggunakan
alat musik seperti ini adalah kesenian rakyat Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura,
Papua.
Musik Keroncong
Secara umum, musik keroncong memiliki harmoni musik dan improvisasi yang sangat
terbatas. Umumnya lagu- lagunya memiliki bentuk dan susunan yang sama. Syair- syairnya
terdiri atas beberapa kalimat (umumnya 7 kalimat) yang diselingi dengan permainan alat
musik.
Musik Dangdut
Musik dangdut merupakan hasil perpaduan antara musik India dengan musik Melayu, musik
ini kemudian berkembang dan menampilkan cirinya yang khas dan berbeda dengan musik
akarnya. Ciri khas musik ini terletak pada pukulan alat musik tabla (sejenis alat musik perkusi
yang menghasilkan bunyi ndut). Selain itu, iramanya ringan, sehingga mendorong penyanyi
dan pendengarnya untuk mengerakkan anggota badannya. Lagunya pun mudah dicerna,
sehingga tidak susah untuk diterima masyarakat.
Musik Perjuangan
Musik ini lahir dari kondisi masyarakat Indonesia yang sedang terjajah oleh bangsa asing.
Dengan menggunakan musik, para pejuang berusaha mengobarkan semangat persatuan
untuk bangkit melawan penjajah. Syair- syair yang diciptakan pada masa itu, umumnya berisi
ajakan untuk berjuang, ajakan untui berkorban demi tanah air, dan sebagainya. Irama
musiknya pun dibuat cepat dan semangat, serta diakhiri dengan semarak.
Musik ini memiliki ciri, antara lain penggunaan ritme yang terasa bebas dengan
mengutamakan permainan drum dan gitar bas. Komposisi melodinyajuga mudah dicerna.
Biasanya, para musisinya juga menambahkan variasi gaya yang beraneka ragam untuk
menambah daya tarik dan penghayatan pendengar atau penontonnya. Musik pop dibedakan
menjadi musik pop anak- anak dan musik pop dewasa.
Kesimpulan
Musik nusantara adalah seluruh musik yang berkembang di nusantara, yang menunjukkan
cirri keindonesiaan. Musik memiliki fungsi sebagai sarana atau media ritual, media hiburan
media ekspresi diri, media komunikasi, pengiring tari, dan sarana ekonomi. Ragam musik
nusantara yang berkembang dapat dibedakan menjadi musik tradisi, musik keroncong, musik
dangdut, musik perjuangan, dan musik pop.
reply share
Saya pernah baca sebuah Blogs milik seorang warga Malaysia. Ia Menceritakan bagaimana
Sheila on 7 Samson, Raja, Peterpen, Krisdayanti dan masih banyak lagi penyanyi dan grup Band
( Malaysia menyebutnya Kumpulan) asal Indonesia yang berjaya disana dan di puja-puja
masyarakat sana. Sempat juga saya chat dengan seorang remaja Malaysia ( dia mengaku salah
satu finalis di ajang AF, di Indonesia kita kenal; sebagai AFI). Dia mempertanyakan mengapa
penyanyi dan lagu dari Indonesia begitu mudahnya di terima masyarakat sana sementara
penyanyi Malaysia sangat kesulitan untuk bisa menembus pasar musik Indonesia., presentasinya
bahkan sampai 60 :40%! Ini berarti penyanyi Indonesia mengalahkan popularitas penyanyi
Malaysia di negerinya sendiri. Sheila on 7 di pertengahan tahun 90-an telah mencetak rekor
tersendiri dengan menjual 200.000 lebih keping album di Malaysia. Sebuah angka fantastik
untuk ukuran sana, konon Siti Nurhalisa-pun belum mampu mencapai rekor ini.
Perkembangan musik Indonesia memang sangat dinamis terutama di akhir tahun 90-an.
Kesuksesan Sheila on7 sebagai group band yang berasal dari indilabel membuka mata para
produser, bahwa para penyanyi Indie ini gak bisa di anggap sebelah mata. sebelum itu para
produser musik selalu mencari posisi aman dengan hanya bermain-main di wilayah musik pop
dengan penyanyi yang itu-itu juga (ini seperti nasib perfilman kita saat ini, yang selalu mencari
wilayah aman dengan rame2 meniru tema film yang sudah laris duluan, secara gak sadar mereka
sebenarnya sedang menggali kuburan buat mereka sendiri!)
lirik lagu:
Halo-halo Bandung
Written by: Ismail Marzuki ( 1946 )
( Lagu ini untuk mengenang peristiwa 24 maret 1946, waktu itu Jepang menyerah kepada tentara
Sekutu.Sekutu dan NICA mulai menguasai kota secara de facto. Saat Tentara Republik Indonesia
dipaksa menyerah dan meninggalkan kota sejauh radius 11km; Majelis Persatuan Perjuangan
Priangan memutuskan untuk membakar kota untuk mencegah Sekutu dan Belanda
mempergunakan fasilitas dan instalasi penting yang ada di kota itu
kagumku melihatnya
sinar nan perwira rela
hati telah terpikat
semoga kita kelak berjumpa pula
2. Era 70-an
Koes Bersaudara adalah rajanya pada masa ini. Lagu-lagunya banyak mencapai Hits dan Koes
bersaudara mendapat julukan sebagai The Beatlles-nya Indonesia. Setelah Toni Koeswoyo
memilih bersolo karir posisinya di ganti Murry, dan kemudian kata 'bersaudara' diganti menjadi
'Plus'. Ini di karenakan Murry bukan berasal dari keluarga Koeswoyo. Beberapa kali dicekal dan
masuk penjara. Ini di karenakan Koes Plus membuat beberapa lagu dengan menggunakan lirik
berbahasa asing. menurut pemerintahan Soekarno ini tidak mencerminkan watak Nasionalisme
dan bisa membahayakan. beberapa lagu koes Plus yang berbahasa asing sampai sekarang masih
enak terdengar, diantaranya lagu yang berjudul ' Why do u love me'. Selain Koes Plus nama lain
yang ikut meramaikan musik Indonesia juga lumayan banyak, tapi menurut saya Koes Plus-lah
yang menjadi ikon di era ini.Secara tema, selain lagu dengan tema cinta modern milik Koes Plus
lagu dengan tema percintaan dan kancah peperangan masih sering terdengar disini.
Lirik lagu:
3. Era-80-an
Pada e ra ini jenis lagu yang mendominasi adalah lagu pop yang mendayu-dayu,
bertempo lambat dan cenderung berkesan cengeng. Rinto Harahap, Pance pondaaq, A ryanto,
dan Obbie Mesakh adalah nama-nama pencipta lagu yang cukup produktif di era ini.Yup inilah
masanya lagu patah hati! Nama-nama seperti; Nia Daniaty, Betharia Sonata, Ratih Purwasih, Iis
Sugianto, adalah beberapa nama yang merupakan spesialis lagu sedih.Lagu-lagu balada juga
lumayan laku ini mungkin karena temponya lambat juga. Nama seperti Ebiet G Ade dan Franky
and Jane sangat familiar juga waktu itu., Saya masih ingat betul betapa lagu-lagu mereka begitu
melekat di hati pendengarnya, kakak saya yang waktu itu masih SMP, punya 4 buah buku tulis
tebal yang khusus mencatat lirik lagu-lagu mereka. Bahkan boleh di bilang saya aja yang waktu
itu masih kelas 2 SD sudah hafal hampir seluruh lagu yang hits di era itu! Biasanya sambil
menunggu padi yang menguning agar tidak di serang burung pipit, kita nyanyi-nyanyi lagu itu
secara koor (rame-rame) di atas ranggon (dangau di tengah sawah yang bertingkat!) kayaknya
seru. Beberapa lagu sempat menjadi fenomenal. Diantaranya lagu 'gelas-gelas kaca' dan lagu
'hati yang luka' milik Betharia Sonata. Lagu yang berjudul " Aku masih seperti yang dulu', yang
di nyanyikan Dian Piesesha bahkan sampai terjual 2 juta kopi. Angka yang sangat fenomenal
waktu itu, dan rekord ini baru di kalahkan oleh Sheila on7 belasan tahun berikutnya lewat lagu
'Dan' serta 'Kita' ! Harmoko yang waktu itu menjabat sebagai mentri Penerangan,menyebut lagu
mereka sebagai lagu 'ngak-ngik-ngok' dan melarang peredaran lagu-lagu jenis ini dengan alasan,
membuat mental bangsa menjadi lemah, masyarakat jadi cengeng dan malas bekerja.Tapi apa
ada korelasinya? Dan apa itu sudah sesuai dengan kapasitas dia sebagai mentri penerangan untuk
melakukan pelarangan terhadap sebuah aliran musik?
Di tengah derasnya aliran cengeng sebenarnya ada beberapa musisi yang tetap konsisten dengan
aliran mereka yang tidak terbawa arus untuk memainkan musik yang meratap-ratap. Diantaranya
ada Fariz RM, Vina Panduwinata, Gombloh dll. Musik mereka sering disebut sebagai musik pop
kreatif. Lagu Vina yang berjudul 'Burung Camar' bahkan jadi hits dimana-mana.
DI era ini musik rock juga sempat berjaya meski hanya sebentar, bebrapa nama seperti, Ikang
Fauzy, Nicky Astria, Gito Rollies, dan beberapa group rock seperti Goodbles yang kemudian
berubah menjadi GONG 200 sempat berkibar.Nicky Astria bahkan manjadi ikon Rocker cewek
Indonesia setelah era-nya Euis darliah.Group-group musik baru pun mulai bermunculan di akhir
era ini (tepatnya di 90-an awal kali) seperti; Dewa 19, Slank, Boomerang, Vodoo,dan masih
banyak lagi group-group musik rock lainya yang hanya numpang lewat doang!
4. Era-90-an
Setelah Mentri Harmoko m elakukan pelarangan terhadap
musik ,ngak-ngik-ngok' akhirnya, aliran musik cengeng ini menjadi surut, dan musik pop
Indonesia seperti kehilangan arah. Dampak positifnya musik dangdut menjadi lebih hidup dan
meriah. Bahkan banyak dari para penyanyi yang tadinya beralirab pop dan rock beralih ke
dangdut dan kemudian tercipta jenis musik baru yaitu pop dangdut! Obbie mesakh sukses
menciptakan lagu 'mobil dan Bensin' yang dinyanyikan santa Hokki, dan kemudian jenis lagu ini
seperti merajalela. Bom berikutnya lagu yang berjudul; 'Gantengnya Pacarku' yang dinyanyikan
Nini karlina semakinmemperkuat eksistensi musik jenis ini yang akhirnya mengarah ke jenis
musik rancak sedikit disco? Jefry Bule kemudian menjadi sangat terkenal sebagai pencipta lagu
musik jenis ini. Karya-karyanya banyak yang menjadi Hirts. Doel sumbang pun yang biasanya
menyanyikan lagu daerah dan protes sosial mencoba keberuntungan di jenis musik ini dan sukses
dengan lagu 'Kamu' 'pun Ahmad albar yang notabene penyanyi beraliran rock akhirnya ikut
terseret dan menyanyikan lagu ' Zakiyah'.
Group-group musik baru sebenarnya juga ada beberapa yang potensial dan mencetak hits yang
lumayan, tapi gaungnya tetap kalah. Ada Dewa 19 dengan lagu 'Kangen'nya, Slank dengan lagu
'Terlalu manis' dan Indra Lesmana dengan lagu 'Aku ingin bebas' ada beberapa lagi yang saya
lupa sebutkan.
Disaat yang bersamaan saat musik Pop Indonesia kehilangan Greget, masuklah Ami Search,
musisi dari negeri jiran, Malaysia dengan lagunya ' Isabela' dan langsung menjadi Hits! Lagu
Isabela inilah yang menjadi lokomotif bagi musisi dan lagu-lagu malaysia lainnya untuk
membanjiri pasaran musik Indonesia.Beberapa nama yang menjadi terkenal kemudian adalah
Salim Iklim, Ella, Nora, dll. Saat itu musik Malaysia benar-benar merajai musik Indonesia.
Beberapa musisi Indonesia , meniru gaya mereka dan menciptakan trend musik baru " POP
ROCK!" Nama seperti, Dedy Dores, Nike Ardilla, Inka Christy,Nafa urbach dan masih banyak
lagi begitu seragamnya menyanyikan lagu ini. Nike Ardila membuat terobosan gaya dalam
berpenampilan Rock. Musik Rock yang biasanya di nyanyikan dengan sangar tiba-tiba saja
menjadi lembut dan mendayu-dayu dengan gaya seadanya, sekedar bergoyang dikit dan
memainkan ekspresi muka ternyata ia di terima masyarakat luas!
Jenis musik ini ternyata cepat membuat bosan terutama setelah kematian Nike Ardilla dan tak
adanya inovasi dari musisi Malaysia.
Beberapa nama baru muncul di dunia rekaman Indonesia, ada Kahitna, Java jive, Krisdayanti,
Jingga,
Beberapa label rekaman kemudian mengeluarkan album kompilasi dari beberapa group musik
yang mengambil aliran alternatif dan ternyata laris manis. Produser musik tentu saja senang
dengan modal yag gak begitu besar mereka dapat keuntungan besar. Akhirnya album-album
kompilasi jadi trend waktu itu.Beberapa nama yang berhasil terangkat dari trend ini yaitu; Padi,
Cokelat, Air, Wong, Peterpen, dan masih banyak lagi!
Di Akhir tahun 90-an, Sheila on7 membuat gebrakan baru, lagunya yang berjudul ' Dan' jadi
Hits bahkan lagu lainnya yang berjudul 'kita' seakan jadi lagu wajib untuk acara kumpul-kumpul
atau nongkrong. Waktu kemping aja lagu ini terus kita ulang-ulang. Secara musikalitas
sebenarnya tak ada yang istimewa dari group musik asal Jogja ini. Suara Duta biasa-biasa saja,
tampang mereka juga kampung banget tapi lagu mereka yang baru bener-bener berbeda, ada
kesan indie dan liriknya remaja banget, lugas dan apa adanya. Album pertama mereka terjual
lebih dari 2 juta keping. BAhkan album mereka juga laris manis di Malaysia dan Singapura!. Ini
mengalahkan record yang sebelumnya di pegang oleh lagu ' Aku masih seperti yang dulu'. Tak
berapa lama Group Band Dewa dengan formasi barunya kembali hadir setelah fakum selama 2
tahun dan kembali melahirkan beberapa Hits dan juga terjual lebih dari 2 juta kopi! Padi group
band keluaran dari musik kompilasi juga tak mau kalah. Album baru mereka 'lain Dunia' laris
dimana-mana dan juga terjual lebih dari 2 juta keping! Yang perlu dicatat adalah album mereka
terjual disaat krismon melanda Indonesia ! Reza Artamivea juga boleh di bilang cukup berhasil,
mengusung musik beraliran R&B, suara sexinya berhasil memukau pecinta musik Indonesia.
Lyrics:
KITA
(**)
Kau t'lah percikan rasa sayang
Pastikan kita seirama
Walau terikat rasa hina
5. Era 2000
Tapi yang pasti era ini adalah era emasnya musik Indonesia de tengah lesunya musik di dunia
International musik Indonesia malah berjaya, bahkan sampai ke negeri tetangga. Jayalah terus
Musik Indonesia!
Lirik:
Kenangan Terindah
(by: Samson)
Sejarah musik tradisi Seni musik maupun bidang lainnya sangat berkaitan erat dengan kehidupan
manusia. Dibanyak tempat musik lahir dan berkembang dari kegiatan sehari-hari masyarakatnya sebagai
contoh:
a.musik angklung dari jawa barat, semula alat musik ini digunakan sebagai alat tabuh tradisional ronda
malam dan pada saat pesta panen atau perkawinan.
b.Musik gondang dari tapanuli, biasa dipakai dalam upacar-upacara masyarakat batak
c.Musik lesung( kotekan) dibeberapa daerah indonesia biasa dimainkan pada saat menumbuk paddi
d.Musik gamelan dari jawa& bali musik gamelan dijawa pada mulanya dipakai dalam uapacara-upacara
kerajaaan didalam istana.sementara dibali, musik ini hanya dipakai dalam upacara-upacara umat hindu,
seperti upacara siklus kehidupan manuisa
Musik gong luang dari bali musik tradisi ini sifatnya sacral dan umumnya digunakan untuk mengiringi
upacara kematian
Musik sasando gong dari rote. Alat musik tradisional ini terbuat dari daun lontar yang banyak terdapat
didaerah rote ini .musik ini biasa dipakai sebagai hiburan , pengiring tarian , upacara adat masyarakat
rote
Prasejarah Musik Indonesia sejak ribuan tahun yang lalu ternyata perkembangan musik
Indonesia sudah ada, sehingga musik itu dikatakan telah melampaui batas bahasa, kebudayaan
bahkan agama. Bagi orang barat, India sering disamakan dengan Indonesia. Mereka menyebut
India dengan Indie (Nedherland-Oost) yang maksudnya Indonesia.
Anggapan semacam itu mengakibatkan kekayaan alat seni maupun kesenian di Indonesia tidak
diperhitungkan oleh bangsa lain, terutama waktu penjajahan Belanda masih bercokol di bumi
Indonesia.
Khasanah seni di Indonesia adalah sangat kaya dan bermutu tinggi dan dapat disejajarkan dengan
seni klasik di negeri yang berkembang.
1. Musik Daerah/Tradisional
Ciri khas jenis musik ini terletak pada isi lagu dan instrumen (alat musiknya). Musik tradisi
memiliki karakteristik khas, yaitu syair dan melodinya menggunakan bahasa dan gaya daerah
setempat. Seni tradisi yang merupakan identitas, jati diri, media ekspresi dari masyarakat
pendukungnya. Musik jenis ini terdiri dari :
2. Musik Keroncong
Ciri musik jenis ini adalah pada harmoni musik dan improvisasi yang sangat terbatas. Umumnya
lagu-lagunya memiliki bentuk dan susunan yang sama. Syair- syairnya terdiri atas beberapa
kalimat (umumnya 7 kalimat) yang diselingi dengan permainan alat musik.
3. Musik Dangdut
Ciri khas musik ini terletak pada pukulan alat musik tabla (sejenis alat musik perkusi yang
menghasilkan bunyi ndut) dan iramanya yang ringan, sehingga mendorong penyanyi dan
pendengarnya untuk mengerakkan anggota badannya.
4. Musik Perjuangan
Ciri khas dari musik ini terletak pada syair- syairnya yang umumnya berisi ajakan untuk
berjuang, ajakan untuk berkorban demi tanah air, dan sejenisnya. Irama musiknya cepat dan
semangat, serta diakhiri dengan semarak.