Anda di halaman 1dari 34

Friday, June 27, 2008 

7:30 PM
Sejarah Musik Indonesia
Category: Music
Embrio kelahiran scene musik rock underground di Indonesia sulit dilepaskan dari
evolusi rocker-rocker pionir era 70-an sebagai pendahulunya. Sebut saja misalnya God
Bless, Gang Pegangsaan, Gypsy(Jakarta), Giant Step, Super Kid (Bandung), Terncem
(Solo), AKA/SAS (Surabaya), Bentoel (Malang) hingga Rawe Rontek dari Banten.
Mereka inilah generasi pertama rocker Indonesia. Istilah underground sendiri sebenarnya
sudah digunakan Majalah Aktuil sejak awal era 70- an. Istilah tersebut digunakan
majalah musik dan gaya hidup pionir asal Bandung itu untuk mengidentifikasi band-band
yang memainkan musik keras dengan gaya yang lebih ..liar' dan ..ekstrem' untuk ukuran
jamannya. Padahal kalau mau jujur, lagu-lagu yang dimainkan band- band tersebut di
atas bukanlah lagu karya mereka sendiri, melainkan milik band-band luar negeri macam
Deep Purple, Jefferson Airplane, Black Sabbath, Genesis, Led Zeppelin, Kansas, Rolling
Stones hingga ELP. Tradisi yang kontraproduktif ini kemudian mencatat sejarah
namanya sempat mengharum di pentas nasional. Sebut saja misalnya El Pamas, Grass
Rock (Malang), Power Metal (Surabaya), Adi Metal Rock (Solo), Val Halla (Medan)
hingga Roxx (Jakarta). Selain itu Log jugalah yang membidani lahirnya label rekaman
rock yang pertama di Indonesia, Logiss Records. Produk pertama label ini adalah album
ketiga God Bless, "Semut Hitam" yang dirilis tahun 1988 dan ludes hingga 400.000 kaset
di seluruh Indonesia.

Menjelang akhir era 80-an, di seluruh dunia waktu itu anak-anak muda sedang
mengalami demam musik thrash metal. Sebuah perkembangan style musik metal yang
lebih ekstrem lagi dibandingkan heavy metal. Band- band yang menjadi gods-nya antara
lain Slayer, Metallica, Exodus, Megadeth, Kreator, Sodom, Anthrax hingga Sepultura.
Kebanyakan kota- kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta,
Surabaya, Malang hingga Bali, scene undergroundnya pertama kali lahir dari genre
musik ekstrem tersebut. Di Jakarta sendiri komunitas metal pertama kali tampil di depan
publik pada awal tahun 1988. Komunitas anak metal (saat itu istilah underground belum
populer) ini biasa hang out di Pid Pub, sebuah pub kecil di kawasan pertokoan Pondok
Indah, Jakarta Selatan. Menurut Krisna J. Sadrach, frontman Sucker Head, selain
nongkrong, anak-anak yang hang out di sana oleh Tante Esther, owner Pid Pub, diberi
kesempatan untuk bisa manggung di sana. Setiap malam minggu biasanya selalu ada live
show dari band-band baru di Pid Pub dan kebanyakan band-band tersebut mengusung
musik rock atau metal.

Band-band yang sering hang out di scene Pid Pub ini antara lain Roxx (Metallica &
Anthrax), Sucker Head (Kreator & Sepultura), Commotion Of Resources (Exodus),
Painfull Death, Rotor (Kreator), Razzle (GN'R), Parau (DRI & MOD), Jenazah, Mortus
hingga Alien Scream (Obituary). Beberapa band diatas pada perjalanan berikutnya
banyak yang membelah diri menjadi band-band baru. Commotion Of Resources adalah
cikal bakal band gothic metal Getah, sedangkan Parau adalah embrio band death metal
lawas Alien Scream. Selain itu Oddie, vokalis Painfull Death selanjutnya membentuk
grup industrial Sic Mynded di Amerika Serikat bersama Rudi Soedjarwo (sutradara Ada
Apa Dengan Cinta?). Rotor sendiri dibentuk pada tahun 1992 setelah cabutnya gitaris
Sucker Head, Irvan Sembiring yang merasa konsep musik Sucker Head saat itu masih
kurang ekstrem baginya.

Semangat yang dibawa para pendahulu ini memang masih berkutat pola tradisi ..sekolah
lama', bangga menjadi band cover version! Di antara mereka semua, hanya Roxx yang
beruntung bisa rekaman untuk single pertama mereka, "Rock Bergema". Ini terjadi
karena mereka adalah salah satu finalis Festival Rock Se-Indonesia ke-V. Mendapat
kontrak rekaman dari label adalah obsesi yang terlalu muluk saat itu. Jangankan
rekaman, demo rekaman bisa diputar di radio saja mereka sudah bahagia. Saat itu stasiun
radio yang rutin mengudarakan musik- musik rock/metal adalah Radio Bahama, Radio
Metro Jaya dan Radio SK. Dari beberapa radio tersebut mungkin yang paling legendaris
adalah Radio Mustang. Mereka punya program bernama Rock N' Rhythm yang
mengudara setiap Rabu malam dari pukul 19.00 – 21.00 WIB. Stasiun radio ini bahkan
sempat disatroni langsung oleh dedengkot thrash metal Brasil, Sepultura, kala mereka
datang ke Jakarta bulan Juni 1992. Selain medium radio, media massa yang kerap
mengulas berita- berita rock/metal pada waktu itu hanya Majalah HAI, Tabloid Citra
Musik dan Majalah Vista.

Selain hang out di Pid Pub tiap akhir pekan, anak-anak metal ini sehari-harinya
nongkrong di pelataran Apotik Retna yang terletak di daerah Cilandak, Jakarta Selatan.
Beberapa selebritis muda yang dulu sempat nongkrong bareng (groupies?) anak-anak
metal ini antara lain Ayu Azhari, Cornelia Agatha, Sophia Latjuba, Karina Suwandi
hingga Krisdayanti. Aktris Ayu Azhari sendiri bahkan sempat dipersunting sebagai istri
oleh (alm) Jodhie Gondokusumo yang merupakan vokalis Getah dan juga
mantan vokalis Rotor.

Tak seberapa jauh dari Apotik Retna, lokasi lain yang sering dijadikan lokasi rehearsal
adalah Studio One Feel yang merupakan studio latihan paling legendaris dan bisa
dibilang hampir semua band- band rock/metal lawas ibukota pernah rutin berlatih di sini.
Selain Pid Pub, venue alternatif tempat band-band rock underground
manggung pada masa itu adalah Black Hole dan restoran Manari Open Air di Museum
Satria Mandala (cikal bakal Poster Café). Diluar itu, pentas seni MA dan acara musik
kampus sering kali pula di "infiltrasi" oleh band-band metal tersebut. Beberapa pensi
yang historikal di antaranya adalah Pamsos (SMA 6 Bulungan), PL Fair (SMA
Pangudi Luhur), Kresikars (SMA 82), acara musik kampus Universitas
Nasional (Pejaten), Universitas Gunadarma, Universitas Indonesia (Depok), Unika
Atmajaya Jakarta, Institut Teknologi Indonesia (Serpong) hingga Universitas Jayabaya
(Pulomas).

Berkonsernya dua supergrup metal internasional di Indonesia, Sepultura (1992) dan


Metallica (1993) memberi kontribusi cukup besar bagi perkembangan band-band metal
sejenis di Indonesia. Tak berapa lama setelah Sepultura sukses "membakar" Jakarta dan
Surabaya, band speed metal Roxx merilis album debut self-titled mereka di bawah
label Blackboard. Album kaset ini kelak menjadi salah satu album speed metal klasik
Indonesia era 90-an. Hal yang sama dialami pula oleh Rotor. Sukses membuka konser
fenomenal Metallica selama dua hari berturut-turut di Stadion Lebak Bulus, Rotor lantas
merilis album thrash metal major labelnya yang pertama di Indonesia, Behind The 8th
Ball (AIRO). Bermodalkan rekomendasi dari manajer tur Metallica dan honor 30 juta
rupiah hasil dua kali membuka konser Metallica, para personel Rotor (minus drummer
Bakkar Bufthaim) lantas eksodus ke negeri Paman Sam untuk mengadu nasib. Sucker
Head sendiri tercatat paling telat dalam merilis album debut dibanding band
seangkatan mereka lainnya. Setelah dikontrak major label lokal, Aquarius
Musikindo, baru di awal 1995 mereka merilis album ..The Head Sucker'. Hingga kini
Sucker Head tercatat sudah merilis empat buah album.

Dari sedemikian panjangnya perjalanan rock underground di tanah air, mungkin baru di
paruh pertama dekade 90-anlah mulai banyak terbentuk scene-scene underground dalam
arti sebenarnya di Indonesia. Di Jakarta sendiri konsolidasi scene metal secara masif
berpusat di Blok M sekitar awal 1995. Kala itu sebagian anak-anak metal sering
terlihat nongkrong di lantai 6 game center Blok M Plaza dan di sebuah resto waralaba
terkenal di sana. Aktifitas mereka selain hang out adalah bertukar informasi tentang
band-band lokal daninternasional, barter CD, jual-beli t-shirt metal hingga merencanakan
pengorganisiran konser. Sebagian lagi yang lainnya memilih hang out di basement Blok
Mall yang kebetulan letaknya berada di bawah tanah.

Pada era ini hype musik metal yang masif digandrungi adalah subgenre yang makin
ekstrem yaitu death metal, brutal death metal, grindcore, black metal hingga gothic/doom
metal. Beberapa band yang makin mengkilap namanya di era ini adalah Grausig,
Trauma, Aaarghhh, Tengkorak, Delirium Tremens, Corporation of Bleeding, Adaptor,
Betrayer, Sadistis, Godzilla dan sebagainya. Band grindcore Tengkorak pada tahun 1996
malah tercatat sebagai band yang pertama kali merilis mini album secara independen di
Jakarta dengan judul ..It's A Proud To Vomit Him'. Album ini direkam secara profesional
di Studio Triple M, Jakarta dengan sound engineer Harry Widodo (sebelumnya pernah
menangani album Roxx, Rotor, Koil, Puppen dan PAS).

Tahun 1996 juga sempat mencatat kelahiran fanzine musik underground pertama di
Jakarta, Brainwashed zine. Edisi pertama Brainwashed terbit 24 halaman dengan
menampilkan cover Grausig dan profil band Trauma, Betrayer serta Delirium Tremens.
Di ketik di komputer berbasis system operasi Windows 3.1 dan lay-out cut n' paste
tradisional, Brainwashed kemudian diperbanyak 100 eksemplar dengan mesin foto kopi
milik saudara penulis sendiri. Di edisi-edisi berikutnya Brainwashed mengulas pula
band-band hardcore, punk bahkan ska. Setelah terbit fotokopian hingga empat edisi, di
tahun 1997 Brainwashed sempat dicetak ala majalah profesional dengan cover
penuh warna. Hingga tahun 1999 Brainwashed hanya kuat terbit hingga tujuh edisi,
sebelum akhirnya di tahun 2000 penulis menggagas format e-zine di internet
(www.bisik.com). Media-media serupa yang selanjutnya lebih konsisten terbit di Jakarta
antara lain Morbid Noise zine, Gerilya zine, Rottrevore zine, Cosmic zine dan
sebagainya.

29 September 1996 menandakan dimulainya sebuah era baru bagi perkembangan rock
underground di Jakarta. Tepat pada hari itulah digelar acara musik indie untuk pertama
kalinya di Poster Café. Acara bernama "Underground Session" ini digelar tiap dua
minggu sekali pada malam hari kerja. Café legendaris yang dimiliki rocker gaek
Ahmad Albar ini banyak melahirkan dan membesarkan scene musik indie baru yang
memainkan genre musik berbeda dan lebih variatif. Lahirnya scene Brit/indie pop,
ledakan musik ska yang fenomenal era 1997 – 2000 sampai tawuran massal bersejarah
antara sebagian kecil massa Jakarta dengan Bandung terjadi juga di tempat ini. Getah,
Brain The Machine, Stepforward, Dead Pits, Bloody Gore, Straight Answer, Frontside,
RU Sucks, Fudge, Jun Fan Gung Foo, Be Quiet, Bandempo, Kindergarten, RGB,
Burning Inside, Sixtols, Looserz, HIV, Planet Bumi, Rumahsakit, Fable, Jepit Rambut,
Naif, Toilet Sounds, Agus Sasongko & FSOP adalah sebagian kecil band-band yang
..kenyang' manggung di sana.

10 Maret 1999 adalah hari kematian scene Poster Café untuk selama- lamanya. Pada hari
itu untuk terakhir kalinya diadakan acara musik di sana (Subnormal Revolution) yang
berujung kerusuhan besar antara massa punk dengan warga sekitar hingga berdampak
hancurnya beberapa mobil dan unjuk giginya aparat kepolisian dalam membubarkan
massa. Bubarnya Poster Café diluar dugaan malah banyak melahirkan venue- venue
alternatif bagi masing-masing scene musik indie. Café Kupu- Kupu di Bulungan sering
digunakan scene musik ska, Pondok Indah Waterpark, GM 2000 café dan Café Gueni di
Cikini untuk scene Brit/indie pop, Parkit De Javu Club di Menteng untuk gigs
punk/hardcore dan juga indie pop. Belakangan BB's Bar yang super- sempit di Menteng
sering disewa untuk acara garage rock-new wave-mellow punk juga rock yang kini
sedang hot, seperti The Upstairs, Seringai, The Brandals, C'mon Lennon, Killed By
Butterfly, Sajama Cut,
Devotion dan banyak lagi. Di antara semuanya, mungkin yang paling ..netral' dan
digunakan lintas-scene cuma Nirvana Café yangterletak di basement Hotel Maharadja,
Jakarta Selatan. Di tempat ini pulalah, 13 Januari 2002 silam, Puppen ..menghabisi
riwayat' mereka dalam sebuah konser bersejarah yang berjudul, "Puppen : Last Show
Ever", sebuah rentetan show akhir band Bandung ini sebelum membubarkan diri.

Scene Punk/Hardcore/Brit/Indie Pop

Invasi musik grunge/alternative dan dirilisnya album Kiss This dari Sex Pistols pada
tahun 1992 ternyata cukup menjadi trigger yang ampuh dalam melahirkan band-band
baru yang tidak memainkan musik metal. Misalnya saja band Pestol Aer dari komunitas
Young Offender yang diawal kiprahnya sering meng-cover lagu-lagu Sex Pistols lengkap
dengan dress-up punk dan haircut mohawknya. Uniknya, pada perjalanan selanjutnya,
sekitar tahun 1994, Pestol Aer kemudian mengubah arah musik mereka menjadi band
yang mengusung genre british/indie pop ala The Stone Roses. Konon, peristiwa historik
ini
kemudian menjadi momen yang cukup signifikan bagi perkembangan scene british/indie
pop di Jakarta. Sebelum bubar, di pertengahan 1997 mereka sempat merilis album debut
bertitel ..…Jang Doeloe'. Generasi awal dari scene brit pop ini antara lain adalah band
Rumahsakit, Wondergel, Planet Bumi, Orange, Jellyfish, Jepit Rambut, Room-V,
Parklife hingga Death Goes To The Disco.

Pestol Aer memang bukan band punk pertama, ibukota ini di tahun 1989 sempat
melahirkan band punk/hardcore pionir Antiseptic yang kerap memainkan nomor-nomor
milik Black Flag, The Misfits, DRI sampai Sex Pistols. Lukman (Waiting Room/The
Superglad) dan Robin (Sucker Head/Noxa) adalah alumnus band ini juga. Selain sering
manggung di Jakarta, Antiseptic juga sempat manggung di rockfest legendaris Bandung,
Hullabaloo II pada akhir 1994. Album debut Antiseptic sendiri yang bertitel ..Finally'
baru rilis delapan tahun kemudian (1997) secara D.I.Y. Ada juga band alternatif seperti
Ocean yang memainkan musik ala Jane's Addiction dan lainnya, sayangnya mereka tidak
sempat merilis rekaman.

Selain itu, di awal 1990, Jakarta juga mencetak band punk rock The Idiots yang awalnya
sering manggung meng-cover lagu-lagu The Exploited. Nggak jauh berbeda dengan
Antiseptic, baru sembilan tahun kemudian The Idiots merilis album debut mereka yang
bertitel ..Living Comfort In Anarchy' via label indie Movement Records. Komunitas-
komunitas punk/hardcore juga menjamur di Jakarta pada era 90-an tersebut. Selain
komunitas Young Offender tadi, ada pula komunitas South Sex (SS) di kawasan Radio
Dalam, Subnormal di Kelapa Gading, Semi-People di Duren Sawit, Brotherhood di Slipi,
Locos di Blok M hingga SID Gank di Rawamangun.

Sementara rilisan klasik dari scene punk/hardcore Jakarta adalah album kompilasi Walk
Together, Rock Together (Locos Enterprise) yang rilis awal 1997 dan memuat singel
antara lain dari band Youth Against Fascism, Anti Septic, Straight Answer, Dirty Edge
dan sebagainya. Album kompilasi punk/hardcore klasik lainnya adalah Still One, Still
Proud (Movement Records) yang berisikan singel dari Sexy Pig, The Idiots, Cryptical
Death hingga Out Of Control.

Bandung scene

Di Bandung sekitar awal 1994 terdapat studio musik legendaris yang menjadi cikal bakal
scene rock underground di sana. Namanya Studio Reverse yang terletak di daerah
Sukasenang. Pembentukan studio ini digagas oleh Richard Mutter (saat itu drummer
PAS) dan Helvi. Ketika semakin berkembang Reverse lantas melebarkan sayap bisnisnya
dengan
membuka distro (akronim dari distribution) yang menjual CD, kaset, poster, t-shirt, serta
berbagai aksesoris import lainnya. Selain distro, Richard juga sempat membentuk label
independen 40.1.24 yang rilisan pertamanya di tahun 1997 adalah kompilasi CD yang
bertitel "Masaindahbangetsekalipisan." Band-band indie yang ikut serta di kompilasi ini
antara lain adalah Burger Kill, Puppen, Papi, Rotten To The Core, Full of Hate dan
Waiting Room, sebagai satu- satunya band asal Jakarta.

Band-band yang sempat dibesarkan oleh komunitas Reverse ini antara lain PAS dan
Puppen. PAS sendiri di tahun 1993 menorehkan sejarah sebagai band Indonesia yang
pertama kali merilis album secara independen. Mini album mereka yang bertitel "Four
Through The S.A.P" ludes terjual 5000 kaset dalam waktu yang cukup singkat.
Mastermind yang melahirkan ide merilis album PAS secara independen tersebut adalah
(alm) Samuel Marudut. Ia adalah Music Director Radio GMR, sebuah stasiun radio rock
pertama di Indonesia yang kerap memutar demo-demo rekaman band-band rock amatir
asal Bandung, Jakarta dan sekitarnya. Tragisnya, di awal 1995 Marudut ditemukan tewas
tak bernyawa di kediaman Krisna Sucker Head di Jakarta. Yang mengejutkan,
kematiannya ini, menurut Krisna, diiringi lagu The End dari album Best of The Doors
yang diputarnya pada tape di kamar Krisna. Sementara itu Puppen yang dibentuk pada
tahun 1992 adalah salah satu pionir hardcore lokal yang hingga akhir hayatnya di tahun
2002 sempat merilis tiga album yaitu, Not A Pup E.P. (1995), MK II (1998) dan Puppen
s/t (2000). Kemudian menyusul Pure Saturday dengan albumnya yang self-titled. Album
ini kemudian dibantu promosinya oleh Majalah Hai. Kubik juga mengalami hal yang
sama, dengan cara bonus kaset 3 lagu sebelum rilis albumnya.

Agak ke timur, masih di Bandung juga, kita akan menemukan sebuah komunitas yang
menjadi episentrum underground metal di sana, komunitas Ujung Berung. Dulunya di
daerah ini sempat berdiri Studio Palapa yang banyak berjasa membesarkan band-band
underground cadas macam Jasad, Forgotten, Sacrilegious, Sonic Torment, Morbus
Corpse, Tympanic Membrane, Infamy, Burger Kill dan sebagainya. Di sinilah kemudian
pada awal 1995 terbit fanzine musik pertama di Indonesia yang bernama Revograms
Zine. Editornya Dinan, adalah vokalis band Sonic Torment yang memiliki single unik
berjudul "Golok Berbicara". Revograms Zine tercatat sempat tiga kali terbit dan kesemua
materi isinya membahas band-band metal/hardcore lokal maupun internasional.

Kemudian taklama kemudian fanzine indie seperti Swirl, Tigabelas, Membakar Batas
dan yang lainnya ikut meramaikan media indie. Ripple dan Trolley muncul sebagai
majalah yang membahas kecenderungan subkultur Bandung dan jug lifestylenya. Trolley
bangkrut tahun 2002, sementara Ripple berubah dari pocket magazine ke format majalah
standar. Sementara fanzine yang umumnya fotokopian hingga kini masih terus eksis.
Serunya di Bandung tak hanya musik ekstrim yang maju tapi juga scene indie popnya.
Sejak Pure Saturday muncul, berbagai band indie pop atau alternatif, seperti Cherry
Bombshell, Sieve, Nasi Putih hingga yang terkini seperti The Milo, Mocca, Homogenic.
Begitu pula scene ska yang sebenarnya sudah ada jauh sebelum trend ska besar. Band
seperti Noin Bullet dan Agent Skins sudah lama mengusung genre musik ini.

Siapapun yang pernah menyaksikan konser rock underground di Bandung pasti takkan
melupakan GOR Saparua yang terkenal hingga ke berbagai pelosok tanah air. Bagi band-
band indie, venue ini laksana gedung keramat yang penuh daya magis. Band luar
Bandung manapun kalau belum di ..baptis' di sini belum afdhal rasanya. Artefak
subkultur bawah tanah Bandung paling legendaris ini adalah saksi bisu digelarnya
beberapa rock show fenomenal seperti Hullabaloo, Bandung Berisik hingga Bandung
Underground. Jumlah penonton setiap acara-acara di atas tergolong spektakuler, antara
5000 – 7000 penonton! Tiket masuknya saja sampai diperjualbelikan dengan harga
fantastis segala oleh para calo. Mungkin ini merupakan rekor tersendiri yang belum
terpecahkan hingga saat ini di Indonesia untuk ukuran rock show underground.

Sempat dijuluki sebagai barometer rock underground di Indonesia, Bandung memang


merupakan kota yang menawarkan sejuta gagasan-gagasan cerdas bagi kemajuan scene
nasional. Booming distro yang melanda seluruh Indonesia saat ini juga dipelopori oleh
kota ini. Keberhasilan menjual album indie hingga puluhan ribu keping yang dialami
band Mocca juga berawal dari kota ini. Bahkan Burger Kill, band hardcore Indonesia
yang pertama kali teken kontrak dengan major label, Sony Music Indonesia, juga
dibesarkan di kota ini. Belum lagi majalah Trolley (RIP) dan Ripple yang seakan
menjadi reinkarnasi Aktuil di jaman sekarang, tetap loyal memberikan porsi terbesar
liputannya bagi band-band indie lokal keren macam Koil, Kubik, Balcony, The Bahamas,
Blind To See, Rocket Rockers, The Milo, Teenage Death Star, Komunal hingga The
S.I.G.I.T. Coba cek webzine Bandung, Death Rock Star (www.deathrockstar.tk) untuk
membuktikannya. Asli, kota yang satu ini memang nggak ada matinya!

Scene Jogjakarta

Kota pelajar adalah julukan formalnya, tapi siapa sangka kalau kota ini ternyata juga
menjadi salah satu scene rock underground terkuat di Indonesia? Well, mari kita telusuri
sedikit sejarahnya. Komunitas metal underground Jogjakarta salah satunya adalah Jogja
Corpsegrinder. Komunitas ini sempat menerbitkan fanzine metal Human Waste, majalah
Megaton dan menggelar acara metal legendaris di sana, Jogja Brebeg. Hingga kini acara
tersebut sudah terselenggara sepuluh kali! Band-band metal underground lawas dari kota
ini antara lain Death Vomit, Mortal Scream, Impurity, Brutal Corpse, Mystis, Ruction.

Untuk scene punk/hardcore/industrial-nya yang bangkit sekitar awal 1997 tersebutlah


nama Sabotage, Something Wrong, Noise For Violence, Black Boots, DOM 65,
Teknoshit hingga yang paling terkini, Endank Soekamti. Sedangkan untuk scene indie
rock/pop, beberapa nama yang patut di highlight adalah Seek Six Sick, Bangkutaman,
Strawberry's Pop sampai The Monophones. Selain itu, band ska paling keren yang
pernah terlahir di Indonesia, Shaggy Dog, juga berasal dari kota ini. Shaggy Dog yang
kini dikontrak EMI belakangan malah sedang asyik menggelar tur konser keliling Eropa
selama 3 bulan! Kota gudeg ini tercatat juga pernah menggelar Parkinsound, sebuah
festival musik elektronik yang pertama di Indonesia. Parkinsound 3 yang
diselenggarakan tanggal 6 Juli 2001 silam di antaranya menampilkan Garden Of The
Blind, Mock Me Not, Teknoshit, Fucktory, Melancholic Bitch hingga
Mesin Jahat.

Scene Surabaya

Scene underground rock di Surabaya bermula dengan semakin tumbuh-berkembangnya


band-band independen beraliran death metal/grindcore sekitar pertengahan tahun 1995.
Sejarah terbentuknya berawal dari event Surabaya Expo (semacam Jakarta Fair di DKI -
Red) dimana band- band underground metal seperti, Slowdeath, Torture, Dry, Venduzor,
Bushido manggung di sebuah acara musik di event tersebut.

Setelah event itu masing-masing band tersebut kemudian sepakat untuk mendirikan
sebuah organisasi yang bernama Independen. Base camp dari organisasi yang tujuan
dibentuknya sebagai wadah pemersatu serta sarana sosialisasi informasi antar
musisi/band underground metal ini waktu itu dipusatkan di daerah Ngagel Mulyo atau
tepatnya di studio milik band Retri Beauty (band death metal dengan semua personelnya
cewek, kini RIP - Red). Anggota dari organisasi yang merupakan cikal bakal
terbentuknya scene underground metal di Surabaya ini memang sengaja dibatasi hanya
sekitar 7-10 band saja.

Rencana pertama Independen waktu itu adalah menggelar konser underground rock di
Taman Remaja, namun rencana ini ternyata gagal karena kesibukan melakukan
konsolidasi di dalam scene. Setelah semakin jelas dan mulai berkembangnya scene
underground metal di Surabaya pada akhir bulan Desember 1997 organisasi Independen
resmi dibubarkan. Upaya ini dilakukan demi memperluas jaringan agar semakin tidak
tersekat-sekat atau menjadi terkotak-kotak komunitasnya.

Pada masa-masa terakhir sebelum bubarnya organisasi Independen, divisi record label
mereka tercatat sempat merilis beberapa buah album milik band-band death
metal/grindcore Surabaya. Misalnya debut album milik Slowdeath yang bertitel "From
Mindless Enthusiasm to Sordid Self-Destruction" (September 96), debut album Dry
berjudul "Under The Veil of Religion" (97), Brutal Torture "Carnal Abuse", Wafat
"Cemetery of Celerage" hingga debut album milik Fear Inside
yang bertitel "Mindestruction". Tahun-tahun berikutnya barulah underground metal di
Surabaya dibanjiri oleh rilisan-rilisan album milik Growl, Thandus, Holy Terror,
Kendath hingga Pejah.

Sebagai ganti Independen kemudian dibentuklah Surabaya Underground Society (S.U.S)


tepat di malam tahun baru 1997 di kampus Universitas 45, saat diselenggarakannya event
AMUK I. Saat itu di Surabaya juga telah banyak bermunculan band-band baru dengan
aliran musik black metal. Salah satu band death metal lama yaitu, Dry kemudian
berpindah konsep musik seiring dengan derasnya pengaruh musik black metal di
Surabaya kala itu.

Hanya bertahan kurang lebih beberapa bulan saja, S.U.S di tahun yang sama dilanda
perpecahan di dalamnya. Band-band yang beraliran black metal kemudian berpisah untuk
membentuk sebuah wadah baru bernama ARMY OF DARKNESS yang memiliki basis
lokasi di daerah Karang Rejo. Berbeda dengan black metal, band-band death metal
selanjutnya memutuskan tidak ikut membentuk organisasi baru. Selanjutnya di bulan
September 1997 digelar event AMUK II di IKIP Surabaya. Event ini kemudian mencatat
sejarah sendiri sebagai event paling sukses di Surabaya kala itu. 25 band death metal dan
black metal tampil sejak pagi hingga sore hari dan ditonton oleh kurang lebih 800 – 1000
orang. Arwah, band black metal asal Bekasi juga turut tampil di even tersebut sebagai
band undangan.

Scene ekstrem metal di Surabaya pada masa itu lebih banyak didominasi oleh band-band
black metal dibandingkan band death metal/grindcore. Mereka juga lebih intens dalam
menggelar event-event musik black metal karena banyaknya jumlah band black metal
yang muncul. Tercatat kemudian event black metal yang sukses digelar di Surabaya
seperti ARMY OF DARKNESS I dan II.

Tepat tanggal 1 Juni 1997 dibentuklah komunitas underground INFERNO 178 yang
markasnya terletak di daerah Dharma Husada (Jl. Prof. DR. Moestopo,Red). Di tempat
yang agak mirip dengan rumah-toko (Ruko) ini tercatat ada beberapa divisi usaha yaitu,
distro, studio musik, indie label, fanzine, warnet dan event organizer untuk acara-acara
underground di Surabaya. Event-event yang pernah di gelar oleh INFERNO 178 antara
lain adalah, STOP THE MADNESS, TEGANGAN TINGGI I & II hingga
BLUEKHUTUQ LIVE.

Band-band underground rock yang kini bernaung di bawah bendera INFERNO 178
antara lain, Slowdeath, The Sinners, Severe Carnage, System Sucks, Freecell,
Bluekuthuq dan sebagainya. Fanzine metal asal komunitas INFERNO 178, Surabaya
bernama POST MANGLED pertama kali terbit kala itu di event TEGANGAN TINGGI I
di kampus Unair dengan tampilnya band-band punk rock dan metal. Acara ini tergolong
kurang sukses karena pada waktu yang bersamaan juga digelar sebuah event black metal.
Sayangnya, hal ini juga diikuti dengan mandegnya proses penggarapan POST
MANGLED Zine yang tidak kunjung mengeluarkan edisinya yang terbaru hingga kini.

Maka, untuk mengantisipasi terjadinya stagnansi atau kesenjangan informasi di dalam


scene, lahirlah kemudian GARIS KERAS Newsletter yang terbit pertama kali bulan
Februari 1999. Newsletter dengan format fotokopian yang memiliki jumlah 4 halaman
itu banyak mengulas berbagai aktivitas musik underground metal, punk hingga HC tak
hanya di Surabaya saja tetapi lebih luas lagi. Respon positif pun menurut mereka lebih
banyak datang justeru dari luar kota Surabaya itu sendiri. Entah mengapa, menurut
mereka publik underground rock di Surabaya kurang apresiatif dan minim dukungannya
terhadap publikasi independen macam fanzine atau newsletter tersebut. Hingga akhir
hayatnya GARIS KERAS Newsletter telah menerbitkan edisinya hingga ke- 12.

Divisi indie label dari INFERNO 178 paling tidak hingga sekitar 10 rilisan album masih
tetap menggunakan nama Independen sebagai nama label mereka. Baru memasuki tahun
2000 yang lalu label INFERNO 178 Productions resmi memproduksi album band punk
tertua di Surabaya, The Sinners yang berjudul "Ajang Kebencian". Selanjutnya label
INFERNO 178 ini akan lebih berkonsentrasi untuk merilis produk- produk berkategori
non-metal. Sedangkan untuk label khusus death metal/brutal death/grindcore dibentuklah
kemudian Bloody Pigs Records oleh Samir (kini gitaris TENGKORAK) dengan album
kedua Slowdeath yang bertitel "Propaganda" sebagai proyek pertamanya yang dibarengi
pula dengan menggelar konser promo tunggal Slowdeath di Café Flower sekitar bulan
September 2000 lalu yang dihadiri oleh 150- an penonton. Album ini sempat mencatat
sold out walau masih dalam jumlah terbatas saja. Ludes 200 keping tanpa sisa.

Scene Malang

Kota berhawa dingin yang ditempuh sekitar tiga jam perjalanan dari Surabaya ini
ternyata memiliki scene rock underground yang "panas" sejak awal dekade 90-an.
Tersebutlah nama Total Suffer Community(T.S.C) yang menjadi motor penggerak bagi
kebangkitan komunitas rock underground di Malang sejak awal 1995. Anggota
komunitas ini terdiri dari berbagai macam musisi lintas-scene, namun dominasinya tetap
saja anak-anak metal. Konser rock underground yang pertama kali digelar di kota
Malang diorganisir pula oleh komunitas ini. Acara bertajuk Parade Musik Underground
tersebut digelar di Gedung Sasana Asih YPAC pada tanggal 28 Juli 1996 dengan
menampilkan band-band lokal Malang seperti Bangkai (grindcore), Ritual Orchestra
(black metal),Sekarat (death metal), Knuckle Head (punk/hc), Grindpeace (industrial
death metal), No Man's Land (punk), The Babies (punk) dan juga band-band asal
Surabaya, Slowdeath (grindcore) serta The Sinners (punk).

Beberapa band Malang lainnya yang patut di beri kredit antara lain Keramat, Perish,
Genital Giblets, Santhet dan tentunya Rotten Corpse. Band yang terakhir disebut malah
menjadi pelopor style brutal death metal di Indonesia. Album debut mereka yang
bertitel "Maggot Sickness" saat itu menggemparkan scene metal di Jakarta, Bandung,
Jogjakarta dan Bali karena komposisinya yang solid dan kualitas rekamannya yang top
notch. Belakangan band ini pecah menjadi dua dan salah satu gitaris sekaligus
pendirinya, Adyth, hijrah ke Bandung dan membentuk Disinfected. Di kota inilah lahir
untuk kedua kalinya fanzine musik di Indonesia. Namanya Mindblast zine yang
diterbitkan oleh dua orang scenester, Afril dan Samack pada akhir 1995. Afril sendiri
merupakan eks-vokalis band Grindpeace yang kini eksis di band crust-grind gawat,
Extreme Decay. Sementara indie label pionir yang hingga kini masih bertahan serta tetap
produktif merilis album di Malang adalah Confused Records

Scene Bali

Berbicara scene underground di Bali kembali kita akan menemukan komunitas metal
sebagai pelopornya. Penggerak awalnya adalah komunitas 1921 Bali Corpsegrinder di
Denpasar. Ikut eksis di dalamnya antara lain, Dede Suhita, Putra Pande, Age Grindcorner
dan Sabdo Moelyo. Dede adalah editor majalah metal Megaton yang terbit di
Jogjakarta, Putra Pande adalah salah satu pionir webzine metal Indonesia
Corpsegrinder (kini Anorexia Orgasm) sejak 1998, Age adalah pengusaha distro yang
pertama di Bali dan Moel adalah gitaris/vokalis band death metal etnik, Eternal Madness
yang aktif menggelar konser underground di sana. Nama 1921 sebenarnya diambil dari
durasi siaran program musik metal mingguan di Radio Cassanova, Bali yang
berlangsung dari pukul 19.00 hingga 21.00 WITA.

Awal 1996 komunitas ini pecah dan masing-masing individunya jalan sendiri-sendiri.
Moel bersama EM Enterprise pada tanggal 20 Oktober 1996 menggelar konser
underground besar pertama di Bali bernama Total Uyut di GOR Ngurah Rai, Denpasar.
Band-band Bali yang tampil diantaranya Eternal Madness, Superman Is Dead, Pokoke,
Lithium, Triple Punk, Phobia, Asmodius hingga Death Chorus. Sementara band- band
luar Balinya adalah Grausig, Betrayer (Jakarta), Jasad, Dajjal, Sacrilegious, Total Riot
(Bandung) dan Death Vomit (Jogjakarta). Konser ini sukses menyedot sekitar 2000
orang penonton dan hingga sekarang menjadi festival rock underground tahunan di sana.
Salah satu
alumni Total Uyut yang sekarang sukses besar ke seantero nusantara adalah band punk
asal Kuta, Superman Is Dead. Mereka malah menjadi band punk pertama di Indonesia
yang dikontrak 6 album oleh Sony Music Indonesia. Band-band indie Bali masa kini
yang stand out di antaranya adalah Navicula, Postmen, The Brews, Telephone, Blod Shot
Eyes
dan tentu saja Eternal Madness yang tengah bersiap merilis album ke tiga mereka dalam
waktu dekat.

Memasuki era 2000-an scene indie Bali semakin menggeliat. Kesuksesan S.I.D memberi
inspirasi bagi band-band Bali lainnya untuk berusaha lebih keras lagi, toh S.I.D secara
konkret sudah membuktikan kalau band ..putera daerah' pun sanggup menaklukan
kejamnya industri musik ibukota. Untuk mendukung band-band Bali, drummer S.I.D,
Jerinx dan beberapa kawannya kemudian membuka The Maximmum Rock N' Roll
Monarchy (The Max), sebuah pub musik yang berada di jalan Poppies, Kuta. Seringkali
diadakan acara rock reguler di tempat ini.

Indie Indonesia Era 2000-an

Bagaimana pergerakan scene musik independen Indonesia era 2000-an? Kehadiran


teknologi internet dan e-mail jelas memberikan kontribusi besar bagi perkembangan
scene ini. Akses informasi dan komunikasi yang terbuka lebar membuat jaringan
(networking) antar komunitas ini semakin luas di Indonesia. Band-band dan komunitas-
komunitas baru banyak bermunculan dengan menawarkan style musik yang lebih
beragam. Trend indie label berlomba-lomba merilis album band-band lokal juga
menggembirakan, minimal ini adalah upaya pendokumentasian sejarah yang berguna
puluhan tahun ke depan.

Yang menarik sekarang adalah dominasi penggunaan idiom ..indie' dan bukan
underground untuk mendefinisikan sebuah scene musik non- mainstream lokal. Sempat
terjadi polemik dan perdebatan klasikmengenai istilah ..indie atau underground' ini di
tanah air. Sebagian orang memandang istilah ..underground' semakin bias karena
kenyataannya kian hari semakin banyak band-band underground yang ..sell-out', entah
itu dikontrak major label, mengubah style musik demi kepentingan bisnis atau laris
manis menjual album hingga puluhan ribu keping. Sementara sebagian lagi lebih senang
menggunakan idiom indie karena lebih ..elastis' dan misalnya, lebih friendly bagi band-
band yang memang tidak memainkan style musik ekstrem. Walaupun terkesan lebih
kompromis, istilah indie ini belakangan juga semakin sering digunakan oleh media
massa nasional, jauh
meninggalkan istilah ortodoks ..underground' itu tadi.

Ditengah serunya perdebatan indie/underground, major label atau indie label, ratusan
band baru terlahir, puluhan indie label ramai- ramai merilis album, ribuan distro/clothing
shop dibuka di seluruh Indonesia. Infrastruktur scene musik non-mainstream ini pun kian
established dari hari ke hari. Mereka seakan tidak peduli lagi dengan polarisasi indie-
major label yang makin tidak substansial. Bermain musik sebebas mungkin sembari
bersenang-senang lebih menjadi ..panglima' sekarang ini.

Read more: http://blogs.myspace.com/index.cfm?


fuseaction=blog.view&friendId=129393746&blogId=409702155#ixzz14YZK4PVU
Perkembangan Musik Indonesia
Semakin hari semakin terlihat perkembangan musik indonesia yang semakin pesat. Pihak label
tidak perlu repot lagi mencari calon calon musisi baru karena dengan menjamurnya band band
ini dari berbagai aliran jenis musik membuat kerja dari pihak label menjadi lebih mudah.

Zona Indo edisi 10 April 2009 lalu, menccoba kilas balik perkembang musik indonesia, kembali
ke puluhan tahun silam.

Di era 70an, musik Indonesia di dominasi oleh lagu lagu perjuangan, seperti halo halo bandung,
maju tak gentar dan lainnya disusul oleh lagu lagu koesplus.

Sepuluh tahun setelahnya jenis lagu yang mendominasi adalah lagu pop yang mendayu-dayu,
bertempo lambat dan cenderung berkesan cengeng. Rinto Harahap, Pance pondaaq, A ryanto,
dan Obbie Mesakh adalah nama-nama pencipta lagu yang cukup produktif di era ini.Yup inilah
masanya lagu patah hati! Nama-nama seperti; Nia Daniaty, Betharia Sonata, Ratih Purwasih, Iis
Sugianto, adalah beberapa nama yang merupakan spesialis lagu sedih.Lagu-lagu balada juga
lumayan laku ini mungkin karena temponya lambat juga, Franky dan Ebiet G Ade merupakan
musisi yang eksis dijalur ini.

Setelah Mentri Harmoko melakukan pelarangan terhadap musik cengeng akhirnya, aliran musik
ini menjadi surut, dan musik pop Indonesia seperti kehilangan arah. Hasilnya di tahun 90an
musik dangdut menjadi lebih hidup dan meriah. Bahkan banyak dari para penyanyi yang tadinya
beralirab pop dan rock beralih ke dangdut dan kemudian tercipta jenis musik baru yaitu pop
dangdut!

Disaat yang bersamaan saat musik Pop Indonesia kehilangan Greget, masuklah Ami Search,
musisi dari negeri jiran, Malaysia dengan lagunya ‘ Isabela’ dan langsung menjadi Hits! Lagu
Isabela inilah yang menjadi lokomotif bagi musisi dan lagu-lagu malaysia lainnya untuk
membanjiri pasaran musik Indonesia.Beberapa nama yang menjadi terkenal kemudian adalah
Salim Iklim, Ella, Nora, dll. Saat itu musik Malaysia benar-benar merajai musik Indonesia.

namun ada beberapa musisi yang tetap bertahan dengan alirannya ditengah gejolak musik
Indonesia yang tidak stabil tersebut, seprti dewa19, gigi, vina panduwinata dsb.

Masuk ke era 2000an, musik kita semakin bergelora, mulai banyak musisi musisi daerah yang
percaya diri menunjukkan kebolehannya, lewat Indie kompetisi. Perhatian terhadap
perkembangan musik indonesia pun semakin terlihat dari banyaknya kompetisi musik untuk
mecari bakat bakat baru, serta intens nya media yang menghadirkan program program musik
Indonesia di akhir 2009. (dinnaherly)

A.            Pengertian Musik Nusantara


Musik Nusantara adalah seluruh musik yang berkembang di Nusantara ini, yang menunjukkan
atau menonjolkan ciri keindonesiaan, baik dalam bahasa maupun gaya melodinya. Musik
Nusantara terdiri dari musik tradisi daerah, musik keroncong, musik dangdut, musik langgam,
musik gambus, musik perjuangan, dan musik pop.

B.            Sejarah Musik Nusantara


 

Terdapat tahapan- tahapan perkembangan musik Indonesia (nusantara). tahapan tersebut


adalah sebagai berikut.

Masa sebelum masuknya pengaruh Hindu- Buddha


Pada masa ini, musik dipakai sebagai bagian dari kegiatan ritual masyarakat. Dalam
beberapa kelompok, bunyi- bunyian yang dihasilkan oleh anggota badan atau alat tertentu
diyakini memiliki kekuatan magis. Instrumen atau alat musik yang digunakan umumnya
berasal dari alam sekitarnya.

Masa setelah masuknya pengaruh Hindu- Buddha


 Pada masa ini, berkembanglah musik- musik istana (khususnya di Jawa). saat itu, musik
tidak hanya dipakai sebagai bagian ritual saja, tetapi juga dalam kegiatan- kegiatan
keistanaan (sebagai sarana hiburan para tamu raja). Musik istana yang berkembang adalah
musik gamelan. Musik gamelan  terdiri dari 5 kelompok, yaitu kelompok balungan, kelompok
blimbingan, kelompok pencon, kelompok kendang,dan kelompok pelengkap.

Masa setelah masuknya pengaruh Islam


Selain berdagang dan menyebarkan agama islam, para pedagang arab juga
memperkenalkan musik mereka. Alat musik mereka berupa gambus & rebana. dari proses
itulah muncul orkes- orkes gambus di nusantara (Indonesia) hingga saat ini.

Masa Kolonialisme
Masuknya bangsa Barat ke Indonesia juga membawa pengaruh besar dalam perkembangan
musik Indonesia. Para pendatang ini memperkenalkan berbagai alat musik dari negeri
mereka, misalnya biola, selo (cello), gitar, seruling (flute), dan ukulele. Mereka pun
membawa sistem solmisasi dalam berbagai karya lagu. Itulah masa- masa perkembangan
musik modern Indonesia. Saat itu,para musisi Indonesia menciptakan sajian musik yang
merupakan perpaduan musik barat  dan musik Indonesia . Sajian musik itu dikenal sebagai
musik keroncong.

 
Masa Kini
Seiring dengan masuknya media elektronik ke Indonesia,masukpula berbagai jenis musik
barat, seperti pop, jazz, blues, rock, dan R&B. demikian pula dengan musik- musik negeri
India yang banyak dibawa melalui film- filmnya. Dari perkembangan ini, terjadi perpaduan
antara musik asing dengan musik Indonesia. Musik India mengalami perpaduan dengan
musik melayu sehingga menghasilkan jenis musik dangdut. Maka, muncul pula berbagai
musisi Indonesia yang beraliran pop, jazz, blues, rock, dan R&B. Berkembang pula jenis
musik yang memadukan unsur kedaerahan Indonesia dengan unsur musik barat, terutama
alat- alat musiknya. Jenis musik ini sering disebut musik etnis.

C.            Fungsi Musik Nusantara


 

Secara umum, fungsi musik bagi masyarakat Indonesia antara lain sebagai sarana atau
media upacara ritual, media hiburan, media ekspresi diri, media komunikasi, pengiring tari,
dan sarana ekonomi.

Sarana upacara budaya (ritual)

Musik di Indonesia, biasanya berkaitan erat dengan upacara- upacara kematian, perkawinan,
kelahiran, serta upacara keagamaan dan kenegaraan. Di beberapa daerah, bunyi yang
dihasilkan oleh instrumen atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Oleh karena
itu, instrumen seperti itu dipakai sebagai sarana kegiatan adat masyarakat.

Sarana Hiburan

Dalam hal ini, musik merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kejenuhan akibat
rutinitas harian, serta sebagai sarana rekreasi dan ajang pertemuan dengan warga lainnya.
Umumnya masyarakat Indonesia sangat antusias dalam menonton pagelaran musik. Jika
ada perunjukan musik di daerah mereka, mereka akan berbondong- bondongmendatangi
tempat pertunjukan untuk menonton.

Sarana Ekspresi Diri


Bagi para seniman (baik pencipta lagu maupun pemain musik), musik adalah media untuk
mengekspresikan diri mereka. Melalui musik, mereka mengaktualisasikan potensi dirinya.
Melalui musik pula, mereka mengungkapkan perasaan, pikiran, gagasan, dan cita- cita
tentang diri, masyarakat, Tuhan, dan dunia.

 
Sarana Komunikasi
Di beberapa tempat di Indonesia, bunyi- bunyi tertentu yang memiliki arti tertentu bagi
anggota kelompok masyarakatnya. Umumnya, bunyi- bunyian itu memiliki  pola ritme
tertentu, dan menjadi tanda bagi anggota masyarakatnya atas suatu peristiwa atau kegiatan.
Alat yang umum digunakan dalam masyarakat Indonesia adalah kentongan, bedug di masjid,
dan lonceng di gereja.

Pengiring Tarian
Di berbagai daerah di Indonesia, bunyi- bunyian atau musik diciptakan oleh masyarakat
untuk mengiringi tarian- tarian daerah. Oleh sebab itu, kebanyakan tarian daerah di
Indonesia hanya bisa diiringi olehmusik daerahnya sendiri. Selain musik daerah, musik-
musik pop dan dangdut juga dipakai untuk mengiringi tarian- tarian modern, seperti dansa,
poco- poco, dan sebagainya.

 
Sarana Ekonomi
Bagi para musisi dan artis professional, musik tidak hanya sekadar berfungsi sebagai media
ekspresi  dan aktualisasi diri. Musik juga merupakan sumber  penghasilan. Mereka merekam
hasil karya mereka dalam bentuk pita kaset dan cakram padat (Compact Disk/CD) serta
menjualnya ke pasaran. Dari hasil penjualannya ini mereka mendapatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Selain dalam media kaset dan CD. Para musisi juga melakukan
pertunjukan yang dipungut biaya. Pertunjukan tidak hanya dilakukan di suatu tempat, tetapi
juga bisa dilakukan di daerah- daerah lain di Indonesia ataupun di luar Indonesia.

D.            Ragam Musik Nusantara


 

Ragam musik di Indonesia dapat dibedakan atas musik tradisi, musik keroncong, musik
dangdut, musik perjuangan, dan musik pop.

Musik Daerah/Tradisional
Musik daerah atau musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di daerah-
daerah di seluruh Indonesia. Ciri khas pada jenis musik ini teletak pada isi lagu dan
instrumen (alat musiknya). Musik tradisi memiliki karakteristik khas, yakni syair  dan
melodinya menggunakan bahasa dan gaya daerah setempat. Indonesia adalah sebuah
negara yang terdiri dari ribuan pulau yang terbentang dari Papua hingga Aceh. Dari sekian
banyaknya pulau beserta dengan masyarakatnya  tersebut lahir, tumbuh dan berkembang. 
Seni tradisi yang merupakan identitas, jati diri, media ekspresi dari masyarakat
pendukungnya.

Hampir diseluruh wilayah Indonesia mempunyai seni musik tradisional yang khas. Keunikan
tersebut bisa dilihat dari teknik permainannya, penyajiannya maupun bentuk/organologi
instrumen musiknya. Hampir seluruh seni tradisional Indonesia mempunyai semangat
kolektivitas yang tinggi sehingga dapat dikenali karakter khas orang/masyarakat Indonesia,
yaitu ramah dan sopan.  Namun berhubung dengan perjalanan waktu dan semakin
ditinggalkanya spirit dari seni tradisi  tersebut, karekter kita semakin berubah dari sifat yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan menjadi individual/egoistis. begitu banyaknya seni
tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia, maka untuk lebih mudah mengenalinya dapat di
golongkan menjadi beberapa kelompok yaitu alat musik/instrumen perkusi, petik dan gesek.

I. Instrumen Musik Perkusi.

Perkusi adalah sebutan bagi semua instrumen musik yang teknik permainannya di pukul,
baik menggunakan tangan maupun stik. Dalam hal ini beberapa instrumen musik yang
tergolong dalam alat musik perkusi adalah, Gamelan, Arumba, Kendang, kolintang, tifa,
talempong, rebana, bedug, jimbe dan lain sebagainya.

Gamelan adalah alat musik yang terbuat dari bahan logam. Gamelan berasal dari daerah
Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur juga di Jawa Barat yang biasa disebut dengan
Degung dan di Bali (Gamelan Bali).  Satu perangkat gamelan terdiri dari  instrumen saron,
demung, gong, kenong, slenthem, bonang dan beberapa instrumen lainnya. Gamelan
mempunyai nada pentatonis/pentatonic.

Talempong adalah seni musik tradisi dari Minangkabau/Sumatera Barat. Talempong adalah
alat musik bernada diatonis (do, re, mi, fa, sol, la, ti, do)

Kolintang atau kulintang berasal dari daerah Minahasa/ Sulawesi Utara. Kolintang
mempunyai tangga nada diatonis/diatonic yang semua instrumennya terdiri dari bas, melodis
dan ritmis. Bahan dasar untuk membuat kulintang adalah   kayu. Cara untuk memainkan alat
musik ini di pukul dengan menggunakan stik.

Arumba  (alunan rumpun bambu) berasal dari daerah Jawa Barat. Arumba adalah alat musik
yang terbuat dari bhan bambu yang di mainkan dengan melodis dan ritmis. Pada awalnya
arumba menggunakan tangga nada pentatonis namun dalam perkembangannya
menggunakan tangga nada diatonis.

Kendang adalah sejenis alat musik perkusi yang membrannya berasal dari kulit hewan.
Kendang atau gendang dapat dijumpai di banyak wilayah Indonesia. Di Jawa barat kendang
mempunyai peraanan penting dalam tarian Jaipong. Di Jawa Tengah, Bali, DI Yogyakarta,
Jawa timur kendang selalu digunakan dalam permainan gamelan baik untuk mengiringi, tari,
wayang, ketoprak.  Tifa adalah alat musik sejenis kendang yang dapat di jumpai di daerah
Papua, Maluku dan Nias. Rebana adalah jenis gendang yang ukuran bervariasai dari yang
kecil hingga besar. Rebana adalah alat musik yang biasa di gunakan dalam kesenian yang
bernafaskan Islam. Rebana dapat di jumpai hampir di sebagian wilayah Indonesia.

II. Instrumen Musik Petik 

Kecapi adalah alat musik petik yang berasal dari daerah Jawa Barat. Bentuk organologi
kecapi adalah sebuah kotak kayu yang diatasnya berjajar dawai/senar, kotak kayu tersebut
berguna sebagai resonatornya. Alat musik yang menyerupai Kecapi adalah siter dari daerah
Jawa tengah.

Sasando adalah alat musik petik berasal dari daerah Nusa tenggara timur (Timor) kecapi ini
terbuat dari bambu dengan diberi dawai/senar sedangkan untuk resonasinya di buat dari
anyaman daun lontar yang mempunyai bentuk setengah bulatan.

Sampek (sampe/sapek) adalah alat musik yang bentuknya menyerupai gitar berasal dari
daerah kalimantan. Alat musik ini terbuat dari bahan kayu yang di penuhi dengan
ornamen/ukiran yang indah. Alat musik petik lainnya yang bentuknya menyerupai sampek
adalah Hapetan daerah Tapanuli, Jungga dari daerah Sulawesi Selatan.

III. Instrumen Musik Gesek.

Instrumen musik tradisional yang menggunakan teknik permainan digesek adalah Rebab.
Rebab berasal dari daerah Jawa barat, Jawa Tengah, Jakarta (kesenian betawi). Rebabb
terbuat dari bahan kayu dan resonatornya ditutup dengan kulit tipis, mempunyai dua buah
senar/dawai dan mempunyai tangga nada pentatonis. Instrumen musik tradisional lainnya
yang mempunyai bentuk seperti rebab adalah Ohyan yang resonatornya terbuat dari
tempurung kelapa,  rebab jenis ini dapat dijumpai di bali, Jawa dan kalimantan selatan.

IV. Instrumen Musik Tiup

Suling adalah instrumen musik tiup yang terbuat dari bambu. hampir semua daerah di
indonesia dapat dijumpai alat musik ini.  Saluang adalah alat musik tiup dari  Sumatera
Barat,  serunai dapat dijumpai di sumatera utara, Kalimantan. Suling Lembang berasal dari
daerah Toraja yang mempunyai panjang antara 40-100cm dengan garis tengah 2cm.

Tarompet, serompet, selompret adalah jenis alat musik tiup yang mempunyai 4-6 lubang
nada dan bagian untuk meniupnya berbentuk corong. Seni musik tradisi yang menggunakan
alat musik seperti ini adalah kesenian rakyat Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura,
Papua.

Musik Keroncong
Secara umum, musik keroncong memiliki harmoni musik dan improvisasi yang sangat
terbatas. Umumnya lagu- lagunya memiliki bentuk dan susunan yang sama. Syair- syairnya
terdiri atas beberapa kalimat (umumnya 7 kalimat) yang diselingi dengan permainan alat
musik.

Musik Dangdut
Musik dangdut merupakan hasil perpaduan antara musik India dengan musik Melayu, musik
ini kemudian berkembang dan menampilkan cirinya yang khas dan berbeda dengan musik
akarnya. Ciri khas musik ini terletak pada pukulan alat musik tabla (sejenis alat musik perkusi
yang menghasilkan bunyi ndut). Selain itu, iramanya ringan, sehingga mendorong penyanyi
dan pendengarnya untuk mengerakkan anggota badannya. Lagunya pun mudah dicerna,
sehingga tidak susah untuk diterima masyarakat.

Musik Perjuangan

Musik ini lahir dari kondisi masyarakat Indonesia yang sedang terjajah oleh bangsa asing.
Dengan menggunakan musik, para pejuang berusaha mengobarkan semangat persatuan
untuk bangkit melawan penjajah. Syair- syair yang diciptakan pada masa itu, umumnya berisi
ajakan untuk berjuang, ajakan untui berkorban demi tanah air, dan sebagainya. Irama
musiknya pun dibuat cepat dan semangat, serta diakhiri dengan semarak.

Musik Populer (pop)

Musik ini memiliki ciri, antara lain penggunaan ritme yang terasa bebas dengan
mengutamakan permainan drum dan gitar bas. Komposisi melodinyajuga mudah dicerna.
Biasanya, para musisinya juga menambahkan variasi gaya yang beraneka ragam untuk
menambah daya tarik dan penghayatan pendengar atau penontonnya. Musik pop dibedakan
menjadi musik pop anak- anak dan musik pop dewasa.

Kesimpulan
Musik nusantara adalah seluruh musik yang berkembang di nusantara, yang menunjukkan
cirri keindonesiaan. Musik memiliki fungsi sebagai sarana atau media ritual, media hiburan
media ekspresi diri, media komunikasi, pengiring tari, dan sarana ekonomi. Ragam musik
nusantara yang berkembang dapat dibedakan menjadi musik tradisi, musik keroncong, musik
dangdut, musik perjuangan, dan musik pop.

Prev: Membebaskan Windows Dari Beban Yang Memperlambat Sistem


Next: Hati-Hati dengan FRIENDSTER

reply share
Saya pernah baca sebuah Blogs milik seorang warga Malaysia. Ia Menceritakan bagaimana
Sheila on 7 Samson, Raja, Peterpen, Krisdayanti dan masih banyak lagi penyanyi dan grup Band
( Malaysia menyebutnya Kumpulan) asal Indonesia yang berjaya disana dan di puja-puja
masyarakat sana. Sempat juga saya chat dengan seorang remaja Malaysia ( dia mengaku salah
satu finalis di ajang AF, di Indonesia kita kenal; sebagai AFI). Dia mempertanyakan mengapa
penyanyi dan lagu  dari Indonesia begitu mudahnya di terima masyarakat sana sementara
penyanyi Malaysia sangat kesulitan untuk bisa menembus pasar musik Indonesia., presentasinya
bahkan sampai 60 :40%! Ini berarti penyanyi Indonesia mengalahkan popularitas penyanyi
Malaysia di negerinya sendiri. Sheila on 7 di pertengahan tahun 90-an telah mencetak rekor
tersendiri dengan menjual 200.000 lebih keping album di Malaysia. Sebuah angka fantastik
untuk ukuran sana, konon Siti Nurhalisa-pun belum mampu mencapai rekor ini.

Perkembangan musik Indonesia memang sangat dinamis terutama di akhir tahun 90-an.
Kesuksesan Sheila on7 sebagai group band yang berasal dari indilabel membuka mata para
produser, bahwa para penyanyi Indie ini gak bisa di anggap sebelah mata. sebelum itu para
produser musik selalu mencari posisi aman dengan hanya bermain-main di wilayah musik pop
dengan penyanyi yang itu-itu juga (ini seperti nasib perfilman kita saat ini, yang selalu mencari
wilayah aman dengan rame2 meniru tema film yang sudah laris duluan, secara gak sadar mereka
sebenarnya sedang menggali kuburan buat mereka sendiri!)

Kembali ke Musik.Perkembangan musik indonesia terbagi dalam beherapa periode.era sebelum


70-an. era 70-an,era 80-an, era,90-an dan era-2000.

1. Era s ebelum 70-an


Pada era ini musik Indonesia lebih banyak mengambil tema perjuangan, keberanian, semangat
dan kebangsaan. Tema-tema heroik macam ini tentu saja berkaitan dengan kondisi Indonesia saat
itu yang sedang melakukan perjuangan melawan Belanda dan Jepang. Anda pasti masih
hapal dengan lagu ; Maju tak gentar, Bandung lautan api, dll. Lagu-lagu pada era ini
kebanyakan telah dijadikan sebagai lagu Nasional.

lirik lagu:

Halo-halo Bandung
Written by: Ismail Marzuki ( 1946 )
 

Halo-halo Bandung Ibu kota Parahiyangan

Halo-halo Bandung kota kenang-kenangan

Sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau

sekarang telah menjadi lautan api

mari bung rebut kembali!

( Lagu ini untuk mengenang peristiwa 24 maret 1946, waktu itu Jepang menyerah kepada tentara
Sekutu.Sekutu dan NICA mulai menguasai kota secara de facto. Saat Tentara Republik Indonesia
dipaksa menyerah dan meninggalkan kota sejauh radius 11km; Majelis Persatuan Perjuangan
Priangan memutuskan untuk membakar kota untuk mencegah Sekutu dan Belanda
mempergunakan fasilitas dan instalasi penting yang ada di kota itu

SEPASANG MATA BOLA


Written by : Ismail Marzuki  (1946)

Hampir malam di jogya


ketika keretaku tiba
remang remang cuaca
terkejut aku tiba-tiba

dua mata memandang


seakan akan dia berkata
lindungi aku pahlawan
dari pada si angkara murka

sepasang mata bola


dari balik jendela
datang dari jakarta
nuju medan perwira

kagumku melihatnya
sinar nan perwira rela
hati telah terpikat
semoga kita kelak berjumpa pula

sepasang mata bola


gemulai murni mesra
telah mamandang beta
di setasiun jogya
sepasang mata bola
seolah-olah berkata
pergilah pahlawanku
jangan bimbang ragu bersama do'aku

2. Era 70-an
Koes Bersaudara adalah rajanya pada masa ini. Lagu-lagunya banyak mencapai Hits dan Koes
bersaudara mendapat julukan sebagai The Beatlles-nya Indonesia. Setelah Toni Koeswoyo
memilih bersolo karir posisinya di ganti Murry, dan kemudian kata 'bersaudara' diganti menjadi
'Plus'. Ini di karenakan Murry bukan berasal dari keluarga Koeswoyo. Beberapa kali dicekal dan
masuk penjara. Ini di karenakan  Koes Plus membuat beberapa lagu dengan menggunakan lirik
berbahasa asing. menurut pemerintahan Soekarno ini tidak mencerminkan watak Nasionalisme
dan bisa membahayakan. beberapa lagu koes Plus yang berbahasa asing sampai sekarang masih
enak terdengar, diantaranya lagu yang berjudul ' Why do u love me'. Selain Koes Plus nama lain
yang ikut meramaikan musik Indonesia juga lumayan banyak, tapi menurut saya Koes Plus-lah
yang  menjadi ikon di era ini.Secara tema, selain lagu dengan tema cinta modern milik Koes Plus
lagu dengan tema percintaan dan kancah peperangan masih sering terdengar disini.

Lirik lagu:

Why Do You Love Me


Artist: Koes Plus

the time has come


that we must be apart
the memory is still in
my mind
but you have gone
and you leave me alone

why do you love me


so sweet and tenderly
I do everything
to make you happy
huu...

but now everything


it's only a dream
a dream that never comes
I only wait
till true love will come...

3. Era-80-an

Pada e ra ini jenis lagu yang mendominasi adalah lagu pop yang mendayu-dayu,
bertempo lambat dan cenderung berkesan cengeng. Rinto Harahap, Pance pondaaq, A ryanto,
dan Obbie Mesakh adalah nama-nama pencipta lagu yang cukup produktif di era ini.Yup inilah
masanya lagu patah hati! Nama-nama seperti; Nia Daniaty, Betharia Sonata, Ratih Purwasih, Iis
Sugianto, adalah beberapa nama yang merupakan spesialis lagu sedih.Lagu-lagu balada juga
lumayan laku ini mungkin karena temponya lambat juga. Nama seperti Ebiet G Ade dan Franky
and Jane sangat familiar juga waktu itu.,  Saya masih ingat betul betapa lagu-lagu mereka begitu
melekat di hati pendengarnya, kakak saya yang waktu itu masih SMP, punya 4 buah buku tulis
tebal yang khusus mencatat lirik lagu-lagu mereka. Bahkan boleh di bilang saya aja yang waktu
itu masih kelas 2 SD sudah hafal hampir seluruh lagu yang hits di era itu! Biasanya sambil
menunggu padi yang menguning agar tidak di serang burung pipit, kita nyanyi-nyanyi lagu itu
secara koor (rame-rame) di atas ranggon (dangau di tengah sawah yang bertingkat!) kayaknya
seru. Beberapa lagu sempat menjadi fenomenal. Diantaranya lagu 'gelas-gelas kaca' dan lagu
'hati yang luka' milik Betharia Sonata. Lagu yang berjudul " Aku masih seperti yang dulu', yang
di nyanyikan Dian Piesesha bahkan sampai terjual 2 juta kopi. Angka yang sangat fenomenal
waktu itu, dan rekord ini baru di kalahkan oleh Sheila on7 belasan tahun berikutnya lewat lagu
'Dan' serta 'Kita' ! Harmoko  yang waktu itu menjabat sebagai mentri Penerangan,menyebut lagu
mereka sebagai lagu 'ngak-ngik-ngok' dan melarang peredaran lagu-lagu jenis ini dengan alasan,
membuat mental bangsa menjadi lemah, masyarakat jadi cengeng dan malas bekerja.Tapi apa
ada korelasinya? Dan apa itu sudah sesuai dengan kapasitas dia sebagai mentri penerangan untuk
melakukan pelarangan terhadap sebuah aliran musik?
Di tengah derasnya aliran cengeng sebenarnya ada beberapa musisi yang tetap konsisten dengan
aliran mereka yang tidak terbawa arus untuk memainkan musik yang meratap-ratap. Diantaranya
ada Fariz RM, Vina Panduwinata, Gombloh dll. Musik mereka sering disebut sebagai musik pop
kreatif. Lagu Vina yang berjudul 'Burung Camar' bahkan jadi hits dimana-mana.

DI era ini musik rock juga sempat berjaya meski hanya sebentar, bebrapa nama seperti, Ikang
Fauzy, Nicky Astria, Gito Rollies, dan beberapa group rock seperti Goodbles yang kemudian
berubah menjadi GONG 200 sempat berkibar.Nicky Astria bahkan manjadi ikon Rocker cewek
Indonesia setelah era-nya Euis darliah.Group-group musik baru pun mulai bermunculan di akhir
era ini (tepatnya di 90-an awal kali) seperti; Dewa 19, Slank, Boomerang, Vodoo,dan masih
banyak lagi group-group musik rock lainya yang hanya numpang lewat doang!

Lirik: HATI YANG LUKA


Berulang kali aku mencoba
Slalu untuk mengalah
Demi keutuhan kita berdua
Walau kadang sakit
Lihatlah tanda merah di pipi
Bekas gampar tanganmu
Sering kau lakukan bila kau marah
Menutupi salahmu
Pulangkan saja aku pada ibuku
Atau ayahku
Dulu segenggam emas kau pinang aku
Dulu bersumpah janji di depan saksi
Uwo..uwo..
Namun semua tinggal cerita
Ditelan duka.. uwo uwo..
Namun semua tinggal derita
Hati yang luka?

4. Era-90-an
Setelah Mentri Harmoko m elakukan pelarangan terhadap
musik ,ngak-ngik-ngok' akhirnya, aliran musik cengeng ini menjadi surut, dan musik pop
Indonesia seperti kehilangan arah. Dampak positifnya musik dangdut menjadi lebih hidup dan
meriah. Bahkan banyak dari para penyanyi yang tadinya beralirab pop dan rock beralih ke
dangdut dan kemudian tercipta jenis musik baru yaitu pop dangdut! Obbie mesakh sukses
menciptakan lagu 'mobil dan Bensin' yang dinyanyikan santa Hokki, dan kemudian jenis lagu ini
seperti merajalela. Bom berikutnya lagu yang berjudul; 'Gantengnya Pacarku' yang dinyanyikan
Nini karlina semakinmemperkuat eksistensi musik jenis ini yang akhirnya mengarah ke jenis
musik rancak sedikit disco? Jefry Bule kemudian menjadi sangat terkenal sebagai pencipta lagu
musik jenis ini. Karya-karyanya banyak yang menjadi Hirts. Doel sumbang pun yang biasanya
menyanyikan lagu daerah dan protes sosial mencoba keberuntungan di jenis musik ini dan sukses
dengan lagu 'Kamu' 'pun Ahmad albar yang notabene penyanyi beraliran rock akhirnya ikut
terseret dan menyanyikan lagu ' Zakiyah'.

Group-group musik baru sebenarnya juga ada beberapa yang potensial dan mencetak hits yang
lumayan, tapi gaungnya tetap kalah. Ada Dewa 19 dengan lagu 'Kangen'nya, Slank dengan lagu
'Terlalu manis' dan Indra Lesmana dengan lagu 'Aku ingin bebas' ada beberapa lagi yang saya
lupa sebutkan.

Disaat yang bersamaan saat musik Pop Indonesia kehilangan Greget, masuklah Ami Search,
musisi dari negeri jiran, Malaysia dengan lagunya ' Isabela' dan langsung menjadi Hits! Lagu
Isabela inilah yang menjadi lokomotif bagi musisi dan lagu-lagu malaysia lainnya untuk
membanjiri pasaran musik Indonesia.Beberapa nama yang menjadi terkenal kemudian adalah
Salim Iklim, Ella, Nora, dll. Saat itu musik Malaysia benar-benar merajai musik Indonesia.

Beberapa musisi Indonesia , meniru gaya mereka dan menciptakan trend musik baru " POP
ROCK!" Nama seperti, Dedy Dores, Nike Ardilla, Inka Christy,Nafa urbach dan masih banyak
lagi begitu seragamnya menyanyikan lagu ini. Nike Ardila membuat terobosan gaya dalam
berpenampilan Rock. Musik Rock yang biasanya di nyanyikan dengan sangar tiba-tiba saja
menjadi lembut dan mendayu-dayu dengan gaya seadanya, sekedar bergoyang dikit dan
memainkan ekspresi muka ternyata ia di terima masyarakat luas!
Jenis musik ini ternyata cepat membuat bosan terutama setelah kematian Nike Ardilla dan tak
adanya inovasi dari musisi Malaysia.

Beberapa nama baru muncul di dunia rekaman Indonesia, ada Kahitna, Java jive, Krisdayanti,
Jingga,

Beberapa label rekaman kemudian mengeluarkan album kompilasi dari beberapa group musik
yang mengambil aliran alternatif dan ternyata laris manis. Produser musik tentu saja senang
dengan modal yag gak begitu besar mereka dapat keuntungan besar. Akhirnya album-album
kompilasi jadi trend waktu itu.Beberapa nama yang berhasil terangkat dari trend ini yaitu; Padi,
Cokelat, Air, Wong, Peterpen, dan masih banyak lagi!

Di Akhir tahun 90-an, Sheila on7 membuat gebrakan baru, lagunya yang berjudul  ' Dan' jadi
Hits bahkan lagu lainnya yang berjudul 'kita' seakan jadi lagu wajib untuk acara kumpul-kumpul
atau nongkrong. Waktu kemping aja lagu ini terus kita ulang-ulang. Secara musikalitas
sebenarnya tak ada yang istimewa dari group musik asal Jogja ini. Suara Duta biasa-biasa saja,
tampang mereka juga kampung banget tapi lagu mereka yang baru bener-bener berbeda, ada
kesan indie dan liriknya remaja banget, lugas dan apa adanya. Album pertama mereka terjual
lebih dari 2 juta keping. BAhkan album mereka juga laris manis di Malaysia dan Singapura!. Ini
mengalahkan record yang sebelumnya di pegang oleh lagu ' Aku masih seperti yang dulu'. Tak
berapa lama Group Band Dewa dengan formasi barunya kembali hadir setelah fakum selama 2
tahun dan kembali melahirkan beberapa Hits dan juga terjual lebih dari 2 juta kopi! Padi group
band keluaran dari musik kompilasi juga tak mau kalah. Album baru mereka 'lain Dunia' laris
dimana-mana dan juga terjual lebih dari 2 juta keping! Yang perlu dicatat adalah album mereka
terjual disaat krismon melanda Indonesia ! Reza Artamivea juga boleh di bilang cukup berhasil,
mengusung musik beraliran R&B, suara sexinya berhasil memukau pecinta musik Indonesia.

Lyrics:

KITA

by. Sheila on7


Disaat kita bersama
Diwaktu kita tertawa, menangis
Merenung oleh cinta

Kau coba hapuskan rasa 

Rasa dimana kau melayang


Jauh dari jiwaku juga mimpiku
Biarlah, biarlah
Hariku dan harimu
Terbelenggu satu 
                
Oleh ucapan manismu
Dan kau bisikan kata cinta

(**)
Kau t'lah percikan rasa sayang
Pastikan kita seirama
Walau terikat rasa hina

Sekilas kau tampak layu


Jika kau rindukan gelak tawa yang
Warnai lembar jalan kita
Reguk dan teguklah
Mimpiku dan mimpimu
Terbelenggu satu
Oleh ucapan janjimu

5. Era 2000

Pada era ini seler a masyarakat lebih ke group-group musik di


bandingkan dengan penyanyi yang bersolo karir. Beberapa penyanyi solo yang sempat berjaya
perlahan redup di masa ini. Nama-nama yang masih bertahan hanya beberap gelintir, semisal;
Krisdayanti, Chrisye, Titi Dj, dan Glen. Selebihnya musik di dominasi oleh group-group musik
yang makin ramai oleh para pendatang baru. Nama-nama seperti; Peterpen, Ungu, Dewa,
Gigi,Ten 2 Five, Maliq d esential, Samson, Nidji, dan  Radja seakan mendominasi ruang musik
Indonesia. beberpa solois memang ada yang baru dan berhasil tapi tetep gaungnya masih kalah.
nama-nama seperti; Tompi, Rio Febrian, Resa Herlambang, Bunga c Lestari,Shanty, Dewi
sandra semoga masih tetap bisa bersaing di tahun-tahun berikutnya.

Tapi yang pasti era ini adalah era emasnya musik Indonesia de tengah lesunya musik di dunia
International musik Indonesia malah berjaya, bahkan sampai ke negeri tetangga. Jayalah terus
Musik Indonesia!

Lirik:

Kenangan Terindah

(by: Samson)

aku yang lemah tanpamu


aku yang rentan karena
cinta yang tlah hilang darimu
yang mampu menyanjungku

selama mata terbuka


sampai jantung tak berdetak
selama itu pun
aku mampu tuk mengenangmu

darimu, kutemukan hidupku


bagiku, kau lah cinta sejati

bila yang tertulis untukku


adalah yang terbaik untukmu
kan kujadikan kau kenangan
yang terindah dalam hidupku
namun takkan mudah bagiku
meninggalkan jejak hidupku
yang telah terukir abadi
sebagai kenangan yang terindah

Sejarah musik tradisi Seni musik maupun bidang lainnya sangat berkaitan erat dengan kehidupan
manusia. Dibanyak tempat musik lahir dan berkembang dari kegiatan sehari-hari masyarakatnya sebagai
contoh:
a.musik angklung dari jawa barat, semula alat musik ini digunakan sebagai alat tabuh tradisional ronda
malam dan pada saat pesta panen atau perkawinan.
b.Musik gondang dari tapanuli, biasa dipakai dalam upacar-upacara masyarakat batak
c.Musik lesung( kotekan) dibeberapa daerah indonesia biasa dimainkan pada saat menumbuk paddi
d.Musik gamelan dari jawa& bali musik gamelan dijawa pada mulanya dipakai dalam uapacara-upacara
kerajaaan didalam istana.sementara dibali, musik ini hanya dipakai dalam upacara-upacara umat hindu,
seperti upacara siklus kehidupan manuisa
Musik gong luang dari bali musik tradisi ini sifatnya sacral dan umumnya digunakan untuk mengiringi
upacara kematian

Musik sasando gong dari rote. Alat musik tradisional ini terbuat dari daun lontar yang banyak terdapat
didaerah rote ini .musik ini biasa dipakai sebagai hiburan , pengiring tarian , upacara adat masyarakat
rote

SEJARAH PERKEMBANGAN MUSIK INDONESIA

Prasejarah Musik Indonesia sejak ribuan tahun yang lalu ternyata perkembangan musik
Indonesia sudah ada, sehingga musik itu dikatakan telah melampaui batas bahasa, kebudayaan
bahkan agama. Bagi orang barat, India sering disamakan dengan Indonesia. Mereka menyebut
India dengan Indie (Nedherland-Oost) yang maksudnya Indonesia.
Anggapan semacam itu mengakibatkan kekayaan alat seni maupun kesenian di Indonesia tidak
diperhitungkan oleh bangsa lain, terutama waktu penjajahan Belanda masih bercokol di bumi
Indonesia.
Khasanah seni di Indonesia adalah sangat kaya dan bermutu tinggi dan dapat disejajarkan dengan
seni klasik di negeri yang berkembang.

A. Jaman Prasejarah (sebelum abab 1 Masehi)


Ternyata prasejarah Indonesia belum banyak diteliti dengan kata lain diselidiki oleh para
arkeolog , sejarawan atau yang lain. Padahal justru waktu antara tahun kira-kira 2500 Sebelum
Masehi dan abad ke-1 Masehi menemukan perkembangan kebudayaan termasuk musik sampai
saat ini.
Menurut Alec Robertson dan Denis Stevens (penulis buku Geschichte der Musik 1 dari
Munchen, Germany), pada jaman Mesolitikum kira-kira tahun 5000 Sebelum Masehi di Asia
Tenggara terdapat 3 ras besar: orang Australide (penduduk asli), orang Melanesia (berasal dari
Asia Tengah) dan orang Negrito (mungkin dari India).
Lapisan bawah ini di tumpangi lapisan baru dengan dua arus imigrasi besar :
1. Imigrasi Pra-Melayu
Antara tahun 2500 dan 1500 Sebelum Masehi kiranya terjadi suatu perpindahan bangsa dari Asia
Tengah ke Asia Tenggara.
Dalam perjalanannya mereka mengutip juga unsur dari Kaukasus dan Mongolia.
Mereka membawa serta kebudayaan bambu serta teknik pengolahan lading. Terutama di Annam
(Cina Selatan) mereka memperkenalkan semacam lagu pantun dimana putra dan putri bernyanyi
dengan cara sahut menyahut.
Mereka memakai sebuah alat tiup bernama Khen terdiri dari 6 batang bambu yang ditiup
bersama dalam kelompok d atau 3 nada. Alat ini dikenal pula di CinaSheng dan di Kalimantan
dengan nama Kledi. dengan nama
Alat ini hanya merupakan salah satu alat dari sejumlah besar alat musik bambu yang sampai
sekarang terdapat di Asia Tenggara. Sejumlah batang bambu dengan ukuran yang berbeda-beda
di tanam di tanah. Tiupan angin menimbulkan bunyi bagaikan Kledi raksasa yang cukup indah
(terdapat di Bali sampai sekarang).
Alat musik bambu lain seperti suling, angklung dan lain sebagainya. Telah mengalami suatu
proses perkembangan pada waktu kemudian. Seperti xylofonAsia Tenggara dalam bentuk
berbeda-beda: sebagai’tatung’ di Annam, ‘rangnat’ di Kamboja, ‘ranat’ di Thailand, ‘pattalar’ di
Birma, ‘gambang’ di Jawa, ‘kolintang’ di Sulawesi dan Kalimantan. Xylofon malah diekspor
dari Asia Tenggara ke Afrika pada abad 5 Masehi. yang tersebar diseluruh
2. Imigrasi Proto-Melayu pada jaman perunggu (abad 4 Sebelum Masehi)
Menurut para ahli sejarah terjadi lagi suatu gelombang imigrasi ke Indonesia di sekitar abad 4
Sebelum Masehi berpangkal dari suatu daerah Cina SelatanAnnam. Menurut R. von Heine-
Geldern perpindahan suku-suku dari daerah tersebut lewat Kamboja, Laos, Thailand, Malaysia
ke Indonesia dan berjalan terus ke Filipina, Melanesia dan Polynesia. Hal ini dibuktikan pula
oleh P. Wilhelm Schmidt (1868-1954) yang menemukan bahwa para penduduk Indonesia,
Melanesia dan Polynesia berdasarkan satu bahasa yang sama (yang memang kemudian
berkembang sendiri-sendiri). Teori ini pada jaman sekarang didukung oleh hampir semua ahli
sejarah. bernama
Karena ini terjadi pada zaman perunggu maka kedatangan mereka mempengaruhi juga
kebudayaan musik.
Diperkirakan bahwa gong-gong pertama berasal pula dari Asia Selatan, karena di dekat Annam,
pada tahun 1930-an ditemukan banyak sekali alat dari perunggu, sehingga terbukti bahwa dari
sinilah kebudayaan perunggu tersebar tidak hanya ke Indonesia tetapi ke seluruh Asia Tenggara.
Maka kebudayaan ini juga disebut “kebudayaan Dong-son”. Kebudayaan ini berlangsung dari
abad 7-1 Sebelum Masehi dan mencapai puncaknya pada abad 3-2 Sebelum Masehi.
Bagaimana dengan musik dalam kebudayaan Dong-son? Kita tidak tahu apa-apa tentang musik
mereka. Diperkirakan bahwa gong mereka berukuran besar, maka musiknya berat.
Menurut ahli sejarah tertentu tangga nada Pelog ikut dibawa ke Indonesia oleh kelompok Proto-
Melayu. Menurut Alec Robertson dan Denis StevensPelog mula-mula tersebar di seluruh Asia
Tenggara, namun kemudian terutama dipelihara di Jawa dan Bali. Karena tidak ada catatan maka
tidak dapat diketahui teori musik yang melatarbelakangi tangga nada yang unik ini. tangga nada
Gong-gong yang dibawa oleh Proto-Melayu dari Cina Selatan ke IndonesiaJawa. Rupa-rupanya
mula-mula dipakai untuk upacara mendatangkan hujan secara magig (mistik). ternyata
ditemukan dalam penggalian di
Pengaruh dari kebudayaan Dong-son ke Indonesia tidak berarti bahwa di Indonesia waktu itu
tidak terdapat kebudayaan sendiri, tetapi terjadilah suatu perkembangan : benda-benda dari
perunggu dan besi yang masuk “kasalisator”: meski sebelumnya di Indonesia diperkirakan tidak
ada perunggu (timah dan kuningan), namun kemudian terbukti bahwa orang Jawa waktu abad-
abad pertama Masehi menjadi ahli dalam hal mengolah logam, terutama perunggu.

B. Jaman Sejarah (Hindu-abad 4-12)


Suatu ‘revolusi’ terjadi pada abad 1 Sebelum Masehi di waktu dibuat kapal besar-besar di teluk
PersiaLaut Cina. Maka lalu lintas ke Indonesia pun menjadi intensif (sebelumnya diperkirakan
lalu lintas terjadi terutama lewat daratan). Terutama pedagang India mendatangi daerah-daerah
Indonesia sejak abad 2 dan 3 Masehi untuk perdagangan. Maka pengaruh India di Indonesia dan
tambah besar, baik dari segi perdagangan dan politik maupun agama dan kebudayaan.
Dari dokumen-dokumen dan penemuan nampak bahwa agama Budha masuk kepulauan
IndonesiaSumatera pada awal abad 7 Masehi dalam kerajaan Sriwijaya dan kemudian di Jawa
dengan kerajaan Syailendra (750-850 Masehi). Pengaruh kebudayaan India mencapai puncaknya
dari pertengahan abad 8 Masehi sampai abad 11 Masehi dimana fase kreativitas yang sangat
tinggi. Pada masa itu berkembanglah kebudayaan Jawa berupa musik dan tari, arsitektur dan seni
rupa, pada waktu itu dibangunlah Candi Borobudur dan Candi PrambananIndonesia dari masa
lalu sampai sekarang. pada abad 4 Masehi. Mereka mendirikan pusatnya di pulau yang menjadi
kebanggaan bangsa
Selain tangga nada Pelog dipakai juga tangga nada Slendro yang bentuk dan rupanya
diperkenalkan oleh Dinasti Syailendra pada abad 8 Masehi. Menurut cerita tangga nada ini
ditemukan oleh dewa Barata Endra atas petunjuk dewa Shiva. Merurut teori, satu oktaf dibagi
dalam 5 interval yang sama (6/5 dari sekon besar). Namun ternyata tidak selalu demikian. Malah
dalam penggalian di JawaCina dan musik India. ditemukan alat-alat kuno dengan tangga nada
yang mirip dengan tangga nada pentatonic (dengan interval sekon-sekon dan terts kecil), sama
halnya dengan tangga nada
Perkembangan musik sangat dipengaruhi oleh drama Hindu dalam bahasa Sansekerta Ramayana.
Drama ini diterjemakan dan diolah bebas dalam banyak bahasa di Asia Tenggara. Pementasan
dari fragmen-fragmen drama ini sangat disukai. Sesudah abad 9 Masehi terdapat terjemahan
dalam bahasa Jawa dan paling sedikit sejak abad 11 Masehi dipentaskan di Jawa. Selain
Pementasan tari berkembanglah pula versi wayang, suatu tradisi yang nampaknya berasal dari
jaman pra-Hindu.
Waktu orang Hindu datang ke Jawa, maka mereka telah menemukan bermacam-macam alat
musik. Dalam relief pada Borobudur terdapat alat musik local maupun alat musik yang diimpor
dari India seperti gendamg, termasuk gendang dari tanah dengan kulit hanya di satu sisi, kledi,
suling, angklung, alat tiup (semacam hobo), xylofon (bentuknya setengah gambang, setengah
calung), sapeq, sitar dan harpa dengan 10 dawai, lonceng dari perunggu dalam macam-macam
ukuran, gong, saron, bonang. Tidak dapat disangkal bahwa alat musik mula-mula dimainkan
menurut kebiasaan India.
Selain itu dari penggalian-penggalian di Jawa Tengah telah ditemukan sejumlah besar kumpulan
bonang, nada-nada gender dan saron, lonceng, gendang, gong-gong, namun tidak jelas dari abad
berapa. Tidak semua alat musik tersebut di atas bertahan di Jawa dalam perkembangan waktu
selanjutnya. Namun nampak bahwa alat musik ini telah dipakai sebelum jaman Hindu. Perlu
diketahui bahwa musik gamelan sebagai musik herefon dengan pola ritme yang kaya,
keindahannya terletak justru dalam bunyi bersama dari lagu dan irama yang saling melengkapi
menjadi satu ‘simfoni nada dan irama’. Sedangkan musik India termasuk musik solotis (vocal
maupun instrumental) meskipun dimainkan juga dalam ansambel sebagai iringan. Namun aneka
ragam alat musik di India tidak digabungkan dalam satu orkes, untuk memberi kebebasan pada
penyanyi dan pemain.
Bahwa seni musik sejak dulu di Jawa mendapat suatu penghargaan tinggi, dapat disimpulkan
dari banyaknya gambar alat musik dalam relief-relief dari jaman itu serta dari naskah-naskah
kuno yang rajin menyebut nama alat musik dan sebagainya. Jadi Gamelan sebagai orkes
mengalami suatu perkembangan alat musik yang berasal dari India diintergrasikan ke dalam
musik tradisional Jawa: gong-gong dalam macam-macam bentuk dan ukuran, gambang ditambah
sejumlah alat lain yang sebagian ditinggalkan dalam perkembangan jaman. Bahwa terjadilah
suatu perkembangan musik gamelan (sampai sekarang) membuktikan betapa tinggi musik ini
hingga tidak ada bandingnya di Negara lain di Asia Tenggara.
Pada masa abad 11 pusat politik pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur dengan Kerajaan
Airlangga yang berhasil menaklukkan seluruh Jawa (1037), Setelah itu dilanjutkan oleh kerajaan
Singasari pada abad 13. Wilayah kekuasaan sampai Kerajaan Majapahit (didirikan oleh Raden
Wijaya dengan patihnya yang tersohor Gajah Mada). Dengan patihnya Gajah Mada pada tahun
1350-1389 merupakan puncak kejayaan Majapahit dengan Pemerintahan Hayam Wuruk. Seluruh
kepulauan (termasuk kerajaan Sriwijaya) masuk dalam wilayah Nusantara (itu nama wilayah
kerajaan Majapahit di luar pulau Jawa).
Maka tidak mengherankan bahwa pada waktu itu pun gong yang di Jawa di bawa ke seluruh
Nusantara.
Namun itu tidak berarti bahwa semua pulau memakai juga musik gamelan. Meskipun tangga
nada Pelog dikenal juga di daerah lain, namun umumnya musik di luar Jawa dan Bali mengikuti
pola lain: ritmik yang kaya serta melodic yang agak sederhana berdasarkan tangga nada
pentatonic tanpa setengah nada (pentatonic anhemitonis) adalah ciri khasnya.
Pada akhir jaman Hindu gamelan sudah lengkap seperti jaman sekarang. Hanya satu alat belum
ada: rebab. Meskipun demikian, menurut Jaap Kunst belum tentu semua alat dimainkan selalu
bersama-sama. Mungkin sekali terdapat suatu ansambel dengan alat musik lembut yang terutama
dipakai di dalam ruang dengan gender, gambang dan suling.
Selain itu terdapat ansambel dengan alat musik keras dengan gendang, cymbal (di Jawa sudah
tidak ada), macam-macam gong yang dipakai terutama diluar gedung untuk pesta dan pawai.
Ansambel alat yang keras seperti di Jawa terdapat terdapat pula di pulau-pulau lain misalnya di
Nias dan Flores Barat.
Gamelan Munggang, ansambel orkes gamelan tertua, ternyata merupakan ansambel macam ini
juga.
Menurur Kurst, kedua ansambel baru digabung menjadi satu orkes gamelan sesudah jaman
Hindu.
Dan inipun terjadi dalam perkembangan waktu.
1389 – 1520 merupakan jaman kemunduran dan kehancuran kerajaan Majapahit. Sementara itu
di Malaka terjadi perkembangan kerajaan-kerajaan Islam yang berkuasa sampai Sumetera.
1511 Malaka direbut Portugis dan masuk pula ke Kepulauan Maluku(1522). Sementara itu di
Jawakerajaan Demak, Kerajaan Islam (1500-1546). berdiri
Kesultanan Demak menguasai seluruh Jawa dan sebagian besar kepulauan di luar Jawa.
Bersama dengan agama Islam masuk ke Indonesia pula alat musik Arab: misalnya rebana, rebab,
gambus.
Namun alat musik ini berkembang di Indonesia : berbedalah bentuk dan cara bermain rebab: di
Jawa,Bali, Sulsel, Sumba (di Sumba rebab ini disebut ‘dunggak roro’) dengan dua dawai; di
Sumatera, Kalimantan, Sulut dan Maluku dengan satu dawai; di Aceh dengan tiga dawai.
Berbedalah pula nama rebana: terbang, trebang, robana, rabana. Sedangkan gambus {sejenis
gitar/mandolin) biasanya dilengkapi dengan alat seperti biola, akordeon, gendang, seruling, bas
menjadi orkes gambus. Dengan kata lain: alat musik ini mengalami suatu proses pengintegrasian
ke dalam tradisi musik Indonesia.

C. Jaman Modern / Masa Kini


Banyak tema legu dalam bermusik. Sehingga karya para musisi terdahulu masih enak dan layak
di perkembangan dunia musik modern yang semakin meningkat telah merambah berbagai aspek
kehidupan masyarakat serta berkesinambungan dari generasi ke generasi sehingga telah
menghasilkan begitu banyak karya yang patut di banggakan. Pesatnya kemajuan industri musik
di tanah air pada saat ini di imbangi dengan banyak bermunculannya insan – insan musik yang
mendatangkan angin segar bagi industri tersebut. Seperti halnya dunia film, dunia musik juga
mempunyai pasar serta penggemar yang banyak dengan aliran musik yang di anutnya, maka
berlombalah grup grup musik, duo, maupun solo untuk meniru. Dengan banyak bermunculannya
pendatang baru di dunia musik, maka banyak pula karya- karyaserya penghargaan –
penghargaantentang musik yang sudah di hasilkan. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu
ditingkatkan dandikembangkan bakat generasi muda Indonesia di bidang musik, khususnya
mengenai sejarah, perkembangan serta pengetahuan tentang dunia musik yang sifatnya universal
tersebut. Selain itu mereka juga diharapkanmampu untuk memperkenalkan karya – karyake
kancah nasional maupun internasional, sebagai hal yang patutdibanggakan, dikembangkan,
dipertahankan serta di lstarikankeberadaannya. Mengingat untuk perkembangan dunia musik
modern itu sendiri di Indonesia belum ada wadah yang dapat memberi informasi yang akurat
tentang segala hal tentang dunia musik moderndi Indonesia. Sedangkan fasilitas untuk
mleakukan pelestarian terhadap karya- karya serta penghargaan musik tersebut belum benar –
benar ada. Oleh karena itu diharapkan adanya suatu wadah yang dapat menampung karya,
penghargaan, minat serta aspirasi yang dapat meningkatkan informasi dan pengetahuan tentang
musik modern yang merupakan salah satu warisan khasanah budaya Indonesia.
Ragam musik di Indonesia dapat dibedakan atas musik tradisi, musik keroncong, musik dangdut,
musik perjuangan, dan musik pop.
Seiring dengan masuknya media elektronik ke Indonesia,masuk pula berbagai jenis musik barat,
seperti pop, jazz, blues, rock, R&B dan musik- musik negeri India yang banyak diperkenalakan
melalui film-filmnya. Dari perkembangan ini, terjadilah perpaduan musik asing dengan musik
Indonesia. Musik India juga berpadu dengan musik melayu yang kemudian menghasilkan jenis
musik dangdut. Maka, muncullah berbagai musisi Indonesia yang beraliran pop, jazz, blues,
rock, dan R&B. Berkembang pula jenis musik yang memadukan unsur kedaerahan Indonesia
dengan unsur musik barat, terutama alat- alat musiknya. Jenis musik ini sering disebut musik
etnis.
Ragam musik di Indonesia dapat dibedakan atas musik tradisi, musik keroncong, musik dangdut,
musik perjuangan, dan musik pop.

1. Musik Daerah/Tradisional
Ciri khas jenis musik ini terletak pada isi lagu dan instrumen (alat musiknya). Musik tradisi
memiliki karakteristik khas, yaitu syair dan melodinya menggunakan bahasa dan gaya daerah
setempat. Seni tradisi yang merupakan identitas, jati diri, media ekspresi dari masyarakat
pendukungnya. Musik jenis ini terdiri dari :

1. Instrumen Musik Perkusi.


Antara lain : Gamelan, Talempong, Kulintang, Arumba dan Kendang.
2. Instrumen Musik Petik
Antara lain : Kecapi, Sasando dan Sampek.
3. Instrument Musik Gesek
Antara lain : Rebab dan Ohyan.
4. Instrument Musik Tiup
Antara lain : Suling, Saluang, Serunai, dan Serompet atau Tarompet.

2. Musik Keroncong
Ciri musik jenis ini adalah pada harmoni musik dan improvisasi yang sangat terbatas. Umumnya
lagu-lagunya memiliki bentuk dan susunan yang sama. Syair- syairnya terdiri atas beberapa
kalimat (umumnya 7 kalimat) yang diselingi dengan permainan alat musik.

3. Musik Dangdut
Ciri khas musik ini terletak pada pukulan alat musik tabla (sejenis alat musik perkusi yang
menghasilkan bunyi ndut) dan iramanya yang ringan, sehingga mendorong penyanyi dan
pendengarnya untuk mengerakkan anggota badannya.

4. Musik Perjuangan
Ciri khas dari musik ini terletak pada syair- syairnya yang umumnya berisi ajakan untuk
berjuang, ajakan untuk berkorban demi tanah air, dan sejenisnya. Irama musiknya cepat dan
semangat, serta diakhiri dengan semarak.

5. Musik Populer (pop)


Musik ini memiliki ciri, dalam penggunaan ritme yang terasa bebas dengan mengutamakan
permainan drum dan gitar bas. Biasanya, para musisinya juga menambahkan variasi gaya yang
beraneka ragam untuk menambah daya tarik dan penghayatan pendengar atau penikmatnya.
Musik pop dibedakan menjadi musik pop anak- anak dan musik pop dewasa.

Anda mungkin juga menyukai