Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH PERKEMBANGAN MUSIK HEAVY METAL

(UNDERGROUND) DI KOTA BANDUNG

KURNIA EKA FAJAR (1907107)


sakeeew@gmail.com
Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia

Abstrak : Anak muda di Bandung antara tahun 1990 sampai 2000-an pasti mengenal tentang
musik heavy metal atau secara sederhana disebut metal, musik metal berkembang pesat seiring
dengan banyaknya pertunjukan/acara yang mengusung tema metal di Bandung serta tren metal
dilihat dari segi tampilan berpakaian yang cenderung „liar‟ pun dianggap gaul pada saat itu.
Pembicaraan disekitar rumah pun menjadi doktrin yang kuat dalam penyeberan musik metal
terkait hal referensi band, pembelian merchandise original, event musik metal, dan cara
mengidolakan seseorang musisinya terjadi karena ada obrolan dari mulut ke mulut. Musik metal
di bandung hidup sejak era tahun 70an, sebagai sarana identifikasi bagi band-band yang
memainkan musik keras dan ekstrim pada masa itu walau pada waktu itu masih membawakan
lagu-lagu milik band luar negeri. Musik Rock memiliki peran muculnya musik heavy metal dan
subgenrenya.
Kata kunci: Perkembangan Musik Metal, Bandung, Bentuk Musik.

A. PENDAHULUAN
Berbicara tentang asal usul berkembangnya musik metal di Bandung, tentu semua tak
lepas dari peran generasi pertama sebagai pionir yang telah berjuang mati-matian agar diterima
sepenuhnya oleh pendengar musik yang diprakarsai oleh majalah Aktuil yang muncul pada tahun
1967 di Bandung sebagai majalah yang memberikan warna bagi industri media di Indonesia dan
menjadi acuan bagi berbagai media musik yang muncul setelahnya. Kala itu, majalah aktuil
mampu menerbitkan 100.000 eksemplar majalah setiap penerbitan lantaran digermari kaula
muda. Kontennya pun sangat beragam dan sering kali memuat hasil wawancara meraka dengan
musisi-musisi Internasional. Sehingga munculah sebuah perkumpulan yang dinamakan
Ujungberung Rebels sebagai komunitas musik underground yang terorganisasir. Banyak band
metal lahir dari daerah tersebut sampai nama Ujungberung Rebels tersebar di khalayak publik
dan mengusung musik cadas seperti Metal, Death Metal, Heavy Metal, serta Grind Core. Adapun
band ternama asal Bandung yang sempat mengharumkan nama tanah air dikancah Internasional,
sebut saja Burgerkill, Jasad, Forgotten yang telah memiliki banyak prestasi hingga dikenal
dimancanegara.
Seperti yang diliput oleh media Vice kepada salah satu musisi bernama Man Jasad
tentang mengapa Bandung khususnya daerah Ujungberung memiliki ketertarikan terhadap musik
metal yang sangat subur. Era 1996 hingga 1997 komunitas musik „underground‟ di Bandung
mengalami masa kejayaan yang berkembang sangat pesat. Banyak lirik pada saat itu yang
bercerita tentang nasib buruh, petani, dan kaum miskin kota. Dengan frontal mulai melakukan
kritik-kritik terhadap pemerintah yang dinilai gagal mengatasi krisis. Kota Bandung menjadi
barometer musik „underground‟ pada saat itu, hampir setiap minggu Gor Saparua menjadi
langganan acara-acara musik „underground‟ yang diorganisir oleh beberapa komunitas di kota
Bandung. Gor Saparua selalu dipenuhi oleh massa „underground‟ yang rata-rata berusia belia
dari berbagai kota di Indonesia. Penonton pun banya berdatangan dari berbagai kota seperti
Medan, Jakarta, Surabaya, Yogya, Malang dan kota-kota lainnya. Terjadilah transformasi
informasi dan proses penyerapan kultur.

B. URAIAN

1. SEJARAH MUSIK METAL


Metal merupakan satu jenis musik popular yang berkembang antara tahun 1960 – 1970
lahir dari subgenre musik Rock yang besar di Inggris dan Amerika. Memiliki ciri khas unik dan
berbeda dengan genre lainnya, metal lebih cenderung mengekspresikan karakter yang keras,
permainan solo gitar yang menarik, pembawaan musik atraktif, dandanan nyentrik, serta balutan
ketukan yang cepat atau menjadi alasan bahwa metal mempunyai elemen musik berbeda. Heavy
metal mulai memperoleh identitas gaya pada akhir 1960-an sebagai jenis hard rock yang "lebih
keras", dan subkultur yang relatif kecil tetapi sangat loyal terbentuk di sekitarnya selama tahun
1970-an. Karena metal terancam untuk memusuhi audiensi yang ditargetkan secara demografis,
band-band metal hampir tidak menerima pemutaran radio, dan mereka harus mendukung rilis
album mereka dengan tur yang konstan, bermain untuk audiens yang kebanyakan muda, berkulit
putih, pria, dan pekerja buruh. (Wasler 2014, hlm 3).
Michael Moynihan dalam buku Lords of Chaos mengemukakan pendapat tentang
lahirnya musik heavy metal sebagai berikut; “Heavy metal hadir berdampingan dengan musik
pop, terisolasi dalam citra berlebihan dan ventilasi nafsu maskulin. Sering diabaikan, dicemooh,
atau dicaci maki oleh para kritikus dan orang tua, heavy metal telah dipaksa untuk membuat
dunia bawahnya sendiri. ia bermain dengan aturannya sendiri, mengikuti hak prerogatif
estetiknya sendiri.”
Musik metal belum bisa diterima secara luas karena memiliki sudut pandang yang negatif
dikarenakan adanya benturan dengan musik pop yang sudah lebih dulu di gandrungi oleh
khalayak luas, memiliki perbedaan yang cukup nyata berdampak pada estetika pembawaan
musik yang tak kalah menarik justru bisa membantah kritikan negatif tersebut sehingga menjadi
sebuah pelarian bagi kalangan yang merasa jenuh terhadap genre musik yang sering didengar di
platform musik pada saat itu. Tahun 1980-an adalah dekade munculnya heavy metal sebagai
gaya musik yang sangat populer, karena berkembang baik dalam kesuksesan komersial maupun
variasi gaya. Penonton heavy metal menjadi semakin seimbang gender dan kelas menengah, dan
rentang usianya diperluas untuk mencakup sejumlah besar praremaja dan orang-orang di usia
akhir dua puluhan. Pada tahun 1989, heavy metal menyumbang sebanyak 40 persen dari semua
rekaman suara yang dijual di Amerika Serikat, dan Rolling Stone mengumumkan bahwa heavy
metal sekarang merupakan "arus utama rock and roll”. Pada saat itu, metal telah terdiversifikasi
menjadi sebuah tren dan mempengaruhi wacana musik lainnya. Istilah "heavy metal" itu sendiri
menjadi situs kontestasi terbuka, ketika para penggemar, musisi, dan sejarawan berjuang dengan
prestise dan kemasyhuran nama genre yang tampaknya tidak lagi mampu memuat gaya dan
agenda musik yang berbeda. (Wasler 2014, hlm 4).

2. BENTUK MUSIK METAL


Bentuk musik metal merupakan perkembangan dari bentuk musik Rock. Saat itu musik
metal menjadi musik yang ters berkembang dikarnakan dengan irama musik yang terdapat pada
musik metal di nilai keren untuk di dengar serta di dengar para musisi-musisi pada masa itu
kemudian disukai dan banyak diminati oleh masyakarat khususnya kaula muda hingga
eksistensinya terus berkembang pesat. Karakteristik musik metal bisa dikategorikan sebagai
musik keras dikarnakan suara gitar berdistorsi keras, ritme yang cepat, permainan solo gitar
panjang, keselarasan antara bass dan drum, dan suara vokal yang melengking. Instrumen
keyboard kadang digunakan untuk meningkatkan harmoni yang notabene musik metal hanya
memainkan block chord. Asal usul gaya heavy metal lahir dari genre Blues Rock, Acid Rock dan
Psychedelic Rock. Heavy metal memiliki subgenre metal diantaranya; Avant-garde Metal,
Christian Metal, Glam Metal, Extreme Metal (Death Metal, Doom Metal, Black Metal, Trash
Metal,Speed Metal), Folk Metal, Power Metal, Groove Metal, Symphonic Metal.

C. KESIMPULAN
Secara pengetahuan dari sumber yang telah banyak diteliti bahwa tidak ada kejadian
khusus yang menjadi penanda kelahirannya atau asal muasal terciptanya musik metal, namun
ada beberapa bukti yang menunjukan munculnya genre musik ini yakni peralihan selera musik
masyarakat yang jenuh terhadap musik pop padaa saat itu. Banyak sekali pro dan kontra
terhadap musik metal yang beropini bahwa musik metal digunakan sebagai musik
penganut/ajaran setan ataupun menjauhkan dari kebiasaan yang cenderung membawa sudut
pandang ke hal yang negatif namun kembali lagi ke pendengar musiknya bahwa dalam
memperlakukan musik tentu berbeda antara pendapat pribadi dengan orang lain.
SUMBER REFERENSI

Walser, R. (2014). Running with the Devil. Middletown, Conn.: Wesleyan University
Press.

Moynihan, M., & Søderlind, D. (1998). Lords of chaos (1st ed.). Los Angeles, CA: Feral
House.

Andrew, T., Sihombing, R., & Ahmad, H. (2017). MUSIK, MEDIA, DAN KARYA :
PERKEMBANGAN INFRASTRUKTUR MUSIK BAWAH TANAH
(UNDERGROUND) DI BANDUNG (1967-1990). Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah
Dan Budaya, 9(2), 293. doi: 10.30959/patanjala.v9i2.18

Rossmayani, M., Dewanto, I. (2018) MENGGESER STIGMA MASYARAKAT


TERHADAP MUSIK UNDERGROUND DI KOTA BANDUNG MELALUI MEDIA
WEB SERIES. Jurnal rekamakna, Institut Teknologi Nasional.

https://kimun666.wordpress.com/ Iman Rahman Angga Kusuma a.k.a Kimung. (2008).


Scene Bawah Tanah Indonesia.

https://www.vice.com/id_id/article/3ddnxk/kami-mengunjungi-tanah-kelahiran-metal-di-
bandung-ujungberung

Anda mungkin juga menyukai