Cermin
Dunia
No. 11,
Kedoktera n
Majalah triwulan
diterbitkan dengan bantuan
P.T. KALBE FARMA
dipersembahkan secara cuma-cuma.
Daftar isi
4 EDITORIAL
ARTIKEL
16 INTOKSIKASI CO
34 PENGALAMAN PRAKTEK
BATU GINJAL
BATU BATERAI SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN
37 CATATAN SI NGKAT
38 HUMOR ILMU KEDOKTERAN
39 RUANG PENYEGAR DAN PENAMBAH ILMU KE-
DOKTERAN
40 KAMI TELAH MEMBACA UNTUK ANDA : ABSTRAK-ABSTRAK
46 UNIVERSITARIA
Kemajuan teknologi dalam berbagai bidang yang merupakan tulang punggung
industri moderen dan telah berhasil menaikkan tingkat kemakmuran negara serta
taraf hidup penduduknya, kini ternyata juga membawa efek samping yang tidak
diingini, yaitu pencemaran lingkungan bidup.
Beberapa waktu yang lalu dunia telah dikejutkan oleh peristiwa-peristiwa se-
perti :
• Pencemaran air laut di pantai Inggeris oleh minyak yang berasal dari kapal peng-
angkut minyak yang kandas sehingga kesegaran dan keindahan pantai hilang serta me
nyebabkan kematian burung-burung yang hidup disekitarnya.
• Kematian atau cacat fisik/mental penduduk kota Minamata di Jepang oleh methyl
mercury yang rnerupakan hasil pembuangan industri.
• Terserangnya penduduk sebuah kota di Italia oleh sejenis penyakit kulit yang
aneh, yang ternyata disebabkan oleh pencemaran udara dengan sejenis zat kimia,
yang berasal dari sebuah pabrik, . sehingga seluruh penduduk kota tersebut harus
diungsikan.
Belum terhitung jumlah korban di kota-kota industri yang jatuh sakit atau
meninggal akibat penyakit paru kronik akibat pencemaran udara oleh asap pabrik-
pabrik.
Negara-negara, seperti Indonesia, yang membutuhkan mekanisasi dan industri-
alisasi agar tujuan pembangunan nasionalnya lebih cepat tercapai, harus menyadari
akan bahaya latent ini dan menarik pelajaran dari pengalaman lain-lain negara.
Untuk ini harus dibuat peraturan-peraturan dan diambil langkah-langkah seperlu-
nya guna melindungi lingkungan dan kelestarian hidup semua makhluk dan tum-
buhan yang terdapat di tanah air kita agar segala keindahan alamnya dapat kita
nikmati seterusnya.
Dalam nomor ini telah dimuat naskah-naskah yang menyangkut bidang ekologi
dengan maksud membangkitkan kesadaran kita semua akan bahaya berbagai jenis
pencemaran yang terdapat di sekitar kita ini.
Redaksi.
PENDAHULUAN
Keadaan dimana atmosfir udara mengandung bahan-bahan di kota Semarang dengan menggunakan burung-burung merpa-
dalamkonsentrasiyang membahayakan manusia atau lingkung- ti, didapatkan bahwa yang dihadapi di sini terutama masih ber-
annya didefmisikan sebagai polusi udara (16). Canada menya- sifat ' alamiah " ( debu silikat), tetapi dengan berkembangnya
takan hal tersebut lebih tegas lagi, yaitu semua macam konta- industri dan makin naiknya jumlah kendaraan bermotor,
minasi udara dalam kwalitas yang dapat menyebabkan ganggu- apalagi disertai dengan pembangunan gedung-gedung berting-
an pada orang atau membahayakan kesehatan serta keselamat- kat dikemudian hari, bukan tidak mungkin untuk kota ini dan
annya; merusak milik serta menggangu kehidupan tanaman kota-kota lainnya polusi udara akan merupakan problema yang
dan hewan (13). Malahan di Perancis polusi udara dinyatakan semakin besar.
sebagai pengotoran udara yang dapat membahayakan kesehat- Di Inggris pada tahun 1952 terjadi smog yang menyebabkan
an dan keamanan umum, pertanian serta preservasi monumen- penambahan kematian sejumlah kira-kira 4000 orang di daerah
monumen umum atau keindahan alam (13). London. Asap pedut (smog) ini disebabkan oleh pembakaran
Melihat definisi-definisi diatas, jelaslah bahwa problema po- minyak oleh industri maupun rumah-rumah untuk keperluan
lusi udara menyangkut segi-segi kehidupan yang sangat luas pemanasan, yang dapat banyak menimbulkan gangguan penya-
dan kompleks. Disamping polusi udara ini, dikenal juga pen- kit dan sebagainya . Sebagai akibat ini Pemerintah mengeluar-
cemaran lingkungan lain umpama : Polusi air, polusi suara; kan apa yang disebut sebagai Clean Air Act 1956 berikut pera-
polusi tanah; polusi laut dan sebagainya yang juga merupakan turan-peraturan pelaksanaannya. Peraturan-peraturan semacam
hal yang sangat kompleks. ini kemudian diikuti oleh negara-negara industri yang lain dan
boleh dikata sekarang bahaya polusi udara di kota-kota ini ber-
SEBAB—SEBAB POLUSI UDARA
hubung dengan adanya peraturan tata-kota yang baik, kecuali
Sumber polusi/ pencemaran udara dapat dibagi menjadi : beberapa tempat/daerah industri di Jepang dan daerah-daerah
(a) Hasil-hasil proses alamiah yang berasal dari manusia dan industri berat lainnya, telah dapat dikurangi dengan nyata.
(CO2 ), gunung berapi (H 2 S, S0 2 ), angin (debu silikat dan par- Apabila 20 tahun yang lalu yang merupakan bahaya polusi
tikel-partikellain). udara di negara maju tadi masih pabrik-pabrik industri, seka-
(b) Hasil-hasil proses buatan manusia sendiri umpama : indus- rang kendaraan-kendaraan bermotor, baik yang menggunakan
tri (SO 2 , CO, asap dan sebagainya); kendaraan bermotor (CO, bensin maupun solar (diesel) menjadi pencemar udara yang
hidrokarbon, Pb, asap); rumah tangga, dapat berasal dari da- utama. Penggunaan kendaraan bermotor diseluruh dunia sejak
lam rumah yaitu sistim pemanasan, AC dan dapur. Dapat juga 1948 berjumlah 42.970.000 mobil penumpang dan
berasal dari luar rumah misalnya S0 2 , CO dan sebagainya. 13.050.000 mobil komersil telah naik kira-kira tiga kali lipat
Di negara-negara sedang berkembang dan di daerah-daerah luar dalam tahun 1965, yaitu berturut-turut menjadi 139.730.000
koia (rural) sebetulnya bahaya polusi udara ini belum begitu dan 37.600.000 Apalagi dengan pembangunan gedung-gedung
berbahaya bagi kehidupan, meskipun dalam kota-kota besar di pencakar langit dalam kota-kota besar maka jalanjalan menja-
negara-negara tersebut problema polusi telah mulai nyata. di relatif amat sempit, sehingga hawa udara akan lebih banyak
BOEDI RAHARDJANI dkk (1976), menyelidiki polusi udara mengandung zat polutant dalam konsentrasi besar. Lagi pula
Data-data tersebut diperoleh dari iklan-iklan yang dipasang pada majalah-majalah ke-
dokteran yang ada di Amerika. Dimana jumlah iklan yang membutuhkan dokter-
dokter ahli dalam berbagai bidang keahlian, rata-rata 2300 buah sebulan.
PENDAHULUAN
Sejak manusia pertama dapat membuat api, intoksikasi karbon dalam badan yang menghasilkan CO ± 0,4 ml per jam,
monoksida telah menjadi masalah. Masalah intoksikasi gas ini yang menyebabkan darah akan mempunyai kadar normal
kian menjadi penting sejalan dengan semakin majunya indus- COHh 0,5—0,8%.
trialisasi di suatu negara. (b) Sumber CO terbesar dalam alam ini adalah yang berasal
Pada saat ini karbon monoksida merupakan gas beracun dari man made CO sebagai hasil proses tehnologi.
yang paling banyak menimbulkan intoksikasi akut serta paling Tiap tahun manusia menghasilkan kira-kira 250 juta ton
banyak menyebabkan kematian dibandingkan dengan kemati- man made CO sebagai hasil pembakaran tidak sempurna
an akibat intoksikasi gas-gas lain. Kematian akibat intoksikasi dari bahan-bahan organik seperti : minyak bumi, kayu, gas
gas CO yang sering terjadi pada sekelompok orang sekaligus, alam maupun gas buatan, bahan peledak, batu bara.
seperti kematian enam orang di dalam sel tahanan akibat gas MEKANISME INTOKSIKASI KARBON MONOKSIDA
CO dari generator, kematian beberapa mahasiswa di dalam bis Efek toksik dari karbon monoksida disebabkan pengikatan-
karena gas dari knalpot masuk kebagian belakang bis, kematian nya oleh hemoglobin, dengan membentuk kompleks carboxy-
beberapa anggota keluarga di dalam kamar tertutup dan lain- hemoglobin. Dalam bentuk baru ini, hemoglobin tidak dapat
lain, memberikan efek yang dramatis biia diberitakan di surat- lagi melakukan fungsinya untuk transportasi oksigen kejaring-
surat kabar. an-jaringan tubuh. (Hemoglobin dapat mengikat molekul CO
Mula-mula disan,g4ca bahwa expose terhadap CO dengan ka- sama banyak seperti pada pengikatan oksigen. Kedua gas ini
dar rendah/sedang yang berlangsung berulang-ulang tidak pu- diikat pada gugus yang sama dalam molekul hemoglobin,
nya efek terhadap fisiologi tubuh; tetapi ternyata penyelidi- bereaksi dengan besi dalam gugus porphyria).
kan-penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa intoksikasi Dengan cara yang sama, selain pada hemoglobin, CO juga
kronik dapat terjadi dari dapat menimbulkan efek patologik dapat bereaksi dengan myoglobin, cytochrome oxidase serta
yang cukup gawat. Okh karena itu perhatian terhadap efek CO eytochrome P—450. Meskipun kecepatan pengikatan CO oleh
kadar rendah menjadi semakin besar, lebih-lebih setelah dike- hemoglobin adalah 1/10 x kecepatan oksigen, kecepatan dis-
tahui bahwa : sosiasinya adalah 1/2100 x kecepatan oksigen. Oleh karena itu
Merokok dapat menaikkan kadar COHb darah (Russell et afinitet hemoglobin terhadap CO lebih besar dari pada terha-
al). Kadar-kadar COHb dapat mencapai 6 — 9,6 % pada dap oksigen, yaitu 1/10 x 2100 = 210 x afinitet terhadap ok-
perokok-perokok yang berada dalam ruangan yang mengan- sigen. Bila seorang menghirup gas CO ini, maka dengan cepat
dung CO 38 ppm sedang pada bukan perokok kenaikannya CO ini pindah dari plasma ke sel-sel darah merah untuk berga-
hanya sebesar 1,6 — 2,6%. bung dengan hemoglobin. Pembentukan COHbyang cepat dan
Orang yang berada di jalan jalan yang penuh dengan kenda- terus menerus ini, menyebabkan Pco plasma tetap rendah, se-
raan bermotor juga mempunyai kadar COHb yang mening- hingga CO dari alveolus selalu mengalir dengan cepat kedalam
kat. Jones et al (1972) menyelidiki kadar COHb dalam da- darah di paru-paru.
rah sopir-sopir taxi di London, ia menemukan bahwa pada Seperti halnya dengan Hb0 2 , CO Hb ini selalu berada dalam
sopir-sopir taxi yang bukan perokok kadar COHb 1,4 — keadaaan dissosiasi sebagai berikut :
3,0 % sedang pada sopir-sopir taxi yang perokok kadarnya
bisa mencapai 20 %. Dengan meningkatnya jumlah kendara- Jika expose dengan CO ini terhenti maka COHb akan diurai-
an bermotor di jalan-jalan umum, serta tumbuhnya industriali- kan menjadi Hb02 dan CO kembali dan selanjutnya CO ini
sasi di negara kita, masalah ini akan lebih sering kita jumpai akan larut dalam plasma dan dikeluarkan melalui paru-paru.
di masa-masa yang akan datang. Reaksi toksik yang timbul setelah menghirup CO pada dasar-
Sumber CO nya disebabkan oleh hypoxia jaringan karena darah tak cukup
Karbon monoksida diprodusir di alam dari : mengandung 02 . Hal ini pertama kali dibuktikan oleh HAL-
(a) Sumber-sumber alami yaitu : gunung berapi, kebakaran DANE pada tahun 1895. Jika seekor tikus diberikan 0 2 de-
hutan, sumber endogen berupa penghancuran hemoglobin ngan tekanan dua atmosfir, maka darah akan mengandung cu-
kekiri, sehingga waktu yang diperlukan untuk membuat kadar • Intoksikasi kronik.
COHb menjadi dari semula hanya berlangsung 40 menit. Yang dimaksud disini ialah intoksikasi yang terjadi setelah
Jika pada 02 ini ditambah CO2 5%, waktu yang dibutuhkan expose berulang-ulang dengan CO yang berkadar rendah atau
akan berkurang lagi menjadi 13,7 menit. Pemberian CO 2 5% sedang.
ini akan menyebabkan terjadinya hyperventilasi serta penu- Perubahan-perubahan patofisiologi yang terjadi :
runan pH darah yang akan mempercepat pembuangan CO ini. q Pembuluh darah.– CO mempunyai efek merusak dinding
Pemberian 02 dengan tekanan 2 atmosfir akan lebih memper- arteri sehingga menyebabkan permeabilitas terhadap macam-
cepat lagi eliminasi COHb menjadi hanya 7,6 menit. macam komponen plasma meningkat. Pemberian cholesterol
pada saat ini akan menyebabkan penimbunan lemak pada pem-
PATO–FISIOLOGI buluh darah. ASTRUP (2) menemukan kadar COHb yang ting-
• Intoksikasi akut gi pada perokok-perokok berat, terutama pada perokok yang
Perubahan patologik yang terjadi pada intoksikasi akut CO menderita arteriosclerosis perifer.
disebabkan oleh hypoxia. Oleh karena itu, beratnya kelainan
ditentukan oleh lama serta derajat hypoxia ini. Yang terkena q Ginjal– GFR bertambah sampai ± 50%. Ini mungkin dise-
terutama ialah jaringan yaang paling peka terhadap pengurangan babkan oleh bertambahnya permeabilitas vaskuler.
02 , seperti : susunan saraf pusat, jantung dan sebagainya. q Darah.- Akibat hypoxia yang kronik, terjadi aklimatisasi.
FINC K(1966) mempelajari perubahan-perubahan patologik Eritrosit bertambah jumlahnya (polisitemia).
pada 351 kasus kematian yang disebabkan intoksikasi CO. q Jantung.– Afinitet CO terhadap myoglobin lebih besar
Didapatkan tiga kelainan patologik, yaitu : daripada terhadap hemoglobin. Ini dapat mengganggu fungsi
(1) Edema/kongesti pada : paru-paru (66 %), otak (25%), transport 02 dari myoglobin, serta dapat memperberat ische-
jantung ( 2% ), viscera (7%). mia myocardium.
(2) Petechiae pada : otak (10%), jantung (33%). Gejala
(3) Hemorrhagi pada : paru-paru (7%), pleura (1%), otak Gejala-gejala yang timbul adalah gejala-gejala yang disebab-
( 2%) . kan oleh hypoxia. Gejala-gejala ini sebanding dengan kadar
q Susunan saraf pusat.– Pada kasus-kasus fatal yang akut, COHb dalam darah. Hubungan antara gejala-gejala dengan
ditemukan kongesti serta hemorrhagi pada semua organ. Se- COHb darah dapat dilihat pada tabel I.
dang pada kasus-kasus fatal subakut, lesi yang ditimbulkan
sebanding dengan lamanya pingsan yang timbul akibat hypo-
% COHb Gejalagejala
xia. BOKONJIC (1963) mengemukakan pada kasus-kasus in-
toksikasi CO, batas maksimum lamanya pingsan agar tidak me- 0–10 – tidak ada keluhan maupun gejala.
ninggalkan cacat neurologik adalah 21 jam untuk penderita 10–20 rasa berat dikepala, sedikit sakit kepala, pelebaran
pembuluh darah kulit.
dibawah umur 48 tahun dan 11 jam untuk penderita diatas
20–30 – sakit kepala menusuk-nusuk pada pelipis
umur 48 tahun. Bila pingsan berlangsung (i) lebih dari 15 jam 30–40 – sakit kepala hebat, lemah, dizziness, pandangan jadi
pada penderita umur diatas 48 tahun atau (ii) lebih dari 64 jam kabur, nausea, muntah-muntah.
pada penderita umur dibawah 48 tahun, maka akan terjadi ke- 40–50 – seperti diatas, syncope, nadi dan pernafasan menjadi
rusakan-rusakan permanen dan irreversible pada susunan saraf cepat.
50–60 – syncope, nadi dan pernafasan menjadi cepat, coma,
pusat dan fungsi mental tidak akan kembali sempuma lagi. kejang yang intermitten.
Pemeriksaan Histologis memperlihatkan demyelinisasi yang 60–7- – coma, kejang yang intermitten, depressi jantung dan
luas pada substansia alba dan nekrosis bilateral di globus pernafasan.
pallidus. 70–80 – nadi lemah, pernafasan lambat, kegagalan pernafasan
W H SCHU LTE (16) menyelidiki efek intoksikasi CO pada su- dan meninggal dalam beberapa jam.
80–90 – meninggal dalam waktu kurang dari satu jam.
sunan saraf pusat terhadap 49 orang sehat, berumur antara 90 keatas – meninggal dalam beberapa menit.-
25 th – 49 th, yang diexpose dengan 100 ppm CO. Kesimpul-
an yang didapat adalah CO dapat menyebabkan gangguan
*
dr Putrasatia lrawan, Toha M A, Aminuddin M *
Lembaga Pusat Transfusi Darah
PalangMerah Indonesia
Jakarta
PENDAHULUAN
Telah diketahui bahwa golongan darah A memiliki sub- • Ag .— Sel ini tidak bereaksi atau hanya bereaksi lemah (par-
group yang dinamakan A 1 . A2 . A 3 . Ax. A m dan Ag .Subgroup tial-agglutinasi) terhadap anti A (serum golongan B) yang reak-
ini dapat dibedakan dari golongan yang biasa, dari daya agglu- sinya hanya dapat dilihat secara mikroskopis. Reaksinya sedi-
tinasinya terhadap anti A, anti AB dan anti H(1 ), kit lebih baik dengan anti AB (serum golongan O). Menurut
Perbedaan sifat reaksi dari masing-masing subgroup A ini J J V LOGHEM (I3) walaupun daya agglutinasinya lemah tapi
digambarkan sebagai berikut : dapat dibuktikan antigen A pada selnya kuat. Dalam percoba-
• A 1 (A 1 B).— Sel beragglutinasi kuat terhadap anti A (serum an absorbsi-eluatenya diperoleh anti A yang lebih tinggi kon-
golongan B) dan juga terhadap anti A,B (serum golongan O). sentrasinya daripada eluate dari A X .
Juga bereaksi kuat terhadap anti A 1 dan sangat lemah, bahkan Ag dapat bereaksi lebih baik daripada A X terhadap anti A (se-
bisa negatif dengan anti H. rum golongan B), tetapi sebaliknya dengan anti A,B (serum
• A2 (A 2 B).— Beragglutinasi baik terhadap anti A (serum go- golongan O). Sel bereaksi baik dengan anti H. Didalam serum
longan B), juga terhadap anti A, B (serum golongan O). Tetapi golongan Ag seperti biasa terdapat anti B, tetapi tidak memi-
tidak memberikan reaksi terhadap anti A 1 . Dengan anti H liki extra antibody, seperti anti A atau anti A 1 . Tidak ditemu-
reaksinya sangat baik. Didalam serum golongan A2, kadang- kan substance A dan H dalam salivanya.
kadang ditemukan anti A 1 (1%), dan didalam serum golongan
A2 B (25%). Kasus .— Pada tanggal 15 April 1977 telah dirawat di Rumah Sakit
• A3 (A 3 B).— Beragglutinasi lemah terhadap anti A (serum Yayasan Jakarta seorang penderita bernama R, umur 18 tahun, bangsa
Indonesia dengan acut-abdomen. Indikasi transfusi adalah perdarahan
golongan B), begitu juga terhadap anti AB (serum golongan O). intra-abdominal. Penderita belum pernah mendapat transfusi, diminta-
Reaksi yang tampak hanya merupakan gumpalan-gumpalan kan darah 500 ml ke PMI DKI. Ditemukan kelainan, pada waktu di-
kecil diantara sel-sel yang bebas, yang dinamakan partial-agglu- periksa golongan darahnya, kelainan mana dijumpai juga pada waktu
tination. Dengan anti A 1 tidak beragglutinasi. Dalam serumnya dilakukan pemeriksaan crossmatching. Untuk itu diadakan pemeriksa-
an/penelitian lebih seksama pada darah penderita oleh LPTD.
biasa ditemukan anti A 1 , yang memberikan reaksi lemah ter-
hadap A 1 pada suhu 4°C. A 3 bereaksi kuat terhadap anti H.
MATERI DAN TEHNIK.
Ax(A4
• , Ao ).— Sel ini bereaksi jelek dengan anti A(serum
golongan B) Testsera yang dipakai adalah anti A, anti B dan anti A,B.
• AX B.— Hanya memperlihatkan partial-agglutination, tetapi buatan LPTD sendiri. Anti A 1 (absorbed anti A) buatan Orhto
sangat baik reaksinya terhadap anti AB (serum golongan O). Anti H dibuat dari ekstrak Ulex europeus. Disamping itu digu-
Dengan anti A 1 memperlihatkan reaksi partial-agglutination, nakan juga anti H yang diperoleh dari serum Bombay O h . Un-
tetapi bereaksi sangat kuat terhadap anti H. tuk memeriksa serum dipakai test sel eritrosit A dan eritrosit
Serum golongan darah A X memberikan reaksi kuat terhadap B yang disuspensikan dalam saline masing-masing 5% untuk
sel A 1 dan sel A 2 pada suhu 4°Cdan suhu 20°C. tube-test dan 10% untuk slide-test. Suhu reaksi disesuaikan de-
Antibody eluate-nya dapat bereaksi dengan sel A. Dalam saliva ngan suhu optimumnya.
golongan A X mengandung substance H. tetapi tak ada subtance
A.
TEHNIK PEMERIKSAAN
• A,,,.— Sel ini tidak bereaksi dengan anti A (serum golongan
B) dan juga dengan anti A,B (serum golongan O), tetapi 1. Pemeriksaan Golongan Darah :
bereaksi baik dengan anti H. Dalam saliva ditemukan substance (a)Tube test.— Sel Grouping, 1 tetes testsera + 1 tetes sus-
A dan H. Sel ini mempunyai reaksi yang mirip dengan sel mo- pensi 5%.
nyet dan gorila. Oleh karena itu WIENER dan GORDON Serum Grouping, 2 tetes serum os. + 1 tetes test sel suspensi
(I956) menamakannya Am (2). 5%.Temperatur reaksi di 20°C selama 60 menit, reaksi dibaca
* Teknisi
24 Cermin Dunia Kedokteran No. 11, 1978.
secara mikroskopis. Mayor Minor
Phase
Pemeriksaan serum grouping dilanjutkan pada suhu 200C, °
Phase 1 (28 C ) + (pa) —
370C dan dengan ICT; didapatkan hasil sebagai berikut : °
Phase 11 (37 C) — —
Sel grouping Serum grouping Phase 111 (ICT) — —
anti A anti B anti AB anti A1 . Sel B Sel A Aut°k°nt
Hasil ini menunjukkan bahwa didalam serum penderita terda-
+ (pa) 3+ 4+ + (Pa)* — + —
pat anti A yang aktif pada suhu rendah (280) , tetapi tidak
* pa = partial-agglutinati°n. aktif pada suhu 370C.
Dari sifat-sifat reaksi pada pemeriksaan golongan darah,
Sel B Sel A Sel AB Sel os Temperatur crossmatching dan jumlah antigen H pada selnya, walaupun ti-
°
— + + — 20 C dak dilakukan pemeriksaan absorption-eluate dan salivanya
— — — — 37 C
° (karena bahan-bahan pemeriksaan tidak cukup), dapat disim-
pulkan bahwa penderita termasuk golongan AxB dengan anti
— — — — I CT
A dalam plasmanya.
(b) Slide test.—Pada dasarnya pemeriksaan sama dengan tu-
be test hanya suspensi sel yang digunakan disini lebih pekat PEMBICARAAN
(10%), dan suhu reaksi adalah 280C,pembacaan secara mikros- FISHER dan HAHN(4) pada tahun 1935 telah menemukan
kopis, didapatkan hasil sebagai berikut : antigen golongan darah yang dinamakan Ax. Antigen Ax ini
Sel grouping Serum gr°uping mempunyai sifat yang berbeda dengan antigen A yang biasa,
anti A Anti B anti AB anti A1 Sel B Sel A dimana reaksi agglutinasinya mempunyai sifat :
+(pa) 3+ 3+ +(pa) — + 1. Negatif atau positif lemah sekali terhadap sera anti A
(partial-agglutination).
Dari hasil pemeriksaan a dan b, memperlihatkan bahwa pende-
2. Negatifterhadap anti B.
rita bukan golongan darah B, tetapi diduga termasuk salah satu
3. Positif dengan sera golongan O(anti AB) dan jelas lebih
subgroup golongan AB dengan anti A dalam plasmanya. Oleh
kuat reaksinya daripada dengan anti A.
sebab itu pemeriksaan dilanjutkan dengan memeriksa antigen
4. Sifat agglutinasinya terhadap sera golongan O, berbeda
H pada sel penderita dengan menggunakan anti H (Leetin), dan
dengan A3 , dimana A 3 memperlihatkan agglutinasi ter-
anti H dari serum Bombay O h . Pemeriksaan dilakukan pada
hadap sera golongan O sebagai partial agglutination di-
suhu kamar, dengan memakai slide test. Dan didapatkan hasil
antara sel-sel yang bebas (unagglutinated ceII ), namun
sebagai berikut :
lebih lemah.
Sel penderita Sel A1 (donor) Keterangan Ax beragglutinasi dengan anti A 1 , tetapi A 3 tidak.
+
5. Ax sangat jarang ditemukan. Menurut SALMOUN (5)
Anti H (Lectin) 2+
di Peraneis didapatkan 1 diantara 40.000 orang donor.
Anti H (B°mbay Oh) 3+ 3+ turut bere- 6. Beberapa paper (6), (7), (8), (9), (10), (11), (12) men-
aksi anti A
jumpai antigen A yang lemah yang dinamakan A 4 dan
dan anti B
A0 . Antara tahun 1954-1955 dimana semua ini dapat di- .
Dengan_tambahan pemeriksaan ini didapat kesan bahwa jum- wakili oleh A.
lah antigen H pada sel penderita lebih banyak dibanding jum- Dikatakan oleh CAHAN (12) dkk bahwa antigen A x mem-
lah antigen H pada golongan A 1 B donor. Kesan ini memper- punyai bermacam variasi. Hanya 2 dari 7 orang pembawa an-
kuat kami bahwa penderita mempunyai golongan darah sub- tigen Ax yang memberikan kepastian A x dalam suatu keluarga.
group AB.
Dalam pada itu DUNSFORD (13) mengatakan pula : All
II. Pemeriksaan Crossmatching.— Karena dugaan pertama members of the same family gave identical reactions some
penderita mempunyai golongan darah B, maka dilakukan through three generation although there were variations from
crossmatching dengan donor golongan B. Hasil cross memper- family to family. Pernyataan ini didasarkan atas penelitiannya
lihatkan reaksi sebagai berikut : pada 10 famili.
Pada kasus ini, meninjau sifat reaksi agglutinasinya, pada
Phase Mayor Minor
pemeriksaan golongan darah (slide dan tube test) memperlihat-
Phase 1 ( 28°C) — +
°
kan golongan subgroup AB yang mempunyai anti A dalam
Phase 11 ( 37 C) — +
plasmanya yang hanya aktip pada suhu 20° C dan tidak aktip
Phase 111 ( I CT) — +
pada suhu 37° C. Sel penderita R memberikan reaksi sangat
Dari hasil pemeriksaan ini didapat suatu kesan bahwa zat anti lemah, hanya partial agglutination terhadap anti A begitu juga
dari donor golongan B ini, yang anti A mengadakan reaksi ter- terhadap anti A 1 . Tetapi cukup kuat terhadap anti AB dari
hadap sel penderita. Jadi sel penderita memiliki faktor antigen serum golongan O. Maka subgroup AB ini mempunyai karak-
A, sehingga dugaan bahwa penderita mempunyai golongan da- .ter yang sama dengan A x B. Hal mana disokong oleh reaksinya
-
rah subgroup AB lebih diperkuat lagi. Maka darah penderita di- yang cukup kuat terhadap anti H. Darah penderita dicross
crossmatch dengan donor golongan AB dan didapatkan hasil match dengan donor golongan B dan memperlihatkan reaksi
sebagai berikut : yang positif pada minor-cross disemua phase. Ini berarti bahwa
BATU GINJAL
Pengalaman ini benar-benar saya alami sewaktu saya praktek di daerah pe-
desaan. Seorang gadis mengunjungi kamar praktek saya dengan keluhan badan
lesu, lekas lelah, tidak bergairah untuk makan dan lain-lain. Setelah saya pe-
riksa sana, periksa sini, dan ternyata hanya menemukan anemia, tanpa banyak
pikir saya berikan obat hematinik Viferron ditambah dengan beberapa nase-
hat.
Di tengah malam buta pintu rumah saya digedor-gedor orang, alangkah ka-
getnya ketika pintu saya buka dan ternyata si gadis tadi datang kembali diser-
tai ayahnya yang sambil marah-marah berkata :
+Pak dokter bagaimana sih. Anak saya masih gadis begini kok diberi pil
KB. Apa pak dokter mau memaksa anak gadis untuk ber KB, atau anak saya
hamil ?
dan dia mengeluarkan pil Viferron yang masih terbungkus dalam strip, Ter-
nyata pada strip tadi tertulis initial "Kalbe Farma" yang dikiranya KB (Far-
OBATNYA SUSAH ma).
Sambil tertawa kecil saya jelaskan persoalannya sampai mereka mengerti.
Pada suatu hari datang seorang pasien wanita, Selidik punya selidik rupanya si gadis baru lulus kursus PBH, sedangkan orang
35 tahun, obese dengan ukuran vital 36—40—36 tuanya ya'ng kebetulan buta huruf baru saja mendengar ceramah KB.
Status : single girl, dengan working diagnosis:
Psychoneurosis/depresi karena ditinggal pacar. dr. Abdul Latief
Dengan penuh perhatian dan rasa simpatik saya Puskesmas Kintamani
mengatakan : Bangli — Bali.
+ Janganlah bersedih, dunia tak sebesar
daun kelor; laki-laki di mana-mana banyak.
Apalagi gadis secantik anda, tinggal pilih saja,
setiap laki-laki pasti akan mau .............................
Jawaban Ruang Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran
— Kalau begitu...................saya pilih dokter
saja ................boleh kan?katanya sambil tunduk 1. 0 4.0 7. A
tersenyum dengan muka merah jambu. 2. B 5. A 8. B
+....................................? 3. D 6. A 9. A
dr. Rom H. Pangayoman 10. A
Poliklinik P M I Tasikmalaya
PILIHLAH SATU JAWABAN YANG BENAR : 6. Bila dengan pengobatan yang telah anda berikan setelah
l. "Zat yang mempunvai presor efek terkuat ialah : tiga minggu tak memberi hasil yang nyata, obat yang perlu
anda tambahkan adalah :
(A) Bradykinin
(B) Renin (A) Methyldopa
(C) Angiotensin 11 (B) Furosemide
(D) Prostaglandin (C) Spironolactone
(D) KCL
2. Zat tersebut diatas bekerja pada :
(A) Receptor adrenergik 7. Pada pemeriksaan Kalium darah setelah pengobatan sela-
(B) Otot polos dinding arteriole ma enam bulan didapatkan nilai 3,4 m Eq/l ,, tindakan
(C) Neuron saraf sympatik. anda adalah :
(D) Tubulus contortus distalis (A) Mengganti diuretik yang diberikan dengan spironolac-
3. Alasan mengapa diuretik dipakai sebagai dasar pengobatan tone atau menambah KCL.
hypertensi ialah : (B) Menghentikan pemberian methyldopa
(C) Pengobatan diteruskan tanpa diberi obat tambahan lain
(A) Lebih kurang 30 % dari penderita dengan hypertensi (D) Bukan salah satu diatas
ringan sampai sedang bereaksi baik dengan pengobatan
diuretik saja. Seorang laki-laki berumur 60 tahun, dengan anamnesa
(B) Kombinasi diuretik dengan antihypertensi, memberi menderita dekompensasi jantung dan kegagalan ginjal
efek yang lebih baik dan dosis obat antihypertensi yang kronik. Tekanan darah ' 190/120 mm Hg dan mendapat
dipakai dalam kombinasi ini adalah lebih kecil dari pe- pengobatan digitalis.
makaian tanpa diuretik.
(C) Kombinasi diuretik dengan antihypertensi dapat men- 8. Golongan diuretik yang paling tepat pada penderita ini
cegah timbulnya toleransi yang tersamar (pseudo-tole- adalah :
rance) (A) Golongan thiazide
(D) Semuanya benar (B) Furosemide
(E)Semuanya salah (C) Spironolactone
Pada pemeriksaan seorang laki-laki berumur 43 tahun (D) Bukan salah satu diatas
didapatkan tekanan darah 170/115 mm Hg tanpa ke-
lainan fisik yang lain. Pada pemeriksaan funduscopy 9. Pada pemberian diuretik kepada pasien ini efek samping
terlihat penyempitan arteriol yang ringan. yang perlu diperhatikan adalah :
Urea nitrogen darah adalah 21 mg %. Pada pemeriksaan (A) Hypokalemia dan arrhythmia jantung
tekanan darah hari-hari selanjutnya didapatkan nilai (B) Hypernatremia
165/110, 160/110 dan 160/110 mm Hg. (C) Hypophosphatemia
4. Hypertensi pada penderita tersebut termasuk : (D) Bukan salah satu diatas
(A) Mild 10. Antihypertensi yang dapat dipakai sebagai pilihan utama
(B) Moderate pada pasien ini adalah :
(C) Moderately severe
(D) Severe (A) Methyldopa
(B) Propanolol
5. Pengobatan pertama apa yang anda berikan ? (C) Guanethidine
(A) Dosis standard diuretik golongan thiazide (D) Bukan salah satu diatas
(B) Reserpin
(C) Ganglionic blocking agent
(D) Bukan salah satu diatas diolah dari Postgraduate medicine 56 (10) : 86,1974
Setiap tahun jutaan laki-laki dan wanita diseluruh dunia memutuskan untuk menda-
patkan sterilisasi melalui operasi. Sebagian dari mereka setelah beberapa tahun kemu-
dian menginginkan untuk mempunyai anak lagi.
Akan tetapi operasi untuk mengembalikan kesuburan belum membawa hasil.
Akhir-akhir ini SILBER J dan GOMEL V melakukan tehnik microsurgery untuk
mengembalikan kesuburan masing-masing pada laki-laki dan wanita yang menginginkan
untuk mendapatkan anak lagi.
K.B. SILBER J melaporkan 255 penderita dimana 196 diantaranya sudah sepuluh tahun
lamanya mendapat sterilisasi melalui vasectomy, setelah dilakukan tindakan microsur-
gery untuk mengembalikan kesuburan ternyata 207 (81%) mempunyai sperma yang
normal, dan 30 diantaranya sudah menghamili istri mereka dan 22 diantaranya sudah
melahirkan anak, dimana semua anak yang dilahirkan adalah normal.
GOMEL V melaporkan bahwa ia berhasil mengembalikan kesuburan pada 28
wanita yang telah mengalami sterilisasi dimana umur tertua dari wanita tersebut ada-
lah 36 tahun. Dengan prosedur ini 70% dari wanita tersebut sudah hamil kembali, tiga
diantara 28 wanita tersebut telah melahirkan anak yang normal, satu diantaranya me-
ngalami hysterectomy yang tak ada hubungannya dengan operasi pengembalian kesu-
buran. Dua wanita mengalami abortus yang spontan dan setelah dilakukan reanastomo-
se maka kedua-duanya kemudian hamil kembali.
Dewasa ini tumbuh dengan pesatnya salon-salon kecantikan yang secara khusus
mengiklankan dapat membuat wanita/pria yang kegemukan menjadi langsing kembali.
Demikian banyaknya peminat yang ingin menjadi langsing kembali ini sehingga mereka
tak segan-segan untuk melakukan hal-hal yang ekstrim, asal bisa menjadi langsing dan
tidak segemuk sekarang. Akibat dari hal-hal yang tersebut diatas kadang-kadang bisa
sangat merugikan kesehatan.
SHERMAN & EASTON melaporkan terjadinya paralisis nervus peronealis akibat
diet untuk menurunkan berat badan. Mereka menemukan tujuh penderita dimana em-
pat diantaranya adalah laki-laki dan tiga wanita. Umur penderita antara 28 sampai 58
NEUROLOGI tahun. Rata-rata berkurangnya berat badan adalah 19 kg yang dicapai dalam waktu
empat sampai 15 bulan. Lima penderita mengalami paralisis peroneal yang unilateral,
dua penderita mengalami paralisis peroneal yang bilateral. Tidak seorangpun merupa-
kan peminum alkohol dan hanya satu penderita yang menunjukkan tanda-tanda
diabetik ringan. Dua penderita pada waktu menjalankan diet, memakai vitamin go-
longan B secara lntermiten. Beberapa dari penderita ini pernah dirawat dengan dugaan
kelainan medula spinalis . Reduksi dari berat badan merupakan sebab kelainan pada
ketujuh penderita ini. Mengapa dapat timbul paralisis akibat diet untuk menurunkan
berat badan ? Sampai sekarang belum diketahui. Diduga, kemungkinan dalam diet
tidak terdapat vitamin-vitamin atau nutrien lain yang sangat diperlukan untuk meme-
lihara fungsi saraf secara normal. Hal ini terbukti dengan pengembalian ke diet yang
normal serta pemberian multi vitamin, keadaan menjadi pulih kembali dalam beberapa
waktu.
Kelainan ovarium dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, pekerjaan atau fak-
tor-faktor iaterogenik. Incidence dari carcinoma ovarii lebih tinggi di daerah industri/
urban dari pada di daerah rural. Wanita yang bekerja di pabrik-pabrik karet, pabrik
alat-alat listrik dan pabrik textil mempunyai resiko yang lebih besar untuk mendapat-
kan kelainan ovarium. Dibanding wanita-wanita yang bekerja pada pabrik-pabrik/in-
dustri lain. Beberapa jenis zat kimia diduga dapat mempengaruhi ovarium sehingga tim-
bul gangguan fungsi ovarium.
MATTISON & THORGEIRSSON mempelajari metabolisma dan ovotoksisitas dari
polycyclic aromatic hydrokarbon benzo pyrene, yaitu suatu polutan yang banyak ter-
dapat pada daerah industri dan juga merupakan komponen yang terdapat pada asap
OBSTETRI rokok. Pada percobaan yang mereka lakukan pada tikus, didapatkan kerusakan 25%
dari primordial oocyt dari tikus yang mendapat 20 mg/kg BB benzo pyrene. Pada dosis
yang lebih besar lagi (240 mg/kg BB) 98% dari oocyt menjadi rusak.
Dikatakan bahwa pada wanita yang berumur 44-53 tahun yang merokok satu bung-
kus sehari lebih cepat mendapat menopause dari pada wanita yang tidak merokok.
Juga diingatkan bahwa karena asap rokok juga mengandung polycyclic aromatic hy-
drokarbon termasuk benzo pyrene ini. Dianjurkan agar wanita lebih hati-hati terhadap
rokok. Dari penyelidikan-penyelidikan yang terdahulu dikatakan bahwa benzo pyrene
merupakan carcinogenik. Suatu hypotesa yang didapatkan adalah bahwa benzo pyre-
ne menimbulkan kerusakan D N A, RNA atau protein yang akan menimbulkan gang-
guan fungsi sellulair. Gangguan fungsi sellulair ini mungkin dapat mengakibatkan peru-
bahan-perubahan dari sel tersebut.
Dari indeks data-data di Inggris didapatkan kira-kira 30% penderita hypertensi yang
mendapat pengobatan dengan dua macam obat antihypertensi, 15% mendapat tiga ma-
cam atau lebih dan 50% mendapat hanya satu macam obat antihypertensi. Untuk men-
dapatkan pengontrolan yang lebih baik biasanya dip'erlukan kombinasi beberapa
macam obat.
Atenolol merupakan jenis antihypertensi baru dari golongan beta adrenergik block-
ing agent. Mcnurut beberapa penyelidik obat ini mempunyai efek yang cukup baik
untuk mengontrol tekanan darah pada pemberian dosis tunggal 100 mg sehari.
ILMU PENYAKIT JONES et al meneliti 51 penderita dengan tekanan darah diastolik diatas 100 mm Hg
tapi kurang dari 120 mm Hg. Pada penelitian ini 21 diantaranya adalah laki-laki dan 30
DALAM adalah wanita. Umur rata-rata adalah 56,2 tahun dengan umur tennuda 18 tahun dan
umur tertua 70 tahun. Percobaan dilakukan secara double blind, sebagian penderita
diberi placebo dan sebagian lagi diberi Atenolol 100 mg dosis tunggal sehari. Kesemua
penderita tersebut sudah mendapat pengobatan antihypertensi lain tapi belum didapat
efek yang diinginkan.
Hasil yang diperoleh adalah : pada penderita yang diberi placebo didapatkan penu-
runkan tekanan darah baik systole maupun diastole sebesar 8,62/6,75 mm Hg, sedang-
kan penderita yang diberi Atenolol 100 mg dosis tunggal sehari didapatkan penurun-
an tekanan darah 18,8/15,94 mm Hg.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bila kita mendapatkan penderita hypertensi
yang sulit dikontrol dengan obat-obatan lain, penambahan Atenolol 100 mg dosis
tunggal sehari akan banyak menolong.
Defonnitas akibat arthritis yang kronik sering merupakan masalah yang serius bagi
dokter yang mengobati dan merupakan gangguan yang menetap bagi penderita sendiri.
Untuk mengatasi hal ini sudah banyak penelitian yang dilakukan akan tetapi sampai
sekarang belum dijumpai cara yang dianggap berhasil.
BALCH H W et al menyelidiki 65 penderita dimana 35 adalah penderita rheuma-
toid arthritis dan 30 adalah penderita osteoarhritis.
Semua penderita ini diberi pengobatan corticosteroid intra synovial selama 15 tahun.
Jumlah suntikan minimal adalah 15 kali dalam lima tahun dan jumlah suntikan maksi-
RHEUMATOLOGI mal adalah 167 kali dalam 12 tahun. Interval pemberian adalah sebulan sekali. Pada
pemeriksaan radiologis dari seluruh penderita tersebut sesudah mendapat pengobatan,
ternyata pada 15 penderita tak menunjukan kelainan radiologis, 21 penderita menun-
jukan kelainan yang minimal, 17 penderita di jumpai kelainan yang sedang dan sepuluh
penderita menunjukkan kelainan radiologis yang nyata. Hanya dua penderita didapat-
kan kelaina.n radiologis yang cukup berat sesudah penyuntikan 82—85 kali dalam wak-
tu tujuh tahun.
Dapat disimpulkan bahwa corticosteroid intra synovial pada penderita arthritis
kronik tadi, dapat menekan proses degenerasi dalam sendi atau setidak-tidaknya mem-
perlambat proses degenerasi yang mungkin timbul.
NEUROLOGI phenicol jangka lama (SHINOHARA et al dan SHIMADA et al). Dosis yang dipakai
adalah satu gram per hari, lama pemakaian antara tiga bulan sampai tiga tahun. Pada
penderita-penderita tersebut gejala neurologik nampak sesudah pemakaian tiga sampai
enam bulan. Jumlah pemakaian thiamphenicol sampai timbulnya gejala neurologik
adalah 100—150 gram. Umumnya kejadian ditemukan pada penderita infeksi traktus
urinarius yang memerlukan pengobatan antibiotika yang agak lama. Dianjurkan thiam-
phenicol tidak dipakai lebih dari dua minggu.
SCREENING MAMMOGRAPHY
Dua puluh lima tahun terakhir ini incidence carcinoma prostat meningkat 20 %.
Pemeriksaan yang biasa dipakai untuk membantu diagnosa selama 40 tahun terakhir
ini adalah kadar phosphatase asam dalam darah. Sampai sekarang masih belum dapat
dibedakan fraksi prostat dari enzym tersebut, sebab selain kelenjar prostat phosphatase
ILMU asam ini juga diproduksi oleh jaringan lain.
Dengan berkembangnya tehnik radioimmunoassay, immunofluorescence dan immu-
PATHOLOGI noelectrophoresis para ahli di Amerika menemukan cara untuk membedakan phospha-
tase asam yang berasal dari kelenjar prostat dengan fraksi lain. Dengan cara ini pening-
KLINIK gian phosphatase asam dijumpai pada enam contoh darah dari 20 penderita yang di-
ketahui menderita carcinoma prostat stadium dua. Pada stadium tiga dimana tumor
sudah meluas kehampir semua bagian dari prostat, didapatkan peningkatan phosphata-
se asam pada 27 penderita (55 %) dengan cara pemeriksaan yang baru ini. Dan hanya
30 % dari penderita tersebut dapat dideteksi dengan pemeriksaan yang lama.
Peningkatan phosphatase asam tidak dijumpai pada pembesaran prostat yang jinak.
Pada percobaan ini juga diikut sertakan 107 sukarelawan sehat dimana tidak dijumpai
peninggian enzym tersebut. Selain itu juga diambil sebagai perbandingan 87 penderita
tumor ganas lain dimana tidak dijumpai adanya peninggian kadar enzym tersebut.
Sampai sekarang sudah dilakukan kira-kira 1000 pemeriksaan serta didapatkan hasil
yang tetap baik untuk membantu diagnosa, kelanjutan dari penyakit dan respons ter-
hadap pengobatan.
VACCIN HEPATITIS
Menurut data yang diperoleh pemerintah Jepang, diperkirakan pada tahun 1972
terdapat 3700 penderita fulminant hepatitis, 300.000 penderita hepatitis dan 115.000
penderita cirrhosis hepatis di Jepang. Dimana incidence rate dari orang-orang yang
mempunyai HBs antigen adalah 2-3 % (2-3 juta orang) sesuai dengan 0,1% diatas nilai
yang didapat di Eropa dan Amerika, tetapi 10% lebih rendah dari nilai yang didapat
I MUNOLOGI di negara-negara Asia lain dan Afrika.
Sebuah team peneliti di Tokyo telah berhasil untuk merangsang pembentukan anti-
gen pada lima chimpanze yang diberikan vaccin pencegah infeksi virus hepatitis type
B. Team ini juga sudah menemukan metoda untuk memproduksi vaccin tersebut da-
lam jumlah besar. Diperkirakan dalam masa yang akan datang dapat dilaksanakan
immunisasi aktif terhadap penyakit hepatitis.
Biasanya sterilitas pada pria tercapai kira-kira tiga bulan sesudah vasectomy dilaku-
kan. Selama masa itu penderita dianjurkan memakai cara kontra sepsi lain. Untuk
menghindari hal tersebut, beberapa penyelidik mencari jalan agar mendapat sterilitas
yang lebih cepat sesudah vasectomy. HAMILTON dalam penelitiannya menemukan
K.B. cara yang cukup baik, dimana sterilitas didapat lebih cepat dari biasa.
Phenyl mercuri nitrate perinjeksi dalam larutan 0,02% merupakan spermicidal yang
kuat serta efek sampingnya minimal sekali. Semua spermatozoa yang kontak dengan
zat ini akan mati dengan cepat. Injeksi 2,5 ml zat tersebut kedalam lumen vas deferens
pada waktu dilakukan vasectomy merupakan cara yang sangat baik untuk mencapai
sterilitas segera sesudah vasectomy. Satu sampai dua minggu sesudah sterilisasi dengan
cara ini tidak dijumpai spermatozoa yang hidup pada ejakulat.