Anda di halaman 1dari 53

2006

http://www.kalbefarma.com/cdk
ISSN : 0125-913X

153.
Stem Cell
EDITORIAL
Ilmu kedokteran selalu berusaha untuk memperpanjang dan memperbaiki
kualitas kehidupan manusia; praktis seluruh penelitian dan usaha pengobatan
diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut – antibiotika dikembangkan untuk
memerangi penyakit-penyakit infeksi, obat-obat antihipertensi, antidiabetik dan
lain-lain ditujukan untuk mengatasi kelemahan atau gangguan metabolisme
tubuh agar tetap optimal mendukung kehidupan; kanker terus menerus dicari
penyebabnya dan diperangi dengan obat-obat antikanker agar tidak merusak
sel-sel yang masih sehat dan penyakit Alzheimer sampai saat ini merupakan
target utama penelitian untuk dapat ditanggulangi.
Dalam semangat yang sama, dengan kemungkinan yang sangat besar dan
karenanya akan sangat menarik untuk diselidiki dan dikembangkan, adalah
bagaimana manusia bisa mencegah penuaan, bagaimana kita bisa
‘meremajakan’ kembali sel-sel yang sudah uzur sehingga dapat lebih lama
mendukung kehidupan dan bagaimana kita bisa mengatasi penyakit-penyakit
degeneratif yang juga berkaitan dengan penurunan fungsi tubuh.
Oleh karena itu penelitian stem cell sangat menarik untuk dicermati karena
membuka kemungkinan baru yang boleh dikatakan merupakan the new
frontier; yang mudah-mudahan juga the last frontier bagi usaha memelihara
dan mengisi kehidupan manusia agar tetap berhasil guna dan berdaya guna.

Naskah yang kami terbitkan dalam edisi khusus ini merupakan makalah
sebagian topik yang dibahas dalam simposium Stem Cell yang telah
diselenggarakan pada tanggal 2 September 2006 di Aula Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta berkat kerjasama Unit Riset
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, PT Kalbe Farma Tbk.,
dan majalah Cermin Dunia Kedokteran, ditambah dengan beberapa makalah
lain yang tidak termasuk dalam yang dibahas dalam simposium tersebut, tetapi
masih berkaitan dengan topik bahasan.

Semoga terbitan ini dapat bermanfaat, terutama bagi sejawat yang tidak
bisa hadir mengikuti simposium tersebut; tentu dengan harapan bisa membuka
cakrawala pemikiran baru mengenai bagaimana kita bisa mengatasi masalah-
masalah kesehatan di kemudian hari.
Selamat membaca,
Redaksi

2 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


2006

International Standard Serial Number: 0125 - 913X

KETUA PENGARAH REDAKSI KEHORMATAN


Prof. Dr. Oen L.H. MSc

PEMIMPIN UMUM - Prof. DR. Sumarmo Poorwo Soedarmo - Prof. DR. Hendro Kusnoto, Drg, SpOrt.
Dr. Erik Tapan Guru Besar Purnabakti Infeksi Tropik Laboratorium Ortodonti
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti
KETUA PENYUNTING Jakarta Jakarta
Dr. Budi Riyanto W.

TATA USAHA - Prof. Drg. Siti Wuryan A Prayitno, SKM, - DR.Arini Setiawati
Dodi Sumarna MScD, PhD. Bagian Farmakologi
Bagian Periodontologi, Fakultas Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
INFORMASI/DATABASE Universitas Indonesia, Jakarta Jakarta
Ronald T. Gultom, SKom

ALAMAT REDAKSI
Majalah Cermin Dunia Kedokteran, Gedung Enseval
Jl. Letjen. Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta
10510, P.O. Box 3117 JKT. Tlp. 021 - 4208171
E-mail : cdk@kalbe.co.id
http: //www.kalbefarma.com/cdk

NOMOR IJIN
151/SK/DITJEN PPG/STT/1976 DEWAN REDAKSI
Tanggal 3 Juli 1976

PENERBIT - Dr. Boenjamin Setiawan Ph.D - Prof. Dr. Sjahbanar Soebianto


Grup PT. Kalbe Farma Tbk. Zahir MSc.

PENCETAK
PT. Temprint http://www.kalbefarma.com/cdk

PETUNJUK UNTUK PENULIS


Cermin Dunia Kedokteran menerima naskah yang membahas berbagai pemunculannya dalam naskah dan disertai keterangan yang jelas. Bila terpisah
aspek kesehatan, kedokteran dan farmasi, juga hasil penelitian di bidang- dalam lembar lain, hendaknya ditandai untuk menghindari kemungkinan ter-
bidang tersebut. tukar. Kepustakaan diberi nomor urut sesuai dengan pemunculannya dalam
Naskah yang dikirimkan kepada Redaksi adalah naskah yang khusus untuk naskah; disusun menurut ketentuan dalam Cummulated Index Medicus dan/
diterbitkan oleh Cermin Dunia Kedokteran; bila pernah dibahas atau dibacakan atau Uniform Requirement for Manuscripts Submitted to Biomedical Journals
dalam suatu pertemuan ilmiah, hendaknya diberi keterangan mengenai nama, (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9).
tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut. Contoh :
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila menggunakan 1. Basmajian JV, Kirby RL.Medical Rehabilitation. 1st ed. Baltimore, London:
bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang William and Wilkins, 1984; Hal 174-9.
berlaku. Istilah medis sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa Indonesia 2. Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties of invading micro-
yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia. Redaksi berhak organisms. Dalam: Sodeman WA Jr. Sodeman WA, eds. Pathologic physio-
mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Setiap naskah harus disertai logy: Mechanism of diseases. Philadelphia: WB Saunders, 1974;457-72.
dengan abstrak dalam bahasa Indonesia. Untuk memudahkan para pembaca 3. Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasan filariasis di Indonesia. Cermin
yang tidak berbahasa Indonesia lebih baik bila disertai juga dengan abstrak Dunia Kedokt. 1990; 64: 7-10.
dalam bahasa Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri abstrak Bila pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; bila tujuh atau lebih,
berbahasa Inggris untuk karangan tersebut. sebutkan hanya tiga yang pertama dan tambahkan dkk.
Naskah diketik dengan spasi ganda di atas kertas putih berukuran kuarto/ Naskah dikirimkan ke alamat : Redaksi Cermin Dunia Kedokteran, Gedung
folio, satu muka, dengan menyisakan cukup ruangan di kanan kirinya, lebih Enseval, Jl. Letjen Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510 P.O.
disukai bila panjangnya kira-kira 6 - 10 halaman kuarto disertai/atau dalam Box 3117 JKT. Tlp. (021) 4208171. E-mail : cdk@kalbe.co.id
bentuk disket program MS Word. Nama (para) pengarang ditulis lengkap, Pengarang yang naskahnya telah disetujui untuk diterbitkan, akan diberitahu
disertai keterangan lembaga/fakultas/institut tempat bekerjanya. Tabel/skema/ secara tertulis.
grafik/ilustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas-jelasnya dengan tinta Naskah yang tidak dapat diterbitkan hanya dikembalikan bila disertai
hitam agar dapat langsung direproduksi, diberi nomor sesuai dengan urutan dengan amplop beralamat (pengarang) lengkap dengan perangko yang cukup.

Tulisan dalam majalah ini merupakan pandangan/pendapat masing-masing penulis dan


tidak selalu merupakan pandangan atau kebijakan instansi/lembaga/bagian tempat kerja
si penulis.
Simposium Stem Cell
“Menyongsong Era Stem Cell di
Indonesia”
Aula Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Sabtu 2 September 2006
FKUI (MRU) + PT Kalbe Farma + Jurnal Cermin Dunia Kedokteran

Waktu Acara Pembicara / Moderator


07.30 – 08.00 Registrasi peserta
08.00 – 08.05 Pembukaan MC
08.05 – 08.15 Sambutan Ketua Panitia dr. Budhi Antariksa, SpP, PhD
08.15 – 08.25 Sambutan Dekan FKUI dr. Menaldi Rasmin, Sp.P(K)
08.25 – 08.35 Sambutan Menristek, dilanjutkan dengan Menteri Riset dan Teknologi,
pembukaan acara simposium Bpk Kusmayanto Kadiman
Sesi I Prof. Dr. dr. Frans Suyatna, SpFK
08.35 – 08.55 Selayang pandang mengenai stem cell dan dr. Boenjamin Setiawan, PhD
potensi komersialnya
08.55 – 09.15 Peranan makmal dalam penelitian stem cell Prof. Dr. dr. Ali Baziad, SpOG(K)
09.15 – 09.35 Aspek mediko etika legal pengobatan dengan Prof. Dr. dr. MK Tadjudin
stem cell
09.35 – 09.55 Aplikasi terapi stem cell pada infark miokard dr. RWM Kaligis, SpJP
akut
09.55 – 10.15 Diskusi
10.15 – 10.35 Coffee break
Sesi II Dr. dr. Sri Bekti Subakir, MS
10.35 – 10.55 Aplikasi terapi stem cell pada stroke dr. Salim Haris SpS
10.55 – 11.15 Aplikasi terapi stem cell pada kanker darah Prof. Dr. dr. A. Harryanto Reksodiputro,
SpPD, KHOM
11.15 – 11.35 Aplikasi terapi stem cell pada Penyakit dr. Ismail Setyopranoto, SpS
Parkinson (FK UGM-Yogyakarta)
11.35 – 11.55 Aplikasi pengobatan stem cell pada trauma dr. Mohammad Saiful Islam, SpS (FK
tulang belakang UNAIR - Surabaya)
11.55 – 12.15 Diskusi
12.15 – 13.15 Lunch
Sesi III Dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG-KFER
13.15 – 13.35 Aplikasi terapi stem cell pada luka bakar dr. Nurhadi Ibrahim, PhD
13.35 – 13.55 Body, Heal Thyself: Potential applications of dr. Sunny Tan (Senior Director CyGenics -
cord blood stem cells Singapore)
13.55 – 14.15 Aplikasi stem cell pada rejuvenasi dr. Boenjamin Setiawan, PhD
14.15 – 14.35 Diskusi
14.35 – 14.40 Penutupan MC

4 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


MAKALAH

Aplikasi Terapeutik
Sel Stem Embrionik pada Berbagai
Penyakit Degeneratif
Boenjamin Setiawan
Presiden Komisaris PT. Kalbe Farma Tbk., Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

Sel stem embrionik mempunyai kemampuan untuk berproliferasi secara terus menerus
dalam kultur optimal dan dalam keadaan tertentu mampu berdiferensiasi menjadi berbagai tipe
sel jaringan, seperti otot polos, kardiomiosit, neuron, sel beta pankreas, khondrosit, dsb. Karena
sifat ini maka sel stem embrionik ini dapat dipakai untuk mengobati berbagai penyakit
degeneratif yang sekarang termasuk dalam bidang kedokteran regeneratif. Dalam beberapa
tahun lagi sel stem embrionik manusia ini dapat dipakai untuk transplantasi berbagai organ yang
rusak, seperti ginjal, hati, jantung, tulang dsb. Penggunaan sel stem embrionik masih dibayangi
oleh berbagai masalah etik dan masih dilarang di beberapa negara seperti di AS, Jerman,
Perancis dsb. sehingga menghambat kemajuan penelitian. Tetapi di berbagai negara lain seperti,
UK, Singapura, Korea, India, China dsb. penggunaan sel stem embrionik manusia untuk
kedokteran regeneratif diperbolehkan, sehingga penelitian di negara-negara tersebut telah
mengalami banyak kemajuan. Untuk mencegah kontroversi ini, maka alternatif lain adalah
menggunakan human Umbilical Cord Blood (hUBC) yang mengandung banyak adult stem cells
dan mempunyai kemampuan proliferasi lebih baik daripada sel stem sumsum tulang
(hBM=human Bone Marrow).
Di Indonesia keadaannya masih belum jelas.

1. SUMBER SEL STEM berbagai kerusakan yang selalu terjadi dalam kehidupan. Tubuh
kita mengalami pengrusakan oleh berbagai faktor dan semua
1.1. Arti Sel Stem embrionik kerusakan yang mengakibatkan nekrosis (kematian jaringan
Sel stem embrionik adalah sel yang diambil dari inner dan sel) akan dibersihkan oleh sel makrofag yang beredar
cell mass - suatu kumpulan sel yang terletak di satu sisi dalam darah. Sel stem dewasa sebaliknya berfungsi untuk
blastocyst yang berumur 5 hari dan terdiri dari 100 sel. Sel memperbaiki jaringan yang mengalami kerusakan. Sel stem
stem ini mempunyai sifat dapat berkembang biak secara terus dewasa dapat diambil dari fetus (fetal stem cells), sumsum
menerus dalam media kultur optimal dan pada keadaan tertentu tulang (bone marrow stem cells), darah perifer atau tali pusat
dapat diarahkan untuk berdiferensiasi menjadi berbagai sel (umbilical cord blood stem cells, UCB).
yang terdiferensiasi seperti sel jantung, sel kulit, neuron,
hepatosit dan sebagainya. 1.3. Sel stem embrionik maupun sel stem dewasa sangat
besar potensinya untuk mengobati berbagai penyakit
1.2. Sel stem dewasa (Adult stem cells) adalah sel stem yang degeneratif, seperti infark jantung, stroke, penyakit Parkinson,
terdapat di semua organ tubuh, terutama di dalam sumsum diabetes, berbagai macam kanker terutama kanker darah,
tulang dan berfungsi melakukan regenerasi untuk mengatasi osteoarthritis dan sebagainya.

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 5


Sel stem embrionik sangat plastis dan mudah dikembang- hilangnya fungsi neuron. Remielinasi dengan sel stem dapat
kan menjadi berbagai macam jaringan sel, seperti neuron, mengembalikan fungsi yang hilang. Percobaan pendahuluan
kardiomiosit, osteoblast, fibroblast dan sebagainya., sehingga dengan ES tikus dapat menghasilkan oligodendrosit yang
dapat dipakai untuk trans-plantasi jaringan yang rusak. kemudian dapat menyebabkan remielinisasi akson yang rusak.
Lagipula immunogenicity nya rendah, selama belum meng-
alami diferensiasi. 3. Sel stem dan diabetes tipe I
Sel stem dewasa juga bisa dipakai untuk mengobati Pada diabetes tipe I sel pankreas beta yang mensekresi
berbagai penyakit degeneratif, tetapi plastisitasnya sudah insulin mengalami kerusakan oleh faktor genetik, lingkungan
berkurang. Mengingat masalah etik, maka banyak negara lebih dan imunologik. Akibatnya terjadi defisiensi insulin dan
mengutamakan penelitian pemanfaatan sel stem dewasa pada menyebabkan hiperglikemi. Transplantasi seluruh organ
berbagai penyakit degeneratif, sehingga tidak dihadapkan pada pankreas kadaver dapat menyembuhkan penderita. Tetapi
masalah dan kontroversi etika. jumlah kadaver sangat sedikit dan obat imunosupresi yang
Karena sel stem tali pusat (Umbilical cord blood= UCB) dibutuhkan untuk mencegah reaksi imunologik menimbulkan
mudah didapat dan ternyata banyak mengandung sel stem, banyak efek samping. Transplantasi sel stem merupakan
maka sekarang banyak diteliti mengenai manfaatnya untuk alternatif baik dan telah menunjukkan hasil positif pada mencit.
mengatasi berbagai penyakit degeneratif. Sel stem UCB mudah Tetapi masih banyak kendala yang harus diatasi supaya
diperbanyak, immunogenicitynya rendah dan plastisitasnya penggunaan sel stem untuk menyembuhkan pasien diabetes
cukup baik. tipe I dapat terlaksana.

1.4. SCNT, atau somatic cell nuclear transfer merupakan 4. Sel stem pada infark jantung
teknik untuk menghasilkan klon sel stem embrionik yang Pada infark miokard akut, sel stem sumsum tulang (bone
seratus persen sama seperti donor nukleusnya. Bilamana oosit marrow) yang beredar dalam darah perifer dan sel stem yang
manusia dikeluarkan nukleusnya (enukleasi) kemudian pada sudah berada di jantung akan menuju ke daerah infark, tetapi
oosit tersebut dimasukkan nukleus somatik dari seorang donor jumlahnya tidak cukup untuk dapat mengatasi dan
dan kemudian pada oosit tersebut diberi aliran listrik, maka menyembuhkan daerah infark tersebut. Sel stem akan
oosit mengalami “reprogramming” DNA, sehingga membentuk sel kardiomiosit dan juga mengadakan
berkembang biak menjadi embrio. Keberhasilan SCNT masih neovaskularisasi. Karena jumlah sel stem endogen kurang
sangat rendah dan embrio yang dihasilkan banyak mengalami banyak maka logis untuk mecarikan bantuan sel stem dari luar
kelainan kongenital. Tetapi bilamana berhasil maka embrio ini yang bisa berasal dari sumsum tulang atau sumber lain seperti
akan merupakan klon dari donor nukleus, sehingga DNA donor UCB. Hal ini telah dilakukan dengan hasil yang cukup
nukleus dan embrio seratus persen sama, sehingga jika menggembirakan. Bartinek juga telah melakukan intracoronary
dilakukan transplantasi tidak akan terjadi penolakan terhadap infusion BM stem cell otolog pada 22 pasien dengan AMI dan
transplan Teknik SCNT teoretis dapat dipergunakan untuk melaporkan hasil yang sangat baik. Sekarang dalam literatur
transplantasi berbagai organ dan jaringan tubuh manusia. sudah banyak dilaporkan hasil positif pemberian sel stem BM
intrakoroner pada AMI.
2. Sel stem pada berbagai penyakit degenerasi SSP
5. Sel stem pada osteoarthritis
2.1. Stroke iskemik pada tikus maupun domba dapat Osteoarthritis merupakan penyakit degeneratif yang
disembuhkan dengan pemberian hUCB. Percobaan pada banyak sekali menghinggapi orang tua maupun para atlet.
binatang dengan memberikan CD34+ hUCB dapat Lutut, bahu, dan berbagai sendi mengalami degenerasi tulang
menimbulkan perbaikan fungsional dengan terbentuknya rawan dan menyebabkan rasa nyeri pada pergerakan.
angiogenesis dan neurogenesis. Berdasarkan hasil percobaan Sel stem dapat membentuk khondroblast dan osteoblast
binatang yang sangat prospektif maka beberapa pusat dan melalui tissue engineering sel stem dapat diarahkan
penelitian sedang merencanakan untuk melakukan uji klinis sedemikian rupa sehingga dapat membentuk jaringan tulang
pada manusia. rawan, yang dapat dimasukkan ke dalam sendi sehingga dapat
berfungsi sebagai pengganti tulang rawan yang rusak. Jika
2.2. Penyakit Parkinson yang banyak menghinggapi orang tua kerusakan tulang rawan masih ringan maka sel stem dapat
juga mempunyai prospek baik untuk dapat disembuhkan oleh langsung dimasukkan ke dalam sendi; sel stem akan berubah
sel stem. Patogenesis penyakit Parkinson adalah karena menjadi chondroblast dan membentuk lapisan tulang rawan
degenerasi sel neuron dopaminergik di substansia nigra. baru. Berbagai percobaan sudah membuktikan manfaat yang
Berbagai percobaan telah berhasil untuk mengubah sel stem sangat besar sel stem untuk osteoarthritis.
menjadi neuron dopaminergik dan jika sel ini disuntikkan ke
otak dapat menimbulkan perbaikan. Tetapi sayang sampai 6. Sel stem hematopoetik pada kanker
sekarang belum ada laporan percobaan klinik yang baik Salah satu sebab mengapa sel stem hematopoetik (sel stem
sehingga masih belum dapat diambil kesimpulan yang objektif. sumsum tulang) dapat dipakai untuk pengobatan kanker adalah
karena dalam keadaaan tertentu harus diberi kemoterapi atau
2.3. Spinal cord injury, disertai demielinasi menyebabkan radiasi dosis tinggi sehingga membunuh semua sel yang

6 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


berkembang biak cepat (termasuk sel kanker, tetapi juga sel kemoterapi dosis tinggi, tetapi juga untuk memperbaiki
stem sumsum tulang, endotel usus dan sel rambut, sehingga kerusakan jaringan dan organ tubuh. Sel stem ini dapat
pada radiasi atau kemoterapi dosis tinggi selain membunuh sel dipergunakan untuk melakukan rejuvenasi dan regenerasi
kanker, pasien akan menderita diare dan rambutnya rontok). jaringan dan organ tubuh yang rusak.
Karena sel stem hematopoetik di dalam sumsum tulang yang
membentuk leukosit untuk memerangi infeksi, eritrosit untuk 8. Sel stem juga dapat dimanfaatkan untuk transplantasi
membawa oksigen dan trombosit untuk pembekuan darah, kulit, mengobati penyakit oto-imun, terapi gen, skrining obat
bilamana diradiasi atau diberi obat kemoterapi akan mati dan mempelajari perkembangan embrio (developmental
semua, maka seseorang sebelum diradiasi/diberi obat biology) dan masih banyak sekali potensi lain yang belum
kemoterapi dosis tinggi, sumsum tulangnya dipanen dulu. dapat dibayangkan dewasa ini.
Setelah radiasi, dimasukkan lagi dalam darah dan sel stem
hematopoetik akan kembali masuk sumsum tulang dan akan
berkembang biak lagi. Penggunaan sel stem hematopoetik KESIMPULAN
untuk kanker sudah dipakai sejak beberapa puluh tahun Manfaat sel stem untuk pengobatan regeneratif sangat
lamanya. besar dan potensinya masih belum digali secara optimal.
Selain sel stem sumsum tulang, juga dapat dipakai sel stem Sayang masih banyak negara, dipelopori oleh AS yang
UCB dan darah perifer yang juga mengandung sel stem. Jika menghambat penelitian mengenai sel stem ini. Untung
diambil dari darah perifer maka pasien diberi CGSF (Colony beberapa negara Eropa dan negara Asia seperti Swedia,
Growth Stimulating Factor) yang akan merangsang sumsum Finlandia, Rusia, Belgia, Korea, China, India, Singapura dan
tulang untuk memproduksi dan melepaskan banyak sel stem ke Malaysia sangat mendukung penelitian sel stem. Semoga
sirkulasi dan kemudian dengan alat apheresis, sel stem dipisah mereka dapat memanfaatkan kebebasan dan dorongan
dan darah dikembalikan ke dalam sirkulasi. pemerintah mereka untuk dapat memetik hasil optimal dari
Jika sel stem diambil dari pasien yang sama maka disebut penelitian ini. Sayang dalam hal ini kita di Indonesia masih
transplantasi otolog. Jika sel stem diambil dari saudara kembar belum berani mengambil keputusan tegas, apakah juga
maka disebut transplantasi syngeneik, sedangkan kalau sel stem mendorong penelitian mengenai sel stem ini untuk kegunaan
diambil dari saudara maka disebut transplantasi alogeneik. terapeutik bukan untuk reproduksi.
Pemerintah, dunia akademis dan industri sebaiknya
7. Sel stem untuk Rejuvenasi membangun kerjasama yang erat untuk memanfaatkan
Belakangan diketahui bahwa kerusakan jaringan tubuh kesempatan penelitian sel stem ini untuk kemudian dapat
akan diperbaiki oleh sel stem yang mengalir di darah perifer diaplikasikan untuk pengobatan regeneratif, rejuvenasi orang
dan berasal dari sumsum tulang beserta sel stem yang memang tua, skrining obat baru dan membantu terapi gen.
selalu berada di setiap organ. Cara kerja sel stem mungkin Banyak hal yang masih bisa dilakukan untuk meneliti sel
melalui 3 mekanisme : menciptakan lingkungan mikro yang stem ini dan semoga akan membawa manfaat tak terhingga
kondusif untuk regenerasi sel endogen jaringan, untuk mengurangi penderitaan orang sakit dan meningkatkan
transdiferensiasi (sel stem dewasa akan berubah menjadi sel kesejahteraan manusia.
jaringan pengganti yang rusak) dan mungkin melalui fusi sel.
Memang sampai sekarang pertanyaan yang timbul adalah
bagaimana tubuh kita dapat memperbaiki jaringan yang rusak?
KEPUSTAKAAN
Pada tanaman dan organisme sederhana seperti hydra, planaria,
atau salamander dan newt, jika cabang pohon dipotong atau 1. Blelloch R, Wang Z, Meissner A, Pollard S, Smith A, Jaenisch R.
kaki salamander dipotong maka secara otomatis akan tumbuh Reprogramming Efficiency following Somatic Cell Nuclear Transfer is
kembali. Telah terbukti pada organisme sederhana ini sel stem influenced by the Differentiation and Methylation State of the Donor
sangat besar peranannya. NucleusStem Cell Express, published online May 18 : doi: 10.1634/
stemcells. 2006-0050
Dengan penemuan bahwa sel stem embrionik dan dewasa 2. Peterson DA. Umbilical cord blood cell and brain stroke injury: bringing
dapat berkembang biak secara tidak terbatas dan dapat fresh blood to address an old problem. J.Clin.Invest. 2004; 114 (3).
mengalami transdiferensiasi, maka sekarang sudah jelas bahwa http://www.jci.org
perbaikan kerusakan jaringan tubuh dapat diperbaiki oleh sel 3. Kawasaki H, Suemori,H, Mizuseki,K et al. Generation of dopaminergic
neurons and pigmented epithelia from primate ES cells by stromal cell-
stem dewasa yang beredar dalam darah dan sel stem yang derived inducing activity. PNAS 2002;99 (3): 1580-1585.
terdapat dalam setiap organ. 4. Liu S, Qu Y, Stewart TJ et al. Embryonic stem cells differentiate into
Dengan penemuan ini maka teoretis setiap kerusakan dapat oligodendrocytes and myelinate in culture and after spinal cord
diperbaiki dengan melakukan infus sel stem eksogen karena sel transplantation. PNAS 2000; 97 (11): 6126-6131.
5. Rajagopal J, Anderson WJ, Kume S,.Martinez OI,.Melton DA. Insulin
stem endogen tidak cukup banyak untuk dapat melakukan staining of ES cell progeny from insulin uptake. Science 2003; 299
regenerasi. Sumber sel stem endogen yang paling mudah (56050): 363.
didapatkan adalah sel stem sumsum tulang dan sel stem UCB, 6. Caprice NM, Gersh BJ. Stem cell to repair the heart. A clinical
jika kita menghendaki sel stem otolog. Karena itu pengambilan perspective. Circulation Res. 2003; 92:6
7. Goussetis E, Manginas A, Kotelou M. Peristen I et al. Intracoronary
dan penyimpanan sel stem UCB akan sangat bermanfaat, tidak delivery of selected BM-progenitors. Stem Cells Express. published
hanya untuk pengobatan kanker pasca radiasi atau pemberian online June 29, 2006; doi:10.1634/stemcells.2005-0589

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 7


8. Bartinek,J, Vanderheyden M, Vandekerchove B et al., Intracoronary 11. http://www.cancer.bov/cancertopics/factsheet/Therapy/bone-marrow-
injection of CD133-positive enriched bone marrow progenitor cells transplant. Bone Marrow Transplantation and Peripheral Blood Stem Cell
promotes cardiac recovery after recent myocardial infarction. Circulation 12. Transplantation: Questions and Answers.
2005;112 (9 suppl):78-83. 13. Prockop DJ,.Gregory CA,.Spees JL. One strategy for cell and gene
9. Amado LC,.Saliaris AP,.Schuleri KH et al., Cardiac repair with intra- therapy: Harnessing the power of adult stem cells to repair tissues. PNAS,
myocardial injection of allogeneic mesenchymal stem cells after September 30,2003;.100, suppl.1: 11917-11923
myocardial infarction, PNAS, August 9, 2005; 102(32): 11474-11479 14. Snyder EY, Loring JF. A Role for Stem Cell Biology in the Physiological
10. Acosta Jr, FL, Lotz J,.Ames CP, The potential role of mesenchymal stem and Pathological Aspects of Aging. J. Amer. Geriatr. Soc. September
cell therapy for intervertebral disc degeneration: a critical review 2005;. 53: S287, doi : 10.1111/j.1532-414.2005.53491.x
Neurosurg.Focus 19 (3): E4, 2005. 15. Alonso L, Fuchs E. Stem cells of the skin epithelium. PNAS, September
30, 2003;.100, suppl.1.:11830-11835

KALENDER KEGIATAN ILMIAH PERIODE NOVEMBER – DESEMBER 2006

Bulan Tanggal Kegiatan Tempat dan Informasi


Hotel Le Meridien, Jakarta
Global Medica Communications
04 – 05 Biennial Symposium DIGM : Geriatrics Update 2006
Ph. : 021-30042089; Fax. : 021-30041027
E-mail : globalmedica@cbn.net.id
Kuala Lumpur Convention Center
XVIII FIGO Ph. : +60 3 4252 9100 ; Fax.: +60 3 4257 1133
05 – 10
World Congress of Gynecology and Obstetrics E-mail : consec@figo2006kl.com
http://www.figo2006kl.com
Taipei International Convention Center
28th World Congress of Internal Medicine
10 – 13 Ph.: 886-2-2375-8068 ; Fax.: 886-2-2375-8072
(2006 WCIM)
http://www.icim2006-taipei.org.tw
India Habitat Centre
7th Congress of Ph. : +91-11-26594926 ; Fax.: +91-11-26588663
13 – 15
Asia Pacific Society of Medical Virology E-mail : shobha.broor@gmail.com
http://www.apcmv2006.com
Hotel Borobudur, Jakarta
World Menopause Day: Menopause and ageing
16 – 19 Ph.: 021-570 5800 ext. 426/555 ; Fax.: 021-5705798
Quality of life and sexuality
E-mail : convex14@cbn.net.id
Kuala Lumpur
NOVEMBER
16 – 19 The 6th Asian & Oceanian Epilepsy Congress Ph. : +353 1 2059720 ; Fax.: +353 1 2056156
http://www.epilepsykualalumpur2006.org
Jakarta
18 – 19 The 2nd International Symposium for Healthy Travellers Ph.: 021-30042089; Fax.: 021-30041027
E-mail: globalmedica@cbn.net.id
Jakarta Convention Center
19th Indonsian Int’l Hospital Medical Pharmaceutical
Ph.: 021-458 45303, 458 45304 ; Fax.: 021-458 57833
22 – 25 Clinical Laboratories Equipment
E-mail: hospex@cbn.net.id
And Medicine Exhibition
http://www.hospital-expo.com
Sanur Paradise Plaza Hotel, Bali
WFAS Ph.: 021-570 5800 ext. 428/420 ; Fax.: 021-570 5798
22 – 26
International Symposium of Acupuncture 2006 E-mail: secretariat@wfasbali2006.org
http://www.wfasbali2006.org
Jakarta Convention Center
Kongres Nasional I PERKAPI
24 – 25 Ph.: 021-53677981, 53677982; Fax.: 021-53677983
Anti Aging: A New Challenge in Medicine
E-mail: hospex@cbn.net.id
Seminar & Workshop Hotel Borobudur, Jakarta
25 PASTI (Perkumpulan Awet Sehat Indonesia): Phone : 021-729 0623
Restoring Youthful Hormone Level Fax.: 021-7289 5871
Kuala Lumpur
02 – 04 11th Asian Symposium on Rhinology Ph.: 603-2093 0100 / 2092 5262; Fax.: 603-2093 0900
E-mail: acadmed@po.jaring.my
DESEMBER Hotel Mercure, Ancol, Jakarta
Ph.: 021-3910294, 31931384, 3193808 pes. 6703
15 – 17 PIN PAPDI
Fax.: 021-3148163
E-mail: pb_papdi@indo.net.id
Informasi terkini, detail dan lengkap (jadwal acara/pembicara) bisa diakses di http://www.kalbefarma.com/calendar

8 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


MAKALAH

Aspek Bioetika
Penelitian Stem Cell
M. K. Tadjudin
Ketua Kelompok Kerja Stem Cell, Komisi Bioetika Nasional, Jakarta, Indonesia

PENGANTAR pengawasan yang baik (Spar, 2004). Di negara bagian


Laporan tentang keberhasilan pengisolasian sel stem (stem Kalifornia, di bawah kepemimpinan gubernur Arnold
cell ) manusia serta laporan tentang eksperimen fusi sel telur Schwarzenegger, penelitian itu diperbolehkan dan dapat
sapi yang telah dienukleasi dengan sel manusia telah didanai dari anggaran pemerintah negara bagian Kalifornia.
menghangatkan kembali perdebatan tentang etika penelitian Yang menjadi pokok permasalahan adalah sumber stem cell
yang menggunakan sel embrio (mudigah) manusia dan kloning tersebut.
pada manusia. Berbagai teknologi baru telah memungkinkan Hal itu menimbulkan berbagai masalah etika seperti:
berbagai cara untuk membuat embrio manusia seperti melalui 1. Apakah penelitian embrio manusia secara moral dapat
transfer inti somatik, fusi sel, dan pembuatan hibrida dipertanggungjawabkan ?
manusia/bukan-manusia. Perlu diingat pula bahwa manipulasi 2. Apakah penelitian embrio yang menyebabkan kematian
embrio kemungkinan besar akan menyebabkan kematian embrio itu akan mendorong pelanggaran hak azasi manusia
embrio itu. (HAM) dan merupakan tindakan yang menunjukkan
Pada tanggal 12 Pebruari 2004 sejumlah peneliti Korea berkurangnya penghormatan terhadap mahluk hidup ?
telah mengumumkan di Seoul tentang pembuatan stem cell 3. Apakah penyalahgunaan dapat diketahui dan
manusia pertama dalam laboratorium dengan transplantasi sel dikendalikan?
somatik yang kemudian ditarik kembali karena tuduhan 4. Apakah secara moral dapat dibedakan antara penelitian
manipulasi data atau sedikitnya perilaku tidak etis dari para yang menggunakan embrio sisa proses bayi tabung dan
peneliti. Temuan itu, jika benar, amat penting karena telah penelitian khusus membuat embrio untuk digunakan,
menunjukkan suatu cara untuk membuat stem cell dari sel sehingga yang pertama dibolehkan tetapi yang ke dua
somatik. Mereka telah membuktikan kemungkinan untuk dilarang ?
membiak stem cell dari seseorang serta kemudian membuat sel 5. Apakah yang disebut embrio ?
atau jaringan yang secara genetika identik dengan donor sel
tersebut. Hal itu juga mendorong sejumlah negara maju untuk
menggiatkan penelitian stem cell dan pengklonan embrio guna JENIS STEM CELL
pemakaian dalam pengobatan penyakit-penyakit degeneratif Suatu keputusan etika yang benar hanya dapat diambil
seperti Alzheimer dan Parkinson. Kanada membolehkan dengan mengetahui dasar ilmiah proses yang dilakukan. Untuk
penggunaan embrio sisa bayi tabung (BT) untuk penelitian dapat membahas aspek bioetika penelitian stem cell perlu
stem cell. Swedia mendukung kegiatan pengklonan embrio dijelaskan bahwa ada berbagai jenis stem cell. Jika ditinjau dari
untuk tujuan pengobatan. Di Inggris pihak swasta asalnya maka stem cell dapat dibagi dalam stem cell embrio
diperbolehkan membuat stem cell embrio. Singapura menanam dan stem cell bukan embrio. Stem cell sesuai potensinya untuk
modal dalam upaya penelitian stem cell embrio sebesar US$ berkembang lebih lanjut dapat dibagi dalam sel totipoten,
300 juta dengan mengembangkan Biopolis, suatu taman ilmu pluripoten, dan multipoten. Aspek bioetika penggunaan
yang modern dengan tujuan khusus penelitian stem cell. Di berbagai jenis sel tersebut berbeda.
Singapura juga telah didirikan suatu bank penyimpanan darah Banyak harapan yang timbul dari penelitian stem cell
tali pusat. embrio, karena sel itu mempunyai potensi untuk berkembang
Pemerintah federal Amerika Serikat melarang pendanaan menjadi berbagai jenis sel yang menyusun berbagai jenis organ
penelitian yang menggunakan stem cell berasal dari embrio, tubuh. Sel demikian, yang juga disebut stem cell totipoten
namun tidak melarang penelitian itu sendiri. Hal itu (SCT), ditemukan pada jaringan embrio dan pada jaringan
menyebabkan penelitian dilakukan oleh pihak swasta tanpa tertentu makhluk dewasa seperti sumsum tulang merah dan sel

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 9


kelamin. Sel darah yang diperoleh dari tali pusat bayi baru lahir Sel totipoten mempunyai kemampuan untuk berkembang
juga mempunyai kemampuan menjadi stem cell. Sementara ini menjadi suatu organisme lengkap atau mempunyai potensi
sumber stem cell yang banyak dipakai untuk berbagai jenis yang tidak tebatas. Sel totipoten hanya ditemukan pada
penelitian berasal dari embrio tingkat blastosis. Manfaat yang perkembangan dini embrio sampai stadium blastosis (gumpalan
diperoleh dari penggunaan SCT dalam bidang kedokteran amat sel). Pada stadium morula terbentuk inner cell mass, yang
besar, namun sumber SCT tersebut merupakan suatu masalah kemudian akan berkembang menjadi berbagai jaringan embrio
etika yang perlu mendapat perhatian. dan tubuh, kecuali membentuk plasenta. Sel blastosis dapat
SCT dapat digunakan untuk pengobatan berbagai jenis berkembang menjadi organisme lengkap jika ditempatkan
penyakit, mulai dari pembentukan sel pankreas baru untuk dalam rahim. Sel blastosis disebut sel pluripoten karena dapat
penderita diabetes, sel miokard (otot jantung) baru untuk berkembang lebih lanjut menjadi berbagai jaringan dan organ
penderita infark jantung dan gagal jantung, hingga sel neuron tubuh. Secara alami sel pluripoten yang telah berkembang dan
baru untuk penderita penyakit Alzheimer dan Parkinson. melakukan spesialiasi disebut sel multipoten dan merupakan
Permasalahannya adalah apakah sel embrio dapat dipakai stem cell dewasa. Pada tabel 1 dapat dilihat beberapa contoh
sebagai sumber untuk SCT? stem cell dewasa/multipoten yang dapat berkembang menjadi
SCT terbaik didapat dari blastosis. Di negara-negara yang berbagai sel dan jaringan. Tantangan bagi para peneliti
membolehkan melakukan BT, embrio yang sudah tidak dipakai sebenarnya adalah bagaimana memanipulasi stem cell dewasa
setelah proses BT selesai dapat digunakan sebagai sumber stem sehingga dapat berkembang menghasilkan sel atau produk yang
cell, karena pada proses BT biasanya diperoleh blastosis yang diinginkan yang dapat digunakan untuk pengobatan.
melebihi keperluan. Blastosis yang berlebihan itu dapat Dewasa ini sudah ada beberapa peneliti yang melaporkan
disimpan beku (deepfreeze ) atau dibuang. Sebagian ilmuwan suatu cara memperoleh ’embrio yang etis’, a.l. dengan cara
berpendapat ketimbang sisa blastosis dibuang lebih baik membuat embrio partenogenetik dan melalui ’transfer inti
dipakai sebagai sumber SCT. Namun sebagian lain berpendapat yang diubah’ (altered nuclear transfer), (The President’s
bahwa walaupun tujuan memperoleh SCT baik, dalam proses Council on Bioethics, 2005) yang disebut juga sebagai
perolehannya terjadi pemusnahan embrio manusia. Ada pula pembuatan ’embrio yang etis’. Pembentukan embrio
yang berpendapat bahwa jika kegiatan pengambilan SCT dari partenogenetik dilakukan dengan penyuntikan PLC-zeta (suatu
embrio diizinkan, hal itu akan membuka jalan ke arah hal yang protein sperma) pada sel telur. PLC-zeta memicu proses
bertentangan dengan kemanusiaan seperti ‘peternakan embrio’ fertilisasi dan sel telur mulai membelah. Pembelahan sel telur
(embryo farms ), pengklonan bayi, penggunaan janin untuk itu hanya dapat berkembang sampai stadium blastosis dan stem
‘suku cadang’, dan komersialisasi kehidupan manusia (Sandel, cell embrio kemudian dapat dipanen. Pada ’transfer inti yang
2004). diubah’ dilakukan transfer inti dengan DNA yang sudah diubah
sehingga hasil fertilisasi tidak dapat berkembang menjadi
embrio atau fetus tetapi terhenti pada pada stadium blastosis.
Tabel 1. Jenis stem cell dewasa/multipoten, asal dan derivatnya Menurut pendukung gagasan ini gumpalan sel yang terbentuk
tidak dapat disebut blastosis atau embrio karena tidak
Jenis stem cell Asal Sel/jaringan yang
dihasilkan sempurna.
Hematopoetik Sumsum tulang merah, Sumsum tulang, darah, sel Nature advance online publication pada tanggal 23
darah tepi limfo/hematopoetik Agustus 2006 memuat laporan Klimanskaya dkk. (2006) yang
Mesenkim Sumsum tulang merah, Tulang, tulang rawan, tendon, memberi secercah harapan kepada para peneliti stem cell.
darah tepi lemak, lemak, otot, stroma
sumsum, sel saraf
Mereka menulis tentang pembuatan galur stem cell yang
Sel saraf Sel ependim, astrosit Neuron, astrosit, berasal dari salah satu sel blastosis stadium 8 sel. Pada IVF jika
SSP oligodendrosit ada kecurigaan kelainan genetika sering dilakukan
Hati Di sekitar saluran Sel lonjong yang pengambilan salah satu sel pada stadium blastosis 8 sel untuk
Hering menghasilkan hepatosit dan
dilakukan pemeriksaan genetika. Jika tidak ada kelainan, maka
sel duktus
Pankreas Dalam pulau Sel beta pankreas blastosis yang tinggal 7 sel kemudian ditanam ke dalam rahim
Langerhans, sel nestin dan umumnya berkembang normal.
positif, sel lonjong, dan
sel saluran
Otot skelet atau Serat otot Serat otot skelet
sel satelit ISU BIOETIKA DALAM PENELITIAN DAN
Keratinosit (kulit) Lapisan basal Epidermis dan folikel rambut PENGGUNAAN STEM CELL
epidermis, folikel 1. Isu utama penelitian dan penggunaan stem cell adalah
rambut perihal penggunaan stem cell embrio terutama perihal sumber
Sel epitel paru Sel basal trakhea dan Sel mukus dan sel bersilia,
sel mukus, sel Clara pneumosit tipe I dan II
sel tersebut yaitu embrio. Sumber embrio adalah hasil abortus,
bronkiolus, pneumosit zigot sisa IVF, dan hasil pengklonan.
alveolus tipe II Pengklonan embrio manusia untuk memperoleh stem cell
Epitel usus Sel epitel yang berada Sel Paneth, enterosit brush merupakan isu yang sangat menimbulkan kontroversi. Isu ini
di sekitar dasar kriptus border , sel goblet yang berhubungan dengan isu ’awal kehidupan’ dan penghormatan
mensekresikan mukus, sel
enteroendokrin vilus terhadap kehidupan. Pengklonan embrio manusia untuk

10 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


memperoleh stem cell menimbulkan kontroversi karena sebaik mungkin sampai zigot itu mati sendiri. Jika zigot itu
berhubungan dengan pengklonan manusia atau pengklonan akan digunakan untuk penelitian stem cell, seperti pada
reproduksi yang ditentang oleh semua agama. penggunaan sisa abortus, perlu dua persetujuan, yaitu untuk
2. Dalam proses pemanenan stem cell embrio terjadi melakukan fertilisasi in vitro dan untuk melakukan penelitian
kerusakan pada embrio yang menyebabkan embrio tersebut pada zigot yang tidak terpakai lagi.
akan mati. Pandangan bahwa embrio mempunyai status moral 8. Upaya pembuatan ’embrio etis’ perlu kajian ilmiah dan
yang sama dengan manusia menyebabkan hal tersebut sulit etika yang lebih mendalam. Hal ini menyangkut juga definisi
diterima, sehingga membuat embrio manusia untuk tujuan dari embrio.
penelitian merupakan hal yang tidak dapat diterima. 9. Salah satu cara untuk menghindari masalah etika
3. Pengambilan sel dari blastosis 8 sel merupakan suatu penggunaan embrio manusia adalah dengan eksperimen
alternatif jika kemungkinan blastosis mati dapat diterima pengklonan lintas spesies. Teknologi masih dikembangkan dan
sebagai bukan pelanggaran etika. Aspek etika lain dari cara ini belum banyak kajian baik dari segi ilmiah maupun aspek etika
adalah bahwa sel yang diambil dari blastosis 8 sel merupakan masalah ini. Saya pribadi dapat menyetujui cara ini jika tujuan
suatu sel totipoten yang berpotensi menjadi manusia. Beberapa atau niat bukan untuk memperoleh organisme hibrida tetapi
peneliti mengusulkan untuk membiak sel yang diambil untuk untuk untuk memperoleh stem cell blastosis yang akan
diagnostik kemudian baru dilakukan berbagai uji yang terbentuk. Masalah ini perlu dibahas lebih lanjut karena bagi
diperlukan. Kesulitan cara ini adalah tenggang waktu antara orang Islam misalnya apakah halal untuk menggunakan sel dari
pengambilan sel dan hasil uji menjadi lebih lama dan dapat hewan seperti babi untuk memperoleh suatu klon?
mempengaruhi keberhasilan penanaman blastosis. 10. Manfaat bagi donor yang menghasilkan suatu galur stem
4. Perdebatan tentang status moral embrio berkisar tentang cell. Donor harus mendapat manfaat dari hasil galur itu.
apakah embrio harus diperlakukan sebagai manusia atau
sebagai sesuatu yang berpotensi sebagai manusia atau sebagai
jaringan hidup seperti jaringan tubuh lainnya. Di sini perlu ISU PERUNDANGAN DALAM PENELITIAN STEM
kejelasan antara apa yang dimaksud dengan hidup dan CELL
kehidupan. Sel tubuh manusia semuanya hidup tetapi apakah 1. Apakah diperlukan peraturan perundangan untuk mengatur
dapat dianggap sebagai kehidupan. Ditinjau dari sudut biologi penelitian dan komersialisasi hasil penelitian stem cell ?
tidak jelas apakah embrio yang hidup dapat dianggap sebagai Mengingat demikian banyaknya permasalahan yang dapat
kehidupan. timbul dari penelitian stem cell maka peraturan perundangan
Pandangan yang ’moderat’ menganggap bahwa suatu diperlukan. Peraturan ini ada yang dibuat secara nasional dan
embrio berhak mendapat penghormatan sesuai dengan tingkat masing-masing lembaga penelitian perlu pula membuat
perkembangannya. Semakin tua umur embrio semakin tinggi peraturan intern.
pula tingkat penghormatan yang harus diberikan. Pandangan 2. Apakah perlu dibentuk suatu badan pengawas penelitian
yang ’liberal’ menganggap embrio pada stadium blastosis stem cell ?
hanya sebagai suatu ’gumpalan sel’ dan belum merupakan Peraturan tanpa pengawasan tidak berguna, oleh karena itu
’manusia’ sehingga dapat dipakai untuk penelitian termasuk perlu pengawasan tentang penelitian stem cell. Mengingat lagi
untuk melakukan pengklonan untuk pengobatan (therapeutic demikian banyaknya permasalahan yang dapat timbul dari
cloning). Sebaliknya pandangan yang ’konservatif’ penelitian stem cell maka pengawasan sebaiknya dilakukan
menganggap blastosis sebagai mahluk hidup. oleh suatu badan independen yang terdiri dari para ilmuwan,
5. Materi biologi manusia yang diperoleh dari biopsi dan ahli bioetika, agamawan, dan awam. Badan pengawasan selain
ekstirpasi selama pembedahan sudah lama dipakai untuk dibuat secara nasional juga perlu diadakan di masing-masing
berbagai jenis penelitian demi kemajuan ilmu kedokteran dan lembaga yang melakukan penelitian stem cell.
kemaslahatan manusia. Hal itu dapat diterima oleh semua pihak 3. Sosialisasi dan pendidikan masyarakat tentang stem cell.
sejauh donor tidak dirugikan dan memberi persetujuan Keresahan dalam masyarakat dapat timbul akibat
(informed consent). ketidaktahuan, oleh karena itu perlu ada sosialisasi dan
6. Penggunaan stem cell yang berasal dari kadaver erat pendidikan kepada masyarakat perihal penelitian stem cell.
berhubungan dengan penerimaan masyarakat perihal abortus. Sosialisasi pada masyarakat perlu dilakukan secara jujur karena
Jika hal ini akan dilakukan maka diperlukan dua persetujuan, ada kecenderungan untuk melaporkan keberhasilan dan
y.i. persetujuan untuk abortus dan persetujuan untuk menyembunyikan kegagalan (Adams, 2006).
menggunakan hasil abortus untuk penelitian. Kedua
persetujuan itu harus diberikan terpisah dan penggunaan hasil
abortus tidak boleh mempengaruhi keputusan untuk melakukan KESIMPULAN
abortus dan sebaliknya.
7. Penggunaan stem cell yang berasal dari surplus zigot 1. Penelitian stem cell demikian pula aspek etikanya perlu
pembuatan bayi tabung juga menimbulkan kontroversi. membedakan antara penelitian yang menggunakan stem
Pendapat yang moderat mengatakan ketimbang surplus zigot cell embrio, stem cell yang berasal dari blastosis 8 sel, dan
itu dibuang, sebaiknya dipakai saja untuk penelitian stem cell. penelitian yang menggunakan stem cell dewasa.
Sebaliknya ada pula yang beranggapan sisa itu dipelihara 2. Penelitian yang menggunakan stem cell dewasa dapat

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 11


dilakukan dengan persyaratan yang lazim untuk penelitian 8. Tantangan bagi para peneliti adalah bagaimana membuat
biomedik. stem cell dewasa yang multipoten menjadi sel yang
3. Pengklonan untuk menghasilkan embrio yang akan pluripoten.
digunakan untuk penelitian stem cell dari segi etika sulit
diterima, sedangkan upaya pembuatan ’embrio etis’ perlu KEPUSTAKAAN
kajian ilmiah dan etika lebih lanjut.
4. Penelitian yang menggunakan jaringan yang berasal dari 1. Adams A. Blood-forming stem cells fail to repair heart muscle in
kadaver abortus dan sisa zigot IVF perlu dua persetujuan, Stanford study. Stanford School of Medicine. http://www.mednews.
yaitu persetujuan untuk abortus dan persetujuan untuk stanford.edu diakses 18 Agustus 2006.
2. Klimanskaya I, Chung Y, Becker S, Lu SJ, Lanza R. Human embryonic
menggunakan hasil abortus sebagai sumber stem cell. stem cell lines derived from single blastomeres. Nature advance online
5. Upaya pembuatan ’embrio etis’ perlu kajian etika yang publication 23 Agustus 2006.
lebih mendalam. Hal ini menyangkut juga definisi dari 3. http://www.nature.com/nature/journal/vaop/ncurren/abs/nature05142.hml.
embrio dan hidup serta kehidupan. diakses 24 Agustus 2006.
4. Sandel MJ. Embryo ethics – The moral logic of stem cell research. N.
6. Pengklonan lintas spesies untuk memperoleh blastosis Engl. J. Med. 2004;351:207-209,
yang menghasilkan stem cell memerlukan kajian ilmiah 5. Spar D. The business of stem cells. N. Engl. J. Med. 2004;351:211-213,
dan etika yang lebih mendalam. 6. The President’s Council on Bioethics. Alternative sources of human
7. Peraturan perundangan dan badan pengawas penelitian pluripotent stem cells. Washington DC, 2005.
7. http://www.bioethics.gov/reports/white_paper/alternative_sources_white_
stem cell perlu diadakan pada tingkat nasional dan tingkat paper.pdf diakses 24 Agustus 2006.
lembaga penelitan.

No word is ill spoken if it be not ill taken

12 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


ABSTRAK

Aplikasi Terapi Stem Cell


pada Infark Miokard Akut
R W M Kaligis
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia

Infark Miokard tercatat sebagai penyebab utama gagal jantung kongestif


dan kematian di negara-negara industri maju. Sampai saat ini belum ada terapi
yang secara tuntas bisa mencegah progresifitas remodeling ventrikel dan gagal
jantung kongestif.
Perhatian dan harapan saat ini tertuju pada terapi sel, yaitu suatu bentuk
terapi dengan menggunakan stem cell. Stem cell adalah sel yang belum
berdiferensiasi dan diketahui memiliki dua karakteristik, yaitu kemampuan
berdiferensiasi menjadi berbagai tipe sel dan kemampuan untuk
memperbaharui dirinya sendiri. Prinsip biologis yang mendasari terapi stem
cell adalah diferensiasi arahan jaringan.Sebagai contoh, stem cell dewasa yang
diisolasi dari jaringan hati jika diinjeksi kembali ke dalam jaringan hati akan
berubah menjadi hepatosit. Namun jika sel yang sama ditransplantasi ke
dalam jaringan miokard maka akan menjadi miosit. Regenerasi miokard
dengan transplantasi stem cell kini menjadi suatu model pengobatan yang
diharapkan dapat memperbaiki fungsi ventrikel yang buruk dan gagal jantung
kongestif pasca suatu kejadian infark miokard akut. Berbagai penelitian klinis
yang dipublikasikan belum lama ini menunjukkan bahwa terapi stem cell
memang layak dilakukan dan bermanfaat dalam mencegah remodeling
ventrikel dan memperbaiki gagal jantung kongestif pada penderita infark
miokard akut. Namun demikian ada juga beberapa penelitian yang gagal
membuktikan manfaat tersebut. Karena itu masih diperlukan penelitian-
penelitian lain yang lebih besar di masa depan dan sebaiknya dilakukan secara
acak dan terkontrol agar dapat memastikan besarnya manfaat terapi stem cell.

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 13


EXTENDED ABSTRACT

Stem Cell Therapy in


Hematologic Malignancies
A. Harryanto Reksodiputro
Hematologic-Medical Oncology Division, Dept. of Internal Medicine
Faculty of Medicine, University of Indonesia, Jakarta, Indonesia

In recent years stem cells has become the subject of Guleserian et al, reported in 2001 to have been able to
increasing interest because their utility in numerous isolate endothelial progenitor cells (EPC) from human
biomedical application. Stem cells are capable of renew in umbilical cord, and demonstrated these cells could grow in
themselves. They can be continuously cultured in their culture in response to vascular endothelial growth factor
undifferentiated state. These undifferentiated cells can be (VEGF) and basic fibroblast growth factor (bFGF). In 2002
cultured into more specialized cells such as bone marrow, Hoerstrup reported that EPCs isolated from human umbilical
heart, liver, pancreatic, blood vessel, and nerve cells. Therefore cord have cellular, extracellular matrix, and biochemical
they can be utilized in vitro to replace damaged cells and/or to properties similar to native tissue.
test drugs or chemicals. The ability to differentiate is the ability Bone marrow stem cells can become brain cells, liver cells
to develop into other cell types. A stem cell can develop into precursors, heart cells, skeletal as well as smooth muscle.
cells from all three germinal layers. Harvesting umbilical cord blood poses no risk to mother or
Tissue engineering is a developing field that combines child, whereas a bone marrow donor must undergo anaesthesia
biology and engineering in order to create a biological method and is exposed to the risk of infection. Because the stem cells
which can replace or restore malfunctioning tissues. Cells from in those in the bone marrow are more primitive from adult
bone marrow or peripheral blood has been cultured in the donors, they carry much lower incidence of GVHD.
laboratory and selected subpopulation of these cells are then This makes it possible to perform transplant with less than
used to treat malfunctioning tissue/organs. perfect matches of type.
Adult patients suffering from coronary artery and Many regenerative therapies are being developed which
peripheral vascular diseases continously need small-diameter use the patient’s own stem cell. One of the most common and
vascular graft. In 1986, Science published a report by promising is the use of stem cell for heart repair ; adult patients
Weinberg and Bell who were among the first scientists able to who have banked cord blood would have a ready source of
construct a vessel in the laboratory using collagen and vascular stem cells regenerative medicine. On the other hand, they also
cells which resembled a normal vessel in structure as well as in have a rich source of stem cells in their bone marrow. When
function. In 1999 Niklason demonstrated the feasibility of parents bank the cord blood from a new baby, in the near term
creating small arteries in the laboratory that mimics they are most likely providing medical insurance fpr the child’s
physiologically pulsatile blood flow and pressure. siblings. Only in the long term when the donor grows up will
Tissue engineering in the cardiovascular system may offer they have value for self-use.
several advantages over the current treatment. Tissue- The diseases in which stem cells has been tried most
engineered structures contain living cells so that it has the widely are bone marrow, heart disease, diabetes, and
potential to grow and remodel over the time and might function Parkinson’s disease. Bone marrow stem cells either taken from
for decades or even a lifetime. Since the cells are mostly the peripheral blood or from the bone marrow have been
derived from the patient who received the implant there should widely used and reported.
be no rejection by the immune system; neither thrombus
formation. Only bone marrow transplantations have been performed
Pittengter (1999) published a technique for isolation of in Indonesia in around 1989-1990, one in Yogyakarta, one in
pure mesenchymal stem cells (MSC) which have the potential Semarang, one in Bandung and four in Jakarta. Of the four
to differentiate into fat, bone, cartilage, muscle as well as bone marrow transplantation performed in the Jakarta, one is
cardiac cells. Hoerstrup has described the use of MSC from done with stem cells that is mobilized from the bone marrow
bone marrow to create heart valves. into the peripheral blood. Financial condition is the main

14 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


problem for bone marrow transplantation in Indonesia. chemotherapy can destroy the patient’s bone marrow, marrow
Perhaps the best-known stem cell therapy to date is the is taken from the bones before treatment. The marrow is then
bone marrow transplantation, which is used to treat leukemia frozen, and the patient is given high-dose chemotherapy with or
and other types of cancer, as well as various blood disorders. without radiation therapy to treat the cancer. The marrow that
Leukemia is a cancer of white blood cells, or leukocytes. was taken out is then thawed and given back through a needle
Like other blood cells, leukocytes are made in the bone marrow in a vein to replace the marrow that was destroyed. This type of
through a process that begins with multipotent adult stem cells. transplant is called an autologous transplant. If the marrow
Mature leukocytes are released into the bloodstream, where given is taken from another person, the transplant is called an
they work to fight off infections in our bodies. allogeneic transplant.
Leukemia results when leukocytes begin to grow and
function abnormally, becoming cancerous. These abnormal
cells cannot fight off infection, and they interfere with the REFERENCES
functions of other organs.
Successful treatment for leukemia depends on getting rid 1. Fraser JK, Schreiber RE, Zuk PA, Hedrick MH. Adult stem cell therapy
of all the abnormal leukocytes in the patient, allowing healthy for the Heart, Intl J. Biochem. CellBiol 2004;36: 658-666.
ones to grow in their place. One way to do this is through 2. Seaberg RM, Smukler SR, Kleefer TJ, EnikolopovG, Asghar Z, et al.
Clonal identification of multipotent precursors from adult mouse pancreas
chemotherapy, which uses potent drugs to target and kill the that generate neural and pancreatic lineages. Nat Biotechnol 2004;22:
abnormal cells. When chemotherapy alone can't eliminate them 1115-1124.
all, physicians sometimes turn to bone marrow transplants. 3. Nakajima-Nagata N, Sakurai T, Mitakai T, Yamaot E et al. In vitro
In a bone marrow transplant, the patient's bone marrow induction of adult hepatic progenitor cells into insulin producing cellls.
Biocehem Biophys Res Common. 2004; 318, 625-630.
stem cells are replaced with those from a healthy, matching 4. Nosrat IV, Smith CA, Mullaly P, Olson L, Nosrat CA. Dental pulp cells
donor. To do this, all of the patient's existing bone marrow and provide neutrophic support for dopaminergic neurons and differentiate
abnormal leukocytes are first killed using a combination of into neurons in vitro, implications for tissue engineering and repair in the
chemotherapy and radiation. Next, a sample of donor bone nervous system, Eur J of Neurosci. 2004; 19: 2388-2398.
5. Julio CD, Gabriela GC, Thiede M, Storm S, Miki T. et al. Use and
marrow containing healthy stem cells is introduced into the application of stem cells in toxicology. Science 2004; 79.214-223.
patient's bloodstream. 6. Sophie BP, Charge,.Rudnicki MA. Cellular and molecular regulation of
If the transplant is successful, the stem cells will migrate muscle regeneration. Am. Phys. Soc. 2004; 84: 209-238.
into the patient's bone marrow and begin producing new, 7. International Society for Stem Cell Research. Stem Cell Primer.
Available at http://www.jsscr.or/public/index.htm last accessed May 18th
healthy leukocytes to replace the abnormal cells. 2006.
Bone marrow transplantation (BMT) has been used to treat 8. Gravy Y, Turgeman G, Lebergal M, Palled G, et al. Stem Cells as
lymphoma for over ten years, much of that time on a trial basis vehicles for orthopedic gene therapy. Gene Therapy 2004; 11: 417-426.
but now much more in the mainstream. Sometimes lymphoma 9. Stem Cell Research Foundation. What are stem cells ?. Available at
http://www.stemcellresearchfoundation.org
becomes resistant to treatment with radiation therapy or 10. National Institutes of Health. Stem Cell Information. Available at
chemotherapy. Very high doses of chemotherapy may then be http://www.stemcells.nih.gov/info/basics/basic3.asp, last accessed May
used to treat the cancer. Because the high doses of 18th 2005.

Hope is the only good which is common to all men


(Thales)

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 15


ABSTRAK

Application of Stem Cell Therapy


in Parkinson Disease
Ismail Setyopranoto
Stroke Unit, Department of Neurology, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University/
Dr Sardjito General Hospital, Yogyakarta, Indonesia

Embryonic stem (ES) cells have been suggested as candidate therapeutic tools for
cell replacement therapy in neurodegenerative disorders. However, limitations for the
use of these cells lie in our restricted knowledge on the molecular mechanisms
involved in their specialized differentiation and in the risk of tumor formation.
Although most cells of the body, such as muscle cells, are committed to fulfilling
a particular function, a stem cell is uncommitted until it receives a signal to develop
into a specialised cell. Stem cells can be obtained from embryonic, foetal and adult
tissues. Based on their differentiation potential, stem cells can be:
(i) Pluripotent, meaning that they can individually give rise to all types of cells that
develop from the germ layers (endoderm, mesoderm and ectoderm) and germ
cells,
(ii) Totipotent, cells that have the capability of pluripotent cells plus the ability to
give rise to placental tissue,
(iii) Unipotent, can give rise to only one type of differentiated cell, and
(iv) Multipotent, a state between unipotent and pluripotent.
Parkinson’s Disease exemplifies a type of disorder that could prove miraculously
tractable to stem cell therapies. Even early studies that injected crude human fetal
tissue extracts (presumably containing stem cells) appear to have had some long-term
benefits, although those results are continually re-evaluated. Unfortunately, this
approach has daunting drawbacks, including how much tissue is needed for each
treatment and a lack of uniformity in tissue extracts used for each individual
treatment.
There are parallels between Parkinson’s and diabetes, that appears to respond to
stem cell therapies in a mouse model. Although molecular mechanisms are not
completely understood, in the initial progression of diabetes only islet cells die, and
therefore only one kind of cell needs regeneration. In research in mice, scientists took
cells from the pancreas and grew them in culture. Unable to characterize stem cells
visually, they simply took all the cultured cells and transplanted them. The mice
seemed to grow normal islet cells and their diabetic condition seemed to reverse
(long-term results are pending). An islet cell transplant protocol is being developed
for diabetes, but—as in Parkinson’s—this approach is limited by the availability and
consistency of the cells.

16 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


MAKALAH

Terapi Sel Stem


pada Cedera Medula Spinalis
Mohammad Saiful Islam
Bagian / SMF Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/
Rumah Sakit Umum Dr Soetomo, Surabaya, Indonesia

INTRODUKSI radikal bebas dalam sel neuron di medula spinalis. Semua ini
Cedera medula spinalis (CMS) merupakan salah satu mengakibatkan kematian sel neuron karena nekrosis dan
penyebab gangguan fungsi saraf yang sering menimbulkan terputusnya akson pada segmen medula spinalis yang terkena.
kecacatan permanen pada usia muda. Kelainan yang lebih Deplesi ATP (adenosin trifosfat) akibat iskemia akan
banyak dijumpai pada usia produktif ini seringkali menimbulkan kerusakan mitokondria. Selanjutnya, pelepasan
mengakibatkan penderita harus terus berbaring di tempat tidur sitokrom c akan mengaktivasi ensim kaspase yang dapat
atau duduk di kursi roda karena tetraplegia atau paraplegia. merusak DNA (asam deoksiribonukleat) sehingga
Data epidemiologik dari berbagai negara menyebutkan mengakibatkan kematian sel neuron karena apoptosis. Edema
bahwa angka kejadian (insidens) CMS sekitar 11,5 – 53,4 yang terjadi pada daerah iskemik akan memperparah kerusakan
kasus per 100.000 penduduk per tahun. Belum termasuk dalam sel neuron.
data tersebut jumlah penderita yang meninggal pada saat Beberapa minggu setelah itu, pada daerah lesi akan
terjadinya cedera akut. terbentuk jaringan parut yang terutama terdiri dari sel glia.
Akson yang rusak akan mengalami pertumbuhan (sprouting)
pada kedua ujung yang terputus oleh jaringan parut tersebut.
ETIOLOGI Akan tetapi hal ini tidak mengakibatkan tersambungnya
CMS terutama disebabkan oleh trauma. Selain itu, CMS kembali akson yang terputus, karena terhalang oleh jaringan
dapat pula disebabkan oleh kelainan lain pada vertebra, parut yang terdiri dari sel glia. Kondisi demikian ini diduga
misalnya arthropathi spinal, keganasan yang mengakibatkan sebagai penyebab terjadinya kecacatan permanen pada CMS.
fraktur patologik, infeksi, kelainan kongenital, dan gangguan
vaskular. CMS traumatik lebih sering terjadi di daerah servikal.
Diantara berbagai penyebab trauma spinal, yang tersering GAMBARAN KLINIS
dikemukakan adalah kecelakaan lalu lintas, olahraga, tembakan CMS akut dapat mengakibatkan renjatan spinal (spinal
senapan, serta bencana alam, misalnya gempa bumi. shock). Renjatan spinal (RS) merupakan sindrom klinik yang
sering dijumpai pada sebagian besar kasus CMS di daerah
PATOFISIOLOGI servikal dan torakal. RS ditandai oleh adanya gangguan
Trauma dapat mengakibatkan cedera pada medula spinalis menyeluruh fungsi saraf somatomotorik, somatosensorik, dan
secara langsung. Selain itu, trauma dapat pula menimbulkan otonomik simpatik. Gangguan somatik berupa paralisis flaksid,
fraktur dan instabilitas tulang belakang sehingga hilangnya refleks kulit dan tendon, serta anastesi sampai
mengakibatkan cedera pada medula spinalis secara tidak setinggi distribusi segmental medula spinalis yang terganggu.
langsung. Sedangkan gangguan otonomik berupa hipotensi sistemik,
Cedera sekunder berupa iskemia muncul karena gangguan bradikardia, dan hiperemia pada kulit. RS dapat berlangsung
pembuluh darah yang terjadi beberapa saat setelah trauma. selama beberapa hari sampai beberapa bulan. Semakin hebat
Iskemia mengakibatkan pelepasan eksitotoksin, terutama CMS yang terjadi, semakin lama dan semakin hebat pula RS
glutamat, yang diikuti influks kalsium dan pembentukan yang terjadi.

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 17


Sebagian besar CMS traumatik terjadi di daerah servikal. Terapi Gen
Akan tetapi yang paling sering mengakibatkan cedera berat Terapi gen menggunakan fragmen DNA untuk
adalah trauma di daerah torakal. Hal ini berkaitan dengan memperbaiki gen yang mengalami kerusakan atau cacat ,
penampang melintang kanalis spinalis di daerah torakal yang secara ex vivo maupun in vivo, dengan menggunakan vektor
lebih sempit dibanding servikal. CMS di segmen torakal dapat virus. Beberapa penelitian dengan menggunakan vektor
mengakibatkan paraplegia, disertai kelemahan otot interkostal adenovirus (AD) maupun herpes simpleks (HSV) mendapatkan
yang dapat mengganggu kemampuan inspirasi dan ekspirasi. peningkatan ekspresi bcl2 dan HSP72, sehingga mampu
Semakin tinggi segmen medula spinalis yang terkena, semakin mencegah kematian sel neuron karena apoptosis. Peneliti lain
berat pula gangguan fungsi respirasi yang terjadi. Cedera mendapatkan berkurangnya nekrosis sel neuron karena
setinggi segmen servikal (C4-C8) dapat mengakibatkan iskemia, setelah transfeksi dengan gen antagonis reseptor
tetraplegia dan kelemahan otot interkostal yang lebih berat, interleukin-1beta (IL-1β).
sehingga otot diafragma harus bekerja lebih keras. Cedera Meskipun ada penelitian klinik dengan terapi gen yang
servikal di atas segmen C4 dapat mengakibatkan pentaplegia, mendapatkan hasil yang baik, namun masih perlu waktu yang
yaitu tetraplegia disertai kelumpuhan otot diafragma dan otot panjang untuk penerapan terapi gen yang aman dan efektif
leher. Pada keadaan terakhir ini, diperlukan ventilator untuk untuk CMS.
membantu kelangsungan hidup penderita.
Terapi sel stem
Sel stem memiliki kemampuan klonogenik dan
TERAPI memperbaiki diri, serta berdiferensiasi menjadi berbagai jenis
Terapi umum CMS akut meliputi upaya dalam sel (totipoten).
memelihara fungsi organ untuk mencegah berbagai penyulit Sel stem embrionik (SSE) berasal dari sekumpulan sel di
pada sistem pernafasan, dan kardiovaskular, serta berbagai bagian dalam dari embrio mamalia pada awal konsepsi
prosedur penanganan trauma. (stadium blastosist). Dalam pembiakan, sebagian sel ini
Terapi farmakologik pada CMS akut, saat ini, terutama tumbuh menjadi prekursor neural. Prekursor neural yang
ditujukan untuk mencegah terjadinya cedera sekunder yang ditransplantasikan pada hewan percobaan yang mengalami
dapat mengakibatkan kematian sel neuron. Untuk mencegah neurodegenerasi apoptotik, akan bermigrasi ke daerah yang
terjadinya edema, dianjurkan pemberian metilprednisolon dosis mengalami degenerasi.. Selanjutnya, sel tersebut akan
tinggi yang dimulai dalam rentang waktu kurang dari 8 jam berdiferensiasi menjadi sel neuron dan menggantikan fungsi sel
setelah terjadinya cedera spinal akut. Meskipun begitu, neuron yang mengalami degenerasi.
prosedur ini belum memberikan hasil yang memuaskan. Penggunaan SSE yang berasal dari janin manusia saat ini
Dengan prosedur ini, harus diwaspadai timbulnya pneumonia, menghadapi banyak tantangan, karena bertentangan dengan
sepsis, dan kematian akibat penyulit pada sistem pernafasan. etika dan norma agama.
Gangliosida GM1, suatu senyawa kompleks karbohidrat Pada manusia dewasa, saat ini telah diketahui keberadaan
yang merupakan unsur pokok penyusun membran sel neuron, sel stem endogen, yaitu sel stem saraf (SSS) atau neuroblast.
telah diteliti pula untuk memperbaiki pertumbuhan dan SSS pada orang dewasa hanya terdapat dalam jumlah sedikit,
perkembangan sel neuron pada CMS. Namun sampai saat ini, karena sebagian besar telah mengalami proliferasi dan
pemakaian obat ini belum memberikan hasil yang memuaskan. diferensiasi pada masa tumbuh kembang. SSS terutama
Hasil yang sama juga diperoleh pada pemberian obat ini segera ditemukan di otak, yaitu di daerah subventrikuler,
setelah disuntikkan metilprednisolon dosis tinggi. periventrikularis lateralis, girus dentatus, hipokampus, dan
Untuk terapi farmakologik di masa mendatang, saat ini substansia alba subkortikal. Selain itu, populasi SSS juga
sedang dilakukan penelitian beberapa obat yang dapat ditemukan di sekitar kanalis sentralis medula spinalis. Jika
menghambat pembentukan jaringan parut oleh sel glia. terjadi kerusakan sel neuron, seperti yang terjadi pada CMS,
Beberapa jenis obat yang diharapkan dapat menghambat neuroblast di dekatnya akan bermigrasi ke daerah lesi.
pertumbuhan sel glia, antara lain antagonis reseptor Nogo, Selanjutnya, terjadi neurogenesis, yaitu proliferasi dan
inhibitor Rho kinase, dan antagonis proteoglikans kondroitin diferensiasi neuroblast menjadi sel neuron.
sulfat. Reseptor Nogo (NogoR) diekspresikan oleh sel neuron Pada hewan percobaan yang mengalami CMS di bagian
untuk merangsang pertumbuhan sel glia. NogoR terdapat pula dorsal, dijumpai peningkatan jumlah sel progenitor di sekitar
pada permukaan akson, untuk menghambat pertumbuhan akson kanalis sentralis, dan meluas ke bagian dorsal medula spinalis
melalui aktivasi Rho kinase. Sedangkan proteoglikans yang mengalami cedera.
kondroitin sulfat merupakan inhibitor yang kuat terhadap Beberapa faktor pertumbuhan, misalnya EGF (epidermal
pertumbuhan akson. growth factor), insuline-like growth factor-I, FGF-2 (fibroblast
Beberapa faktor pertumbuhan, terutama golongan growth factor-2), ikut berperan secara langsung dalam proses
neurotrofin, yang dapat mempengaruhi NogoR, diteliti pula neurogenesis. Pada beberapa penelitian dengan menggunakan
untuk merangsang pertumbuhan akson. Karena pertumbuhan hewan percobaan telah dibuktikan pula adanya peningkatan
akson juga dipacu oleh kadar cAMP (siklik adenosin berbagai faktor pertumbuhan tersebut.
monofosfat) yang tinggi, diduga inhibitor PDE Pemberian BMPs (bone morphogenetic proteins), suatu
(fosfodiesterase) dapat pula digunakan untuk pengobatan CMS. PGF (polypeptide growth factor), akan meningkatkan

18 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


diferensiasi neuroblast menjadi astrosit. Sedangkan antagonis KEPUSTAKAAN
BMPs, misalnya noggin, chordin, follistatin, cerberus, dan nr3, 1. Bambakidis NC et al. Endogenous Stem Cell Proliferation After Central
dapat menginduksi terjadinya diferensiasi neuronal. Nervous System Injury. Alternative Therapeutic Options. Neurosurg
Aktivasi lintasan Shh (sonic hedgehog) juga berperan Focus 2005; 19(3)
penting dalam memacu proliferasi dan diferensiasi neuroblast. 2. Bronner-Fraser M, Hatten MB Neurogenesis and Migration. In Squire LR
et al (eds). Fundamental Neuroscience 2nd ed. Academic Press,
Penambahan Shh pada tikus dewasa yang mengalami CMS Amsterdam, 2003. 391-416.
akibat kontusio spinal, menunjukkan perbaikan fungsi saraf dan 3. Cummings BJ et al. Human Neural Stem Cell Differentiate and Promote
konduksi aksonal yang lebih baik dibandingkan dengan hewan Locomotor Recovery in Spinal Cord-Injured Mice. PNAS 2005;
kontrol. 102(39):14069-74.
4. Han SSW, Fischer I. Neural Stem Cell and Gene Therapy: Prospects for
Induser SSS yang lain adalah asam retinoat (AR), suatu Repairing the Injured Spinal Cord. JAMA 2000; 283: 2300-1.
derivat vitamin A yang aktif secara biologik. Pada awal fase 5. Harris WA, Hartenstein V. Cellular Determination. In Squire LR et al
embrional, AR dihasilkan oleh sel mesoderm di medula (eds). Fundamental Neuroscience 2nd ed. Amsterdam: Academic Press,
spinalis melalui aktivasi ensim Raldh2. Melalui reseptor AR, 2003. pp.417-48.
6. Hefti FF. Drug Discovery for Nervous System Diseases. Wiley-
terjadi induksi proliferasi dan diferensiasi neuronal. Interscience, , California: John Wiley & Sons Inc2005. pp 205-24.
Sel stem dewasa lainnya adalah sel stem mesenchymal 7. Hof PR, Trapp BD, Vellis JD, Claudio L, Colman DR. Cellular
(SSM). SSM adalah sel stem non-hematopoietik yang berasal Components of Nervous Tissue. In Squire LR et al (eds). Fundamental
dari sumsum tulang darah tepi, yang dapat berdiferensiasi Neuroscience 2nd ed. Amsterdam :Academic Press. 2003
8. Karimi-Abdolrezaee S et al. Delayed Transplantation of Adult Neural
menjadi sel tulang, kartilago, tendon, jaringan lemak, dan Precursor Cells Promotes Remyelination and Functional Neurological
stroma sumsum tulang. Selain itu, SSM dapat pula Recovery after Spinal Cord Injury. J. Neurosci. 2006; 26(13):3377-89.
berdiferensiasi menjadi sel saraf. 9. Kassem M, Kristiansen M, Abdallah BM. Mesenchymal Stem Cell: Cell
Implantasi lokal SSM telah dilakukan pada hewan Biology and Potential Use in Therapy. Basic & Clin. Pharmacol. &
Toxicol. 2004; 95:209-14.
percobaan yang mengalami kerusakan tulang, baik secara ex 10. Keirstead HS et al. Human Embryonic Stem Cell-Derived
vivo maupun in vivo. Transplantasi sistemik pada anak yang Oligodendrocyte Progenitor Cell Transplants Remyelinate and Restore
mengalami osteogenesis imperfekta pun pernah dilakukan, Locomotion after Spinal Cord Injury. J. Neurosci. 2005;25(19): 4694-
akan tetapi hasilnya tidak memuaskan. Pernah pula dilakukan 4705.
11. Korbling M, Estrov Z. Adult Stem Cells for Tissue Repair – A New
kombinasi terapi sel stem dan terapi genetik dengan cara Therapeutic Concept? N Engl J Med 2003; 349:570-82.
modifikasi genetik pada SSM. Dengan cara ini, diharapkan 12. Lumsden A, Kintner C Neural Induction and Pattern Formation. In Squire
SSM akan lebih mampu mengekspresikan beberapa faktor yang LR et al (eds). Fundamental Neuroscience 2nd ed. Amsterdam: Academic
menginduksi proliferasi dan diferensiasi dalam jangka waktu Press, 2003. pp. 363-390.
13. Ropper AH, Brown RH. Adams and Victor’s Principles of Neurology 8th
lebih lama. ed. New York: McGraw-Hill Medical Publ. Div., 2005.
Terapi sel stem sampai saat ini masih dalam fase uji coba 14. Sanai N, Alvarez-Buylla A, Berger MS. Neural Stem Cell and the Origin
pada hewan. Untuk aplikasi klinik masih diperlukan of Glioma. N Engl J Med 2005; 353: 811-22.
pemahaman yang lebih mendalam tentang mekanisme 15. Santiago P, Fessler RG. Spinal Cord Trauma. In Bradley WG et al (eds).
Neurology in Clinical Practice 4th ed. Philadelphia: Butterworth
molekuler dan genetik yang berkaitan dengan proses Heinemann, 2004. pp 1149-78.
neurogenesis. Namun terapi sel stem mempunyai potensi 16. Teng YD et al. Functional Recovery Following Traumatic Spinal Cord
pengobatan yang menjanjikan kesembuhan dan harapan bagi Injury Mediated by A Unique Polymer Scaffold Seeded With Neural
para penderita CMS. Stem Cells. PNAS 2001; 99(5): 3024-9.

A careless master makes a negligent servant

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 19


ABSTRAK

Aplikasi Terapi Stem Cell


pada Luka Bakar
Nurhadi Ibrahim
Departemen Ilmu Fisiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia

Luka bakar akan menimbulkan kelainan fisiologis dan psikologis. Luka


bakar yang luas memerlukan penanganan khusus dan terintegrasi untuk
mencegah timbulnya berbagai komplikasi yang berat bahkan sampai
menimbulkan kematian. Penyebab utama kematian pada luka bakar yang luas
adalah sepsis yang berkaitan dengan luka terbuka yang luas. Penutupan atau
penyembuhan luka terbuka yang cepat dan permanen merupakan faktor yang
paling penting untuk menurunkan risiko timbulnya komplikasi yang berat.
Penyembuhan luka merupakan proses biologis yang dinamis meliputi
berbagai mekanisme yang kompleks yaitu; berbagai fase pembekuan darah,
proses inflamasi, proliferasi sel, pertumbuhan atau pembentukan pembuluh
darah baru dan rekonstruksi matriks ekstrasel atau repair and remodeling.
Interaksi faktor-faktor pertumbuhan dan sel epitel fibroblas dan sel endotel
berperan penting dalam proses biologis penyembuhan luka. Transplantasi
jaringan kulit sampai saat ini masih merupakan pilihan utama untuk menutup
jaringan kulit yang terbuka luas. Metode transplantasi ini menimbulkan
berbagai masalah seperti timbulnya jaringan parut, nyeri permanen pada
bagian kulit yang diambil dan lain lain.
Teknologi stem cell atau teknologi kultur jaringan sangat memungkinkan
untuk diterapkan pada terapi luka bakar yang luas guna menghilangkan
komplikasi yang ditimbulkan metode transplantasi jaringan kulit. Oleh karena
itu sudah saatnya dikembangkan teknologi stem cell di Indonesia.

Keyword: Luka bakar, penyembuhan luka, faktor pertumbuhan, fibroblast,


keratinocyte, stem cell

20 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Dasar-dasar Stem Cell


dan Potensi Aplikasinya
dalam Ilmu Kedokteran
Virgi Saputra
Business Development Corporate Department, PT Kalbe Farma Tbk. Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

Minat terhadap stem cell atau sel induk jelas meningkat dalam beberapa dekade terakhir
ini. Hal itu disebabkan karena potensi stem cell yang sangat menjanjikan untuk terapi
berbagai penyakit sehingga menimbulkan harapan baru dalam pengobatan berbagai penyakit.
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai definisi stem cell, jenis dan sifat stem cell, dan
potensi pemakaiannya untuk berbagai penyakit.

DEFINISI STEM CELL(1,2) 3. Multipotent. Dapat berdiferensiasi menjadi banyak jenis


Stem cell adalah sel yang tidak/belum terspesialisasi yang sel. Misalnya: hematopoietic stem cells.
mempunyai 2 sifat: 4. Unipotent. Hanya dapat menghasilkan 1 jenis sel. Tapi
1. Kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi sel lain berbeda dengan non-stem cell, stem cell unipoten
(differentiate). Dalam hal ini stem cell mampu berkembang mempunyai sifat dapat memperbaharui atau meregenerasi
menjadi berbagai jenis sel matang, misalnya sel saraf, sel diri (self-regenerate/self-renew)
otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas, dan lain-lain.
2. Kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi Berdasarkan Sumbernya(1,3,4)
dirinya sendiri (self-regenerate/self-renew). Dalam hal ini Stem cell ditemukan dalam berbagai jaringan tubuh.
stem cell dapat membuat salinan sel yang persis sama Berdasarkan sumbernya, stem cell dibagi menjadi:
dengan dirinya melalui pembelahan sel. 1) Zygote. Yaitu pada tahap sesaat setelah sperma bertemu
dengan sel telur
JENIS STEM CELL 2) Embryonic stem cell. Diambil dari inner cell mass dari
suatu blastocyst (embrio yang terdiri dari 50 – 150 sel,
Berdasarkan Potensi atau Kemampuan Berdiferensiasi(1,2,3) kira-kira hari ke-5 pasca pembuahan). Embryonic stem cell
Berdasarkan kemampuan berdiferensiasi, stem cell dibagi biasanya didapatkan dari sisa embrio yang tidak dipakai
menjadi: pada IVF (in vitro fertilization). Tapi saat ini telah
1. Totipotent. Dapat berdiferensiasi menjadi semua jenis sel. dikembangkan teknik pengambilan embryonic stem cell
Yang termasuk dalam stem cell totipotent adalah zigot yang tidak membahayakan embrio tersebut, sehingga dapat
(telur yang telah dibuahi). terus hidup dan bertumbuh. Untuk masa depan hal ini
2. Pluripotent. Dapat berdiferensiasi menjadi 3 lapisan mungkin dapat mengurangi kontroversi etis terhadap
germinal: ektoderm, mesoderm, dan endoderm, tapi tidak embryonic stem cell.
dapat menjadi jaringan ekstraembryonik seperti plasenta 3) Fetus. Fetus dapat diperoleh dari klinik aborsi.
dan tali pusat. Yang termasuk stem cell pluripotent adalah 4) Stem cell darah tali pusat. Diambil dari darah plasenta dan
embryonic stem cells. tali pusat segera setelah bayi lahir. Stem cell dari darah tali

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 21


pusat merupakan jenis hematopoietic stem cell, dan ada imun matur. Lalu tubuh diberi agen sitotoksik atau terapi
yang menggolongkan jenis stem cell ini ke dalam adult radiasi untuk membunuh sel-sel imun matur yang tidak
stem cell. mengenal self antigen (dianggap sebagai foreign antigen).
5) Adult stem cell. Diambil dari jaringan dewasa, antara lain Setelah itu hematopoietic stem cell dimasukkan kembali ke
dari: tubuh, bersirkulasi dan bermigrasi ke sumsum tulang untuk
• Sumsum tulang. berdiferensiasi menjadi sel imun matur sehingga sistem
Ada 2 jenis stem cell dari sumsum tulang: imun tubuh kembali seperti semula.
− hematopoietic stem cell. Selain dari darah tali pusat b. Penyakit degeneratif. Pada penyakit degeneratif seperti
dan dari sumsum tulang, hematopoietic stem cell stroke, penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, terdapat
dapat diperoleh juga dari darah tepi. beberapa kerusakan atau kematian sel-sel tertentu sehingga
− stromal stem cell atau disebut juga mesenchymal stem bermanifestasi klinis sebagai suatu penyakit. Pada keadaan
cell. ini stem cell setelah dimanipulasi dapat ditransplantasi ke
dalam tubuh pasien agar stem cell tersebut dapat
• Jaringan lain pada dewasa seperti pada: berdiferensiasi menjadi sel-sel organ tertentu yang
− susunan saraf pusat menggantikan sel-sel yang telah rusak atau mati akibat
− adiposit (jaringan lemak) penyakit degeneratif.
− otot rangka c. Penyakit keganasan. Prinsip terapi stem cell pada
− pankreas keganasan sama dengan penyakit autoimun. Hematopoietic
Adult stem cell mempunyai sifat plastis, artinya selain stem cell yang diperoleh baik dari sumsum tulang atau
berdiferensiasi menjadi sel yang sesuai dengan jaringan darah tali pusat telah lama dipakai dalam terapi leukemia
asalnya, adult stem cell juga dapat berdiferensiasi menjadi sel dan penyakit darah lainnya.
jaringan lain. Misalnya: neural stem cell dapat berubah menjadi
sel darah, atau stromal stem cell dari sumsum tulang dapat Ada beberapa alasan mengapa stem cell merupakan calon yang
berubah menjadi sel otot jantung, dan sebagainya. bagus dalam cell-based therapy:
1. Stem cell tersebut dapat diperoleh dari pasien itu sendiri.
Artinya transplantasi dapat bersifat autolog sehingga
PERAN STEM CELL DALAM RISET (1,8) menghindari potensi rejeksi. Berbeda dengan transplantasi
1. Terapi gen. organ yang membutuhkan organ donor yang sesuai
Stem cell (dalam hal ini hematopoietic stem cell) (match), transplantasi stem cell dapat dilakukan tanpa
digunakan sebagai alat pembawa transgen ke dalam tubuh organ donor yang sesuai.
pasien, dan selanjutnya dapat dilacak jejaknya apakah 2. Mempunyai kapasitas proliferasi yang besar sehingga
stem cell ini berhasil mengekspresikan gen tertentu dalam dapat diperoleh sel dalam jumlah besar dari sumber yang
tubuh pasien. Dan karena stem cell mempunyai sifat self- terbatas. Misalnya pada luka bakar luas, jaringan kulit
renewing, maka pemberian pada terapi gen tidak perlu yang tersisa tidak cukup untuk menutupi lesi luka bakar
dilakukan berulang-ulang, selain itu hematopoietic stem yang luas. Dalam hal ini terapi stem cell sangat berguna.
cell juga dapat berdiferensiasi menjadi bermacam-macam 3. Mudah dimanipulasi untuk mengganti gen yang sudah
sel, sehingga transgen tersebut dapat menetap di berbagai tidak berfungsi lagi melalui metode transfer gen. Hal ini
macam sel. telah dijelaskan dalam penjelasan mengenai terapi gen di
2. Mengetahui proses biologis, yaitu perkembangan atas.
organisme dan perkembangan kanker. Melalui stem cell 4. Dapat bermigrasi ke jaringan target dan dapat berintegrasi
dapat dipelajari nasib sel, baik sel normal maupun sel ke dalam jaringan dan berinteraksi dengan jaringan
kanker. sekitarnya.
3. Penemuan dan pengembangan obat baru, yaitu untuk
mengetahui efek obat terhadap berbagai jaringan Therapeutic Cloning(2,6)
4. Terapi sel berupa replacement therapy. Oleh karena stem
cell dapat hidup di luar organ tubuh manusia misalnya di Therapeutic cloning atau yang lebih panjangnya disebut
cawan petri, maka dapat dilakukan manipulasi terhadap SCNT (Somatic Cell Nuclear Transfer) adalah suatu teknik
stem cell itu tanpa mengganggu organ tubuh manusia. Stem yang bertujuan untuk menghindari risiko penolakan/rejeksi.
cell yang telah dimanipulasi tersebut dapat ditransplantasi Pada therapeutic cloning, inti sel telur donor dikeluarkan dan
kembali masuk ke dalam organ tubuh untuk menangani diganti dengan inti sel resipien misalnya diambil dari sel
penyakit-penyakit tertentu. mukosa pipi. Lalu sel ini akan membelah diri dan setelah
menjadi blastocyst, maka inner cell massnya akan diambil
Ada 3 golongan penyakit yang dapat diatasi oleh stem cell: sebagai embryonic stem cell dan setelah dimasukkan kembali
a. Penyakit autoimun. Misalnya pada lupus, artritis reumatoid ke dalam tubuh resipien maka stem cell tersebut akan
dan diabetes tipe 1. Setelah diinduksi oleh growth factor berdiferensiasi menjadi sel organ yang diinginkan (misalnya sel
agar hematopoietic stem cell banyak dilepaskan dari beta pankreas, sel otot jantung, dan lain lain), tanpa reaksi
sumsum tulang ke darah tepi, hematopoietic stem cell penolakan karena sel tersebut mengandung materi genetik
dikeluarkan dari dalam tubuh untuk dimurnikan dari sel resipien.

22 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


Keuntungan dan Kerugian Memakai Jenis Stem Cell TERAPI BERDASARKAN SEL (CELL-BASED
Tertentu dalam Cell-based Therapy(1,2,3,5,7) THERAPY)

Keuntungan embryonic stem cell: Dalam tulisan ini, pembahasan bersifat singkat dan hanya
1. Mudah didapat dari klinik fertilitas. membahas potensi stem cell pada sebagian kecil penyakit.
2. Bersifat pluripoten sehingga dapat berdiferensiasi menjadi
segala jenis sel dalam tubuh. Stem Cell untuk Diabetes(1)
3. Immortal. Berumur panjang, dapat berproliferasi beratus- Pada diabetes, terjadi kekurangan insulin atau kurangnya
ratus kali lipat pada kultur. kepekaan terhadap insulin. Dalam hal ini transplantasi sel pulau
4. Reaksi penolakan rendah. Langerhans diharapkan dapat memenuhi kebutuhan insulin.
Kerugian embryonic stem cell: Pada awalnya, kira-kira 10 tahun yang lalu, hanya 8%
1. Dapat bersifat tumorigenik. Artinya setiap kontaminasi transplantasi sel pulau Langerhans yang berhasil. Hal ini terjadi
dengan sel yang tak berdiferensiasi dapat menimbulkan karena reaksi penolakannya besar sehingga diperlukan
kanker. sejumlah besar steroid; padahal makin besar steroid yang
2. Selalu bersifat allogenik sehingga berpotensi menimbulkan dibutuhkan, makin besar pula kebutuhan metabolik pada sel
penolakan. penghasil insulin. Namun, baru-baru ini penelitian yang
3. Secara etis sangat kontroversial. dilakukan oleh James Shapiro dkk. di Kanada, berhasil
membuat protokol transplantasi sel pulau Langerhans dalam
Keuntungan umbilical cord blood stem cell (stem cell dari jumlah banyak dengan metode imunosupresi yang berbeda
darah tali pusat): dengan yang sebelumnya. Pada penelitian tersebut, 100%
1. Mudah didapat (tersedia banyak bank darah tali pusat). pasien yang diterapi transplantasi sel pulau Langerhans
2. Siap pakai, karena telah melalui tahap prescreening, pankreas tidak memerlukan injeksi insulin lagi dan gula
testing dan pembekuan. darahnya tetap normal setahun setelah transplantasi. Penelitian-
3. Kontaminasi virus minimal dibandingkan dengan stem cell penelitian yang sudah dilakukan untuk diabetes ini mengambil
dari sumsum tulang. sumber stem cell dari kadaver, fetus, dan dari embryonic stem
4. Cara pengambilan mudah, tidak berisiko atau menyakiti cell. Selanjutnya, masih dibutuhkan penelitian untuk
donor. menemukan cara membuat kondisi yang optimal dalam
5. Risiko GVHD (graft-versus-host disease) lebih rendah produksi insulin, sehingga dapat menggantikan injeksi insulin
dibandingkan dengan menggunakan stem cell dari sumsum secara permanen.
tulang, dan transplantasi tetap dapat dilakukan walaupun
HLA matching tidak sempurna atau dengan kata lain Stem Cell untuk Skin Replacement(4)
toleransi terhadap ketidaksesuaian HLA matching lebih Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai stem cell,
besar dibandingkan dengan stem cell dari sumsum tulang. maka peneliti telah dapat membuat epidermis dari keratinosit
yang diperoleh dari folikel rambut yang dicabut. Hal ini
Kerugian umbilical cord blood stem cell: memungkinkan transplantasi epidermis autolog, sehingga
1. Kemungkinan terkena penyakit genetik. Ada beberapa menghindari masalah penolakan. Pemakaian skin replacement
penyakit genetik yang tidak terdeteksi saat lahir sehingga ini bermanfaat dalam terapi ulkus vena ataupun luka bakar.
diperlukan follow up setelah donor beranjak dewasa.
2. Jumlah stem cell relatif terbatas sehingga ada Stem Cell untuk Penyakit Parkinson(1,9)
ketidaksesuaian antara jumlah stem cell yang diperlukan Pada penyakit Parkinson, didapatkan kematian neuron-
resipien dengan yang tersedia dari donor, karena jumlah neuron nigra-striatal, yang merupakan neuron dopaminergik.
sel yang dibutuhkan berbanding lurus dengan usia, berat Dopamin merupakan neurotransmiter yang berperan dalam
badan dan status penyakit. gerakan tubuh yang halus. Dengan berkurangnya dopamin,
maka pada penyakit Parkinson terjadi gejala-gejala gangguan
Keuntungan adult stem cell: gerakan halus. Dalam hal ini transplantasi neuron dopamin
1. Dapat diambil dari sel pasien sendiri sehingga menghindari diharapkan dapat memperbaiki gejala penyakit Parkinson.
penolakan imun. Tahun 2001, dilakukan penelitian dengan menggunakan
2. Sudah terspesialisasi sehingga induksi menjadi lebih jaringan mesensefalik embrio manusia yang mengandung
sederhana. neuron-neuron dopamin. Jaringan tersebut ditransplantasikan
3. Secara etis tidak ada masalah. ke dalam otak penderita Parkinson berat dan dipantau dengan
Kerugian adult stem cell: alat PET (Positron Emission Tomography). Hasilnya setelah
1. Jumlahnya sedikit, sangat jarang ditemukan pada jaringan transplantasi terdapat perbaikan dalam uji-uji standar untuk
matur sehingga sulit mendapatkan adult stem cell dalam menilai penyakit Parkinson, peningkatan fungsi neuron
jumlah banyak. dopamin yang tampak pada pemeriksaan PET; perbaikan
2. Masa hidupnya tidak selama embryonic stem cell. bermakna ini tampak pada penderita yang lebih muda. Namun
3. Bersifat multipoten, sehingga diferensiasi tidak seluas setelah 1 tahun, 15% dari pasien yang ditransplantasi ini
embryonic stem cell yang bersifat pluripoten. kambuh setelah dosis levodopa dikurangi atau dihentikan.

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 23


Stem Cell untuk Stroke(10,11,12) 3. Stem Cell – Wikipedia - http://en.wikipedia.org/wiki/Stem_cell
4. Stem Cells for Cell-Based Therapies, Lauren Pecorino – American
Dahulu dianggap bahwa sekali terjadi kematian sel pada Institute of Biological Science.
stroke, maka akan menimbulkan kecacatan tetap karena sel 5. Stem Cell Therapy – Research in focus - MRC (Medical Research
otak tidak mempunyai kemampuan regenerasi. Tapi anggapan Council)
berubah setelah para pakar mengetahui adanya plastisitas pada 6. Therapeutic Use of Cell Nuclear Replacement: Therapeutic Cloning –
Research in focus - MRC (Medical Research Council)
sel-sel otak dan pengetahuan mengenai stem cell yang 7. F2-S-Cord Blood Stem Cell Transplantation – Leukemia & Lymphoma
berkembang pesat belakangan ini. Society.
Beberapa penelitian dengan menggunakan stem cell dari http://www.leukemia-lymphoma.org/all_mat_toc.adp?item_id=9622
darah tali pusat manusia yang diberikan intravena kepada tikus 8. What Are Stem Cells? – CSA Guide to Discovery -
http://www.csa.com/discoveryguides/stemcell/overview.php
yang arteri serebri medianya dioklusi menunjukkan hasil yang 9. Transplantation of Embryonic Dopamine Neurons for Severe for Severe
menggembirakan. Ada pengurangan volume lesi sebanyak 40% Parkinson’s Disease . NEJM 2001;344:710 – 719
dan adanya kemampuan kembali ke 70% fungsi normal. 10. Intravenous Administration of Human Umbilical Cord Blood Reduces
Terdapat pemulihan fungsional pada kelompok yang Behavioral Deficits After Stroke in Rats. Stroke 2001;32:2682
11. Umbilical cord blood-derived stem cells given intravenously reduce
ditransplantasi stem cell dari darah tali pusat dibandingkan stroke damage. www.medicalnewstoday.com
dengan kelompok kontrol dan tampak stem cell dari darah tali 12. Autologous mesenchymal stem cell transplantation in stroke patients –
pusat bermigrasi masuk ke otak. Penelitian dengan Ann. Neurol. 2005 Jun;57(6):874-82
menggunakan mesenchymal stem cell (MSC) dari sumsum 13. Stem-Cell Transplantation in Myocardial Infarction: A Status Report –
Ann. Intern. Med. 2004 May;140(9):729 – 737
tulang autolog yang diberikan intravena pada 30 penderita
stroke juga memperbaiki outcome yang dinilai dari parameter
Barthel Index dan modified Rankin Scale.

Stem Cell untuk Penyakit Jantung(13)


Penelitian terkini memberikan bukti awal bahwa adult
stem cells dan embryonic stem cell dapat menggantikan sel otot
jantung yang rusak dan memberikan pembuluh darah baru.
Strauer dkk. mencangkok mononuclear bone marrow cell
autolog ke dalam arteri yang menimbulkan infark pada saat
PTCA 6 hari setelah infark miokard akut. Sepuluh pasien yang
diberi stem cell area infarknya menjadi lebih kecil dan indeks
volume stroke, left ventricular end-systolic volume,
kontraktilitas area infark, dan perfusi miokard menunjukkan
perbaikan dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Perin dkk. memberikan transplantasi bone marrow
mononuclear cells autolog yang diinjeksikan pada miokard
yang lemah dengan panduan electromechanical mapping pada
14 pasien gagal jantung iskemik kronik berat. Single-photon
emission computed tomography myocardial perfusion
scintigraphy menunjukkan penurunan defek yang signifikan
dan perbaikan fungsi sistolik ventrikel kiri global pada pasien
yang diterapi.

KEPUSTAKAAN

1. The Stem Cells – Stem cell information – The Official National Institute
of Health Resource for Stem cell Research
2. Anatomy 101: Stem cells – Reeve Irvine Research Center -
http://www.reeve.uci.edu/anatomy/stemcells.php

24 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


Grace is to the body what good sense is to the mind
(La Rochefoucauld)

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 25


TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Kultur dan Potensi Stem Cells


dari Darah Tali Pusat
Richard Prayogo, Maria Teresa Wijaya
Kalbe Farma Research Center, Jakarta

Semuanya dimulai dari tahun 1988 yaitu saat pertama kali permukaan sel darah merah yang ikut tertransplantasi (antigen
dilakukannya transplantasi allogeneic darah tali pusat ABO), namun ada juga literatur yang menyatakan bahwa
(umbilical cord blood) ke seorang anak penderita anemia inkompatibilitas ABO tidak menimbulkan reaksi GVHD yang
Fanconi di Paris(1). Keberhasilan ini membuka horison baru berat(5).
dalam pemanfaatan darah tali pusat yang sebelumnya dianggap Meskipun demikian, semua hal yang meningkatkan
tidak berguna dan mulai berkembanglah minat dunia sains kemungkinan terjadinya rejection harus diatasi, salah satunya
untuk meneliti lebih dalam tentang potensi yang terkandung di dengan cara memproses darah tali pusat sebelum transplantasi,
dalamnya. Saat ini darah tali pusat termasuk salah satu topik sehingga hanya stem cells yang bergunalah yang
yang paling banyak diminati di dunia riset. Hal ini disebabkan ditransplantasikan ke pasien. Dua proses yang umum dilakukan
oleh banyaknya keuntungan yang ditawarkan, terutama jika adalah red blood cells depletion dan volume reduction. Selain
dibandingkan dengan transplantasi sumsum tulang yang untuk menurunkan kemungkinan timbulnya reaksi
sebelumnya menjadi primadona. Darah tali pusat memiliki inkompatibilitas, kedua proses tersebut juga dilakukan untuk
immunogenicity yang lebih rendah (untuk review lihat Ryan et mempermudah penyimpanan jangka panjang. Berbagai macam
al, 2005(2)), isolasinya tidak membutuhkan prosedur yang metode bisa digunakan, contohnya metode Ficoll-Hypaque
invasif, dan untuk transplantasi tidak membutuhkan 100% yang digunakan untuk memisahkan mononuclear cells (MNC)
ketepatan HLA (human leucocyte antigen) (3). yang mengandung sel (stem cells) yang dibutuhkan. Sampai
Dalam artikel ini akan didiskusikan mengenai darah tali saat ini ada dua tipe stem cells yang telah ditemukan dalam
pusat, khususnya mengenai mesenchymal stem cells (MSC) darah tali pusat, yaitu hematopoietic stem cells dan me-
yang terkandung di dalamnya. Pembahasan akan meliputi sencyhmal stem cells. Sebenarnya masih ada beberapa tipe lain
aspek metode isolasi dan ekspansi sel ex vivo, aplikasinya yang juga sudah ditemukan, seperti neuron-like stem cells(6)
dalam terapi untuk degenerative diseases, serta rencana namun dua yang disebutkan di atas adalah yang sudah
pengembangan untuk terapi penuaan di masa depan dianalisis secara mendalam dan menyeluruh.

Darah tali pusat: isolasi dan pemrosesan awal Stem cells dalam darah tali pusat: kultur dan ekspansi
Darah tali pusat dapat diisolasi dengan dua cara, yaitu Masalah yang timbul dari pemrosesan darah tali pusat pra-
secara in utero (saat plasenta masih di dalam rahim) dan ex transplantasi adalah berkurangnya kuantitas stem cells yang
utero (saat plasenta sudah di luar rahim). Literatur bisa didapatkan. Hal ini diperparah oleh kenyataan bahwa
menunjukkan bahwa dengan isolasi secara in utero, bisa darah tali pusat memang hanya mengandung sedikit stem cells.
didapatkan 100ml darah sedangkan dengan isolasi secara ex Pada kenyataannya, dari setiap 1x108 MNC hanya bisa
utero hanya bisa didapatkan 80 ml(4). Pada mulanya, didapatkan 0-2.3 MSC clones (mean 1.1 ± 0.2) (7). Oleh karena
transplantasi dilakukan dengan whole blood yang berarti bahwa itu, untuk bisa memenuhi jumlah sel yang dibutuhkan untuk
darah tali pusat ditransplantasikan secara utuh, tanpa transplantasi, yang untuk manusia berkisar antara 106-108 sel
dipisahkan komponennya terlebih dahulu. Penggunaan whole per kg berat badan, diperlukan teknik untuk memperbanyak
blood untuk transplantasi memiliki risiko timbulnya reaksi jumlah sel secara ex vivo. Untuk bisa mendapatkan hasil
graft vs host disease (GVHD) yang lebih tinggi, antara lain ekspansi yang cepat dan memuaskan, ada beberapa hal yang
karena adanya inkompatibilitas yang disebabkan oleh antigen sangat penting untuk diperhatikan, yaitu (a) jeda yang tidak

26 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


melebihi 15 jam dari waktu pengambilan darah tali pusat dan bioreaktor memberikan lingkungan yang lebih kondusif untuk
isolasi MSC (b) volume darah tali pusat harus lebih dari 33ml proliferasi sel, meningkatkan growth rate, mengurangi
(c) jumlah MNC yang diisolasi harus melebihi 1x108 dan (d) kemungkinan kontaminasi, dan dengan demikian menghasilkan
tidak boleh ada tanda-tanda hemolisis dan koagulasi (7). ekspansi sel yang lebih efisien. Chen et al dalam percobaan
Banyak ilmuwan dari berbagai lembaga telah melakukan mereka membandingkan hasil ekspansi MSC yang diisolasi
kultur MSC, masing-masing dengan metode mereka sendiri. dari sumsum tulang belakang dengan dan tanpa menggunakan
Umumnya, media kultur yang dipergunakan adalah media bioreaktor. Mereka menemukan bahwa penggunaan bioreaktor
standar dengan suplemen fibroblast growth factor (FGF) untuk dapat meningkatkan efisiensi pengembangbiakan sel sambil
menunjang proliferasi sel, antibiotik untuk mengatasi tetap mempertahankan potensi diferensiasi mereka (10).
kontaminasi, serta serum dari bovine (fetal bovine serum, FBS)
ataupun calf (fetal calf serum, FCS). Untuk bisa melangkah Stem cells dalam darah tali pusat: sekilas mengenai aplikasi
maju ke penggunaan MSC sebagai terapi rutin di manusia, klinis
penggunaan animal-derived serum harus dihilangkan atau Saat ini penggunaan darah tali pusat dalam terapi klinis
dengan kata lain, kultur harus dilakukan secara xenofree. Hal lebih banyak dilakukan untuk pasien kanker yaitu dengan
ini untuk mencegah kemungkinan transfer patogen dari hewan transplantasi hematopoietic stem cells, sementara penggunaan
ke manusia serta untuk mencegah terjadinya kontaminasi MSC masih relatif lebih sedikit. Secara khusus, dalam terapi
protein hewan yang dapat menyebabkan reaksi penolakan. untuk penyakit degeneratif, MSC telah digunakan untuk
Ada beberapa alternatif untuk menggantikan penggunaan mengobati stroke dan Buerger’s disease. Namun keduanya
serum hewan dalam kultur, antara lain adalah penggunaan belum ada yang memasuki tahap clinical trial, percobaan
serum dari manusia, baik yang autologous (serum berasal dari masih hanya sampai pada tahap studi di mencit, tikus ataupun
pasien sendiri) maupun yang allogeneic (serum berasal dari case study di manusia dengan jumlah pasien yang sangat
orang lain), dan penggunaan media tanpa serum. terbatas.
Dalam laporan di jurnal Experimental Hematology Untuk terapi stroke, telah diteliti kegunaan sel CD34+ dan
penggunaan autologous serum dan FBS dalam kuantitas yang CD34- untuk me-repopulasi bagian otak tikus yang rusak akibat
sama memberikan hasil ekspansi kultur yang sama, ditinjau rusaknya pembuluh darah. Hasilnya menunjukkan bahwa
dari segi morfologi, tingkat proliferasi dan kemampuan transplantasi sel dari darah tali pusat mendorong mobilisasi sel-
diferensiasi. Bahkan penggunaan autologous serum dapat sel otak tikus menuju ke daerah lesi dan perbaikan performa
meningkatkan kemampuan MSC untuk berdiferensiasi menjadi tikus percobaan dalam behavioral test yang dilakukan. Dari
sel tulang(8). Walaupun hasil yang ditunjukkan nampak hasil penelitian post-mortem nampak bahwa mekanisme
menggembirakan, ada dua hal yang membatasi penggunaan perbaikan oleh sel-stem cells yang disuntikkan adalah terutama
autologous serum untuk ekspansi MSC berskala besar, yaitu melalui sekresi neurotrophic factors dan bukan melalui
berbedanya kandungan protein dalam serum tiap-tiap orang neurogenesis (11).
sehingga kuantitas growth factor yang dibutuhkan juga berbeda Dalam percobaan MSC untuk terapi Buerger’s disease,
dan terbatasnya jumlah serum yang bisa diambil dari satu orang. sebanyak empat orang pasien menerima transplantasi MSC
Alternatif lain adalah penggunaan allogeneic serum seperti yang diisolasi dari darah tali pusat dan semuanya menunjukkan
yang dilakukan oleh sekelompok ilmuwan dari Norwegia(9). perbaikan kondisi penyakit; nekrosis sel-sel kulit berkurang
Mereka menggunakan FBS, allogeneic serum dan autologous hanya dalam waktu empat minggu. Keberhasilan yang sama
serum untuk ekspansi MSC yang diisolasi dari sumsum tulang juga ditunjukkan dari hasil transplantasi MSC ke mencit
belakang. Hasilnya adalah bahwa ternyata penggunaan sebagai model (12).
allogeneic serum menyebabkan berhentinya metabolisme sel
dan apoptosis, sedangkan penggunaan autologous serum Darah tali pusat: looking to the future on rejuvenation
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan FBS. Setelah melihat potensi yang begitu besar dari darah tali
Dengan kurang memuaskannya hasil penggunaan serum pusat dalam terapi berbagai macam penyakit, maka ide
manusia serta adanya hambatan-hambatan dalam peng- berikutnya yang muncul ialah menerapkan darah tali pusat
gunaannya, alternatif yang tersisa adalah penggunaan serum- untuk terapi rejuvenasi bagi orang tua. PBB telah
free media. Ada beberapa pemasok produk bioteknologi yang mengeluarkan angka statistik per 2006 bahwa penduduk yang
memproduksi media bebas serum, sebagai gantinya ditam- berusia 60 tahun ke atas berjumlah 687 juta orang atau 1 dari
bahkanlah protein-protein komponen serum dengan komposisi 10 orang adalah manula(13). Dan angka ini akan terus
yang pasti, dan dengan begitu masalah yang timbul dari meningkat di masa mendatang. Melihat fakta bahwa populasi
ketidakpastian kandungan protein dalam serum dapat penduduk usia tua dunia semakin meningkat karena
dipecahkan. Walaupun demikian, tidak semua serum-free membaiknya pelayanan kesehatan masyarakat dan kemajuan
media bebas dari produk hewani karena beberapa komponen dunia kedokteran, potensi sel terapi untuk rejuvenasi amatlah
protein di dalamnya ada yang diproduksi dari hewan juga. besar nilainya.
Selain dari upaya menuju kultur xenofree, perkembangan Seperti kita ketahui dari berbagai macam teori tentang
lainnya adalah penggunaan bioreaktor untuk ekspansi MSC. proses penuaan (ageing), tubuh makhluk hidup akan menurun
Dengan bioreaktor, sistem kultur sel dilakukan tidak secara kemampuannya seiring dengan bertambahnya usia karena
statis seperti kultur biasa. Sistem kultur yang dinamis dengan mengalami banyak hal yang mendukung ke arah tersebut.

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 27


Berkurangnya kemampuan memperbaiki mutasi DNA, Selama kultur sel, kami akan juga terus memonitor keadaan
mempertahankan keseimbangan homeostasis radikal bebas, tidak terdiferensiasinya stem cell dengan teknik yang sudah
menjaga ketepatan siklus sel, serta memendeknya ujung umum seperti immunocytochemistry, flow cytometry, dan
telomer kromosom adalah ciri-ciri khas dari sel yang sudah reverse transcription PCR assay. Untuk percobaan di tikus,
menua (14). Bahkan beberapa jurnal juga menunjukkan bahwa kami akan menggunakan beberapa parameter kemampuan fisik
stem cells pun mengalami proses degenerasi seiring dan kognitif sebagai pembanding antara tikus yang muda dan
berjalannya waktu dengan ciri-ciri berkurangnya jumlah tua. Kedua parameter tersebut akan dianalisis melalui berbagai
passage dan population doubling, serta memendeknya telomere macam assay.
dari hasil eksperimen southern blotting(15) . Berkurangnya Jikalau segala sesuatu pada percobaan di tikus ini sukses,
kemampuan regeneratif stem cells pada organisme usia tua tahap berikutnya tentu saja akan kami lanjutkan pada clinical
merupakan salah satu faktor penunjang melemahnya tubuh di trial di manusia. Kita semua berharap terapi sel benar-benar
usia tua. akan terwujud sebagai obat dan penyembuhan generasi
Dengan mengansumsikan bahwa stem cells dari darah tali berikutnya.
pusat bisa menghasilkan regenerasi sel-sel dan jaringan-
jaringan yang rusak seperti pada contoh-contoh sebelumnya,
maka kita bisa berhipotesa bahwa stem cells dari darah tali
pusat bisa mendorong proses regenerasi dari komponen-
komponen tubuh yang sudah aus dimakan usia. Salah satu KEPUSTAKAAN
argumen kuat mengapa darah dari tali pusat dengan stem cells
di dalamnya merupakan kandidat terkuat untuk terapi 1. Gluckman E. et al. Hematopoietic reconstitution in a patient with
rejuvenasi ialah bahwa darah tali pusat merupakan sesuatu Fanconi’s anemia by means of umbilical-cord blood from an HLA-
yang masih segar dan baru. Darah tersebut mempunyai sifat identical sibling. N Engl J Med. 1989; .321:1174–8.
2. Ryan JM et al. Mesenchymal stem cells avoid allogeneic rejection. J.
“kemudaan” karena dihasilkan dari bayi yang baru lahir. Kami Inflammation. 2005; .2: 8-18.
berharap bahwa sesuatu yang masih baru dan segar ini bisa 3. Bradley MB, Cairo MS. Cord blood immunology and stem cells
menggantikan sel-sel yang sudah tua. Hipotesis dan argumen transplantation. Human Immunol. 2005; 66: 431- 46.
kami pun didukung oleh percobaan dari sekelompok ilmuwan 4. Craven CM, Ward K. Transfusion of fetal cord blood cells: an improved
method of hematopoietic stem cells transplantation? J Repro Immunol
dari Stanford Medical School yang melakukan isochromatic 1998; 42: 59-77.
dan heterochromatic parabiosis(16). Eksperimen ini 5. Wagner JE et al. Allogeneic sibling umbilical cord blood transplantation
menggunakan sepasang tikus, masing-masing tua dan muda in children with malignant and non-malignant disease. Lancet 1995; 346:
yang saling berbagi aliran darah. Hasil eksperimen 214-9.
6. Jurga M, et al. Neurogenic potential of human umbilical cord blood:
menunjukkan bahwa sel-sel dari darah muda bisa neural-like stem cells depend on previous long-term culture conditions. J
“menghidupkan kembali” sel-sel dari darah tua, namun tidak Neurosci Res. 2006; .83: 627-37.
sebaliknya. Peningkatan kemampuan regeneratif ini ditandai 7. Bieback K., et al. Critical parameters for the isolation of mesenchymal
dengan meningkatnya ekspresi dari ligan Notch, yaitu protein stem cells from umbilical cord blood. Stem Cells 2004; 22: 625-34.
8. Stute N et al. Autologous serum for isolation and expansion of human
Delta. Aktivasi Delta sendiri adalah salah satu penanda mesenchymal stem cells for clinical use. Exp Hematol. 2004; .32:1212-25.
biokimia dari aktivasi sel satelit (stem cells untuk sel otot). 9. Shahdadfar et al. In vitro expansion of human mesenchymal stem cells:
Oleh karena itu, kami dari Kalbe Farma Research choice of serum is a determinant of cell proliferation, differentiation, gene
Center tertarik sekali untuk menguji ampuhnya darah tali pusat expression and transcriptome stability. Stem Cells 2005; 23: 1357- 66.
10. Chen et al. Bioreactor expansion of human adult bone marrow derived
untuk terapi rejuvenasi. Konsep eksperimen yang akan kami mesenchymal stem cells (MSC). Stem Cells (August online publication)
lakukan cukup sederhana, walaupun sebenarnya detailnya 2006.
cukup rumit. Kami ingin menerapkan darah tali pusat ataupun 11. Boltze J et al. Experimental treatment of stroke in spontaneously
mesenchymal stem cells yang ada di dalam darah tali pusat hypertensive rats by CD34+ and CD34- cord blood cells. GMS Ger Med
Sci.3: Doc09. 2005.
kepada tikus tua dan mengecek efeknya melalui perbandingan 12. Kim SW et al. Successful stem cells therapy using umbilical cord blood
dengan tikus yang masih berusia muda. Untuk menerapkan derived multipotent stem cells for Buerger’s disease and ischemic limb
mesenchymal stem cell, kami perlu mengekspansi jumlah sel disease animal model. Stem Cells 2006; 24: 1620-1626.
terlebih dahulu sampai mencapai jutaan sel untuk cukup 13. United Nations Department of Economic and Social Affairs, Population
Division. 2006. http://www.un.org/esa/population/unpop.htm
diinjeksi kepada tikus. Tentunya selama ekspansi, sel-sel 14. Lou Z. , Chen J. Cellular senescence and DNA repair. Exp Cell Res.
tersebut harus kami pertahankan dalam wujud tidak 2006; .312: 2641-46.
terdiferensiasi alias masih murni stem cells. Untuk ekspansinya 15. Bonab MM, et al. Aging of mesenchymal stem cells in vitro. BMC Cell
akan digunakan medium yang tidak menggunakan serum dan Biology 2006; 7:14.
16. Conboy IM,et al. Rejuvenation of aged progenitor cells by exposure to a
tidak mengandung komponen protein dari hewan untuk youthful systemic environment. Nature 2005; 433: 760- 4.
menunjang impian kami mengejar kultur sel yang xenofree.

28 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Stem Cell Retina: Harapan Baru


untuk Mengatasi Kebutaan?

Meta W. Djojosubroto
Hôpital Ophtalmique Jules Gonin, Avenue de France 15
1044 Lausanne, Switzerland

Retinitis pigmentosa (RP) dan degenerasi makular akibat yang baru memiliki potensi untuk tetap menjadi stem cell atau
penuaan (DMP) merupakan dua jenis kebutaan yang menjadi suatu jenis sel dengan fungsi spesifik, misalnya sel
disebabkan oleh kelainan pada sel-sel fotoreseptor. Hingga saat otot, sel darah, atau sel otak.
ini belum ditemukan cara pengobatan yang paling sesuai untuk Berdasarkan asalnya, stem cell dibedakan menjadi stem
mengatasi kedua kondisi kebutaan tersebut. Walaupun cell embrio dan stem cell dewasa. Stem cell embrio diperoleh
demikian, penelitian telah menunjukkan kemajuan dalam dari embrio yang berkembang dari sel telur yang dibuahi sel
pengembangan beberapa terapi yang dapat digunakan. Salah sperma secara in vitro, dilakukan di klinik fertilisasi in vitro,
satunya adalah dengan menggunakan stem cells yang dan didonasikan untuk riset dengan sepengetahuan donor.
ditransplantasikan pada retina. Berbeda dengan stem cell embrio, stem cell dewasa umumnya
Penyakit degenerasi dan trauma pada sistem saraf sentral berada di beberapa jaringan tertentu dan berfungsi
yang terjadi pada otak, retina, maupun sumsum tulang belakang menghasilkan sel-sel yang membentuk jaringan tersebut.
merupakan sumber utama kelumpuhan jangka panjang. Pada Contohnya stem cell hematopoetik pada sumsum tulang
retina, degenerasi dapat terjadi pada sel-sel fotoreseptor, yang belakang dapat menghasilkan berbagai jenis sel darah seperti
dapat menyebabkan antara lain retinitis pigmentosa (RP). RP eritrosit dan leukosit. Stem cell embrio memiliki potensi
adalah penyakit mata keturunan. Pada pasien RP, degenerasi tertinggi (totipotensi atau multipotensi) untuk berkembang
sel fotoreseptor terjadi secara bertahap menyebabkan hilangnya menjadi hampir semua jenis sel pada tubuh, sedangkan stem
penglihatan secara progresif. Jumlah penderita RP diperkirakan cell dewasa memiliki potensi berkembang yang lebih rendah
memiliki rasio 1:4000 dan gejala klinis umumnya timbul pada (pluripotensi) karena umumnya terbatas pada jenis-jenis sel
usia 20-30 tahun. Selain RP, penyakit degenerasi retina lain tertentu.
yang menyebabkan hilangnya penglihatan sentral secara Sampai saat ini, penelitian stem cell pada umumnya masih
progresif adalah degenerasi makular akibat penuaan (DMP). berkutat pada pertanyaan-pertanyaan dasar: bagaimana
DMP umumnya terjadi pada usia 60-70 tahun, dan merupakan mengarahkan stem cell agar dapat berdiferensiasi menjadi jenis
penyebab utama kebutaan pada orang-orang yang berusia lebih sel yang diperlukan untuk mengobati kondisi tertentu (misalnya
dari 55 tahun. Sampai saat ini belum ada metode penyembuhan neuron untuk mengobati penyakit Parkinson), bagaimana
RP maupun DMP. Walaupun demikian, para peneliti telah memastikan sel-sel tersebut tetap hidup setelah transplantasi,
berhasil mengembangkan beberapa metode pengobatan yang bagaimana supaya sel-sel tersebut tidak ditolak oleh sistem
menjanjikan, antara lain dengan artificial retinal implants1, imun inang, serta bagaimana mencegah terjadinya pembelahan
terapi gen2,3, transplantasi stem cell4, maupun pemberian nutrisi sel yang tak terkendali yang dapat berakibat kanker.
khusus5,6.
Stem cells untuk pengobatan
STEM CELLS Transplantasi stem cells pada berbagai jaringan dan organ,
Stem cells adalah sel-sel yang memiliki potensi tinggi terutama penggunaan stem cells hematopoetik dari darah tali
untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel dalam tubuh. pusat (cord blood) untuk pengobatan penyakit darah, sangat
Pada dasarnya, stem cells berfungsi sebagai salah satu menjanjikan. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi
mekanisme perbaikan tubuh. Dengan kemampuan membelah peningkatan penggunaan darah tali pusat untuk pengobatan
diri yang dapat dikatakan tak terhingga, stem cells dapat pasien dari berbagai golongan usia. Jepang telah menggunakan
menggantikan sel-sel yang rusak atau mati sepanjang hidup darah tali pusat pada lebih dari 50% transplantasi pada pasien
suatu organisme. Jika suatu stem cell membelah, sel anakan anak-anak maupun dewasa. Di Amerika Serikat, darah tali

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 29


pusat juga telah digunakan lebih dari 50% dari total berintegrasi pada lapisan retina menjadi mentah bila tidak
transplantasi pada anak-anak, sedangkan pada pasien dewasa diikuti oleh kemampuan stem cell donor untuk berdiferensiasi
mendekati 20%7. menjadi jenis sel retina yang tepat. Hasil uji ternyata
Keberhasilan transplantasi stem cells pada jaringan darah menunjukkan bahwa walaupun stem cells hipokampus berhasil
sayangnya belum berhasil diikuti keberhasilan pada sistem berintegrasi dan menunjukkan morfologi yang menyerupai sel
saraf. Pada saat ini, pengobatan penyakit saraf seperti penyakit neuron, tidak ditemukan penanda-penanda khas retina pada sel-
Parkinson, Alzheimer, atau degenerasi sel retina dengan sel tersebut, yang mengisyaratkan bahwa neuron dari stem cell
transplantasi stem cells masih terlalu dini untuk dilakukan. hipokampus tersebut belum mampu menggantikan fungsi
Walaupun demikian, percobaan transplantasi stem cell saraf neuron retina.
pada berbagai hewan percobaan telah menunjukkan berbagai Kemampuan stem cell hipokampus mengenten pada retina
kemajuan yang makin mendekatkan penggunaan stem cells dan bahkan berdiferensiasi menjadi neuron menimbulkan
untuk pengobatan penyakit saraf ke arah klinik (diulas di pemikiran bahwa penggunaan stem cell yang benar-benar
Ref.8). berasal dari retina mungkin memberikan hasil yang lebih baik.
Bersama dengan laboratorium Dr. van der Kooy, grup kami
TRANSPLANTASI PADA RETINA telah berhasil mengembangkan metode isolasi stem cells retina
Transplantasi menggunakan enten (graft) retina pada otak manusia dari donor berbagai usia (prenatal hingga 70-an
inang neonatal menunjukkan bahwa enten retina dapat sintas tahun)12. Stem cell retina dewasa tersebut ditemukan pada
(survive), berkembang, dan bahkan membuat hubungan saraf daerah pars plicata dan pars plana pada retinal ciliary margin,
dengan otak inang9. Hasil eksperimen tersebut menimbulkan dengan rasio 1:50012.
asumsi bahwa penggunaan enten retina yang ditransplantasikan Dalam penelitian kami, selain stem cell retina manusia
pada retina lain bisa lebih mudah menghasilkan hubungan saraf juga digunakan stem cell retina dewasa yang diisolasi dari
dibandingkan enten retina pada otak. Sayangnya, ternyata tidak mencit. Sel-sel tersebut dapat dikultur hingga lebih dari satu
semudah itu. Selama lebih dari satu dekade terakhir para tahun (setara dengan sekitar 1046 sel) menunjukkan bahwa
peneliti retina masih berkutat pada permasalahan pengentenan, kondisi kultur yang digunakan dapat menunjang self-renewal
sintasan, dan diferensiasi sel-sel yang ditransplantasikan. sel-sel tersebut13. Lebih meyakinkan lagi, hasil uji kimia
Teknik bedah mata modern telah memungkinkan imunitas dan RT-PCR menunjukkan bahwa sel-sel tersebut
transplantasi sel pada daerah subretina. Transplantasi mengekspresikan protein nestin, yaitu protein pada rangka sel
menggunakan kumpulan sel-sel yang berbentuk lembaran epitelial saraf immature yang merupakan penanda sel saraf
diperkirakan lebih menjanjikan daripada transplantasi progenitor14, dan protein Bmi1 yang merupakan penanda stem
menggunakan sel-sel tunggal. Salah satu hasil eksperimen yang cell. Selain Bmi1, penanda stem cell lainnya yang sering
menggunakan metode tersebut dilaporkan oleh group Maureen digunakan adalah Notch, Numb, Musashi-1 dan Presenilin.
A. McCall10. Retina dari fetus tikus normal ditransplantasikan Selain itu ada pula penanda inti seperti FGF4, Fz9, Sox2, dan
pada retina tikus yang memiliki mutasi pada gen rhodopsin. Nucleostemin yang banyak digunakan sebagai penanda stem
Rhodopsin adalah pigmen di retina yang berperan dalam cell saraf15,16.
pembentukan sel fotoreseptor pada fetus dan dalam persepsi Selain dari jaringan otak maupun retina, sel-sel retina
cahaya pada mata dewasa. Karena tidak adanya rhodopsin, dapat pula dihasilkan dari stem cells embrio. Baru-baru ini,
tikus mutan mengalami degenerasi retina seperti pada RP. grup Thomas Reh dari University of Washington di Seattle,
Beberapa minggu setelah transplantasi, uji histologi Amerika Serikat, telah mempublikasikan hasil penemuan
menunjukkan bahwa retina donor dapat mengenten dengan mereka mengenai kondisi kultur yang dapat digunakan untuk
baik. Yang lebih menarik lagi, retina tikus inang menunjukkan menginduksi stem cell embrio manusia menjadi sel-sel retina
respon saat diberi rangsangan cahaya pada daerah transplantasi, (sel-sel ganglion dan amakrin)17.
sementara daerah yang tidak mendapat transplan tidak Walaupun keberhasilan mengisolasi dan membiakkan stem
memberikan respon karena fotoreseptornya telah mengalami cell retina secara in vitro sangat menjanjikan, sayangnya belum
degenerasi. Walaupun hasil penelitian ini sangat menjanjikan, cukup untuk menjamin penggunaannya untuk mengatasi
kelemahannya adalah diperlukannya banyak embrio sebagai kebutaan. Masalah yang dihadapi peneliti stem cell di seluruh
donor retina untuk dapat meliput seluruh retina mata dewasa. dunia antara lain adalah bagaimana mengatur sintasan dan
Hal ini jelas tidak mungkin dilakukan pada manusia dan dalam diferensiasi sel-sel yang telah mengenten. Sel yang
hal ini stem cells menjadi donor yang lebih menjanjikan. ditransplantasikan harus dari tahap yang tepat agar dapat
Sebagaimana penggunaan stem cells pada penyakit saraf menyintas dengan baik, dan agar kemudian dapat
lainnya, stem cell untuk mengobati kebutaan akibat RP atau berdiferensiasi menjadi sel yang tepat untuk mengobati
DMP hingga saat ini masih dalam tahap penelitian. Beberapa penyakit yang menjadi target. Salah satu cara misalnya dengan
grup peneliti telah menunjukkan kemajuan yang membesarkan melakukan priming dengan kondisi in vitro tertentu selama 7
hati. Salah satu contohnya adalah transplantasi stem cell dari hari sebelum transplantasi, yang terbukti menunjang sintasan
hipokampus yang disuntikkan ke vitreous mata. Hasil stem cells saraf fetus tikus setelah transplantasi18.
pengamatan setelah 4 minggu menunjukkan bahwa sel-sel Untuk mengetahui cara menginduksi diferensiasi yang
tersebut dapat bermigrasi dari vitreous menuju berbagai lapisan tepat dilakukan eksperimen menggunakan berbagai kombinasi
retina11. Walaupun menjanjikan, keberhasilan sel donor faktor pertumbuhan sel secara in vitro. Salah satu studi yang

30 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


sedang saya lakukan adalah upaya mengarahkan stem cell agar fotoreseptor21. Saat ini kami mencoba berbagai pendekatan lain
berdiferensiasi menjadi sel-sel retina yang spesifik, misalnya dalam teknik transplantasi, selain juga berupaya meningkatkan
agar menjadi sel-sel fotoreseptor, bipolar, amakrin, dan pengetahuan dan kemampuan kami dalam memproduksi stem
sebagainya. Penting untuk diketahui bahwa sel-sel retina cell retina yang berada dalam tahap yang tepat untuk
terbentuk dengan urutan yang spesifik. Pada perkembangan transplantasi.
mata pra- dan post-natal, sel retina yang pertama terbentuk
adalah sel ganglion retina, diikuti oleh fotoreseptor runjung Hal-hal yang dapat dilakukan saat ini dan di masa depan
(cone) dan sel-sel amakrin. Kemudian muncul sel horisontal untuk menunjang riset stem cell retina
yang diikuti fotoreseptor batang (rod). Sel bipolar dan sel glia Untuk dapat mencapai keberhasilan penggunaan stem cells
Müller merupakan sel-sel yang terbentuk paling akhir pada retina untuk mengobati kebutaan, para peneliti perlu
neurogenesis19. Jelas bahwa organisasi sel-sel pada retina mengembangkan eksperimennya secara sederhana namun tepat
terbentuk melalui suatu proses perkembangan yang rumit yang pada sasaran. Banyak masalah yang perlu diselesaikan sebelum
mengikutsertakan berbagai faktor instrinsik dan ekstrinsik. transplantasi dapat diterapkan pada manusia, dan setiap usaha
Penelitian menunjukkan bahwa faktor ekstrinsik sangat ke arah itu harus multidisiplin, mulai dari riset sains yang
mempengaruhi pembentukan sel-sel retina. Perkembangan paling mendasar hingga yang paling klinis. Selain itu,
fotoreseptor batang didorong oleh berbagai faktor, antara lain penerapan berbagai metode baru seperti tissue engineering
fibroblast growth factor-2 (FGF-2), sonic hedgehog (SHH) dan dapat meningkatkan keberhasilan transplantasi.
laminin b2. Ciliary neurotrophic factor (CNTF) dan leukemia Kemampuan untuk menginduksi diferensiasi stem cells
inhibitory factor (LIF) diketahui berperan menghalangi menjadi sel-sel retina secara in vitro walaupun belum dapat
diferensiasi fotoreseptor batang dengan mendorong sel-sel yang digunakan untuk transplantasi pada manusia tidak menjadi
sedang berdiferensiasi menjadi fotoreseptor batang untuk percuma. Sel-sel retina yang spesifik seperti fotoreseptor sangat
membentuk sel-sel bipolar. Secara in vitro, retinoic acid berguna misalnya untuk skrining kandidat obat yang dapat
diketahui mendorong diferensiasi fotoreseptor. Activin A juga memproteksi fotoreseptor terhadap degenerasi. Selain itu, sel-
diketahui meregulasi diferensiasi pada perkembangan retina. sel tersebut juga dapat digunakan untuk uji coba transplantasi
Selanjutnya diketahui pula bahwa protein Prox-1 pada hewan percobaan.
mempengaruhi keluarnya sel progenitor retina dari siklus sel, Mengingat proses transplantasi pada hewan kecil
dan ditemukan pada sel-sel horizontal, bipolar dan amakrin (misalnya mencit dan tikus) memiliki banyak halangan teknis,
sepanjang perkembangan retina. Selain itu, ada pula Math3 dan transplantasi telah mulai dicoba pada hewan percobaan yang
NeuroD yang meregulasi spesifikasi sel amakrin. Walaupun lebih besar, misalnya pada babi22. Transplantasi menggunakan
kemajuan teknologi transgenik telah membawa pengertian hewan besar sangat berguna untuk menentukan keberhasilan
lebih lanjut terhadap pekembangan retina, masih perlu banyak graft secara lebih akurat, serta dapat digunakan untuk
penelitian yang dilakukan sebelum peneliti dapat dengan mengembangkan metode operasi transplantasi yang selanjutnya
mudah memanipulasi dan mengontrol diferensiasi stem cell dapat digunakan di klinik.
retina.
Eksperimen in vitro yang grup kami lakukan berusaha
meniru keadaan pembentukan mata pada fetus. Pada saat
cawan optik terbentuk, sel-sel yang membentuk lensa mata KEPUSTAKAAN
mensekresikan FGF ke sel-sel di sekitarnya, termasuk sel-sel
yang kemudian akan menjadi retina. Grup kami berusaha 1. Chow AY et al. The artificial silicon retina microchip for the treatment
meniru kondisi ini dengan memaparkan kultur stem cells of vision loss from retinitis pigmentosa. Arch. Ophthalmol. 2004;122,
terhadap FGF-2 selama 2 hari (tahap priming), diikuti dengan 460-469.
2. Yanez-Munoz,RJ et al. Effective gene therapy with nonintegrating
pemberian B27 (suplemen yang mengandung retinoic acid). lentiviral vectors. Nat. Med. 2006; 12: 348-353.
Metode tersebut terbukti efektif untuk menginduksi stem cell 3. Kostic,C. et al. Activity analysis of housekeeping promoters using self-
retina menjadi sel neuron retina (57%), termasuk sel-sel dengan inactivating lentiviral vector delivery into the mouse retina. Gene Ther.
penanda sel fotoreseptor (antara 25-35% dari jumlah sel 2003; 10: 818-821
4. Otani,A. et al. Rescue of retinal degeneration by intravitreally injected
total)20. Saat ini, kami sedang mencoba berbagai kombinasi adult bone marrow-derived lineage-negative hematopoietic stem cells. J.
faktor ekstrinsik untuk menginduksi diferensiasi in vitro Clin. Invest 2004; 114: 765-774
menjadi sel-sel retina yang lain dengan jumlah yang lebih 5. Schmidt-Erfurth,U. Nutrition and retina. Dev. Ophthalmol. 2005; 38,
banyak. 120-147
6. Berson,E.L. Nutrition and retinal degenerations. Int. Ophthalmol. Clin.
Secara in vivo, grup kami telah melakukan transplantasi 2000; 40: 93-111
stem cells retina pada vitreous mata mencit. Setelah 4 minggu, 7. Rubinstein,P. Why cord blood? Hum. Immunol. 2006; 67: 398-404
sebagian besar sel-sel tersebut telah bermigrasi secara acak ke 8. Lindvall,O., Kokaia,Z. Stem cells for the treatment of neurological
lapisan sel ganglion dan beberapa sel mencapai lapisan inner disorders. Nature 2006; 441: 1094-1096
9. Klassen,H. & Lund,R.D. Retinal transplants can drive a pupillary reflex
plexiform. Sel-sel tersebut berdiferensiasi menjadi jenis sel in host rat brains. Proc. Natl. Acad. Sci. USA 1987; 84: 6958-6960.
retina sesuai dengan lapisan retina di mana sel-sel tersebut 10. Sagdullaev BT, Aramant RB, Seiler MJ, Woch G,. McCall MA. Retinal
berintegrasi. Sayangnya, dalam eksperimen ini, grup kami tidak transplantation-induced recovery of retinotectal visual function in a
berhasil menemukan sel yang berdiferensiasi menjadi rodent model of retinitis pigmentosa. Invest Ophthalmol. Vis. Sci. 2003 ;
44:1686-1695.

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 31


11. Young MJ, Ray J, Whiteley SJ, Klassen H, Gage FH. Neuronal 17. Lamba DA, Karl MO, Ware CB, Reh TA. Efficient generation of retinal
differentiation and morphological integration of hippocampal progenitor progenitor cells from human embryonic stem cells. Proc. Natl. Acad. Sci.
cells transplanted to the retina of immature and mature dystrophic rats. U S A 2006.
Mol. Cell Neurosci. 2000; 16:197-205. 18. Gao J. et al. Transplantation of primed human fetal neural stem cells
12. Coles BL et al. Facile isolation and the characterization of human retinal improves cognitive function in rats after traumatic brain injury. Exp.
stem cells. Proc. Natl. Acad. Sci. U S A 2004; 101:15772-15777. Neurol. 2006.
13. Angenieux B, Schorderet DF, Arsenijevic Y. Epidermal growth factor is a 19. Young RW. Cell differentiation in the retina of the mouse. Anat. Rec.
neuronal differentiation factor for retinal stem cells in vitro. Stem Cells 1985; 212: 199-205
2006; 24: 696-706. 20. Merhi-Soussi F et al. High Yield of Cells Committed to the Photoreceptor
14. Lendahl U, Zimmerman LB, McKay RD. CNS stem cells express a new Fate from Expanded Mouse Retinal Stem Cells. Stem Cells 2006.
class of intermediate filament protein. Cell 1990; 60: 585-595. 21. Canola K. et al. Retinal stem cells transplanted into models of late stages
15. Cai J. et al. Properties of a fetal multipotent neural stem cell (NEP cell). of retinitis pigmentosa preferentially adopt a glial or a retinal ganglion
Dev. Biol. 2002;251: 221-240 cell fate. 2006. Ref Type: Unpublished Work
16. Tsai RY, McKay RD. A nucleolar mechanism controlling cell 22. Warfvinge K. et al. Retinal progenitor cell xenografts to the pig retina:
proliferation in stem cells and cancer cells. Genes Dev. 2002;16: 2991- morphologic integration and cytochemical differentiation. Arch.
3003 Ophthalmol. 2005; 123: 1385-1393.

Cermin Dunia Kedokteran merasa sangat kehilangan atas meninggalnya :


Bapak Sriwidodo WS
Salah seorang yang pengabdiannya untuk Majalah Cermin Dunia Kedokteran
sejak awal sangat berarti dalam membesarkan majalah ini
di RS Husada, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 2006

32 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Penggunaan
Human Mesenchymal Stem Cells
untuk Perbaikan Tulang Rawan Sendi
pada Osteoarthritis
telaah literatur

Adiwirawan Mardjuadi, Rheumatologist


Medika Reuma Klinik Jakarta, Indonesia

PENDAHULUAN secara baik dan efisien.(2) Teori anabolisme dan katabolisme


OA (Osteoarthritis ) adalah penyakit sendi yang paling diperkuat dengan low synthesis dan high degradation cartilage
banyak dijumpai dan merupakan penyebab sakit, nyeri dan dapat menerangkan terjadinya OA. Marker untuk
disabilitas dengan frekuensi 15-40 % untuk usia 40-50 tahun sintesis/anabolisme kartilago yaitu collagen type II A
dan lebih dari 80% menjelang usia 70 tahun(1). Tulang rawan meningkat di sendi OA pada stadium dini tapi menurun di
sendi yang baik dengan lubrikasi normal penting sekali untuk serum; sedangkan Type II C telopeptide merupakan marker
mempertahankan fungsi dari sendi. Studi epidemilogi degradasi / katabolisme. (3)
melaporkan bahwa kelainan radiografik yang timbul pada OA
lutut tidak selalu paralel dengan keluhan penderitanya terutama Proses patogenesis OA dijelaskan dalam 4 stadia (gambar
sebelum usia 45 tahun, kecuali setelah usia 65 tahun (grafik 1-4).
1).(2)

PATOGENESIS
OA perdefinisi adalah destruksi tulang rawan sendi /
articular cartilage (chondrolysis) sebagian akibat kegagalan Gb 1. Tulang rawan sendi normal. Khondrosit normalnya dikelilingi oleh
ruangan yang kaya akan protein adhesion dan adhesines
khondrosit untuk mempertahankan keseimbangan normal (fibronectine, collagene mineur seperti typeIX, collagen VI,
antara sintesis dan degradasi matriks sehingga terjadi edema di tenascine) Ruangan periseluler membatasi khondrosit dengan
subchondral dan timbul hipertrofi tulang rawan/osteofit dan matrix extraselular. matrix extraselular yang essensial terdiri dari
akhirnya reaksi radang sinovial. Telah diketahui bahwa rantai-rantai fibre collagen type II yang terbenam di dalam
proteoglycanes yang kaya akan bahan untuk lubrikasi.Collagen
khondrosit artikular yang avaskular merupakan satu-satunya sel type II bersama-sama proteoglycan diperkuat oleh protein
yang ada di sendi dan mempunyai kapasitas untuk mensintesis, lainnya seperti collagen type IX dan fibromoduline. bekerja
mengorganisasi dan mengatur komposisi matrik sekitarnya menstabilisasi struktur tulang rawan(4)

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 33


sebagai sumber sel kandidat untuk pembentukan khondrosit.
HMSCs terdapat di sumsum tulang dan jaringan lain seperti
periosteum dan perichondrium yang dapat berdiferensiasi
menjadi human chondrocyte in vivo dan in vitro. HMSCs
berdiferensiasi menjadi multipotential mesenchymal lineage
antara lain, tulang, otot, ligamen, tendon, adiposa dan marrow.
Oleh karena itu hHMSCs setelah diisolasi, ekspansi,
purifikasi dan dimanipulasi secara genetik cocok digunakan
sebagai khondrosit yang mature dalam proses cell-based
cartilage repair. Peranan khondrosit sangat vital dalam
pengobatan OA.(6)

Gb. 2. Melukiskan adanya imbalans/ketidak seimbangan antara sintesis


dan katabolisme pada proses terjadinya OA Proses anabolik
dimotori oleh stimulasi pembentukan collagen type II, proteoglygan
dan enzim inhibitor terhadap TGFB sedangkan di sisi lainnya proses
katabolisme terjadi dengan pelepasan sitokin pro–inflamasi seperti
IL-1 dan TNF alpha yang dihasilkan oleh autokrin dari khondrosit..
Sitokin tersebut memproduksi enzim-enzim untuk memecah
komponen matriks collagen type II dan agrecane serta fibronectine
menjadi fragmen-fragmen dari fibronectine.(4)

Gb. 4. Fase kongestif pada tulang subchondral, akhirnya dapat


menimbulkan jaringan sikatrik yang ireversibel. Merupakan akibat
dari berlanjutnya proses tersebut di atas sehingga kerusakan
jaringan rawan sendi berlanjut, edema subkhondral dan reaksi
pembentukan osteofit sebagai respon tulang subkhondral atas
inflamasi melalui osteoblast.(4)

Gb. 3. Khondrosit juga mensekresi plasmin, plasminogen aktivator (UPA),


terutama MMP (metalloproteases) yang selanjutnya mensekresi
stromelysine, agrecanase, collagenase dan gelatinase. yang berfungsi
memecah/degradasi matriks makromolekul. MMP pada keadaan
normal dikontrol oleh inhibitor spesifik TIMP. Proses katabolisme
ini mestimulasi sintesis matriks seperti proteoglycans yang pada
mulanya berhasil meningkat/anabolik, akhirnya mengalami
kemunduran/insufisien untuk mengimbangi katabolisme
tersebut.(circle vitiosus).(4)

PENGOBATAN DAN PERANAN STEM CELLS


Pengobatan OA menggunakan NSAID, Coxib,
Glukosamin, Khondroitin sulfat, Asam Hyaluronat Intra
Artikular (5) serta pengurangan berat badan, latihan sendi dan
fisioterapi. Pada kasus berat kadang-kadang perlu operasi
koreksi dan penggantian sendi.
Belakangan ini selain pengobatan dengan apa yang disebut
autolog chondrocyte transplant juga dikembangkan tissue
engineering of articular cartilage dengan menggunakan
multipotential human adult mesenchymal stem cells (hMSCs) Gb. 5. Daun telinga kelinci setelah berbagai perlakuan

34 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


Gambar 5 memperlihatkan sel khondrosit normal mampu mengekspresikan secara bermakna terutama di articular
mengkoreksi konsentrasi proteoglikan dan mengembalikan cartilage dan mengencode sekresi SCRG 1.(12)
fungsi seperti semula pada percobaan kelinci. Daun telinga Dengan bantuan RT-PCR terlihat bahwa articular
kelinci yang disuntik dengan enzim chymopapain menjadi cartilage dan sumsum tulang mengekpresikan SCRG 1 secara
kolaps 4 hari kemudian; kembali tegak 5 hari berikutnya bermakna dibandingkan dengan jaringan otak dan jantung.
setelah penyuntikan khondrosit.(7) Demikian pula penyuntikan SCRG 1 merupakan salah satu gen spesifik yang memenuhi
intraartikular ke dalam lutut kelinci menyebabkan penyusutan kriteria untuk pembentukan articular cartilage secara in vitro.
kadar proteoglikan 50 % di ruang sendi dan kembali seperti Ekspresi SCRG 1 tergantung dari deksametason (Dex)
sebelumnya setelah 2-3 minggu. Jelas peranan dari keutuhan pada saat khondrogenesis in vitro. Telah diketahui sebelumnya
sel khondrosit sangat penting, tetapi regulasinya hingga kini bahwa Dex dapat menginduksi hMSCs in vitro untuk
(7) berdiferensiasi menjadi osteoblast, myoblast dan adipocytes.
belum diketahui.
Ada hubungan antara human chondrocyte senescence Secara klinis penggunaan Dex pada OA dapat memperburuk
dengan pertambahan usia dan peningkatan timbulnya OA(9) /mempercepat degradasi kartilago. Efek samping tersebut dapat
sejajar dengan umur khondrosit donor, dan pemendekan ini dihambat dengan aplikasi Dex melalui ekspresi SCRG1 untuk
berhubungan dengan perubahan di fenotip asosiasi dengan cell stimulasi khondrogenesis sebagai rekayasa jaringan articular
senescence expression dari SA beta Gal, enzim petanda cartilage.(12)
keuzuran (senescence) dan aktivitas mitosis yang diukur MSC engineering dapat memberikan hasil yang lebih baik.
dengan inkorporasi H3–thymidin. Ternyata studi tersebut tidak Beberapa problem yang harus dibahas adalah mengenai biologi,
memberikan kesimpulan bahwa cell senescence yang survival dan kapasitas MSCs mempopulasikan ke jaringan host,
menyebabkan peningkatan risiko OA, akan tetapi menurunnya juga efektifitas MSCs topikal dibandingkan dengan MSCs
(12)
kapabilitas khondrosit untuk mempertahankan fungsi articular sistemik.
(9)
cartilage tersebut sehubungan dengan bertambahnya usia.
Ada 3 tipe cell senescence yaitu cell senescence
(irreversible growth arrest accompanied by loss of phenotype), KESIMPULAN
replicate senescence (Hayflick limit, in vitro after certain Selain pengobatan konvensional dan pembedahan,
doublings) dan progressive senescence (decline of proliferative transplantasi khondrosit autolog disertai hMSCs untuk
activity and loss of differentiated phenotype) (8). OA adalah regenerasi khondrosit diharapkan berperanan penting dalam
pre-senescence yang diumpamakan sebagai penyakit pengobatan OA di masa mendatang.
(9)
Alzheimer dari khondrosit.
Oshima Y et al. melaporkan perangai transplantasi bone Email penulis: reuma@cbn.net.id
marrow derived mesenchymal cells yang mengandung
mesenchymal stem cells (MSCs) berasal dari tikus transgenik.
KEPUSTAKAAN
MSCs tikus transgenik yang telah dikultur (hanging drop
culture), setelah difiksasi dengan fibrin glue ditranplantasi ke
tikus liar. Setelah 24 minggu terjadi reparasi/perbaikan defek 1. Bandt de Michel, Donnees epidemiologiques. Dalam : Arthrose, La prise
en charge global. Labo. Pharmascience, hal. 6.
dan subkhondral. Adanya sel GFP positif mengindikasi 2. Dequeker J. Epidemiologie. Dalam : Osteoartrose, hal. 17.
berhasilnya tranplantasi setelah diobservasi selama 24 minggu. 3. Sandell LJ. Is there a Role for Anabolism in Osteoarthritis. ACR Annual
Sel GFP positif ternyata jumlahnya menurun dengan waktu. Meeting. San Diego, Nov 12-17, 2005.
GFP tidak menimbulkan imunoreaksi, juga bisa dianggap 4. Amor Bernart. Vie, survie et mort du cartilage au cours de l”arthrose:
poits d’impact therapeutiques. Dalam : La gonarthrose. Pathology
sebagai transplantasi autolog dengan survivability yang nyata. Science, Paris: John Libbey 1999, hal. 43-58.
Hasil ini diharapkan bisa digunakan sebagai tissue engineering 5. Gerard D, Brocq O, Roux CH et al. Intra-articular injection of hyaluronic
dalam proses regenerasi defek osteokhondral menggunakan acid (Durolane) for hip osteoarthritis: an open study. Presented at
original hyalin cartilage dan tulang subkhondral.(11) EULAR, Berlin, June 2004.
6. Bradley J, Johnson D. Dalam: Lecture Note on Molecular Medicine.
Kemajuan peranan cartilage tissue engineering dari Stolz JF (ed.) Blackwell Science, 2nd ed., 2002. hal. 90-9.
hMSCs untuk pengobatan OA mendapat titik terang dengan 7. Altman RD, Luescher. Osteoarthritis: is there potential for
ditemukannya Scrapie Responsive Gene 1 (SCRG 1) gene (11). condroprotective therapy. In vitro & in vivo studies. Eular Publ., Basel,
Observasi mikroskopis sering menunjukkan reparasi cartilage Switzerland 1991, hal. 10-2.
8. Aigner T. Osteoarthritis - derangement of matrix and cells. ACR Annual
yang heterogen dan tidak akurat pada OA sehingga selain Meeting, San Diego, Nov 12-17, 2005.
pembentukan cartilage sering berlanjut ke arah hipertropi. 9. Martin JA, Buckwalter JA. Human chondrocyte senescence and
Telah diketahui bahwa setelah high tibial valgus osteotomy osteoarthritis, Biorheology 39, 2002. 145-52 dikutip dari Mechano
degenarasi pada OA dapat memperbaiki/regenerasi sendiri. biology: Cartilage and Chondrocyte Vol.2. 2004
10. Yasushi O et al. Behavior of Transplanted Bone Marrow-derived GFP
Reaksi reparatif ini menunjukkan bahwa khondrosit artikular Mesenchymal Cells in Osteochondral Defect as a Stimulation of
dapat mensekresi factor bioaktif yang dapat menginduksi Autologous Transplantion ..J.Histochem Cytochem 2005; 53: 207-216,
pembentukkan articular cartilage yang berasal dari sel 11. Ochi K et al. A predominantly articular cartilage-associated gene SCRG1
progenitor termasuk hMSCs. Proses ini juga bisa terjadi pada is induced by glucocorticoid and stimulates chondrogenesis in vitro.
Osteoarthritis and Cartilage 2006 ;14 : 30-38.
OA. Berdasarkan ide tersebut maka dilakukan cDNA 12 Pountos I et al. Growing Bone and Cartilage : The role of mesenchymal
microarray analysis untuk mengidentifikasi gen yang mampu stem cells. J.Bone Joint Surg . April 1, 2006 : 421-426

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 35


ULASAN

Penyakit yang Berhubungan


dengan Penghambatan Apoptosis

Rochman Naim
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor, Jawa Barat, Indonesia

Pada mahluk hidup multiseluler, homeostasis dipertahan- sel normal untuk dapat bertahan hidup pada lingkungan non-
kan melalui keseimbangan antara proliferasi/perkembang- fisiologiknya. Sel-sel tumor metastatik dapat menghindari
biakan sel dan kematian sel. Dengan ketiadaan perubahan mekanisme homeostatik ini dan dapat bertahan hidup pada
dalam laju proliferasi sel, perubahan dalam laju kematian sel lingkungan yang berbeda dengan lingkungan/jaringan tempat
dapat mengakibatkan terjadinya akumulasi atau kehilangan sel. mereka berkembang. Untuk melakukan proses ini, sel-sel
Akumulasi sel terjadi bila laju kematian sel lebih rendah tumor harus meningkatkan kemampuannya untuk tidak
dibanding proliferasi sel, sebaliknya bila laju kematian sel lebih terikat/tergantung dari faktor-faktor bertahan hidup yang
besar maka kehilangan sel akan terjadi. membatasi distribusinya. Kemajuan yang telah dicapai saat ini
Walaupun telah banyak diketahui tentang kontrol dari telah membuka basis molekuler tentang peningkatan resistensi
proliferasi sel, kontrol dari kematian sel masih sangat sedikit sel tumor terhadap apoptosis, dan beberapa gen yang kritikal
diketahui dan masih terus dipelajari. Kematian sel secara dalam regulasi apoptosis telah diketahui.
fisiologik terjadi terutama melalui bentuk kematian sel yang Gen BCL2 ditemukan pertama kali lokasinya pada sisi
disebut dengan apoptosis. Keputusan dari suatu sel mengalami translokasi antara kromosom 14 dan 18, dan berada dalam
apoptosis dapat dipengaruhi oleh sejumlah rangsangan dari luar kebanyakan limfoma folikuler manusia(3). Sebagai suatu
sel. oncogene, pada awalnya BCL2 ditemukan memiliki sedikit atau
Kegagalan sel untuk mengalami kematian sel apoptotik tidak ada kemampuan untuk meningkatkan progresi siklus sel
mungkin melibatkan patogenesis dari sejumlah penyakit atau proliferasi sel. Namun, terjadinya overekspresi dari BCL2
manusia yang meliputi penyakit-penyakit yang dikarakterisasi secara spesifik menghambat sel untuk mengalami apoptosis
dengan terjadinya akumulasi sel, yaitu kanker, penyakit dalam responnya terhadap sejumlah rangsangan(4). Lebih lanjut,
autoimun, dan penyakit viral tertentu. Akumulasi sel dapat introduksi gen yang menghambat fungsi BCL2 dapat
berasal dari proliferasi sel yang meningkat atau kegagalan sel menginduksi apoptosis pada sejumlah tipe tumor. Hal ini telah
untuk melakukan proses apoptosis terhadap rangsangan yang menghantarkan pada suatu hipotesis bahwa kebanyakan tumor
sesuai. Walaupun banyak perhatian telah difokuskan pada secara kontinyu bersandar pada produk gen BCL2 atau gen
peran potensial dari proliferasi sel pada penyakit-penyakit di yang berhubungan dengan BCL2 untuk mencegah kematian sel.
atas, makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa perubahan- Sesuai dengan hipotesis ini, ekspresi BCL2 telah berhubungan
perubahan dalam kontrol sel yang dapat bertahan hidup dengan prognosis yang buruk pada kanker prostat, kanker
merupakan hal yang penting dalam patogenesis penyakit di atas kolon, dan neuroblastoma(5).
yang disebut juga dengan penyakit proliferatif. Gen BCL2 merupakan salah satu dari sejumlah gen yang
dapat mengontrol proses awal apoptosis suatu sel(6). Pada sel
tumor yang dikultur, overekspresi BCL2 atau gen yang
KEMATIAN SEL DALAM KANKER berhubungan ditemukan mendukung resistensi sel terhadap
Sel-sel dari sejumlah tumor ganas (malignancy) pada kematian dalam responnya terhadap agen kemoterapetika
manusia memiliki kemampuan yang menurun untuk mengalami seperti cytosine arabinoside, methotrexate, vincristine, dan
apoptosis dalam responnya terhadap beberapa rangsangan cisplatin(7). Penemuan ini telah memberi gambaran baru karena
fisiologik(1). Hal ini lebih terlihat pada tumor-tumor yang agen kemoterapi pada awalnya diduga membunuh sel dengan
bersifat metastatik. Kebanyakan sel normal tergantung pada menginduksi kerusakan metabolik yang irreversible yang
faktor-faktor spesifik lingkungannya untuk mempertahankan berakibat kematian nekrosis sel target. Saat ini terlihat bahwa
viabilitasnya(2). Ketergantungan ini yang mungkin mencegah mekanisme primer kebanyakan agen kemoterapetika dalam

36 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


menginduksi kematian sel terjadi melalui penyimpangan transgenik memperlihatkan adanya overekspresi BCL2 pada
fisiologi seluler yang berakibat terinduksinya apoptosis. Hal ini sel-sel B-nya(14). Mencit strain nonobese diabetik (NOD)
sesuai dengan penemuan bahwa overekspresi BCL2 atau gen memperlihatkan adanya hubungan antara lokus BCL2 dan
yang berhubungan secara in-vitro dapat mengakibatkan diabetes autoimun(15).
fenotipe resistensi multidrug. Investigasi terhadap peran apoptosis dalam perkembangan
Sejumlah agen kemoterapetika bekerja dengan cara penyakit autoimun pada manusia seperti systemic lupus
menginduksi kerusakan DNA. Kematian sel dalam responnya erythematosus, rheumatoid arthritis, psoriasis, dan
terhadap kerusakan DNA pada banyak kasus merupakan akibat autoimmune diabetes mellitus mulai meningkat. Perubahan
dari apoptosis. Produk gen p53 dibutuhkan oleh sel untuk kepekaan limfosit terhadap kematian apoptosis secara in vitro
menginduksi apoptosis dalam responnya terhadap kerusakan telah dilaporkan pada beberapa penyakit di atas(16).
genotoksik(8). Hal ini terlihat pada tumor yang tidak memiliki
gen p53 ternyata tidak dapat mengalami apoptosis dalam
responnya terhadap kerusakan DNA yang diinduksi oleh agen KEMATIAN SEL DALAM INFEKSI VIRAL
kemoterapetika dan radiasi(9). Sel-sel yang tidak dapat Kerusakan fisiologi sel sebagai akibat infeksi virus dapat
mengalami apoptosis dalam responnya terhadap kerusakan menyebabkan sel yang terinfeksi mengalami apoptosis.
DNA mungkin lebih cenderung untuk memperoleh Kematian sel yang terinfeksi mungkin digambarkan sebagai
penyimpangan genetik dibanding sel yang normal. Kesalahan suatu mekanisme pertahanan seluler untuk mencegah propagasi
atau kekeliruan dalam “perbaikan” DNA yang rusak dapat virus. Sel T sitotoksik juga beraksi untuk mencegah
berkontribusi terhadap laju mutasi yang tinggi yang telah penyebaran virus dengan mengenal dan membunuh sel-sel
diobservasi pada banyak kasus kanker manusia. yang mengandung peptida viral dalam kaitannya dengan
Tumor promoter seperti phorbol myristate acetate (PMA) molekul kelas I dari kompleks histokompatibilitas utama
dan alpha-hexachlorocyclo-hexane dapat bertindak sebagai permukaan sel(17). Sel T dapat menginduksi kematian sel
faktor spesifik untuk bertahan hidup bagi sel-sel yang dengan aktivasi program endogen kematian sel dari sel target.
memperlihatkan perkembangan tumor(10). Hal ini menunjukkan Sel T sitotoksik menginduksi apoptosis dengan aktivasi
bahwa penghambatan apoptosis merupakan hal yang lebih reseptor Fas pada permukaan sel target atau dengan introduksi
penting dalam perkembangan tumor ganas. protease seperti granzyme B yang mengaktivasi apoptosis dari
dalam sitoplasma sel target(18).
Untuk menghindari sistem pertahanan host, sejumlah virus
KEMATIAN SEL DAN AUTOIMUNITAS telah mengembangkan mekanisme untuk merusak regulasi
Regulasi fisiologik dari kematian sel merupakan hal normal apoptosis dalam sel yang terinfeksi. Sebagai contoh
esensial untuk “pemusnahan” limfosit yang secara potensial infeksi adenoviral yang efektif tergantung pada fungsi protein
autoreaktif dalam perkembangannya dan untuk “pemusnahan” E1B dengan berat molekul 19 kDa(19). Protein ini telah
sel-sel yang berlebih setelah selesainya respon imun. memperlihatkan penghambatan secara langsung apoptosis, dan
Kegagalan memusnahkan sel autoimun yang meningkat selama fungsinya pada adenovirus dapat digantikan oleh BCL2.
perkembangan atau yang berkembang sebagai hasil mutasi Sekuens primer dan analisis mutasional menunjukkan bahwa
somatik selama respon imun dapat mengakibatkan penyakit ada kemiripan struktural di antara kedua gen E1B dan BCL2(20).
autoimun. Hasil pada hewan model telah mendemonstrasikan Gen BHRF1 dari virus Epstein-Barr dan gen LMW5-HL dari
pentingnya disregulasi apoptosis dalam etiologi penyakit virus African swine fever memiliki sekuens dan fungsi yang
autoimun. Sebagai contoh, satu molekul yang penting dalam mirip dengan BCL2(21).
regulasi kematian sel pada limfosit adalah reseptor permukaan Gen viral lainnya yang tidak memiliki kemiripan dengan
sel yang dikenal dengan nama Fas, anggota dari famili reseptor BCL2 dapat juga menghambat apoptosis. Sebagai contoh gen
tumor necrosis factor (TNF)(11). Stimulasi Fas pada limfosit p35 dan inhibitor of apoptosis gene (IAP) yang ditemukan pada
yang teraktivasi dapat menginduksi apoptosis. Dua bentuk dari baculovirus dapat menghambat apoptosis dalam responnya
penyakit autoimun yang bersifat herediter berhubungan dengan terhadap sejumlah rangsangan(22). Kemampuan p35 untuk
apoptosis berperantara Fas (Fas-mediated apoptosis)(12). menghambat apoptosis tidak tergantung pada ekspresi protein
Mencit (mouse) strain MRL-lpr, yang memperlihatkan viral lainnya. Virus pox terlihat menghambat apoptosis dengan
systemic lupus erythematosus yang fatal pada umur 6 bulan, memproduksi inhibitor molekul efektor kematian interleukin-
memiliki suatu mutasi pada reseptor Fas. Sebaliknya, mencit 1 -converting enzyme (ICE). ICE merupakan suatu cysteine
strain GLD, yang memperlihatkan penyakit yang mirip, protease yang berhubungan erat dengan protein yang dikode
memiliki suatu mutasi pada Fas ligand(12). Pada manusia telah oleh gen kematian sel ced3 pada cacing Caenorhabditis
diidentifikasi adanya bentuk Fas yang disekresikan(13). Pasien elegans. Produk gen ced3 dibutuhkan oleh sel untuk
systemic lupus erythematosus memiliki level Fas soluble yang mengalami apoptosis selama perkembangan dalam C.
meningkat, yang mungkin secara kompetitif menghambat elegans(23). Gen crmA dari virus cowpox berfungsi sebagai
interaksi Fas ligand-Fas. Akibatnya akan terjadi penurunan inhibitor ICE(24). Gen crmA dapat menghambat apoptosis
apoptosis berperantara Fas yang akan mendukung akumulasi dalam responnya terhadap sejumlah rangsangan dan juga
sel-sel autoimun pada penyakit tersebut di atas. Penyakit dibutuhkan untuk menghambat perkembangan respon inflama-
autoimun mirip lupus yang juga dilaporkan pada mencit torik terhadap sel-sel yang terinfeksi virus cowpox(24,25).

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 37


Pencegahan apoptosis juga penting untuk pembentukan KEPUSTAKAAN
viral latency. Virus Epstein-Barr membentuk infeksi laten pada 1. Hoffman B, Liebermann DA. Oncogene 1994; 9: 1807.
sel-sel B. Gen viral LMP-1 yang diproduksi selama infeksi 2. Boudreau N, Sympson CJ, Werb Z, Bissel MJ. Science 1995; 267: 891.
laten secara spesifik meregulasi upstream ekspresi BCL2, yang 3. Tsujimoto Y, Gorham J, Cossman J, Jaffe E, Croce CM. Science 1985;
secara potensial mengakibatkan sel yang terinfeksi laten 229: 1390.
4. Hockenbery DM, Oltvai ZN, Yin XM, Milliman CL, Korsmeyer SJ.,
bertahan hidup(26). Infeksi kronis dari virus Sindbis juga telah 1993. Cell 75: 241.
dilaporkan tergantung pada ekspresi BCL2 sel host(27). 5. Hague A, Moorghen M, Hicks D, Chapman M, Paraskeva C. Oncogene
1994; 9: 3367.
Inhibitor-inhibitor Apoptosis 6. Oltvai ZN, Milliman CL, Korsmeyer SJ. Cell 1993; 74: 609.
Inhibitor fisiologik Gen-gen viral Agen farmakologik 7. Miyashita T, Reed JC. Blood 1993; 81: 151.
8. Lowe SW, Schmitt EM, Smith SW, Osborne BA, Jacks T. Nature 1993;
362: 847.
1. Faktor 1. Adenovirus E1B 1. Inhibitor calpain
9. Lowe SW et al. Science 1994; 266: 807.
pertumbuhan 2. Baculovirus p35 2. Inhibitor cysteine
10. Bursch W et al. Carcinogenesis 1990; 11: 847.
2. Matriks 3. Baculovirus IAP protease
11. Watanabe-Fukunaga R, Brannan CI, Copeland NG, Jenkins NA, Nagata
ekstraseluler 4. Cowpox virus crmA 3. Tumor promoter:
S. Nature1992; 356: 314.
3. Ligand CD40 5. Epstein-Barr virus PMA, fenobarbital,
12. Suda T, Takahashi T, Golstein P, Nagata S. Cell 1993; 75: 1169.
4. Asam amino BHRF1, LMP-1 alfa hexachloro-
13. Cheng J et al. Science 1994; 263: 1759.
netral 6. African swine fever cyclohexane
14. Strasser A et al. Proc Natl Acad Sci USA 1991; 88: 8661.
5. Zinc virus LMW5-HL
15. Garchon HJ, Luan JJ, Eloy L, Bedossa P, Bach JF. Eur J Immunol.
6. Estrogen 7. Herpesvirus √1 34.5 1994; 24: 380.
7. Androgen
16. Emlen W, Niebur J, Kadera R. J Immunol. 1994; 152: 3685.
17. Henkart PA. Immunity 1994; 1: 343.
18. Kagi D et al. Science 1994; 265: 528.
Penyakit-penyakit Penghambat Apoptosis 19. Rao L. et al. Proc Natl Acad Sci USA 1992 ; 89: 7742.
20. Boyd JM et al. Cell 1994; 79: 341.
1. Kanker: follicular lymphomas, carcinoma dengan mutasi p53, 21. Neilan JG et al. J Virol. 1993 ; 67: 4391.
hormone-dependent tumor (breast cancer, prostate cancer, ovarian 22. Sugimoto A, Friesen PD, Rothman JH. EMBO J. 1994; 13: 2023.
cancer) 23. Miura M, Zhu H, Rotello R, Hartwieg EA, Yuan J. Cell 1993; 75: 653.
2. Penyakit autoimun: systemic lupus erythematosus, immune-mediated 24. Ray CA et al. Cell 1992; 69: 597.
glomerulonephritis 25. Gagliardini V et al. Science 1994; 263: 826.
3. Infeksi viral: herpesvirus, poxvirus, adenovirus 26. Henderson S et al. Cell 1991; 65: 1107.
27. Levine B et al.. Nature 1993; 361: 739.

Good books, like good friends, are few and chosen ;


the more select, the more enjoyable
(AB Alcott)

38 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Antioksidan dalam Diet


dan Karsinogenesis
Jansen Silalahi
Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia

ABSTRAK

Pada keadaan normal pergantian dan peremajaan sel akan terjadi sesuai kebutuhan melalui
proliferasi sel dan apoptosis (kematian sel terprogram) di bawah pengaruh proto-onkogen dan gen
supresor tumor. Perubahan DNA yang terjadi di dalam proto-onkogen dan gen supresor tumor
akan mengubah kecepatan proliferasi dan apoptosis. Keadaan demikian dapat menyebabkan
proliferasi tanpa terkendali dan berakhir menjadi kanker. Kerusakan oksidatif pada DNA akibat
radiasi, radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif yang bersifat oksidatif merupakan penyebab
penting kanker. Radikal bebas yang dibentuk di dalam tubuh akan menginduksi proses apoptosis
yang menyebabkan kematian sel termasuk sel tumor dan berarti menghambat karsinogenesis.
Antioksidan adalah peredam radikal bebas, dan secara epidemiologis antioksidan dalam makanan
terutama sayur dan buah bersifat protektif terhadap kanker. Akan tetapi hasil penelitian
eksperimental tentang hubungan antara antioksidan dan karsinogenesis tidak konsisten. Pendapat
yang menyatakan bahwa antioksidan bersifat antikanker masih memerlukan penelitian yang lebih
rinci. Fakta yang telah ada menunjukkan bahwa konsumsi suplemen antioksidan tunggal dosis
tinggi secara sembarangan perlu dihindari.

PENDAHULUAN didiagnosis menderita kanker(1,2). Oleh karena itu perlu


ditelusuri peran antioksidan terhadap kesehatan khususnya
Berdasarkan data epidemiologis, ada hubungan antara kanker. Lagipula hasil penelitian eksperimental mengenai sifat
meningkatnya konsumsi antioksidan dalam diet dan protektif antioksidan pada insidensi kanker tidak konsisten.
menurunnya insidensi kanker. Data ini didukung oleh Berikut ini diuraikan peran antioksidan dalam karsinogenesis
percobaan eksperimental pada sel kultur dan hewan. Dalam hal berdasarkan informasi dan hasil penelitian .
ini ditemukan bahwa karsinogenesis erat kaitannya dengan
kerusakan oksidatif DNA(1). Oleh karena itu adalah rasional
jika ada anjuran mengkonsumsi suplemen antioksidan dalam MUTASI GEN DAN KANKER
diet untuk mencegah kanker. Walaupun penelitian tentang
peran antioksidan pada pencegahan penyakit degeneratif Kanker dianggap suatu kelompok penyakit seluler dan
terutama kanker belum tuntas, dan masih terus berlangsung, genetik karena dimulai dari satu sel yang telah mengalami
dewasa ini banyak ditawarkan produk suplemen antioksidan mutasi DNA sebagai komponen dasar gen. Sel-sel yang
untuk mencegah proses penuaan dan kanker. Survai mengalami kerusakan genetik tidak peka lagi terhadap
menunjukkan bahwa konsumsi suplemen antioksidan oleh mekanisme regulasi siklus sel normal sehingga akan terus
masyarakat Amerika meningkat tajam; hampir 50% melakukan proliferasi tanpa kontrol. Mutasi yang terjadi pada
menggunakannya dengan komponen utama vitamin C, vitamin DNA di dalam gen yang meregulasi siklus sel (pertumbuhan,
E dan karotenoida. Pada umumnya yang mengkonsumsi kematian dan pemeliharaan sel) akan menyebabkan
suplemen antioksidan adalah individu yang memiliki penyimpangan siklus sel, dan salah satu akibatnya adalah
kepedulian terhadap kesehatan khususnya mereka yang telah pembentukan kanker atau karsinogenesis. Ada tiga cara atau

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 39


faktor penting dalam proses terjadinya mutasi gen yaitu; (1) menyebabkan kelainan siklus sel, yang sering terjadi adalah
faktor lingkungan yang meliputi nutrisi, agen infektor, gaya mutasi gen yang berperan dalam mekanisme kontrol sehingga
hidup; (2) faktor kebetulan, dan (3) faktor keturunan atau tidak berfungsi baik, akibatnya sel akan berkembang tanpa
bawaan (3,4). kontrol (yang sering terjadi pada manusia adalah mutasi gen
Faktor lingkungan seperti gaya hidup dan pola makan p53). Akhirnya akan terjadi pertumbuhan sel yang tidak
berkorelasi dengan insiden kanker; misalnya paparan sinar diperlukan, tanpa kendali dan karsinogenesis dimulai(3,4,8).
ultraviolet dengan kanker kulit, merokok dengan kanker paru- Karsinogenesis berlangsung lama dan dibagi tiga tahap
paru. Tetapi tidak semua perokok akan mengidap kanker paru- yakni inisiasi, promosi dan perkembangan.
paru atau berjemur akan selalu menderita kanker kulit; berarti Pada tahap inisiasi sudah terjadi perubahan permanen di
ada faktor lain di luar faktor lingkungan yakni kesalahan dalam genom sel akibat kerusakan DNA yang berakhir pada
replikasi DNA dan bawaan (3,5,6,7). mutagenesis. Sel yang telah berubah ini tumbuh lebih cepat
Adanya faktor kebetulan dapat diterangkan sebagai berikut. dibandingkan dengan sel normal di sekitarnya. Pada tahap ini
Tubuh mengadakan replikasi DNA secara akurat, tetapi masih proses mutasi akan mengaktivasi atau menghambat proto-
terjadi kesalahan satu kali dari 10 juta pasangan basa. onkogen (9). Yang mengubah fungsi proto-onkogen dan tumor
Kemudian 99,9% dari yang salah dalam replikasi, dikoreksi suppressor gene antara lain adalah karsinogen yang mengubah
dan diperbaiki, berarti replikasi DNA yang salah masih ada struktur DNA, radiasi yang memicu pembentukan spesies
tersisa. Di samping itu, proses metabolisme normal dalam kimia reaktif dan radikal bebas, dan virus. Tahap inisiasi
tubuh menghasilkan radikal bebas yang reaktif dan berlangsung dalam satu sampai beberapa hari.
menimbulkan kerusakan oksidatif terhadap DNA secara terus- Tahap promosi berlangsung lama bisa lebih dari sepuluh
menerus. Kanker dapat terjadi akibat akumulasi DNA termutasi tahun. Suatu proses panjang yang disebabkan oleh kerusakan
dalam gen terutama yang mengatur proses siklus dan yang melekat dalam materi genetik di dalam sel. Melalui
pertumbuhan sel. Mekanisme ke tiga cara terjadinya mutasi mekanisme epigenetik akan terjadi ekspansi sel-sel rusak
DNA adalah melalui faktor keturunan atau bawaan, yang membentuk premalignansi dari populasi multiseluler tumor
menyebabkan 5-10% kanker. Mutasi yang terjadi pada DNA di yang melakukan proliferasi(10). Senyawa-senyawa yang
dalam gen yang meregulasi siklus sel akan mengakibatkan merangsang pembelahan sel disebut promotor atau epigenetik
penyimpangan, dan salah satu dampak negatifnya adalah karsinogen.
pembentukan kanker atau karsinogenesis (3,4). Pada tahap perkembangan (progression), terjadi insta-
Ada tiga kelompok utama gen yang terlibat dalam regulasi bilitas genetik yang menyebabkan perubahan-perubahan
pertumbuhan sel yaitu proto-onkogen, gen penekan tumor mutagenik dan epigenetik. Proses ini akan menghasilkan klon
(tumor suppresor gene = TSG) dan gen gatekeeper. Proto- baru sel-sel tumor yang memiliki aktivitas proliferasi, bersifat
onkogen menstimulasi dan meregulasi pertumbuhan dan invasif (menyerang) dan potensi metastatiknya meningkat.
pembelahan sel. Gen penekan tumor biasanya menghambat Selama tahapan ini, sel-sel maligna berkembang biak menyerbu
pertumbuhan sel atau menginduksi apoptosis (kematian sel jaringan sekitar, menyebar ke tempat lain. Jika tidak ada yang
terprogram). Kelompok gen ini dikenal sebagai anti-onkogen, menghalangi pertumbuhannya, akan terbentuk dalam jumlah
karena berfungsi melakukan kontrol negatif (penekanan) pada yang cukup besar untuk mempengaruhi fungsi tubuh, dan
pertumbuhan sel. Gen p53 merupakan salah satu dari TSG yang gejala-gejala kanker muncul. Tahap terakhir ini berlangsung
menyandi protein dengan berat molekul 53 kDa. Gen p53 juga selama lebih dari satu tahun, sehingga seluruh karsinogenesis
berfungsi mendeteksi kerusakan DNA, menginduksi reparasi dapat berlangsung selama dua puluh tahun (3,9-12).
DNA. Gen gatekeeper berfungsi mempertahankan integritas Insiden kanker pada orang yang lebih tua lebih tinggi
genomik dengan mendeteksi kesalahan pada genom dan daripada orang muda, karena perubahan DNA akibat paparan
memperbaikinya. Mutasi pada gen-gen ini karena berbagai lingkungan berisiko dan kesempatan akumulasi yang lebih
faktor membuka peluang terbentuknya kanker (3,4). besar seiring dengan bertambahnya usia, oleh karena itu jika
Pada keadaan normal, pertumbuhan sel akan terjadi sesuai timbul kanker pada usia muda patut diselidiki adanya faktor
dengan kebutuhan melalui siklus sel normal yang dikendalikan keturunan. Pengenalan lebih dini risiko kanker pada satu
secara terpadu oleh fungsi ketiga gen: proto-onkogen, gen keluarga sangat penting untuk manajemen pencegahan dan
tumor supressor dan gen gatekeeper secara seimbang. Jika terapi(11). Kemajuan di bidang genetik tidak hanya
terjadi ketidakseimbangan fungsi ketiga gen ini, atau salah satu meningkatkan pemahaman tentang keterkaitan gen dengan
tidak berfungsi dengan baik karena mutasi, maka keadaan ini penyakit tetapi juga membuka kesempatan yang lebih luas
akan menyebabkan penyimpangan siklus sel. Pertumbuhan sel untuk meneliti kerentanan genetik. Tes genetik meliputi
tidak normal pada proses terbentuknya kanker dapat terjadi analisis DNA, RNA, kromosom, protein, dan metabolit dapat
melalui tiga mekanisme, yaitu perpendekan waktu siklus sel, meramalkan atau mendeteksi penyakit. Tes ini biasanya
sehingga akan menghasilkan lebih banyak sel dalam satuan dilakukan terhadap DNA dan kromosom yang diisolasi dari
waktu, penurunan jumlah kematian sel akibat gangguan proses sampel darah atau sel tumor(13). Tes ini biasanya bermanfaat
apoptosis, dan masuknya kembali populasi sel yang tidak aktif untuk meramalkan kerentanan terhadap suatu penyakit; juga
berproliferasi ke dalam siklus proliferasi. Misalnya, pada sangat bermanfaat dalam mengevaluasi risiko penyakit di
kondisi TSG kurang aktif atau proto-onkogen terlalu aktif. kalangan keluarga yang salah satu anggotanya mengalami
Gabungan mutasi dari ketiga kelompok gen ini akan kelainan genetik sehingga jika mungkin dapat diambil langkah-

40 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


langkah preventif. Tes genetik juga bermanfaat untuk mekanisme pengobatan kemoterapi dan radiasi. Barangkali,
mengetahui respon seseorang terhadap proses terapi sebelum pasien kanker mengkonsumsi suplemen antioksidan,
farmakogenetik dan nutrien di dalam makanan sehari-hari. hambatan atau inhibisi terhadap apoptosis oleh antioksidan
Nutrien yang berinteraksi di dalam makanan dan interaksi perlu diperhitungkan (1,2).
nutrien dengan gen dapat menyebabkan perubahan gen dan Apoptosis terjadi jika monitor internal mendeteksi adanya
selanjutnya menyebabkan perubahan ekspresi gen sehingga kerusakan atau disfungsi dan memberi signal untuk memulai
respon terhadap nutrien juga dapat berubah (8,13). serangkaian proses (cascade) yang akhirnya mengaktifkan
caspases dan endonucleases untuk membunuh sel kanker.
FAKTOR DIET SEBAGAI PEMICU KANKER Regulasi apoptosis adalah untuk mempertahankan homeostasis
normal, menjaga keseimbangan proliferasi dan kematian sel di
Kanker disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi dari aspek dalam organ multiseluler. Salah satu fungsi apoptosis adalah
lingkungan ada tiga penyebab utama karsinogenesis pada mencegah kanker dengan cara mengeliminasi sel-sel
manusia yakni makanan, merokok, dan infeksi. Diet preneoplastik dan neoplastik (pertambahan baru yang tak
menyebabkan 35% kanker pada manusia dan makanan adalah normal) (1,10). Pada hampir semua proses kematian sel, signal
penyebab utama kematian akibat kanker di Amerika (10,14). cascade terjadi melalui bantuan senyawa oksigen reaktif
Faktor makanan sebagai penyebab kanker dikelompokkan sebagai molekul pembawa isyarat atau berita (messenger).
menjadi dua golongan. Golongan pertama adalah Antioksidan bersifat meredam atau menetralkan radikal bebas
mikrokomponen genotoksik yang menyebabkan kerusakan dan senyawa oksigen reaktif, dengan demikian antioksidan
DNA, dalam golongan ini termasuk senyawa amin heterosiklik bersifat menghambat apoptosis. Antioksidan seperti α-tokoferol
yang terbentuk selama memanggang dan menggoreng daging. yang terdapat di dalam kompartemen lipida sel, atau N-
Paparan nitrosamin dalam daging yang diolah menggunakan asetilsistein, suatu peredam radikal bebas yang berada di dalam
natrium nitrit meningkatkan insidensi kanker kolorektal. fase air sitosol, dapat memperlambat atau menghambat
Kontaminasi Aflatoksin B dalam makanan dapat menimbulkan apoptosis, akibatnya akan memicu pertumbuhan kanker.
kanker termasuk kanker hati (7,10,15). Sebaliknya diperkirakan dengan meniadakan antioksidan dalam
Golongan ke dua adalah makrokomponen yang jika makanan mungkin akan menginduksi apoptosis, dengan
dikonsumsi dalam jumlah berlebihan akan memicu promosi demikian secara logis akan menekan pertumbuhan kanker (1,18).
karsinogenesis. Konsumsi lemak di atas 30% total kebutuhan Hasil penelitian Zeisel (2004)(1) menunjukkan bahwa
kalori dapat memicu kanker, sedangkan asupan 20 % justru pemberian diet tanpa antioksidan mengurangi ukuran dan
akan mengurangi risiko kanker. Perbandingan antara asam jumlah tumor otak pada tikus karena adanya peningkatan
lemak jenuh dengan lemak tak jenuh juga berperan dalam apoptosis di dalam tumor. Dengan menggunakan model tikus
karsinogenesis; terlalu banyak lemak jenuh atau terlalu banyak transgenik yang mengalami karsinogenesis payudara, juga
lemak tak jenuh ganda (polyunsaturated fats) dapat memicu diperoleh kesan bahwa diet tanpa antioksidan menghambat
karsinogenesis (10). Walaupun masih memerlukan penelitian pertumbuhan tumor dan mengurangi metastasis. Dibandingkan
yang lebih rinci, kesimpulan sementara berdasarkan review atas dengan tikus kontrol yang diberikan diet standar, tikus dengan
sejumlah penelitian eksperimental dan beberapa penelitian diet tanpa antioksidan menunjukkan peningkatan apoptosis
klinis mengindikasikan bahwa konsumsi suplemen asam lemak lima kali lipat, dan persentase sel-sel tumor yang mengalami
omega-3 khususnya eicosapentaenoic acid (EPA) dan mitosis menurun dua kali lipat.
docosahexaenoic acid (DHA) bermanfaat selama terapi kanker. Antioksidan, dengan mencegah kerusakan oksidatif oleh
Minuman beralkohol juga dapat memicu terjadinya kanker pengaruh oksidan terhadap target (DNA, RNA, protein dan
saluran cerna terutama kanker kolorektal (7,16). lipida), akan bersifat protektif pada individu yang tidak
memiliki sel kanker; akan tetapi dengan menghambat apoptosis,
ANTIOKSIDAN DAN KANKER antioksidan akan bersifat memicu terjadinya kanker pada
pasien atau seseorang yang menderita kanker karena kerusakan
Masyarakat yang mengkonsumsi banyak sayur dan buah atau perubahan DNA. Inhibisi apoptosis oleh antioksidan dapat
lebih sehat dengan risiko penyakit degeneratif termasuk kanker menjelaskan mengapa sebagian penelitian yang dilakukan pada
yang rendah. Sifat protektif ini diyakini karena kandungan perokok berat, antioksidan vitamin E dan β-karoten justru
berbagai jenis antioksidan yang terdapat di dalam sayur dan memicu karsinogenesis di paru-paru (diduga sudah terjadi
buah (10,17). Fakta ini sesuai dengan hasil penelitian pada kultur proses awal karsinogenesis akibat merokok sebelum pemberian
dan hewan percobaan yang menunjukkan bahwa kerusakan antioksidan), tetapi menurunkan karsinogenesis di prostat
oksidatif DNA merupakan bagian dari karsinogenesis. Oleh (diduga belum terjadi tumor sebelum diberi antioksidan). Oleh
karena itu adalah logis jika dianjurkan untuk mengkonsumsi karena itu, walaupun pemberian lebih awal antioksidan
antioksidan dalam diet sebagai bagian dari pencegahan kanker. mungkin mencegah inisiasi dan perkembangan kanker dengan
Akan tetapi, sebaliknya di dalam tubuh, diproduksi senyawa meredam aktivitas sifat mutagenik radikal bebas, mungkin juga
oksigen reaktif termasuk radikal bebas (komponen oksidan atau akan meredam radikal bebas yang berperan penting pada
pengoksidasi) untuk menginduksi apoptosis (kematian sel peningkatan apoptosis. Ketidakseimbangan ini memungkinkan
terprogram) yang juga bertujuan terutama untuk membunuh kecepatan proliferasi dalam tumor melebihi kemampuan untuk
sel-sel kanker. Proses apoptosis ini adalah faktor kritis dalam apoptosis yang berakhir dengan karsinogenesis (1,10).

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 41


KESIMPULAN 3. McKelvey KD, Evans JP. Cancer Genetics in Primary Care. J. Nutr. 2003;
133 (11S-I): 3767S-3772S.
4. Gondhowiarjo S. Proliferasi Sel dan Keganasan. Maj. Kedokt. Indon.
Peranan ganda antioksidan pada proses karsinogenesis 2004; 54(7): 289-299.
belum diketahui dengan jelas. Walaupun penelitian 5. Milner JA. Molecular Targets for Bioactive Food Components. J Nutr.
eksperimental tentang hubungan antara suplemen antioksidan 2004. 134(9): 2492S-2498S.
tunggal dosis tinggi dan karsinogenesis menunjukkan hasil 6. Go VW, Butrum RR, Wong DA. Diet, Nutrition, and Cancer Prevention:
The Postgenomic Era. J. Nutr. 2003. 133 (11S-I): 3830S-3836S.
yang tidak konsisten, data epidemiologis masih 7. Nowell SA, Ahn J, Ambrosone CB. Gene-Nutrient Interaction in Cancer
memperlihatkan manfaat makanan sehari-hari khususnya sayur Etiology. Nutr. Rev. 2004; 62 (11): 427-434.
dan buah yang kaya antioksidan dalam mengurangi risiko 8. Walker WA, Blackburn G. Symposium Introduction: Nutrition and Gene
kanker. Hasil ini mungkin disebabkan efek kombinasi dari Regulaton. J. Nutr. 2004; 134(9): 2434S-2436S.
9. McKee T, McKee JR. Biochemistry. The Moleculer Basis of Life. 3rd ed.
berbagai jenis antioksidan dalam sayur dan buah dengan dosis Singapore: .McGrawHill. 2003: 656-657.
rendah tanpa efek samping dari masing-masing antioksidan 10. Lee KW, Lee HJ, Lee CY. Vitamins, Phytochemicals, Diets and Their
dibandingkan dengan antioksidan tunggal dosis tinggi. Implementation in Cancer Chemoprevention. Crit. Rev. Food Sci. Nutr.
Tampaknya sangat beralasan untuk mempertimbangkan potensi 2004; 44: 437-447.
11. Wardlaw GM, Kessel MW. Perspective in Nutrition. 5th ed. Singapore:
risiko atau manfaat antioksidan dosis tinggi secara kasus per McGrawHill. 2002: 412-415.
kasus, dan konsumsi sembarangan suplemen antioksidan 12. Silalahi J, Tambunan ML. Zat Bersifat Antikanker di Dalam Makanan.
tunggal dosis tinggi harus dihindari. Medika; 2003; 39 (7): 440-446.
13. Keku TO, Burris TR, Millikan R. Gene Testing: What the Health
Professional Needs to Know. J. Nutr. 2003; 133 (11S-I): 3754S-3757S.
14. Kritchevsky D. Diet and Cancer: What’s Next? J. Nutr. 2003; 133 (11S):
3827S-3829S.
15. Cassens RG. Use of Sodium Nitrite in Cured Meats Today. Food Technol.
KEPUSTAKAAN 1995. July: 72-80.
16. Hardman WE. (n-3) Fatty Acids and Cancer Therapy. J. Nutr. 2004; 134
1. Zeisel SH. Antioxidants Suppress Apoptosis. J Nutr. 2004;134(11): (12S): 3427S-3430S.
3179S-3180S. 17. Wargovich MJ, Cunningham JE. Diet, Individual Responsiveness and
2. Rock CL, Newman VA., Nuehouser,ML, Major J, Barnett MJ. Cancer Prevention. J. Nutr. 2003; 133 (7S): 2400S-2403S.
Antioxidant Supplement Use in Cancer Survivor and the General 18. Borek C. Antioxidants and Radiation Therapy. J. Nutr. 2004; 134(11):
Population. J. Nutr. 2004; 134 (11): 3194S-3195S. 3207S-3209

Don’t fly till your wings are fledged

42 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


apsul
MRI
Saat ini sudah banyak alat pemeriksaan MRI tersedia di Indonesia; selain itu makin banyak keadaan/penyakit yang
dapat diperiksa dengan cara ini.
Meskipun demikian, mengingat MRI bekerja berdasarkan prinsip medan magnit, beberapa hal/keadaan harus
diperhatikan agar tidak membahayakan pasien yang diperiksa maupun petugas yang ada di sekitarnya.
Di dalam ruang MRI tidak boleh ada benda logam, bahkan klip atau jepit rambut sekalipun karena benda-benda
tersebut dapat tertarik dengan kecepatan sampai 60 km/jam di dalam medan magnit 1,5 Tesla; apalagi gunting, klem
atau alat bedah logam lain; bahkan tangki oksigen tidak boleh berada di dalam ruangan.
Lalu bagaimana dengan implan atau klip atau alat elektronik yang tertanam di dalam tubuh seseorang ?

Implan logam dan prostesis


Implan logam dapat bergeser kedudukannya, atau menjadi panas di dalam medan magnit dan menyebabkan artefak.
Implan bukan logam tidak berubah kedudukannya, tetapi dapat memanas dalam medan magnit.

Klip aneurisma intrakranial


Kedudukan klip dapat bergeser menyebabkan robekan pembuluh darah, menyebabkan perdarahan, iskemi, bahkan
kematian; meskipun terbuat dari bahan nonmagnetik, tetap dapat bergeser dalam medan magnit.

Alat pacu jantung


Sangat sensitif terhadap medan magnit, dapat bergeser dan menyebabkan kekacauan program. Pada pasien/orang
yang alat pacu jantungnya telah diangkat, masih mungkin tertinggal serpihan kabelnya yang dapat menyebabkan
fibrilasi jantung.

Prostesis katup jantung


Dapat bergeser dalam medan magnit, tetapi umumnya minimal dibandingkan dengan gerak jantungnya sendiri;
meskipun demikian tetap perlu diwaspadai.

Implan kokhlea
Dapat tertarik dan teraktivasi dalam medan magnit.

Benda asing logam dalam bola mata


Pada pekerja logam, sering terdapat/tertinggal serpihan halus logam di sekitar mata, yang dapat tertarik/bergeser
dalam medan magnit sehingga mencederai jaringan di sekitarnya. Semua pasien dengan dugaan trauma/perlukaan mata
sebaiknya di foto Ro biasa terlebih dulu sebelum menjalani MRI.

Implan ortopedik
Sebagian besar implan ortopedik aman dalam medan magnit; meskipun demikian, prostesis yang besar seperti
untuk sendi panggul dapat memanas dalam pengaruh medan magnit. Umumnya implan ortopedik dapat diperiksa
dengan MRI tanpa bahaya.

Klip abdomen
Klip yang digunakan untuk menutup luka abdomen pasca operasi umumnya aman karena tertanam di dalam
jaringan ikat, tetapi menyebabkan artefak sesuai dengan kalibernya dan dapat mempengaruhi mutu gambar yang
dihasilkan.

Sumber : Westbrook C. MRI at a Glance. Blackwell Science, 2002 brw

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 43


Informatika Kedokteran
Beberapa strategi e-Health Dunia
diringkas dari tulisan Nancy M. Lorenzi* dalam IMIA Yearbook of Medical Informatics 2005

Definisi e-Health Arti E pada e-health


Ada banyak definisi mengenai e-health. Dua di antaranya Menurut Gunter Eysenbach, "e" pada e-health tidak hanya
yang sering digunakan adalah: mengandung arti "electronic" melainkan juga melingkupi:
1. Pemanfaatan internet dan teknologi yang berhubungan 1. Eficiency
dengannya dalam industri pelayanan kesehatan guna 2. Enhancing quality of care
meningkatkan akses, efisiensi, efektifitas dan kualitas dari 3. Evidence based
proses klinis dan bisnis yang dijalankan organisasi pelayanan 4. Empowerment of consumers and patients
kesehatan, para praktisi, pasien dan konsumen dalam rangka 5. Encouragement of a new relationship between the patient and
peningkatan status kesehatan pasien (Healthcare Information health professional
and Management Systems Society [HIMSS]). 6. Education of physicians and consumers through online
2. E-health adalah e-commerce versi kesehatan: yaitu sources
pemanfaatan bisnis kesehatan secara elektronik. E-health 7. Enabling information exchange, an communication in a
adalah kombinasi dari pemanfaataan komunikasi elektronik standardized way between health care establishments
dan teknologi informasi pada bidang kesehatan, baik di 8. Extending the scope of healthcare beyond its conventional
tempat sendiri (lokal) maupun di klinik yang jauh, untuk boundaries
tujuan klinik, pengajaran dan administratif. 9. Ethics
10. Equity
Pertumbuhan dunia internet dan pelayanan kesehatan
Selama lebih dari 12 tahun terakhir ini, di seluruh dunia terjadi Beberapa perkembangan e-Health dunia, area Asia-Pasifik -
pertumbuhan industri internet. Pertumbuhan yang melewati Indonesia
perkiraan semula dalam bidang pemanfaatan teknologi komputer Rumah-rumah sakit di Indonesia telah memiliki sistem
dan telekomunikasi ini menyentuh semua sektor ekonomi. Terjadi informasi rumah sakit untuk pelayanan Medical Record. Secara
kemudahan proses komunikasi dan transaksi menggunakan media umum mereka mengembangkan sendiri-sendiri sesuai dengan
ini. Konsumen sangat diuntungkan karena kemudahan mencari sistem manual yang telah dijalankan. Untuk meningkatkan sistem
informasi dari pelbagai sumber di seluruh dunia. Memasuki dunia ini, ada yang membeli dari vendor-vendor luar negeri. Saat ini,
ini sangatlah mudah dengan mengunjungi website, melakukan selain pengembang software sistem informasi rumah sakit dari
chatting (diskusi seketika) termasuk bergabung pada pelbagai Indonesia sendiri, banyak juga pengembang dan konsultan IT yang
mailinglist-mailinglist khusus mengenai topik kesehatan/penyakit berasal dari luar negeri seperti dari Malaysia, Singapura dan India.
tertentu. Sayangnya, sebagian gerbang-gerbang informasi ini tidak Beberapa Seminar Sistem Informasi Rumah Sakit/Kesehatan
terkontrol alias kurang bisa dipertanggungjawabkan. Salah satu yang telah diadakan:
usaha meminimalisasi risiko ini adalah dengan hanya bergabung 1. Pemilihan Hospital Information System yang tepat untuk
pada situs/ milis yang terpercaya. Rumah Sakit, diselenggarakan oleh PERMAPKIN
(Perhimpunan Manajer Pelayanan Kesehatan Indonesia),
Pertumbuhan organisasi pelayanan kesehatan http://www.permapkin.or.id
Bersamaan dengan bertumbuhnya industri internet, pemain 2. Sistem Informasi Kesehatan dan Pengembangan Bank Data
pada dunia pelayanan kesehatan pun juga turut meningkatkan Kesehatan Kabupaten/Kota, diselenggarakan oleh PUSDATIN
investasi mereka dalam infrastruktur teknisl. Para klinikus yang DepKes RI, http://www.depkes.go.id
sudah pernah menggunakan komputer saat menempuh kuliah 3. Keabsahan dokumen Teknologi Informasi (TI) dalam
kedokteran dahulu, sekarang mempunyai kebutuhan akan material mendukung sistem manajemen rawat jalan rumah sakit,
referensi yang bisa diakses online. Sebagai cara yang baru, sama diselenggarakan di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya,
seperti Picture Archive Communications Systems (PACS), sistem http://irj3.tripod.com/semilokakarya.
laboratorium dan medical record, para klinikus mengharapkan
mereka bisa memperoleh informasi terkini setiap waktu. Baik saat Website Kesehatan/Kedokteran
berada di rumah, di kantor termasuk di rumah sakit. Di Indonesia terdapat 2 buah website kesehatan/kedokteran
Kompetisi kebutuhan akses instant akan informasi dan yang telah mapan. Yang dimaksud dengan website
transaksi, menuntut percepatan peningkatan peralatan teknis yang kesehatan/kedokteran adalah website yang hanya memproduksi
mendukung, yang bisa dihantar melalui website. Sudah banyak tulisan-tulisan kesehatan/kedokteran yang terjadi di Indonesia
perusahaan yang bergerak dalam bidang kesehatan melihat potensi maupun di dunia. Satu situs dijalankan oleh perusahaan farmasi,
pemanfaatan teknologi informasi ini. Sayangnya, tidak kalah http://www.kalbefarma.com, dan satunya lagi dijalankan oleh
banyak juga yang asal mencantumkan awalan "e-" pada solusi tua Persatuan Rumah Sakit Indonesia (PERSI),
mereka. http://www.pdpersi.co.id.
* President of the International Medical Informatics Association (IMIA)

44 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


Kegiatan Ilmiah
Spesialis Kedokteran Olahraga, pada acara The Perspective of
Integrative Anti Aging Medicine yang berlangsung di Hotel Borobudur
Jakarta 10 Juni 2006. Acara ini terlaksana berkat kerjasama Center for
Study of Anti-Aging Medicine, Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana Bali, IDI Jakarta Barat, AustralAsian Academy of Anti-Aging
Medicine dan Cermin Dunia Kedokteran (CDK), sebagai media
partner.

Sidang Ilmiah IV Pusat Studi Informatika Kedokteran


Universitas Gunadarma, Jakarta 18 Mei 2006
Perbedaan Rekam Medik Kertas (konvensional) dan Rekam
Medik Elektronik (e-MR) adalah yang pertama ialah objek atau
produk yang dapat dipindah-pindahkan menurut kebutuhan dalam
rumah sakit, sedangkan rekam medik elektronik sebaiknya ditinjau
sebagai proses pembentukan dan penggunaan rekam medik tersebut.
Demikian dijelaskan Dr. dr. Johan Harlan, MSc. pada acara Sidang
Ilmiah IV institusi tersebut. Selain Johan, turut juga menyumbangkan
Simposium Stem Cell, Jakarta 2 September 2006 pendapat selaku narasumber adalah Aris Muslim, SKom, MMSi.
Semua hasil yang besar dimulai dari mimpi. Begitu juga dengan Acara ini turut didukung oleh Perhimpunan Informatika Kedokteran
penggunaan stem cell sebagai terapi berbagai macam penyakit yang Indonesia (PIKIN).
ingin diwujudkan di Indonesia. Pernyataan ini disampaikan dr.
Boenjamin Setiawan, PhD dalam Simposium Stem Cell hari Sabtu lalu Pengobatan kanker yang "nyaman" di RSK Dharmais, 31 Mei
di Aula FKUI Salemba. Mengangkat tema "Menyongsong Era Stem 2006
Cell di Indonesia", simposium ini dihadiri sekitar 400 peserta yang Pasien-pasien kanker di Indonesia, boleh berlega hati. Teknik-
sebagian besar adalah dokter dari berbagai bidang spesialis termasuk teknik penyinaran yang cukup canggih sudah bisa dilakukan di RS
dokter umum. Peserta lainnya adalah mahasiswa dan beberapa Kanker Dharmais Jakarta. Dengan teknik yang sudah dikuasai para
kalangan pemerhati stem cell. Acara ini terselenggara berkat radiolog rumah sakit, penderita bisa merasakan 'kenyamanan' saat
kerjasama MRU FKUI, PT Kalbe Farma Tbk dan Jurnal Cermin proses penyinaran. Efek samping seperti diare, dll. sudah sangat jauh
Dunia Kedokteran (CDK). berkurang. Demikian terungkap dalam salah satu sesi yang dibawakan
oleh dr. Fielda Djuita Sp.Rad(K) Onk.Rad. saat menjelaskan mengenai
Collegium Internationale Geronto Pharmacologicum Congress "Pengobatan Radioterapi pada Kanker Leher Rahim". Acara ini
2006, Jakarta, 11-13 Agustus 2006 merupakan workshop yang kedua kalinya bagi para wartawan yang
Collegium Internationale Geronto Pharmacologicum Congress diselenggarakan oleh DETAK, suatu badan yang aktif memberikan
(CIGP) 2006 yang berlangsung selama 3 hari tersebut diadakan di informasi kanker kepada masyarakat. Websitenya,
hotel Borobudur Jakarta dengan tema From Traditional Through Bio- http://www.detak.org.
Molecular to Nano-Technology Medication. Jumlah peserta yang hadir
dalam seminar tersebut sekitar 300 peserta dari kalangan dokter umum Automated Peritoneal Dialysis (APD)
dan dokter spesialis berbagai bidang. Automated Peritoneal Dialysis (APD) adalah suatu metode
dialisis peritoneum, yang sebagian besar pertukaran cairannya
Diarrhea Treatment and Prevention with Tyndallized LAB, dilakukan tanpa partisipasi aktif seseorang, melainkan mengandalkan
Batam 18 Juni 2006 mesin dialisis peritoneal yang telah diprogram terlebih dahulu,
Tidak seperti yang diketahui banyak orang, ternyata fungsi dikatakan dr. Tunggul Diapari Situmorang, Sp.PD-KGH, pada acara
saluran cerna tidak hanya mencerna (kemudian mengabsorbsi) JNHC 20 Mei 2006.
makanan. Ada beberapa fungsi lain yang tidak kalah penting seperti:
fungsi barier dan fungsi pengembangan daya tahan tubuh. Demikian Wisuda dan penutupan Promag Mulia Enterpreneur Congress,
dikemukakan Food Microbiologist Fakultas Teknologi Pertanian Bandung, 3 Juli 2006
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, DR. Endang Sutriswati Program Promag Mulia merupakan program pelatihan kepada
Rahayu. Bersama-sama dengan Dr. M. Juffrie Ph.D SpA(K), kedua wirausaha muda yang terseleksi dari 6 kota besar di Indonesia.
pakar tersebut membahas topik yang menarik yaitu " Diarrhea Program yang tahun ini untuk kedua kalinya, merupakan kerja sama
Treatment and Prevention with Tyndallized LAB" di RS Budi antara PT Kalbe Farma, Manajemen Qolbu Corporation (MQ
Kemuliaan Batam. Acara ini terselenggara atas kerjasama IDAI Riau Corporation) dan LP2ES. Jumlah peserta yang terseleksi hingga
komisariat Kepri dengan PT Kalbe Farma Tbk. kemarin diwisuda sebanyak 25 wirausahawan muda. Acara pelatihan
ini berlangsung selama 30 hari, bertempat di pesantren Daarut Tauhid,
The Perspective of Integrative Anti Aging Medicine, Jakarta 10 Geger kalong, Bandung.
Juni 2006 Website: http://www.promagmulia.com.
Latihan fisik yang dilakukan saat ini kebanyakan masih
menitikberatkan pada latihan aerobik yang bertujuan lebih terarah Hidup dengan gagal ginjal, RS Pluit Jakarta, 26 Agustus 2006
pada peningkatan kemampuan kardiorespirasi atau ketahanan jantung Beberapa tanda gagal ginjal menurut ahli ginjal RS Pluit, dr.
paru. Demikian dikemukakan dr Suharto dari Perhimpunan Dokter Widodo Sutandar, antara lain: kelelahan, mual dan muntah, nafas

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 45


pendek, sulit tidur, keringat berlebihan, tekanan darah tinggi, nafsu Surviving Sepsis Campaign (PERDICI Road Show Jakarta) dengan
makan berkurang, dll. Penuturan ini disampakan pada acara seminar mengambil tema “A Novel of Intensive Care Medicine : To Be or Not
awam bulanan dari Indonesian Kidney Care Club (IKCC), Sabtu 26 To Be, An Evidence Based Process?”. Dihadiri sekitar 500 orang dari
Agustus 2006 di RS Pluit Jakarta bertepatan dengan perayaan 10 tahun kalangan dokter spesialis dan dokter umum.
berdirinya rumah sakit tersebut. Oleh sebab itu tidak heran selain
berkaraoke ria, pada akhir acara dibagikan banyak door prize, ASEAN Federation of Psychiatry Congress, Jakarta 29 Juni-1 Juli
termasuk 1 buah DVD player. Website: http://www.ikcc.or.id 2006
Telah terselenggara acara 10th ASEAN Federation of Psychiatry
National Obesity Symposium (NOS V), Jakarta 20-21 Mei 2006 and Mental Health (AFPMH) Congress bersamaan dengan 14th
Acara NOS ke V ini diselenggarakan di Mercure Convention ASEAN Forum on Child and Adolescent Psychiatry dan 3rd
Centre - Ancol Jakarta pada tanggal 20-21 Mei 2006. Sebagai Indonesian Mental Health Convention di Hotel Borobudur Jakarta
kesinambungan dari NOS I hingga IV, maka kali ini mengangkat tema kemarin. Tema yang dipilih dalam kesempatan kali ini adalah
“Building Basic-Clinical Cross-talk for Effective Management of “Regional Collaboration for a Better Mental Health, It is Ttime to Act
Obesity & Metabolic Syndrome”. Simposium ini dihadiri oleh sekitar Now”. Kongres ini dihadiri sekitar 300 dokter mulai dari psikiater,
400 peserta yang terdiri dari dokter spesialis, dokter umum, dan dokter umum, psikolog dan juga utusan dari berbagai lembaga yang
mahasiswa kedokteran. bertugas di seluruh Indonesia dan dari negara ASEAN.

The 6th Jakarta Nephrology and Hypertension Course, 19 - 20 Konferensi Nasional Kesehatan Jiwa Islami, Solo, 1-2 Juli 2006
Mei 2006 Awal Juli kemarin telah terselenggara sebuah konferensi yang
Peningkatan kadar lemak darah sering dijumpai pada penderita baru pertama diadakan di Indonesia yaitu Konferensi Nasional I
penyakit ginjal. Ini merupakan konsekuensi penyakit tersebut. Kesehatan Jiwa Islami. Acara ini diselenggarakan di Hotel Sahid Raya
Sayangnya banyak pasien yang masih tidak memperdulikan hal ini; Solo dan dihadiri sekitar 300 dokter psikiatri, dokter umum, psikolog
padahal menurut penelitian yang telah dilakukan, kadar kolesterol dan serta ahli agama dari berbagai daerah di Indonesia.
trigliserid plasma yang tinggi bisa mempercepat perjalanan
penyakitnya. Demikian diungkap Guru Besar Penyakit Dalam FKUI, 7th National Congress PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi
Prof.Wiguno Prodjosudjadi PhD, SpPD-KGH saat memberi ceramah Indonesia) 2006, Malang 29 Juni - 2 Juli 2006
dengan judul "Hiperlipidemia dan Progresi Penyakit Ginjal: Simposium PERKENI 2006 bertemakan "Recent Advances in
Mekanisme dan Penanggulangannya". Acara ini merupakan bagian Endocrinology for a Better Life." dihadiri oleh sekitar 600 peserta
dari Kursus Tahunan PERNEFRI yang terkenal dengan nama dokter spesialis dan dokter umum dari seluruh Indonesia. Acara ini
singkatan JNHC (Jakarta Nephrology and Hypertension Course). dibuka oleh ketua PERKENI Prof. Dr. dr. Sidartawan Soegondo.
Menurut beliau saat ini ruang lingkup endokrin semakin luas,
Laporan Temu Ilmiah Geriatri V, Jakarta, 27-28 Mei 2006 contohnya sel lemak yang dahulu hanya dianggap sebagai storage
Acara Temu Ilmiah Geriatri V telah terselenggara dengan sukses sekarang masuk ke dalam ruang endokrin..
dan meriah. Penyelenggaraan acara ini bertepatan dengan ‘Satu
Dasawarsa Hari Usia Lanjut Nasional’ yang seharusnya jatuh pada Kongres Obstetri dan Ginekologi (KOGI) XIII, Manado, 7-12 Juli
tanggal 29 Mei 2006. Acara tersebut merupakan hasil kerjasama 2006
antara Bagian Penyakit Dalam FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo Kongres Obstetri dan Ginekologi (KOGI) XIII diadakan di Hotel
Sub Bagian Geriatri dan Pengurus Besar PERGEMI JAYA Ritzy, Manado 7- 12 Juli 2006. Kongres yang bertema “Memantapkan
(Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia). Dihadiri sekitar 957 Profesionalisme dengan Meningkatkan Mutu Pendidikan dan
dokter baik dokter Penyakit Dalam, dokter Neurologi dan dokter Pelayanan di Bidang Obstetri dan Ginekologi Berlandaskan Etika
umum dari seluruh Indonesia. Profesi” dihadiri oleh sekitar 1.500 peserta baik dokter spesialis
obstetri dan ginekologi, dokter umum, dan tenaga paramedis lainnya.
Seminar Kesehatan & Penyakit Perut, Jakarta 15 Juni 2006
Perut orang Indonesia meskipun secara anatomis sama, namun Simposium PIN II Nyeri Kepala, Nyeri dan Vertigo, Surabaya, 14-
fungsional berbeda dengan orang luar negeri. Perbedaan ini 16 Juli 2006
disebabkan antara lain oleh: kondisi gigi-geligi, enzim pencernaan,
gaya makan, alergi dan bibit penyakit. Demikian penjelasan dr. Pertemuan Ilmiah Nasional II telah diselenggarakan oleh
Handrawan Nadesul, dokter keluarga, saat memberi presentasi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) dengan
mengenai "Penyakit Perut Orang Indonesia" di Hotel The Ritz Carlton tema: Nyeri Kepala, Nyeri dan Vertigo. Acara yang terselenggara di
Jakarta, 15 Juni 2006. Acara ini merupakan kerjasama dari Surabaya ini sangat meriah dihadiri sekitar 700 dokter terdiri dari
ParkwayGroup Healthcare, Trijaya Network, Bisnis Indonesia. hampir seluruh dokter Spesialis Saraf di seluruh Indonesia, dokter
umum dan para ahli lainnya. Termasuk juga para peminat ilmu ini
Fluid, Acid Base & Electrolyte Workshop (PERDICI), Jakarta, 15 dari pelbagai disiplin ilmu.
Juni 2006
Fluid, Acid Base & Electrolyte Workshop kali ini membahas Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
materi tentang pendekatan Stewart dalam menghitung keseimbangan Indonesia XIII (KOPAPDI XIII), Palembang 5-9 Juli 2006
asam basa, serta membandingkannya dengan teori tradisional tentang
keseimbangan asam basa (Hendersen-Hasselbach), yang dihadiri oleh Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
sekitar 70 orang terdiri dari dokter Anestesi dan dokter-dokter umum. Indonesia XIII (KOPAPDI XIII) diadakan di Hotel Aston, Palembang
berlangsung selama 5 hari. Jumlah dokter yang berpartisipasi sekitar
The 2nd Annual Meeting of Indonesian Society of Intensive Care 1.900 dokter spesialis Penyakit Dalam dari seluruh Indonesia. Puluhan
Medicine (PERDICI), Jakarta, 16-17 Juni 2006 pembicara menyampaikan makalahnya dalam kuliah umum,
Acara the 2nd Annual Meeting of Indonesian Society of Intensive simposium hingga presentasi makalah bebas.
Care Medicine (PERDICI) ini diselenggarakan bersamaan dengan the

46 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


The 6th Annual Scientific Meeting on Pharmacology & Therapy, Dihadiri sekitar 1.800 peserta dari 23 negara anggota APLAR, dan
Jakarta 21-22 Juli 2006 negara di luar anggota APLAR.
Pertemuan ilmiah tahunan Farmakologi dan Terapi yang ke-6 ini
berlangsung selama 2 hari dengan mengambil tema Update in 2nd Congress of The Association of Sexology and The 1st INA
Pharmacotherapy & Pharmacoeconomics 2006. Berbagai topik International Symposium on Sexual Medicine, Surabaya, 10-13
pembicaraan dirangkum menjadi 12 sesi simposium. Acara ini dihadiri Agustus 2006
oleh 500 peserta yang terdiri dari para dokter umum, dokter spesialis 2nd Congress of The Association of Sexology and The 1st INA
farmakologi, sarjana farmasi, serta mereka yang pekerjaannya International Symposium on Sexual Medicine diadakan di Hotel Hyatt
berhubungan dengan bidang farmasi. Regency, Surabaya. Kongres yang bertema “Better Sexual Life For
The Best Quality of Life” ini dihadiri oleh sekitar 300 peserta baik
Liver Update 2006, Jakarta 28 - 30 Juli 20066 dokter spesialis terutama dokter spesialis andrologi dan dokter umum.
Sekitar 70% dari mereka yang menderita Hepatitis C akut akan
berkembang menjadi kronik. Setelah itu, setengahnya tidak akan Fetomaternal Update Prenatal Care, Jakarta, 14-16 Agustus 2006
terjadi apa-apa (no progression), seperempatnya akan menjadi sirosis Acara Fetomaternal Update Prenatal Care yang berlangsung
dalam 50 tahun berikutnya, dan seperempatnya lagi dalam 20 tahun selama 3 hari ini mengambil tema "Menyiapkan Generasi Berkualitas"
berkembang menjadi sirosis. Demikian diungkapkan Guru Besar dihadiri oleh sekitar 200 peserta yang terdiri dari dokter spesialis
bidang Hepatologi dari Amerika Serikat, Detlef Schuppan, dalam obstetri dan ginekologi, beberapa dokter anak, dokter umum dan juga
acara Liver Update 2006, yang diikuti oleh sekitar 1.200 dokter bidan. Selama tiga hari tersebut berlangsung berbagai rangkaian
peminat penyakit ini. kegiatan seminar, workshop dan kursus penyegar.

14th IUSTI-Asia Pacific Conference on STI's & HIV/AIDS, Kuala The 11th Congress of the International Society for Peritoneal
Lumpur, 27-30 Juli 2006 Dialysis (ISPD), Hongkong, 25-29 Agustus 2006
Acara ini merupakan konferensi ke 14 yang diadakan oleh Kongres ini mengambil tempat di Hongkong Convention Centre
organisasi IUSTI wilayah Asia Pasifik, bekerja sama dengan dan berlangsung selama 5 hari; diikuti oleh peserta dari lebih dari 70
Malaysian Medical Association & Academy of Family Physicians of negara dengan lebih dari 50 topik yang dipresentasikan. Acara ini
Malaysia, yang diketuai oleh Dr. M K Rajakumar; berlangsung selama dibuka oleh Prof. Philip Kam Tao Li selaku President Organizing
4 hari di Kuala Lumpur, Malaysia dan dihadiri oleh sekitar 400 Committee dan Dr.Alex Wai-Yin Yu selaku Chairman Hongkong
undangan dari berbagai negara se Asia Pasifik. Society of Nephrology. Untuk kongres kali ini tema yang diangkat
adalah "Achieving PD Excellence" dengan harapan bahwa melalui
2nd Malaysia Indonesia Medical Science Conference 2006, kongres ini maka para peserta akan makin dapat memiliki standar
Jakarta 3-4 Agustus 2006 yang lebih tinggi dalam menjalankan suatu prosedur PD dan makin
Acara Malindo 2006 yang diadakan 2 hari tersebut mengambil dapat memperbaiki kualitas hidup pasien yang menjalani dialisis
tema "Improving Health Service through Integrated Basic, Clinical peritoneal.
and Epidemiological Research" dihadiri oleh sekitar 300 peserta yang
berasal dari kalangan dokter spesialis dan dokter umum. Konferensi Peresmian Jakarta Heart & Vascular Center, RS Mitra Keluarga
ini merupakan pertemuan ke-2; konferensi pertama diadakan di Kuala Kelapa Gading, Sabtu 9 September 2006
Lumpur Juli 2005 lalu. Acara ini merupakan hasil kerja sama antara Kekerapan Serangan Jantung Akut (acute myocardial infarction)
FKUI dan FK Universiti Kebangsaan Malaysia, sehingga pembicara di Amerika Serikat menurut Preskom Kalbe, dr. Boenyamin Setiawan
dalam seminar inipun berasal dari dokter Indonesia dan Malaysia. PhD, adalah sekitar 1,5 juta kasus per tahun. Itu berarti sekitar 0,1 %.
Jika hal ini diterapkan di Indonesia, berarti ada sekitar 270.000 kasus
One day Semiloka Anti Aging - PASTI, Jakarta 6 Agustus 2006 per tahun (asumsi penduduk 270 juta); di Jakarta sendiri dengan
One day SEMILOKA Anti Aging 2006 ini mengambil tema estimasi penduduk 10 juta, diperkirakan ada sekitar 10.000 kasus per
“Current Hormone Treatment in Anti Aging Medicine : What Doctors tahun. Dari kasus tersebut, menurut Ir. Rustiyan Oen, MBA,
Should Know”, diselenggarakan oleh PASTI (Perkumpulan Awet Managing Director RS Mitra Keluarga Group, diperkirakan 30 persen
Sehat Indonesia). Acara ini dihadiri oleh kurang lebih 30 dokter harus menemui ajalnya. Pernyataan ini disampaikan pada acara
spesialis dan umum yang tertarik dengan bidang anti aging. peresmian Jakarta Heart & Vascular Center yang berlokasi di Rumah
Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Sabtu 10 September 2006.
12th APLAR (Asia Pacific League of Associations for
Rheumatology) 2006, Kuala Lumpur 1-5 Agustus 2006
Kongres 12th APLAR 2006 yang berlangsung selama 5 hari ini, Laporan lengkap dari pelbagai simposium di atas (dalam Bahasa
mengambil tema "Asian Rheumatology - Facing the Challenges". Indonesia / English), bisa diakses pada http://www.kalbefarma.com/seminar.

Dignity is often a veil between us and the real truth

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 47


Indeks
Karangan Cermin Dunia Kedokteran
Tahun 2006
CDK 150. Masalah Hepar CDK 151. Infeksi pada Kehamilan

English Summary 4 English Summary 4


JB. Suharjo, B. Cahyono - Diagnosis dan Manajemen
Hepatitis B Kronis 5– 9 Kornia Karkata, TGA Suwardewa - Infeksi TORCH
Raflizar, Cornelis Adimunca, Sulistyowati Tuminah - pada Ibu Hamil di RSUP Sanglah Denpasar 5– 7
Dekok Daun Paliasa (Kleinhovia hospita Linn) Sebagai Enny Muchlastriningsih - Pengaruh Infeksi TORCH
Obat Radang Hati Akut 10 – 14 terhadap Kehamilan 8 – 10
Azhari Gani - Sindrom Hepatorenal 15 – 17 I Ketut Suwiyoga, I Made Agus Supriatmaja - Lama
B. Singgih, EA. Datau - Hepatoma dan Sindrom Perawatan dan Komplikasi Kuretasi Segera dan Tunda
Hepatorenal 18 – 21 pada Abortus Infeksiosus 11 – 13
Suyono, Sofiana, Heru, Novianto, Riza, Musrifah - Raka Budayasa AAG, Suwiyoga IK, Soetjiningsih -
Sonografi Sirosis Hepatis di RSUD Dr. Moewardi 22 – 25 Peranan Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini terhadap
Candra Wibowo - Farmakoterapi Rasional pada Insidens Sepsis Neonatorum Dini pada Kehamilan Aterm 14 – 17
Amebiasis 26 – 28 Sofie Rifayani Krisnadi - Dampak Infeksi Genital
Myrna Justina - Perdarahan Varises Gastroesofageal pada terhadap Persalinan Kurang Bulan 18 – 20
Hipertensi Portal 29 – 30 R. Haryono Roeshadi - Sulbaktam / Ampisilin sebagai
Azamris - Korelasi Sidik Tiroid Radioaktif dengan Antibiotika Profilaksis pada Seksio Sesarea Elektif di
Pemeriksaan Histopatologis pada Tonjolan Tiroid 31 – 33 RSIA Rosiva Medan 21 – 23
Santoso M, Lian S, Yudy - Gambaran Pola Penyakit John Rambulangi - Sindrom HELLP 24 – 28
Diabetes Melitus di Bagian Rawat Inap di RSUD Koja I Ketut Suwiyoga - Tes Human Papillomavirus sebagai
2000-2004 34 – 35 Skrining Alternatif pada Kanker Serviks 29 - 32
Suyono, Isa, Henry, Nugroho - Derajat Keasaman Air
Ludah pada Penderita Diabetes Melitus 36 – 37 Conny Riana Tjampakasari - Karakteristik Candida
Enrico Merentek - Resistensi Insulin pada Diabetes albicans 33 – 36
Melitus Tipe 2 38 – 41 Zulkhairi, Salli R Nasution - Sindrom Nefrotik pada
Iris Rengganis - Penggunaan dan Efek Samping Steroid 42 – 46 Kehamilan 37 – 41
Santoso M, Lyta, Pina - Gambaran Pola Komplikasi William Sanjaya, Abdul Hakim Alkatiri - Sindrom
Penderita Hipertensi yang Dirawat di RSUD Koja 2000- Antifosfolipid dan Trombosis 42 – 47
2004 47 – 49 Sriana Azis, S.R. Muktiningsih - Studi Manfaat Daun
Carta A. Gunawan - Sindrom Nefrotik - Patogenesis dan Katuk (Sauropus androgynus) 48 - 50
Penatalaksanaan 50 – 54 Kasnodihardjo, Rachmalina S Prasojo, Helper SP
Sardjana Atmadja - Peramalan Kadar Endometriosis Manalu - Dinamika Pelacuran di Wilayah Jakarta dan
Menggunakan Model Regresi Logistik 55 – 56 Surabaya dan Faktor Sosio Demografi yang Melatar-
Amarullah H. Siregar - Spa Medic - pilar Anti Aging belakanginya 51 – 54
Medicine 57 – 60
Produk Baru : Terapi dan Profilaksis Netropeni akibat Tjandra Yoga Aditama - Perkembangan Terbaru
Kemoterapi 61 Pengobatan Flu Burung 55 – 57
Informatika Kedokteran : Laporan pelbagai Simposium Phaidon Lumban Toruan - Latihan Beban Meningkatkan
pada Website Kalbe Farma 62 Kualitas Hidup Menghadapi Penuaan 58 – 59
Kegiatan Ilmiah 63 – 64
Kapsul : A Grading System for Hepatic Encephalopathy 65 Produk Baru: Neural Tube Defects – Fact and Prevention 60
Abstrak Kegiatan Ilmiah 61
Risiko Skizofrenia dan Malnutrisi Kapsul : Uji Laboratorium yang Dianjurkan untuk Kasus
JAMA 2005; 294: 557-61 66 Baru HIV Positif 62
SMS untuk Berhenti Merokok BMJ 2005; 331: 72 66
Funduskopi pada Hipertensi BMJ 2005; 331: 73-6 66 Abstrak
Sildenafil untuk Hipertensi Asam Valproat untuk Infeksi HIV Lancet 2005; 366 : 549-55 63
Pulmonal N. Engl. J. Med. 2005; 353: 2148-57 66 Pengobatan untuk HIV
Opioid untuk Neuropati JAMA 2005; 293: 3043-52 66 Positif N. Engl. J. Med. 2006; 354: 251-60 63
Efek Dinas Malam N. Engl. J. Med. 2005; 125-34 67 Penyakit setelah Perjalanan
Diet dan Exercise N. Engl. J. Med. 2005; 353: 2111-20 67 Wisata N. Engl. J. Med. 2006; 354: 119-30 63
Studi Populasi atas Kejadian Benazepril dan Fungsi
Vaskuler Lancet 2005; 366: 1773-83 67 Ginjal N. Engl. J. Med. 2006; 354; 131-40 63
Diazepam vs. Midazolam Terapi Karsioma
untuk Kejang Anak-anak Lancet 2005; 366 : 205-10 67 Ovarium N. Engl. J. Med. 2006; 354: 34-43 63

48 Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006


CDK 152. Kesehatan Wisata CDK 153. Stem cell

English Summary 4 Boenjamin Setiawan – Aplikasi Terapeutik Sel Stem 5


Embrionik pada Berbagai Penyakit Degeneratif
Levina S. Pakasi – Pelayaran Kedokteran Wisata – suatu M.K. Tadjudin – Aspek Bioetika Penelitian Stem Cell 9
peluang 5– 8 RWM Kaligis – Aplikasi Terapi Stem Cell pada Infark
Ana Rima, Reviono - Peranan Ilmu Kedokteran Wisata Miokard Akut 13
dalam Pencegahan Penyebaran Avian Influenza 9 – 12 A. Harryanto Reksodiputro – Stem Cell Therapy in
Sri Rezeki - Kesehatan Wisata pada Anak 13 – 17 Hematologic Malignancies 14
Iris Rengganis - Perlukah Imunisasi Dewasa 18 – 21 Ismail Setyopranoto – Application of Stem Cell Therapy
Faisal Yatim Lubis - Giardiasis (Demam Linsang) 22 – 23 in Parkinson Disease 16
Masri S Maha - Gejala Klinis dan Pengobatan Mohammad Saiful Islam – Terapi Sel Stem pada Cedera
Leptospirosis 24 – 26 Medula Spinalis 17
Faisal Yatim Lubis - Babesiosis (Piroplasmosis) 27 – 29 Nurhadi Ibrahim – Aplikasi Terapi Stem Cell pada Luka
PN. Harijanto - Perubahan Radikal dalam Pengobatan Bakar 20
Malaria di Indonesia 30 – 36 Virgi Saputra – Dasar-dasar Stem Cell dan Potensi
Noer Endah Pracoyo, Siti R, Melati Wati, dkk. - /Aplikasinya dalam Ilmu Kedokteran 21
Penelitian Bakteriologik Air Minum Isi Ulang di Daerah Richard Prayogo, Maria Teresa Wijaya – Kultur dan
Jabotabek 2003 - Maret 2004 37 – 40 Potensi Stem Cells dari Tarah Tali Pusat 26
Noer Endah Pracoyo, Danayati, Dewi Parwa - Analisis Meta W. Djojosubroto – Stem Cell Retina : Harapan baru
Mikrobiologik Beberapa Jenis Makanan Jajanan (Moko) di untuk mengatasi kebutaan ? 29
DKI Jakarta 41 – 42 Adiwirawan Mardjuadi – Penggunaan Human
Misnadiarly AS - Faktor-Faktor Berpengaruh terhadap Mesenchymal Stem Cells untuk Perbaikan Tulang Rawan 33
Masalah Kesehatan Kulit 43 – 45 Sendi pada Osteoarthritis
Hendrik, Kurnianto Trubus Pranowo, Anton Sulistyo, Rochman Naim – Penyakit yang Berhubungan dengan 36
dkk. - Pengaruh Waktu Penatalaksanaan Kegawatdarurat- Penghambatan Apoptosis
an Medis terhadap Mutu Pelayanan di Instalasi Gawat Jansen Silalahi – Antioksidan dalam Diet dan 39
Darurat RSUD Bantul 46 – 52 Karsinogenesis
Azamris - Analisis Faktor Risiko pada Pasien Kanker
Payudara di Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang 53 – 56 Kapsul : MRI 43
Prosedur Pemeriksaan Virus Avian Influenza 57 Informatika Kedokteran : Beberapa Strategi e-Health
Dunia 44
Produk Baru: Glisodin – the first orally effective SOD 58 Kegiatan Ilmiah : Laporan Simposium Stem Cell, dll. 45
Indeks Karangan Cermin Dunia Kedokteran 2006 48
Informatika Kedokteran : Konsep Standarisasi Protokol Abstrak
untuk bidang health-care information 59 – 60 Vaksinasi BCG Mengurangi
Risiko Infeksi TBC Lancet 2005; 366: 1443-51 50
Kegiatan Ilmiah 61 Bunuh Diri Menggunakan
Insektisida Lancet 2005; 366: 1452-59 50
Kapsul : Undesirable Effects and Complications of 62 Pola Infeksi HPV
Treatment with Hypnotic Drugs at Therapeutic Doses di Berbagai Negara Lancet 2005; 366: 991-98 50
Terapi Metilfenidat Clin.Drug Invest.2006;26(3):161-7 50
Abstrak Risiko Thallium test Lancet 2006;366:342 51
Manfaat Statin Angka Kelahiran Bayi Perempuan
Revaksinasi BCG Lancet 2005;366: 1267-78 63 di India Lancet 2006;367:211-18 51
tidak Bermanfaat Lancet 2005; 366: 1290-95 63 Terapi Neuralgia Pasca Herpes
Terapi Meningitis Meningokok Lancet 2005; 366: 308-13 63 Zoster Lancet 2006;367:219-24 51
Cedera pada Epilepsi Neurology 2004; 63: 1565-70 63 NSAID dan Kanker Mulut Lancet 2005;366:1359-66 51

Beauty blemished once, forever lost


(Shakespeare)

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 49


ABSTRAK
VAKSINASI BCG MENGURANGI tiga jenis insektisida organofosfat –
RISIKO INFEKSI TBC chlorpyrifos, dimethoate dan fenthion.
Dibandingkan dengan kematian
Penelitian dilakukan di Istanbul, akibat penggunaan chlorpyrifos (35
Turki untuk menilai risiko infeksi tbc dari 439, 8.0%), kematian tertinggi
paru pada anak-anak dengan kontak berasal dari penggunaan dimethoate
positif. Infeksi dideteksi melalui (61/264, 23.1%, OR 3.5, 95%CI 2.2-
pemeriksaan ELISpot (T-cell based 5.4) atau fenth0.02 242.09982 581.10179.02 0 0 10.02 265.1488492.56064 Tm(i)Tj10%1m
enzyme-linked immunospot assay).
Sejumlah 979 anak berusia sampai
16 tahun (median 7, IQR 3-11) kontak
dengan 414 dewasa penderita tbc paru
sputum positif, 770 (79%) di antaranya
mempunyai scar BCG.
Ternyata intensitas paparan dalam
rumah dan usia (petanda paparan
tuberkulosis di luar rumah) berhu-
bungan kuat dengan risiko infeksi
seperti diukur melalui TST (tuberculin
skin test) dan ELISpot. ELISpot juga
menemukan bahwa tidak adanya scar
BCG merupakan faktor risiko infeksi
independen di kalangan anak-anak
yang terpapar; odds ratio infeksi
tuberkulosis anak-anak yang
divaksinasi BCG 0.60 (95%CI 0.43-
0.83, p=0.003) dibandingkan dengan
anak-anak yang tidak divaksinasi.
Mereka menyimpulkan bahwa
vaksinasi BCG melindungi anak-anak
tidak hanya dari penyakit tbc tetapi
juga dari infeksi tbc.

Lancet 2005;366:1443-51
brw

BUNUH DIRI MENGGUNAKAN


INSEKTISIDA

Efek insektisida organofosfat pada


manusia seperti terlihat pada usaha
bunuh diri ternyata tidak seragam,
meskipun mereka berasal dari satu
golongan (organofosfat).
Penelitian dilakukan di tiga
rumahsakit di Srilanka selama kurun
waktu yang berbeda, antara 31 Maret
2002 sampai 25 Mei 2004. Selama
jangka waktu tersebut tercatat 802
pasien usaha bunuh diri menggunakan
ABSTRAK
RISIKO THALLIUM TEST dianalisis, jika anak pertamanya p=0.02); setelah 3 bulan 58 (21%) di
perempuan, adjusted sex ratio untuk kelompok epidural dan 63 (24%) di
Seorang pilot pesawat komersial anak ke dua ialah 759 perempuan kelompok kontrol melaporkan nyeri
mengaktifkan detektor radiasi saat untuk setiap 1000 laki-laki (99%CI (0.89, 0.65-1.21, p=0.47) dan setelah 6
melewati pemeriksaan di bandara. 731-787), sedangkan untuk anak ke bulan frekuensinya menjadi 39 (15%)
Pilot tersebut 2 hari sebelumnya tiga jika dua anak sebelumnya dan 44 (17%) di masing-masing
menjalani thallium-201 myocardial perempuan ialah 719 (675-762). kelompok.
perfusion scintigram. Empat hari Sebaliknya jika anak sebelumnya Tidak dijumpai efek samping
kemudian saat pilot tersebut kembali laki-laki, maka angka tersebut masing- yang berarti. Mereka menyimpulkan
melewati pemeriksaan yang sama, masing 1102 untuk kelahiran ke dua bahwa injeksi steroid + anestetika
alarm masih berbunyi. dan 1176 untuk kelahiran ke tiga. lokal saat akut tidak efektif untuk
Laporan ini menguatkan laporan Ibu yang berpendidikan tinggi mencegah nyeri pasca herpes zoster
sebelumnya bahwa 2 orang pernah mempunyai perbandingan yang lebih dalam jangka panjang.
ditahan oleh petugas Gedung Putih rendah (683, 610-756) dibandingkan
karena mengaktifkan detektor dengan ibu yang buta huruf (869, 820- Lancet 2006: 367: 219-24
brw
beberapa hari setelah mereka 917). Sebaliknya data lahir mati dan
menjalani thallium test; satu pasien kematian neonatal lebih banyak
lainnya mendapat kesulitan karena mengenai bayi laki-laki - total lahir
mengaktifkan detektor di sebuah bank. mati perempuan adalah 809 (689-929)
Thallium 201 mempunyai waktu paruh untuk setiap 1000 lahir mati laki-laki. NSAID DAN KANKER MULUT
73 jam dengan dosis rata-rata saat tes Para peneliti menduga aborsi bayi
80 MBq, sehingga dapat mengaktifkan perempuan merupakan penyebab Anti inflamasi non steroid diduga
detektor radioaktif sampai dua minggu distorsi ini, terutama pada ibu yang mencegah beberapa jenis kanker, tetapi
setelah pemeriksaan. Isotop lain yang sebelumnya melahirkan satu atau dua meningkatkan risiko kardiovaskuler.
sering digunakan pada penelitian anak perempuan; dan ini menyebabkan Analisis case-control dilakukan
medis adalah I-131 dapat 'hilang'nya kira-kira 0.5 juta bayi atas data population based di
mengaktifkan detektor sampai 100 hari perempuan tiap tahun. Norwegia, dari penderita kanker oral
setelah pemeriksaan; I-123 hanya yang dideteksi di antara 9241 orang
beberapa hari, sama seperti Tc-99m Lancet 2006; 367: 211-18 berisiko tinggi kanker oral karena
dan F-18. Sedangkan Indium - 111 brw perokok berat (> 15 pack-years)
dan Gallium - 67 antara 20-30 hari. dibandingkan dengan kontrol dari
Laporan ini patut diperhatikan kelompok yang sama.
bagi orang-orang yang akan bepergian TERAPI NEURALGIA PASCA Penggunaan NSAID (tetapi bukan
beberapa saat setelah menjalani tes HERPES ZOSTER parasetamol) dikaitkan dengan
yang menggunakan bahan tersebut. penurunan risiko kanker oral (termasuk
Sampai saat ini terapi neuralgia di kalangan perokok aktif) - hazard
Lancet 2005; 366 : 342 pasca herpes zoster masih belum ratio 0.47., 95%CI 0.37-0.60, p<
brw memuaskan; oleh karena itu 0.0001). Berhenti merokok juga me-
sekelompok peneliti di Belanda nurunkan risiko kanker oral (0.41,
mencoba tambahan pemberian satu 0.32-0.52, p < 0.0001).
kali injeksi 80 mg. metilprednisolon + Selain itu penggunaan NSAID
ANGKA KELAHIRAN BAYI 10 mg. bupivakain epidural saat akut, jangka panjang (tetapi bukan
PEREMPUAN DI INDIA di samping pengobatan antiviral oral parasetamol) juga dikaitkan dengan
Analisis data kelahiran tahun dan analgetik biasa pada 598 pasien peningkatan risiko kematian kardio-
1997 di India menunjukkan bahwa herpes zoster fase akut (< 7 hari) di vaskular (2.06, 1.34 – 3.18, p=0.001).
angka kelahiran bayi laki-laki lebih bawah dermatom C7. NSAID tidak menurunkan mortalitas
besar daripada angka kelahiran bayi Setelah 1 bulan, 137 (48%) pasien keseluruhan (p=0.17).
perempuan, terutama jika anak epidural melaporkan nyeri, dibanding-
pertamanya perempuan. kan dengan 164 (58%) di kelompok Lancet 2005;366: 1359-66
brw
Dari 133 738 kelahiran yang kontrol (RR 0.83; 95%CI 0.75-0.97;

Cermin Dunia Kedokteran No. 153, 2006 51


Ruang
Penyegar dan Penambah
Ilmu Kedokteran
Dapatkah saudara menjawab
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini?

1. Yang paling mudah didapat : 6. Transplantasi sumsum tulang di Indonesia telah dilakukan
a) Fetal stem cells di :
b) Bone marrow stem cells a) Jakarta
c) Umbilical cord blood stem cells b) Bandung
d) Embryonic stem cells c) Semarang
e) Semua sama mudahnya d) Yogyakarta
e) Semua di atas
2. Keuntungan umbilical cord stem cells :
a) Mudah didapat 7. Cedera medulla spinalis yang berisiko menyebabkan
b) Plastisitasnya cukup baik kegagalan pernafasan ialah jika di atas segmen :
c) Immunogenecity nya rendah a) C 4
d) Telah banyak diteliti b) C 6
e) Semua benar c) C 7
d) T 1
3. Yang telah digunakan dalam klinik adalah transplantasi e) T 4
stem cell pada :
a) Infark miokard 8. Sel retina yang terbentuk paling awal :
b) Leukemi a) Sel ganglion
c) Stroke b) Sel runjung (cone)
d) Rejuvenasi kulit c) Sel batang (rod)
e) Artritis d) Sel amakrin
e) Sel horisontal
4. Stem cell yang paling besar potensinya untuk
berdiferensiasi : 9. Terapi stem cells pada osteoarthritis ditujukan untuk
a) Sel totipoten meremajakan :
b) Sel pluripoten a) Osteosit
c) Sel multipoten b) Khondrosit
d) Sel omnipoten c) Cairan sinovial
e) Semua sama d) Jaringan ikat/tendon
e) Sel saraf
5. Sumber stem cell yang terbaik berasal dari :
a) Embrio 10. Penerapan teknologi stem cell pada terapi luka bakar ialah
b) Sumsum tulang untuk kultur :
c) Kultur jaringan a) Sel jaringan ikat
d) Domba b) Sel saraf
e) Sapi c) Sel pembuluh darah
d) Sel kulit
e) Semuanya

JAWABAN : 1.C 2.E 3.B 4.A 5. A


6.E 7.A 8.A 9.B 10. D

52 Cermin Dunia Kedokteran No.153, 2006

Anda mungkin juga menyukai