Dunia Kedokteran
International Standard Serial Number: 0125 – 913X
87. Mata
September
1993 Daftar Isi :
2. Editorial
4. English Summary
Artikel
Redaksi
Dunia Kedokteran
International Standard Serial Number: 0125 – 913X
Cermin Dunia Kedokteran menerima naskah yang membahas berbagai sesuai dengan urutan pemunculannya dalam naskah dan disertai keterangan
aspek kesehatan, kedokteran dan farmasi, juga hasil penelitian di bidang- yang jelas. Bila terpisah dalam lembar lain, hendaknya ditandai untuk meng-
bidang tersebut. hindari kemungkinan tertukar. Kepustakaan diberi nomor urut sesuai dengan
Naskah yang dikirimkan kepada Redaksi adalah naskah yang khusus untuk pemunculannya dalam naskah; disusun menurut ketentuan dalam Cummulated
diterbitkan oleh Cermin Dunia Kedokteran; bila telah pernah dibahas atau di- Index Medicus dan/atau Uniform Requirements for Manuscripts Submitted
bacakan dalam suatu pertemuan ilmiah, hendaknya diberi keterangan mengenai to Biomedical Journals (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9). Contoh:
nama, tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut. Basmajian JV, Kirby RL. Medical Rehabilitation. 1st ed. Baltimore. London:
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila menggunakan William and Wilkins, 1984; Hal 174-9.
bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties of invading microorganisms.
berlaku. Istilah media sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa Indonesia Dalam: Sodeman WA Jr. Sodeman WA, eds. Pathologic physiology: Mecha-
yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia. Redaksi berhak nisms of diseases. Philadelphia: WB Saunders, 1974; 457-72.
mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Setiap naskah harus di- Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasan filariasis di Indonesia. Cermin
sertai dengan abstrak dalam bahasa Indonesia. Untuk memudahkan para pem- Dunia Kedokt. l990 64 : 7-10.
baca yang tidak berbahasa Indonesia lebih baik bila disertai juga dengan abstrak Bila pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; bila tujuh atau lebih,
dalam bahasa Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri abstrak sebutkan hanya tiga yang pertama dan tambahkan dkk.
berbahasa Inggris untuk karangan tersebut. Naskah dikirimkan ke alamat : Redaksi Cermin Dunia Kedokteran,
Naskah diketik dengan spasi ganda di atas kertas putih berukuran kuarto/ Gedung Enseval, JI. Letjen Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510
folio, satu muka, dengan menyisakan cukup ruangan di kanan-kirinya, lebih P.O. Box 3117 Jakarta.
disukai bila panjangnya kira-kira 6 - 10 halaman kuarto. Nama (para) pe- Pengarang yang naskahnya telah disetujui untuk diterbitkan, akan diberitahu
ngarang ditulis lengkap, disertai keterangan lembaga/fakultas/institut tempat secara tertulis.
bekerjanya. Tabel/skema/grafik/ilustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas- Naskah yang tidak dapat diterbitkan hanya dikembalikan bila disertai
jelasnya dengan tinta hitam agar dapat langsung direproduksi, diberi nomor dengan amplop beralamat (pengarang) lengkap dengan perangko yang cukup.
Dasar-dasar Imunologik
pada Penyakit Mata
Sofia Mubarika Haryana, Marsetyawan Soesatyo
Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjahmada, Yogyakarta
pada kornea, dan dapat terjadi pada satu mata atau dua mata. Cytomegalovirus ditemukan pada seluruh lapisan retina dan
Jamur penyebab antara lain: Candida parapsilosis, Candida pigmen epitel retina kadang-kadang di khoroid. Pada 15 dari 100
albicans dan biasanya dapat disembuhkandengan terapi Ampho- penderita, CMV retinitis merupakan manifestasi initial penyakit
tericin B, miconazol, ketoconazol. AIDS. Data epidemiologik menunjukkan bahwa CMV dapat
d) Keratitis Bakteri ditularkan secara seksual. Hampir 100% laki-laki homoseks
Infeksi kornea oleh Pseudomonas aeruginosa, Stafilokok dengan infeksi HIV disertai seropositif CMV dan lebih dari
aureus dan epidermidis pada penderita dengan imunodefisiensi separuhnya CMV ditemukan pada urine dan semen.
biasanya lebih berat serta lebih luas mengenai sklera bahkan Lebih dari 90% penderita AIDS disertai infeksi CMV (pada
perforasi kornea. Pengobatan biasanya lebih sulit dan harus lebih pemeriksaan otopsi) dan lebih dari 50% terdapat CMV viremia.
intensif dengan antibiotik. Pengobatan masih merupakan masalah karena tidak ada
e) Molluscum contagiosum terapi spesifik untuk CMV, meskipun akhir-akhir ini dilaporkan
Pada penderita AIDS biasanya dengan onset yang lebih beberapa penelitian dengan antivirus yang dikenal dengan nama
cepat, lesi lebih besar dan lebih banyak. DHPG atau Ganciclovir. Obat ini efektif terhadap CMV, karena
dapat mencegah replikasi virus, akan tetapi tidak dapat meng-
INFEKSI OPORTUNISTIK SEGMEN POSTERIOR MATA eradikasi virus yang tetap berada di retina. Oleh karena itu pe-
makaian harus terus menerus untuk mencegah reaktivasi serta
a) Retinitis Cytomegalovirus mempertahankan agar lesi tidak meluas. Dosis 5 mg/kg BB
Infeksi Cytomegalovirus merupakan penyebab utama pe- intravena.
nurunan visus, kebutaan bahkan kematian pada penderita AIDS Pengobatan initial (induksi) selama 2–4 minggu dapat
hanya dalam waktu beberapa bulan saja. Infeksi CMV pada menghentikan progresivitas retinitis, dan dengan dosis yang di-
retina disebabkan penyebaran secara hematogen ke retina. pertaha,tkan dapat menghambat atau memperlambat kekam-
Gambaran klinis yang khas pada retina dalam bentuk buhan. Pemberian secara intra vitreal 400 ug dalam 0.1 ml/
eksudat, edema, perdarahan, vaskulitis yang sangat progresif dan minggu dapat memberikan respons klinis yang sama dengan
berakhir dengan nekrosis, kalsifikasi serta atrofi seluruh lapisan pemberian secara intravena. Leukopenia merupakan efek toksik
jaringan retina, sedangkan jaringan khoroid relatif tidak terlibat, obat yang bersifat reversibel bila obat dihentikan akan tetapi
karena virus ini bersifat neurotropik ditambah lagi peranan reaktivasi dapat timbul 114 minggu setelah obat dihentikan.
membrana Bruch yang merupakan barrier mencegah masuknya Adenine Arabinoside 20 mg/kg BB secara temporer dapat
virus ke khoroid. Reaksi radang dapat juga terjadi di korpus mengurangi virus shedding serta menghambat progresivitas
vitreum dan menimbulkan kekeruhan vitreous. Diagnosis klinis penyakit. Phosphonoformate (Foscarnet), suatu inhibitor virus
tidak sulit, lesi retina yang khas yang disebut Pizza pie DNA polymerase, dapat melewati blood brain barrier dan di-
appereance dapat dilihat jelas dengan pemeriksaan funduskopi. katakan efektif terhadap CMV, dosis 60 mg/kg BB 3 dd.
Ditemukannya antibodi terhadap CMV di dalam serum dan Asiklovir dan V idarabine dikatakan tidak efektif terhadap CMV,
akuos dapat menunjang diagnosis. Adanya CMV retinitis dapat karena enzimnya berbeda.
pula disertai infeksi CMV secara sistemik. Kekambuhan CMV retinitis sering terjadi meskipun masih
Catatan Redaksi :
Naskah berjudul:'Virus HcpatitisC pada Hepatitis Menahun dan Sirosis Hati di Surabaya'
olch Widawati Socmarto yang ditcrbilkan dalam Cumin Dunia Kedokteran 1993; 85:
11–13 sudah pernah ditcrbitkan di Majalah Ilmu Pcnyakit Dalam Surabaya, vol. 17, no.
2, April–Juni 1991, hal. 38–44.
Dalam karangan tersebut, Tabe12 seharusnya seperti yang tercantum di bawah ini :
SINOPSIS
Setelah pembangunan kesehatan telah berhasil mengatasi penyakit infeksi bakteriil,
parasit dan mikosis dengan berbagai obat antibiotika dan penataan sanitasi lingkungan,
maka infeksi viral yang tidak sensitif terhadap pengobatan antibiotika ini akan semakin
meluas di masyarakat, termasuk penyakit viral mata.
Hingga sekarang, obat-obat anti-viral telah mulai ikut berkembang maju, tetapi
yang lebih penting adalah: bagaimana menangani dan mengatur strategi pengobatannya,
mengingat patogenesis dari berbagai macam virus yang menyerang mata ternyata
beraneka ragam sesuai dengan golongannya, apakah golongan virus DNA, virus RNA,
atau golongan kuman yang terlalu besar dimensinya untuk dikatakan sebagai virus,
yaitu Chlamydia yang intinya mengandung materi biogenetik DNA maupun RNA,
suatu bakteri intraseluler sangat kecil, bersifat basofilik penyebab penyakit trachoma
(own Chlamydia trachomatis) dan penyakit keputihan/vaginal discharge yang disertai
radang mata disebut cervicitis-urethritis di sertai conjunctival blennorrhea (yang disebab-
kan oleh Clamydia oculo-genitale), dan apabila penyakit ini tidak diobati akan menye-
babkan kebutaan; sebenarnya kedua kuman ini sangat sensitif terhadap antibiotika rutin
misalnya sulfonamida atau eritromisin.
Sederetan golongan virus RNA yang sering menyerang mata segmen anterior mi-
salnya: Rubeola, Influenza, Mumps, semuanya hanya menyebabkan keratitis punctata
yang ringan sampai sedang saja, dan 'conjunctivitis, folikuler yang. berair, merupakan
penyakit yang akan sembuh sendiri (self-limiting disease), sedangkan pengobatannya
hanyalah suportif murni. Virus Rubella dan Cytomegalovirus (CMV) yang permu-
laan penyakitnya tidak kentara (insidious) dapat pula menjadi sistemik dan dampaknya
akan menghancurkan retina mata sedikitdemi sedikit. InfeksiRubella bersifat kongenital,
dapat menyebabkan keratitis bcrat, glaukoma dan chrorio-retinitis. Sedangkan CMV
kongenital maupun yang menyerang setclah kelahiran (acquired infection) selalu
merusak retina dan meinerlukan pengobatan khusus. CMV sebenarnya termasuk golong-
an virus DNA seperti: HSV (Herpes Simplex Virus) — VZV (Varicella Zoster Virus, yang
PENDAHULUAN kornea.
Pada beberapa keadaan, transplantasi kornea merupakan
satu-satunya cara untuk memperbaiki tajam penglihatan dan Rejeksi transplan (graft rejection)
mengembalikan seseorang pada kehidupan sosial yang normal. Kekeruhan yang terjadi 2–3 minggu setelah transplantasi di
Tetapi pada kenyataannya, kemungkinan untuk terjadinya ke- mana transplan mengalami masa jernih sebelumnya merupakan
keruhan kornea yang disebut rejeksi transplan tetap merupakan terminologi yang dihubungkan dengan proses imunopatofisio-
risiko yang harus dihadapi. logi. Perihal rejeksi transplan akan dibicarakan lebih lanjut.
Beberapa faktor yang memungkinkan terjadinya rejeksi dan
Antigen
cara-cara untuk menanggulanginya telah banyak diperdebatkan.
Antigen merupakan suatu protein kornea yang dapat diper-
Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka kemung-
oleh dengan berbagai cara, antara lain elektroforesis, imuno-
kinan rejeksi ini dapat dikurangi.
elektroforesis, imunodifusi dan lain-lain. Pada kornea bovine
didapatkan 6–15 antigen. Padapenelitian dengan kornea manusia,
DEFINISI
IgG dan IgA didapatkan setengah sampai seperlima bagian
Gagal transplan (graft failure) serum, sedangkan IgM didapatkan dalam jumlah yang lebih
Kekeruhan transplan yang terjadi sebelum 2 minggu pasca sedikit.
transplantasi atau dalam hal ini transplan tidak pernah meng- Remky mendapatkan bahwa pada epitel kornea lebih
alami masa jernih setelah transplantasi. Merupakan terminologi banyak mengandung antigen dibandingkan stroma, dengan
umum untuk kekeruhan transplan. demikian ia berpendapat bahwa stroma kornea donor tidak ber-
Gagal transplan dihubungkan dengan : pengaruh pada proses rejeksi.
a) Kualitas donor Penelitian terakhir mendapatkan antigen histocompatibility
Terdapat kerusakan sel endotel donor sehingga sejak hari dalam proses rejeksi. Antigen ini terdapat pada seluruh per-
pertama, transplan tampak menebal, dengan lipatan-lipatan mukaan sel dan berbeda secara individu. Hal ini yang diperkirakan
membran Descemet. Walaupun kadang-kadang reversibel, te- mengapa pada seseorang dapat terjadi rejeksi sedangkan yang
tapi bila kerusakan sangat berat dan menetap setelah beberapa lainnya tidak. Antigen ini disebut Human Leucocyte Antigen
minggu tanpa mengalami kejernihan, maka transplan dalam (HLA). Didapatkan HLA-A, B, C dan DR. Peranan yang tepat
kcadaan irreversible. dari masing-masing HLA ini masih diperdebatkan, tetapi di-
b) Trauma operasi dapatkan konsensus bahwa HLA memang memegang peranan
Bilik mata depan yang dangkal menyebabkan pergeseran sel penting dalam proses rejeksi.
endotel dengan permukaan iris; perlekatan vitreous dengan endotel
scrta tindakan-tindakan mekanik, selama operasi atau irigasi MEKANISME REJEKSI
yang berlebihan akan menycbabkan disfungsi endotel dan edema Masih menjadi tanda tanya di mana terjadi interaksi antara
Going to church doesn't make you. a Christian any more than going
to garage makes you an automobile (Billy Sunday)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS KLINIS
a) Dakriosistografi – cara ini relatif mahal dan memerlukan
Keadaan yang menentukan prognosis dan penanganan
ketrampilan ahli radiologi untuk mendapatkan foto yang baik.
gangguan sistem ekskresi lakrimal adalah derajat gangguan
Pemilihan jenis kontras yang sesuai kepekatannya penting dan
sakus lakrimalis.
dalam interpretasi fungsi tidak banyak manfaatnya karena
Tahapan pemeriksaan yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
penyuntikan kontras disertai penekanan.
a) Penekanan pada pangkal hidung di daerah sakus lakrimalis
b) Skintilografi – suatu pemeriksaan dengan menggunakan
dan penekanan ini akan membawa dua kemungkinan. Ke-
tracer radioaktif Technetium. RS Hasan Sadikin dan RS Mata
mungkinan pertama, keluarnya cairan dari pungtum lakrimalis
Cicendo sudah membuat suatu prosedur yang baik dalam men-
dan kemungkinan kedua tidak ada cairan yang berbalik dari
jalankan pemeriksaan ini. Departemen Kesehatan akan me-
pungtum tersebut. Keluarnya cairan dari pungtum menunjukkan
nyediakan Gamma-Camera di beberapa RS Daerah untuk tahun
adanya bendungan dan penimbunan cairan dalam sakus dan
anggaran 1993–1994 dan ini dapat dimanfaatkan oleh para
dalam pencatatan dinyatakan bahwa uji regurgitasi positif.
spesialis mata. Analisis fungsi sistem ekskresi lakrimal dapat
b) Sondase horisontal, uji ini penting dan dilakukan hanya pada
dibuat dalam real time.
arah horisontal. Hasil pengujian akan membedakan letak sum-
batan pada daerah pra sakus atau pasca sakus. Dibedakan
PENANGANAN GANGGUAN SISTEM EKSKRESI LA-
mengenāi tahanan yang didapat, suatu tahanan lunak (soft stop)
KRIMAL
menunjukkan sumbatan pada kanalikulus sedangkan suatu ta-
hanan keras (hard stop) menunjukkan hambatan pada saluran a) Atresia pungtum
nasolakrimalis. Pada umumnya sondase yang diteruskan ke arah Bila pungtum inferior tidak terbentuk, pemeriksaan skintilo-
vertikal pada orang dewasa dengan tujuan membuka aliran grafi dapat membantu penilaian sistim ekskresi keseluruhan.
nasolakrimalis dianggap suatu kontra indikasi. Mikroskop operasi mutlak digunakan untuk mencani lokalisasi
c) Uji yang memerlukan penggunaan zat pewarna yaitu uji pungtum. Insisi berbentuk bintang diteruskan dengan pemasang-
Tabel 1. Parameter Selection Table for Standard Radial Keratotomy 7.5 Diopters 18 to 25 3.00 mm 8 Yes
Procedure(4) 7.5 Diopters 26 to 35 3.00 mm 8 Yes
7.5 Diopters 36 to 40 3.00 mm 8 Yes
Myopia Age
Optical Number Peripheral 7.5 Diopters Over 40 3.00 mm 8 Yes
Zone Incision Redeepening
1 Diopter 18 to 25 4.50 mm 4 No Keterangan :
1 Diopter 26 to 35 4.75 mm 4 No Tabel diambil dari buku: Radial Keractotomy and Astigmatism Surgery, 2nd ed.
1 Diopter 36 to 40 5.00 mm 4 No oleh William Ellis M.D., FAGS.
1 Diopter Over 40 5.00 mm 4 No Untuk pemula dianjurkan melakukan 4 insisi - 8 insisi, bila
diperlukan lebih 8 insisi sebaiknya dikerjakan 3 bulan kemudian.
∗ lama mengkerut, berpigmen, lebih jernih. 0 Nol mu < 5 sel/lapangan Nol atau sedikit
– Jenis sel : 1 Ringan, 5–10 sel/lapangan Ringan
2 Sedang, 11–20 sel/lapangan Sedang tanpa plastik
∗ lekosit berinti banyak kemampuan aglutinasi rendah, halus
3 Agak berat, 21–50 sel/lapangan Agak berat dengan plastik
keabuan. 4 Hipopion
∗ limfosit kemampuan aglutinasi sedang membentuk kelom-
pok kecil bulat batas tegas, putih. • Uveitis anterior akut
∗ makrofag kemampuan aglutinasi tinggi tambahan lagi sifat Kenaikan jumlah sel dalam bilik depan mata sebanding
fagositosis membentuk kelompok lebih besar dikenal sebagai dengan derajat peradangan dan penurunan jumlah sel sesuai
mutton fat. dengan penyembuhan pada pengobatan uveitis anterior.
– Ukuran dan jumlah sel : • Uveitis anterior kronik
∗ halus dan banyak terdapat pada iritis dan iridosiklitis akut, Terdapat efek Tyndall menetap dengan beberapa sel menun-
retinitis/koroiditis, uveitis intermedia. Uveitis anterior akut dengan jukkan telah terjadi perubahan dalam permeabilitas pembuluh
etiologi penyakit sendi dan infeksi fokal. darah iris.
∗ kecil dan hanya beberapa, terdapat pada Sindrom Posner- Ella terjadi peningkatan efek Tyndall disertai dengan eksu-
Schlossman. dasi sel menunjukkan adanya eksaserbasi peradangan.
∗ mutton fat keabuan dan agak basah. Terdapat pada uveitis 4.2) Sel
granulomatosa disebabkan oleh tuberkulosis, sifilis, lepra, Vogt- Sel radang berasal dari iris dan badan siliar. Pengamatan sel
Koyanagi-Harada dan simpatik oftalmia. Juga ditemui pada akan terganggu bila efek Tyndall hebat. Pemeriksaan dilakukan
uveitis non granulomatosa akut dan kronik yang berat. Mutton fat dengan lampu celah dalam ruangan gelap dengan celah 1 mm dan
dibentuk oleh makrofag yang bengkak oleh bahan fagositosis tinggi celah 3 mm dengan sudut 45. Dapat dibedakan sel yang
dan set epiteloid berkelompok atau bersatu membentuk kelom- terdapat dalam bilik mata depan.
Pilih jawaban yang tepat : 10. Keratokonjungtivitis epidemika mungkin disebabkan oleh :
1. Dihasilkan oleh fibroblas A. Interleukin-1 A. Bakteri
2. Dihasilkan oleh monosit B. Interleukin-2 B. Protozoa
3. Dihasilkan oleh limfosit T C. Interleukin-3 C. Reaksi hipersensitivitas
4. Merupakan penyebab demam endogen D. Interleukin-4 D. Jamur
5. Merupakan faktor pertumbuhan sistim E. Interleukin-5 E. Reaksi autoimun
6. Mempengaruhi pertumbuhan eosinofil F. Interleukin-6 11. Kelainan mata yang dapat menyertai tumor Wilms :
7. Mempengaruhi produksi IgE G. Interleukin-7 A. Aniridia
8. Dapat berperan sebagai colony H. Interleukin-8 B. Koloboma iris
stimulating factor C. Albinisme iris
D. Nodul iris
E. Pupil ektopik
9. Yang bukan sifat ulkus Mooren : 12. Dakriosistografi merupakan alat diagnostik untuk deteksi
A. Kronik kelainan :
B. Procresif A. Retina
C. Purulen B. Lensa
D. Letak marginal C. Iris
E. Menggaung D. Sistim lakrimal
E. Sistim saraf (n. optikus)