Anda di halaman 1dari 10

MENYINGKAP KETIDAKPROFESIONALAN SOAL

UJIAN NASIONAL 2008 UNTUK MATA


PELAJARAN FISIKA DI JENJANG SMA
(Oleh : Mariano N. S.Si.)

Tulisan ini akan membahas beberapa soal Ujian Nasional 2008 untuk mata pelajaran
Fisika SMA yang diujikan di kota Bandung pada hari Kamis, 24 April 2008 dengan nomor
Kode D13-P12-2007/2008 (paket soal A) dan D13-P45-2007/2008 (paket soal B). Kedua
paket soal tersebut berisi soal-soal yang sama persis, hanya saja nomor soalnya yang
berbeda.

Saya sebagai guru fisika SMA, jujur saja merasa cukup kecewa melihat soal-soal fisika
Ujian Nasional sepertinya dikerjakan tidak dengan kesungguh-sungguhan (tidak
profesional), dan jumlahnya soalnya cukup banyak, yaitu ada 10 soal yang cukup
menjadi perhatian saya (berarti ada 25% dari jumlah soal yang ada 40 buah).

Pembahasan seluruh jawaban soal tidak akan ditampilkan disini, pembahasan hanya
akan memperlihatkan beberapa soal yang sepertinya tidak layak untuk diujikan dalam
skala nasional. Ketidakprofesionalan ini terlihat dari adanya soal yang tidak ada
jawabannya, juga terlihat dari gambar-gambar yang disajikan, banyak yang salah
gambar ataupun kurang, kesalahan-kesalahan yang seharusnya tidak terjadi karena
ujian ini berada pada tingkat nasional. Karena bidang saya adalah fisika, maka saya tidak
punya kompetensi untuk membahas mata pelajaran yang lainnya, hanya saja menurut
beberapa rekan yang berkompeten di bidangnya, soal-soal mata pelajaran yang lain juga
mengalami hal yang sama, banyak yang tidak profesional dan tidak layak untuk diujikan
secara nasional.

Apakah para pembuat soal hanya ‘asal’ saja dalam membuat soal atau tidak mengoreksi
ulang apa yang telah diketik? Lalu bagaimana dengan siswa yang mengerjakan? Apakah
mereka hanya asal saja mengisi karena harus ada jawabannya? Apakah soal yang tidak
ada jawabannya itu tetap memiliki jawaban di komputer pemeriksa?

Disini telah dipilih 10 soal fisika (dari 40 soal) yang cacat dalam penyampaian baik
kalimatnya, gambarnya maupun jawabannya. Pembahasan disini akan menitikberatkan
untuk melihat keganjilan dari setiap soal saja.

1. Soal no. 1 di paket A dan no. 3 di paket B


Pembahasan :

 Pada soal tertulis ‘balok kayu’, tetapi di gambar tertulis ‘blok kayu’. Apakah ini
salah ketik? Kesalahan kecil seperti ini bukankah cukup memalukan di tingkat
nasional?

 Perhatikan skala vernier (skala nonius) jangka sorong, seharusnya dengan jangka
sorong tersebut, skala dari 0 sampai 10 panjangnya adalah tepat 9 mm, tetapi
pada gambar di atas panjangnya hanyalah 7 mm lebih. Ini bukanlah kesalahan
kecil dalam fisika, tetapi kesalahan besar yang sangat serius!

 Dari soal di atas, tebalnya balok kayu (atau blok kayu?) tersebut adalah 0,86 cm,
karena skala nol nonius ada di 0,8 cm lebih dan skala nonius yang berimpit
dengan skala cm ada pada skala nonius ke-6, tetapi jawaban tersebut tidak ada
pada pilihan soal. Mendekatipun tidak ada. Apakah yang membuat soal ini orang
fisika? Layakkah soal ini masuk ujian tingkat nasional? Apakah kunci jawaban di
komputer dari soal ini?

2. Soal no. 3 di paket A dan no. 1 di paket B


Pembahasan :

 Yang aneh pada soal ini adalah kurung siku untuk R. Tidak ada notasi kurung siku
pada penulisan vektor. Untuk apa kurung siku tersebut harus dituliskan? Apakah
untuk membingungkan siswa saja? Atau pembuat soalnya tidak mengerti notasi-
notasi vektor? (Tanpa kurung siku, soal ini bisa dijawab dengan jawaban C).

3. Soal no. 7 di paket A dan no. 4 di paket B

Pembahasan :

 Jika dilihat dari letak soal yang ada pada nomor-nomor awal, maka soal ini berada
pada bab Hukum Newton di kelas X. Pembahasan gaya-gaya yang bekerja pada
benda tidak memperhatikan ukuran benda karena benda masih dianggap benda
titik. Ukuran benda baru diperhitungkan pada kelas XI, yaitu pada bab benda
tegar. Pada benda titik, titik tangkap gaya-gaya yang bekerja pada benda selalu
dimulai dari titik pusat benda, tetapi pada soal di atas, titik tangkap dari ketiga
gaya berada pada permukaan benda (seperti persoalan benda tegar), bahkan titik
tangkap gaya diberi titik yang tebal. Jika harus dikerjakan dengan cara benda
tegar, maka tidak akan bisa dikerjakan, karena ukuran benda tidak diketahui,
berarti soal tersebut adalah soal Hukum Newton (jika dikerjakan dengan prinsip
Hukum Newton maka jawabannya adalah B). Kemudian apakah arti dari garis
hubung yang tegak lurus yang menghubungkan ketiga gaya? Garis itu sama
sekali tidak ada artinya (tetapi pada persoalan benda tegar, garis itu sangat
berarti dalam melakukan perhitungan). Disini kita melihat keanehan gambar soal
fisika tersebut.

4. Soal no. 17 di paket A dan no. 20 di paket B

Pembahasan :

 Yang aneh pada gambar soal adalah keterangan H = 4m. Untuk mencari waktu t,
keterangan H sebenarnya tidak perlu karena keterangan x sudah diketahui.
Dengan memakai hukum Bernoulli dan perhitungan gerak parabola, jawaban soal
tersebut adalah A. Lalu untuk apa dituliskan H = 4m? Jika x tidak diketahui, maka
jarak titik kebocoran sampai tanah diperlukan. Meskipun demikian, jarak H = 4m
tersebut diukur dari dasar tangki sampai tanah, lalu berapa jarak dasar tangki
sampai titik kebocoran? Jarak yang hilang ini menimbulkan pertanyaan besar.
 Bukan hanya sampai disitu keanehan yang ada, dengan hukum Bernoulli dan
perhitungan gerak parabola, ketinggian titik kebocoran sampai tanah bisa
dihitung, yaitu hanya 1 m saja. Mengapa ada tulisan H = 4 m? Itupun masih ada
jarak yang hilang sehigga ketinggian titik kobocoran melebihi 4 m pada soal! Kita
bisa melihat bahwa soal ini sepertinya hanya asal-asalan saja dibuat.

5. Soal no. 21 di paket A dan no. 26 di paket B

Pembahasan :

 Perhatikan pertanyaannya : ‘Jika berkas yang keluar dari lensa okuler merupakan
berkas sejajar …’. Berkas sejajar diperoleh jika benda terletak tepat pada fokus
lensa. Soal di atas bisa dihitung dan jawabannya adalah D. Yang menjadi
keanehan adalah di awal soal diberitahukan bahwa susunan lensa tersebut adalah
mikroskop. Bayangan yang dibentuk oleh lensa obyektif mikroskop seharusnya
terletak di ruang I dari lensa okuler (antara fokus dan lensa). Jika bayangan
obyektif terletak tepat di fokus okuler, maka namanya bukanlah mikoroskop,
tetapi teropong bintang (dan bayangan obyektif juga tepat berada di fokus
obyektif). Bukankah lebih baik sejak awal tidak diberitahu ‘mikroskop’, tetapi
‘susunan lensa’ saja?

6. Soal no. 23 di paket A dan no. 25 di paket B


Pembahasan :

 Pernyataan ‘ujung tetap’ memberikan kerancuan pada soal ini, karena gambar
gelombang di soal bukanlah gambar gelombang stasioner (gelombang yang
terjadi jika ada ujung tetap). Tetapi jika soal ini bermaksud akan terjadi
gelombang stasioner, maka melalui rumus gelombang stasioner ujung tetap,
jawaban soal di atas adalah : . Jawaban ini tidak ada
pada pilihan.

 Jika jarak x seperti terlihat pada gambar, yaitu tepat dipuncak gelombang PP’,
yaitu x = 1 m, maka jawaban soal di atas adalah : , inipun
tidak ada di pilihan.

 Jika ujung tetap diabaikan dan hanya dianggap gelombang berjalan biasa, maka
jawabannya adalah : atau dengan rumus trigonometri
diperoleh :

. Jawaban ini hampir menyerupai pilihan B, hanya


beda tanda minus saja. Apakah jawabannya B?

 Jika ujung tetap diabaikan dan hanya dianggap gelombang berjalan biasa dan x
dihitung dari titik A, maka jawabannya adalah : , yaitu
jawaban A. Jika ini jawabannya, lalu untuk apa disebutkan ujung tetap? Ini soal
yang tidak ada jawabannya. Lalu apa jawaban di komputer pemeriksa?
7. Soal no. 27 di paket A dan no. 31 di paket B

Pembahasan :

 Memang pada soal ini hanya ada kesalahan kecil saja, tetapi memang seharusnya
tidak ada dalam ujian skala nasional, yaitu jarak muatan q2 ke q3 yang sebesar
0,5a. Tanda panahnya kurang satu, yaitu yang menuju ke muatan q2, dan juga
jika jaraknya hanya 0,5 a, maka panjang garisnya seharusnya sekitar
setengahnya yang jaraknya a. Bukankah hal ini tidak pantas untuk ujian skala
nasional? (jawaban soal ini adalah A).

8. Soal no. 31 di paket A dan no. 27 di paket B

Pembahasan :

 Untuk soal seperti ini, tidak tepat jika digunakan istilah : ‘tegak lurus menjauhi’
atau ‘tegak lurus menuju’ bidang kertas, karena hasilnya adalah rancu. Jika panah
berarah dari titik P ke mata kita, panah itu bisa dikatakan menuju bidang kertas
(karena berasal dari belakang kertas) atau menjauhi bidang kertas (jika panahnya
sudah keluar dari kertas), demikian juga sebaliknya. Seharusya yang lebih tepat
dipakai adalah : ‘tegak lurus ke dalam bidang kertas’ atau ‘tegak lurus keluar
bidang kertas’, atau diberikan sumbu koordinat x-y-z. (Jawaban soal ini adalah : 5
x 10-5 T tegak lurus keluar bidang kertas. Apakah jawaban di komputer adalah C
atau D kita tidak tahu).

9. Soal no. 33 di paket A dan no. 29 di paket B

Pembahasan :

 Perhatikan titik-titik yang menyatakan medan magnetik serba sama pada


gambar. Sebaran titik-titik disebelah kanan kawat PQ dan disebelah kirinya
memiliki perbedaan kerapatan. Kalau memang medan magnetiknya serba sama,
maka gambar kerapatannya juga seharusnya sama. Kesalahan kecil yang tidak
pada tempatnya untuk ujian skala nasional. (Jawaban soal ini adalah A).

10. Soal no. 36 di paket A dan no. 35 di paket B


Pembahasan :

 Nomor Atom (lambang Z) adalah jumlah proton dalam suatu atom dan Nomor
Massa (lambang A) adalah jumlah Proton + Neutron dalam suatu atom. Untuk
atom karbon, jumlah proton adalah 6 dan jumlah neutron adalah 6 sehingga
nomor atomnya Z = 6 dan nomor massanya A = 12. Kenapa terbalik ya di soal?
Apakah soal ini tidak dikoreksi? Apakah siswa bingung ketika membaca soal ini?

 Postulat pertama dari model atom Niels Bohr adalah : ‘Elektron berputar disekitar
inti hanya melalui lintasan-lintasan tertentu tanpa membebaskan energi’.
Lintasan ini disebut lintasan stasioner yang memiliki energi tertentu. Besar energi
setiap lintasan stasioner berbanding terbalik dengan jari-jarinya terhadap inti.
Artinya lintasan elektron pada model atom Bohr harus berbentuk lingkaran. Tetapi
pada soal di atas, bentuk lintasan elektron adalah elips, sama seperti lintasan
planet mengelilingi matahari. Sepertinya pembuat soal ini tidak mengerti postulat
pertama model atom Bohr. (Jawaban soal ini adalah B).

KESIMPULAN

Ada 25% soal UN 2008 mata pelajaran fisika yang patut dipertanyakan kelayakannya
untuk masuk dalam Ujian Nasional. Meskipun memang ada beberapa soal yang
kesalahannya bisa diabaikan, tetapi tetap saja ‘memalukan’ dalam skala ujian nasional
(yang seharusnya dikoreksi dengan serius). Ada juga beberapa soal yang tidak pantas
ada, karena soal tersebut memiliki kesalahan yang fatal dan serius dalam fisika. Jika hal
ini terjadi pada mata pelajaran fisika, bagaimana dengan mata pelajaran yang lain?
Disini kita hanya berharap supaya soal-soal dalam skala nasional lebih diperketat lagi
penyeleksiannya, jangan sampai ada orang ‘awam’ ikut serta dalam membuat, mengetik
atau mengedit soal-soal tersebut.
(Penulis adalah Guru Fisika dari SMAK BPPK Kebon Jati Bandung dan Guru Praktikum
Fisika dari SMAK BPK Penabur 1 dan 2 Bandung.)

Catatan : Mohon saya dikoreksi jika ada pembahasan soal yang salah. Hatur nuhun ...

Anda mungkin juga menyukai