Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

PENCEMARAN TANAH DAN AIR TANAH

PESTISIDA DAN DAMPAKNYA PADA AIR TANAH

Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
PRADISTINA MARSYA H1E108003
NADIA AMANAH H1E108008
RISMAWIDHA M H1E108071

Dosen Pengajar :
M. SYAHIRUL ALIM, M.T

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
BANJARBARU
2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
selalu melimpahkan karunia-Nya. Berkat rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah Pencemaran Tanah dan Air tanah ini tepat pada
waktunya.

Materi yang ditampilkan dalam makalah ini bertujuan agar mahasiswa


mampu mengembangkan pengetahuan dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :


1. Bapak Muhammad Syahirul Alim, M.T.
2. Teman-teman Mahasiswa.
3. Orang tua dan semua pihak yang telah membantu.
Karena bantuannya sehingga dapat terwujud makalah ini. Penulis menyadari
bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna perbaikan
selanjutnya dan kesempurnaan makalah ini.

Semoga Tuhan selalu menyertai dan membimbing kita bersama dalam upaya
menyelesaikan makalah kuliah. Amin.

Banjarbaru, November 2010

Penyusun
DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar .............................................................................................. i


Daftar Isi ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ......................................................................... . 1
1.2.Batasan Masalah........................................................................ 2
1.3.Tujuan........................................................................................ 2
BAB II PESTISIDA DAN DAMPAKNYA PADA AIR TANAH ……….. 3
2.1. Pengertian dan Fungsi Pestisida …………………………....... 3
2.2. Proses Terjadinya Pencemaran ……………………………… 4
2.3. Dampak Penggunaan pestisida………………………………. 6
2.4. Cara Penanggulangan Pencemaran ………..………………... 8
BAB III PENUTUP....................................................................................... 12
3.1.Kesimpulan................................................................................ 12
3.2 Saran ......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya


makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan
atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses
alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfingsi lagi
sesuai dengan peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
No. 4 Tahun 1982).
Pencemaran terjadi akibat aktivitas manusia atau secara alami.
Namun belakangan ini aktivitas manusia menjadi penyebab utama
pencemaran lingkungan. Aktivitas manusia yang tidak terkendali
menyebabkan pencemaran lingkungan tidak dapat dicegah.
Indonesia merupakan negara yang memiliki tanah yang subur.
Pertanian merupakan salah satu sumber pencaharian bagi masyarakat.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi persaingan
menjadi semakin besar untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan cara
yang mudah. Penggunaan pestisida menjadi alternatif yang banyak
digunakan petani untuk memperoleh kemudahan dan hasil yang maksimal.
Penggunaan pestisida untuk memperoleh hasil yang maksimal
menjadi suatu dilema. Disatu sisi penggunaan pestisida dapat
memaksimalkan hasil panen namun disisi lain menimbulkan dampak negatif
bagi lingkungan. Pestisida dapat mencemari tanah dan juga mencemari air
tanah. Air tanah tersebut menjadi sumber air bersih yang digunakan
masyarakat sekitar. pencemaran air tanah tersebut akan mengakibatkan
menurunnya kualitas air tanah dan berdampak pada kesehatan masyarakat.
1.2. Batasan Masalah

Batasan masalah makalah ini adalah tidak membahas pencemaran


pestida terhadap kualitas tanah dan dampaknya bagi masyarakat.

1.3. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Mengetahui apa itu pestisida dan fungsinya dalam pertanian.
2. Mengetahui proses terjadinya pencemaran.
3. Mengetahui dampak akibat penggunaan pestisida.
4. Mengetahui cara penaggulanggan pencemaran.
BAB II

PESTISIDA DAN DAMPAKNYA PADA AIR TANAH

2.1. Pengertian dan Fungsi Pestisida

Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan
virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Pestisida juga
diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau
menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman. Sesuai
konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan
bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan
untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas
ambang (Faizal, 2010).
Pestisida sintetis telah berhasil menghantarkan sektor pertanian
menuju terjadinya “revolusi hijau”, yang ditandai dengan peningkatan hasil
panen dan pendapatan petani secara signifikan, sehingga Indonesia bisa
mencapai swasembada pangan pada tahun 1986. Dalam revolusi hijau target
yang akan dicapai adalah berproduksi cepat dan tinggi, sehingga diperlukan
teknologi masukan tinggi diataranya penggunaaan varietas unggul,
pemupukan berat dengan pupuk kimia, pemberantasan hama dan penyakit
dengan obat-obatan kimia (Setyono, 2009).
Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber
kekayaan alam khususnya kekayaan alam hayati, dan supaya pestisida dapat
digunakan efektif, maka peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida
diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973. Dalam peraturan
tersebut antara lain ditentukan bahwa (Faizal, 2010):
 tiap pestisida harus didaftarkan kepada Menteri Pertanian melalui Komisi
Pestisida untuk dimintakan izin penggunaannya
 hanya pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh
Menteri Pertanian boleh disimpan, diedarkan dan digunakan
 pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri
Pertanian hanya boleh disimpan, diedarkan dan digunakan menurut
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam izin pestisida itu
 tiap pestisida harus diberi label dalam bahasa Indonesia yang berisi
keterangan-keterangan yang dimaksud dalam surat Keputusan Menteri
Pertanian No. 429/ Kpts/Mm/1/1973 dan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang ditetapkan dalam pendaftaran dan izin masing-masing
pestisida.
Pestisida berguna untuk mengendalikan berbagai hama serta
mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman sehingga dapat memaksimalkan hasil pertanian. Namun residu
dari pestisida tersebut berbahaya bagi lingkungan. Pestisida mengandung
berbagai senyawa kimia yang dapat menggangu kestabilan komposisi kimia
tanah. Pestisida yang banyak digunakan sekarang adalah dari golongan
hidrokarbon berklor. Pestisida ini mempunyai efek menahun atau
bioakumulatif dan sulit terurai.
Di Indonesia pestisida yang sering digunakan adalah pestisida dari
golongan hidrokarbon berklor seperti DDT, endrin, aldrin, dieldrin,
heptaklor dan gamma BHC. Dampak penggunaan pestisida tidak akan
terlihat langsung, namun akan terasa pada tahun-tahun akan datang.
Beberapa pestisida telah diteliti dapat bersifat carsinogenic agent,
mutagenic agent, teratogenic agent dan menimbulkan penyakit. Selain itu
pestisida dapat menyebabkan pengaruh resisten pada tumbuhan / hama
pengganggu.

2.2. Proses Terjadinya Pencemaran

Suatu lingkungan dikatakan telah tercemar jika lingkungan tersebut


telah mengalami perubahan dari tatanan asalnya akibat masuk atau
dimasukkannya zat-zat tertentu. Pencemaran lingkungan yang telah masuk
dalam kategori tinggi umumnya telah mengalami pergesaran kualitas
lingkungan dan perubahan ekosisitem. Beberapa organisme yang hidup
dilingkungan tersebut dapat hilang atau terbunuh akibat masuknya
kontaminan pencemar karena tidak mampu beradaptasi.
Berkembangnya sektor pertanian membawa dampak positif bagi
kesejahteraan masyarakat. Namun disisi lain juga menimbulkan dampak
negative bagi lingkungan. Penggunaan pestisida yang tidak terkendali
menyebabkan tanah tidak mampu lagi melakukan remediasi sehingga
menyebabkan pecemaran tanah. Pestisida bersifat asing terhadap terhadap
tanah karena merupakan bahan kimia buatan.
Menurut Sutanto 2001, berdasarkan kuantitas dan kontinuitas
penggunaan pestisida memungkinkan kontaminasi bahan kimia ke dalam
tanah. Walaupun jerapan oleh koloid tanah menyebabkan bahan aktif
pestisida menjadi tidak aktif, tetapi fenomena yang terjadi bersifat
irreversible. Pada kondisi lapangan yang menguntungkan 90% residu
pestisida tertentu dapat dijerap oleh koloid tanah sehingga menurunkan
aktifitas pestisida dan menurunkan resiko pencemaran tanah dan air tanah
(Raharjo dan Suwondo, 2004).
Pestisida diserap oleh berbagai komponen lingkungan kemudian
terbawa oleh angin, air dan organisme yang hidup di tanah. Selain itu, residu
pestisida yang terakumulasi selama bertahun-tahun juga akan merembes ke
tanah. Pencemaran air tanah oleh pestisida dipengaruhi oleh kejenuhan air
dalam tanah serta curah hujan. Semakin tinggi curah hujan maka akan
semakin jenuh air dalam tanah. Tanah yang jenuh air akan mempercepat
migrasi pestisida ke dalam tanah dan mencemari air tanah. Air tanah yang
tercemar pestisida mengisi air tanah dangkal.
Pestisida juga dapat menguap. Penguapan pestisida terjadi karena
suhu yang tinggi. Pestisida yang menguap terbawa debu bermigrasi dan
kembali ke tanah oleh pengendapan debu. Pencemaran pestisida dapat
terjadi melalui siklus hidrologi. Pestisida di udara kembali ke tanah melalui
hujan yang turun. Air hujan mengandung pestisida yang jatuh ke lahan
pertanian akan terserap ke dalam tanah. Pestisida akan terakumulasi dan
mengisi akuifer sehingga terjadi pencemaran air tanah.
Menurut Tarumingkeng (1977), penghilangan residu pestisida
mengikuti hukum kinetika pertama, yakni derajat/kecepatan menghilangnya
pestisida berhubungan dengan banyaknya pestisida yang diaplikasi
(deposit). Dinamika pestisida di alam akan mengalami dua tahapan reaksi,
yakni proses menghilangnya residu berlangsung cepat (proses desipasi),
atau sebaliknya proses menghilangnya residu berlangsung lambat (proses
persistensi). Terjadinya dua proses ini disebabkan karena deposit dapat
diserap dan dipindahkan ke tempat lain sehingga terhindar dari pengrusakan
di tempat semula. Terhindarnya insektisida yang ditranslokasikan dari
proses pengrusakan dimungkinkan oleh faktor-faktor lingkungan yang
kurang merusak sehingga terjadi proses penyimpanan (residu persisten).
Kemungkinan lain adalah pestisida akan bereaksi dan mengalami degradasi
sehingga hilangnya residu berlangsung cepat (Saening dan Hipi).
Persistensi pesidu pertisida akan sangat tinggi karena jenis tanah
pertanian menyerap senyawa golongan hidrokarbon berklor. Kandungan
bahan organik yang tinggi dalam tanah akan menghambat proses penguapan
pestisida. Kelembaban tanah, kelembaban udara, suhu tanah dan porositas
tanah merupakan salah satu faktor yang juga menentukan proses penguapan
pestisida. Penguapan pestisida terjadi bersama-sama dengan proses
penguapan air. Residu pestisida yang larut terangkut bersama-sama butiran
air keluar dari tanah melalui penguapan, namun masih mungkin jatuh
kembali ke tanah bersama debu atau air hujan. Air merupakan medium
utama bagi transportasi pestisida. Pestisida dapat menguap karena suhu
yang tinggi dan kembali lagi ke tanah melalui air hujan atau pengendapan
debu.

2.3. Dampak Penggunaan Pestisida


Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air
minum, meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan ekosistem sungai
dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya. 
Penggunaan pestisida kimia yang diberikan tanpa pertimbangan
lingkungan menimbulkan dampak buruk bagi ekosistem maupun kesehatan
manusia. Ekosistem dan habitat makhluk hidup terganggu karena pestisida
kimia yang diberikan tidak hanya mematikan hama sasaran. Tetapi, juga
binatang lain yang berfungsi sebagai predator dan pengendali lingkungan.
Hal ini menyebabkan timbulnya serangan hama terus menerus dan
terbentuknya hama yang resisten terhadap pestisida kimia.
Pestisida juga dapat mengubah perilaku dan morfologi pada hewan.
Selain itu dapat meracuni dan membunuh biota laut seperti fitoplankton.
Matinya fitoplankton berpengaruh pada rantai makanan sehingga
menyebabkan ekosistem air terganggu. Selain itu juga dapat menyebabkan
kematian pada ikan.
Menurut Schaller (1993), beberapa dampak negatif dari pertanian
konvensional adalah (Gumilang, 2010):
(1)Pencemaran air tanah dan air permukaan oleh bahan kimia pertanian;
(2)Membahayakan kesehatan manusia dan hewan. Baik karena pestisida
kimia maupun bahan aditif pakan;
(3)Pengaruh negatif senyawa kimia pada mutu dan kesehatan makanan;
(4)Penurunan keanekaragaman hayati termasuk sumber genetik flora dan
fauna yang merupakan modal utama pertanian berkelanjutan (sustainable
agriculture);
(5)Meningkatnya daya tahan (resistent) organisme pengganggu terhadap
pestisida kimia;
(6)Merosotnya daya produktivitas lahan karena erosi, pemadatan lahan, dan
berkurangnya bahan organik;
(7)Ketergantungan yang makin kuat terhadap sumber daya alam yang tidak
terbaharui (non-renewable natural resources);
(8)Risiko kesehatan dan keamanan manusia pelaku pekerja pertanian.
Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat (dari kegiatan
pertanian) telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar
kendali (eutrofikasi berlebihan). Ledakan pertumbuhan ini menyebabkan
oksigen, yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan
air, menjadi berkurang.  Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisi
mereka menyedot lebih banyak oksigen. Sebagai akibatnya, ikan akan mati,
dan aktivitas bakteri menurun. 
Pestisida merupakan racun yang bersifat bioakumulatif sehingga
dapat terakumulasi pada rantai makanan. Pestisida dapat terkonsentrasi pada
organisme tertentu namun dampak lebih berbahaya bagi manusia. Konsumsi
sayuran yang disemprot pestisida seta air tanah yang tercemar pestisida
mengakibatkan pestisida terakumulasi dalam tubuh dan bersifat
karsinogenik.
Penggunaan pestisida yang berlebihan atau penanganan hama dan
penyakit yang kurang tepat akan berpotensi mencemari lingkungan, seperti
penggunaan pestisida yang residunya dapat menimbulkan endocrine
disrupting activities (EDs) atau gangguan pada sistem endokrin (hormon
reproduksi) pada manusia (Sutrisno dkk, 2009). Beberapa jenis penyakit
yang telah diteliti dapat diakibatkan oleh pengaruh samping penggunaan
senyawa pestisida antara lain leukemia, myaloma ganda, lymphomas,
sarcomas jaringan lunak, kanker prostae, kanker kulit, kanker perut,
melanoma, penyakit otak, penyakit hati, kanker paru, tumor syaraf dan
neoplasma indung telur. Selain dari pada itu, beberapa senyawa pestisida
telah terbukti dapat menjadi faktor "carsinogenic agent" baik pada hewan
dan manusia (Saening dan Hipi).

2.4. Cara Penaggulanggan Pencemaran


Penanggulangan pencemaran lingkungan pertanian seharusnya
didasarkan pada hasil analisis sumber penyebab utama terjdinya
pencemaran. Oleh karena itu perlu penelitian laboratorium dan lapangan.
Penelitian meliputi (Tim Sintesis Kebijakan, 2008):
(a) identifikasi dan karakterisasi sumber penyebab serta jenis pencemaran,
baik dari kegiatan institusi (industri, pabrik, pertambangan) maupun
noninstitusi (pertanian/perkebunan, kehutanan);
(b) penetapan baku mutu tanah (soil quality standard) terutama daya
sangga tanah terhadap B3/ logam berat;
(c) penambatan karbon (carbon sequestration).
Penanggulangan pencemaran lingkungan akibat residu pertisida
lebih banyak dilakukan pada tanah. Penerapan teknologi remediasi
pencemaran lingkungan pertanian difokuskan pada upaya penanggulangan
objek yang terkena dampak pencemaran, yaitu lahan sawah dan produknya
(tanah, air, tanaman/produk pertanian). Teknologi pengelolaan lingkungan
pertanian yang tercemar meliputi:
(a) kemoremediasi, yaitu memodifikasi tingkat kemasaman tanah melalui
pengapuran, pemberian bahan organik untuk menekan pergerakan
logam berat di dalam tanah, dan penambahan karbon aktif ke dalam
tanah untuk menurunkan residu pestisida dalam produk pertanian.
(b) fitoremediasi, yaitu memanfaatkan fungsi tumbuhan yang dapat
menyerap, mendegradasi, mentransformasi, dan menekan pergerakan
bahan pencemar.
(c) bioremediasi untuk meminimalkan pencemaran dengan memanfaatkan
mikroorganisme yang mampu mendegradasi residu pestisida maupun
logam berat.
(Sutrisno dkk, 2009).
Remediasi untuk air tanah dapat dilakukan secara on-site dan off-
site. Beberapa teknik remediasi untuk air tanah antara lain pump and treat,
teknik soil venting, teknik air sparging, slurry reactor dan land farming.
bioremediasi yang umum digunakan untuk lahan pertanian adalah land
farming sedangkan untuk pencemaran air tanah, teknik yang umum
digunakan adalah pump and treat.
Land farming merupakan salah satu teknik bioremediasi yang
dilakukan dalam sel biotreatman. Tanah yang terkontaminasi dimasukkan
lumpur atau sedimen yang mengandung nutrient untuk pertumbuhan
mikroorganisme dan digarap secara berkala untuk mensuplai air dan udara
udaran ke tanah. sehingga degradasi kontaminan diremediasi melaui proses
mikrobiologi dan oksidasi. Faktor yang harus selalu dikontrol dalam land
farming adalah kadar air, frekuensi aerasi dan pH.

Sumber: alken-murray.com

Sumber : portal.navfac.navy.mil
Teknik pump and treat merupakan remediasi secara in-site, air tanah
di ekstraksi dari bawah permukaan tanah kemudian dilakukan treatment
kemudian dikembalikan ke tanah. pemompaan menyababkan air tanah
tertekan dan kontaminan diserap oleh tanah. Air yang telah ditreatmen
kemudian dikembalikan ke tanah dan digunakan untuk melarutkan
kontaminan yang telah diserap tanah.
Sumber: oceanworld.tamu.edu.
Belakangan ini petani mulai beralih ke pertanian organik. Pada
dasarnya pertanian organik ini menganut sistem pengembalian yang berarti
mengembalikan semua bahan organik yang dihasilkan ke dalam tanah. Baik
dalam bentuk limbah pertanaman maupun ternak. Bahan organik ini
selanjutnya dapat terurai menjadi unsur hara organik yang dapat
meningkatkan kesuburan tanah dan mengembalikan keseimbangan unsur
hara dalam tanah.
Residu bahan kimia pada pertanian intensif dapat menimbulkan
dampak yang kurang baik bagi kesehatan. Selain alasan kesehatan pertanian
organik ini juga diyakini ramah lingkungan karena meminimalkan bahkan
tidak menggunakan bahan kimia dalam proses produksi.
Keuntungan dari sistem pertanian organik selain meningkatkan
kesuburan tanah dan produksi tanaman maupun ternak yaitu mampu
mendukung keseimbangan ekosistem. Dari segi ekonomi dapat mengurangi
biaya penggunaan bahan-bahan kimia seperti pupuk dan pestisida. Produk
organik seperti buah, sayuran, dan beras juga memiliki harga yang lebih
tinggi bila dibandingkan dengan produk pertanian intensif atau kimia.
Penggunaan pupuk organik sebagai pengganti pupuk kimia telah
mampu meningkatkan hasil produksi dalam jangka waktu yang singkat.
Terkadang hasil yang diperoleh menjadi maksimal dan pemberantasan hama
secara terpadu dapat mengurangi dampak serangan hama yang semakin
meningkat akibat penggunaan pestisida kimia sebelumnya (Gumilang,
2010).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan
virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama dan dapat
digunakan untuk mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman
atau bagian-bagian tanaman.
2. Pencemaran pestisida terjadi karena penggunaan pestisida yang
berlebihan serta residu pestisida yang tidak dapat didegradasi tanah
menyebabkan senyawa kimia penyusun pestisida terakumulasi dalam
tanah dan menyebabkan perrubahan ekosistem.
3. Dampak akibat penggunaan pestisida adalah menyebabkan pencemaran
air tanah dan air permukaan, matinya fitoplankton dan ikan di perairan,
ledakan pertumbuhan pertumbuhan tanaman air (eutrofikasi berlebihan)
dan menimbulkan masalah kesehatan pada manusia.
4. Penaggulanggan pencemaran pestisida pada air tanah yaitu ddengan
melakukan remediasi pada tanah pertanian serta teknik pump and trea
untuk air tanah. pencegahan pencemaran pestisida dapat dilakukan
dengan beralih ke pertanian organik.

3.2. Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu pestisida harus digunakan sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan pemerintah dan secara hati-hati.
DAFTAR PUSTAKA

Anonym1. 2010. Pump and Treat.


http://www.cpeo.org/techtree/ttdescript/pumtre.htm
Diakses : 1 Desember 2010.

Anonym2. 2010. Land Farming.


http://en.wikipedia.org/wiki/Landfarming
Diakses : 1 Desember 2010.

Anonym3. pencemaran lingkungan on-line. 2010. Pencemaran air.


http://www.kitada.eco.tut.ac.jp/pub/member/asep/plo/air.html.
Diakses : 10 November 2011

Faizal, Richie. 2010. Pestisida.


http://biodenti.wordpress.com/pencemaran-air/
Diakses : 10 November 2011

Gumilang, A.P. 2010. Menuju pertanian organik.


http://www.riaumandiri.net/rm/index.php?
option=com_content&view=article&id=14860:menuju-pertanian-
organik&catid=61:opini&Itemid=71
Diakses : 10 November 2011

Raharjo, Mursid dan Ari Suwondo. 2004. Kualitas air tanah di daerah pertanian
sayuran sebagai dampak penggunaan pestisida.
http://eprints.undip.ac.id/20205/1/055-ki-fkm-2005-a.pdf
Diakses : 10 November 2011

Saenong,S dan Awaludin Hipi. 2007. Kerusakan Lingkungan Dan Gangguan


Kesehatan Sebagai Dampak Pengunaan Pestisida Pertanian.
ntb.litbang.deptan.go.id/ind/2005/SP/kerusakan.doc
Diakses : 10 November 2011

Sulistiyono, Luluk. 2004. Dilema Penggunaan Pestisida Dalam Sistem Pertanian


Tanaman Hortikultura Di Indonesia.
http://rudyct.com/PPS702-ipb/08234/luluk_sulistiyono.pdf
Diakses : 10 November 2011

Sutrisno, N, P. Setyanto, dan U. Kurnia. 2009. Perspektif Dan Urgensi


Pengelolaan Lingkungan Pertanian Yang Tepat.
http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/ip024095.pdf
Diakses : 10 November 2011

Tim Sintesis Kebijakan, 2008. Strategi penanggulangan pencemaran lahan


pertanian dan kerusakan lingkungan.
http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/ip012083.pdf
Diakses : 10 November 2011

Anda mungkin juga menyukai