Anda di halaman 1dari 61

Tugas

lab.
Fisiologi
Pemeriksaan
Penglihatan,Pendengaran &
Penciuman
Disusun oleh:
Kelompok Meja 1 :
Adi sutrisno B. (208210001)
Ira yusnita M. S. (208210003)
Lilin mei yanti Z. (208210005)
Ennita Karo-karo (208210007)
Era sulasri S. (208210009)
Maria rumiris T. (208210011)
Jedidiah Sinaga (208210013)
Barto rollan H (208210015)
Monica elena S. B. (208210017)
Badriah wardani R. (208210019)
PENGLIHATAN
I. Pemeriksaan visus ( tajam penglihatan)
Menentukan visus tiap bola mata:
a.Optotip Snellen : 6/50 →6/6
b.Menghitung jari : 1/60 → 6/60
c.Gerakan tangan : 1/3000.
pemeriksaan proyeksi cahaya dari segala arah
( atas,bawah,nasal,temporal)
d. Membedakan terang gelap 1/~
Pemeriksaan proyeksi cahaya bertujuan
menilai fungsi retina.
Contoh: bila arah atas tidak dapat
membedakan terang gelap.Misal 1/300/ 1/~
proyeksi atas (-)
e. Tidak dapat membedakan terang gelap:
Nol.
Menentukan kemampuan membaca dengan
kartu baca
Cara Kerja Pemeriksaan Visus.
• Praktikan di suruh duduk dengan jarak 6 (enam) meter atau 20
feet dari Snellen’s chart
• Praktikan memakai gagang kacamata khusus dimana salah
satu matanya ditutup dengan meletakkan kaca hitam
(penutup)..
• Periksa visus matanya dengan menyuruh praktikan tersebut
membaca mulai dari baris huruf yang terbesar sampai baris
huruf terkecil pada Snellen’s chart yang masih dapat di baca
seluruhnya dengan lancar dan tanpa kesalahan.
 Kemudian kaca hitam sebagai penutup mata tersebut
dipindahkan ke mata sebelahnya dan periksalah visus
mata tersebut seperti cara di atas.
 Ulangi pemeriksaan ini dengan tanpa memakai kaca
hitam sebagai penutup mata. Tentukan visusnya.
Catatan : Visus dapat di hitung dengan rumus:
V=d
D
Dimana: V = Visus
d = jarak mata dengan Snellen’s chart
D = jarak di mana mata emetrop masih dapat
mengenal huruf terkecil (tertera pada tiap baris huruf di
Snellen’s chart.
Visus dapat berkurang oleh karena:
1.Ametropia
2.Kerusakan bagian yang membias
cahaya
3.Kerusakan saraf yang berhubungan
dengan penglihatan
II. Pemeriksaan Refraksi
Pemeriksaan refraksi terdiri dari 2 yaitu refraksi subyektif dan refraksi
obyektif. Refraksi subyektif tergantung respon pasien untuk
mendapatkan koreksi refraksi yang memberikan tajam penglihatan
terbaik.
Refraksi obyektif dilakukan dengan retinoskopi. Mayoritas retinoskopi
menggunakan sistem proyeksi streak yang dikembangkan oleh
Copeland. Retinoskopi dilakukan saat akomodasi pasien relaksasi dan
pasien disuruh melihat ke suatu benda pada jarak tertentu yang
diperkirakan tidak membutuhkan daya akomodasi.
Idealnya, pemeriksaan kelainan refraksi dilakukan saat akomodasi mata
pasien istirahat. Pemeriksaan mata sebaiknya dimulai pada anak
sebelum usia 5 tahun. Pada usia 20 – 50 tahun dan mata tidak
memperlihatkan kelainan, maka pemeriksaan mata perlu dilakukan
setiap 1 – 2 tahun. Setelah usia 50 tahun, pemeriksaan mata dilakukan
setiap tahun.
Kelainan Refraksi Mata
Miopia
Miopia disebut rabun jauh karena berkurangnya kemampuan
melihat jauh tapi dapat melihat dekat dengan lebih baik. Miopia
terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan lensa (kecembungan
kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang sehingga
titik fokus sinar yang dibiaskan akan terletak di depan retina.
Hipermetropia
Hipermetropia adalah keadaan mata
yang tidak berakomodasi
memfokuskan bayangan di belakang
retina. Hipermetropia terjadi jika
kekuatan yang tidak sesuai antara
panjang bola mata dan kekuatan
pembiasan kornea dan lensa lemah
sehingga titik fokus sinar terletak di
belakang retina.
ASTIGMATISMA
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan
tegas tidak dibentuk pada retina (macula lutea)
Presbiopia
Presbiopia adalah perkembangan
normal yang berhubungan dengan usia,
yaitu akomodasi untuk melihat dekat
perlahan-lahan berkurang.
Gambar. Pemeriksaan Mata
AKOMODASI
Bila m. siliaris dalam keadaan istirahat, berkas sinar
pararel yang jatuh di mata yang optiknya normal
(emetropia) akan difokuskan di retina. Selama relaksasi
ini dipertahankan, maka berkas sinar dari benda yang
kurang dari 6m akan difokuskan di belakang retina, dan
akibatnya benda tersebut tampak kabur. Proses
meningkatnya kelengkungan lensa disebut akomodasi.
Akibat akomodasi, daya pembiasan lensa yang
mencembung bertambah kuat. Kekuatan akan
meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda
makin kuat mata harus berakomodasi.
Cara Kerja Pemeriksaan Refraksi
Refraksi mata dapat diperiksa dengan
menggunakan Snellen’s chart beserta
lensa-lensa. Dari pemeriksaan visus
mata telah kita ketahui visus matanya
tanpa menggunakan lensa. Pemeriksaan
refraksi mata dilakukan untuk masing-
masing mata sebagai berikut.
A. Bila dalam pemeriksaan visus tanpa menggunakan lensa
hasilnya sudah 1 maka mata itu tidak mungkin lagi myopia.
Mata tersebut kemungkinan adalah : Emetrop tanpa
akomodasi atau hipermetropia dengan akomodasi. Untuk
membedakannya dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
• Pasang gagang kaca mata khusus pada praktikan dab tutup
salah satu matanya dengan kaca hitam.
• Pasang di depan mata yang lain lensa sferis + 0,25 D dan
suruh praktikan membaca huruf-huruf yang ada pada
Snellen’s chart.
Maka : - Seorang yang emetrop akan menjadi myopia oleh karena
visus menjadi lebih kecil (praktikan akan melihat huruf-huruf pada
Snellen’s chart kabur).
- Seorang yang Hypermetropia tidak akan berubah visusnya,
bahkan akan merasa lebih enak karena akomodasinya berkurang.
• Bila praktikan tersebut emetrop, pemeriksaan tidak perlu di
lanjutkan.
• Bila praktikan adalah Hypermetropia lanjutkan dengan pemasangan
lensa-lensa memberikan lensa positif yang 0,25 D lebih kuat. Lensa
positif terkuat yang memberikan visus maksimal merupakan lensa
yang di pilih untuk Hypermetropia yang dinyatakan……Dioptri

B. Bila dari pemeriksaan visus tanpa menggunnakan lensa, Visusnya


kurang dari 1 maka mata itu biasanya Myopia dan pemeriksaan
derajat miyopia dilakukan sebagai berikut.
• Pasang gagang kaca mata khusus pada praktikan dan
tutuplah salah satu matanya dengan kaca mata hitam .
• Pasang di depan mata yang lain lensa sferis negatif mulai
dari 0,25 D dengan setiap kali memberikan lensa negatif
yang 0,25 D lebih kuat, dan suruh praktikan setiap kali
membaca huruf-huruf pada Snellen’s chart. Lensa negatif
yang terlemah yang memberikan visus maksimal,
merupakan ukuran bagi derajat myopia yang dinyatakan
dalam …..Dioptri.
Catatan: Pada orang tua, bila visus tanpa mempergunakan
lensa kurang dari 1, maka kemungkinan adanya
hipermetropia belum dapat disingkarkan sama sekali, oleh
karena pada orang tua daya akomodasinya sudah
berkurang (Presbyopia).
C. Bila mata setelah diberi lensa-lensa sferisss, visus tidak dapat
menjadi sekurang-kurangnya 1 maka harus diingat adanya
astigmatisma. Cara memperbaiki astigmatisma dilakukan
dengan lensa silindris sebagai berikut :
- Pasang gagang kaca mata khusus pada praktikan dan tutup
salah satu matanya dengan kaca hitam (penutup).
- Pasang di depan mata yang lain dengan lensa sferis hingga
visusnya mencapai 1.
- Tambahkan sekarang didepan lensa itu lensa silindris positip
atau negatip dengan cara seperti pada lensa sferis, akan tetapi
dengan setiap kali memutar lensanya, sehingga terdapat
penglihatan yang sebaik-baiknya(menyesuaikan lensa ) dan
dicapai visus yang maksimal.
- Catat kekuatan lensa yang dipakai dan diperhatikan arah
sumbu yang harus dibaca daari garis mendatar (horizontal)
dari pemeriksaan menurrut arah berlawanan dengan jarum jam
dan dinyatakan dalam derajat.
Catatan: Adanya astigmatisma dapat diketahui dengan jalan
menyuruh praktikan melihat dengan tiap-tiap sebelah mata
gambar kipas dari optotic Snellen yang terdiri dari garis-garis
yang sentrifugal yang arahnya pada masing-masing garis yang
berlainan,praktikan yang astigmatisma akan melihat garis
tertentu hitam dan nyata sedangkan yang lainnya kabur dan
kurang hitam. Dengan demikian dapat ditentukan sumbunya.
III. Pemeriksaan Lapangan Pandang

Kampimeter adalah papan tulis hitam dimana tergambar


bundaran dengan garis garis radial berikut dengan bintik buta.
Cara Kerja Pemeriksaan Lapangan Pandang
Praktikan duduk mengahadap kampimeter. Tutup mata
kanan dengan sapu tangan atau telapak tangan (jangan
ditekan). Praktikan menatap pusat kampimeter pada jarak
25 cm dengan tetap. Ambil pulpen yang ujungnya telah
diberikan kertas hitam. Gerakkan dari luar arah
kampimeter menuju ke titik sentral mengikuti garis radial
yang ada. Beri tanda pada kampimeter saat praktikan
melihat ujung pulpen. Lakukan instruksi diatas pada
semua bujur derajat dan hubungkan titik-titik yang kita
daptkan sehingga didapat suatu gambaran perimetri.
Sebagai ganti warna hitam dapat digunakan berbagai
warna lain dan kita akan mendapatkan gambar perimetri
untuk berbagai warna.
IV. Buta warna
Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan
ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu
spektrum warna tertentu akibat faktor genetis.
Klasifikasi buta warna :
1. Trikromasi

Yaitu mata mengalami perubahan tingkat sensitivitas


warna dari satu atau lebih sel kerucut pada retina. Jenis
buta warna inilah yang sering dialami oleh orang-orang.
Ada tiga klasifikasi turunan pada trikomasi:
 Protanomali, seorang buta warna lemah mengenal merah
 Deuteromali, warna hijau akan sulit dikenali oleh
penderita
 Trinomali (low blue), kondisi di mana warna biru sulit
dikenali penderita.
2. Dikromasi

Yaitu keadaan ketika satu dari tiga sel kerucut tidak ada. Ada tiga
klasifikasi turunan:
Protanopia, sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat
kecerahan warna merah atau perpaduannya kurang
Deuteranopia, retina tidak memiliki sel kerucut yang peka
terhadap warna hijau
Tritanopia, sel kerucut warna biru tidak ditemukan
3. Monokromasi
Monokromasi sebenarnya sering dianggap
sebagai buta warna oleh orang umum.
Kondisi ini ditandai dengan retina mata
mengalami kerusakan total dalam
merespon warna. Hanya warna hitam dan
putih yang mampu diterima retina.
Cara Kerja Pemeriksaan Buta Warna
- Praktikan disuruh membaca gambar
yang ada di dalam buku
pseudoisokromatik Ishihara.
- Catat kesalahan yang dibuatnya menurut
cara yang tertera dalam petunjuk buku
tersebut.
PENDENGARAN
INDERA PENDENGARAN
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali
getaran bunyi dan untuk keseimbangan. Ada tiga
bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian
telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan
telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke
telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam
akan menerima rarigsang bunyi dan mengirimkannya
berupa impuls ke otak untuk diolah.
1.Susunan Telinga
Telinga manusia dapat dibedakan menjadi tiga bagian,
yaitu bagian luar, bagian tengah, dan bagian dalam.
1) Telinga bagian luar
Telinga bagian luar terdiri atas:
Daun telinga, berfungsi untuk menampung getaran.
Saluran telinga luar atau lubang telinga, berfungsi
menyalurkan getaran.
Kelenjar minyak, berfungsi menyaring udara yang
masuk sebagai pembawa gelombang suara.
Membran timpani atau selaput gendang, berfungsi
menerima dan memperbesar getaran suara.
Gbr. Struktur telinga pada manusia
2) Telinga bagian tengah
Telinga bagian tengah terletak di sebelah dalam membran
timpani. Fungsi dari telinga bagian tengah adalah untuk
meneruskan getaran dari suara telinga bagian luar ke telinga
bagian dalam. Pada telinga tengah terdapat saluran,
Eustachius dan tiga tulang pendengaran.
Saluran Eustachius, berfungsi untuk mengurangi tekanan
udara di telinga tengah sehingga tekanan udara di luar dan di
dalam akan sama.
Tulang pendengaran, berfungsi untuk mengantarkan dan
memperbesar getaran ke telinga bagian dalam. Tulang
pendengaran ada tiga, yaitu tulang martil, tulang landasan,
dan tulang sanggurdi. Tulang-tulang ini menghubungkan
gendang telinga dan tingkap jorong.
3) Telinga bagian dalam
Telinga bagian dalam berfungsi mengantarkan
getaran suara ke pusat pendengaran oleh urat saraf.
Penyusun telinga bagian dalam adalah sebagai
berikut.
Tingkap jorong, berfungsi menerima dan
menyampaikan getaran.
Rumah siput, berfungsi menerima, memperbesar,
dan menyampaikan getaran suara ke saraf
pendengaran. Di dalam saluran rumah sifut terdapat
cairan limfe dan terdapat ujung-ujung saraf
pendengaran.
Tiga saluran setengah lingkaran, berfungsi sebagai
alat untuk mengetahui posisi tubuh dan menjaga
keseimbangan.
Gangguan pada telinga
Ada bermacam gangguan telinga, yaitu:
Ganguan telinga disebabkan oleh luka pada telinga
bagian luar yang telah terinfeksi atau otitis sehingga
mengeluarkan nanah. Gangguan ini dapat bersifat
permanent jika terjadi infeksi yang sangat parah.
Penderita ini harus segera memeriksakan telinganya pada
dokter supaya bisa cepat disembuhkan.
Penumpukan kotoran sehingga menghalangi getaran
suara untuk sampai ke gendang telinga. Oleh karena itu,
kita harus membersihkan telinga dari kotoran dengan
kapas minimal satu kali dalam seminggu.
 Kerusakan gendang telinga, misalnya gendang telinga
pecah. Pecahnya gendang telinga bisa disebabkan oleh
dua hal, yaitu kapasitas suara yang didengar terlalu kuat
dan terkena suatu benda yang tajam, misalnya
membersihkan telinga dengan peniti atau lidi sehingga
menyentuh gendang telinga dan menyebabkan gendang
telinga menjadi sobek. Gendang telinga sangat tipis
sekali.
 Otosklerosis, adalah kelainan pada tulang sanggurdi
yang ditandai dengan gejala tinitus (dering pada telinga)
ketika masih kecil.
 Presbikusis, adalah perusakan pada sel saraf telinga
yang terjadi pada usia manula.
 Rusaknya reseptor pendengaran pada telinga bagian
dalam akibat dari mendengarkan suara yang amat keras.
I. Pendengaran
1. Tes rinne
Tujuan kita melakukan tes Rinne adalah untuk
membandingkan antara hantaran tulang dengan
hantaran udara pada satu telinga pasien
- Getarkan penala dengan menekan kedua ujung garpu
tala.
- Tekan gagang penala yang bergetar pada proc.
Mastoideus salah satu telinga praktikan.
- Praktikan harus memberi aba-aba bila tidak lagi
mendengar suara dengungan penala pada telinga
yang diperiksa.
- Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari
proc. Mastoideus praktikan dan ujung penala
didekatkan pada liang telinga yang sedang diperiksa.
- Bila ia mendengar kembali suara dengungan penala maka hasil
pemeriksaan adalah: Tes Rinne Positif(normal).
- bila ia tidak lagi mendengar kembali suara dengungan penala
pada saat garpu tala didekatkan pada liang telinga maka hasil
pemeriksaan adalah: Tes Rinne Negatif.
2. Tes Weber
Tujuan kita melakukan tes Weber
adalah untuk membandingkan
hantaran tulang antara kedua
telinga pasien.
- Getarkan penala dengan menekan
kedua ujung garpu tala.
- Letakkan tangkai garpu tala pada
bagian verteks kepala
-Tanyakan pada praktikan tersebut, apakah ia
mendengar suara dengungan penala sama kuatnya di
kedua telinga.
-Bila dengungan penala terdengar sama kuatnya dikedua
telinga maka pada praktikan tersebut tidak terdapat
lateralisasi.
-Bila praktikaan mendengar suara dengungan penala
lebih kuatt pada salah satu telinganya maka pada
praktikan tersebut terdapat lateralisasi kearah telinga
yang mendengar dengungan penala yang lebih keras.
Hal ini terjadi bila ada ketulian telinga bagian tengah.
Ulangi percobaan diatas dengan menymbat salah satu
liang telinga dengan kapas.
3. Tes Schwabach
Tes untuk membandingkan hantaran tulang orang
diperiksa dengan pemeriksa
yang pendengarannya normal
-Getarkan garpu tala dengan menekan kedua
ujung penala tersebut.
-Tekan gagang penala pada proc. Mastoideus pada
salah satu telinga praktikan.
-Instruksikan pada praktikan agar memberi aba-
aba pada saat ia merasa dengungan suara penala
hilang.
-Pada saat itu pemeriksa memindahkan penala
dari proc. Mastoideus praktikan ke proc.
Mastoideus pemeriksa.
-Bila dengungan penala setelah dinyatakan
berhenti oleh praktikan masih dapat didengar oleh
pemeriksa maka pada praktikan tersebut terdapat
Schwabach memendek.
-Bila pemeriksa tidak mendengar dengungan
penala setelah dinyatakan berhenti oleh praktikan
maka ulangi pemeriksaan dengan:
* Gagang penala yang telah digetarkan
diletakkan pada proc. Mastoideus pemeriksa
* setelah ia tidak mendengar dengungan
penala ke proc. Mastoideus praktikan.
•Bila praktikan masih mendengar ada suara
dengungan penala lagi maka pada praktikan
tersebut terdapat Schwabach memanjang.
•Bila praktikan tidak mendengar lagi
dengungan penala setelah dinyatakan
berhenti oleh pemeriksa maka pada
praktikan tersebut tidak terdapat schwabach
yang memanjang ataupun memendek
(normal)
4. Ketajaman Pendengaran
-Sumbat salah satu telinga praktikan dengan
kapas.
-Suruh praktikan ini mendengar suara
sebuah arloji tangan.
-Ukur jarak terjauh dari telinga yang
disumbat dimana ia masih dapat
mendengar bunyi arloji tangan tersebut.
-Ukur jarak terjauh dari telinga yang
tidak disumbat dimana ia masih dapat
mendengar bunyi arloji tangan tersebut.
-Beda jarak keduanya inilah yang
menjadi ukuran ketulian buatan yang
5. Masking
-Praktikan disuruh membaca buku.
-Kemudian praktikan yang lain
membuunyikan sekmpulan anak
kunci di dekat liang telinganya.
-Perhatikan, apakah ada penmbahan
intensitas suara membaca buku tadi.
6.Lokalisasi suara
a.- Mata praktikan ditutup dengan
-Bunyikan seikat anak kunci disekitar kepala
praktikan yang mata ditutup.
-Instruksikan kepadanya untuk menunjukkan
tempat datangnya suara guncangan seikat
anak kunci tadi.
b. Kedua gagang stetoskop dihubungkan
dengan pipa karet yang panjang.
-Praktikan mengenakan gagang stetoskop
dan pipa karetnya diletakkan dibelakang
praktikan.
-Praktikan yang lain menentukan
pertengahan dari pipa karet itu.
-Praktikan yang lain mengetok pipa karet
dengan pulpen pada berbagai jarak dari
titik pertengahan pipa karet itu.
-Kemudian praktikan yang pertama
menentukan tempat datangnya suara
ketokan pulpen tadi.
-Catat jarak terpendek dari pertengahan
pipa karet di mana praktikan pertama
tadi dapat menentukan datangnya suara
ketokan dengan benar.
PENGECAPAN
Lidah adalah organ pengecap, pada lidah terdapat reseptor
untuk rasa. Reseptor ini peka terhadap stimulus dari zat-zat
kimia, sehingga disebut kemoreseptor. Reseptor tersebut adalah
kuncup-kuncup pengecap(taste buds). Sensasi pengecapan
terjadi karena rangsangan terhadap berbagai reseptor
pengecapan, ada sedikitnya 13 reseptor kimia yang ada pada
sel-sel pengecapan, antara lain: 2 reseptor natrium,2 reseptor
kalium, 1 reseptor klorida,1 resptor adenosine,1 reseptor inosin,
1 reseptor manis, 1 reseptor pahit,1 reseptor glutamate, dan 1
reseptor ion hydrogen.
Kemampuan reseptor tersebut dikumpulkan
menjadi 5 kategori umum : asam, asin, manis,
pahit dan umami disebut sensasi pengecapan
utama.
1. Rasa asam, disebabkan oleh asam karena
konsentrasi ion hydrogen
2. Rasa Asin, dihasilkan oleh garam yang
terionisasi,karena konsentrasi Na
3. Rasa manis, dibentuk oleh beberapa zat kimia
organic
( gula,glikol,alcohol,aldehide,keton,amida,ester,as
am amino, protein,asam sulfonat,asam
halogenasi ), dan garam anorganik dari timah dan
4. Rasa Pahit, juga tidak dibentuk oleh satu
zat kimia, zat pembentuk rasa manis bila
terjadi perubahan pada struktur kimianya
dapat menjadi pahit. Rasa pahit juga dapat
mengindikasi bahwa makanan tersebut
mengandung toxin atau beracun.
5. Rasa Umami (bhs.Jepang), artinya lezat,
untuk menyatakan rasa kecap yang
menyenangkan secara kualitatif. Rasa ini
dominant ditemukan pada L-glutamat ( trdpt
pada ekstrak daging dan keju).
Kuncup-kuncup pengecap ini ada yang tersebar
dan ada pula yang berkelompok dalam tonjolan-
tonjolan epitel yang disebut papila. Terdapat
empat macam papila lidah:
1. Papila foliate, pada pangkal lidah bagian lateral,
2. Papila fungiformis, pada bagian anterior.
3. Papila sirkumfalata, melintang pada pangkal
lidah.
Ketiga papila di atas mengandung kuncup
pengecap, dan
4. Papila Filiformis, terdapat pada bagian
posterior. Pada foliate tidak terdapat kuncup-
kuncup pengecap.
Gangguan pada lidah bisa disebabkan
oleh makan atau minum sesuatu yang
bersuhu terlalu tinggi dan terlalu rendah
sehingga lidah mati rasa. Gangguan ini
hanya bersifat sementara. Ganguan
yang bersifat permanent misalnya terjadi
pada orang yang mengalami trauma
pada bagian tertentu otak. Pada lidah
juga sering terjadi iritasi karena luka atau
kekurangan vitamin C.
Pengecapan
-Keringkan lidah praktikan dengan kertas
penghisap.
-Letakkan setetes larutan (gula tebu;
quinine disulphate; asam sitrat; natrium
chloride) pada berbagai bagian lidah
(pada letak reseptor keempat rasa
pokok) dengan batang gelas.
-Tentukan masing-masing rasa larutan
tersebut.
PENCIUMAN
INDERA PENCIUMAN
Indra pembau berupa kemoreseptor yang terdapat di
permukaan dalam hidung, yaitu pada lapisan lendir
bagian atas. Reseptor pencium tidak bergerombol seperti
tunas pengecap.
Epitelium pembau mengandung 20 juta sel-sel olfaktori
yang khusus dengan aksonakson yang tegak sebagai
serabut-serabut saraf pembau. Di akhir setiap sel
pembau pada permukaan epitelium mengandung
beberapa rambut-rambut pembau yang bereaksi
terhadap bahan kimia bau-bauan di udara.
Gbr. Struktur indera penciuman
Gangguan pada hidung biasanya disebabkan
oleh radang atau sakit pilek yang
menghasilkan lendir atau ingus sehingga
menghalangi bau mencapai ujung saraf
pembau. Gangguan lain juga bisa
disebabkan oleh adanya kotoran pada
hidung dan bulu hidung yang terlalu banyak.
Kita harus selalu membersihkan hidung dari
kotoran dan merapikan bulu-bulunya supaya
penciuman kita tidak terganggu.
Penciuman
Tentukan waktu berapa lama botol yang berisika
(NH4 OH; Ether) didekatkan ke hidung praktikan
sehingga praktikan tersebut dapat ;
-Mencium bau
-Mengenal bau
Praktikan disuruh bernapas dari botol yang berisi
NH4 OH encer selama beberapa menit. Perhatikan
apakah ada fatique of the sensation. Apabila sudah
lelah, cobalah kepekaan terhadap bau yang lain.
Apakah ada kelelahan olfaktorius spesifik.

Anda mungkin juga menyukai