Anda di halaman 1dari 8

PANEL DINDING BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN

DARI KOMPOSIT LIMBAH PABRIK KERTAS (SLUDGE), SABUT KELAPA


DAN SAMPAH PLASTIK: PENGARUH KOMPOSISI BAHAN DAN BEBAN
PENGEMPAAN TERHADAP KUAT LENTUR (BENDING)

Fajriyanto dan Feris Firdaus


Pusat Penelitian Sain dan Teknologi, Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Email: fajriyanto@ftsp.uii.ac.id

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan limbah pabrik kertas (sludge), sabut kelapa
dan sampah plastik sebagai bahan baku pembuatan panel bangunan ramah lingkungan yang
diharapkan memiliki kekuatan/karakteristik mekanik tinggi segingga di masa mendatang dapat
dijadikan sebagai panel bangunan tahan gempa. Dilaporkan dalam penelitian sebelumnya
bahwa kelimpahan limbah pabrik kertas berupa sludge menjadi problem besar dalam industri
kertas di Indonesia dengan limbah mencapai 7,7 juta ton pertahun dan industri kertas yang
terpusat di Surabaya memberikan kontribusi 98% dari seluruh limbah industri yang dibuang ke
Kali Surabaya. Padahal sludge pabrik kertas termasuk kategori B3 yang mengandung logam
berat. Sampai sekarang limbah sludge menjadi problem lingkungan yang belum terpecahkan.
Di pihak lain, Indonesia merupakan penghasil kelapa (kopra) terbesar ke tiga di dunia dan
komponen utama buah kelapa berupa sabut kelapa (35%) belum dimanfaatkan secara optimal.
Ditambah lagi dengan jumlah sampah plastik di Indonesia mencapai 1,6 ton pertahun sehingga
mejadi problem lingkungan yang serius. Selanjutnya Kebutuhan bahan bangunan yang ramah
lingkungan dan tahan gempa merupakan kebutuhan teknologi konstruksi, karena sebagian
besar wilayah Indonesia adalah wilayah rawan gempa. Penelitian ini telah merujuk pada hasil-
hasil penelitian sejenis terdahulu kaitannya dengan proses pembuatan dan pengujian
karakteristik mekaniknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi beban pengempaan
pada saat pencetakan panel bangunan dan komposisi sabut kelapa (% b/b) ternyata
berpengaruh secara signifikan terhadap karakteristik mekaniknya. Diperoleh kuat lentur
(bending) optimal, yakni 77,81 kg/cm2 dengan beban pengempaan 2000 bars dan komposisi
sabut kelapa sebesar 2 % (b/b). Hasil penelitian ini akan dikembangkan secara komprehensif
kaitannya dengan pencapaian hasil yang lebih optimal.

Kata-kata kunci: limbah pabrik kertas, sabut kelapa, sampah plastik, panel bangunan ramah
lingkungan

membahayakan masyarakat. Sampai sekarang limbah


PENDAHULUAN sludge pabrik kertas menjadi problem lingkungan yang
Limbah pabrik kertas berupa sludge menjadi problem belum terpecahkan.
besar dalam industri kertas di Indonesia. Kapasitas Indonesia merupakan penghasil kelapa (kopra) terbesar
produksi pabrik kertas di Indonesia sebesar 10,4 juta ke tiga di dunia, dengan total produksi mencapai 14
ton pertahun dengan limbah sebanyak 7,7 juta ton milyar butir pertahun. Komponen utama buah kelapa
pertahun (Kaltim Post, 2006). Hasil penelitian berupa sabut kelapa (35%) belum dimanfaatkan
memperlihatkan bahwa sumber pencemaran terbesar optimal dan tidak mempunyai nilai ekonomi (Sulekha,
industri kertas memberikan kontribusi 98% dari 2007). Di lain pihak, jumlah sampah plastik di
seluruh limbah industri yang dibuang ke Kali Surabaya Indonesia mencapai 1,6 ton atau 80 % pertahun
(Arisandi,2006). Padahal sludge pabrik kertas termasuk sehingga mejadi problem lingkungan yang serius
kategori B3 yang mengandung logam berat seperti Cd, (Kompas, Juli 2003). Sebagian besar wilayah Indonesia
Cr, Cu, Pb, Ag dan Zn yang sangat membahayakan adalah wilayah rawan gempa (Sarwidi, 2006).
(Adiprima, 2006). Logam berat adalah logam yang Frekuensi gempa bumi yang terjadi di Indonesia sangat
sangat berbahaya karena tidak dapat dimusnahkan dan besar. Jumlah bangunan yang rusak juga sangat besar
menimbulkan dampak kesehatan yang sangat dengan tingkat kerusakan bangunan terbanyak adalah

A-55
Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008
Bidang Teknik Mesin

pada dinding bangunan. Walaupun referensi sudah kertas mempunyai potensi besar dibuat komposit
tersedia aplikasi rekayasa kegempaan di Indonesia dinding bangunan.
harus disesuaikan dengan kondisi riil di lapangan
(Sarwidi, 2004). Gempa yang terjadi di Yogyakarta METODE PENELITIAN
pada tahun 2006 telah mengakibatkan lebih dari Metodologi penelitiannya menggunakan design
216.000 rumah roboh, rusak berat dan ringan. penelitian eksperimen murni (true experimental
Kerusakan bangunan yang sering terjadi akibat gempa research). Tahapan penelitiannya dibagi menjadi tiga
adalah bidang dinding (Sarwidi, 2002) yang dimulai dengan preparasi dan sampling bahan
Problem lingkungan lainnya adalah penebangan hutan baku dan alat produksi. Tahapan berikutnya adalah
di Indonesia yang sangat besar, yaitu mencapai 3,8 proses pembuatan komposit dinding bangunan dari
juta Ha pertahun sejak tahun 1998 (Walhi, 2005). bahan baku berupa limbah industri kertas (sludge),
Sebagian besar hasil hutan berupa kayu digunakan sabut kelapa dan sampah plastik yang dimulai dengan
untuk keperluan pembangunan perumahan dan proses blending dan pembuatan komposit menjadi
bangunan publik, baik untuk konstruksi maupun dinding bangunan. Tahapan terakhir adalah pengujian
produksi papan kayu lapis dan papan komposit. sifat mekanik, kimiawi, fisik dan ketahanan terhadap
Kebutuhan rumah di Indonesia setiap tahun rata-rata gempa serta analisis estetika, dan toksisitas. Metode
sebesar ± 1,1 juta unit. Dari jumlah ini pasokan rumah alternatif yang digunakan merupakan
rata-rata per tahun sebesar 150.000 unit, sehingga rekayasa/modifikasi dan penyederhanaan dari metode
defisit per tahun sejumlah 290.000 unit pembuatan komposit kayu dan polipropilen yang sudah
(Simanungkalit, 2004). Kebutuhan terbesar rumah pernah dilakukan oleh Setyawati, (2003), Sulaeman
adalah tipe rumah sangat sederhana (RSS) dan (2003), Febrianto, et al. (2001), Febrianto (1999), Strak
sederhana (RS). Untuk memenuhi target tersebut dan Berger (1997), Oksman dan Clemons (1997),
dibutuhkan teknologi bahan alternatif khususnya untuk Prayitno (1995), dan Han (1990).
menyediakan penyediaan dinding bangunan yang lebih Bahan : berupa limbah pabrik kertas (sludge) sebagai
ekonomis, karena bahan bangunan adalah salah satu filler dan sabut kelapa sebagai micro fiber. Sludge
faktor yang menyebabkan harga rumah semakin mahal diperoleh dari industri kertas PT. Adiprima Surabaya.
(Feris dan Mutaqi, 2006). Sedangkan sabut kelapa diperoleh dari pengolahan
Penelitian komposit kayu plastik telah berkembang minyak kelapa VCO di Yogyakarta. Sampah plastik
dibeberapa negara (Setyawati,2003). Hasil penelitian sebagai matriks diperoleh dari TPA di Yogyakarta.
Fajriyanto (2005,2006) menunjukkan bahwa limbah Alat : berupa Pengempa dan Cetakan
tandan kosong kelapa (TKKS) dan sampah plastik Aluminiun/logam, Grander, Thermal Magnetic Stirrer
dapat dibuat komposit dinding bangunan yang dan Infra-Red Thermometer, Mesh Screener, Oven,
berkualitas tinggi. Sedangkan limbah pabrik kertas Timbangan elektrik, pH-meter dan kertas lakmus, Alat
mempunyai komponen utama (95%) serat organik yang uji mekanik Torsee/Tenso Lab (kuat tekan, lentur,
berupa selulosa yang berpotensi sebagai bahan geser dan tarik, Uji Gempa SWD 23, RH-meter (uji
komposit dinding bangunan. Olehkarena itu kelembababan) dan atomic asorption
permasalahan penelitian adalah bagaimana spectrophotometry/AAS (uji heavy metal leaching).
memanfaatkan limbah pabrik kertas (sludge), sabut Cara kerja penelitian yang akan dilakukan mengacu
kelapa dan sampah plastik untuk pembuatan komposit prosedur pembuatan komposit plastik-kayu yang
dinding bangunan ramah lingkungan dan tahan gempa. pernah dilakukan Setyawati, (2003), Sulaeman (2003),
Perkembangan teknologi, khususnya di bidang Febrianto, et al. (2001), Febrianto (1999), Strak dan
komposit telah menghasilkan produk komposit yang Berger (1997), Oksman dan Clemons (1997), Prayitno
merupakan gabungan antara serbuk kayu dengan (1995), dan Han (1990), tetapi dalam penelitian ini
plastik daur ulang (Setyawati, 2003). Beberapa mekanisme pembuatannya dimodifikasi sedemikian
penelitian sebelumnya telah berhasil membuat rupa untuk menghasilkan produk yang lebih
komposit dari kayu dan plastik polipropilen murni dan berkualitas.
daur ulang. Beberapa penelitian tersebut pernah
dilakukan Sulaeman (2003), Febrianto, et al (2001),
HASIL DAN PEMBAHASAN
Febrianto (1999), Strak dan Berger (1997), Oksman
dan Clemos (1997), Prayitno (1995) dan Han (1990), Proses produksi komposit meliputi kegiatan
Fajriyanto (2005,2006) dan Feris (2006). penimbangan berat bahan baku, proses blending dan
Hasil penelitian Fajriyanto (2006) menunjukkan bahwa casting untuk pembentukan komposit. Berat bahan
sabut kelapa sawit (TKKS) dan sampah plastik dapat baku berupa sludge pabrik kertas, sabut kelapa dan
dibuat komposit dinding bangunan yang berkualitas. sampah pastik ditentukan sesuai dengan desain
Sedangkan limbah pabrik kertas (sludge) mempunyai penelitian. Komposisi dibedakan berdasarkan berat
komponen utama (95%) serat organik yang berupa sludge dan sampah plastik, berat sabut kelapa dan
selulosa (Fajriyanto dan Feris, 2006) yang hampir sama pembebanan saat casting. Tujuannya adalah untuk
dengan kayu maupun TKKS dan yang berbeda adalah mengetahui tingkat perbedaannya karakteristik
komposisinya. Olehkarena itu limbah sludge pabrik mekaniknya.

A-56
ISBN : 978-979-3980-15-7
Yogyakarta, 22 November 2008

Proses blending dilakukan melalui beberapa tahapan :


pertama, sampah plastik dipanaskan sampai suhu 150
oC sehingga meleleh. Kedua, sludge pabrik kertas dan
sabut kelapa di panaskan sampai suhu 60 oC. Ketiga,
proses pencampuran antara sampah plastik yang telah
meleleh dengan sludge pabrik kertas dan sabut kelapa
dan diaduk secara merata. Apabila campuran telah
merata, maka siap untuk dicetak untuk pembentukan
komposit.
Peralatan casting dan hysprolic presser dipersiapan.
Adonan komposit dituangkan dalam casting secara
bertahap hingga penuh sesuai dengan berat yang telah
ditentukan. Setelah itu dilakukan pengepresean dengan
tekanan sesuai dengan desain penelitian. Hasil proses
casting ini merupakan produk komposit, terlihat cukup
solid, menyatu dan mempunyai ikatan yang cukup
kuat. Hasil produksi komposit ini merupakan benda uji
yang siap untuk dilakukan pengujian sifat mekanik,
fisik, gempa, heavy metal lycing dan karakteristik
kimianya (Lihat gambar 1 dan 2) :

Gambar 1 Proses Pembuatan Komposit

A-57
Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008
Bidang Teknik Mesin

Tabel 1. Kuat Lentur berdasarkan variasi


tekanan/beban pengempaan
Tekanan/ Lebar Tinggi Panjang Beban Kuat
Beban papan papan bentang maksimal Lentur
(bars) (b) (h) (L) P maks (σlt)
saat Cm Cm cm (kg) (kg/cm2)
casting
500 2 2 10 13 12,19
1000 2 2 10 14 13,12
2000 2 2 10 83 77,81
3000 2 2 10 72 67,5
4000 2 2 10 55 51,56

Gambar 2 Sampel Siap Diuji


Variasi Tekanan/ Beban Pengempaan (Casting)
Perlakuan perbedaan tekanan pada saat pembuatan
(casting) dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan kekuatan mekanik dari komposit sludge
pabrik kertas dan plastik apabila terjadi perbedaan
tekanan. Dalam perlakuan ini sebagai variabel tetap
adalah komposisi bahan dan ukuran dibanding sludge
pabrik kertas.
Komposisi bahan =
60 % sludge pabrik kertas: 40 % plastik
Berat sabut kelapa = 2 persen
Tekanan pada saat pencetakan dibuat variasi dengan
interval 500 bars, 1000 bar, 2000 bars, 3000 bars dan
4000 bars. Setelah benda uji dibuat dengan perbedaan
tekanan seperti tersebut diatas, maka dilakukan
pengujian. Pengujian dilakukan dengan alat Torsee
untuk mengetahui beban maksimal (Pmaks) yang dapat
diterima dari benda uji.
Hasil pengujian beban maskimal (Pmaks) dan
perhitungan kuat lentur (σlt) seperti tersebut pada
Tabel 1. Berdasarkan pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa
besarnya tekanan pada saat pencetakan berpengaruh
terhadap kuat lentur komposit. Kuat lentur (σlt)
komposit optimal pada saat casting (pengempaan)
dengan pembebanan 2000 bars, melemah pada
pengempaan dibawah 2000 bars maupun diatas 2000
bars. komposit. Hasil penelitian tertulis pada Tabel 1.
Hasil uji t sampel tunggal (one-sample t test) terhadap
kuat lentur menunjukkan bahwa diketahui t Tabel III. :
2,13 pada tingkat signifikansi 95%. Berdasarkan hasil
pengujian diketahui bahwa t hitung : 3,260 sehingga
jelas bahwa t hitung lebih besar dari t Tabel (t hitung >
2,13 atau t hitung < - 2,13), dari sini dapat diketahui Gambar 3 Proses Pengujian Mekanik
bahwa semakin besar tekanan pada saat pencetakan
berpengaruh terhadap kuat lentur komposit. Berangkat Variasi Berat Sabut Kelapa Dalam Komposit
dari pengujian dan analisa tersebut maka tekanan Perlakuan perbedaan berat sabut kelapa dilakukan
optimal pada saat pencetakan yaitu sebesar 2000 bars. untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kekuatan
mekanik dari komposit panel dinding apabila terjadi
perbedaan berat sabut kelapa. Dalam perlakuan ini
sebagai variabel tetap adalah tekanan dan komposisi
dan berat bahan.
Komposisi bahan =

A-58
ISBN : 978-979-3980-15-7
Yogyakarta, 22 November 2008

60% sludge pabrik kertas: 40% plastik Variasi Komposisi Berat Bahan (Sludge) Dalam
Tekanan saat casting = 2000 bars. Komposit
Berat sabut kelapa pada saat pencampuran dibuat
Perlakuan perbedaan komposisi bahan sludge dan
variasi, pertama 2%, 4%, dan 6%. Setelah benda uji
plastik untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
dibuat dengan perbedaan berat sabut kelapa, maka
kekuatan mekanik dari komposit panel dinding apabila
dilakukan pengujian. Pengujian dilakukan dengan alat
terjadi perbedaan komposisi berat bahan sludge dan
Torsee untuk mengetahui beban maksimal (Pmaks)
sampah plastik. Dalam perlakuan ini sebagai variabel
yang dapat diterima dari benda uji. Hasil pengujian
tetap adalah tekanan dan berat sabut kelapa.
beban maskimal (Pmaks) dan perhitungan kuat lentur
Tekanan saat casting = 2000 bars.
(σlt) seperti tersebut pada Tabel 2. Berat sabut kelapa = 2 %.
Tabel 2. Kuat Lentur berdasarkan variasi volume Komposisi berat bahan pada saat pencampuran dibuat
air variasi, pertama sludge (50%) dan sampah plastik
(50%), kedua sludge (60%) dan sampah plastik (40%),
Berat Lebar Tinggi Panjang Beban Kuat
sabut papan papan bentang maksimal Lentur ketiga sludge (70%) dan sampah plastik (30%).
kelapa (b) (h) (L) P maks (σlt) Setelah benda uji dibuat dengan perbedaan komposisi
(%) Cm cm cm (kg) (kg/cm2) bahan sludge dan plastik, maka dilakukan pengujian.
0 2 2 10 4 3,75
Pengujian dilakukan dengan alat Torsee untuk
(standar) mengetahui beban maksimal (Pmaks) yang dapat
2 2 2 10 83 77,81 diterima dari benda uji. Hasil pengujian beban
4 2 2 10 55 51,56 maskimal (Pmaks) dan perhitungan kuat lentur (σlt)
6 2 2 10 76 71,25
seperti tersebut pada Tabel 3.
Berdasarkan pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa Tabel 3. Kuat Lentur berdasarkan variasi
perbedaan berat sabut kelapa pada saat pencampuran komposisi bahan sludge dan plastik
berpengaruh terhadap kuat lentur komposit. Pada berat Komposisi U Leba Tinggi Panjang Beban Kuat Rata-
sabut kelapa 0% (tanpa sabut kelapa) kuat lentur (σlt) bahan
sludge dan
ji
ke
r
papa
papan
(h)
bentang
(L)
maksi
mal
Lentur
(σlt)
rata
Kuat
komposit sebesar 3,75 kg/cm2 . Pada berat sabut kelapa plastik (%) n (b) cm cm P maks (kg/cm Lentur
2% kuat lentur (σlt) komposit sebesar 77,81 kg/cm2 . Cm (kg) 2) (σlt)
(kg/cm
Pada berat sabut kelapa 4%, kuat lentur (σlt) komposit 2
sebesar 51,56 kg/cm2 . Pada berat sabut kelapa 6%, 50 : 50 1 2 2 10 32.38 60.71
2 2 2 10 48.58 91.08
kuat lentur (σlt) komposit sebesar 71,25kg/cm2 . 3 2 2 10 47.78 89.59 80.46
Hasil uji t sampel tunggal (one-sample t test) terhadap 60 : 40 1 2 2 10 42.8 80.25
kuat lentur menunjukkan bahwa diketahui t Tabel III. : 2 2 2 10 111.4 93.20
2,92 pada tingkat signifikansi 95%. Berdasarkan hasil 59.44 6
3 2 2 10 46.88 87.9
pengujian diketahui bahwa t hitung : 3,464 sehingga
70 : 30 1 2 2 10 27.81 52.15
jelas bahwa t hitung lebih besar dari t Tabel (t hitung > 2 2 2 10 47.43 88.93 61.48
2,92 atau t hitung < - 2,92), dari sini dapat diketahui 3 2 2 10 23.13 43.36
bahwa semakin berat sabut kelapa maka semakin
rendah kuat lentur komposit. Berangkat dari pengujian Berdasarkan pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa
dan analisa tersebut maka berat optimal sabut kelapa perbedaan komposisi bahan sludge dan plastik pada
yaitu sebesar 2%. Hal ini sesuai dengan penelitian saat pencampuran berpengaruh terhadap kuat lentur
Randing (1995) dan Fajriyanto (2005; 2007) dimana komposit. Pada komposisi bahan sludge (50%) dan
penambahan serat organik ijuk dan sabut kelapa dapat plastik (50%): beban maskimal (Pmaks) rata-rata 42.91
memperbaiki sifat fisis-mekanis, meningkatkan kg dan kuat lentur (σlt) komposit sebesar rata-rata
kekuatan lentur serta mengurangi sifat regasnya. Hasil 80.46 kg/cm2 .
penelitian membuktikan bahwa dengan penambahan Pada komposisi bahan sludge (60%) dan plastik (40%),
sabut kelapa sebanyak 2 % dari berat komposit dapat beban maskimal (Pmaks) rata-rata 49.71 dan kuat
mengatasi sifat regasnya serta dapat meningkatkan lentur (σlt) komposit sebesar rata-rata 93.20 kg/cm2 .
kekuatan lenturnya. Pada komposisi bahan sludge (70%) dan plastik (30%),
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan kuat beban maskimal (Pmaks) rata-rata 27.24 kg dan kuat
lentur (σlt) maksimal dicapai pada berat sabut kelapa lentur (σlt) komposit sebesar rata-rata 51.07 kg/cm2 .
2% pada saat pencampuran, sehingga pada volume air Hasil uji t sampel tunggal (one-sample t test) terhadap
ini akan digunakan sebagai variabel tetap dalam kuat lentur menunjukkan bahwa diketahui t Tabel III. :
pencampuran. 2,92 pada tingkat signifikansi 95%. Berdasarkan hasil
pengujian diketahui bahwa t hitung : 6,005 sehingga
jelas bahwa t hitung lebih besar dari t Tabel (t hitung >
2,92 atau t hitung < - 2,92), dari sini dapat diketahui
bahwa semakin berat sludge pabrik kertas maka

A-59
Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008
Bidang Teknik Mesin

semakin rendah kuat lentur komposit. Hal ini sesuai hasil-hasil penelitian sebelumnya. Hasil komparasinya
dengan penelitian Fajriyanto dan Feris(2005) dimana dapat diamati dalam Tabel 5.
komposisi plastik dan tandan kosong kelapa sawit
Tabel 5. Komparasi Produk Komposit dengan
(TKKS) mempengaruhi karakteristik mekanis
Produk di Pasaran
komposit.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan kuat No Produk Kuat Kuat Kuat Kuat
Komposit Lentur Tekan Geser Tarik
lentur (σlt) maksimal dicapai pada komposisi sludge
(σlt) (σt //) (σ||) (σ||)
pabrik kertas 60% dan sampah plastik 40%, sehingga (kg/cm2) (kg/cm2 (kg/cm (kg/cm
pada komposisi ini akan digunakan sebagai variabel ) 2) 2)
tetap dalam pencampuran. 1 Produk Hasil 93.20 191,41 56,9 11.89
2 Produk 116,20 88,33 24,50 18,42
Pasaran *
Karakteristik Mekanik Produk Komposit Yang Note :
Dihasilkan *) Produk di Pasaran : Particle Board/Medium Density
Setelah dilakukan orientasi karakteristik mekanik Fiberboard (MDF)
komposit berdasarkan pada variasi tekanan, komposisi
bahan dan sabut kelapa, maka ditetapkan variabel tetap Untuk mengetahui hasil komparasi karakteristik
dalam pembuatan benda uji komposit. Variabel tetap mekanik, yakni kuat lentur maka digunakan uji t
dalam pembuatan komposit panel dinding adalah sampel berpasangan (paired-sample t test). Untuk
sebagai berikut: memutuskan bahwa salah satu produk komposit
Komposisi: 60 % sludge dan 40% plastik tersebut memiliki kuat lentur yang lebih besar maka
Tekanaan saat casting : 2000 bars ketiga produk komposit yang dihasilkan tersebut
Berat sabut kelapa: 2%. selanjutnya diuji menggunakan uji t sampel
Hasil karaktertik mekanik terlihat bahwa rata-rata kuat berpasangan. Hasil pengujian komparasi kuat lentur
lentur sebesar 93,20 (kg/cm2), kuat tekan antara produk komposit (a) dengan produk komposit
191,41(kg/cm2), kuat geser 56,9 (kg/cm2) dan kuat (b) menunjukkan bahwa diketahui t Tabel 3. : 2,92
tarik 11.89(kg/cm2). Hasil selengkapnya dapat dilihat sedangkan t hitung : - 2,449, sehingga jelas bahwa t
pada Tabel 4. hitung tidak memenuhi persyaratan (t hitung > 2,92
atau t hitung < - 2,92) sehingga jelas bahwa kedua
Tabel 4 Karakteritik Mekanik Produk Komposit produk tersebut memilki kuat lentur yang relatif sama.
Karakterisik Uji ke Beban Hasil Rata-rata Penelitian dinding komposit yang terbuat dari semen,
Mekanik maksimal Pengujian (kg/cm2) pasir dan sabut kelapa sawit berbasisi teknologi fiber
P maks (kg/cm2) reinforced concrete (FRC) menunjukkan bahwa kuat
(kg) lentur maksimal adalah 24,4 kg/cm2 dan kuat desak
Kuat Lentur 1
43 80.25 93.20 maksimal 17,8 kg/cm2 (Fajriyanto dan Feris, 2008).
2 Apabila dibandingkan dengan komposit yang tersebut,
59.50 111.46
3
maka komposit yang terbuat dari limbah pabrik kertas
47.00 87.9 (sludge) dan sampah plastic, masih jauh lebih tinggi
Kuat Tekan 1 secara mekanik, baik kuat lentur maupun kuat
591 148.50
2
desaknya.
191,41
877 219.25 Adapun uji komparasi kuat tekan antara produk (a)
3 826 206.50 dengan produk (b) diketahui t hitung : 4,735 dan t
Kuat Geser 1 251,00 62.75 Tabel 3. : 2,92. Dengan demikian t hitung memenuhi
persyaratan (t hitung > 2,92 atau t hitung < - 2,92)
2 35.75 56,9 sehingga jelas bahwa kedua produk tersebut memilki
143,00
3 72.25 kuat tekan yang berbeda. Kuat tekan komposit sludge
289,00 pabrik kertas dan plastik mempunyai kuat tekan yang
Kuat tarik 1 lebih besar dibandingkan dengan kuat tekan komposit
15.29 15.2952 11.89
2 MDF yang ada dipasaran.
10.19 10.1968 Adapun uji komparasi kuat geser antara produk (a)
3 dengan produk (b) diketahui t hitung : 2,965 dan t
10.19 10.1968
Tabel 3. : 2,92. Dengan demikian t hitung memenuhi
persyaratan (t hitung > 2,92 atau t hitung < - 2,92)
Komparasi Produk Komposit Dengan Produk Di sehingga jelas bahwa kedua produk tersebut memilki
Pasaran kuat geser yang berbeda. Kuat geser komposit sludge
Produk komposit yang dihasilkan tersebut selanjutnya pabrik kertas dan plastik mempunyai kuat geser yang
dikomparasikan karakteristik mekaniknya dengan lebih besar dibandingkan dengan kuat tekan komposit
produk kmposit sejenis yang beredar di pasaran dan MDF yang ada dipasaran.

A-60
ISBN : 978-979-3980-15-7
Yogyakarta, 22 November 2008

Adapun uji komparasi kuat tarik antara produk (a) [4] Arisandi, Prigi 2004. Dampak dan Upaya
dengan produk (b) diketahui t hitung : -3,839 dan t Perbaikan Kualitas Perairan di Jawa Timur.
Tabel 3. : 2,92. Dengan demikian t hitung memenuhi Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan
persyaratan (t hitung > 2,92 atau t hitung < - 2,92) Basah. Surabaya.
sehingga jelas bahwa kedua produk tersebut memilki [5] Febrianto F, Y.S. Hadi, dan M. Karina. 2001.
kuat tarik yang berbeda. Kuat tarik komposit sludge Teknologi produksi recycle komposit bemutu
pabrik kertas dan plastik mempunyai kuat tarik yang tinggi dari limbah kayu dan plastik : Sifat-sifat
lebih kecil dibandingkan dengan kuat tekan komposit papan partikel pada berbagai nisbah campuran
MDF yang ada dipasaran. serbuk dan plastik polipropilene daur ulang dan
ukuran serbuk. Laporan Akhir Hibah Bersaing
KESIMPULAN IX/1. direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Limbah pabrik kertas (sludge), sabut kelapa dan Departemen Pendidikan Nasional.
sampah plastik dapat dibuat komposit dinding [6] Fajriyanto dan Feris Firdaus,2006. Potensi Limbah
bangunan yang kuat dan ramah lingkungan. Padat (Fiber Sludge, Thermoplastic, Fly Ash) PT.
Karakteristik mekanik komposit dinding bangunan dari Adiprima Suraprinta Sebagai Bahan Baku
limbah pabrik kertas (sludge), sabut kelapa dan sampah Produksi Fiberboard. Jurnal Logika Vol 3 No 3
plastik dipengaruhi oleh variasi komposisi bahan baku, Desember 2006
variasi pembebanaan pada saat casting (pencetakan) [7] Fajriyanto dan Feris,2007. Potensi Limbah Tandan
dan variasi berat sabut kelapa. Komposisi bahan baku Kosong Kelapa Sawit (Tkks) Sebagai Panel
optimal untuk mendapatkan kekuatan mekanik Dinding Bangunan Berbasis Fiber Reinforced
tertinggi pada komposisi 60% sludge, 40% sampah Concrete (FRC). Laporan Penelitian DPPM UII.
plastik dan 2% sabut kelapa. Sedangkan pembebanan Belum diterbitkan.
saat casting optimal pada tekanan pengempaaan 2000 [8] Fajriyanto dan Feris Firdaus, 2006. Karakteristik
bars. Karakteristik mekanik komposit pada komposisi Mekanik Dan Tekstur Panel Bangunan Dari
60% sludge, 40% sampah plastik dan 2% yaitu: rata- Komposit Sampah Plastik-Limbah Tandan Kosong
rata kuat lentur 93.20 kg/cm2, kuat tekan 191,41 Kelapa Sawit. Jurnal TEKNISIA ISSN 0853-
kg/cm2, kuat geser 56,9 kg/cm2 dan kuat tarik 11.89 8557(Terakreditasi), Desember 2006,Vol.11,
kg/cm2. Komposisi sabut kelapa (% b/b) ternyata No.2,Hal.192-199. Penelitian yang dibiayai dalam
berpengaruh secara signifikan terhadap karakteristik program Riset Unggulan Terpadu (RUT XII)
mekaniknya. Diperoleh kuat lentur (bending) optimal, 2005-2006 oleh Menristek RI.
yakni 77,81 kg/cm2 dengan beban pengempaan 2000 [9] Fajriyanto dan Feris Firdaus, (2005), Pemanfaatan
bars dan komposisi sabut kelapa sebesar 2 % (b/b). Limbah Padat Kelapa Sawit (tandan kosong kelapa
Hasil penelitian ini akan dikembangkan secara sawit) dan Sampah Plastik (Thermoplastics) untuk
komprehensif kaitannya dengan pencapaian hasil yang Produksi Komposit Papan Dan Dinding Interior..
lebih optimal Penelitian yang dibiayai dalam program Riset
Unggulan Terpadu (RUT XII) 2005-2006 oleh
Menristek RI
UCAPAN TERIMAKASIH [10] Fajriyanto dan Feris,2006. Karakteristik Mekanik
Penelitian ini Merupakan Bagian dari Penelitian Tahun dan Fisik Panel Dinding Partisi Tahan Air Dari
I yang Dibiayai dalam Program Hibah Bersaing Dikti Komposit Sabut Kelapa (Coco Fiber) Dan Sampah
2008. Oleh sebab itu, kami selaku tim peneliti Plastik (Thermoplastics). Jurnal Logika Vol 03 No
mengucapkan banyak terimakasih pada Dikti yang 2 Juli 2006.
telah membiayai penelitian ini hingga purna (2 tahun) [11] Fajriyanto dan Feris Firdaus, 2005. Potensi
Limbah Kelapa Sawit (Tandan Kosong Kelapa
DAFTAR PUSTAKA Sawit) Dan Sampah Plastik Sebagai Bahan
[1] Agus, H.S.W. et al, 2002, The Use of Natural Komposit Dinding Bangunan. Jurnal TEKNISIA
Fibre Reinforced Composites in Building ISSN 0853-8557 (Terakreditasi) Edisi Desember
Materials, Proceedings-International Symposium; 2005.
Building Research and The Sustainability of The [12] Firdaus F dan Fajriyanto, 2006. Komposit Sampah
Built Environment in The Tropics, Tarumanagara Plastik-Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit
University Indonesia. P. 598-610. Sebagai Material Utama Untuk Produksi
[2] Adiprima,2006. Karakteristik Limbah Sludge Fiberboards. Proceeding Seminar Nasional Kimia
Pabrik Kertas. Laporan Penelitian. Surabaya. III 2006, ISBN : 979-96595-2-3, Hal. 112-121.
Tidak dipublikasikan. [13] Firdaus F dan Fajriyanto, 2006. Komposit Sampah
[3] Amir, A.1999. Penggunaan Papan Semen dengan Plastik (thermo plastics)-Sabut Kelapa (coco fiber)
Serat Bambu sebagai Partisi. Wahana Komunikasi untuk Produksi Plafon Tahan Air (water proof) :
Jasa Konstruksi dan Lapangan Kerja, Gelar Tekno Analisis Sifat Mekanik, Fisiko-Kimiawi dan
Nusa 99, Graha Sabha Pramana, Yogyakarta. Ketahanan Airnya. Jurnal TEKNISIA ISSN 0853-
8557 (Terakreditasi) Edisi Agustus 2006.

A-61
Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008
Bidang Teknik Mesin

[14] Firdaus F dan Fajriyanto, 2006. Karakteristik University of Leeds UK,Surakarta, 2 Oktober
Mekanik Produk Fiberboard Dari Komposit 2002.
Sampah Plastik (Thermoplastic)-Limbah Tandan [26] Sarwidi, 2003. Sebuah Tinjauan Aspek Konstruksi
Kosong Kelapa Sawit (TKKS). Jurnal TEKNOIN : Hunian yang Layak di Wilayah Rawan Gempa.
ISSN 0853-8697 (Terakreditasi) Edisi September Seminar Nasional Prospek Pembangunan
2006, Vol. 11, No. 3. Penelitian yang dibiayai Perumahan dalam Rangkja Otonomi Daerah,
dalam program Riset Unggulan Terpadu (RUT Jurusan Arsitektur UII-DPD REI DIY,
XII) 2005-2006 oleh Menristek RI. Yogyakarta, 4 Oktober 2003.
[15] Febrianto F. 1999. Preparation And Properties [27] Sarwidi, 2004. Kelemahan dan Kelebihan
Enhancement Of Moldable Wood – Biodegradable Menonjol Material Tembokan Untuk Bangunan di
Polymer Composites. [Disertasi]. Kyoto: Kyoto Wilayah Kerusakan Gempa Pulau Jawa. Proseding
University, Doctoral Dissertation.Division of Konferensi Nasional Rekayasa Kegempaan II,
Forestry and Bio-material Science. Faculty of PSIT, UGM, Yogyakarta.
Agriculture. Tidak dipublikasikan. [28] Sarwidi, 2006. Manual Bangunan Tahan Gempa.
[16] Febrianto F, Y.S. Hadi, dan M. Karina. 2001. CEEDEDS, Yogyakarta
Teknologi produksi recycle komposit bemutu [29] Simanungkalit P., (2004), Prospek dan Kendala
tinggi dari limbah kayu dan plastik : Sifat-sifat Bisnis Properti di Indonesia, Prosiding Seminar
papan partikel pada berbagai nisbah campuran Nasional Prospek dan Kendala Bisnis Properti di
serbuk dan plastik polipropilene daur ulang dan Indonesia, Magister teknik Sipil UII, 15 Juni 2004.
ukuran serbuk. Laporan Akhir Hibah Bersaing [30] SNI 03-1727-1999. Tata Cara Perencanaan
IX/1. direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pembebanan Untuk Bahan Bangunan Rumah dan
Departemen Pendidikan Nasional. Gedung.
[17] Han GS. 1990. Preparation and Physical Properties [31] Sutigno,P. 2004. Mutu Produk Teknologi Papan
Of Moldable Wood Plastic Composites. Partikel, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil
[Disertasi]. Kyoto: Kyoto University. Departement Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan, Bogor.
Of Wood Science and Technology, Faculty of [32] Sulekha. 2007. Serat Kelapa. http:
Agriculture. //dzarmono.sulekha.com/blog/post/2007/03.
[18] Han GS, Shiraishi N. 1990. Composites of wood [33] Setyawati,D. 2003. Sifat Fisis dan Mekanis
and polypropylen IV. Wood Research Sociaty at Komposit Serbuk kayu Plastik Polipropilena Daur
Tsubuka 36(11): 976-982. Ulang. [Thesis]. Program Pascasarjana Institut
[19] Intan, A.H., Said, E.G., dan Saptono, I.T. 2003, Pertanian Bogor. Bogor (tidak dipublikasikan).
Strategi Pengembangan Industri Pengolahan Sabut [34] Strak NM, dan Berger MJ. 1997. Effect of
Kelapa Nasional, Jurnal Manajemen dan particle size on properties of wood-flour
Agrobisnis, Vol.1, No.1, Hal. 42-54. reinforced polypropylene composites. Di dalam:
[20] Kaltim Post, 2006. Investor Tak Lirik Industri Fourth International Conference on Woodfiber-
Kertas hingga Tahun 2015. Kaltim Post, Rabu, 22 Plastic Composites. Madison, 12 –14 Mei 1997.
Februari 2006. Wisconsin: Forest Product Sociaty. hlm 134-143.
[21] Kompas, 2003, Kiat Memanfaatkan Sampah di [35] Sulaeman, R. 2003. Deteriorasi Komposit Serbuk
Perkotaan, Kompas 29 Juli kayu Plastik Polipropilena Daur Ulang Oleh Cuaca
2003,http://www.kompas.com/kompas- Dan Rayap. [Thesis] Program Pascasarjana Institut
cetak/0307/29/ inspirasi/458014.htm Pertanian Bogor. Bogor (tidak dipublikasikan).
[22] Maloney TM. 1996. Modern Particleboard and [36] Youngquist JA. 1995. Unlikely Partners? The
Dry-Process Fiberboard Manufacturing. San Marriage of Wood and Non Wood Materials.
Fransisco: Miller Freeman, Inc. Forest Product Journal 45(10): 25-30.
[23] Oksman K, dan Clemons C. 1997. Effect of [37] Yulianto, P. 2002. Alternatif Bahan Dinding
elastomers and coupling agent on impact Permeabel (dari lidi kelapa) untuk Daerah Tropis
performance of wood flour-filled polypropilene. Panas Lembab. Proceeding-International
Di dalam: Fourth International Conference on Symposium; Building Research and The
Woodfiber-Plastic Composites. Madison, 12 –14 Sustainability of The Built Environment in
Mei 1997. Wisconsin: Forest Product Sociaty. Tropics, Tarumanegara University, Indonesia.
hlm 144-155. P.565-574.
[24] Prayitno, T.A. 1995, Pengujian Sifat Fisika dan
Mekanika Menurut ISO, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
[25] Sarwidi, 2002. Pentingnya Membuat Bangunan
tahan Gempa : Sebuah Tinjauan Aspek Teknis
Rumah Rakyat, Seminar Nasional Permukiman
Berkualitas untuk Masyarakat Menengah keBawah
di Perkotaan, Jurusan Teknik Sipil FT UNS &

A-62

Anda mungkin juga menyukai