0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
315 tayangan1 halaman
Puisi ini berisi nasihat kepada seseorang agar langsung meminta maaf kepada rakyatnya jika ingin mendapatkan keselamatan di masa depan. Sang penyair mengatakan bahwa dia tidak berhak mewakili hati rakyat atau memiliki kekuasaan atas mereka. Jika rakyat dilukai, hanya Tuhan yang dapat menentukan balasannya, bukan sang penyair. Oleh karena itu, satu-satunya cara adalah meminta ma
Puisi ini berisi nasihat kepada seseorang agar langsung meminta maaf kepada rakyatnya jika ingin mendapatkan keselamatan di masa depan. Sang penyair mengatakan bahwa dia tidak berhak mewakili hati rakyat atau memiliki kekuasaan atas mereka. Jika rakyat dilukai, hanya Tuhan yang dapat menentukan balasannya, bukan sang penyair. Oleh karena itu, satu-satunya cara adalah meminta ma
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Puisi ini berisi nasihat kepada seseorang agar langsung meminta maaf kepada rakyatnya jika ingin mendapatkan keselamatan di masa depan. Sang penyair mengatakan bahwa dia tidak berhak mewakili hati rakyat atau memiliki kekuasaan atas mereka. Jika rakyat dilukai, hanya Tuhan yang dapat menentukan balasannya, bukan sang penyair. Oleh karena itu, satu-satunya cara adalah meminta ma
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
sebab tenaga untuk menegakkan kakiku sendiri ini kupinjam dari mereka
aku tak memiliki harkat kedaulatan mereka
serta tak kugenggam kuara nurani mereka yang diterima dari Tuhan
oleh karena itu
jika engkau mengharapkan keselamatan di esok hari temuilah sendiri ruh mereka
kalau matahari digelapkan
kalau tanah titipan dirampas kalau udara disedot kalau malam disiangkan dan siang dimalamkan kalau hak akal sehat dibuntu hendaklah siapapun ingat bahwa aku tak berhak menawar apa sikap Tuhanku atas kebodohan itu oleh karena itu jika engkau masih mungkin percaya bahwa engkau butuh keselamatan esok pagi ketuklah sendiri pintu Tuhan yang sejak lama mengasingkan diri dirumah nurani rakyatmu
EMHA AINUN NADJIB- 1994
(KUMPULAN PUISI "DOA MOHON KUTUKAN"/RISALAH GUSTI - 1995)