QADHAYATUL UMMAH
“Barangsiapa yang mengaku muslim tetapi tidak memperhati-kan
keadaan umat Muslim, tidak patut ia menyandang gelar Muslim.” (Hadits)
1.A. IFTITAH
(Muhammad ) became apparent : “It is expected that the
nations will call other nations to share them against you (Muslims) as the eaters call each
other to eat from the food in front of them in a large wooden plate.” A person asked the
Prophet , will that happen because of our small number
on that day? The prophet said: “Nay! Your number (will be) great, but you will be rubbish
like the rubbish of floodwater. And certainly Allah will remove from the hearts of your
enemies „the fear from you‟ and surely He (Allah) will throw Wahn in your hearts.” A
person asked: What is „Wahn‟, O Allah‟s Messenger? The Prophet
said, “Wahn: is to love (this) world and to hate the death.”
Dalam hadits lain yang semakna disebutkan pula bahwa pada masa tersebut
keadaan kamu muslimin itu bagaikan buih di lautan – walaupun jumlah mereka (buih
itu) banyak, tetapi jumlah yang banyak itu tidak berdaya untuk menghadapi sapuan
air disekelilingnya; buih itu hanya bisa “mengikut” saja terhadap gelombang air yang
ada disekelilingnya.
Rasa-rasanya masa yang diramalkan oleh Rasulullah
tersebut telah tiba. Pada masa sekarang, jumlah kaum Muslimin tidaklah sedikit,
tetapi kenyataannya jumlah yang banyak itu tiada artinya dalam menghadapi
terjangan musuh-musuh Islam. Kaum muslimin ini benar-benar seperti hidangan bagi
musuh-musuh Islam, bagaikan orang-orang yang kelaparan, maka melihat hidangan
yang banyak akan membuatnya “gila” untuk segera menghabiskan seluruh makanan
di hadapannya, … tanpa ada rasa khawatir bahwa hidangan itu akan melawannya, …
yang ada hanyalah keyakinan bahwa hidangan itu akan mampu dia habiskan.
Sahabat-sahabat, … marilah kita renungi keadaan umat kita ini sejenak. Sungguh
musuh-musuh Islam telah mulai melahap hidangannya melalui gerakan mereka yang
kita kenal sebagai ghazwul Fikr.
Betapa tidak ???! Mereka (musuh-musuh Islam) berusaha merusak moral generasi
muda Islam melalui film-film yang menggambarkan kerusakan moral dan kerendahan
akhlak yang disajikan dengan bumbu-bumbu bahwa gambaran itu adalah gambaran
generasi muda yang modern. Pada saat mereka menggambar melalui filmya cara
pergaulan bebas generasi muda mereka, mereka meyakinkan generasi muda kita
bahwa cara pergaulan bebas itulah yang modern, sedangkan cara pergaulan yang
Islami – yang menjaga norma-norma hijab – mereka yakinkan sebagai cara pergaulan
yang kuno. Atau mereka gambarkan juga dalam film-filmnya cara berpakaian yang
jauh dari norma-norma Islami dan ditangkap oleh generasi muda kita sebagai cara
berpakaian yang trendy dan layak ditiru. Bukankah itu semua adalah cara mereka
dalam upaya merusak generasi muda kita ???! Lalu bagaimana cara generasi muda
kita untuk mendapatkan film-film itu ?????? Dengan MEMBELINYA !!!! Kebodohan
macam apa ini ???? Kita dicekcoki dengan berbagai budaya jahiliyah dan kita harus
memberikan harta kita agar kita bisa dicekcoki oleh budaya itu ???? Apakah ini tidak
juga menunjukkan kepada kita bahwa kita sedang dimakan oleh mereka ?? Bahkan
dimakan sampai dua kali ??? Di satu sisi mereka beruntung karena telah berhasil
merusak generasi muda kita – sehingga generasi muda ini tidak siap untuk menerima
estafet perjuangan Islam – dan disisi lain mereka mendapatkan keuntungan materil
berupa uang hasil penjualan film itu ??? Setiap orang waras yang dapat berpikir sehat
tentu akan menganggap kita yang melakukan hal ini sebagai orang bodoh – ditipu dan
harus membayar agar ditipu.
Atau contoh lainnya adalah dalam mode pakaian. Mereka (Barat) menjual pakaian-
pakaian mereka – yang dapat dipastikan bahwa pakaian-pakaian tersebut tidak
ditujukan untuk menutup aurat – dan siapa yang membelinya ? KITA. Akhirnya
wanita-wanita kita berpakaian seperti cara berpakaian mereka (Barat) yang akhirnya
merangsang nafsu syahwat pemuda-pemuda Islam dan mengotori pikiran-pikiran
mereka. Bencana apa lagi yang menimpa kita kali ini ??? Sekali lagi mereka
mendapatkan keuntungan materil dan keuntungan keberhasilan dalam merusak
generasi muda kita.
Tetapi ada lagi kebodohan lain yang kita lakukan. Yaitu mereka menjual produk -
produk makanan dan minuman mereka. Lalu kita membelinya – dan menganggap
makanan dan minuman itu sebagai makanan dan minuman yang modern serta kita
merasa hebat jika kita bisa memakan atau meminumnya – dan mereka (musuh-musuh
Islam) mendapatkan keuntungan berupa uang. Lalu mereka apakan uang itu ??
Ternyata uang keuntungan itu dijadikan biaya untuk mematahkan tangan-tangan kecil
bocah Palestina. Dana tersebut juga dijadikan modal untuk membeli peluru-peluru
tajam dan menembaki saudara-saudara Muslim di Palestina. DAN KITA DENGAN
IKHLAS BAHKAN BANGGA MEMBERIKAN RUPIAH KITA UNTUK MEREKA (MUSUH-
MUSUH ISLAM) saat kita membeli makanan atau minuman produk mereka itu. Hari ini
saat sebagian besar adik-adik kita di Palestina berlomba mengejar syahid, masihkah
kita tega berbuat bodoh ??! Jika menolong mereka belum lagi mampu kita lakukan,
maka minimal jangan sampai satu rupiah harta kita dengan sadar bahkan bangga kita
sumbangkan untuk membunuh mereka.
Serangan/Serbuan
Qital (perang) Gozwah
Saling mengetahui, siapa Sepihak, pihak lain tidak
lawannya menyadari dirinya diserang
Banyak korban jiwa Relatif tidak ada
Membutuhkan dana yang Relatif membutuhkan dana
besar yang sedikit
Hasilnya belum tentu Hasilnya nyata terlihat &
berhasil berhasil
Efeknya terbatas Efeknya dalam dan luas
Contoh : Ghozwul Fikri yang dilakukan dengan cara penyebarluasan film-film barat
:
Sewaktu generasi Islam menonton film-film Barat, mereka tidak menyadari
bahwa musuh sedang memerangi mereka melalui penayangan film-film itu.
Yang mereka tahu hanya menikmati pemutaran film tersebut
Dari pemutaran film itu jelas tidak ada korban jiwa. Bahkan lebih dahsyatnya
lagi, orang yang telah terkenai paham ghazwul fikri ini dapat menjadi agent
musuh untuk menyebarluaskan paham GF ini. Contoh : orang yang
terpengaruh untuk berpakaian secara kebaratan akan cenderung untuk
memakai pakaian secara kebaratan juga. Sewaktu ia memakai pakaian orang
kafir itu, secara otomatis ia juga mempengaruhi orang-orang lain yang melihat
cara berpakaiannya. Hal inilah yang menyebabkan efek dari GF ini dalam dan
luas
Ghozwul Fikri ini cenderung murah, bahkan dapat memberikan keuntungan.
Contoh : dengan menyebarluaskan film, mereka dapat menjualnya dan
memperoleh keuntungan darinya
Dalam perang, hasilnya mungkin tidak terlihat, karena yang dirasakan adalah
kerugian korban jiwa, daerah yang hancur, dll.
Secara Istilah
Penyerangan dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat Islam guna merubah
apa yang ada di dalamnya sehingga tidak lagi bisa mengeluarkan darinya hal-hal
yang benar karena telah tercampur aduk dengan hal-hal tak Islami.
Ta’rif
Orientalisme adalah gelombang pemikiran yang mencerminkan berbagai studi
ketimuran yang Islami. Yang dijadikan obyek studi mencakup peradaban, agama, seni,
sastra, bahasa dan kebudayaannya. Gelombang pemikiran ini telah memberikan andil
besar dalam membentuk persepsi Barat terhadap Islam dan dunia Islam. Caranya ialah
dengan mengungkapkan kemunduran pola fikir dunia Islam dalam rangka pertarungan
peradaban antara Timur (Islam) dan Barat.
Catatan
Meski demikian, orang-orang orientalis cukup berjasa dalam menggali buku-buku
warisan Islam dan disebarkannya setelah ditahqiq dan disistematikkan.
Banyak diantara mereka yang memiliki metodologi ilmiah yang cukup membantu
dalam penelitian.
Sebagian mereka ada juga yang memiliki kesabaran, ketekunan dan ketelitian
dalam mentahqiq, menyaring dan menelusuri persoalan.
Seorang Muslim hendaknya kritis dalam menelaah karya-karya mereka, seraya
berhati-hati terhadap hal-hal yang merusak dan menyimpang. Seorang Muslim harus
membuang yang salah atau membongkar kesalahannya kemudian dilakukan
penolakan.
“Hikmah adalah barang hilang milik kaum muslimin. Di mana saja ia
ditemukan, kaum muslimin berhak memilikinya.”
Akar Pemikiran dan Sifat Ideologinya
Sebenarnya orientalisme adalah akibat gesekan yang terjadi antara Timur yang
Islam dan Barat yang Nashrani pada masa Perang Salib dengan melalui delegasi-
delegasi resmi ataupun melalui perjalanan-perjalanan.
Pendorong utamanya ialah aspek theologi Nashrani yang berambisi
menghancurkan Islam dari dalam dengan cara tipu daya dan kecurangan. Tetapi-
kemudian, pada masa-masa terakhir ini, orientalisme bagaimanapun juga mulai
tampak melepaskan diri dari belenggu tersebut dan beralih mendekati semangat
ilmiah.
Ta’rif
Westernisasi adalah sebuah arus besar yang mempunyai jangkauan politik, sosial,
cultural dan teknologi. Arus ini bertujuan mewarnai kehidupan bangsa-bangsa,
terutama kaum Muslimin, dengan gaya Barat. Dengan cara menggusur kepribadian
Muslim yang merdeka dan karakteristiknya yang unik. Kemudian kaum Muslimin
dijadikan tawanan budaya yang meniru secara total peradaban Barat.
Pemikiran dan Doktrin-doktrinnya
Pertama : Indikasi adanya ide westernisasi
Rasulullah SAW. bersabda, “Kamu pasti akan mengikuti tradisi orang sebelum
kamu, sejengkal demi sejengkal atau sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka
masuk ke lubang biawak sekalipun kamu akan ikut masuk pula.”
Ibnu Khaldun berkata, “Orang kalah selalu berkeinginan mengikuti yang menang
dalam segala hal; dalam berpakaian, berprilaku dan adat kebiasaannya.”
Adanya penggalakan ide pembentukan pemikiran Islam yang maju, yang
menjustifikasi model Barat. Tujuannya ialah menghapus keunikan karakteristik
kepribadian Islam, agar kemantapan hubungan antara Barat dan dunia Islam terwujud
dan mengabdi kepada kepentingan Barat.
Bermunculanya seruan yang bersifat nasionalistik dan pengkajian sejarah kuno
serta ajakan kebebasan yang dipandang sebagai asas kemajuan bangsa. Berbarengan
dengan itu ditonjolkannya system ekonomi Barat dengan penuh pesona dan
kekaguman serta diulang-ulanginya pembicaraan mengenai poligami dalam Islam,
pembatasan thalaqdan ihhtilath (pencampuran) antara pria dan wanita.
Buku-buku yang berisi gambaran tentang figur-figur sebagian tokoh Islam dalam
bentuk usang, cabul dan palsu. Seperti gambaran dalam buku Seribu Satu Malam,
Harun al-Rasyid, kisah yang ditulis Jurji Zaidan. Demikian juga buku-buku yang
mengingkari kenabian dan wahyu seperti buku Muhammad Rasulu al-Hurriyah
(Muhammad Rasul Pembebas) oleh Syarqawi.
1.c.iv. Kristenisasi
Ta’rif
Kristenisasi adalah sebuah gerakan keagamaan yang bersifat Politis kolonialis.
Muncul akibat kegagalan Perang Salib sebagai upaya penyebaran agama Kristen ke
tengah-tengah bangsa-bangsa di dunia ketiga, terutama di tengah-tengah ummat
Islam. Sasarannya mencengkeramkan kekuasaan terhadap bangsa-bangsa tersebut.
Ta’rif
Kapitalisme adalah sebuah system ekonomi yang filsafat sosial dan politiknya
didasarkan kepada azas pengembangan hak milik pribadi dan pemeliharaannya serta
perluasan faham kebebasan. Sistem ini telah melahirkan banyak malapetakan di
dunia. Tetapi ia terus melakukan tekanan-tekanannya dan campur tangan politis,
social dan cultural terhadap bangsa-bangsa di dunia.
1.c.vi. Komunisme
Ta’rif
Komunisme adalah aliran berfikir berlandaskan kepada atheisme, yang menjadikan
materi sebagai azas segala-galanya. Ditafsirkannya sejarah berdasarkan pertarungan
kelas dan faktor ekonomi. Aliran ini lahir di Jerman dibawah asuhan Marx dan Engels,
kemudian menjelma dalam bentuk Revolusi Bolsheviks di Rusia pada tahun 1917 M
dengan planning dari Yahudi. Lalu berkembang melakukan ekspansinya dengan
tangan besi dan kekerasan. Umat Islam banyak terluka oleh ideologi ini, dan banyak
bangsa-bangsa yang hilang dari peredaran sejarah lantaran ulah aliran ini.
Ta’rif
Zionisme adalah sebuah gerakan politik ekstrim orang-orang Yahudi yang berusaha
mendirikan sebuah negara Yahudi di Palestina. Dari negara itulah diharapkan dapat
memerintah dunia seluruhnya. Zionisme berasal dari sebuah nama gunung Zion di Al-
Quds dimana gerakan ini sangat berambisi untuk membangun haikal (candi Sulaiman)
dan mendirikan sebuah kerajaan yang ibukotanya adalah Al-Quds. Gerakan Zionisme
berkaitan erat dengan seorang tokoh Yahudi Austria, yaitu Theodor Harzl, yang
dikategorikan sebagai pencetus pertama ide gerakan tersebut. Dan idenya itulah yang
menjadi landasan berdirinya gerakan Zionisme Internasional.
1.c.viii. Sekularisme
Ta’rif
Sekularisme adalah sebuah gerakan yang menyeru kepada kehidupan dunia tanpa
campur tangan agama. Ini berarti bahwa dalam aspek politik, pemerintahan juga harus
berdasar sekularisme.
Soal ekonomi tidak dapat dipisahkan dari akhlak dan moral manusia.
Kejahiliyahan di bidang ekonomi mencakup :
Masalah hak milik individu
Dalam suatu kasus, kejahiliyahan mencabut hak milik dari semua orang. Karena
kebodohannya, kejahiliyahan mengira bahwa hak milik individu itulah yang
menimbulkan kerusakan di muka bumi dan karena kebodohannya juga, ia tidak
mengetahui bahwa yang rusak itu sesungguhnya adalah manusia-manusianya, dan
yang perlu diperbaiki adalah manusianya! Dan manusia tidak akan menjadi baik
kecuali jika ia menempuh kehidupan lurus berdasarkan tuntunan Ilahi.
Dalam kasus lain, kejahiliyahan menciptakan system hak milik yang
memperbolehkan setiap orang mengumpulkan dan memiliki segala sesuatu tanpa
batas
Pemerasan guna memiliki kekayaan dan kekuasaan
Penipuan, perampasan, perkosaan dan pemerasan (warisan dari system feodalisme
dan system kapitalisme)
Perbudakan manusia sebagai tenaga kerja
Hal keinginan memiliki kekayaan dan kekuasaan
Kegiatan riba
1.d.v. Kerusakan di bidang Sosial
Menurut pemikiran jahiliyah, hanya ada satu pilihan : individu atau masyarakat.
Sistem sosial yang ditegakkan atas dasar prinsip individu terlampau tinggi
menonjolkan kedudukan individu, hingga hak individu harus dipandang suci dan sama
sekali tak boleh diganggu-gugat. Ia boleh berbuat apa saja yang dianggap baik dan
boleh memiliki apa saja tanpa batas. Ia pun boleh menentukan pikiran, kepercayaan,
moral dan kebiasaan apa saja yang diinginkan. Individu dianggap sebagai “tuhan”! Ia
dapat berbuat apa saja yang dianggapnya baik!
Di lain pihak, sistem sosial yang ditegakkan atas dasar prinsip masyarakat
terlampau menonjolkan kedudukan masyarakat sedemikian tinggi, hingga masyarakat
harus dipandang suci, sedangkan individu tidak mempunyai kesucian seperti
masyarakat, bahkan dianggap tak ada artinya. Individu tidak berhak memiliki sesuatu,
tidak berhak menentukan pikiran, kepercayaan, moral dan adat istiadatnya sendiri.
Individu tidak berhak menentang apa yang dilakukan oleh masyarakat.
Kejahiliyahan yang menegakkan sistem individu akhirnya membuat kaum wanita
mulai terjun di lapangan kerja. Setiap wanita juga merasakan individualitasnya.
Kemudian anak-anak juga mulai terjun di lapangan kerja. Lambat laun
individualitas anak-anak itu tambah menonjolkan keistimewaan yang tumbuh dari
pekerjaan yang dilakukan sejak usia muda dan tumbuh dari pengaruh sedikit uang
yang diterimanya sebagai upah. Dalam indivi-dualitas tersebut terdapat unsur
penyelewengan besar dan berbahaya.
Setelah kaum wanita bekerja dan mengetahui nilai hidupnya, dengan serta-merta
mereka berjuang untuk menghancurkan segala macam belenggu yang mengikat
dirinya, tak peduli apakah ikatan itu layak bagi wanita atau tidak.
Pada akhirnya terjadilah dekadensi yang menghancurkan masyarakat. Hancurlah
semua ikatan yang berlaku di dalam masyarakat. Hancurlah tali kekeluargaan.
Bahkan ikatan seks pun turut hancur hingga kaidah-kaidah moral pun tak dihiraukan
lagi. Hubungan seksual tidak lagi dianggap sebagai tali yang mengikat pria dan wanita
dengan perasaan kasih saying bersama dalam jangka waktu panjang, tetapi telah
berubah menjadi hubungan jasmani sedetik untuk melampiaskan nafsu syahwat.
Setelah kaum pria kehilangan ikatan sosialnya, dan telah melemah pula ikatan
kekeluargaan dan ikatan seksualnya, mereka berubah menjadi sesuatu yang lebih
mirip dengan alat daripada dengan manusia. Mereka berubah menjadi alat produksi
yang hampir tak dapat berpikir dan berperasaan.
Anak-anak akhirnya menjadi liar dan menyeleweng, baik yang dibesarkan oleh
seorang “pembantu rumah tangga” dalam suatu keluarga yang semrawut, maupun
yang dibesarkan bersama anak-anak lain di tempat-tempat penitipan, yang “tidak
dihiraukan” oleh orangtuanya.
1.d.vi. Kerusakan di bidang Moral
Barangkali soal yang paling menyilaukan orang di dalam jahiliyah modern ialah
bahwa kejahiliyahan itu “bermoral” (“berakhlak”)! Jahiliyah modern menganggap
dirinya bermoral!
Tidak ada satu kejahiliyahan pun yang di dalamnya kosong sama sekali dari moral.
Sebab bagaimanapun tidak mungkin umat manusia seluruhnya rusak dalam segala
hal. Akan tetapi adanya beberapa bentuk kebaikan yang terpencar di sana-sini tidak
menghilangkan kenyataan adanya kejahiliyahan dan penyelewengannya dan tidak
dapat mencegah akibat-akibat yang ditimbulkan oleh penyelewengan itu.
Karena penyelewengan di bidang moral itu berproses sangat lama dan tahap demi
tahap, maka untuk beberapa abad lamanya kenyataan itu tidak dapat terlihat dengan
jelas.
Salah satu akibat pemisahan moral dari politik adalah adanya prinsip dalam politik
yaitu tujuan menghalalkan segala cara.
Pemisahan ekonomi dari moral telah mengakibatkan adanya perbudakan manusia
dalam bidang ekonomi sebagai tenaga kerja, adanya riba dan penggunaan tenaga kerja
wanita.
Pada gilirannya seks pun dipisahkan dari moral. Banyak manusia yang mabuk dan
membenamkan diri di tengah kehangatan seksual secara gila-gilaan. Pada mulanya
semua orang menyadari bahwa kenyataan itu adalah gejala dekadensi moral, akan
tetapi lambat laun mereka melupakan kenyataan itu, atau mereka sengaja dibikin lupa
oleh setan-setan.
Akibat utama kerusakan moral ini, maka manusia jahiliyah hanya akan
melaksanakan suatu nilai-nilai moral selama nilai-nilai tersebut menguntungkan bagi
dirinya. (Pedagang akan jujur selama kejujuran membawa keuntungan bagi usahanya,
jika tidak ia akan menipu)
1.d.vii. Kerusakan di bidang Hubungan Dua Jenis Kelamin
Jahiliyah berusaha menanamkan dalam pikiran manusia bahwa seks adalah
aktifitas biologi semata-mata dan tak ada hubungannya dengan moral! Apa pun yang
hendak dikatakan orang mengenai “kebebasan seks” (free sex) jelas ia merupakan
kebejatan moral!
Kejahiliyahn revolusi industri misalnya, telah mengakibatkan :
Pencerai-beraian keluarga
Perpindahan tenaga-tenaga muda yang kuat dan sehat – tanpa keluarga – dari
desa-desa yang beradat istiadat ketat ke kota-kota yang telah dilanda kerusakan
moral
Membuat mereka tidak dapat melakukan kegiatan seksual selama masa tertentu
akibat upah yang mereka terima tidak mencukupi untuk membangun rumah
tangga di kota
Tersedianya tempat-tempat pelacuran untuk dapat melakukan kemesuman dengan
mudah
Kesempatan bagi wanita untuk bekerja di berbagai lapangan, sehingga untuk
mendapatkan sepotong roti mereka terpaksa melepaskan ikatan-ikatan moral
Kesibukan wanita menuntut persamaan dengan kaum pria, termasuk persamaan
dalam hal berbuat kemaksiatan sebagai salah satu bentuk persamaan dalam segala
hal, kesemuanya itu adalah dorongan yang sangat kuat untuk menjerumuskan
kehidupan masyarakat ke lembah kemerosotan.
Segala bentuk kemerosotan itu diambil alih oleh Zionisme internasional, kemudian
dikembangkan dalam bentuk teori maupun dalam kenyataan praktek. Dengan caranya
masing-masing mereka berseru kepada kaum wanita supaya meninggalkan kebiasaan
lama dan bergaul bebas dengan kaum pria.
Setelah itu mulailah bioskop, radio dan televisi menyajikan berbagai macam siaran
untuk lebih mempergiat praktek kebebasan seks dan aktivitas porno.
Berangsur-angsur! Semuanya itu tidak terjadi secara sekaligus. Pengarahan
menuju pergaulan bebas dan kebebasan seks terus menerus dilakukan melalui
berbagai mass-media, ditambah lagi dengan :
Kondisi ekonomi yang diletakkan oleh kapitalisme (berasal dari riba) yang tidak
memberi kemungkinan bagi kaum muda untuk segera nikah dengan cara yang
bersih dan sah
Mudah mendapatkan perempuan, baik teman sekerja, kenalan di tengah jalan
ataupun di tempat-tempat belajar
Teknik merayu yang diajarkan kepada kaum wanita melalui surat kabar, bioskop,
radio dan televisi
Berbagai macam pelacuran yang tersedia, bar dan kelab malam untuk memancing
pelanggan supaya membeli “barang dagangan kotor”
Pengarahan pikiran yang menanamkan kepercayaan bahwa hidup di dunia ini
tidak lain hanya untuk menikmati kesenangan tanpa pembatasan apa pun selain
“perasaan cukup” (manusia tidak akan merasa cukup) dan bahwa kehidupan di
dunia ini adalah kesempatan satu-satunya yang bila tidak di-“manfaat”-kan sebaik-
baiknya ia akan lewat dan tak akan kembali lagi.
Pergaulan bebas antara pria dan wanita akhirnya menjadi suatu norma yang
diakui, dipermudah pelaksanaannya dan dijunjung tinggi oleh banyak negara di dunia.
Bahkan pergaulan bebas itu boleh dilakukan di tempat mana saja. Semua sarana
propaganda dimobilisasi untuk menganjurkan dan menyerukan apa yang dinamakan
“kebebasan wanita”
Pembuatan sarana-sarana pencegah kehamilan dan penyebarluasannya
merupakan sebab langsung bagi kerusakan moral kita.
Akibat free sex, muda-mudi sudah terbiasa berganti-ganti partner dalam pergaulan
bebas. Alasan berganti-ganti partner ialah “percobaan” atau mencari pengalaman.
(2) Bulatkan tekad teman-teman untuk memahami Islam ini. Jangan mau terbuai oleh
rasa malas dalam mempelajari Islam. Sebelum kita memperbaiki umat ini, marilah
kita memperbaiki diri kita sendiri terlebih dahulu melalui program tarbiyah yang
intensif. Pilihlah lingkungan yang kondusif sebagai tempat kita memperbaiki diri
kita.
(3) Usahakan agar teman-teman dapat bergabung dengan teman-teman lainnya yang
juga berjuang memperbaiki umat ini. Tentu hasil yang dapat dilakukan oleh empat
orang yang bekerja secara berjama‟ah lebih banyak daripada hasil yang dapat
dilakukan oleh delapan orang yang bekerja sendiri-sendiri. Dan hasil yang dapat
dilakukan oleh delapan orang yang bekerja secara berjama‟ah akan (Insya Allah)
lebih banyak daripada hasil bekerja empat orang secara berjama‟ah.
Kita ketahui bahwa musuh-musuh Islam pun bersatu (dalam artian tertentu –
bukan kesatuan hati, tapi kesatuan kepentingan saja) dalam menggerogoti Islam,
maka mengapa kita tidak mau juga bersatu untuk menghadapi mereka.
Carilah pada amal jama‟i mana teman-teman dapat memberikan kontribusi yang
maksimal kepada Islam dan umatnya ini.
(4) Latihlah dan luaskan tsaqafah teman-teman semenjak dini, salah satunya adalah
wawasan berorganisasi teman-teman.
(5) Mulailah mewujudkan kekuatan ukhuwwah Islamiyah dan pikirkanlah kontribusi
apa yang dapat saya lakukan untuk mencapai persatuan umat Islam.
(6) Dan yang tidak kalah pentingnya, mulailah kita bergerak melakukan perbaikan
umat ini melalui da‟wah harakah yang integral yang bersifat:
a. Rabbaniyah
Dakwah yang rabbani adalah dakwah yang berorientasi kepada Tuhan. Segala
aktifitas dakwah Islam akan merujuk kepada Allah, begitupun dalam manhaj
dan tujuannya.
b. Mengutamakan persatuan
Allah SWT melarang kita berpecah belah dan berbangga-bangga dengan
golongan, namun Ia menyuruh kita untuk bersatu dalam Islam melalui aqidah.
Pernyataan ini adalah usaha pelurusan untuk lebih mendahulukan Islam
daripada jamaah/organisasi, hingga seseorang mengenal Islam dan sadar
bahwa Islam adalah prioritas pertama. Kemudian ia akan menerima semua
golongan atau mau berdakwah kepada semua golongan.
c. Komprehensif tidak sebagian
Dakwah Islam harus bersifat syaamilah (sempurna). Ia tidak boleh dilakukan
secara juz‟iyah (sebagian). Sempurnanya dakwah dilihat dari segi program,
aktifitas, tujuan dan manhaj. Dakwah yang suamilah mencakup bidang
tarbiyah, sosial, budaya, politik, ekonomi dan pertahanan keamanan. Aspek ini
harus dibicarakan dalam agenda dakwah. Bila dakwah hanya menekankan
masalah tarbiyah saja, maka dakwah tersebut bersifat juz‟iyah.
d. Modern tidak kuno
Secara metode, dakwah memang harus dilakukan berdasarkan keasliannya,
yaitu Al-Qur‟an dan sunnah. Namun cara, sarana serta strategi yang digunakan
harus seiring dengan perkembangan zaman.
Pendekatan mu‟aashirah (modern) adalah pendekatan dakwah yang melihat
kondisi, situasi, suasana, peristiwa, sikap, keperluan, yang kemudian dikaitkan
dengan sasaran.
Dakwah mu‟aashirah menggunakan pendekatan teknologi dalam
penyampaiannya.
e. Minhajiyah
f. Marhaliyah (bertahap)
Dakwah yang mempertimbangkan situasi, kondisi dan penerimaan manusia
merupakan sunatullah di dalam dakwah. Al-Qur‟an sendiri sesungguhnya
diturunkan secara bertahap dan terpisah-pisah.
“Dan Al-Qur‟an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur
(terpisah-pisah) agar kamu membacanya perlahan-lahan kepada manusia
dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (QS. Al Isra:106)
Tahapan dakwah ini juga disampaikan oleh Aisyah r.a. yang berkata
“Pertama kali yang diturunkan dari Al Quran adalah surat-surat pendek
(al mufashshal) yang di dalamnya banyak disebut surga dan neraka.
Sampai ketika manusia sudah banyak memeluk Islam, turunlan
(penjelasan) halal dan haram. Seandainya yang pertama kali turun
adalah: “Janganlah kamu minum khamr!” niscaya mereka akan berkata,
“Kami tidak meninggalkan khamr selamanya.” Atau seandainya yang
turun pertama adalah, “Janganlah kamu berzina!” niscaya mereka akan
mengatakan, “Kami tidak meninggalkan zina selamanya” (HR. Bukhari)
g. Aulawiyah (prioritas)
h. Sesuai dengan realita
i. Seimbang.
“Dan katakanlah, „Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada-Nya yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.‟” (At-
Taubah: 105)
Wallahu a‟lam bisshawab.
Maraji’
Muhammad Quthb, Jahiliyah Abad Dua Puluh, Mengapa Islam dibenci ?
Hussain bin Muhammad, Menuju Jama‟atul Muslimin
Irwan Prayitno, Fiqhud Dakwah
Lembaga Pengkajian dan Penelitian WAMY, Gerakan Keagamaan dan Pemikiran