Anda di halaman 1dari 25

Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel

1
Ringkasan Disertasi

HADIS-HADIS TENTANG KEPEMIMPINAN PUBLIK
BAGI PEREMPUAN
DALAM AL-KUTUB AL-SITTAH

Oleh :
Umi Khoiriyah



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam tradisi jahiliyah pra-Islam, perempuan ditempatkan pada posisi
sangat inferior dan hampir tidak memiliki hak apapun. Yang dimiliki hanyalah
kewajiban-kewajiban menghormati laki-laki. Dalam hal warisan, kaum
perempuan tidak mempunyai hak mewarisi apapun dari orang tuanya. Sebagai
istri, perempuan juga harus tunduk pada laki-laki dalam kondisi bagaimana pun.
Bahkan, di saat datang bulan, perempuan dikucilkan dari anggota keluarga
karena dianggap najis. Tak hanya itu, jika ditinggal mati sang suami, perempuan
harus melakukan ihda>d sampai satu tahun dengan pakaian compang-camping
sebagai wujud ekspresi duka yang mendalam atas perginya orang yang harus
dihormati.
1

Al-Qura>n dan al-Hadi>th datang bertujuan membebaskan belenggu tradisi
yang menjerat kaum hawa ini. Dalam soal warisan, misalnya, perempuan berhak
mendapatkannya sebagaimana halnya laki-laki, walupun dalam porsi tidak sama
karena melihat realitas struktur masyarakat yang patriarkhal saat itu. Ihda>d yang
semula dilakukan secara kurang manusiawi direvisi menjadi hanya beberapa
bulan saja. Begitu juga perempuan yang sedang datang bulan, cukup di-warning
untuk tidak digauli dan tidak ada pengucilan disertai penganggapan najis
layaknya benda yang terkena kotoran hewan. Pendek kata, Islam memosisikan
perempuan dalam struktur masyarakat yang setara dengan laki-laki.
2

Dalam konteks kekinian, upaya pembebasan perempuan dari dominasi laki-
laki terus diperjuangkan oleh berbagai kelompok aktivis, ilmuan dan akademisi
di berbagai negara di dunia, tidak saja menjadi wacana dan fenomena bagi
kelompok atau golongan tertentu, yang dibatasi garis geografis maupun
ideologis, namun lebih merupakan permasalahan global yang lintas ruang dan
waktu. Di Jepang, adalah Michiko, sebagai tokoh pergerakan kaum perempuan,
di Maroko ada Fatima Mernissi, Asghar Ali Engineer, di India ada Rifat Hassan,
di Afrika ada Amina Wadud Muhsin. Di Indonesia sendiri banyak tokoh feminis
sejak pra-kemerdekaan hingga era sekarang. R.A. Kartini dan Dewi Sartika yang
merupakan pioner feminisme kala itu. Saat ini ada Musdah Mulia, Wardah
Hafidz, Nurul Agustina, Ratna Megawangi hingga Sinta Nuriyah yang

1
Abu Yasid, Nalar & Wahyu: Interelasi dalam Proses Pembentukan Syari'at (Jakarta: Erlangga,
2007), 103.
2
Ibid, 103 104.


Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
2
menempatkan diri sebagai garda depan membela dan membekali kaum
perempuan.
3
Di dunia Arab sendiri, khususnya di Mesir, perjuangan kesetaraan
antara laki-laki dan perempuan menjadi bagian problem-problem sentral dari
pergolakan pemikiran intelektual Mesir. Di sana ada Huda Syarawi, Zainab
Fawwaz, Nawwal El Saadawi, May Ziyadah, Aisha Taimuriyah. Di Turki juga
ada Fatme Aliye Turki.
4

Kehadiran perempuan sebagai pemimpin publik telah banyak dibuktikan
oleh sejarah. Di antara pemimpin perempuan yang sukses menyejahterakan
rakyatnya adalah sebagaimana disebutkan dalam al-Qura>n surah al-Naml [27]:
23. Dalam perjalanan sejarah Nusantara kehadiran pemimpin perempuan juga
tidak dapat dipungkiri keberadaanya, seperti halnya Tribuana Tungga Dewi Jaya
Wisnu Wardani yang memimpin kerajaan Majah Pahit selama 22 tahun, yaitu
ketika Raja Jayanegara meninggal pada tahun 1328,
5
Ratu Sima di Kalingga yang
terkenal dengan keadilan dan ketegasannya, Cut Nyak Dien, pemimpin
geriliawan Aceh melawan penjajahan Belanda, menggantikan kedudukan
suaminya Teuku Umar sebagai pemimpin perang pada tahun 1899 hingga
tertangkap pada tahun 1905. Bahkan, dalam konteks pemerintahan, sedikitnya
tercatat empat perempuan Aceh sebagai sult}a>nah, yaitu 1) Sulta>nah Tajul Alam
Safiatuddin Syah (1541-1675) putri Sultan Iskandar Muda, 2) Sultanah Nurul
Alam Naqiatuddin Syah (1675-1678), 3) Inayah Syah Sakiatuddin Syah (1678-
1688) dan 4) Kamat Syah Zairatuddin Syah (1688-1699),
6
dan masih banyak
deretan para pemimpin perempuan yang telah tercatat dalam sejarah dunia Islam
kontemporer, seperti Megawati Sukarno Putri di Indonesia, Benazir Bhuto di
Pakistan.
Sekalipun demikian, masalah kepemimpinan publik perempuan ini sampai
sekarang masih menjadi kontoversi, terutama yang menyangkut peran mereka
dalam ranah publik. Menurut Zaitunah Subhan, kebolehan perempuan menjadi
pemimpin, baik sebagai pemimpin kaumnya, sesama kaum perempuan, maupun
sebagai pemimpin laki-laki, tidak perlu dipermasalahkan, sebagaimana
kebolehannya dalam berdakwah dan memberikan bimbingan pelaksanaan
ibadah.
7

Kontoversi kepemimpinan publik perempuan antara lain dilatarbelakangi
oleh adanya teks al-Quran yang melahirkan kontroversi pemahaman.
Diantaranya adalah QS Al-Nisa [4]: 34
8
, QS Al-Baqarah [2]: 228
9
, dan QS Al-

3
Siti Muriah, Gender, Kepemimpinan, dan Pembebasan Perempuan dalam Perspektif Islam
(Jogjakarta: Arruz Media, 2007), 19-20.
4
Ibid.
5
Lihat Zaitunah Subhan, Perempuan dan Politik dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2004), 9-10; Lihat juga Zaitunah Subhan, Menggagas Fiqh Pemberdayaan Perempuan (Jakarta: El-
Kahfi, 2008), 96-97.
6
Ibid, 12-13.
7
Zaitunah Subhan, Perempuan dan Politik dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004), 6.
8
Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu, maka wanita yang saleh adalah yang taat
kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
mereka. Lihat Departemen Agama RI, Al-Qura>n dan Terjemahnya (Bandung: TB. Lubuk Agung,
1989), 123.


Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
3
Ahzab [33]: 33
10
. Kontoversi seputar kepemimpinan publik bagi perempuan juga
tidak terlepas dari pemahaman terhadap teks hadis Nabi Saw sebagai penjelasan
terhadap al-Qura>n.
Pemaknaan atau pemahaman teks suci dengan pendekatan sejarah, politik
dan sosio-kultural akan memungkinkan munculnya pemahaman kontekstual yang
tidak terlepas dari realitas. Sementara pemahaman yang banyak menitikberatkan
pada dominasi otoritas teks akan melahirkan makna yang tidak berdialog dengan
zamannya. Khususnya, hadis tentang kepemimpinan publik bagi perempuan
memerlukan lebih dari sekedar kajian atas eksistensi dan nilai validitasnya,
melainkan juga memerlukan kajian sosio-historis tentang bagaimana pemahaman
terhadap teks-teks hadis tersebut dikonstruksi.
Hadis-hadis tentang kepemimpinan publik perempuan ini menjadi menarik
untuk dikaji. Masalah-masalah yang membutuhkan jawaban berkenaan dengan
hal ini sangatlah banyak, mulai dari permasalahan teks hadis, baik dari sisi sabab
al-wuru>d, historitas, otentisitas, validitas, serta otoritasnya, sampai pada
pemahaman terhadap teks hadis yang memunculkan permasalahan tentang
faktor-faktor sosial budaya dan politik yang mempengaruhi proses interpretasi
atas teks hadis tersebut.
Studi ini mencoba membatasi kajian pada tiga hal pokok: yaitu tentang
kualitas sanad maupun matan, otoritas (kehujjahan) hadis tentang kepemimpinan
publik perempuan dalam kitab-kitab induk hadis yang enam (al-Kutub al-Sittah),
serta pemahaman kontekstual atas teks-teks hadis tersebut.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah keberadaan dan kualitas hadis-hadis tentang kepemimpinan
publik perempuan dalam al-Kutub al-Sittah?
2. Bagaimanakah kehujjahan hadis-hadis tentang kepemimpinan publik
perempuan dalam al-Kutub al-Sittah?
3. Bagaimanakah pemahaman hadis-hadis tentang kepemimpinan publik
perempuan dalam al-Kutub al-Sittah?
C. Tujuan Penelitian
Kajian atas tiga permasalahan di atas memilliki tujuan-tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui keberadaan serta kualitas sanad maupun matan hadis-hadis
tentang kepemimpinan publik perempuan dalam al-Kutub al-Sittah.
2. Untuk mengetahui ke-hujjah-an hadis-hadis tentang kepemimpinan publik
perempuan dalam al-Kutub al-Sittah.
3. Untuk mengetahui pemahaman-pemahaman terhadap hadis-hadis tentang
kepemimpinan publik perempuan dalam al-Kutub al-Sittah dengan melihat
posisi sejarah dan konteksnya pada masa lalu untuk kemudian didialogkan
dengan konteks baru dalam tataran sejarah berikutnya.
D. Kegunaan Penelitian

9
Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang maruf.
Akan tetapi para suami memiliki satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. Ibid, 55.
10
Hendaklah kamu (para perempuan) tetap di rumahmu, dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang jahiliah yang dahulu. Ibid, 672.


Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
4
Penelitian tentang hadis tematik dalam al-Kutub al-Sittah ini diharapkan
dapat memetakan hadis-hadis yang betul-betul berkaitan dengan kepemimpinan
perempuan dalam ranah publik. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat
mengklasifikasi validitas kewahyuan hadis berikut indikasi ketentuan hukumnya
terhadap praktik kepemimpinan perempuan di masyarakat.
Kegunaan lain yang diharapkan dari penelitian ini adalah pemberian
kontribusi pemikiran tentang pemahaman yang utuh dan proporsional
menyangkut hadis-hadis tentang kepemimpinan publik perempuan yang ada
dalam al-Kutub al-Sittah..
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian tentang hadis pada umumnya terfokus seputar kesahihan
hadis, baik berupa matan atau substansi pesan yang terkandung didalamnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah yang secara garis besar
dikhususkan pada pengkajian empat hal: penyampai pesan (Nabi), pesan
(teks/matn al-h}adi>th), penerima pesan (umat) dan saluran pesan (sanad, kitab-
kitab hadis).
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa diktum-diktum
hadis dan pendapat-pendapat para ulama tentang kepemimpinan perempuan
yang tersebar dalam enam buah kitab hadis yang kemudian dikenal dengan
sebutan al-Kutub al-Sittah sehingga jenis data ini adalah data kualitatif.
Sumber data yang digali berupa dokumen kepustakaan dalam bentuk
teks-teks hadis yang tersebar dalam al-Kutub al-Sittah. Sumber data yang
berupa dokumen terdiri dari buku referensi, jurnal ilmiah dan dokumen-
dokumen penting lainnya yang bertalian dengan topik kepemimpinan
perempuan dalam ranah publik.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi. Dengan teknik dokumentasi, penelitian dilakukan dengan
menyelidiki benda-benda tertulis berupa kitab-kitab matan hadis, sharh al-
hadith, rijal al-hadith, ta>rikh al-ruwah, al-jarh}wa al-tadi>l, tafsir, buku-buku
referensi, naskah-naskah, serta dokumen-dokumen lain yang relevan dengan
persoalan kepemimpinan publik perempuan.
4. Analisis data
Disertasi ini mengombinasikan studi kritis atas teks hadis tentang
kepemimpinan publik bagi perempuan dengan mempekerjakan metode takhrij
al-hadi>th sebagai model analisisnya, didukung dengan studi historis untuk
melacak bagaimana pemahaman atas hadis tentang kepimpinan publik bagi
perempuan ini terbentuk.
Langkah-langkah analisis data dilakukan dengan memilah-milah dan
mengorganisasikan, sehingga menemukan pola, kategori dan satuan uraian.
Data yang menyangkut kepemimpinan perempuan diklasifikasi dengan
menggunakan perangkat metodologi pemaknaan dan penafsiran dari teks-teks
hadis yang relevan. Analisis terhadap data-data dalam penelitian ini tidak
dilakukan dengan menunggu data terkumpul secara keseluruhan. Sebaliknya,


Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
5
analisis data mulai dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data.
Namun demikian, analisis secara lebih intensif dan ekstensif dilakukan setelah
semua data penelitian terkumpul.
Dalam proses analisis juga dilakukan langkah reduksi dan display data
sehingga data bisa disimplifikasi dan dipusatkan pada titik persoalan tertentu,
kemudian dilakukan verifikasi.
5. Pengecekan Keabsahan Data
Agar data penelitian dapat lebih menjamin aspek kredibilitas dan
akuntabilitas, maka dalam penelitian ini perlu dilakukan pengecekan ulang,
baik dalam bentuk triangulasi maupun peer debriefing. Triangulasi
dimaksudkan untuk mengecek kembali kebenaran data dengan menggunakan
sumber-sumber data yang berbeda. Data yang diperoleh melalui suatu sumber
dokumen dibandingkan dengan data dari dokumen-dokumen lain.
Sedangkan peer debriefing dilakukan untuk memberi kesempatan
kepada para kolega sesama mahasiswa program pascasarjana IAIN Sunan
Ampel maupun para dosen dan guru di lingkungan Pondok Pesantren
Salafiyah Syafi'iyah Situbondo untuk ikut memperkaya dan mengkritisi
data-data yang telah dihimpun dalam proses penelitian ini. Dengan langkah
ini maka peneliti bisa mendapatkan masukan berkaitan dengan bagaimana
cara memperoleh akurasi informasi, kelayakan informasi, maupun hal-hal
lain yang perlu diperhatikan dengan seksama.






BAB II
KAJIAN HADIS, AL-KUTUB AL-SITTAH, DAN
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

A. Kajian Hadis
Kajian hadis dapat dibedakan menjadi empat aspek kajian, yaitu aspek
historitas hadis, aspek otoritas hadis, aspek otentisitas hadis, dan aspek
interpretasi hadis.
Pertama, aspek historitas hadis adalah proses sejarah keterbentukan
(formulasi) hadis. Berawal dari fakta empirik sensual keteladanan Nabi
Muhammad Saw, berikut pengalaman keagamaan umat generasi nubuwwah saat
berinteraksi sosial dengan mekanisme perletakan dasar-dasar shariat. Fakta
bernuansa keagamaan tesebut semula tercandera dalam ingatan atau hafalannya
11

kemudian disosialisasikan melalui media penuturan verbal (bahasa lisan) dan
pada akhirnya diformulasikan membentuk teks untuk dicatat dan dibukukan.
Kedua, aspek otentisitas hadis ialah keaslian (originalitas) informasi dan
keabsahan (validitas) segi penyandaran matan kepada nara sumber dan kebenaran
redaksional ungkapan hadis. Langkah studinya mendahulukan penelitian sanad
secukup mungkin baru diteruskan kepada penelitian matan, karena bila kondisi

11
Muhammad Ajjaj al-Kha>t}ib, Al-Sunnah Qabl al-Tadwi>n (Bairu>t : Da>r al-Fikr, 1981), 57-58.


Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
6
mutu sanad amat meragukan maka tak perlu ditindaklanjuti dengan penelitian
matan.
Ketiga, aspek otoritas hadis searti dengan hujjiyatu al-Hadith, adalah
potensi keberwenangan hadis dalam menunjuk (menjadi bukti) hukum Alla>h Swt
secara mayakinkan atau sebatas persangkaan kuat.
12
Akan tetapi, otoritas parsial
untuk setiap unit hadis ditentukan oleh indikasi ke-maqbu>l-an berhubung
keunggulan data yang memberi fakta akan kebenaran hal yang terinformasikan di
dalamnya.
13
Status hukum maqbu>l diperuntukkan bagi hadis s}ah}i>h}dan hadis
h}asan, baik dicapai karena jati dirinya (lidha>tih) atau karena faktor eksternal
yang menignkatkan mutu riwayatnya (lighairih).
Keempat, aspek interpretasi hadis meliputi problem pemahaman terhadap
hadis. Aspek ini terasa lebih sulit, karena betapa ada image substansi matan
merefleksikan wahyu manawi>terutama pada hadis qudsiy, namun untuk redaksi
matan tidak ada jaminan tawqifiyyah yang mendukung obyektifitas teks, lebih-
lebih jalur periwayatan didominasi corak ke-a>ha>d-an (bukan mutawa>tir). Dibalik
itu aspek pemahaman hadis telah terkondisi kecenderungan tekstual dan
menimbulkan dampak ekstrim yang terbawa pada pengamalan ajaran.

B. al-Kutub al-Sittah
Al-Kutub berarti enam kitab: S}ah}i>h}al-Bukha>riy, S}ah}i>h}Muslim, Sunan Abu>
Da>wud, Sunan Al-Turmudhiy, Sunan Al-Nasa>iy dan Sunan Ibn Ma>jah. Keenam
kitab tesebut terkenal mutabar (standar), serta dianggap memiliki derajat yang
tinggi dan dianggap paling s}ah}i>h}oleh mayoritas ulama.
14

Pertama, S{ah}i>h}al-Bukha>riy ialah kitab hadis-hadis s}ah}i>h yang dihimpun
oleh} Muhamad bin Isma>i>l Ibn al-Mughi>rah Ibn Badhdizbah bin al-Jufi>>al-
Bukha>riy.
15
Beliau dilahirkan pada hari Jumat, 13 Shawwa>l 194 H., di Bukha>ra>
dan meninggal pada tanggal 30 Ramad}a>n tahun 256 H. pada usia 62 tahun.
16

Judul lengkap S{ah}i>h}al-Bukha>riy adalah al-Ja>mi al-Musnad al-S{ah}i>h}al-
Mukhtas}ar min Umu>r Rasu>l Allah Salla>Alla>h Alaih wa Sallam wa Sunanihi wa
Ayya>mih. Yang mendorong dan mengilhami Ima>m al-Bukha>riy untuk menyusun
kitab yang berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya, yakni yang hanya
membukukan hadis-hadis s}ah}i>h}saja ialah Isha>q Ibn Ruha>waih, sang guru Ima>m
al-Bukha>riy yang pernah berwasiat kepadanya: Hendaklah engkau menyusun
sebuah kitab yang khusus berisi sunnah rasul yang s}ah}i>h}.
17

Dalam hal syarat ke-s}ah}i>h} -an yang diterapkan oleh Ima>m al-Bukha>riy
amatlah ekstrim, utamanya pada integritas perawi diyakini keislamannya,
berfikir maju (kritis), terkanal jujur, tidak pernah melakukan tadlis, tidak pula
banyak membuat kekeliruan lantaran memaksakan diri betapa telah termakan
usia tua, senantiasa berlaku adil, kuat hafalannya, sejahtera perasaan hatinya,
amat minim sangka buruk orang kepadanya dan sikap aqi>dah selama hayatnya

12
Abd al-Gha>ni>al-Kha>liq, Hujjiyatu al-Sunnah (Virginia, AS. : Da>r al-Wafa>, 1997), 243.
13
Manna Khali>l al-Qat}t}a>n, Maba>hith fi>Ulu>m al-Hadi>th (Kairo : Maktabah Wahbah, 1987), 90.
14
Subh}i>al-S{a>lih}, Ulu>m al-Hadi>th wa Mus}t}alahuh (Bairu>t : Da>r al-Ilm li al-Mala>yin, 1997), 117-118.
15
Ibid., Vol. XIV, 84.
16
Yu>suf al-Mizziy, Tahdhi>b al-Kama>l fi<>Asma> al-Rija>l, Vol. XVI (Bairu>t : Da>r al-Fikr, 1994), 107;
lihat juga Ibn Hajar al-Asqala>niy, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, Vol. V (Bairu>t : Da>r al-Marifah, t.t.), 31.
17
Muhammad Ajjaj al-Kha>t}ib, Us}u>l al-H{adi>th Ulu>muh wa Mus}t}alah}uh (Bairu>t : Da>r al-Fikr, 1989),
313; lihat juga Muhammad bin Alawi>al-Malikiy, Al-Manhal al-Lat}i>f fi>U{s}}u>l al-H{adi>th al-Shari>f
(Makkah : Belad Haram, 1999), 23-24.


Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
7
ternilai baik (tidak pernah terlibat pendukung faham bidah). Prasyarat
keperibadian tersebut harus pula didukung oleh perpaduan nyata antara t ingkat
hafalan dengan ketelitian dan waktu perjumpaan antara pribadi perawi dengan
guru hadisnya yang relatif lama (thubu>t al-liqa>). Dengan ungkapan lain, Ima>m
al-Bukhar>y hanya punya kesediaan menampung hadis yang berawal dari perawi
kalangan t}abaqah (paling) utama.
18

Kedua, S{ah}i>h}al-Muslim disusun oleh Ima>m Muslim Muslim bin al-Hajjaj
bin Muslim al-Qushairy Abu>>al-Husayn al-Naisa>bu>>riy.
19
Ia dilahirkan pada hari
Ahad tahun 204 H. bertepatan dengan tahun 820 M.
20
dan dimakamkan pada hari
Kamis, bulan Rajab, menurut Muhammad bin Y aqu>b dan al-Ha>kim, dalam usia
55 tahun.
21

Kitab himpunan hadis s}ah}i>h}karya Muslim ini bertitel al-Musnad al-S{ah}i>h}
al-Mukhtas}ar min al-Sunan bi al-Naql al-Adl an al-Adl an Rasu>l Alla>h Saw,
namun lebih dikenal dengan nama al-Ja>mi al-S{ah}i>h}atau S{ah}i>h}Muslim. Dalam
penggarapannya, beliau menyeleksi ribuan hadis baik dari hafalannya maupun
catat annya. Informasi lain menyatakan bahwa kitab al-Ja>mi al-S}ah}i>h}atau s}ah}i>h}
muslim ini merupakan hasil seleksi dari sejumlah 300.000 hadis.
22
Kitab ini
memuat hadis yang cukup banyak. Hanya saja mengenai penentuan jumlah
hadisnya, terdapat informasi atau pendapat yang berbeda-beda.
Para ulama hadis sering membandingkan nilai hadis-hadis dalam kitab ini
dengan yang terdapat pada kitab lainnya. Umumnya mereka menilai bahwa
kualitas hadis-hadis dalam kitab ini menempati posisi kedua setelah kitab S}ah}i>h}
al-Bukhariy.
23
Alasan utama mereka menempatkan S}ah}i>h}Muslim pada urutan
kedua adalah karena kriteria seleksi ke-s}ah}i>h} -an hadis yang dipakai olehnya lebih
longgar daripada yang dipakai oleh Ima>m al-Bukha>riy, gurunya. jika Ima>m al-
Bukha>riy mensyaratkan adanya pertemuan (liqa>') antara guru dan murid bagi
hadis-hadis dalam kitabnya, maka Ima>m Muslim dapat menerima periwayatan
hadis-hadis asalkan guru dan murid yang melakukan periwayatan tersebut pemah
hidup dalam satu masa (mu'a>s}arah) tertentu, tidak harus pernah bertemu.
Akan tetapi, walaupun hadis-hadis dalam S}ah}i>h}Muslim dinilai s}ah}i>h}tidak
berarti seluruhnya terbebas dari kritik. Dalam kitab ini terdapat sejumlah hadis
yang dikritik (muntaqada>t), sekalipun jumlah dan persentasinya sangat kecil.
Kritik-kritik tersebut umumnya berkaitan dengan matn atau teks hadis.
Ketiga, Sunan Abu>>Da>wud ditulis oleh Sulayma>n bin al-Ashath bin Isha>q
bin Bashi>r bin Shidad bin Amr bin Imra>n al-Sijista>niy.
24
Beliau dilahirkan di

18
Ibid, 91.
19
Yu>suf al-Mizziy, Tahdhi>b al-Kama>l fi>Asma> al-Rija>l, Vol. XVIII (Bairu>t : Da>r al-Fikr, 1994), 68-
69.
20
Yahya>Ibn Sharaf al-Nawa>wiy, S{ah}i>h}Muslim bi Sharh}al-Imam al-Nawa>wiy, Vol. I (Bairu>t : Da>r
al-Fikr, t.t.), b-j.
21
Yu>suf al-Mizziy, Tahdhi>b al-Kama>l fi<>Asma> al-Rija>l, XVIII (Bairu>t : Da>r al-Fikr, 1994), 73.
22
Muhammad bin Alawi>al-Malikiy, Al-Manhal al-Lat}i>f fi>U{s}}u>l al-H{adi>th al-Shari>f (Makkah : Belad
Haram, 1999), 266.
23
Namun demikian, S{ah}i>h}Muslim pun memiliki kelebihan dibandingkan S{ah}i>h}al-Bukha>ri>bahkan
dengan kitab-kitab koleksi hadis lainnya. Kelebihan yang menonjol adalah sistematikanya sangat
bagus dan relatif sedikit pengulangan hadisnya.
24
Muhammad bin Alawi>al-Malikiy, Al-Manhal al-Lat}i>f fi>U{s}}u>l al-H{adi>th al-Shari>f (Makkah : Belad
Haram, 1999), 277.


Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
8
Sijistan, suatu kota di Basrah pada tahun 202 H.
25
Namun sangat disayangkan,
informasi kehidupan Abu>>Da>wud di masa kecil sangat sedikit. Sedangkan masa
dewasanya banyak riwayat menyatakan bahwa beliau termasuk ulama hadis yang
terkenal.
Kitab Sunan Abu>>Da>wud merupakan yang paling populer dari karya-karya
beliau. Menurut riwayat Abu>>A<li>bin Ahmad bin Amr al-Lu'lu'i al-Bas}riy
26

kitab tersebut selesai ditulis tahun 275 H. Kitab ini dijadikan Abu>>Da>wud
sebagai rujukan dalam mengajarkan hadis di Baghdad, yaitu sebelum dia menetap
di Basrah. Ketika kitab itu ditunjukkan kepada Ahmad bin Hanbal (gurunya), dia
mengatakan bahwa kitab tersebut sangat bagus.
27

Keempat, Sunan al-Turmudhiy disusun oleh Abu>>I<sa>Muhammad ibn I<sa>
ibn Saurah ibn Mu>sa>ibn al-Dah}h}a>k al-Sulami>al-Bughi al-Turmudhiy. Beliau
dilahirkan disebuah kota di tepi Sugai Jihun di Khurasan pada hari senin tahun
209 H. dan wafat malam senin tanggal 13 Rajab tahun 279 H,
28
beliau lebih
populer dengan nama Abu>>I<sa>. Bahkan dalam kitab al-Ja>mi al-S}ah}i>h}-nya, ia
selalu memakai nama Abu>>I<sa>.
Menurut al-Ha>fiz}Abu>>Fa>d}il bin T{a>hir al-Maqdisiy (w. 507 H) ada empat
syarat yang ditetapkan oleh al-Turmudhiy sebagai st andarisasi periwayatan
hadis, yaitu: 1) Hadis-hadis yang sudah disepakati ke-s}ah}i>h-}annya oleh al-
Bukha>riy dan Muslim. 2) Hadis-hadis yang s}ah}i>h}menurut standar ke-s} ah}i>h-}an
Abu>>Da>wud dan al-Nasa>iy, yaitu hadis-hadis yang para ulama tidak sepakat
untuk meninggalkannya, dengan ketentuan hadis itu bersambung sanad-nya dan
tidak mursal. 3) Hadis-hadis yang tidak dipastikan ke-s}ah}i>h} -annya dengan
menjelaskan sebab-sebab kelemahannya. 4) Hadis-hadis yang dijadikan hujjah
oleh fuqaha>, baik hadis tersebut s}ah}i>h}atau tidak.
29
Tentu saja ketidak-s}ah}i>h-
}annya tidak sampai pada tingkat d}ai>f matru>k.
Kelima, Sunan al-Nasa>iy ditulis oleh Ahmad bin Shuayb bin A<li>Bin
Sina>n bin Bah}r bin Dina>r, dan diberi gelar dengan Abu>>Abd al-Rahma>n al-
Nasa>iy.

Beliau dilahirkan pada tahun 215 H, di kota Nasa>yang masih termasuk
wilayah Khurasan.
30
Kepada tempat kelahiran beliau inilah namanya dinisbatkan.
Muhammad Ajaj al-Kha>t}ib menyebutkan dalam bukunya "Us}u>l al-Hadi>th
bahwa al-Nasa>iy mengarang lebih kurang 15 buah buku dalam bidang ilmu hadis
dan yang paling utama dan masyhur di antaranya adalah Kitab al-Sunan. (Sunan
al-Kubra>) yang akhirnya terkenal dengan sebutan nama Sunan al-Nasa>iy.
31
Kitab
Sunan ini adalah kitab hadis yang derajatnya terletak setelah Kita>b S{ah}i>h}ayn
dalam hal kitab yang paling sedikit hadis d}a'i>f-nya, tetapi paling banyak

25
Abu>>Abd Alla>h Muhammad bin Ahmad al-Dh{ahAbi>, Siya>r al-A<lam al-Nubala>', (Bairu>t.
Muassasah al-Risa>lah, 1990), 221.
26
Ibid, 100.
27
Abi>al-Saa>da>t al-Muba>rak bin Muhammad Ibn Athi>r al-Jaza>riy, Ja>mi' Us}u>l al-H{adi>th fi>Aha>di>th
al-Rasu>l (Bairu>t: Da>r al-Fikr, 1983),189.
28
M. Alfatih Suryadilaga (ed), Studi Kitab Hadis (Yogyakarta : Teras, 2003), 105.
29
Al-Mubarakfuri, Muqaddimah Tukhfah al-Ahwadhi>, Juz I, (Bairu>t : Da>r al-Fikr, t.t.), 362.
30
Ibn Hajar al-'Asqala>niy, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, Jilid I (Bairu>t : Da>r al-Fikr, t.t.), 93; lihat juga Abd
al-Rahman bin al-Kama>l al-Suyu>tiy, Sunan al-Nasaiy, Jilid I (Bairu>t : Da>r al-Fikr, 1995), 5;
Taqiyyuddi>n al-Nada>wiy, Ilm Rija>l al-Hadi>th (Daby : al-Imarah al-Arabiyah, 1985), 279.
31
Muhammad 'Ajaj al-Kha>t}ib, Us}u>l al-Hadi>th Ulu>muh wa Mus}t}alah{uh (Bairu>t : Da>r al-Fikir 1409
H/1989), 325.


Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
9
pengulangannya. Misalnya hadis tentang niat, diulangnya sampai dengan enam
belas kali.
32

Keenam, Sunan Ibn Ma>jah disusun oleh ulama yang dilahirkan tahun 209 H
dan wafat pada tahun 275 H. Yaitu Abu>>Abd Alla>h Muhammad ibn Yazi>d Ibn
Ma>jah al-Ruba>'iy al-Qazwi>niy al-Ha>fiz}dengan nama kunniyah Abu>>Abd Alla>h.
33

Dengan demikian, nama asli pengarang kitab Sunan Ibn Ma>jah adalah
Muhammad ibn Y azi>d.
Pendukung faham yang mempromosikan Sunan Ibn Ma>jah ke dalam al-
Us}u>l al-Sittah lebih didasarkan pada keberadaan 1339 sebutan hadis zawa>id,
karena tambahan perbendaharaan tersebut amat menguntungkan para fuqaha.
Selain itu, tiga perempat koleksi Sunan Ibn Majah menyamai mutu hadis yang
terkoleksi dalam kitab Us{u>l al-Khamsah.
34


C. Kepemimpinan Publik Perempuan
Di dalam sejarah Islam ditemukan bahwa kepemimpinan klasik
menggunakan beberapa istilah khusus sebagai sebutan untuk aktifitas
kepemimpinan, antara lain: al-ima>m, al-khali>fah, al-ami>r, al-ma>lik, dan al-
sult}a>n.
35

Ibnu Khaldu>n menggambarkan identifikasi kata ima>m itu dengan ima>m
salat dalam mengikuti dan diikutinya. Oleh karena itu untuk membedakan
pemakaian makna ima>m untuk pemimpin pemerintahan dengan ima>m untuk
salat, haji dan urusan ubudiyyah lainnya, dipakai istilah ima>m al-sughra>,
sedangkan term yang dipakai untuk menunjukkan makna pemimpin
pemerintahan, dipakai istilah ima>mah al-kubra>.
36
Sedangkan Ibn Hazm
berpendapat lebih luas, ia mengatakan bahwa kata al-ima>m digunakan untuk para
fuqaha>, ilmuwan dan pemimpin salat di suatu masjid.
37

Al-khali>fah bermakna mengganti kekosongan posisi yang diduduki
seseorang sebelumnya, juga khali>fah berlaku untuk istilah pemerintahan, dan
dalam hal ini, khali>fah berarti pula kesultanan agung.
38
Sedangkan Ami>r al-
mumini>n berarti pelayan orang-orang yang beriman. Selanjutnya kata ami>r al-
mumini>n inilah yang selalu digunakan untuk khali>fah.
39


32
Ibid., 9.
33
Ibid.
34
Lihat Ibn Kathi>r, Ja>mi al-Musnad wa al-Sunan (Bairu>t : Da>r al-Kutb al-Ilmiyyah, 1994), 113; Ibn
Hajar al-Asqala>ni>, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, Vol. V (Bairu>t : Da>r al-Marifah, tt.), 468; Hasyim Abbas,
Kodifikasi Hadis dalam Kitab Mutabar (Surabaya : IAIN Sunan Ampel BPF Usuluddin, 2003), 93.
35
Lihat Abu>al-Fad}l Jama>l al-Di>n Muhammad bin Makram bin Muna>wi>al-Ifki>al-Mizziy, Lisa>n al-
Arab, Vol. 12 (Bairu>t : Da>r al-Sa>dir, t.t.), 24-25; Vol. 9, 82-83; Vol. 4, 30-31; Vol. 10, 492-495; Vol.
7, 320-321, dan Majma al-Lughah al-Arabiyyah al-Mujam al-Was}i>t, Vol. 1 (Teheran : al-
Maktabah al-Ilmiyyah, t.t.), 26-27, 250-251, 25-26; Vol. 2, 892-893, dan Vol. 1, 445.
36
Muhammad Abd Qa>dir Abu>Fa>ris, al-Niz}a>m al-Siya>si>di al-Isla>m (Amman : Da>r al-Furqa>n, 1987),
176.
37
Ali>bin Ahmad bin Hazm al-Andalu>sy, al-Fa}sl fi>al-Milal wa al-Ahwa wa al-Nihal, Vol. 4 (Bairu>t :
Da>r al-Marifah, 1975), 10.
38
Majma al-Lughah al-Arabiyyah al-Mujam al-Wasi>t, vol. 1 (Teheran : al-Maktabah al-Ilmiyyah,
t.t.), 26, dan Muhammad Abd al-Qa>dir Abu>>Fa>ris, al-Niz}a>m al-Siya>si>fi al-Isla>m (Amman : Da>r al-
Furqa>n, 1987),174.
39
Abd al-Rahma>n bin Muhammad bin Khaldu>n al-Hadramawy, Muqaddimah Ibn Khaldu>n (Bairu>t :
Da>r al-Qalam, 1984), 185-186.


Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
10
Kata lain yang bermakna kepemimpinan juga al-sult}a>n, yang memiliki arti,
diantaranya: kekuasaan raja atau penguasa.
40
Istilah sult}a>n telah berlaku
berdampingan dengan khali>fah, namun sult}a>n lebih jelas. Perbedaan kedua istilah
tersebut adalah, bahwa khali>fah lebih cenderung untuk nama kepala
pemerintahan keagamaan pusat Islam, disamping sult}a>n dengan kekuatan
politiknya yang diangkat oleh khali>fah.
41

Kata lainnya adalah Al-Mulk yang berarti menguasai, orangnya disebut al-
ma>lik yang berarti pemilik pemerintah dan kekuasaan pada suatu bangsa. Al-
khali>fah, al-ima>rah, dan juga al-mulk (kerajaan) yang ada dalam al-Qura>n
kecuali bermakna umum kepemimpinan, tidak dimaksudkan untuk argumen
suatu sistem hukum atau pemerintahan tertentu.
Al-Waliy memiliki konotasi arti bermacam-macam, namun pada dasarnya,
kata ini tidak menjadikan gelar khusus dalam kasus kekuasaan, baik yang
memuat penekanan teologis maupun sebaliknya yang hanya bermakna etimologis
semata. Walaupun bila dilihat lebih cermat, maka kata al-waliy memiliki
pengertian yang hampir mirip dengan sult}a>n dan ada juga pengertian kepemilikan
yang hampir mendekati arti kata al-mulk.
Di antara berbagai syarat kepemimpinan yang relevan diteliti dalam
wacana sejarah Islam, ada syarat yang menonjol dalam kepemimpinan politik
Islam sepanjang pengalaman sejarahnya, yaitu syarat yang khas Islam selain
bersifat ideologis seperti keimaman seseorang, baligh, akil, merdeka, adil,
berilmu, dan lain-lain. Yang dimaksud adalah syarat yang mulai berubah dari
wacana klasik Islam dengan modern, adalah tentang kepemimpinan yang harus
dari orang Arab Quraish dan berjenis kelamin laki-laki.
Pengalaman sejarah membuktikan bahwa kepemimpinan khila>fah yang
mengharuskan orang Quraish itu sudah dihapus, ketika orang Turki mengambil
alih khilafah dari Bani>Abba>s di Baghdad yang keturunan Quraish. Selanjutnya
kepemimpinan ini ada di Turki yang bukan orang Quraish sampai berakhirnya
masa khila>fah tersebut.
42

Pada dasarnya, semula tidak ada argumen yang tegas melarang perempuan
untuk menjadi pemimpin publik. Sementara para ulama>al-sha>fiiyyah
menetapkan syarat kepemimpinan salah satunya berjenis kelamin pria dan
sebaliknya tidak mensahkan perempuan menduduki jabatan itu.
43
Mayoritas
ulama salaf dan khalaf telah sepakat akan ketidakbolehan perempuan memegang
tampuk kepemimpinan, terlebih lagi kepemimpinan negara Islam.



BAB III
HADIS-HADIS KEPEMIMPINAN PUBLIK

40
Muhammad bin Yaqu>b al-Fayruz Abadi>, Al-Qamuz al-Muhith (Beirut : Dar al-Fikr, 1995), 604.
41
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Pergerakan (Jakarta : Bulan
Bintang, 1975), 151.
42
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Pergerakan (Jakarta : Bulan
Bintang, 1975), p. 151.
43
Ahmad bin Abd Alla>h al-Qalqasandy [w. 821 H], Maa>s}ir al-Inafah fi Maa>lim al-Khila>fah, Vol. 1
(Kuwait : Matbaah al-Huku>mah al-Kuwait, 1985), 31; Abu>>Nas}r Abd al-Wahha>b bin Ali bin Abd
Ka>fi al-Subki>[727-771], Tabaqa>t al-Shafi>iyyah al-Kubra>(al-Jizah : Hajr li al-Tiba>ah wa al-Nashr
wa al-Tawzi wa al-Ilan, 1992), 335.


Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
11
BAGI PEREMPUAN

A. Keberadaan Hadis-hadis Kepemimpinan Publik bagi Perempuan
Keberadaan hadis-hadis tentang kepemimpinan publik bagi perempuan di
dalam al-Kutub al-Sittah dapat ditelusuri berdasarkan sejumlah kata kunci yang
bermakna kepemimpinan, yaitu kata al-ima>m, al-khali>fah, al-ami>r, al-ma>lik, dan
al-sult}a>n, dengan berbagai kata bentukannya, atau didasarkan atas sebagian teks
dari redaksi matan hadis yang sudah diketahui melalui sumber lain.
Setelah ditelusuri berdasarkan kata kunci tersebut di atas, baik melalui
media penelusuran elektronik seperti al-Maktabah al-Sha>milah maupun melalui
penelusuran manual melalui beberapa kitab mujam seperti kitab al-Mujam al-
Mufahras, ternyata hadis-hadis yang diperoleh tidak seluruhnya menjelaskan
perihal kepemimpinan perempuan dalam ruang publik. Sebagian menjelaskan
kepemimpinan perempuan di ruang privat (domestik), sebagian menjelaskan
kepemimpinan laki-laki, sebagian lain menjelaskan kepemimpinan secara umum
dalam berbagai pengertian dan konteks.
Di antara hadis-hadis tentang kepemimpinan yang telah ditelusuri, yang
menjelaskan konteks kepemimpinan perempuan dalam ruang publik hanyalah
hadis lan yufliha qawmun wallaw amrahun imraatan. Hadis-hadis lainnya
berhubungan dengan kepemimpinan, tetapi tidak secara eksplisit menjelaskan
kepemimpinan perempuan dalam ruang publik. Hadis la>tau>manna imratun
rajulan dan an taumma ahla da>riha> konteksnya adalah kepemimpinan dalam
salat. Sedangkan hadis kullukum ra>in menjelaskan kepemimpinan dalam
pengertian yang sangat umum, menyangkut kepemimpinan laki-laki maupun
perempuan dalam berbagai konteks.
Hadis dengan teks lan yufliha qawmun wallaw amrahum imraatan ini
di dalam al-Kutub al-Sittah hanya diriwayatkan oleh tiga orang mukarrij al-
h}adi>th
44
, tiap-tiap mukharrij meriwayatkan melalui satu jalur sanad. Mereka
adalah Imam al-Bukha>riy, al-Turmudhiy, dan Ima>m al-Nasa>iy >.

1. Hadis riwayat al-Bukha>riy dari jalur Abi>Bakrah, hanya disebutkan satu kali,
yaitu hadis nomor 7099
45

` ` ` , ` ` ` `
` ` `` ` `` ` , ' ` `
` ```` ` .'
2. Hadis riwayat al-Turmudhiy, disebutkan satu kali yaitu hadis nomor 2262
46

sebagai berikut:

44
Mukharrij al-h}adi>th adalah ulama yang meriwayatkan hadis dan sekaligus melakukan pengumpulan
atau penghimpunan hadis dalam kitab hadis yang ditulisnya. Lihat M. Syuhudi Ismail (Jakarta :
Bulan Bintang, 1992), 18.
45
Abi>Abd Alla>h Muhammad bin Isma>i>l al-Bukha>riy, Matn al-Bukha>riy, Jilid IV, Kitab al-Fitn
(Beiru>t : Dar al-Fikr, 1994), 265.
46
Abi>I<sa>Muhammad bin I<sa>bin Sawrah, al-Ja>mi al-S{ah}i>h}Sunan al-Turmudhiy, Juz IV, Kitab al-
Fitn, Bab 75 (Beiru>t : Da>r al-Kutb al-Ilmiyyah, t.t.), 457.


Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
12
` ` ` `` `` , ` ` `` ` ``` ` ` ` `
` ``` ` `` ` ` `` ,
` ``` ` `` ` , `` ` ` ` `` ` ```
` , ` `` ` ` , `` ` `` ` ,
`` ` ` ` `` .
3. Hadis riwayat Ima>m al-Nasa>iy disebutkan satu kali, yaitu hadis nomor 5394
47

sebagai berikut:
` ``` `` `` ` ` `` ` ``
` ` ``` ` `` ` `
` ``` ` `` , ` ` `` ` ` `` ` .
Keberadaan hadis-hadis tentang kepemimpinan perempuan di dalam al-
Kutub al-Sittah, secara keseluruhan sebagai berikut:

NO TEKS KUNCI NAMA KITAB DISEBUT
1
S{ah}i>h}al-Bukha>riy
Sunan al-Tirmiz}iy
Sunan al-Nasa>iy
3 kali
1 kali
1 kali
2 Sunan Ibn Majah 1 kali
3 Sunan Abu>Da>wud 1 kali
4
S{ah}i>h}al-Bukha>riy
S{ah}i>h}Muslim
Sunan Abu>Da>wud
Sunan al-Tirmiz}iy
8 kali
1 kali
1 kali
1 kali
Jumlah Total 18 kali
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa keberadaan hadis-hadis tentang
kepemimpinan perempuan dalam ruang publik direpresentasikan hanya oleh satu
hadis, yaitu hadis dengan teks kunci nomor satu. Oleh karena itu, yang dijadikan
data utama dalam disertasi ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan hadis
lan yufliha qawmun.
B. Sabab al-Wuru>d al-Hadi>th Lan Yufliha Qawmun.

47
Ahmad bin Shuayb bin A<li>bin Sinan al-Nasa>iy, Sunan al-Nasa>iy al-Musamma>bi al-Mujtaba>,
Jilid IV, Kitab Adab al-Qud}ah, Bab al-Nahy an Istimal al-Nisa> fi al-Hukm (Beiru>t : Da>r al-Fikr,
1995), 241.


Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
13
Data sabab al-wuru>d hadis lan yufliha qawmun wallaw amrahum
imraatan yang dikemukakan di sini dicari di dalam al-Kutub al-Sittah.
Terdapat empat (4) hadis yang menjelaskan asba>b al-wuru>d hadis lan yufliha
qawmun wallaw amrahum imraatan ini, masing-masing dari jalur Ibn Abba>s.
Kempat hadis tersebut diriwayatkan oleh Ima>m al-Bukha>riy dalam kitabnya al-
Ja>mi al-S{ah}i>h}yang terkenal dengan S{ah}i>h}al-Bukha>riy. Hadis-hadis tersebut
sebagai berikut: hadis nomor 64
48
, hadis nomor 2939
49
, hadis nomor 4424
50
, dan
hadis nomor 7264
51


C. Rija>l al-Hadi>th Lan Yufliha Qawmun.
Biografi masing-masing periwayat hadis lan yuflha qawmun ini serta
penilaian ulama al-Jarh}wa al-Tadi>l terhadap mereka adalah sebagai berikut:
1. Abi>Bakrah
Abi>Bakrah adalah alam kunyah dari nama aslinya Nufai bin al-Ha>rith
bin Kiladah bin Amr bin Ila>j Bin Abi>Salamah. Beliau meninggal di Bas}rah
di wilayah Ziya>d pada tahun 51 hijriyah.
52
Beliau termasuk pembesar sahabat
Nabi Muhammad Saw.
53

Diantara murid-murid dari Abi>Bakrah Ubayd Alla>h, Abd al-Rahma>n,
Abd al-Azi>z, Muslim, Kutaybah, al-H{asan al-Basri>
54
, Kabshah, Abu>
Usthma>n al-Hindiy, Rubay bin Kharash, Hami>d bin Abd al-Rahma>n al-
Hami>ri>, Abd Rahma>n bin Jawshin al-Ghat}a>fani>, al-Ahnaf bin Qais, al-H{asan,
Ibn Si>ri>n dan masih banyak lagi ulama-ulama yang lainnya.
55

2. Al-H{asan
Nama lengkapnya adalah Al-H{asan bin Abi>al-H{asan Yasa>r al-Bas}ri>Abu>
Sai>d Maula>al-Ans}a>riy, Ibunya adalah Khairah budak Umm Salamah. Beliau
wafat pada bulan Rajab tahun seratus sepuluh (110) hijriyah dalam usia
delapan puluh delapan (88) tahun. Beliau meriwayatkan hadis dari Ubay bin
Kaab, Sai>d bin Ubba>dah dan Umar bin al-Khat}t}a>b, dan dia (al-H{asan) tidak
satu zaman dengan mereka. Beliau juga menerima hadis dari Ammar bin
Y a>sir, Abi>Hurairah, Uthma>n ibn Abi>al-A<s}, Muqal bin Sinan, akan tetapi
dia tidak mendengar langsung dari mereka, Dia juga menerima hadis dari
Uthma>n, Ali>, Abi>Mu>sa>, Abi>Bakrah, Imra>n bin H{as}i>n, Jandab al-Bajli>, Ibn
Umar, Ibn Abba>s, dan masih banyak lagi para sahabat dan tabiin.

48
Abi>Abd Alla>h Muhammad bin Isma>i>l al-Bukha>riy, Matn al-Bukha>riy, Jilid I, Kitab al-Ilm, Bab
Ma>yuz}kar fi>al-muna>walah (Beirut : Dar al-Fikr, 1994), 26.
49
Ibid, Jilid II, Kitab al-Jiha>d wa al-siya>r, Bab Dawah al-Yahu>d wa al-Nasra>niy wa ala>ma>
yuqa>tilu>na alaih wa ma>kataba al-Nabiyy s}alla>alla>h alaih wa sallam ila>Kisra>wa Qais}ar wa dawah
qabl al-qita>l, 188.
50
Ibid, Jilid III, Kitab al-Magha>zi>, Bab Kita>b al-Nabiy s}alla>alla>h alaih wa sallam ila>Kisra>wa
Qais}ar, 89.
51
Ibid, Jilid IV, Kitab Akhbar al-a>ha>d, Bab Maka>n yabath al-Nabiy s}alla>alla>h alaih wa sallam min
umara> wa al-rasu>l wa>hid bad wa>hid, 296-297.
52
Lihat Al-Mizziy, Tahdhi>b al-Kama>l fi>Asma> al-Rija>l, Juz XIX (Bairut : Dar al-Fikr, 194), 151-
152. Lihat juga Ahmad bin Ali>yang terkenal dengan Ibn Hajar al-Asqala>niy, Tahdhi>b al-Tahdhi>b,
Jil. V (Bairu>t : Da>r al-Ilmiyyah, 1996), 623;
53
Badruddin al-'Ainiy al-Hanafiy. Umdat Qari Syarh Shohihil Bukhari. Juz 9 hlm 239. (Kitab
Digital: Maktabah Syamilah).
54
Abd al-Rahma>n al-Ra>zy, Kita>b al-Jarh}wa al-Tadi>l, Jilid VIII (Hindia : Haydar Abi>, 1952), 489.
489.
55
Ibn Hajar al-Asqala>niy, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, Jil. V (Bairu>t : Da>r al-Ilmiyyah, 1996), 623.


Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
14
Sedangkan murid-murid al-H{asan antara lain adalah Humayd al-T{awi>l,
Burayd atau Y azi>d bin Abi>Maryam, Ayyu>b, Qata>dah, Auf al-Arabiy, Bakar
bin Abd Alla>h al-Muzni>, Jari>r bin Ha>zim, Abu>al-Ashhab, al-Rabi> bin S{abi>h},
Sai>d al-Jari>ri>, Saad ibn Ibra>hi>m bin Abd al-Rahma>n bin Auf, Sama>k bin
Harb, Shaiba>n al-Nahwi>, Ibn Aun, Kha>lid al-Hida>.
56

Al-Ha>fiz}berkata bahwa al-H{asan al-Bas}riy termasuk perawi terpercaya.
Beliau juga seorang faqi}h, unggul (fad}il) dan terkenal (mashhu>r). Hadis yang
datang dari beliau banyak yang di-marfu'-kan (disandarkan kepada Rasulullah)
dan banyak pula yang di-tadlis-kan (mengandung kesamaran dan
ketertutupan)
57
.
3. Auf
Nama lengkapnya adalah Auf bin Abi>Jami>lah (Rozi>nah) al-Ara>biy
58

Abu>Sahl al-Abdi>al-Hijri>al-Bas}riy. Beliau dilahirkan pada tahun 59 hijriyah
dan wafat pada tahun 147 hijriyah sementara nasabnya bersambung pada al-
Tashayyu.
59

Beliau meriwayatkan hadis dari Abd al-Rahma>n, S{a>lih bin Ahmad bin
Hanbal, Ali>Ibn al-Madiniy, Y ahya>, Shubah, Khala>s}, Abi>Raja> al-At}a>ridi>,
Abi>Uthma>n al-Hindi>, Abi>al-A<liyah, Abi>al-Manhal Siya>r bin Salamah, Abi>
Nad}rah, Abd Alla>h bin Amr, Ibn Hindun al-Jamali>, Al-H{asan, Muhammad
bin Si>ri>n, T{alaq bin Habi>b, Isha>q bin Suwai>d, Y azi>d al-Fa>risiy, Khaza>i>bin
Ziya>d, Shahr bin Hawshib, Kha>lid al-As}ri>, Anas bin Si>ri>n, Zira>rah bin Awfa>.
Murid-murid Auf diantaranya adalah Y ahya>bin Sai>d al-Qat}t}a>n,
Mutamar bin Sulayma>n, Ru>h bin Ubba>dah, Yazi>d bin Ha>ru>n, Nad}ar bin
Shami>l, al-Ans}a>ry dan Hudha>bin Khali>fah.
60

Para pembesar ta>biin seperti al-H{asan, A<lam al-Thauri>, Shubah dan
lainnya mengatakan: Auf termasuk orang yang disepakati thiqah-nya
(dipercaya dalam meriwayatkan hadis). Marwa>n bin Mua>wiyah mengatakan
Auf al-Arabiy dinamai orang yang selalu benar (perkataannya). Muhammad
bin Hanbal mengatakan bahwa Auf termasuk orang yang dipercaya lagi
orang yang baik dalam meriwayatkan hadis.
61

4. Humayd al-T{awi>l
Humayd al-T{awi>l adalah Humayd bin Tirawaih, disebut juga Ti>rai>,
disebut juga Ibn Ti>r, disebut juga Ibn Mahran, disebut juga Ibn Abd al-
Rahma>n, disebut juga Ibn Da>wur, Abu>Ubaidah al-Bas}riy. Beliau wafat pada
tahun 142/143 hijriyah.
Humayd bin Tirawayh al-Tawil meriwayatkan hadis dari Anas bin
Ma>lik, Ubaidillah bin Umar, Y ahya>bin Sai>d, Al-Thauri>, Ma>lik dan

56
Ibid, Jilid I, 541-542.
57
Namadziz al-Aha>dit>h al-Muta'arid}ah bi al-Lafz}i. Juz 4 (Kitab Digital : Maktabah Syamilah). 13.
58
Abd al-Rahma>n al-Razi>, Kita>b al-Jarah}wa al-Tadi>l, Jilid I (Hindia : Haydar Abi>, 1952), 147.
59
Al-Mizziy, Tahdhi>b al-Kama>l fi>Asma> al-Rija>l, Juz XIV (Beirut : Dar al-Fikr, 1994), 450; lihat
juga 'Umdatul Qari Syarah Shahih Bukhori, Juz II, 221.
60
Abd al-Rahma>n al-Razi>, Kita>b al-Jarah}wa al-Tadi>l, Jilid I (Hindia : Haydar Abi>, 1952), 147; Jilid
VII, 15.
61
Abd al-Rahma>n al-Razi>, Kita>b al-Jarah}wa al-Tadi>l, Jilid VII (Hindia : Haydar Abi>, 1952), 15.


Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
15
Shubah.
62
Diriwayatkan dari Anas bin Ma>lik Ia berkata bahwa Humayd al-
T{awi>l terpercaya dan tidak ada masalah".
63

5. Uthma>n bin al-Haitham
Nama lengkapnya adallah Uthma>n bin al-Haitham bin Jahm Ibn I<sa>bin
H{isa>n bin al-Mundhir, al-Ashju al-Asriy al-Abdi>Abu>Amr al-Bas}riy,
seorang muaddhin di Masjid Jamik Bas}rah. Beliau meninggal pada bulan
Rajab tahun 220 hijriyah.
64
Menurut Ibn Hibba>n, beliau wafat pada tahun 218
hijriyah.
65

Uthma>n bin al-Haitham menerima hadis dari Ayahnya sendiri al-
Haitham, Auf al-Arabiy, Ibn Jurayh}, Muba>rak bin Fud}a>lah, Rubah bin al-
Ajjaj, Hisha>m bin Hissa>n, Abi>al-Muqaddam Hisha>m bin Ziya>d, Imra>n bin
H{id}ir, dan lain-lain.
66

Banyak ulama hadis yang menerima hadis dari Uthma>n bin al-Haitham
diantaranya adalah al-Bukha>riy, al-Nasa>iy dari Ibra>hi>m al-Jurja>niy, Abu>
Ha>tim al-Ra>zi>, al-Dhahli>, Muhammad bin Abd al-Rahi>m al-Bazza>r,
Muhammad Ibn Huzaymah al-Bas}riy, Isma>i>l Samawiyah, Asid bin A<s}im,
Muhammad bin Gha>lib bin Tamtam, Yaqu>b bin Sufya>n, Ibra>hi>m bin Marzu>q,
Abu>al-Muslim al-Kashiy dan al-Kadi>miy, Abu>Khali>fah al-Fad}al bin al-
Habba>b, dll.
67

Banyak ulama yang menilai bahwa Usthma>n bin al-Haitham adalah
seorang yang kredibel (thiqqah), diantaranya adalah Abu>Ha>tim
68
mengatakan
bahwa Uthma>n bin al-Haitham adalah s}adu>q (terpercaya/banyak dipercaya),
Al-Sa>jiy juga mengatakan bahwa dia s}adu>q. Sedangkan Ahmad bin Hanbal
memandang bahwa Uthma>n bin al-Haitham tidak thubu>t karena ketika ulama-
ulama lain menerima hadis dari Ibn Jurayh}dan Auf, dia masih kecil atau
belum baligh, jadi dia belum bisa menerima hadis secara langsung
(muha>dathah) dengan kedua guru tersebut. Penilian juga datang dari al-Da>r al-
Qut}niy, dia mengatakan: Uthma>n bin al-Haitham adalah s}adu>q tetapi banyak
salahnya dalam meriwayatkan hadis.
69

6. Kha>lid bin al-Ha>rith
Nama lengkap beliau adalah Kha>lid bin al-Ha>rith bin Sa>lim bin Ubayd
bin Sulayma>n
70
disebut juga Ibn al-Ha>rith bin Sa>lim bin Ubayd bin Sufya>n al-
Hajimiy Abu>Uthma>n al-Bas}riy. Beliau dilahirkan antara tahun 119-120
hijriyah dan wafat pada tahun 186 hijriyah.
Beliau meriwayatkan hadis dari Hisha>m bin Hisa>n, Ashath, Auf,
Muhammad Ibn Ijla>n, Al-Thauri>, Shubah.
71
Humayd al-T{awi>l, Ayyu>b, Ibn
Aun, Hisha>m bin Urwah, Ubaidillah bin Umar, Said bin Abi>Urbah, Abd

62
Abd al-Rahma>n al-Razi>, Kita>b al-Jarah}wa al-Tadi>l, Jilid III (Hindia : Haydar Abi>, 1952), 219.
63
Abi Muhammad Abd Rahman al-Razi, Al-Jarh wa al-Ta'dil, Juz 3 hlm 219 (Kitab Digital :
Maktabah Syamilah).
64
Ibn Hajar al-Asqala>niy, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, Jilid 4 (Bairu>t : Da>r al-Ilmiyyah, 1996), 99.
65
Al-Mizziy, Tahdhi>b al-Kama>l fi Asma> al-Rija>l, Juz XII (Beirut : Dar al-Fikr, 1994), 486.
66
Abd al-Rahma>n al-Razi>, Kita>b al-Jarah}wa al-Tadi>l, Jilid III (Hindia : Haydar Abi>, 1952), 172.
67
Ibn Hajar al-Asqala>niy, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, Jilid IV (Bairu>t : Da>r al-Ilmiyyah, 1996), 99.
68
Abu>Ha>tim Abd al-Rahma>n al-Razy, Al-Jarah}wa al-Ta'di>l, Jilid VI (Hindia : Haydar Abi>, 1952),
172.
69
Ibn Hajar al-Asqala>niy, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, Jilid IV (Bairu>t : Da>r al-Ilmiyyah, 1996), 99.
70
Ibid, Jilid II, 54.
71
Abd al-Rahma>n al-Razi>, Kita>b al-Jarah}wa al-Tadi>l, Jilid III (Hindia : Haydar Abi>, 1952), 320.


Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
16
al-Ma>lik bin Abi>Sulayma>n, Ibn Jarij, dan Hisha>m al-Distiwa>niy. Murid-murid
beliau diantaranya adalah Ahmad, Isha>q bin Ruha>wiyah, A<li>bin al-Madini>,
Musaddad, Arim, al-Falas, Abd Alla>h Ibn Abd al-Wahha>b al-Hajbiy, Ubaid
Allah bin Mua>dh, Y ahya>bin Habi>b bin Arabiy, Nas}r Ibn Ali>al-Jahdamiy,
Hasan bin Urfah,
72

Ibn Imar mengatakan dari al-Qat}t}a>n bahwa Aku tidak melihat orang
yang lebih baik dari Sufya>n dan Kha>lid bin al-Ha>rith. Al-Maru>zi>mengatakan
bahwa Kha>lid bin al-Ha>rith selalu meriwayatkan hadis sesuai dengan apa yang
ia dengar.Aly bin al-Madi>niy berkata: "Saya bertanya pada Y ahya>bin Sa'i>d
tentang teman-teman sekelompok perawi, beliau menjawab : "Kebanyakan
perawi hadis itu mendapat hadis dari proses imla' keculai Kha>lid dan Mu'adh.
Abd al-Rahma>n mengatakan bahwa Abu>Zurah ditanya tentang Kha>lid bin
al-Ha>rith. Abu>Zur'ah menjawab "Kha>lid bin al-Ha>rith adalah jujur".
73


7. Musaddad
Beliau adalah Musaddad bin Musarhad bin Musarbal al-Bas}riy al-Asadiy
Abu al-H{asan al-Hafiz}.
74
Beliau wafat pada tahun 228 hijriyah.
75
Beliau
meriwayatkan hadis dari Abd Alla>h bin Y ahya>bin Abi>Kathir, Haitham,
Y az}i>d bin Zuray, I<sa>bin Y u>nus, Fud}ail bin Iya>d, Mahdi bin Maymu>n,
Juwayriyah Ibn Asma, Jafar bin Sulayma>n, Hamma>d bin Zayd, Abi>al-
Ahwas}, Abd al-Wahi>d bin Ziya>d, Abd al-Wa>rith bin Sai>d, Muhammad bin
Jabi>r al-Sahimi>, Mutamar bin Sulayma>n, Badham bin Amr, Aby Awanah,
Y u>suf bin Majishun, Abi>al-Aswad Humayd bin Aswad, Jarah}bin Ma>lih,
Wali>d Waki, Waki, Qat}t}a>n, Ibn Ulyah, Bashar bin Mufassal, Khalid bin
Abd Alla>h al-Wasit}iy, Kha>lid bin al-Harith, dll. Sedangkan murid-murid
beliau diantaranya adalah Al-Bukha>riy, Abu>Da>wud, al-Turmudhy, al-Nasa>iy,
Ahmad bin Muhammad bin Muda>wayh, Ibra>hi>m bin Y aqu>b al-Jurja>niy,
Muhammad bin Sai>d al-Dandany, al-H{asan bin Ahmad bin Habi>b al-
Karamaniy, Abu>Zurah, Abu>Ha>tim al-Ra>ziyan, Muhammad bin Yahya>al-
Dah}liy, Anaknya Y ahya>, Isma>i>l bin Isha>q al-Qa>d}iy, Hamma>d bin Isha>q,
Y aqu>b bin Sufya>n, Y aqu>b bin Shaibah, Muadh bin al-Muthanna>, Yu>suf bin
Y aqu>b al-Qad}i>, Abu>Khalifah dan yang lainnya.
76

Ahmad bin Hambal mengatakan bahwa Musaddad termasuk orang yang
dipercaya dalam meriwayatkan hadis.
77
Y ahya>bin Sai>d al-Qat}t}a>n berkata
kepada Y ahya>bin Mai>n: ''Andaikan kamu datang kepada Musaddad di
rumahnya lalu kamu berbicara dengannya niscaya dia termasuk orang yang
ahli''. Muhammad bin Ha>ru>n al-Falasi>mengatakan : Aku bertanya kepada
Y ahya>bin Mai>n tentang Musaddad maka beliau menjawab musaddad
termasuk orang yang benar. Abd al-Rahma>n menceritakan kepada kami

72
Ibn Hajar al-Asqala>niy, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, Jilid II (Bairu>t : Da>r al-Ilmiyyah, 1996), 54.
73
Ubay Muhammad Abd Rahman bin Abi Hatim Muhammad bin Idris bin al-Mundzir al-Tamimi al-
Hanzholiy al-Razi Al-jarh wa al-Ta'dil. Juz 3, 325. (Kitab Digital : Maktabah Syamilah).
74
Ibn Hajar al-Asqala>niy, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, Jilid V (Bairu>t : Da>r al-Ilmiyyah, 1996), 395.
75
Al-Jarhu wa al-Tadhil, Juz VIII 438.
76
Ibn Hajar al-Asqala>niy, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, Jilid V (Bairu>t : Da>r al-Ilmiyyah, 1996), 395.
77
Mausuah Aqwal Imam Ahmad fi Jarhi Wa Tadhil, Juz VII, hal 312.


Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
17
beliau berkata: ayahku ditanya tentang Musaddad lalu ayahku menjawab dia
orangnya dipercaya dalam meriwayatkan hadis.
78


8. Muhammad bin al-Muthanna>
Muhammad bin al-Muthanna>, adalah putra Ubayd bin Qays bin Di>na>r
Abu>Mu>sa>al-'Anziy al-Bas}riy yang terkenal dengan Muhammad bin al-
Muthanna>yang cacat.
79
Beliau pernah tinggal di Baghdad dan meriwayatkan
hadis di sana, kemudian kembali lagi ke Bas}rah dan wafat di sana pada tahun
252 hijriyah. Beliau dilahirkan pada tahun tahun 167 hijriyah. Beliau
mmeriwayatkan hadis dari Y ahya>Ibn Sai>d al-Qat}t}a>n, Abd Al-Rahma>n bin
Mahdi, Abd al-Ala>al-Sa>mi, Haitham bin Abd S{amad, Ibn Abi>A<di>, Abi>
A<mir al-Aqdiy.
80

Banyak perawi meriwayatkan hadis dari Muhammad bin al-Muthanna>,
diantaranya Abu>Zurah
81
dan al-Turmudhiy.
82
Didengar dari Ibn Uyainah,
Waki>' bin al-Jarrah}, Isma>'i>l bin A<liyah, al-Qat}t}a>n dan lainnya. Diriwayatkan
dari Ibn Uyainah, Abu>Ha>tim, Muhammad bin Y ahya>al-Dhahliy, dan
Muhamiliy, al-Kha>t}i>b mengatakan bahwa Muhammad bin al-Muthanna>adalah
orang terperpercaya dan konsisten. Semua imam ber-hujjah dengan hadis
Muhammad bin al-Mutsanna>. Abd Alla>h bin Ahmad bin Muhammad bin
Hanbal berkata: "Saya mendengar Y ahya>bin Ma'i>n, dan menyebutkan Abu>
Mu>sa>yang cacat, kemudian Y ahya>bin Ma'i>n berkata bahwa Muhammad bin
al-Mutsanna>adalah terpercaya. Abd al-Rahma>n menceritakan bahwa Ubay
ditanya tentang Muhammad bin al-Muthanna>, kemudian Ubay menjawab
bahwa Muhammad bin al-Muthanna>adalah s}a>lih al-hadith lagi jujur.
83

9. Y ahya>bin Muhammad bin Y ahya>
Y ahya>bin Muhammad bin Y ahya>bin Abd Alla>h bin Kha>lid bin Fa>ris
al-Dhahliy Abu>Zakariya>al-H{a>fiz}Ibn al-Ha>fiz}al-Naisabu>riy, nama laqabnya
Haika>n. Beliau wafat pada tahun 226 hijriyah.
84

Beliau meriwayatkan hadis dari Abi>al-Wali>d al-T{aya>lisi>, Sulayma>n bin
Harb, Musaddad, A<li>bin Uthma>n al-Lahiqiy, Abi>Umar al-Hawd}iy, Isma>i>l
bin Abi>Uwais, Ahmad, Isha>q dan lainnya. Di antara murid-murid beliau
adalah Ibn Ma>jah, Abu>Muhammad bin Y ahya>al-Dhah}liy, Ibra>hi>m bin Abi>
T}a>lib, Abu>Umar, Ahmad bin Nas}r, Abu>Bakar Muhammad bin Isha>q bin
Khuzaimah, Muhammad bin Isha>q al-Sira>j, dll.
85

Muhd}ar Abi>dan Abu>Zurah mengayakan bahwa Y ahya>bin Muhammad
termasuk orang yang dibenarkan dalam meriwayatkan hadis.
86


78
Al-Jarhu wa al-Tadhil, Juz VIII 438.
79
Badruddin al-'Ainiy al-Hanafiy. Umdat Qari Syarh Sahih al-Bukhari. Juz 1 hlm 391 (Kitab Digital
: Maktabah Syamilah).
80
Abd al-Rahma>n al-Razi>, Kita>b al-Jarah}wa al-Tadi>l, Jilid VIII (Hindia : Haydar Abi>, 1952), 95.
81
Abd al-Rahma>n al-Razi>, Kita>b al-Jarah}wa al-Tadi>l, Jilid VIII (Hindia : Haydar Abi>, 1952), 95.
82
Badrud al-Di>n al-'Ainiy al-Hanafiy. Umdat al-Qa>ri> Sharh}S{ah}i>h}al-Bukha>riy, Juz 1 (Kitab Digital :
Maktabah Shamilah), 391.
83
Ubay Muhammad Abd al-Rahma>n al-Ra>ziy. Al-Jarh wa al-Ta'dil. Juz 8, 95.
84
Ibn Hajar al-Asqala>niy, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, Jilid VI (Bairu>t : Da>r al-Ilmiyyah, 1996), 171.
85
Ibid.
86
Ibn Hajar al-Asqalaniy, Fath al-Bary bi Sharh Sahih al-Al-Bukha>riyy, Juz I (Kitab Digital : al-
Maktabah al-Shamilah), 75.


Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
18
10. Al-Haitham bin Khalaf
Beliau adalah al-Haitam bin Khalaf al-Ha>fiz al-Thiqqah Abu>
Muhammad al-Dawriy yang wafat pada tahun 307 hijriyah.
Dalam beberapa kitab al-jarh} wa al-tadi>l tidak ditemukan riwayat
lengkap tentang Haitham bin Khalaf. Beliau hanya disebut sebagai periwayat
dan hanya menceritakan muhaddith yang lain. Dalam kitab Tahdhi>b al-Kama>l
fi>Asma> al-Rija>l beliau hanya disebut sebagai periwayat hadis namun tidak
dijelaskan tentang biografinya, karena kitab ini hanya mencantumkan rija>l al-
Hadi>th dari al-Kutub al-Sittah, sementara al-Haitha>m bin Khalaf itu sendiri
merupakan periwayat hadis dalam kitab al-Mustadrak ala>al-Sah}i>h}ayn.

11. Abu>Abd Alla>h Muhammad bin Y aqu>b
Beliau adalah Abu>Abd Alla>h Muhammad bin Y aku>b bin Y u>su>f al-
Shaibany al-Ha>fiz}. Beliau dilahirkan pada tahun 250 hijriyah dan wafat pada
tahun 346 hijriyah. Beliau adalah ahli hadis di kota Naysabu>r, beliau terkenal
fa>d}il (utama), kuat hafalannya dan pemahamannya.
87

12. Abu>Ali>al-Ha>fiz}
Nama lengkapnya adalah al-H{asan bin Shuja bin Raja> al-Bulkhiy.
Beliau adalah salah satu imam dan penghafal hadis, beliau telah melakukan
rih}lah ke tiga negeri, yaitu Sha>m, Irak, dan Mesir. Al-Ha>kim Abu>Abd Alla>h
dalam buku al-Ta>ri>kh, menuturkan bahwa Abu>Ali>al-Ha>fiz}wafat sebelum
usia lima puluh (50) . Pada kesempatan lain, al-Ha>kim menegaskan bahwa
beliau wafat pada hari Senin, separuh bulan Shawwa>l, tahun 314 hijriyah,
dalam usia empat puluh sembilan (49) tahun.
88

Beliau meriwayatkan hadis dari Ish}a>k bin Ra>hawayh, Isma>i>l bin Khali>l
al-Khazza>z, Khali>fah bin Khayyat, Sai>d bin al-Hakam bin Abi>Maryam, Abi>
S{a>lih Ka>tib al-Lais bin Saad, Abu>Mushir Abd al-Ala>bin Mushir, Ubayd
Alla>h bin Mu>sa>, Ali>bin al-Madi>niy, Abi>Nuai>m al-Fad}l bin Dukain,
Muhammad bin al-S{alt}al-Asdiy, Makki>bin Ibra>him al-Bulkhiy, Abi>al-Wali>d
bin Hisha>m bin Abd al-Ma>lik al-T{aya>lisiy, Y ahya>bin S{a>lih al-Wuhadhiy, dan
Y ahya>bin Yahya>al-Tami>miy al-Nisabu>riy.
Di antara yang meriwayatkan hadis dari al-H{asan bin Raja al-Bulkhiy
adalah Ahmad bin Hamdun al-Nujjar, Ahmad bin Ali>bin Muslim al-Abba>r,
Abu>Zurah Ubayd Alla>h bin Abd al-Kari>m al-Ra>ziy, Muhammad bin Isha>k
al-Thaqafiy al-Sarraj, Muhammad bin Isma>i>l al-Bukha>riy di selain kitab al-
Jami-nya.
Abu>Raja> Qutaybah bin Sai>d menyebutkan bahwa nama beliau masuk
dalam jajaran empat pemuda Khurasan masyhur. Mereka adalah Muhammad
bin Isma>i>l (al-Bukha>riy), Abd Alla>h bin Abd al-Rahma>n, Zakariya>bin
Y ahya>al-Luluay, dan al-H{asan bin Shuja al-Bulkhiy. Ima>m Ahmad bin
Hanbal memuji bahwa nama terakhir adalah tokoh yang paling banyak
menghimpun hadis dalam berbagai bab. Pujian yang mirip dilontarkan
Muhammad bin Aqi>l dan Abu>Ha>tim bin Hibba>n.

87
Mawsuah Aqwa>l al-Ima>m Ahmad fi Jarh}wa Tadi>l, Jilid I (Kitab Digital : al-Maktabah al-
Shamilah), 365.
88
Abi>Muha>sin Shamsu al-Di>n Muhammad bin Ali>al-Husayni>, Thadhi>b al-Kama>l fi>asma> al-Rija>l,
Jyz IV (Bairur : Dar al-Fikr, 1993), 345-347.


Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
19

D. Sharh}al-Hadith Lan Yufliha Qawmun
Pendapat para sha>rikh al-Hadi>th (penjabar hadis) yang peneliti temukan
terdapat dalam beberapa kitab sharh}al-Hadi>th:
1. Fath}al-Ba>ri>li Ibn Hajar al-Asqala>niy
a) Juz 20
89

b) Juz 8
90

2. Umdah al-Qa>ri>Sharh S{ah}i>h}al-Bukha>riy al-Musamma>bi al-Ainiy ala al-
Bukha>riy >
a) Juz 18
91

b) Juz 24
92

3. Tukhfah al-Ahwadhi>Sharh}Sunan al-Turmudhiy
a) Juz 6
93

b) Fayd}al-Qadi>r Sharh al-Ja>mi al-S{aghi>r
94

4. Sharh}Sunan al-Nasa>iy wa Hashiyyah al-Sindi>
95

BAB IV
ANALIS SANAD, MATN & KEHUJJAHAN,
TEKS & KONTEKS HADIS-HADIS
KEPEMIMPINAN PUBLIK PEREMPUAN

A. ............................................................................................................. K
ualitas Hadis-hadis Kepemimpinan Publik Perempuan
1. Aspek Sanad
a. Hadis riwayat Al-Bukha>riy dari jalur Abi>Bakrah.
` ` ` , ` ` ` `
` ` `` ` `` ` , ' ` `
` ```` ` .'

` ` ` ` ` `` ` ` `` `




89
Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari li Ibn Hajar al-Asqalani, Juz XX (t.t. : al-Maktabah al-
Salafiyah, t.t.), 107.
90
Ibid, Juz XII, 247.
91
Badr al-Din Abi Muhammad Mahmud bin Ahmad al-Aini, Umdah al-Qa>ri Sharh S{ah}i>h}al-
Bukhari>, Juz XVIII (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2001), 59.
92
Ibid, 303.
93
Abi>al-Ali>Muhammad Abd al-Rahma>n bin Abd al-Rahi>m al-Muba>rakfu>ri>, Muqaddimah
Tukhfah al-Ahwadhi>Sharh Ja>mi al-Turmudhi>, Juz VI (t.t.: Da>r al-Fikr, t.t.), 541-542.
94
Muhammad Abd al-Rau>f al-Muna>wi>, Fayd}al-Qadi>r Sharh al-Ja>mi al-S{ aghi>r min Aha>di>th al-
Bashi>r al-Nadhi>r, Juz V (Bairu>t: Da>r al-Kutub al-Ilmiyyah, 1994), 303.
95
Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i>, Sunan al-Nasa>iy bi Sharh al-H{a>fiz|}Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i>wa Hashiyyah al-
Sindi>, Juz IX (Bairu>t: Dar al-Marifah, t.t.), 618.


Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
20







b. Hadis riwayat al-Turmudhiy, sebagai berikut:

` ` ` `` `` , ` ` `` ` ``` ` ` `
` ` ``` ` `` ` `
`` , ` ``` ` `` , `` ` ` ` ``
` ``` ` , ` `` ` ` , `` ` ``
` , `` ` ` ` `` .

` ` ` ` ` `` ` ``` `












c. Hadis riwayat Ima>m al-Nasa>iy disebutkan satu kali, yaitu hadis nomor
5394
96
sebagai berikut:

96
Ahmad bin Shuayb bin A<li>bin Sinan al-Nasa>iy, Sunan al-Nasa>iy al-Musamma>bi al-Mujtaba>,
Jilid IV, Kitab Adab al-Qud}ah, Bab al-Nahy an Istimal al-Nisa> fi al-Hukm (Beiru>t : Da>r al-Fikr,
1995), 241.


Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
21

` ``` `` `` ` ` `` ` ``
` ` ``` ` `` ` `
` ``` ` `` , ` ` `` ` ``` ` .


` ` ` ` ` `` ` ``` `











Untuk mengetahui ada atau tidaknya sha>hid maupun muta>bi, perlu
dilakukan langkah berikutnya, yaitu dengan memperbandingkan jalur
periwayatan dari tiga periwayat hadis di atas sebagai berikut:

`` ` ` ` `` ` ``` `


, . 51 ..



, . 110 .





, . 142 .

, . 147 .




, . 187 .



, . 252 .

, . 220 .



Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
22

, . 303 .

, . 279 .

, . 256 .

Dalam melihat skema di atas, penulis menempatkan sanad hadis riwayat
al-Bukha>riy sebagai sudut pandang dalam menilai ada atau tidak adanya
sha>hid maupun muta>bi. Melihat skema di atas, dapat dianalisis bahwa tidak
ada periwayat yang berstatus sebagai sha>hid dalam periwayatan hadis ini,
karena ternyata hadis ini hanya bertumpu pada satu orang sahabat Nabi
Muhammad Saw, yaitu Abi>Bakrah sebagai satu-satnya orang yang
meriwayatkan hadis lan yufliha qawmun ini. Sementara periwayat yang
berstatus sebagai muta>bi dapat ditemukan. Dalam struktur sanad hadis
riwayat al-Bukha>riy melalui jalur Uthma>n bin al-Haitham, ditemukan muta>bi
pada Auf, yaitu Humayd al-T{awi>l, at au dengan kata lain, Humayd al-T{awil
berstatus sebagai muta>bi dari Auf. Begitu juga Kha>lid bin al-Ha>rith dalam
sanad hadis riwayat al-Turmudhiy berstatus sebagai muta>bi dari Uthma>n bin
al-Haitham, begitu juga dengan Muhammad bin al-Muthanna>dalam sanad
hadis riwayat al-Nasa>iy berstatus sebagai mutabi> dari Uthma>n bin al-
Haitham.

2. Aspek Matn
Melihat matn hadis di atas ditemukan beberapa perbedaan redaksional
dalam penyampaiannya, khususnya yang menyangkut komentar Abi>Bakrah.
Perbedaan yang jelas terlihat adalah antara redaksi yang diriwayatkan oleh al-
Bukha>riy dan redaksi yang diriwayatkan oleh dua imam yang lainnya (al-
Turmudhiy dan al-Nasa>iy.), namun perbedaan redaksional itu hanya
menyangkut konteks kelahiran hadis itu.
Sementara menyangkut substansi hadis lan yufliha qawmun ini
tidak ditemukan perbedaan redaksional dari matn hadis yang diriwayatkan
oleh tiga orang mukharrij di atas. Baik melalui jalur Auf yang kemudian
ditakhrij oleh al-Bukha>riy maupun melalui jalur Humayd yang kemudian di
takhrij oleh al-Turmudhiy dan al-Nasa>iy. semuanya menggunakan satu
redaksi yang sama, yaitu lan yufliha qawmun wallaw amrahum imraatan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa matn hadis yang berupa sabda
Rasulullah Saw ini diriwayatkan secara lafz}iyyah (riwa>yah bi al-lafz}i)
sehingga dari Abi>Bakrah sampai kepada para mukharrij (al-Bukha>riy, al-
Turmudhiy, dan al-Nasa>iy.) menggunakan satu redaksi yang sama. Berbeda
dengan redaksi yang menjadi pengantar hadis ini disampaikan.
Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan adalanya
idra>j (unsur susupan), maqlu>b (perpindahan kata) maupun ziya>dah
(penambahan) pada redaksi utama sabda Nabi Muhammad Saw., karena qawl
al-Nabiy tersebut diriwayatkan berdasarkan lafaz}, sehingga redaksinya dalam
al-Kutub al-Sittah tetap konstan, tidak berubah sedikitpun.

B............................................................................................................... K
ehujjahan Hadis-hadis Kepemimpinan Publik Perempuan
Perbandingan sanad pada tiga jalur periwayat hadis di atas,
menunjukkan bahwa sanad hadis riwayat al-Turmudhiy menempati peringkat


Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
23
lebih kuat dibandingkan dengan sanad hadis yang diriwayatkan oleh al-
Bukha>riy dan al-Nasa>iy. Jadi, hadis lan yufliha qawmun dikatakan
sanad-nya muttas}il dan diriwayatkan oleh para periwayat yang a>dil dan
d}a>bit}.
Dilihat dari aspek matn, hadis lan yufliha qawmun ini dapat
dikatakan tidak memiliki illat, di dalamnya tidak terdapat idra>j (unsur
susupan), maqlu>b (perpindahan kata) maupun ziya>dah (penambahan) pada
redaksi utama sabda Nabi Muhammad Saw.
Dengan demikian, hadis ini dapat diterima sebagai hujjah berdasarkan
ketersambungan sanad, kualitas periwayat yang a>dil dan d}abit}, serta
konsistensi teks yang konstan, tidak berubah, tidak ada perbedaan dari tiga
orang mukharrij di atas.
C............................................................................................................... P
emahaman terhadap Hadis (Fiqh al-Hadi>th)
Hadis-hadis yang membicarakan kepemimpinan perempuan dalam ruang
publik secara eksplisit di dalam al-Kutub al-Sittah ternyata hanya hadis dari Abi>
Bakrah yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukha>riy, Imam al-Turmudhiy, dan
Imam al-Nasa>iy.
Di dalam redaksi yang disampaikan oleh Abi>Bakrah tersebut terkandung
beberapa hal, yaitu: ekspresi pendirian Abi>Bakrah bahwa ia tidak mendukung
kepemimpinan perempuan, informasi konteks hadis berkaitan dengan peristiwa
seorang perempuan telah diangkat menjadi pengganti raja Persia yang bernama
Kisra> sebagaimana dijelaskan dalam sabab al-wurud hadis tesebut, serta
pernyataan Nabi Saw. Lan yufliha qawmun wallau amrahum imraatan dapat
dipandang sebagai kontektualisasi wahyu dalam kehidupan Nabi Muhammad
Saw dan hingga saat ini ternyata masih terus menghadirkan perdebatan di antara
para pakar.
Setidaknya ada beberapa hal yang menimbulkan terjadinya perdebatan
pemahaman hadis ini secara kontekstual. Perdebatan kepemimpinan Islam
sepeninggal Nabi Muhammad Saw. Pada fase selanjutnya muncul ide
kepemimpinan dengan kosa kata Ima>m, Sult}a>n, Ma>lik atau Mulk. Setelah
kekuasaan Islam meluas, timbul lagi istilah khali>fah yang disandangnya itu
memiliki peran ganda, yaitu kekuasaan spiritual keagamaan Islam dan kekuasaan
politik murni seperti pada kerajaan. Oleh karena itu kekuasaan politik khalifah
dicitrakan dengan sult}a>n, sementara kekuasaan spiritual keagamaan masih
dengan istilah khali>fah.
Redaksi hadis lan yufliha qawmun wallaw amrahum imraatan, secara
tekstual memberikan indikasi bahwa perempuan tidak berhak menjadi pemimpin
publik, termasuk hakim dan jabatan negara lainnya, apalagi kepala negara, baik
presiden, perdana menteri, khali>fah, ima>m, sult}a>n dan jabatan lain yang
setingkat.
Demikianlah menurut ulama hadi>th mutaqaddimi>n, seperti al-Khat}t}a>biy
97

dan al-Shawka>niy bahwa perempuan tidak termasuk ahli dalam hal
kepemimpinan (leadership).
98
Dalam redaksi hadis tersebut juga dipakai kata

97
Ibn Hajar al-Asqalaniy, Fath}al-Ba>ry>fi>Sharh}al-Bukha>ry>, Jil. XIII (t.t. : al-Maktabah al-Salafiyah,
t.t.), 8796.
98
Muhammad Ibn Ali>Ibn Muhammad al-Shawka>niy, Nayl al-Aut}a>r, Jilid VII (Mis}r : Mus}t}afa>Ba>bi
al-HalAbi>, t.t.), 298.


Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
24
wallaw yang berarti menyerahkan, mallaku yang bermakna mengangkat
menjadi raja/ratu dan istakhlafu yang berarti mengangkat menjadi khali>fah.
Ketiga istilah tersebut memiliki maksud yang sama, yaitu menyerahkan secara
total dan menjadikan raja yang memiliki wewenang secara mutlak atau
menjadikan seorang perempuan sebagai pemimpin yang memiliki kekuasaan
penuh (otoritas tunggal) dalam menentukan kebijakan. Di samping itu redaksi
hadis tersebut menggunakan lafal lan yuflih}a yang berarti tidak akan bahagia
atau tidak akan sukses.
Dilihat dari sabab al-wurud-nya, hadis tersebut disampaikan oleh Nabi
Muhammad Saw. ketika beliau mendengar laporan suksesi kepemimpinan
perempuan di negri Persia pada tahun 9 hijriyah. Menurut tradisi yang berlaku di
Persia sebelum itu, yang diangkat sebagai kepala negara adalah seorang laki-laki.
Sedangkan pada tahun 9 hijriyah yang terjadi justru menyalahi tradisi, yakni
mengangkat seorang perempuan sebagai kepala negara.
Pada waktu itu derajat kaum perempuan di mata masyarakat masih
dipandang minor. Perempuan tidak dipercaya untuk mengurus masalah publik,
lebih-lebih masalah kenegaraan. Dalam kondisi sosio-historis semacam inilah
Nabi Muhammad Saw sebagai orang yang memiliki kearifan menyatakan bahwa
bangsa yang menyerahkan kepemimpinannya kepada perempuan tidak akan
sukses (bahagia) karena bagaimana mungkin akan sukses jika pemimpinnya saja
adalah orang yang tidak dihargai oleh masyarakatnya.
Oleh sebab itu, jika kondisi historis-sosiologis masyarakat berubah, di
mana perempuan telah memiliki kemampuan memimpin yang baik sebanding
dengan laki-laki atau mungkin lebih baik daparipada laki-laki pada umumnya dan
masyarakat pun telah menghargai perempuan dan mendudukkannya pada derajat
yang sama dengan laki-laki sebagai hamba Allah sehingga keberadaannya dapat
diterima sebagai pemimpin, maka sah-sah saja perempuan menjadi pemimpin
publik, baik di bidang pendidikan, kesehatan, kehakiman, bisnis maupun politik
hingga kepala negara atau pemerintahan. Pandangan yang melarang perempuan
menjadi pemimpin publikhanya karena melihat aspek keperempuannya
bukan karena kemampuannya, dalam wacana feminisme jelas mencerminkan
pandangan yang sangat bias patriakhi dan karenanya perlu direkonstruksi bahkan
didekontstruksi.

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Di dalam al-Kutub al-Sittah tidak ditemukan hadis-hadis yang menjelaskan
tentang kepemimpinan publik perempuan kecuali lan yufliha qawmun wallaw
amruhum imraatan. Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukha>riy, al-Turmudhiy
dan al-Nasa>iy. Kualitas sanad ini dinilai muttas{il, walaupun di dalam di
dalam riwayat al-Bukha>riy dan al-Nasa>iy ditemukan tadli>s al-shuyukh dan
tadli>s al-isqat}, sementara dalam riwayat al-Turmudhiy ditemukan tadli>s
shuyukh. Hadis ini diriwayatkan oleh para periwayat yang adil, namun ada
periwayat yang dinilai kurang da>bit} yaitu Uthma>n bin al-Haitham,
Muhammad bin al-Muthanna>, Kha>lid bin al-Ha>rith, H{umayd al-T{awi>l.
Sedangkan dari aspek matan, hadis ini terbebas dari shadh dan illat berupa
ziya>dah, idra>j, maupun unsur maqlu>b.


Ringkasan Disertasi PPs IAIN Sunan Ampel
25
2. Hadis "lan yufliha qawmun" ini dinilai s}ah}i>h}lighairih karena terdapat
tadlis dan sebagian periwayat yang dinilai kurang da>bit. Hadis ini tidak dapat
dijadikan hujjah bagi pelarangan perempuan menjadi pemimpin dalam ruang
publik secara umum melainkan sesuai konteks yang dijelaskan di dalam asba>b
al-wuru>d. Artinya, pelarangan perempuan menjadi pemimpin berlaku dalam
konteks pemerintahan yang menganut sistem kerajaan yang sentralistik sesuai
asba>b al-wuru>d hadis.
3. Pemahaman adanya larangan perempuan menjadi pemimpin publik
sebagaimana tertera dalam makna tersurat hadis ini bersifat spesifik untuk
kasus-kasus seperti kasus bangsa Persia yang pada saat itu sistem
kepemimpinannya bersifat sentralistik, tiranik dan otokratik. Eksistensi hadis
lebih relevan dijadikan hujjah bagi pelarangan sebuah negara menerapkan
sistem pemerintahan yang tiranik, sentralistik, otokratik serta mengabaikan
musyawarah dan demokrasi. Artinya, dalam negara yang menganut sistem
pemerintahan demokratis, perempuan boleh-boleh saja menjadi pemimpin
publik.
B. Implikasi Teoritik
Penelitian ini menunjukkan bahwa di dalam al-Kutub al-Sittah tidak
terdapat hadis-hadis yang menjelaskan persoalan kepemimpinan perempuan
dalam ruang publik secara spesifik selain hadis Lan yufliha qawmun wallaw
amrahum imraatan yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukha>riy, al-Turmudhiy
dan al-Nasa>iy.
Secara umum, hadis-hadis Nabi, termasuk yang terdapat di dalam al-Kutub
al-Sittah, memiliki kedudukan sebagai muakkid aturan yang dijelaskan al-
Qura>n, mubayyin aturan yang dijelaskan secara ijma>l, umum, atau mut}laq di
dalam al-Qura>n, dan penetap (muthbit) aturan yang tidak dijelaskan oleh al-
Qura>n. Petunjuk al-Qura>n tentang kepemimpinan perempuan dalam ruang publik
setidaknya memberikan dua macam pemahaman, pertama yang menilai tidak
adanya larangan di dalam al-Qura>n bagi perempuan untuk menjadi pemimpin
publik, dan kedua yang memahami adanya larangan bagi perempuan untuk
menjadi pemimpin di ruang publik.
Berdasarkan simpulan penelitian ini, hadis Lan yufliha qawmun wallaw
amrahum imraatan memiliki kedudukan sebagai penguat (muakkid) larangan-
larangan yang difahami dari ayat-ayat al-Qura>n bagi pendapat yang tidak
mendukung kepemimpinan publik perempuan. Sedangkan bagi pendapat yang
memahami tidak adanya larangan bagi perempuan di dalam al-Qura>n untuk
menjadi pemimpin publik, hadis ini merupakan dalil yang menetapkan adanya
larangan, sekalipun dalam konteks yang dijelaskan di dalam sabab al-wuru>d hadis
tersebut.
Dengan kata lain, implikasi teoritik dari temuan penelitian bahwa hadis
Lan yufliha qawmun wallaw amrahum imraatan merupakan hadis yang
maqbu>l dan s}ah}i>h} li ghairihi ialah menetapkan adanya dalil otentik yang
menjelaskan kepemimpinan perempuan dalam ruang publik di dalam al-Kutub al-
Sittah. Pemahaman ada tidaknya larangan, serta bagaimana kualitas larangan ini
jika ada, apakah dinilai sebagai larangan tegas yang berarti haram, atau larangan
tidak tegas yang berarti makruh, merupakan kajian lebih lanjut perspektif ilmu
fiqh dan us}ul fiqh.

Anda mungkin juga menyukai