Anda di halaman 1dari 9

1

SEJARAH WAKAF DALAM ISLAM (Oleh : Muhammad. Khuzaini) A. PENDAHULUAN

Wakaf merupakan salah satu tuntunan ajaran Islam yang menyangkut kehidupan bermasyarakat dalam rangka ibadah ijtimaiyah (ibadah sosial). Karena wakaf adalah ibadah, maka tujuan utamanya adalah pengabdian kepada Allah SWT dan ikhlas karena mencari ridho-Nya.1 Salah satu ibadah yang ketentuannya belum dijelaskan secara tegas oleh Al-Quran. Sehingga para ulama harus mengeluarkan hukum (istinbath) dari nash yang ada, baik Al-Quran maupun Al-Hadits. Asumsi para ulama tentang dasar hukum pelaksanaan wakaf sampai dengan sekarang adalah surat Ali Imron ayat 922. Wakaf sebagai institusi keagamaan, di samping berfungsi sosial juga merupakan suatu pernyataan dari perasaan iman yang mantap dan rasa solidaritas yang tinggi terhadap sesama manusia. Oleh karenannya, wakaf merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan dan memelihara hablun min Allah wa hablum min annas. Dalam fungsinya sebagai ibadah, wakaf diharapkan menjadi bekal bagi kehidupan si wakif (orang yang berwakaf) di hari kemudian. Wakaf merupakan suatu amalan yang pahalanya akan terus mengalir selama harta wakaf tersebut dimanfaatkan untuk tujuan yang baik. 3
Makalah dipresentasikan pada seminar kelas semester III mata kuliah hukum perwakafan. Penulis merupakan salah satu mahasiswa semester III Sekolah Tinggi Islam Attahdzib Rejoagung Ngoro Jombang. 1 Abdul Ghafur Anshori, Hukum dan Praktek Perwakafan di Indonesia, (Yogyakarta : Pilar Media, 2005), hlm. 1. 2 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung : Diponegoro, 2000), hlm 49.


Artinya : Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai, dan apa saja yang kamu nafkahkan. Maka sesungguhnya Allah mengetahui. (Q.S. Ali Imron : 92)
3

Imam Muslim, Shahih Muslim, Jilid 2, (Beirut : Darul Kutub Al-Imiyah, tt.), hlm. 3.

Dan dalam fungsi sosial, wakaf merupakan aset yang sangat bernilai dalam pembangunan. Di samping merupakan usaha pembentukan watak dan kepribadian seorang muslim untuk rela melepaskan sebagian hartanya untuk kepentingan orang lain, juga merupakan investasi pembangunan yang bernilai tinggi, tanpa memperhitungkan jangka waktu dan keuntungan materi bagi yang mewakafkan.4 Peranannya dalam pemerataan kesejahteraan di kalangan umat dan penanggulangan kemiskinan adalah termasuk di antara sekian sasaran wakaf dalam ajaran Islam dan tidak terkecuali mewakafkan hartanya kepada kerabat yang sedang membutuhkan pertolongan. Dari apa yang dikemukakan di atas, dapatlah kita peroleh gambaran betapa pentingnya kedudukan wakaf dalam masyarakat Islam. Selanjutnya, gambaran tentang hal tersebut beserta penerapan-penerapan yang telah terjadi di dalam Islam selama ini tidaklah lepas dari bagaimana proses atau awal mula disyariatkannya wakaf dalam Islam. Tentu saja hal ini sangat erat kaitannya dengan sejarah awal mula wakaf dalam Islam. Sebagai dasar dan bahan acuan sebuah tindak lanjut, sejarah merupakan suatu hal yang tidak boleh ditinggalkan, sehingga sejarah mempunyai kedudukan yang urgen atau penting untuk diketahui terutama oleh para pakar hukum ketika akan memutuskan dan menerapkan suatu permasalahan hukum. Berdasarkan uraian singkat di atas, penulis sengaja akan membahas bagaimana sejarah awal disyariatkannya wakaf dalam Islam, mengingat betapa pentingnya pengetahuan tentang hal tersebut seperti yang disebutkan di atas. Selain sebagai bahan acuan untuk mengetahui dan menerapkan wakaf
Artinya : Dari Abu Hurairah r.a., : Sesungguhnya Rasulullah SAW., bersabda : apabila manusia telah meninggal dunia, maka amalnya akan terputus (pahalany) kecuali tiga hal : shadaqah jariah, ilmu yang dapat diambil manfaatnya dan anak shaleh yang mendoakan orang tuanya. (H.R. Muslim). Yang dimaksud dengan shadaqatun jariyah dalam hadits tersebut adalah wakaf. Maka, dengan wakaf, si wakif akan selalu mendapatkan kiriman pertolongan di saat tak seorang pun yang dapat memberikan pertolongan. Begitu tinggi nilai ubudiyah praktik wakaf, sehingga seperti yang diceritakan oleh Jabir bin Abdullah, tidak seorang pun di antara para sahabat Rasulullah SAW yang mempunyai harta yang banyak tidak mewakafkan sebagian hartanya. 4 Satria Effendi, et al., Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Analisis Yurisprudensi dengan Pendekatan Ushuliyah, (Jakarta : Prenada Media, 2004), hlm. 410.

lebih lanjut, penulisan ini bertujuan untuk menambah wacana ilmu pengetahuan bagi mahasiswa khususnya tentang wakaf dalam Islam. Dalam membahas masalah ini, penulis membaginya dalam beberapa sub bab, yaitu, 1). Pendahuluan, 2). Pembahasan (Pengertian dan Sejarah Wakaf), 3). kesimpulan dengan mengambil beberapa keterangan dari beberapa referensi dan literature yang berhubungan dan membahas masalah wakaf, kemudian menganalisa dan menyimpulkannya dalm suatu pernyataan yang general/umum. B. PENGERTIAN DAN SEJARAH WAKAF Wakaf berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata ,,

terambil

dan

, secara harfiah

berarti berhenti atau berdiri. dengan

juga lazim diartikan

diambil dari kata

, ,

yang berarti menahan.5 Sedangkan menurut syara waqaf adalah menahan harta yang mungkin bisa dimanfaatkan hasilnya dengan tetap mempertahankan atau mengabadikan hartanya itu sendiri.6 Sejalan dengan Kahlani, Sayyid Sabiq juga memberikan definisinya tentang wakaf yaitu, menahan harta dasar dan menyalurkan berbagai manfaatnya di jalan Allah.7 Imam Taqiudin Abi Bakr lebih menekankan tujunnya, yaitu menghentikan atau menahan harta yang bisa dimanfaatkan

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, cet. ke-8, 1990)

hal.505 Muhammad bin Ismail al-Kahlani, Subul as-salam Syarh Bulubh al-maram min Adilah alAhkam, juz 3, (Semarang : Toha Putra), hal.87 7 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, juz 14, (Beirut : Dar al-Fikr, tt), hal 515
6

tanpa mengurangi nilai harta itu untuk mendekatkan diri kepada Allah.8 Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam dijelaskan tentang pengertian wakaf yaitu, perbuatan hukum seseorang atau sekelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajara Islam.9 Kemudian pengertian tersebut lebih dirinci oleh Undangundang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2004, dijelaskan bahwa : Wakaf adalah Perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut syariah.10 Dari beberapa pengertian wakaf di atas, dapat ditarik cakupan wakaf, meliputi : 1. Harta benda milik seseorang atau sekelompok orang, 2. Harta benda tersebut bersifat kekal zatnya, tidak habis bila dipakai, 3. Harta tersebut dilepas kepemilikannya oleh pemiliknya, 4. Harta tersebut tidak dapat dihibahkan, diwariskan atau diperjual belikan, dan 5. Manfaat dari harta benda tersebut untuk kepentingan umum sesuai dengan ajaran Islam.11
8

Moh. RifaI, dkk, terjemah Khulasah Kifayah al-Akhyar, (Semarang : Toha Putra, 1978), hlm. 232 9 Saekan dan Erniati Effendi, Sejarah Penyususnan Kompilasi Hukum Islam, (Surabaya:: Arkola, 1997), hal 139 10 Tim Redaksi Fokus Media, Himpunan Peraturan Perudang-Undangan, (Bandung : Fokus Media, 2005), hal. 94

Pelaksanaan wakaf tidak dikenal pada masa-masa jahiliyah, oleh karenanya maka wakaf merupakan ibadah maliyah yang benar-benar orisinil dari Islam atas pengisbatan (penggalian) hukum yang dilakukan oleh Rasulullah SAW sendiri. Islam.13 Akan tetapi ada pendapat lain yang menyatakan bahwa wakaf dalam buku sejarah Mesir kuno, telah dikenal wakaf dalam artian wakaf kepada keluarga. Misalnya, akad hibah dari seseorang kepada untuk karena anaknya digunakan ada mereka yang bagi yang tertua, dan memerintahkannya pendapat tersebut kepentingan menyangkal bahwa
12

Bahkan menurut catatan para ahli sejarah hukum

Islam, wakaf tidak terkenal pada masa Arab Jahiliyah pra

saudara-saudaranya.14

Walaupun

berpendapat

praktek tersebut bukanlah wakaf akan tetapi Cuma hibah biasa, dengan alasan bahwa pemberian seperti itu adalah kepemilikan yang dibatasi. Sedangkan dalam wakaf hakikatnya bukanlah pada kepemilikannya akan tetapi pada pemanfaatannya. Orang-orang dari golongan Anshor berpendapat bahwa pada awal-awal Islam pelaksanaan wakaf pertama kali dilaksanakan oleh Rasulullah SAW. Hal tersebut didasarkan pada sebuah riwayat dari al-Hushain bin Abdurahman bin Saad bin Muadz, yang menyatakan bahwa wakaf pertamakali adalah wakaf Rasulullah SAW.15
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, cet.3, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1998, hal 491 12 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, ed. Revisi 2, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005) hal. 146 13 Muhammad bin Ismail al-Kahlani, Subulus ., hal.87. 14 Ahmad Rofiq, Hukum Islam ., hal. 480 15 Saefudin Zuhri, 81 Keputusan Rasulullah SAW, terjemah dari Aqdiyatur Rasulullah SAW, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2000), hal. 181
11

Sedangkan menurut orang-orang Muhajirin mengatakan bahwa wakaf pertama kali adalah wakaf Umar Bin Khattab, hal ini didasarkan kepada hadits yang diriwayatkan oleh ibnu Umar tentang disyariatkannya wakaf.16 Senafas dengan Hadits di atas, gerakan wakaf sejak dicanangkan pemberlakuannya oleh Nabi Muhammad SAW lebih dari empat belas abad yang lampau, kemudian diikuti oleh para khalifah yang menggantikan dan sahabat-sahabat yang lainnya seperti Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Umar, Aisyah r.a., Zubair bin al-Awwam dan lain-lainnya secara terus menerus sampai sekarang.17 Menurut Sayyid Syabiq, wakaf terdiri dari dua macam yaitu wakaf ahli (dzurri) dan wakaf khairi (kebajikan).18 Wakaf ahli adalah wakaf yang diperuntukkan bagi kaum kerabat, anak dan cucunya.19 Baik wakaf ahli maupun wakaf khairi berkembang
Demikian terjemahan hadits tersebut :Dari Ibnu Umar ra. berkata : Umar telah menguasai tanah di Khaibar, kemudian ia datang kepada Nabi SAW. Guna meminta intruksi sehubungan dengan tanah tersebut. Ia berkata: Ya Rasulullah, aku telah memperoleh sebidang tanah di Khaibar, yang aku tidak menyenanginya seperti padanya, apa yang engkau perintahkan kepada-ku dengannya? Beliau bersabda:Jika kamu menginginkannya tahanlah asalnya, dan shadaqahkan hasilnya. Maka bershaqahlah Umar, tanah tersebut tidak bisa dijual, dihibahkan dan diwariskan. Ia menshadaqahkannya kepada orang-orang fakir, budak-budak, pejuang dijalan Allah, Ibnu Sabil, dan tamu-tamu. Tidak berdosa orang yang mengelolanya, memakan dari hasil tanah tersebut dengan cara yang maruf dan memakannya tanpa maksud memperkaya diri. Lihat
Imam Abi Muslim Ibnu al-Hajj, Shahih Muslim, Jilid III, (Beirut: Daar al-Ihya al-Thirosul Araby, tt), hlm, 1255. Syariat wakaf yang telah dilakukan Umar tersebut, diikuti Abu Thalhah dengan
16

mewakafkan kebun kesayangannya Baihara. Selanjutnya para sahabat Nabi SAW, seperti Abu Bakar mewakafkan sebidang tanah di Mekkah yang diperuntukkan kepada anak keturunannya, sahabat Utsman bin Affan yang menyedehkanhkan harta di Khaibar, dan tak ketinggalan para lainnya juga melaksanakan ibadah wakaf. Kenyataan tersebut membuktikan, kalau wakaf telah mengakar dan menjadi tradisi umat Islam. 17 Ali Ahmad al-Jarjawi, Hikmah at-Tasyri wa Falsafatuhu, juz I, (al-Qahirah- Mishr, tp, tt,) hal.201-202 18 Sayyid syabiq, Fiqhus ., hal 154 19 Hal ini sesuai dengan Hadits Nabi yang berbunyi :


Artinya : Dari Zainab istrinya Abdillah bin Masud, Jabir dan Abi Hurairoh berkata sesungguhnya Nabi SAW, bersabda : sodakoh atas orang miskin adalah shodakoh. Dan shodakoh yang disertai kasih saying memiliki dua tujuan yaitu shodakoh dan

dihampir

seluruh

negara

Islam

maupun

negara

yang

mayoritas penduduknya beragama Islam bahkan di negara yang penduduknya minoritas beragama Islam. Akan tetapi untuk praktek wakaf ahli mulai dilarang karena praktek tersebut disalah gunakan, sehingga banyak negara yang melarang praktek wakaf tersebut.20 Pada prinsipnya, wakaf ahli, tidak berbeda dengan wakaf khairi. Keduanya bertujuan untuk membantu pihak-pihak yang memerlukan sebagai realisasi atas perintah Allah SWT kepada manusia untuk membelanjakan pada sebagian hartanya. wakaf ahli Perbedaannya terletak pemanfaatannya,

pemanfaatnnya hanya terbatas pada keluarga. Sedangkan wakaf khairi pemanfaatannya untuk kepentingan umum. Sejumlah negara-negara Islam seperti Qatar, Sudan, Mesir dan lain-lain. bahkan di Indonesia, telah dimulai penggalangan gerakan wakaf dalam bentuk uang tunai disamping gerakan wakaf dalam bentuk tanah dan bangunan dan lain-lain.21Bahkan dalam Undang-undang wakaf nomor 41 tahun 2004 ditetapkan ketentuan mengenai wakaf dengan uang tunai. Di beberapa negara Islam, gerakan wakaf secara patungan juga telah dimulai. Misalnya sebuah lembaga / organisasi Islam membutuhkan tanah untuk membangun madrasah atau rumah sakit dan lain-lain, kemudian panitia mencarikan tanah berikut harga jualnya per-M, kemudian panitia menawarkan kepada masyarakat yang berkeinginan untuk berwakaf dengan turut membeli beberapa meter

persaudaraan. (H.R Tirmidzi)


20 21

Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga , hal 167


Ibid., hal. 149

persegi dari tanah dan atau bangunan tersebut secara gotong-royong.22

C.

KESIMPULAN Dari ulasan bahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Terdapat beberapa tawaran definisi mengenai wakaf, namun semuanya berorientasi pada beberapa hal yang sama, yaitu bahwa cakupan wakaf, meliputi: a. Harta benda milik seseorang atau sekelompok orang, b. Harta benda tersebut bersifat kekal zatnya, tidak habis bila dipakai, c. Harta pemiliknya, d. Harta tersebut tidak dapat dihibahkan, diwariskan atau diperjual belikan, e. Manfaat dari harta benda tersebut untuk kepentingan umum sesuai dengan ajaran Islam 2. Keberadaan wakaf sebagai lembaga yang telah diatur agama Islam, telah dikenal dan sudah mengakar dan menjadi tradisi yang dilaksanakan umat Islam sejak zaman Rosululloh, namun terjadi ikhtilaf mengenai siapa yang pertama kali melakukan wakaf, kaum anshar mengatakan bahwa wakaf pertama adalah wakaf Rosululloh SAW, sedangkan kaum muhajirin berpendapat bahwa wakaf pertama ialah wakafnya Umar Bin Khottob ra. 3. Perkembangan selanjutnya mengatakan bahwa wakaf mengembangkan sayapnya ke berbagai negara Islam dengan beberapa perkembangan jenisnya, ada wakaf ahli (pemanfaatnnya hanya terbatas pada keluarga) yang sempat dilarang karena telah terjadi penyalahgunaan, wakaf khairi (pemanfaatannya untuk tersebut dilepas kepemilikannya oleh

22

Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga , hal 149-150

kepentingan umum), hingga wakaf berupa uang tunai dan wakaf berbentuk patungan. DAFTAR PUSTAKA Abdul Ghafur Anshori, Hukum dan Praktek Perwakafan di Indonesia, Yogyakarta : Pilar Media, 2005. Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung, Diponegoro 2000. Imam Muslim, Shahih Muslim, Jilid 2, Beirut, Darul Kutub Al-Imiyah, tt Satria Effendi, et al., Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Analisis Yurisprudensi dengan Pendekatan Ushuliyah, Jakarta, Prenada Media, 2004. Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta,Hidakarya Agung, cet. ke-8, 1990. Muhammad bin Ismail al-Kahlani, Subul as-salam Syarh Bulubh al-maram min Adilah al-Ahkam, juz 3, Semarang : Toha Putra. Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, juz 14, Beirut : Dar al-Fikr, tt. Moh. RifaI, dkk, terjemah Khulasah Kifayah al-Akhyar,,Semarang, Toha Putra, 1978. Saekan dan Erniati Effendi, Sejarah Penyususnan Kompilasi Hukum Islam, Surabaya, Arkola, 1997. Tim Redaksi Fokus Media, Himpunan Peraturan Perudang-Undangan, ,Bandung, Fokus Media, 2005. Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, cet.3, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1998. Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, ed. Revisi 2, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2005. Saefudin Zuhri, 81 Keputusan Rasulullah SAW, terjemah dari Aqdiyatur Rasulullah SAW, Jakarta : Pustaka Azzam, 2000. Ali Ahmad al-Jarjawi, Hikmah at-Tasyri wa Falsafatuhu, juz I, al-QahirahMishr, tt .

Anda mungkin juga menyukai