Anda di halaman 1dari 10

1

MUQADDIMAH ULU>M AL-QURA>N


Oleh: Badrun Taman
(Materi Kuliah Online-Pertemuan 1)

A. Pengertian Ulu>m al-Qura>n dan Objek Pembahasannya


1. Definisi Epistemologis
Kata Ulu>m al-Qura>n terdiri dari dua kata, yaitu ulu>m, yang berarti
beberapa ilmu dan kata Alquran. Jika digabungkan maka didefinisikan
sebagai beberapa ilmu Alquran atau segala ilmu yang berkaitan langsung
dengan seluk beluk Alquran. Kata ‚ilmu‛ sendiri sebenarnya memiliki
beberapa definisi yang telah ditawarkan oleh para ulama’. Definisi yang
paling banyak dipakai adalah sejumlah hal dan kaidah yang dibatasi
menurut objek tertentu baik dalam hal topic maupun orientasinya, seperti
ilmu tauhid, dan lain-lain.1
Kata al-Qura>n memiliki dua versi perspektif. Versi pertama, kata
al-Qura>n merupakan nama yang dibentuk dari kata lain. Pendapat
pertama dari versi ini mengatakan bahwa ia merupakan mas}dar (kata
kerja yang dibendakan) dari kata kerja Qara’a (membaca), yang
kemudian bersinonim dengan kata qira>ah (bacaan)2. Kata al-Qura>n yang
bermakna qira>ah (bacaan) ini juga diisyaratkan oleh Alquran surat al-
Qiya>mah ayat 17:

ُ‫إِ َّن َعلَْي نَا َجَْ َعوُ َوقُ ْرأَنَو‬


‚Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya".

Juga pada surat al-Isra>’ ayat 78:

‫ إِ َّن قُ ْرأَ َن الْ َف ْج ِر‬،‫س إِ ََل َغ َس ِق الَّْي ِل َوقُ ْرأَ َن الْ َف ْج ِر‬
ِ ‫َّم‬ ِ ِ َّ ‫أَقِ ِم‬
ْ ‫الصالََة ل ُدلُك الش‬
.‫َكا َن َم ْش ُه ْوًدا‬
‚dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap
malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat
subuh itu disaksikan (oleh malaikat)‛.

Yang dimaksud qura>na al-Fajr adalah qira>ah al-Fajr, yang artinya


bacaan di waktu fajar yang menunjukkan waktu salat Subuh. Adapun

1
Muhammad Shafa’ Syaikh Ibrahim Haqi, Ulu>m al-Qura>n Min Khila>l Muqaddima>t al-Tafa>sir,
(Beirut: Muassasah al-Risalah, 2004). 32
2
Ibn Manz}u>r, Lisa>n al-Arab (Beirut)
2

pendapat kedua dari versi ini adalah kata al-Qura>n dibentuk dari kata
kerja qara> (mengumpulkan).
Versi kedua, berpendapat bahwa kata al-Qura>n bukan nama yang
dibentuk dari kata manapun. Kata al-Qura>n adalah nama asli yang
diberikan untuk kitab Allah, Alquran. Ini merupakan pendapat Ibn
Atiyah, Imam al-Syafi’I, dan al-Suyuti.3

2. Definisi Terminologis
Definisi istilahi ulu>m al-Qura>n adalah ilmu yang membahas tentang hal-
hal yang berhubungan langsung dengan Alquran, seperti ilmu
pengumpulan, pengurutan dan kodifikasi Alquran, asba>b al-nuzu>l, ilmu
Makkiyah dan Madaniyah, na>sikh dan mansu>kh, muhkam dan
mutasya>bih, ilmu tafsi>r, i’ja>z Alquran, kisah Alquran, dan lain-lain yang
berhubungan dengan Alquran4.

3. Objek Pembahasan Ulu>m al-Qura>n


Objek pembahasan ulu>m al-Qura>n dapat dipahami dari definisi di atas.
Dari definisi tersebut, diketahui bahwa objek utama kajiannya adalah
Alquran itu sendiri dari berbagai aspeknya. 5 Oleh karenanya, ruang
lingkup ulu>m al-Qura>n sangat luas. Hal ini karena kajian tentang Alquran
dari aspek manapun, termasuk dalam ruang lingkup objek ulu>m al-Qura>n.6
implikasinya, cabang kajian ilmu-ilmu Alquran sangat banyak, seperti
kajian dari aspek kewahyuan, pengumpulan, system dan susunan,
penulisan, sebab dan waktu pewahyuan, mana yang diwahyukan di
Makkah atau Madinah, nasikh dan mansukh, dan lain-lain.7
Ada satu hal yang penting sebagai indikator ilmu pengetahuan
termasuk dalam rumpun ulu>m al-Qura>n, yaitu bahwa Alquran adalah
kitab hidayah dan mukjizat. Alquran diturunkan dari kedua sisi ini.
Pembicaraan dan pembahasan tentang Alquran juga seputar kedua hal
tersebut. Atas dasar keduanya juga Alquran memberikan petunjuk. Setiap
kajian ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan Alquran dari segi ke-
Alquran-annya, atau kehidayahan dan kemukjizatannya, merupakan
bagian dari pada ulu>m al-Qura>n. Adapun ilmu-ilmu kealaman yang melulu
bertalian dengan iptek, seperti matematika, astronomi, dan ilmu sosial,
tidak digolongkan dalam ulu>m al-qura>n, meskipun secara tekstual dan
faktual telah disinggung dalam Alquran8.

3
Muhammad Shafa’ Syaikh Ibrahim Haqi, Ulu>m …, h. 37-38.
4
Musa Ibrahim, Buh{u>s\ Manhajiyyah Fi> ‘Ulu>m al-Qura>n al-Kari>m (Oman: Da>r ‘Amma>r, 1996), h.
11.
5
Muhammad Muhammad Abu Syuhbah, al-Madkhal Li Dira>sah al-Qura>n al-Kari>m (Riya>d: Dar
al-Liwa>’, 1978), h. 25
6
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: Raja Grafinfo Persada, 2014), h. 9
7
Hafidz Abdurrahman, Ulumul Quran Praktis: Pengantar Memahami al-Quran (Bogor: Pustaka
Utama, 2003), h.2.
8
Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran …, h.9
3

B. Tujuan dan Kegunaan Mempelajari Ulu>m al-Qura>n


Alquran merupakan kitab termulia di antara kitab-kitab dan buku-buku di
dunia. Untuk itu, ilmu tentang Alquran merupakan ilmu yang termulia
dibanding ilmu tentang kitab atau buku lainnya. Karena itu, mempelajarinya
hukumnya lebih wajib dibanding yang lain,9 meskipun sifatnya fardlu kifayah
untuk keseluruhan umat Islam dan fardu ain untuk individu tertentu seperti
dosen ulumul Quran, para mufassir, dan juru dakwah Islam.
Ada dua tujuan mempelajari ilmu-ilmu Alquran, yaitu tujuan internal
dan eksternal. Tujuan internal adalah untuk memahami dengan benar Kalam
Allah SWT (Alquran), menurut tuntunan Rasulullah saw, berupa keterangan
dan penjelasan, serta hal-hal yang dikutip dari para sahabat dan tabi’in sekitar
penafsiran mereka terhadap ayat-ayat Alquran, mengenali cara para ahli tafsir
dalam bidang tafsir, persyaratan menafsirkan Alquran dan lain-lain yang
berkaitan dengan ilmu ini. Dalam hal ini, ilmu-ilmu Alquran seperti ulu>m al-
h}adi>s\ yang digunakan untuk mempelajari hadis-hadis nabawi. Selain itu,
ulu>m al-Qura>n juga bisa dijadikan sarana untuk menggali ilmu-ilmu yang ada
dalam Alquran yang tidak pernah mengurang apalagi mengering.
Tujuan eksternal mempelajari ilmu ini yaitu sebagai usaha
membentengi kaum muslim dari propaganda-propaganda pengaburan Alquran
yang dilakukan oleh para kafirin atau yang memusuhi Alquran. Dengan ilmu
ini, umat Islam bisa memahami kitab sucinya dan mempertahankan keaslian
serta keabadiannya.

C. Sekilas Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Ulu>m al-Qura>n


1. Ulu>m al-Qura>n pada masa Rasulullah dan Sahabat
Nabi Muhammad saw merupakan al-Mufassir al-Awwal (mufassir
Alquran yang pertama). Ini adalah otoritas yang dianugerahkan Allah
SWT kepada Nabi Muhammad saw sebagai penerima wahyu Alquran.10
Beberapa ayat Alquran yang mengingatkan status kemufassiran Nabi
Muhammad saw, yaitu:

َ ‫ك َوإِ ْن ََلْ تَ ْف َع ْل فَ َما بَلَّ ْغ‬


،ُ‫ت ِر َسالَتَو‬ َ ِّ‫ك ِم ْن َّرب‬
َ ‫الر ُس ْو ُل بَلِّ ْغ َما أُنْ ِزَل إِلَْي‬
َّ ‫يَأَيُّ َها‬
.‫َّاا إِ َّن ااَ َيَ ْه ِد ْي الْ َ ْوَ الْ َ ِف ِريْ َن‬ِ ‫ك ِم َن الن‬ َ ‫ص ُم‬ ِ ‫واا ي ع‬
َْ ُ َ
Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan
itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

9
Muhammad Muhammad Abu Syuhbah, al-Madkhal …, h. 26
10
Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran …, h. 11
4

ِ ‫ِّي لِلن‬
‫َّاا َما نُِّزَل إِلَْي ِه ْم َولَ َعلَّ ُه ْم‬ ِ ِّ ‫ وأَنْزلْنا إِلَيك‬،‫الزب ِر‬
َ ِّ َ‫الذ ْكَر لتُب‬ َ ْ َ َ َ ُُّ ‫نت َو‬ ِ ِّ‫بِالْب ي‬
َ
.‫يَتَ َف َّ ُرْو َن‬
Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami
turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya
mereka memikirkan.

Pada masa ini, istilah ulu>m al-Qura>n sebagai ilmu tentang seluk-
beluk Alquran belum dikenal oleh para sahabat. Mereka memahami dan
merasakan makna-makna Alquran dengan bahasa arab yang telah melekat
pada diri mereka. Ketika ada kesulitan pemahaman, mereka bertanya pada
Rasulullah saw, kemudian Rasulullah memberikan petunjuk tentang
makna yang belum dipahami tersebut11. Penafsiran atau penjabaran yang
diberikan Rasulullah saw terhadap Alquran baik berupa ucapan,
perbuatan, dan taqrir kemudian disebut dengan hadis atau sunnah
Rasulullah saw. Ia kemudian menjadi soko guru utama bagi
perkembangan tafsir dan ulumul quran pada generasi-generasi berikutnya.
Mayoritas sahabat adalah ummi (belum bisa baca-tulis), sehingga
mereka menggunakan kemampuan hafalan untuk menjaga Alquran.
Hanya para sahabat tertentu yang bisa menulis. Pada masa awal turunnya
Alquran, mereka yang bisa menulis dilarang Rasulullah menuliskan
apapun yang datang dari Rasulullah kecuali Alquran. Rasulullah bersabda:

َ‫ َو َحدِّثُ ْوا َع ِّ ِّْن َو‬،ُ‫ب َع ِّ ِّْن َغْي َر الْ ُ ْرأ َِن فَ ْليَ ْم ُحو‬ َ َ‫َ تَ ْتُبُ ْوا َع ِّ ِّْن َوَم ْن َكت‬
‫ب َعلَ َّي ُمتَ َع ِّم ًدا فَ ْليَتَبَ َّوأْ َم ْ َع َدهُ ِم َن النَّا ِر‬
َ ‫ َوَم ْن َك َّذ‬،‫َحَر َج‬
‚janganlah menulis (sesuatu), barang siapa menulis dariku, kecuali
Alquran, maka hapuslah. Ceritakanlah (sesuatu) dariku dan tidak
ada dosa (untuk itu), barang siapa yang berbohong atas diriku,
maka hendaknya ia menyiapkan tempatnya di neraka‛

Larangan penulisan selain Alquran tersebut dalam rangka


pencegahan bercampurnya Alquran dengan selainnya (misal hadis). Hal
ini penting untuk menjaga otentisitas (kemurnian) Alquran. Rasulullah
baru mengizinkan menulis selain Alquran jika sudah tidak dikhawatirkan
lagi Alquran akan bercampur dengan selainnya. Karena hal inilah, ilmu-
ilmu tentang Alquran seperti ilmu qiraat, ilmu tafsir dan yang lain
diriwayatkan dengan cara talqin (tuntunan secara lisan) dan penuturan
lisan sepanjang masa Abu Bakar ra dan Umar ra.

11
Musa Ibrahim, Buh}u>s\ Manhajiyyah …, h. 7.
5

Pada masa kepemimpinan Usman ra, daulah isla>miyah (kekuasaan


islam) semakin meluas. Bahasa arab kemudian terkontaminasi dengan
bahasa ‘ajam (non arab) sehingga logat penuturan bahasa Alquran
berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Untuk itu, Usman ra
memerintahkan untuk menggunakan satu mushaf dan mushaf-mushaf
yang lain dihapuskan dan dibakar. Mushaf Alquran tersebut kemudian
dikenal dengan mushaf usmani, karena penulisan Alquran tersebut
dilakukan pada zaman Usman. Hal ini kemudian menjadi cikal bakal salah
satu kajian yang dibahas dalam ilmu Alquran, yaitu rasm usmani.
Pada masa Ali ra, ia memerintahkan Abu al-Aswad al-Duali untuk
membuat suatu kaidah untuk menjaga keaslian bahasa arab. Hal ini
kemudian menjadi pondasi ilmu I’ra>b al-Qura>n, salah satu kajian pada
ulu>m al-Qura>n12.

2. Ulu>m al-Qura>n pada masa Tadwi>n (Pembukuan)


Pada masa ini, kitab yang pertama kali disusun dan ditulis adalah tafsir
Alquran, karena ia merupakan induk ilmu-ilmu Alquran. Orang pertama
yang dinobatkan sebagai penulis kitab tafsir Alquran dalam bentuk
karangan sesungguhnya bukan catatan-catatan kecil yaitu Ibn Jarir al-
Thabari (w.310 H) dengan karyanya Ja>mi’ al-Baya>n Fi> Tafsi>r al-Qura>n.
Penulisan Ulu>m al-Qura>n kemudian disusul dengan karangan-karangan
yang membahas tentang rahasia-rahasia dan seluk beluk Alquran, seperti
ilmu tentang I’ja>z Alquran, ilmu muhkam dan mutasya>bih, ilmu ghari>b al-
Qura>n, ilmu I’ra>b al-Qura>n, ilmu keindahan sastra Alquran, ilmu qira>a>t,
ilmu ah}ruf sab’ah, dan sebagainya.13

D. Urgensi mempelajari Ulu>m al-Qura>n


Berbicara tentang urgensi, tentunya berkaitan dengan kedudukan atau posisi
ulu>m al-Qura>n sebagai satu disiplin ilmu. Seberapa urgen kedudukannya, bisa
ditinjau dari berbagai aspek yang meliputinya. Setidaknya aspek objek ilmu
Alquran dan konteks perkembangan ilmu pengetahuan bisa menjadi tolak
ukur pentingnya mempelajari ilmu-ilmu tersebut.
Objek ilmu Alquran adalah Alquran itu sendiri. Dari sisi teologis, Alquran
merupakan kitab termulia di dunia ini karena ia bukan kitab manusia
melainkan wahyu Allah SWT. Dari segi kontent atau isi, Alquran adalah di
atas segala ilmu pengetahuan yang ada. Bisa dikatakan Alquran adalah induk
ilmu pengetahuan. Hal ini tidak dapat diinkari kecuali bagi mereka yang
menentang dan sombong. Seperti yang telah dinyatakan oleh al-Imam al-

12
Musa Ibrahim, Buh}u>s\ Manhajiyyah …, h. 7-8.
13
Pada Abad ketiga Hijriyah misalnya, muncul nama Ali Ibn al-Madini-guru al-Bukhari- yang
mengarang kitab Asba>b al-Nuzu>l dan Abu Ubaid al-Qasim Ibn Salam yang menulis tentang
Na>sikh dan Mansu>kh. Pada Abad ke empat tercatat nama Abu Bakar al-Sijistani dalam bidang
Ghari>b al-Qura>n. Pada Abad kelima ada Ali Ibn Sa’id al-Hufi dalam bidang I’ra>b al-Qura>n. Abad
keenam mempunyai Abu al-Qasim Abd Rahman dalam bidang mubhama>t al-Qura>n. Abad ke
tujuh diwakili oleh Ibn Abd al-Salam di bidang Maja>z al-Qura>n dan ‘Alam al-Din al-Sakhawi di
bidang ilm al-qira>a>t. Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran, …, h. 14.
6

Zarkasy, setiap ilmu adalah dari Alquran, jika tidak, maka tidak ada burhan
(tanda bukti) untuknya.
Untuk menjelaskan hal tersebut, bahwa andaikan tidak ada Alquran, maka
tidak akan ditemukan perpustakaan arab yang menghimpun ribuan jilid kitab
dengan berbagai bidang ilmu yang semuanya berhubungan dengan Alquran.
Ilmu-ilmu keislaman misalnya, otomatis tidak ada keraguan bahwa
mereka berhubungan dan bersumber dari Alquran. Adapun ilmu-ilmu alam,
seperti ilmu kedokteran, ilmu ukur, astronomi, ilmu bumi, ilmu sosial, ilmu
arsitek, jika tidak ada Alquran yang oleh para sahabat kemudian ditafsirkan
dan dijelaskan keutamaannya, sehingga mampu membuka kesadaran berfikir
mereka atas fenomena bumi, langit, jiwa, dan menggugah mereka untuk
meneliti perjalanan di bumi serta hukum-hukum alam, maka tidak akan ada
para ulama islam yang kemudian menjadi pioner dan rujukan oleh para
ilmuwan lainnya di dunia.Para ilmuwan muslim tersebut misalnya:
1. Abu Bakar al-Razy (240-320 H) yang menjadi rujukan ilmu kedokteran
Eropa hingga abad 17 M,
2. Ibn Sina Abu ‘Ali Ibn al-Husain (371-428 H), pengarang banyak kitab di
bidang pengobatan, yang paling terkenal adalah ‚al-Qa>nu>n‛. Menurut
kutipan al-Imam al-Zahaby dalan kitabnya Sair A’lam al-Nubala>’, Ibnu
Sina pernah menyatakan, ‚ketika aku kebingungan dalam suatu kasus,
atau belum menemukan batas yang moderat dalam suatu qiya>s (analogi),
maka aku shalat kemudian meneliti kembali kepada keseluruhan unsur
hingga terbuka bagiku solusi yang tertutup tersebut. Ibn Khalqan
mengomentari kemuliaan Ibn Sina dalam kitabnya Fawayat al-A’yan,
bahwa ketika ia hendak mendekati wafatnya, ia menolak semua orang-
orang yang dhalim, memerdekakan semua budak-budaknya,
mengkhatamkan Alquran setiap harinya 3 kali khataman, hingga ia
meninggal pada hari Jumat bulan Ramadan tahun 428 H.
3. Abi al-raihan al-Biruni, orang pertama kali yang mengukur masa jenis
suatu benda dengan ukuran yang sangat teliti, dan menguasai berbagai
macam ilmu.
4. Jabir Ibn Hayyan, ahli kimia, orang pertama kali yang memasukkan
metode praktik dalam semua bidang ilmu, metode ini kemudian
digunakan hingga peradaban modern saat ini.
5. Ibn al-Nafis, tabib mesir, yang mengungkap sirkulasi peredaran darah
dalam tubuh, dan orang pertama yang
6. Al-Hasan ibn al-haitsam, ahli ilmu matematika yang tersohor.
7. Al-Khawarizmi, penemu ilmu perkalian dan pembagian, yang teorinya
dijadikan rujukan baik oleh ilmuwan timur maupun barat.
8. Ibn Khaldun, peletak ilmu sosial, pengarang kitab al-Muqaddimah yang
terkenal.
Masih banyak lagi para ilmuwan muslim yang kemudian menjadi
peletak dasar berbagai macam ilmu pengetahun. Teori-teori yang mereka
keluarkan hingga saat ini menjadi referensi bagi para ilmuwan Arab maupun
Barat. Keberhasilan mereka menjadi pioneer dalam bidang ilmu pengetahuan
7

tidak lain karena mereka adalah orang Islam yang mendasarkan segala
pengetahuannya pada Alquran. Hal ini karena Alquran telah memerintahkan
untuk ‚iqra‛ seperti tertuang dalam surat al-‘Alaq 1-5, dan dan Alquran telah
membangkitkan semangat mempelajari alam sebagai tanda-tanda kekuasaan
Allah SWT dengan sebagaimana dalam surat al-Zariyat 20-21 dan surat
Fussilat ayat 53.14
Ulu>m al-Quran bagi Alquran ibarat perangkat ilmu kedokteran secara
umum yang harus dimiliki oleh semua dokter agar bisa mendiagnosa penyakit
dan mengobati pasien. Begitu juga, seorang mufassir tanpa ulu>m al-Quran,
mustahil bisa menafsirkan Alquran apa lagi membedahnya secara luas dan
detail. Melihat kedudukan Alquran yang begitu mulia tersebut di atas bahkan
menjadi sumber dari segala ilmu, maka mempelajari ilmu-ilmu Alquran untuk
memahami isi Alquran adalah sangat urgen.
Ulu>m al-Qura>n di sini tidak sebatas dengan ilmu-ilmu yang bersifat
keislaman semata, akan tetapi juga meliputi bidang-bidang sains dan
teknologi yang juga sangat membantu memahami maksud Alquran. Sebagai
contoh adalah tafsir bir ra’yi, akan sangat terbantu dalam memahami
kandungan Alquran terkait ayat-ayat kauniyah (ayat-ayat kealaman) dan
lainnya dengan menggunakan informasi perkembangan sains dan teknologi
yang sedemikian pesatnya.

E. Cabang-cabang kajian Ulumul Quran


Cabang kajian Ulu>m al-Qura>n sangatlah banyak. Seberapa banyak aspek yang
dikaji dari Alquran, sebanyak itulah cabang kajian ulu>m al-Qura>n. Jika ada
aspek baru yang dikaji, maka muncullah cabang kajian ulu>m al-Qura>n yang
baru. Hal ini yang membuat ilmu-ilmu Alquran sangat memungkinkan untuk
mengalami perkembangan.
Allah telah menegaskan hal tersebut dalam Alquran surat al-An’a>m
ayat 38:

‫ َما فَ َّرطْنَا ِ ِْف‬،‫احْي ِو إِ َّ أ َُم ٌم أ َْمثَالُ ُ ْم‬ ِ ِ ِ


َ َ‫ض َو َ طاَئ ٍر يَطْي ُر ِبَن‬ ِ ‫َوَما ِم ْن َدابٍَّة ِ ِْف ْاْل َْر‬
‫اب ِم ٍن َش ْي ٍء ُُثَّ إِ ََل َرِِّّبِ ْم ُُْي َش ُرْو َن‬ ِ َ‫الْ ِت‬

‚dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung


yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti
kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian
kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.

Juga pada surat al-Nahl ayat 89:

ِ
َ ِ‫ َوجْئ نَا ب‬،‫ث ِ ِْف ُك ِّل أ َُّم ٍة َش ِهْي ًدا َعلَْي ِه ْم ِم ْن أَنْ ُف ِس ِه ْم‬
‫ك َش ِهْي ًدا َعلَى‬ ُ ‫َويَ ْوَ نَْب َع‬
14
Musa Ibrahim, Buh}u>s\ Manhajiyah, …, h. 8-9.
8

‫اب تِْب يَانًا لِ ُ ِّل َش ْي ٍء َوُى ًدى َوَر ْْحَةً َوبُ ْشَرى‬ ِ َ ‫ ونََّزلْنَا علَي‬،‫ىؤ َِء‬
َ َ‫ك الْ ت‬ ْ َ َ َُ
.‫ِّي‬ ِِ ِ
َ ْ ‫ل ْل ُم ْسلم‬
‚(dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap
umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami
datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat
manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri.‛

Kedua ayat di atas dengan jelas menginformasikan bahwa Allah SWT


tidak melewatkan satupun dalam Alquran bahkan tujuan dari pada Alquran
adalah untuk menjelaskan segala sesuatu. Ini menandakan bahwa segala ilmu
tentang segala sesuatu telah mendapatkan petunjuk dari Alquran, termasuk
aspek-aspek kajian ulu>m al-Qura>n. Firman Allah SWT tersebut juga
dipertegas oleh sabda Rasulullah saw, sebagai berikut: 15

ِ ِِ ِ ِ ِ َ َ‫َع ْن ابْ ِن َم ْسعُ ْوٍد ق‬


َ ْ ‫ فَِإ َّن فْيو َخبَ ُر ْاْل ََّول‬،‫ َم ْن َأر َاد الْع ْل َم فَ َعلَْيو بِالْ ُ ْرأَن‬: ‫ال‬
‫ِّي‬
ِ ‫و ْاْل‬
‫َخ ِريْ َن‬ َ
Dari Ibn Mas’ud: barang siapa yang menginginkan ilmu, maka ia
harus mempelajari Alquran. Sesungguhnya di dalamnya terdapat
berita para kaum-kaum yang terdahulu dan yang akan datang.

Hadis tersebut menginformasikan bahwa seseorang harus mau


mempelajari dan memahami Alquran jika ia menginginkan suatu ilmu.
Dengan menyelami kandungan Alquran, akan tersingkap ilmu-ilmu yang
mungkin belum pernah dikaji.
Dari sini bisa dipahami bahwa, cabang kajian ulu>m al-Qura>n sebanyak
aspek yang dikaji darinya. Para Qurra>’ (Ahli/penghafal Alquran) misalnya,
mengkaji Alquran dari aspek kebahasaan dan kata-katanya, aspek makha>rij
al-h}uru>f (tempat keluarnya huruf), jumlah huruf, jumlah kata, jumlah ayat,
jumlah surat, jumlah ayat sajdah, ayat-ayat yang sama, ayat-ayat yang
serupa, dan lain sebagainya.
Para Ahli nahwu (ilmu gramatikal Arab) fokus pada kajian dari aspek
isim (kata benda) yang mabni (tetap) dan mu’rab (bisa berubah), fi’il (kata
kerja), huruf yang bisa berpengaruh kepada kata lain dan yang tidak, dan
aspek ke-nahwu-an lainnya.
Para Ahli tafsir mengkaji Alquran dari aspek lafadznya. Sehingga

15
Salahuddin Arqah Dan, Mukhtas}ar al-Itqa>n Fi> Ulu>m al-Qura>n (Beirut: Dar al-Nafa>is, 1987), h.
20
9

ditemukan lafadz yang memiliki satu makna, lafadz yang memiliki dua
makna, lafadz yang memiliki banyak makna. Mereka juga menjelaskan
makna yang khafi (samar) dari suatu lafadz, memilih makna yang unggul
dari sekian makna yang terkandung, dan aspek-aspek ke-tafsir-an lainnya.
Para Ahli Ushul Fikih berkonsentrasi pada aspek ke-dalil-an ayat-ayat
Alquran. Dari ayat-ayat Alquran kemudian mereka berijtihad hingga sampai
pada kesimpulan-kesimpulan baik dalam bidang akidah, hukum fikih, akhlak,
dan lainnya.
Berdasarkan definisi ulu>m al-Qura>n, secara umum, cabang-cabang
kajian ulu>m al-Qura>n antara lain sebagai berikut:
1. Ilmu kewahyuan Alquran
2. Ilmu Asba>b al-Nuzu>l, kajian Alquran dari aspek konteks historis sebab
kewahyuannya.
3. Ilmu Makk# iyah dan Madaniyah, informasi seputar mana yang diwahyukan
di Makkah dan mana yang di Madinah.
4. Ilmu Jam’u al-Qura>n, kajian pada aspek pengumpulan Alquran.
5. Ilmu Tarti>b al-Qura>n, kajian pada aspek system dan penyusunan Alquran.
6. Ilmu al-Ah}ruf al-Sab’ah fi> al-Qura>n, kajian pada aspek tujuh macam cara
Rasulullah saw membacakan Alquran kepada para Sahabat.
7. Ilmu al-Qira>a>t, kajian pada aspek macam-macam cara membaca Alquran.
8. Ilmu al-Rasm al-Us\ma>ni, kajian pada aspek penulisan Alquran.
9. Ilmu Tafsi>r, kajian pada aspek penafsiran Alquran.
10. Ilmu I’ja>z al-Qura>n, kajiian pada aspek kemukjizatan Alquran.
11. Ilmu al-Na>sikh wa al-Mansukh, kajian pada aspek ayat yang menghapus
dan dihapus.
12. Ilmu al-Muhkam wa al-Mutasya>bih, kajian pada aspek ayat-ayat yang
muhkam dan Mutasyabih.
13. Ilmu al-‘Am wa al-Khash, kajian pada aspek lafadz yang umum dan
khusus.
14. Ilmu al-Mujmal wa al-Mubayyan, kajian pada aspek lafadz yang mujmal
dan Mubayyan.
15. Ilmu al-Mutlaq wa al-Muqayyad, kajian pada aspek lafadz yang mutlaq
dan muqayyad.
16. Ilmu al-Mantuq wa al-Mafhum, kajian pada aspek ke-mantuq-an dan ke-
mafhum-an ayat.
17. Ilmu al-Mutaqaddim wa al-Mutaakhir, kajian pada aspek surat yang
didahulukan dan diakhirkan.
18. Ilmu Qashah al-Quran, kajian aspek kisah-kisah pada Alquran.
19. Ilmu Amtsal al-Quran, kajian aspek perumpamaan dalam Alquran
20. Ilmu Aqsam al-Quran, kajian aspek kata sumpah dalam Alquran

Beberapa cabang tersebut adalah di antara dari banyak cabang kajian


ulu>m al-Qura>n.
10

Daftar Kepustakaan

Abdurrahman, Hafidz. 2003. Ulumul Quran Praktis: Pengantar Memahami al-


Quran. Bogor: Pustaka Utama.
Abu Syuhbah, Muhammad Muhammad. 1978. al-Madkhal Li Dira>sah al-Qura>n
al-Kari>m. Riya>d: Dar al-Liwa>’.
Arqah Dan, Salahuddin. 1987. Mukhtas}ar al-Itqa>n Fi> Ulu>m al-Qura>n . Beirut: Dar
al-Nafa>is.
Haqi, Muhammad Shafa’ Syaikh Ibrahim. 2004. Ulu>m al-Qura>n Min Khila>l
Muqaddima>t al-Tafa>sir. Beirut: Muassasah al-Risalah.
Ibn Manz}u>r, tt. Lisa>n al-Arab. Beirut: Muassasah al-Risalah.
Ibrahim, Musa. 1996. Buh{u>s\ Manhajiyyah Fi> ‘Ulu>m al-Qura>n al-Kari>m. Oman:
Da>r ‘Amma>r
Suma, Muhammad Amin. 2014. Ulumul Qur’an. Jakarta: Raja Grafinfo Persada.

Anda mungkin juga menyukai