إِ َّن قُ ْرأَ َن الْ َف ْج ِر،س إِ ََل َغ َس ِق الَّْي ِل َوقُ ْرأَ َن الْ َف ْج ِر
ِ َّم ِ ِ َّ أَقِ ِم
ْ الصالََة ل ُدلُك الش
.َكا َن َم ْش ُه ْوًدا
‚dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap
malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat
subuh itu disaksikan (oleh malaikat)‛.
1
Muhammad Shafa’ Syaikh Ibrahim Haqi, Ulu>m al-Qura>n Min Khila>l Muqaddima>t al-Tafa>sir,
(Beirut: Muassasah al-Risalah, 2004). 32
2
Ibn Manz}u>r, Lisa>n al-Arab (Beirut)
2
pendapat kedua dari versi ini adalah kata al-Qura>n dibentuk dari kata
kerja qara> (mengumpulkan).
Versi kedua, berpendapat bahwa kata al-Qura>n bukan nama yang
dibentuk dari kata manapun. Kata al-Qura>n adalah nama asli yang
diberikan untuk kitab Allah, Alquran. Ini merupakan pendapat Ibn
Atiyah, Imam al-Syafi’I, dan al-Suyuti.3
2. Definisi Terminologis
Definisi istilahi ulu>m al-Qura>n adalah ilmu yang membahas tentang hal-
hal yang berhubungan langsung dengan Alquran, seperti ilmu
pengumpulan, pengurutan dan kodifikasi Alquran, asba>b al-nuzu>l, ilmu
Makkiyah dan Madaniyah, na>sikh dan mansu>kh, muhkam dan
mutasya>bih, ilmu tafsi>r, i’ja>z Alquran, kisah Alquran, dan lain-lain yang
berhubungan dengan Alquran4.
3
Muhammad Shafa’ Syaikh Ibrahim Haqi, Ulu>m …, h. 37-38.
4
Musa Ibrahim, Buh{u>s\ Manhajiyyah Fi> ‘Ulu>m al-Qura>n al-Kari>m (Oman: Da>r ‘Amma>r, 1996), h.
11.
5
Muhammad Muhammad Abu Syuhbah, al-Madkhal Li Dira>sah al-Qura>n al-Kari>m (Riya>d: Dar
al-Liwa>’, 1978), h. 25
6
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: Raja Grafinfo Persada, 2014), h. 9
7
Hafidz Abdurrahman, Ulumul Quran Praktis: Pengantar Memahami al-Quran (Bogor: Pustaka
Utama, 2003), h.2.
8
Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran …, h.9
3
9
Muhammad Muhammad Abu Syuhbah, al-Madkhal …, h. 26
10
Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran …, h. 11
4
ِ ِّي لِلن
َّاا َما نُِّزَل إِلَْي ِه ْم َولَ َعلَّ ُه ْم ِ ِّ وأَنْزلْنا إِلَيك،الزب ِر
َ ِّ َالذ ْكَر لتُب َ ْ َ َ َ ُُّ نت َو ِ ِّبِالْب ي
َ
.يَتَ َف َّ ُرْو َن
Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami
turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya
mereka memikirkan.
Pada masa ini, istilah ulu>m al-Qura>n sebagai ilmu tentang seluk-
beluk Alquran belum dikenal oleh para sahabat. Mereka memahami dan
merasakan makna-makna Alquran dengan bahasa arab yang telah melekat
pada diri mereka. Ketika ada kesulitan pemahaman, mereka bertanya pada
Rasulullah saw, kemudian Rasulullah memberikan petunjuk tentang
makna yang belum dipahami tersebut11. Penafsiran atau penjabaran yang
diberikan Rasulullah saw terhadap Alquran baik berupa ucapan,
perbuatan, dan taqrir kemudian disebut dengan hadis atau sunnah
Rasulullah saw. Ia kemudian menjadi soko guru utama bagi
perkembangan tafsir dan ulumul quran pada generasi-generasi berikutnya.
Mayoritas sahabat adalah ummi (belum bisa baca-tulis), sehingga
mereka menggunakan kemampuan hafalan untuk menjaga Alquran.
Hanya para sahabat tertentu yang bisa menulis. Pada masa awal turunnya
Alquran, mereka yang bisa menulis dilarang Rasulullah menuliskan
apapun yang datang dari Rasulullah kecuali Alquran. Rasulullah bersabda:
َ َو َحدِّثُ ْوا َع ِّ ِّْن َو،ُب َع ِّ ِّْن َغْي َر الْ ُ ْرأ َِن فَ ْليَ ْم ُحو َ ََ تَ ْتُبُ ْوا َع ِّ ِّْن َوَم ْن َكت
ب َعلَ َّي ُمتَ َع ِّم ًدا فَ ْليَتَبَ َّوأْ َم ْ َع َدهُ ِم َن النَّا ِر
َ َوَم ْن َك َّذ،َحَر َج
‚janganlah menulis (sesuatu), barang siapa menulis dariku, kecuali
Alquran, maka hapuslah. Ceritakanlah (sesuatu) dariku dan tidak
ada dosa (untuk itu), barang siapa yang berbohong atas diriku,
maka hendaknya ia menyiapkan tempatnya di neraka‛
11
Musa Ibrahim, Buh}u>s\ Manhajiyyah …, h. 7.
5
12
Musa Ibrahim, Buh}u>s\ Manhajiyyah …, h. 7-8.
13
Pada Abad ketiga Hijriyah misalnya, muncul nama Ali Ibn al-Madini-guru al-Bukhari- yang
mengarang kitab Asba>b al-Nuzu>l dan Abu Ubaid al-Qasim Ibn Salam yang menulis tentang
Na>sikh dan Mansu>kh. Pada Abad ke empat tercatat nama Abu Bakar al-Sijistani dalam bidang
Ghari>b al-Qura>n. Pada Abad kelima ada Ali Ibn Sa’id al-Hufi dalam bidang I’ra>b al-Qura>n. Abad
keenam mempunyai Abu al-Qasim Abd Rahman dalam bidang mubhama>t al-Qura>n. Abad ke
tujuh diwakili oleh Ibn Abd al-Salam di bidang Maja>z al-Qura>n dan ‘Alam al-Din al-Sakhawi di
bidang ilm al-qira>a>t. Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran, …, h. 14.
6
Zarkasy, setiap ilmu adalah dari Alquran, jika tidak, maka tidak ada burhan
(tanda bukti) untuknya.
Untuk menjelaskan hal tersebut, bahwa andaikan tidak ada Alquran, maka
tidak akan ditemukan perpustakaan arab yang menghimpun ribuan jilid kitab
dengan berbagai bidang ilmu yang semuanya berhubungan dengan Alquran.
Ilmu-ilmu keislaman misalnya, otomatis tidak ada keraguan bahwa
mereka berhubungan dan bersumber dari Alquran. Adapun ilmu-ilmu alam,
seperti ilmu kedokteran, ilmu ukur, astronomi, ilmu bumi, ilmu sosial, ilmu
arsitek, jika tidak ada Alquran yang oleh para sahabat kemudian ditafsirkan
dan dijelaskan keutamaannya, sehingga mampu membuka kesadaran berfikir
mereka atas fenomena bumi, langit, jiwa, dan menggugah mereka untuk
meneliti perjalanan di bumi serta hukum-hukum alam, maka tidak akan ada
para ulama islam yang kemudian menjadi pioner dan rujukan oleh para
ilmuwan lainnya di dunia.Para ilmuwan muslim tersebut misalnya:
1. Abu Bakar al-Razy (240-320 H) yang menjadi rujukan ilmu kedokteran
Eropa hingga abad 17 M,
2. Ibn Sina Abu ‘Ali Ibn al-Husain (371-428 H), pengarang banyak kitab di
bidang pengobatan, yang paling terkenal adalah ‚al-Qa>nu>n‛. Menurut
kutipan al-Imam al-Zahaby dalan kitabnya Sair A’lam al-Nubala>’, Ibnu
Sina pernah menyatakan, ‚ketika aku kebingungan dalam suatu kasus,
atau belum menemukan batas yang moderat dalam suatu qiya>s (analogi),
maka aku shalat kemudian meneliti kembali kepada keseluruhan unsur
hingga terbuka bagiku solusi yang tertutup tersebut. Ibn Khalqan
mengomentari kemuliaan Ibn Sina dalam kitabnya Fawayat al-A’yan,
bahwa ketika ia hendak mendekati wafatnya, ia menolak semua orang-
orang yang dhalim, memerdekakan semua budak-budaknya,
mengkhatamkan Alquran setiap harinya 3 kali khataman, hingga ia
meninggal pada hari Jumat bulan Ramadan tahun 428 H.
3. Abi al-raihan al-Biruni, orang pertama kali yang mengukur masa jenis
suatu benda dengan ukuran yang sangat teliti, dan menguasai berbagai
macam ilmu.
4. Jabir Ibn Hayyan, ahli kimia, orang pertama kali yang memasukkan
metode praktik dalam semua bidang ilmu, metode ini kemudian
digunakan hingga peradaban modern saat ini.
5. Ibn al-Nafis, tabib mesir, yang mengungkap sirkulasi peredaran darah
dalam tubuh, dan orang pertama yang
6. Al-Hasan ibn al-haitsam, ahli ilmu matematika yang tersohor.
7. Al-Khawarizmi, penemu ilmu perkalian dan pembagian, yang teorinya
dijadikan rujukan baik oleh ilmuwan timur maupun barat.
8. Ibn Khaldun, peletak ilmu sosial, pengarang kitab al-Muqaddimah yang
terkenal.
Masih banyak lagi para ilmuwan muslim yang kemudian menjadi
peletak dasar berbagai macam ilmu pengetahun. Teori-teori yang mereka
keluarkan hingga saat ini menjadi referensi bagi para ilmuwan Arab maupun
Barat. Keberhasilan mereka menjadi pioneer dalam bidang ilmu pengetahuan
7
tidak lain karena mereka adalah orang Islam yang mendasarkan segala
pengetahuannya pada Alquran. Hal ini karena Alquran telah memerintahkan
untuk ‚iqra‛ seperti tertuang dalam surat al-‘Alaq 1-5, dan dan Alquran telah
membangkitkan semangat mempelajari alam sebagai tanda-tanda kekuasaan
Allah SWT dengan sebagaimana dalam surat al-Zariyat 20-21 dan surat
Fussilat ayat 53.14
Ulu>m al-Quran bagi Alquran ibarat perangkat ilmu kedokteran secara
umum yang harus dimiliki oleh semua dokter agar bisa mendiagnosa penyakit
dan mengobati pasien. Begitu juga, seorang mufassir tanpa ulu>m al-Quran,
mustahil bisa menafsirkan Alquran apa lagi membedahnya secara luas dan
detail. Melihat kedudukan Alquran yang begitu mulia tersebut di atas bahkan
menjadi sumber dari segala ilmu, maka mempelajari ilmu-ilmu Alquran untuk
memahami isi Alquran adalah sangat urgen.
Ulu>m al-Qura>n di sini tidak sebatas dengan ilmu-ilmu yang bersifat
keislaman semata, akan tetapi juga meliputi bidang-bidang sains dan
teknologi yang juga sangat membantu memahami maksud Alquran. Sebagai
contoh adalah tafsir bir ra’yi, akan sangat terbantu dalam memahami
kandungan Alquran terkait ayat-ayat kauniyah (ayat-ayat kealaman) dan
lainnya dengan menggunakan informasi perkembangan sains dan teknologi
yang sedemikian pesatnya.
ِ
َ ِ َوجْئ نَا ب،ث ِ ِْف ُك ِّل أ َُّم ٍة َش ِهْي ًدا َعلَْي ِه ْم ِم ْن أَنْ ُف ِس ِه ْم
ك َش ِهْي ًدا َعلَى ُ َويَ ْوَ نَْب َع
14
Musa Ibrahim, Buh}u>s\ Manhajiyah, …, h. 8-9.
8
اب تِْب يَانًا لِ ُ ِّل َش ْي ٍء َوُى ًدى َوَر ْْحَةً َوبُ ْشَرى ِ َ ونََّزلْنَا علَي،ىؤ َِء
َ َك الْ ت ْ َ َ َُ
.ِّي ِِ ِ
َ ْ ل ْل ُم ْسلم
‚(dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap
umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami
datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat
manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri.‛
15
Salahuddin Arqah Dan, Mukhtas}ar al-Itqa>n Fi> Ulu>m al-Qura>n (Beirut: Dar al-Nafa>is, 1987), h.
20
9
ditemukan lafadz yang memiliki satu makna, lafadz yang memiliki dua
makna, lafadz yang memiliki banyak makna. Mereka juga menjelaskan
makna yang khafi (samar) dari suatu lafadz, memilih makna yang unggul
dari sekian makna yang terkandung, dan aspek-aspek ke-tafsir-an lainnya.
Para Ahli Ushul Fikih berkonsentrasi pada aspek ke-dalil-an ayat-ayat
Alquran. Dari ayat-ayat Alquran kemudian mereka berijtihad hingga sampai
pada kesimpulan-kesimpulan baik dalam bidang akidah, hukum fikih, akhlak,
dan lainnya.
Berdasarkan definisi ulu>m al-Qura>n, secara umum, cabang-cabang
kajian ulu>m al-Qura>n antara lain sebagai berikut:
1. Ilmu kewahyuan Alquran
2. Ilmu Asba>b al-Nuzu>l, kajian Alquran dari aspek konteks historis sebab
kewahyuannya.
3. Ilmu Makk# iyah dan Madaniyah, informasi seputar mana yang diwahyukan
di Makkah dan mana yang di Madinah.
4. Ilmu Jam’u al-Qura>n, kajian pada aspek pengumpulan Alquran.
5. Ilmu Tarti>b al-Qura>n, kajian pada aspek system dan penyusunan Alquran.
6. Ilmu al-Ah}ruf al-Sab’ah fi> al-Qura>n, kajian pada aspek tujuh macam cara
Rasulullah saw membacakan Alquran kepada para Sahabat.
7. Ilmu al-Qira>a>t, kajian pada aspek macam-macam cara membaca Alquran.
8. Ilmu al-Rasm al-Us\ma>ni, kajian pada aspek penulisan Alquran.
9. Ilmu Tafsi>r, kajian pada aspek penafsiran Alquran.
10. Ilmu I’ja>z al-Qura>n, kajiian pada aspek kemukjizatan Alquran.
11. Ilmu al-Na>sikh wa al-Mansukh, kajian pada aspek ayat yang menghapus
dan dihapus.
12. Ilmu al-Muhkam wa al-Mutasya>bih, kajian pada aspek ayat-ayat yang
muhkam dan Mutasyabih.
13. Ilmu al-‘Am wa al-Khash, kajian pada aspek lafadz yang umum dan
khusus.
14. Ilmu al-Mujmal wa al-Mubayyan, kajian pada aspek lafadz yang mujmal
dan Mubayyan.
15. Ilmu al-Mutlaq wa al-Muqayyad, kajian pada aspek lafadz yang mutlaq
dan muqayyad.
16. Ilmu al-Mantuq wa al-Mafhum, kajian pada aspek ke-mantuq-an dan ke-
mafhum-an ayat.
17. Ilmu al-Mutaqaddim wa al-Mutaakhir, kajian pada aspek surat yang
didahulukan dan diakhirkan.
18. Ilmu Qashah al-Quran, kajian aspek kisah-kisah pada Alquran.
19. Ilmu Amtsal al-Quran, kajian aspek perumpamaan dalam Alquran
20. Ilmu Aqsam al-Quran, kajian aspek kata sumpah dalam Alquran
Daftar Kepustakaan