Anda di halaman 1dari 33

{1}

BAB I
PENDAHULUAN

A. DEFINISI PUASA
Definisi puasa menurut bahasa adalah menahan diri dari
apa saja, seperti firman Allah swt Qs Maryam 26:
‫ص ْو ًما َفلَ ْن اُ َكلِّ َم الَْي ْو َم اِنْ ِسيًّا‬ ِ ‫اِيِّن نَ َذر‬
َ ‫ت للرَّمْح ٰ ِن‬
ُ ْ ْ
“Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan
Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara
dengan siapa pun pada hari ini”.1
Sedangkan definisi puasa menurut syariat adalah menahan
diri dari segala yang membatalkan puasa mulai terbitnya fajar
sampai terbenamnya matahari dengan niat yang khusus.

B. DALIL-DALIL PUASA
Dalil wajibnya adalah firman Allah swt Qs Al-baqarah
183:
‫ب َعلَى الَّ ِذيْ َن ِم ْن َقْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم‬ ِ
َ ‫الصيَ ُام َك َما ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَْي ُك ُم‬ ِ ِ َّ
َ ‫ٰياَيُّ َها الذيْ َن اٰ َمُن ْوا ُكت‬
‫َتَّت ُق ْو َن‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa”.2
Waktu diwajibkan : puasa ramadlan telah diwajibkan pada
tahun kedua hijriyah pada bulan sya’ban . Dan Rasulullah saw
telah berpuasa sebanyak 9 kali ramadlan 8 bulan sebanyak 29
hari dalam satu bulan sedangkan 1 bulan genap 30 hari.

1
https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/19/26
2
https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/2/183

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{2}
Bulan ramadlan adalah bulan yang kesembilan dari
penanggalan hijriyah, bulan ramadlan adalah bulan yang paling
mulia diantara semua bulan. Dan sebab disebut dengan ramadlan
adalah bahwa dulu orang arab tatkala meletakkan nama-nama
bulan bertepatanlah bulan ramadlan dengan musim panas, maka
dinamakanlah bulan ramadlan yang berarti panasnya terik
matahari, namun ada juga yang mengatakan dinamakan ramadlan
karena bulan ini mampu membakar dosa-dosa manusia.

C. FADLILAH PUASA
Fadilah-fadilah berpuasa sangat banyak sekali baik disebut
di dalam Al-Qur’an atau hadits.
Firman Alloh Qs. Al-haqqah: 24
‫ُكلُ ْوا َوا ْشَربُ ْوا َهنِْيًۤٔٔـًا مِب َا اَ ْسلَ ْفتُ ْم ىِف ااْل َيَّ ِام اخْلَالِيَ ِة‬
“Makan dan minumlah kalian semua dengan lahap sebagai
balasan atas kelaparan yang pernah kalian rasakan dulu“.3
Hadis riwayat Imam Malik dan Imam Bukhori
‫كل حسنة بعشر أمثاهلا اىل سبعمائة ضعف اال الصوم فهو ىل وأنا أجزى به‬
“Setiap kebaikan Allah berikan ganjaran sepuluh kali lipat
sampai tujuh ratus , kecuali puasa maka hanya untuk saya
dan saya juga yang akan memberinya upah“. (HR. malik
dan al Bukhari)
Hadis riwayat Imam Nasa’i
‫من صام يوماً ىف سبيل اهلل باعد اهلل منه جهنم مسرية مائة عام‬
“Barang siapa yang berpuasa sehari di jalan Allah maka
Allah akan menjauhkan dirinya dari api neraka sejauh
perjalanan seratus tahun”. HR. An Nasa’i

3
https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/69/24

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{3}
D. HUKUM PUASA
Hukum–hukum puasa ada empat, yaitu:
1. Wajib, terbagi menjadi 6 (enam);
a. Puasa Ramadlan
b. Puasa qada’
c. Puasa kaffarah , seperti kafarat dzihar, membunuh dll
d. Puasa sebagai ganti membayar dam (denda) haji atau
umrah
e. Puasa sebelum shalat istisqa’ apabila pemerintah
menyuruh
f. Puasa nadzar
2. Sunnah, terbagi menjadi tiga;
a. Puasa yang disunnahkan setiap tahun seperti puasa hari
arafah, tasu’a, asyura, enam hari bulan syawal, tanggal
10 dzulhijjah, bulan-bulan haram
b. Puasa yang disunnahkan setiap bulan seperti puasa pada
pertengahan bulan (hari putih) tanggal 13,14,15 dan
setiap akhir bulan dari semua bulan (hari sud) yaitu
tanggal 28,29,30.
c. Puasa yang disunnahkan setiap minggu seperti puasa
senin kamis.
d. Puasa yang paling afdhal adalah puasanya nabi daud
yaitu sehari puasa sehari berbuka.
3. Makruh, seperti puasa pada hari jum’at saja atau sabtu saja
atau minggu saja atau puasa dahr yaitu melakukan puasa
setiap hari tanpa putus-putus bagi orang yang besar
kemungkinan akan mudarat.
4. Haram, terbagi dua;
a. Haram tetapi sah

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{4}
Puasanya seorang istri tanpa seizin suaminya, puasanya
seorang budak tanpa seizin tuannya. Hal ini bila bukan
puasa wajib.
b. Haram dan tidak sah
1) Puasa pada hari raya idul fitri.
2) Puasa pada hari raya idul adha.
3) Puasa pada hari-hari tasyrik.
4) Puasa sesudah pertengahan bulan sya’ban.
5) Puasa pada hari syak, yaitu pada hari yang ke-30
bulan sya’ban apabila orang menyangka bahwa
mereka melihat hilal tetapi masih diragukan, atau
dilihat oleh orang yang tidak diterima kesaksiannya
seperti perempuan atau anak-anak.
Masalah
Kapan boleh puasa pada hari syak atau sesudah pertengahan
sya’ban?
Jawab
1. Apabila puasa yang dilakukan itu adalah wajib seperi
puasa qada , kaffarah atau nazar.
2. Apabila orang yang berpuasa itu selalu selalu melakukan
puasa senin kamis.
3. Apabila orang yang berpuasa itu menyambung puasanya
dari sebelum tanggal 15 sya’ban sampai lewat.

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{5}
BAB II
SYARAT DAN RUKUN PUASA

A. SYARAT PUASA
Syarat puasa terbagi menjadi dua, yaitu syarat sah dan
syarat wajib.
1. Syarat sah
Syarat sah puasa ada 4 (empat). Apabila ke empat syarat
ini terpenuhi maka puasa seseorang dihukumi sah, yaitu :
a. Islam, maka wajib dalam keadaan muslim selama
menjalankan puasa, dan apabila ia melakukan
kemurtadan pada sebagian hari walaupun sebentar saja
maka puasanya batal.
b. Berakal, maka disyaratkan ia harus mumayyiz (berakal)
selama menjalankan ibadah puasa, maka apabila ia gila
pada sebagian hari puasanya walaupun hanya sebentar
saja maka puasanya batal.
c. Suci dari haid dan nifas, maka disyaratkan bagi wanita
untuk tetap suci selama menjalankan puasa, maka
apabila ia kedatangan haid pada sebagian hari walaupun
sebentar maka puasanya batal. Adapun kalau ia jadi
suci di tengah hari maka ia disunnahkan menahan diri
dari makan layaknya orang yang berpuasa.
d. Waktu itu adalah sah untuk melakukan puasa, yakni
seseorang yang berpuasa mengetahui dan yakin bahwa
pada hari itu sah untuk melakukan puasa.
2. Syarat wajib
Syarat wajib puasa ada 5 (lima). Apabila syarat-syarat ini
terpenuhi maka wajib bagi kita menjalankan puasa.
a. Islam.

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{6}
Tidak wajib bagi orang kafir untuk melakukan puasa.
Begitu Juga orang murtad akan tetapi ia wajib
mengqadla’nya apabila ia kembali pada islam.
b. Mukalaf
Orang yang wajib menjalankan puasa itu adalah orang
yang berakal, baligh. Adapun anak yang belum
mumayyiz maka wajib bagi walinya (pengasuhnya)
menyuruhnya bila sudah berumur tujuh tahun dan boleh
memukulnya dengan pukulan yang mendidik sesudah
berumur sepuluh tahun.
c. Mampu
Mampu di sini ada dua arti:
1) Ithaqah hissy, artinya seseorang mampu secara
alami, tidak dalam keadaan sakit atau tua.
2) Ithaqah syar’i, artinya seseorang mampu tetapi
terhalang oleh syariat seperti wanita yang dalam
keadaan haid.
d. Sehat, maka tidak wajib bagi orang yang sakit .
Batasan sakit yang membolehkan tidak berpuasa itu
adalah penyakit yang dikhawatirkan mendakangkan
kebinasaan atau akan memperlambat kesembuhan atau
bertambah parah dan ini disebut mahdhurat tayammum
(keadaan yang membolehkan tayammum).
e. Bermukim
Tidak wajib menjalankan puasa bagi orang yang sedang
melakukan perjalanan musafir sejauh 82 km dengan
syarat bukan perjalanan maksiat dan harus keluar
rumah sebelum terbitnya fajar. Yang afdhol bagi
musafir adalah tetap berpuasa kecuali kalau ia tidak
mampu melakukannya.

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{7}
B. RUKUN PUASA
Rukun puasa ada 2 (dua):
1. Niat, baik puasa fardu atau sunnah. Wajib berniat tiap
malam untuk puasa wajib.
‫امنا األعمال بالنيات‬
Sesungguhnya segala perbuatan tergantung harus dengan
niat.
Perbedaan-perbedaan antara niat puasa wajib dan sunnah .
Niat puasa wajib Niat puasa sunnah
1. Waktunya mulai 1. Waktunya mulai
terbenamnya matahari terbenamnya matahari
sampai terbitnya fajar sampai sebelum
dan wajib berniat pada tergelincir dan tidak wajib
malam hari. berniat pada malam hari.
2. Wajib ta’yin (diperjelas) 2. Tidak wajib ta’yin apakah
apakah itu puasa itu puasa senin atau kamis
ramadlan atau kafarah misalnya, kecuali puasa
misalnya. muaqqat seperti puasa
3. Tidak boleh hari arafah.
menggabungkan dua 3. Boleh mengumpulkan
puasa wajib pada satu antara dua puasa sunnah
hari. pada satu hari .
- Sah berniat pada puasa sunnah sesudah terbit fajar
dengan dua syarat:
a. Harus berniat sebelum tergelincirnya matahari.
b. Tidak pernah mengerjakan segala sesuatu yang
membatalkan puasa.
- Niat yang paling sempurna adalah melafazkan niat
dengan hati misalnya :

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{8}

‫نويت صوم غد عن أداء فرض شهر رمضان هلذه السنة هلل تعاىل‬
Saya berniat puasa besok sehari penuh pada bulan
ramadlan tahun ini ada’ karena Alloh SWT.

Masalah
Bagaimana gambarannya bahwa puasa sunnah itu sah
dengan niat sesudah terbitnya matahari dan sesudah
makan?
Jawab
Gambaranya adalah apabila kebiasaanya berpuasa pada
hari senin atau kamis misalnya kemudian ia lupa bahwa
hari itu adalah hari senin maka ia boleh berniat puasa
walaupun ia sudah makan.

2. Meninggalkan semua hal-hal yang membatalkan puasa


- Artinya bahwa seseorang harus dalam keadaan ingat,
tidak terpaksa, tidak dalam keadaan jahil (tidak tahu),
maka puasanya tidak batal apabila ia makan atau
minum dalam keadaan dipaksa, tidak tahu, atau lupa.
- Yang dimaksud dengan jahil ma’zur adalah dua orang :
a. Orang yang baru masuk islam / mu’allaf.
b. Orang yang jauh dari ulama’ .
- Wajib menjalankan puasa ramadlan sebab lima perkara;
a. Dua berdasarkan keumuman atau apabila hal ini
sudah jelas maka wajib atas semua untuk
menjalaankaan puasa yaitu apabila sudah ditetapkan
oleh hakim.
b. Tiga berdasarkan kekhususan atau hal ini apabila
sudah jelas maka wajib atas perorangan.
- Yang wajib atas semua orang (umum) ada dua;
Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020
{9}
a. Dengan menyempurnakan bulan sya’ban 30 hari .
b. Dengan melihat hilal, oleh orang yang diterima
kesaksiannya (Adil-syahadah) yaitu laki-laki,
merdeka, berakal, berwibawa, sadar, dapat
berbicara, mendengar, melihat, tidak pernah
mengerjakan dosa-dosa besar dan tidak terus
menerus mengerjakan dosa-dosa kecil dan
ketaatannya lebih banyak dari maksiatnya.
Maksudnya adalah wajib menjalankan puasa atas
semua orang yang tinggal di suatu negeri dan siapa
saja yang sama terbit matahari di tempat itu
(mat’la’nya) dan terbenamnya, ini menurut imam
Nawawi. Sedangkan menurut imam Rafi’i adalah
wajib menjalankan puasa atas semua orang yang
jauh negerinya tidak lebih dari satu marhalah (82
km) dengan negeri yang melihat hilal itu.
- Yang wajib atas sebagian orang saja (khusus) ada tiga:
a. Dengan melihat hilal atas siapa saja yang
melihatnya, walaupun ia fasik.
b. Dengan mendapatkan kabar bahwa hilal telah
nampak dan ada tafsilnya :
1) apabila yang membawa kabar itu adalah orang
yang terpercaya maka wajib atas orang yang
dikabari itu untuk berpuasa, baik percaya di
dalam hati atau tidak.
2) apabila yang membawa kabar itu adalah orang
yang tidak terpercaya maka tidak wajib atas
orang yang dikabari itu untuk berpuasa kecuali
apabila ia percaya di dalam hatinya .

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{10}
c. Dengan perkiraan bahwa bulan ramadlan telah
masuk berdasarkan ijtihad seperti mendengar suara
meriam, atau melihat lampu/obor di menara–menara
.
Beberapa masalah dalam hal melihat hilal
a. Seseorang berpuasa selama 30 hari berdasarkan berita dari
orang yang diyakini benar , maka apakah boleh ia tidak
berpuasa sesudah 30 hari ia berpuasa ?
- Menurut imam Ramly boleh ia berbuka/makan tetapi
secara tersembunyi. Sedangkan menurut imam Ibn
Hajar tidak boleh karena hal tersebut bukan termasuk
dalil syariat. Lain halnya kalau berita orang adil yang
terpercaya dan ia telah berpuasa ihtiyathan, maka wajib
ia menahan diri dari makan ihtiyathan juga.

b. Seandainya seseorang musafir dari kotanya ke kota lain


pada akhir bulan sya’ban dalam keadaan tidak berpuasa
karena tidak melihat hilal (bulan sabit), namun
sesampainya di kota itu ia menjumpai penduduknya dalam
keadaan berpuasa atau sebaliknya maaka bagaimana
hukumnya ?
- Apabila ia menemukan penduduk kota itu dalam
keadaan berpuasa maka wajib ia ikut berpuasa. Adapun
kalau ia menjumpainya dalam keadaan tidak berpuasa
maka menurut imam Ramly boleh ia ikut tidak
berpuasa. Sedangkan menurut imam Ibn Hajar ia wajib
tetap berpuasa, karena ia berpuasa menurut
keyakinannya, jadi tidak boleh hanya dengan melihat
orang yang belum berpuasa.

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{11}
c. Seseorang musafir dari kotanya menuju kota lain pada
akhir bulan ramadlan dalam keadaan berpuasa karena
belum melihat hilal syawal atau tidak berpuasa karena
melihat hilal, kemudin ia menjumpai penduduknya tidak
berpuasa atau berpuasa sedangkan ia tidak berpuasa
bagaimana hukummnya?
- Pada kedua hal tersebut wajib ia mengikutinya karena
ia telah menjadi bagian dari penduduk itu.

C. Sunnah-sunnah saat berpuasa ramadlan


1. Menyegerakan berbuka, apabila sudah yakin matahari
sudah tenggelam, adapun kalau masih ragu maka wajib
berihtiyath mengundurkannya.
2. Makan sahur walaupun hanya dengan seteguk air, dan
waktunya masuk setelah pertengahan malam.
3. Mengakhirkan sahur sampai batas tidak terlalu dekat
dengan waktu imsak, dan dianjurkan untuk menahan
diri/imsak sebelum subuh selama ukuran 50 ayat Al-
Qur’an atau seperempat jam.
4. Berbuka dengan kurma rathab (korma setengah matang)
dengan bilangan ganjil, kalau tidak ada maka dengan
busrun (korma hijau) kalau tidak ada maka dengan tamar
(korma kering) kalau tidak ada maka dengan air zam zam
kemudian hulwun (makanan manis yang tidak dimasak)
seperti zabib (anggur kering) atau madu, kemudian halwa
(makanan manis yang dimasak) seperti kolak dll.
5. Membaca doa berbuka :

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{12}

‫ ذهب الظمأ‬. ‫" اللهم لك صمت وبك آمنت وعلى رزقك أفطرت‬
‫ احلمد هلل الذى اعانىن فصمت‬. ‫وابتلت العروق وثبت األجر انشاءاهلل‬
‫ اللهم اىن أسالك برمحتك الىت وسعت كل شيء أن‬. ‫ورزقىن فأفطرت‬
" ‫تغفرىل‬
Ya Allah, aku berpuasa karenamu dan aku beriman
kepadamu dan dengan rizkimu aku berbuka. Telah hilang
rasa dahaga dan telah basah ototku dan telah ada pahala
insya Allah. Segala puji bagi Allah yang telah menolongku
sehingga aku dapat berpuasa dan memberiku rizki
sehingga aku dapat berbuka dan aku memohon dengan
rahmatmu yang luasnya melebihi segala sesuatu, maka
ampunilah aku.
6. Memberi makan untuk orang berbuka .
7. Mandi junub sebelum fajar agar dapat memulai puasanya
dalam keadaan suci.
8. Mandi setiap malam agar badan terasa segar untuk
melakukan ibadah.
9. Tetap mengerjakan shalat tarawih setiap malam sampai
akhir ramadlan, berdasarkan :
" ‫" من فام رمضان امياناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه‬
Barang siapa yang mendirikan qiyamul lail/tarawih karena
iman dan mengharap rida Allah maka Allah akan
menghapuskan dosa-dosanya yang telah lewat.
10.Tetap mengerjakan shalat witir dan khusus witir pada
bulan ramadlan dengan tiga sesuatu :
a. Disunnahkan berjamaah .
b. Disunnahkan dengan bacaan nyaring.

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{13}
c. Disunnahkan membaca qunut sesudah tanggal 15
sampai akhir ramadlan ini yang muk’tamad.
11.Memperbanyak membaca Al-Qur’an dengan tadabbur, ini
berdasarkan hadits :
‫رمضان شهر القرآن‬
Bulan ramadlan itu adalah bulan Al-Qur’an
12.Memperbanyak mengerjakan sunnah-sunnah seperti
shalat-shalat sunnah, shalat dluha, tasbih awwabin.
13.Memperbanyak mengerjakan amal salih seperti sadakah,
silaturrahmi, menghadiri majlis ta’lim, iktikaf banyak
berdoa dll.
14.Memperbanyak zikir dan ibadah pada sepuluh terakhir dari
bulan ramadlan, karena ada malam lailatul qadar dan pada
tanggal-tanggal witir/ganjil dilebihkan \.
15.Tetap menjaga agar berbuka dengan barang halal ,
sebagaimana anjuran imam Abdullah bin husen :

) ‫( وأفطر على احلالل * يا طالب الكمال‬


Dan berbukalah selalu dengan barang yang halal * wahai
pencari kesempurnaan.
16.Memberikan kelebihan pada sanak keluarga.
17.Meninggalkan hal-hal yang tidak ada gunanya dan
pertengkaran, dan apabila ia dimaki orang maka
hendaknya berkata “maaf saya sedang berpuasa”.

Faedah
Telah berkata imam Al-Gazali ra, puasa itu terbagi menjadi
tiga:

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{14}
1. Puasa awam yaitu puasanya orang yang hanya
meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa saja
namun tidak dapat meninggal hal-hal yang menggugurkan
pahala puasa.
2. Puasa khas yaitu puasanya orang yang dapat menahan diri
dari segala yang menggugurkan pahala puasa seperti
berbihong, ghibah fitnah dll.
3. Puasa khas-al khas yaitu puasanya orang yang hanya
mengingat Allah saja dan lupa dari selain Allah.

D. Makruh-makruh puasa
Ada delapan:
1. Al-Alk’ yaitu mengunyah makanan tanpa menelannya,
karena kalau ada yang tertelan maka puasanya batal.
2. Zauqut tha’am/mencicipi makanan yaitu orang yang perlu
mencicipi makanan, tapi tanpa ada yang masuk ke rongga.
3. Ihtijam/berbekam yaitu orang yang mengeluarkan
darahnya dengan cara membekam tengkuknya dengan
pisau, hal ini makruh dilakukan karena dapat melemahkan
badan dan dalam mazhab hambali hukumnya dapat
membatalkan puasa.
4. Majjul ma’/mengeluarkan air yang pertama diminum
sewaktu/sesudah berbuka.
5. Mandi dengan menyelam, walaupun mandi wajib.
6. Bersiwak/menggosok gigi sesudah zawal/tergelincirnya
matahari, tapi imam Nawawi mengatakan hal ini tidak
makruh.
7. Terlalu kenyang, terlalu banyak tidur dan mengerjakan
hal-hal yang kurang faedahnya.

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{15}
8. Memakai hal-hal mubah seperti harum-haruman,
mendengar musik dan menonton.

E. Hal-hal yang membatalkan puasa


Hal-hal yang dapat membatalkan puasa terbagi dua:
1. Hal-hal yang dapat membatalkan pahala puasa tanpa
membatalkan puasa itu dan tidak wajib mengqadaknya hal
ini disebut dengan Al-Muhbithat.
2. Hal-hal yang dapat membatalkan puasa sekaligus
membatalkan pahalanya disebut dengan Al-Mufthirat dan
ini wajib mengqadla puasanya.

- Penjelasan
a. Pertama. Al-Muhbithat yaitu hal-hal yang dapat
membatalkan pahala puasa, hal ini berdasarkan hadits :
‫ كم من صائم ليس له من‬: ‫" قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬
" ‫صيامه ال اجلوع والعطش‬
Berapa banyak orang yang menjalankan puasa namun
tidak mendapat apa-apa kecuali lapar dan dahaga. Hr
Dailamy
1) Al-Ghibah yaitu membicarakan aib atau cacat orang
lain walaupun benar adanya.
2) An-Namimah yaitu memfitnah orang agar bertengkar
dan putus hubungan.
3) Al-Kadzib yaitu berdusta, mengabarkan orang
dengan yang bukan kenyataannya.
4) Melihat hal-hal yang diharamkan agama.
5) Bersumpah palsu.
6) Berkata keji dan kotor hal ini berdasarkan hadits:

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{16}

" ‫" من مل يدع قول الزور والعمل به فليس هلل حاحة ىف أن يدع طعامه وشرابه‬
Barang siapa yang tidak dapat meninggalkan perkataan
kotor dan perbuatan keji maka Allah tidak
membutuhkan puasanya. hr Bukhari

b. Kedua, Al-Mufthirat yaitu hal-hal yang dapat


membatalkan puasa dan pahalanya ada delapan:
1) Murtad yaitu mengerjakan sesuatu yangdapat
membtalkan iman baik dengan ucapan, perbuatan
atau dengan keyakinan, murtad ini dapat
membatalkan puasa walaupun sebentar.
2) Haid, nifas dan melahirkan ketiganya dapat
membatalkan puasa walaupun sebentar.
3) Gila walaupun sebentar.
4) Terkena ayan atau mabuk , hal dapat membatalkan
puasa dengan syarat apabila berlangsung sehari dan
apabila ia siuman walaupun sebentar maka puasanya
sah dan ini yang muk’tamad menurut imam Ramli .
Sedangkan menurut imam Ibn Hajar mabuk
membatalkan puasa apabila disengaja walaupun
sebentar, sedangkan sebagian ulama berpendapat
bahwa mabuk tidak membatalkan kecuali apabila
sengaja dan berlangsung sehari penuh.
5) Jima’/berhubungan suami istri ini dapat
membatalkan puasa apabila sengaja , tahu hal itu
diharamkan dan kemauan sendiri, dan apabila ia
batal puasanya dengan syarat-syarat di atas maka ia
dikenakan lima hal :
a) Dosa besar

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{17}
b) Wajib menahan diri dari semua yang
membatalkan puasa.
c) Wajib dita’zir yaitu hakim menurunkan hukum
kepadanya menurut kebijakan dan pertimbangan
hakim.
d) Wajib mengqadla puasa itu.
e) Wajib membayar kaffarah udzma/tebusan besar
yang harus dibayar dengan tertib artinya tidak
boleh berpindah kecuali tidak mampu yaitu:
1) memerdekakan budak muslim/muslimah.
2) berpuasa selama dua bulan berturut-turut.
3) memberi makan 60 fakir miskin tiap orang 1
mud.
Kafarat ini hanya wajib dikerjakan oleh
laki-laki saja dan kafarat ini wajb dikerjakan lagi
apabila terjadi pelanggaran lagi.
6) Masuknya sesuatu ke dalam rongga badan ( mamfaz
maftuh ) .
Yang dimaksud dengan barang adalah semua
bentuk materi baik padat atau cair termasuk asap,
lain halnya kalau tidak nampak atau tak berbentuk
seperti angin maka tidak membatalkan.
Dan yang dimaksud dengan rongga badan
adalah lubang-lubang yang terdapat di badan
manusia seperti hidung dan semua lubang badan
dalam mazhab syafi’i termasuk rongga yang dapat
membatalkan puasa kecuali mata dan telinga
menurut imam Al-Ghazali. Dan tidak termasuk
membatalkan apabila masuknya dengan menyerap
seperti lubang pori-pori.

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{18}
Dan yang dimaksud dengan rongga adalah
lubang badan yang berfungsi sebagai jalan makanan
atau obat.

Beberapa masalah
1. Hukum jarum suntik/bersuntik adalah boleh apabila dalam
keadaan darurat, tapi para fuqaha berbeda pendapat mengenai
apakah membatalkan puasa atau tidak, dalam tiga pendapat:
a. Jarum suntik membatalkan puasa kerena obatnya sampai
ke dalam perut.
b. Jarum suntik tidak membatalkan karena masuknya tidak
melalui manfaz maftuh (rongga badan).
c. Pendapat yang mengatakan bahwa dalam masalah ini ada
tafshil yaitu :
1) Apabila yang disuntikkan itu adalah berupa makanan
seperti air inpus , maka hal ini dapat membatalkan
puasa .
2) Apabila yang disuntikkan itu hanya berupa obat saja
maka para fuqaha menjelaskan bahwa:
a) apabila obat yang disuntikkan itu masuk ke dalam
urat yang berongga maka hal ini dapat membatalkan
puasa.
b) apabila obat yang disuntikkan itu masuk ke dalam
otot maka hal ini tidak membatalkan puasa.
2. Hukum riak
a. Apabila riak itu sudah sampai batas luar (had zahir)
kemudian ditelan kembali maka hal ini dapat
membatalkan puasa.

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{19}
b. Apabila riak itu masih dalam batas dalam (had bathin)
kemudian ditelan kembali maka hal ini tidak
membatalkan puasa.
  Penjelasan.
Yang dimaksud dengan batas luar adalah tempat
keluarnya huruf kha’, di tenggorokan dan batas dalam
adalah tempat keluarnya huruf ha’ besar. Sedangkan
para fuqaha berbeda pendapat tentang tempat keluarnya
huruf ha’ kecil/tipis , imam Nawawi memasukkannya ke
dalam batas luar/had zahir jadi membatalkan puasa
apabila menelannya kembali. Sedangkan imam Rafi’I
memasukkannya ke dalam batas dalam jadi tidak
membatalkan puasa kalau ditelan kembali.
3. Hukum menelan ludah adalah tidak membatalkan puasa
karena sulit menjaganya tetapi dengan tiga syarat :
a. Air ludah itu bersih, tidak bercampur dengan sesuatu
apapun seperti bekas makanan dll.
b. Air ludah itu harus suci, tidak nakjis dengan darah gusi dll.
c. Air ludah itu masih berada di dalam dan mulut terhitung
bagian dalam, maka apabila seseorang menelan ludahnya
yang berada di bibirnya maka puasanya batal.
4. Hukum masuknya air ke dalam rongga waktu mandi tanpa
sengaja adalah tafshil :
a. Apabila mandi itu disyariatkan/diperintahkan oleh agama
seperti mandi wajib/junub atau mandi sunnah seperti
mandi jum’at maka puasanya tidak batal apabila mandi
dengan mencebok, adapun apabila mandi dengan
menyelam maka puasanya batal.
b. Apabila mandi itu tidak disyariatkan seperti mandi hanya
untuk mendinginkan badan, maka puasanya batal

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{20}
walaupun dengan tidak sengaja, baik ia mandi dengan
mencebok atau dengan menyelam.
5. Hukum apabila kemasukan air waktu berkemumur
( madlmadlah ) tanpa kehendak sendiri adalah tafshil :
a. Apabila berkemur itu disyariatkan / diperintahkan
oleh agama baik pada waktu mandi atau wudlu maka
kita lihat:
b. Apabila tidak berkemumur dengan sangat maka
puasanya sah walupun ada air yang masuk.
c. Apabila berkemumur dengan sangat maka puasanya
batal karena berkemumur dengan sangat makruh
hukumnya bagi orang yang berpuasa.
d. Apabila berkemumur itu tidak disyariatkan seperti
kemumur yang keempat dalam wudlu maka apabila
kemasukan air puasanya batal.
6. Al-Istimna’ (onani) maksudnya adalah yang termasuk
membatalkan puasa adalah mengeluarkan air mani baik
dengan tangannya sendiri atau dengan tangan istrinya atau
dengan menghayal atau dengan meniduri , hal ini apabila ia
tahu kalau hal itu dapat menyebabkan keluarnya air mani ,
maka apabila air maninya kaluar pada salah satu kelakuan ini
maka puasanya batal..

- Kesimpulan masalah keluar air mani adalah :


1. Pada dua tempat dapat membatalkan puasa :
a. Apabila dikeluarkan dengan cara istimna’ ( onani ) .
b. Apabila keluar karena memeluk istrinya tanpa busana .
2. Pada dua tempat tidak membatalkan puasa :
a. Apabila keluar tanpa memeluk pasangan yaitu hanya
dengan menghayal atau memikirkan .

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{21}
b. Apabila keluar karena memeluk pasangannya dalam
keadaan berbusana .
- Hukum berciuman adalah haram apabila berciuman itu dapat
mengerakkan nafsu syahwat tapi apabila tidak maka
hukumnya adalah khilaf aula / lebih baik dihindarkan dan
puasa itu tidak batal apabila air mani keluar karena
berciuman .

7. Al-Istiqa’ah ( sengaja muntah ) artinya yang kedelapan dari


hal-hal yang membatalkan adalah apabila seseorang sengaja
dan berusaha untuk mengeluarkan muntahnya dan hal itu
dapat membatalkan puasa walaupun muntahnya itu keluar
sedikit .
a. Muntah adalah makanan atau minuman yang keluar
sesudah masuk melewati tenggorokan walaupun
belum berubah warna atau baunya .
b. Hukum apabila seseorang muntah adalah mulutnya
mutanajis / terkena nak’jis maka ia wajib mencuci
dan berkemumur sampai hilang , sampai batas zahir /
luar dan puasanya tidak batal apabila kemasukan air
ke dalam tenggorokan tanpa disengaja karena
membersihkan nak’jis diperintahkan oleh syariat .

- Macam–macam orang yang tidak berpuasa menurut


kewajibannya ada empat :
a. Orang yang wajib mengqadak puasa dan membayar
fidyah ada dua :
1) Apabila seseorang tidak berpuasa karena
mengkhawatirkan keselamatan orang lain seperti
perempuan hamil atau yang menyusui tidak

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{22}
berpuasa karena mengkhawatirkan keselamatan
janin atau bayinya . Adapun apabila seseorang tidak
berpuasa karena mengkhawatirkan keselamatan
dirinya dan orang lain maka ia hanya wajib
mengqadak puasanya saja tidak wajib membayar
fidyah .
2) Apabila seseorang tidak menqadak puasa
ramadlanya tahun dulu sampai masuk ramadlan
tahun ini tanpa uzur yang dibenarkan , maka ia wajib
mengqadak puasanya itu dan membayar fidyah .
- Fidyahnya adalah 1 mud ( 625 gr ) beras atau makanan pokok
daerah setempat dan fidyah ini akan bertambah sampai ia
membayarnya . Contohnya apabila tahun dulu ia wajib
membayar 10 mud tapi sampai tahun ini ia belum juga
membayarnya maka tahun ini ia wajib membayar 20 mud begitu
seterusnya .

2.      Orang yang wajib mengqadak saja , tidak wajib membayar


fidyah ada tiga yaitu :
1.          Orang yang terkena penyakit ayan .
2.          Orang yang lupa berniat puasa malam hari .
3.          Orang yang sengaja membatalkan puasanya dengan
selain jima’.
3. Orang yang wajib membayar fidyah saja , tidak wajib
mengqadak ada dua yaitu :
1.      Orang tua yang sudah tidak mampu lagi untuk menjalankan
puasa .
2.      Orang sakit yang tidak / jauh kemungkinan sembuhnya .
4. Orang yang tidak ada kewajiban sama sekali ( baik
qadak atau fidyah ) ada satu yaitu :

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{23}
1.      Orang gila yang tidak sengaja membuat dirinya gila .

       Keadaan orang-orang yang wajib mengqadak puasanya


dan kewajiban menahan diri dari segala yang membatalkan puasa
sampai magrib ada enam yaitu :
1.      Orang yang sengaja membatalkan puasanya .
2.      Orang yang lupa berniat puasa pada malam hari .
3.      Orang yang makan sahur karena mengira belum terbit fajar
tetapi ternyata sudah terbit fajar .
4.      Orang yang berbuka puasa karena mengira matahari sudah
terbenam tetapi ternyata belum terbenam .
5.      Orang yang mengetahui bahwa tanggal 30 sya’ban itu
adalah tanggal 1 ramadlan sedangkan ia tidak berpuasa .
6.      Orang yang kemasukan air waktu berkumur yang tidak
diperintahkan oleh syariat .

       Hal-hal yang tidak membatalkan puasa walaupun masuk


sesuatu ke dalam rongga badan ada tujuh :
1.     Sesuatu yang masuk ke dalam rongga , dalam keadaan lupa .
2.     Sesuatu yang masuk ke dalam rongga sedangkan ia tidak
tahu kalau hal itu membatalkan puasa .
3.     Sesuatu yang masuk ke dalam rongga dengan dipaksa
dengan adanya syarat-syarat pemaksaan yang dibenarkan .
4.     Air ludah yang bersih yang berada di antara gigi –gigi
masuk ke dalam rongga .
5.     Debu jalanan yang masuk ke dalam rongga badan .
6.     Tepung , baik beras atau ketan atau yang lainnya .
7.     Lalat baik di rumah atau di jalan ...

  Beberapa masalah dalam puasa .

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{24}

1.      Apabila seorang anak jadi balig , orang sakit jadi sembuh
atau orang musafir jadi mukim sedangkan mereka dalam keadaan
berpuasa , maka wajib atas mereka untuk menahan diri / tidak
boleh membatalkan puasanya .
2.      Apabila perempuan haid atau nifas jadi suci , orang gila jadi
sadar atau orang kafir masuk islam semuanya pada pertengahan
ramadlan , maka disunnahkan atas mereka untuk menahan diri
dari hal –hal yang membatalkan puasa , dan orang kafir dan
orang gila tadi tidak wajib mengqadak puasanya .
3.      Orang murtad wajib mengqadak puasanya selama masa
murtadnya walaupun pernah terkena gila di pertengahannya .
4.      Termasuk kesalahan yang patal atas sebagian orang adalah
ketika mereka mendengar azan subuh mereka beramai-ramai
minum dengan keyakinan bahwa waktu sahur masih ada ,
padahal hal itu tidak boleh karena dapat membatalkan puasa dan
ia wajib mengqadaknya apabila puasa itu pardu , hal itu karena
muazzin mengumandangkan azan sesudah masuk waktu subuh .
5.      Apabila seseorang meninggal sedangkan ada kewajiban
untuk mengqadak puasa , maka boleh bagi walinya untuk
menggantikannya dengan puasa atau dengan membayarkannya
fidyah setiap puasa 1 mud .
6.      Dibolehkan pada puasa sunnah untuk membatalkan
puasanya walaupun tanpa uzur , lain halnya dengan piasa fardu
maka tidak boleh , baik ramdlan , qadak , atau nazar .
7.      Haram hukumnya melakukan puasa wishal ( menyambung
hari ini dengan besok tanpa berbuka di antaranya ) .
8.      Wajib hukumnya mengqadak puasa fardu dengan segera
apabila ia membatalkannya dulu tanpa uzur , sedangkan apabila

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{25}
karena uzur , maka boleh ia menundanya sampai waktu ia
mungkin berpuasa .
9.      Apabila ada orang melakukan hal-hal yang membatalkan
puasa maka apabila orang itu adalah orang alim yang salih maka
sunnah kita menegurnya , tapi apabila orang itu adalah orang
biasa maka wajib kita menegurnya .

  Bab i’tikaf .

Definisi I’tikaf menurut bahasa adalah berketetapan pada sesuatu


walaupun jelek , tapi kata sebagian ulama hanya pada yang baik-
baik saja .
Sedangkan menurut syara’ adalah tinggalnya seseorang yang
khusus pada tempat yang khusus dengan niat yang khusus .
Fadilahnya banyak sekali , rasulullah saw bersabda :

ً‫ من مشى ىف حاجة أخيه كان خريا‬: ‫ورد عن النيب صلى اهلل عليه وسلم أنه قال‬
‫ ومن اعتكف يوماً ابتغاء وجه اهلل عز وجل جعل‬, ‫له من أعتكاف عشر سنني‬
" ً‫ كل خندق أبعد مما بني اخلافقني " و أيضا‬, ‫اهلل بينه وبني النار ثالث خنادق‬
‫ " من اعتكف عشراً ىف رمضان كان كحجتني و عمرتني‬.

Artinya : “ Barang siapa berjalan untuk menyampaikan hajat


saudaranya , maka itu lebih baik dari melakukan I’tikaf selama
sepuluh tahun “ . dan “ Barang siapa melakukan I’tikaf karena
Allah maka Allah akan menjauhkannya dari neraka sejauh tiga
parid , tiap parid lebih jauh dari dua petala bumi dan langit “ dan
juga sabdanya “ Barang siapa beri’tikaf sepuluh hari pada bulan

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{26}
ramadlan maka sama seperti melakukan haji dan umrah dua kali
“.

             Hukum –hukum I’tikaf ada empat :

1.      Wajib yaitu apabila ia bernazar .


2.       Sunnah dan ini adalah hukum asalnya , pada sepuluh akhir
ramadlan sangat dianjurkan .
3.       Makruh yaitu I’tikafnya perempuan yang masih cantik
dengan izin suaminya .
4.       Haram ada dua :
1.      Haram tapi sah yaitu I’tikafnya perempuan tanpa izin
suaminya , atau dengan izinnya tapi ada fitnah di sana .
2.       Haram dan tidak sah yaitu I’tikafnya perempuan yang
sedang haid atau nifas .

             Rukun-rukun I’tikaf ada empat :

1.      Niat .
2.       Tinggal ( pekerjaan ) .
3.       Tempat ( tempat I’tikaf ) .
4.       Orang yang I’tikaf .

             Syarat-syarat I’tikaf ada enam :

1.      Niat , berdasarkan hadits ( ‫بالنيات‬ ‫امنا األعمال‬ )


2.       Masjid yang khusus diwakafkan sebagai masjid , maka
tidak sah di madrasah atau rubat .

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{27}
3.       Harus tinggal lebih dari masa tuma’ninah shalat yaitu
selama ukuran bacaan tasbih , maka tidak sah kalau hanya lewat
saja , lain halnya kalau mondar mandir maka sah .
4.       Harus dalam keadaan suci dari hadas besar seperti junub ,
haid dan nifas .
5.       Harus dalam keadaan berakal , maka tidak sah I’tikafnya
orang gila , apabila seseorang terkena gila sewaktu I’tikaf
walaupun sebentar maka I’tikafnya batal .
6.      Harus dalam keadaan beragama islam , maka tidak sah
I’tikafnya orang yang murtad atau kafir asli .

             Sunnat-sunnat I’tikaf banyak sekali :

1.      I’tikaf di masjid jami’ / yang didirikan shalat jum’at .


2.       I’tikaf sehari semalam .
3.       I’tikaf sambil berpuasa .
4.       Memperbanyak zikir dan doa .
5.       Meninggalkan segala yang makruh dan tidak ada
faedahnya .
6.       Menazarkannya agar mendapatkan pahala ibadah fardu .

   Beberapa masalah dalam I’tikaf .

1.      Seseorang masuk masjid dan berniat I’tikaf kemudian


keluar , kemudian masuk lagi , apakah ia wajib berniat I’tikaf
lagi ?
Dalam masalah ini ada tafshil :
1.Terkadang orang yang I’tikaf itu tidak menentukan lama
waktunya.

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{28}
2.Terkadang orang yang I’tikaf itu sudah menetukan lama
waktunya .
3.Terkadang I’tikaf itu dinazarkan .
4.Terkadang I’tikaf itu sunnah saja .

  penjelasan .

1.      Apabila waktu I’tikaf tidak ditentukan maka kita perhatikan


:
1.     Apabila seseorang keluar dari masjid tanpa ada keinginan
untuk kembali lagi maka ia wajib berniat I’tikaf lagi , baik ia
keluar untuk qadak hajat atau lainnya .
2.     Apabila ia keluar dari masjid tapi ada keinginan untuk
masuk lagi maka ia tidak wajib berniat I’tikaf lagi , karena
keinginannya itu menjadi pengganti niat .
2.      Apabila waktunya sudah ditentukan misalnya sehari ,
sebulan tapi tidak ia syaratkan harus berturut-turut maka kita
perhatikan :
1.     Apabila ia keluar untuk qadak hajat seperti kencing , buang
air besar dll maka ia tidak wajib lagi berniat I’tikaf apabila
kembali masuk masjid karena termasuk pengecualian .
2.     Apabila ia keluar bukan untuk qadak hajat maka tetapi ada
keinginan untuk kembali sewaktu keluarnya maka ia tidak wajib
berniat lagi , adapun kalau tidak ada keinginan untuk kembali
lagi maka wajib ia berniat lagi .
3.      Apabila seseorang masuk masjid dan lupa berniat I’tikaf ,
bolehkah ia berniat di dalam shalatnya ?
Jawab . Boleh ia berniat dalam hati di dalam shalatnya tapi tidak
boleh melafazkannya karena termasuk ucapan lain dan dapat
membatalkan shalat .

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{29}

       Hal-hal yang membatalkan I’tikaf ada enam :

1.     Gila dan terkena ayan .


2.     Orang yang sengaja mabuk .
3.     Haid .
4.     Murtad .
5.     Hadast besar yang membatalkan puasa seperti onani dan
jima’ .
6.     Keluar dari masjid tanpa uzur , maksudnya orang yang
keluar seluruh badannya dari masjid dengan sengaja , dengan
sepengetahuannya dan atas kemauan sendiri .

       Beberapa masalah dalam I’tikaf yang berturut-turut .

1.      Apabila seseorang bernazar untuk I’tikaf berturut-turut


maka ia wajib menjalankannya sesuai dengan nazarnya , apabila
ia memutuskannya maka ia wajib mengulang lagi dari pertama .
2.      Hal-hal yang memutuskan I’tikaf yang berturut –turut ada
empat :
1.     Mabuk .
2.     Kafir / murtad .
3.     Jima’ dengan sengaja .
4.     Keluar dari masjid tanpa hajat dan yang termasuk hajat
seperti sakit , mandi , menghilangkan nak’jis , makan , minum ,
buang air besar , kencing begitu juga apabila ia sewaktu berada di
jalan untuk kembali kemudian ia shalat janazah atau
bersilaturrahmi .

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{30}
3.      hal-hal / uzur yang tidak memutuskan I’tikaf yang berturut-
turut ( kalau ia kembali ke masjid ia tidak perlu lagi berniat
I’tikaf ) ada tujuh:
1.     Gila , terkena ayan , ini apabila orang yang beri’tikaf itu
tetap di masjid atau keluar karena darurat keduanya .
2.     Orang yang keluar dari masjid karena dipaksa dengan
paksaan yang tidak cukup syarat .
3.     Haid , apabila tidak cukup untuk masa suci .
4.     Azan , yang dilakukan oleh mua’zzin yang digaji , dan ia
melakukan azan di menara di luar masjid .
5.     Mengadakan hukuman / qisas yang ditetapkan bukan karena
pengakuannya .
6.     Habis masa iddah apabila bukan disebabkan karenanya .
7.     Memberikan kesaksian atas sebuah kasus dan ia menjadi
saksi utama dan kesaksiannya tidak di masjid .
4.      Seseorang bernazar I’tikaf secara berturut-turut tapi ia
mensyaratkan kebolehannya keluar dari masjid sewaktu I’tikaf ,
bagaimana hukumnya ?
Jawab dalam masalah ini ada perincian / tafshil :
1.      Apabila ia mensyaratkan boleh keluar untuk sesuatu yang
mubah / boleh yang tidak menggangu I’tikaf maka syaratnya itu
sah , dan apabila ia menta’yinkan ( menentukan ) suatu pekerjaan
seperti mau menziarahi kerabatnya maka ia tidak boleh
mengerjakan lebih dari itu . Tapi apabila ia tidak menta’yinkan
suatu perbuatan ( itlaq ) maka ia boleh keluar untuk keperluan-
keperluan mubah seperti menemuai penguasa .
2.      Apabila ia tidak mensyaratkan akan keluar untuk suatu
keperluan khusus misalnya ia berkata “ saya akan keluar apabila
ada hajat untuk keluar “ atau untuk keperluan yang haram seperti
mencuri atau bukan ada manfaat seperti keluar hanya untuk

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{31}
bersantai saja atau keluar untuk melakukan sesuatu yang
membatalkan I’tiakf seperti jima’ maka syaratnya tidak sah dan
tidak I’tikafnya tidak sah .

---

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{32}

PANDUAN PUASA
BAGI SEORANG MUSLIM

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020


{33}

Disusun oleh:
Penyuluh Agama Islam
Kecamatan Ngoro kabupaten Jombang
Tahun 2020
----

--

Penyuluh Agama Islam Kec. Ngoro Kab. Jombang Tahun 2020

Anda mungkin juga menyukai