Anda di halaman 1dari 3

47.

Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana


biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit
untuk kamu makan.
48. kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang Amat sulit, yang
menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali
sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.
49. kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan
(dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur."


54. dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaKu, agar aku memilih Dia sebagai orang
yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan Dia, Dia
berkata: "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan
Tinggi lagi dipercayai pada sisi kami".
55. berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku
adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan".






261. perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi
siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.
262. orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak
mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya
dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di
sisi Tuhan mereka. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.

[166] Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk


kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah
dan lain-lain.

Intisari ayat:
1. Kebijakan pemimpin harus berorientasi pada kemaslahatan umat, khususnya
bidang ekonomi.
2. Pengaturan Ekonomi Umat dilakukan dengan cara tawasut (seimbang), tidak
boros dan tidak kikir.
3. Harta umat ditasarufkan untuk kepentingan umat yang berada di jalan Allah,
seperti pembangunan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.
4. Pemegang kebijakan ekonomi harus orang yang ahli di bidang ekonomi Islam,
agar kebijakan ekonomi berjalan sesuai dengan aturan Allah dan Rasulullah
saw.
5. Kebijakan ekonomi yang sesuai dengan ajaran Islam, akan memberikan
keberkahan, berupa meningkatnya kemampuan ekonomi umat.
6. Sebaliknya, kebijakan ekonomi yang tidak sesuai dengan aturan syariah,
berdampak pada ketidakberkahan, sehingga berakibat pada kemerosotan
kekuatan ekonomi bangsa.

Anda mungkin juga menyukai