Anda di halaman 1dari 20

1

Alquran: Definisi dan Garis Besar Isi Alquran


Materi Kuliah Online -2-
Oleh: Badrun Taman

A. Pengertian, Nama, dan Julukan Alquran


1. Definisi Etimologis
Definisi Alquran sedikit telah disinggung pada bab pengantar ulu>m al-Qura>n,
materi kuliah pertama. Pada bab ini penulis sedikit menjabarkan kembali
definisi Alquran tersebut, dengan lebih merinci berbagai pandangan yang
terdapat pada beberapa literatur ulu>m al-Qura>n. Dari segi bahasa para ulama’
berselisih pandangan tentang asal kata Alquran. Perbedaan mereka pada
aspek bahwa nama al-Qura>n termasuk: 1) kata musytaq (terbentuk dari kata
lain) atau tidak, 2) kata yang mahmu>z (kata yang mengandung huruf hamzah)
atau tidak, dan 3) kata sifat atau mas}dar (kata kerja yang dibendakan)1.
Jika dikelompokkan, ada dua versi mayor pendapat tentang asal kata
al-Quran. Pertama, pendapat yang mengatakan al-Qura>n adalah nama yang
sejak awal diberikan Allah pada Alquran dan bukan merupakan derivasi dari
kata lain.2 Nama yang tidak diderivasikan dari kata lain dalam bahasa Arab
disebut isim ‘alam ghair manqu>l. Kata nama seperti itu bersifat ja>mid (tidak
terbentuk dari kata lain), yaitu kebalikan dari kata yang musytaq (terbentuk
dari kata lain). Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa al-Qura>n adalah
nama yang musytaq, yaitu diderivasikan dari kata yang lain. Pendapat kedua
ini juga masih diperselisihkan tentang ke-mahmuz-an dan tidaknya, dan
termasuk kata sifat atau mas}dar.3 Lebih jelasnya, bisa dilihat di bagan ini:
Isim 'Alam Isim Mahmu>z
Ghair Manqu>l (Kata nama yang
(Nama yang mengandung huruf
tidak diderivasi hamzah)
1
dari kata lain) Ghair Mahmu>z
al-Qura>n
(Kata nama yang tidak
Isim Musytaq mengandung huruf
(Nama yang hamzah)
diderivasi dari
kata lain) Isim Sifat
(kata sifat)
2
Mas}dar
(Kata kerja yang
dibendakan)
Bagan 1. Berbagai versi tentang asal kata al-Qura>n

1
Muhammad Abu Syuhbah, al-Madkhal li al-Dira>sah al-Qura>n al-Kari>m (Riyad: Dar al-Liwa’,
1986), h. 17
2
Salah al-Din Arqah Dan, Mukhtashar al-Itqa>n Fi> Ulu>m al-Qur’a>n li> al-Suyu>t}y (Beirut: Da>r al-
Nafa>is, 1987), h. 18.
3
Muhammad Safa’ Syaikh Ibrahim Haqy, Ulu>m al-Qura>n Min Khila>l Muqaddima>t al-Tafa>sir
(Beirut: Muassasah al-Risalah, 2004), h. 33.
2

Mereka yang berpendapat bahwa al-Qura>n adalah kata yang mahmu>z


(kata yang sebagian hurufnya adalah hamzah), mengatakan bahwa ia mas}dar
(kata kerja yang dibendakan) dengan mengikuti standar ‫ فُ ْع اَلن‬dari kata qara’a
(‫) ا ا ا‬4 yang memiliki arti al-jam’u (mengumpulkan) dan al-qira>’ah (membaca).
Kata qara’a adalah kata yang salah satu hurufnya adalah hamzah. Yang
dimaksud al-jam’u dalam konteks definisi al-Qura>n adalah mengumpulkan
huruf-huruf dan kata-kata yang ada dalam Alquran. Sebagian ulama bahkan
menyatakan bahwa yang dikumpulkan dalam Alquran tidak hanya huruf dan
kata, melainkan ia juga mengumpulkan semua kitab-kitab Allah SWT
sebelumnya, dalam arti menyempurnakan semuanya. Alquran juga
mengumpulkan segala ilmu yang ada di dunia ini dan tidak ada satupun yang
luput dari Alquran.
Simpulan bahwa tidak satupun yang terlewat dari Alquran dan segala
ilmu telah dikumpulkan oleh Alquran bisa diketahui firman Allah SWT
dalam Alquran surat al-An’a>m ayat 38:

‫ َما فَ َّرطْنَا ِ ِْف‬،‫احْي ِه إِالَّ أ َُم ٌم أ َْمثَالُ ُك ْم‬ ِ ِ ِ


َ َ‫ض َوالَ طاَئ ٍر يَطْي ُر ِبَن‬ ِ ‫َوَما ِم ْن َدابٍَّة ِ ِْف ْاْل َْر‬
‫اب ِم ٍن َش ْي ٍء ُُثَّ إِ ََل َرهِّبِ ْم ُُْي َش ُرْو َن‬ ِ َ‫الْ ِكت‬

‚dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung


yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti
kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian
kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.

Juga pada surat al-Nahl ayat 89:

ِ
‫ك َش ِهْي ًدا َعلَى‬َ ِ‫ َوجْئ نَا ب‬،‫ث ِ ِْف ُك هل أ َُّم ٍة َش ِهْي ًدا َعلَْي ِه ْم ِم ْن أَنْ ُف ِس ِه ْم‬
ُ ‫َويَ ْوَم نَْب َع‬
‫اب تِْب يَانًا لِ ُك هل َش ْي ٍء َوُه ًدى َوَر ْْحَةً َوبُ ْشَرى‬ ِ َ ‫ ونََّزلْنَا علَي‬،‫هؤالَِء‬
َ َ‫ك الْكت‬ ْ َ َ َُ
. َ ْ ِ ِ‫لِْل ُ ْسل‬
‚(dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap
umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami
datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat
manusia. dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (Alquran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri.‛

Makna kedua qara’a adalah al-qira>’ah (membaca). Kata al-Quran


dengan makna al-qiraah berarti bacaan. Alquran merupakan mas}dar dari

4
Hafidz Abdurrahman, Ulumul Quran Praktis (Bogor: Pustaka Utama, 2003), h. 4
3

qara’a, yaitu qur’a>n, yang bermakna maqru’ (yang dibaca). Makna membaca
dari kata qara’a dapat ditelusuri dari ayat 204 surat al-A’raf:

ِ ْ‫ئ الْ ُقرأَ ُن فَاستَ ِ عوا لَه وأَن‬


‫صتُ ْوا لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْر َْحُْو َن‬ ِ
َ ُ ُْ ْ َ ‫َوإذَا قُ ِر‬
"Dan apabila dibacakan Alquran, maka dengarkanlah baik-baik, dan
perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat."

Pada ayat tersebut, kata quri’a, bentuk pasif dari qara’a, mempunyai
makna dibacakan.5 Maksud dari ayat tersebut adalah jika dibacakan Alquran
kita diwajibkan mendengar dan memperhatikan sambil berdiam diri, baik
dalam sembahyang maupun di luar sembahyang, terkecuali dalam shalat
berjamaah ma'mum boleh membaca al-Fatihah sendiri waktu imam membaca
ayat-ayat Alquran.
Kata Qura>n yang bermakna qira>ah (bacaan) ini juga diisyaratkan oleh
Alquran surat al-Qiya>mah ayat 17:

ُ‫إِ َّن َعلَْي نَا َجَْ َعهُ َوقُ ْرأَنَه‬


‚Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya".

Juga pada surat al-Isra>’ ayat 78:

‫ إِ َّن قُ ْرأَ َن الْ َف ْج ِر َكا َن‬،‫س إِ ََل َغ َس ِق الَّْي ِل َوقُ ْرأَ َن الْ َف ْج ِر‬
ِ ْ ‫الش‬
َّ ‫ك‬ِ ُ‫الصالََة لِ ُدل‬
َّ ‫أَقِ ِم‬
.‫َم ْش ُه ْوًدا‬
‚dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap
malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh
itu disaksikan (oleh malaikat)‛.

Yang dimaksud qura>na al-Fajr adalah qira>ah al-Fajr, yang artinya


bacaan di waktu fajar yang menunjukkan waktu salat Subuh
Penamaan kitab Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw tersebut dengan bacaan (al-Qur’a>n), menurut Amin Suma,
sungguh tepat. Hal ini karena fakta historis menunjukkan bahwa belum ada
bacaan satupun yang jumlah pembacanya sebanyak Alquran. Pembaca
Alquran tidak hanya dari umat Islam, tetapi orang non muslim pun, seperti
para orientalis, orang non muslim di dunia Barat yang mengkaji kajian
ketimuran, sangat intens mengkaji Alquran. Pembaca Alquran juga sangat

5
Manna>’ Khali>l al-Qat}t}a>n, Maba>h}is Fi> Ulu>m al-Qur’a>n (Kairo: Maktabah Wahbah, 2000), h. 15.
4

heterogen. Semua orang dari berbagai jenis kelamin, usia, profesi, disiplin
ilmu, dan seni, tidak akan pernah habis semangat untuk membaca Alquran.
Dari anak kecil yang belum sekolah dan masih belajar berbicara, hingga para
pakar dari berbagai disiplin ilmu, membaca dan menikmati mempelajari
Alquran. 6 Hal ini merupakan salah satu bukti kebenaran hadis Nabi yang
menyatakan:

ْ َ‫ ف‬:‫ قَ َال َر ُس ْو ُل ااِ َ لَّى اا َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬:‫ي قَ َال‬


‫ض ُل‬ ْ ‫َع ْن أَِ ْ َسعِْي ٍد‬
‫ااُ ْد ِر ه‬
َ ُ‫ض ِل ااِ َعلَى َخ ْل ِق ِه ( َرَواا‬
)‫الدا ِرِم ْي‬ ْ ‫َك َالِم ااِ َعلَى َسائِر الْ َك َالِم َك َف‬
‚Dari Abi Sa’id al-Khudry, ia berkata, Rasulullah saw bersabda:
keistimewaan Kalam Allah (Alquran) di atas semua kalam (yang lain)
adalah seperti keistimewaan Allah di atas semua makhluk-Nya‛ (HR
al-Darimi)

Motivasi membaca dan mempelajari Alquran juga didasari pada hadis


lain yang menyatakan:

‫ َخْي ُرُك ْم‬:‫ قَ َال َر ُس ْو ُل ااِ َ لَّى اا َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬:‫َع ْن َعلِ ٍّيي َر ِ َي ااُ َعْنهُ قَ َال‬
)‫َم ْن تَ َعلَّ َم الْ ُق ْرأَ َن َو َعلَّ َ هُ ( َرَوااُ الدَّا ِرِمي‬
‚Dari Ali ra berkata: Rasulullah saw telah bersabda: Yang paling baik
di antara kalian adalah orang yang belajar Alquran dan
mengajarkannya.‛ (HR al-Darimi)

Di samping qara’a, sebagian ulama berpendapat asal kata Alquran


adalah al-qur’u ( ُ ْ ُ ‫) ْا‬, yang juga berarti al-jam’u (mengumpulkan). Namun
kata al-qur’u ini bukan kata musytarak (kata yang memiliki dua makna)
seperti kata qara’a yang juga mempunyai arti membaca, selain arti
mengumpulkan. Alquran di dalamnya mengumpulkan qas}as} (kisah-kisah),
amr (perintah), nahy (larangan), Wa’d (janji), wa’i>d (ancaman), ayat, dan
surat.7 Berbeda dengan yang dibentuk dari qara’a, al-Quran yang diderivasi
dari al-qur’u bukan mas}dar, melainkan kata sifat, karena kata al-qur’u sendiri
sudah berupa masdar.8
Beberapa asal nama Alquran dari kata yang mahmuz (sebagian
hurufnya ialah hamzah) di atas bisa dilihat lebih jelas pada tabel berikut:

6
Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran (Jakarta: Raja Grafindo, Cet. II, 2014), h. 21.
7
Muhammad Safa’ Syaikh Ibrahim Haqy, Ulu>m al-Qura>n …, h. 35.
8
Muhammad Abu Syuhbah, al-Madkhal …, h. 17
5

Asal
Makna Musytaq Jenis Kata Keterangan
Kata
Alquran mengumpulkan
‫َرَق َر َر‬ Mengumpulkan ‫َُق ْ َرن‬ Masdar huruf, kata, ayat, surat,
segala ilmu
Masdar
dengan

‫َرَق َر َر‬ ‫َُق ْ َرن‬ makna Alquran adalah kitab


Membaca
maqru>’ yang dibaca
(yang
dibaca)
Alquran mengumpulkan

ُ ْ ‫ا ُل‬ Mengumpulkan ‫َُق َرن‬


kisah, perintah, larangan,
ْ Kata sifat
janji, ancaman, ayat, dan
surat.
Tabel 1. Berbagai asal kata al-Qur’a>n dari kata yang mahmu>z

Pendapat kedua dari yang mengatakan bahwa Alquran adalah nama


yang musytaq (diderivasi dari kata lain), menyatakan kata Alquran bukan
dari kata yang mahmuz (sebagian hurufnya adalah hamzah). Menurutnya, al-
Quran diambil dari kata qarana ( ‫ ) ا ا نا‬yang berarti mengumpulkan. Al-
Asy’ary, termasuk yang mempunyai pendapat ini, beralasan karena Alquran
mengumpulkan huruf, kata, ayat, dan surat di dalamnya. 9 Pendapat lain
mengatakan al-Quran berasal dari kata qara>in ( ْ‫) ا ا اِئن‬, bentuk plural dari
qari>nah ( ْ ‫ ) ا ِئ ْ ا‬yang berarti tanda indikator-indikator. Menurut al-Farra>’,
termasuk yang mempunyai pendapat ini, berargumen karena sebagian ayat
Alquran membenarkan ayat yang lain, sebagiannya menyerupai yang lain, dan
ayat satu berhubungan erat dengan ayat yang lain. 10 Sebagian berpendapat
kata al-Quran berasal dari kata qara> (‫ ) ا ا ى‬yang juga berarti mengumpulkan.11

Asal Jenis
Makna Musytaq Keterangan
Kata Kata
‫َرَق َر َرن‬ Mengumpulkan ‫َُق ْ َرن‬ Masdar
Alquran mengumpulkan
huruf, kata, ayat, dan surat
Ayat satu dengan yang lain
‫ِئ‬
ْ ‫َرَق َر ا‬ ‫َُق ْ َرن‬ saling berkaitan,
Indikator Masdar
membenarkan dan
menyerupai
‫َرَق َرى‬ Mengumpulkan ‫َُق َرن‬
ْ Masdar
Alquran mengumpulkan
huruf, kata, ayat, dan surat
Tabel 2. Berbagai asal nama Alquran dari kata yang tidak mahmuz

9
Muhammad Abu Syuhbah, al-Madkhal …, h. 18.
10
Anhar Ansyory, Pengantar Ulumul Quran (Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Studi Islam
Universitas Ahmad Dahlan, 2012), h. 9.
11
Muhammad Safa’ Syaikh Ibrahim Haqy, Ulu>m al-Qura>n …, h. 35
6

Dari beberapa pendapat di atas, penulis cenderung kepada pendapat


yang mengatakan bahwa nama Alquran adalah nama asli yang telah diberikan
oleh Allah SWT kepada kitab-Nya dan bukan derivasi dari kata lain, seperti
halnya kitab-kitab-Nya yang lain, yaitu Taurat, Zabur, dan Injil. Dengan
pendapat ini, kemungkinan makna dari Alquran akan menjadi sangat luas,
dan segala makna yang diberikan tersebut selalu sesuai dengan Alquran.
Alquran bisa diartikan sebagai bacaan, karena realitasnya ia senantiasa
dibaca. Alquran bisa diartikan mengumpulkan, karena ia mengumpulkan
huruf, ayat, surat, kisah, perintah, larangan, janji, ancaman, dan segala ilmu
Allah yang ada di dunia. Alquran juga menjadi indikator, karena antara ayat
satu dengan yang lain sangat erat kaitannya, dan salah satu indikator kualitas
keimanan umat Islam adalah seberapa besar perhatiannya terhadap Alquran,
baik dari segi membaca, mengkaji, mengamalkan, maupun mengajarkannya.

2. Definisi Terminologis
Definisi istilahi Alquran yang diberikan para ulama juga tidak seragam,
seperti halnya penelusuran terhadap asal kata Alquran. Ahmad Von Denfeer
misalnya, mengatakan Alquran dapat didefinisikan sebagai berikut:

‚the speech of Allah, sent down upon the last Prophet Muhammad,
through the Angel Gabriel, in its precise meaning and precise
wording, transmitted to us by numerous persons (tawatur), both
verbally and in writing, inimitable and unique, protected by God from
corruption‛12

Ada beberapa unsur dari definisi Alquran menurut Ahmad Von Denfeer:
a. The speech of Allah, yaitu kalam Allah SWT
b. Sent Down upon the last Prophet Muhammad: diturunkan kepada nabi
terakhir, Muhammad saw.
c. Thorugh tne Angel Gabriel: melalui malaikat Jibril.
d. In its precise meaning and precise wording:dalam lafadz dan maknanya
e. Transmitted to us by numerous persons: disampaikan kepada kita secara
mutawatir
f. Both verbally and in writing: dalam hal lafadz dan penulisannya.
g. Inimitable and unique: tidak bisa ditiru dan unik.
h. Protected by God from corruption: dijaga oleh Allah SWT dari

Sebagian Ahli mendefinisikan Alquran sebagaimana berikut:

‫ َوُه َو‬،‫اَت النَّبِيه ْ َ ُُمَ َّ ٍد َ لَّى اا َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ َِ ‫الْ ُق ْرأَ ُن َك َال ُم ااِ الْ ُ نَ َّزُل َعلَى َخ‬
‫ َوََلْ يََزْل َعَّز َو َج َّل‬،‫ َوَك َال ُمهُ تَ َع َاَل قَائِ ٌم بِ َذاتِِه‬،ً‫ تَ َكلَّ َم اا بِِه ابْتِ َداء‬،‫َغْي ُر َمَْلُ ْو ٍق‬

12
Ahmad Von Denfeer, Ulum al-Quran (Leicester:ttp, 1981),h. 33
7

ِ ٍ ٍ ِ
ُ‫ تَ َكلَّ َم بِه ُسْب َحانَه‬،‫ َوالْ ُق ْرأَ ُن َك َال ُمهُ تَ َع َاَل ِبَْرف َو َ ْوت‬، َ‫ُمتَ َكله ً ا إِ َذا َشاء‬
ِ ِ ِ ‫بِصو‬
َ ‫ َو َذل‬،‫ت نَ ْف ِس ِه َو ُح ُرْوف نَ ْف ِس ِه‬
.‫ك َغْي ُر َمَْلُ ْو ٍق‬ َْ
‚Alquran ialah Kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
terakhir, Muhammad saw, Alquran bukan makhluk, Allah telah
berfirman dengan Alquran pada permulaannya, Kalam Allah SWT
berdiri dengan dzat-Nya sendiri, Allah SWT tidak berhenti berfirman
sesuai kehendak-Nya, dan Alquran adalah kalam-Nya dengan huruf
dan suara, Allah SWT berfirman dengan suara dan huruf-Nya sendiri,
huruf dan suara-Nya bukanlah makhluk. 13

Pernyataan tersebut mungkin sedikit membingungkan pembaca,


karena definisi yang ditawarkan lebih panjang dan kurang teratur. Namun
definisi tersebut lebih menjelaskan kepada kita bahwa huruf dan suara
Alquran sebagai Kalam Allah SWT tidak seperti huruf dan suara bacaan
Alquran yang kita lihat dan dengar sehari-hari. Hal ini karena Kalam Allah
SWT keluar dari Dzat Allah SWT sendiri, sehingga ia bukanlah makhluk,
huruf dan suara Kalam Allah SWT juga bukan makhluk. Huruf dan suara
Allah SWT tidak sama dengan huruf dan suaranya makhluk.
Kemudian, jika huruf dan suara Alquran bukan makhluk, bagaimana
dengan bacaan Alquran yang sering kita lihat, baca, dan dengar?. Apa yang
sering kita lihat tersebut sebenarnya adalah mushaf Alquran. Alquran
sebenarnya adalah kehadirannya Alquran ketika terlintas dalam hati, atau
kehadirannya ketika dilihat dengan panca indera, atau kehadirannya ketika
diucapkan dengan lisan. Kalam Allah SWT tersebut bisa kita rasakan
kehadiran-Nya, seperti halnya kita bisa merasakan kehadiran Allah Yang
Maha Berfirman dalam hati kita. Namun, kehadiran Alquran yang kita
rasakan tersebut tidak menunjukkan bahwa Alquran adalah makhluk, seperti
kehadiran Tuhan dalam hati kita.
Definsi Alquran yang lain, misalnya:

‫ َوبَلَّغَهُ إِ ََل ُُمَ َّ ٍد‬،‫ ََِس َعهُ ِج ِْْبيْ ُل ِم َن ااِ َعَّز َو َج َّل‬،‫ظ َوالْ َ ْع ََن َم ًعا‬ ُ ‫َوالْ ُق ْرأ ُن ُه َواللَّ ْف‬
.ُ‫َ لَّى ااُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َو ََِس َعه‬
Yang dimaksud Alquran adalah lafadz dan maknanya secara
bersamaan, yang telah didengar oleh Jibril as dari Allah SWT, dan
Jibril sampaikan kepada Nabi Muhammad saw, dan Nabi pun
mendengarnya. 14

13
Muhammad Safa’ Syaikh Ibrahim Haqy, Ulu>m al-Qura>n …, h. 39.
14
Muhammad Safa’ Syaikh Ibrahim Haqy, Ulu>m al-Qura>n …, h. 39.
8

Lebih mendalam lagi, yang dimaksud Alquran dalam definisi ini tidak
hanya kata-katanya Alquran, tetapi makna dari lafadz juga termasuk Alquran.
Lafadz dan makna tersebut telah disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada
Nabi Muhammad saw, dan Nabi telah mendengarnya. Mungkin karena inilah
Alquran selalu sha>lih likulli zama>n wa maka>n, relevan di setiap zaman dan
tempat. Sebab, makna Alquran sangatlah luas. Alquran yang diturunkan 14
abad yang lalu, maknanya selalu relevan dengan zaman yang telah
dilewatinya, bahkan zaman yang akan dilewatinya.
Sebagian ulama juga mendefinisikan Alquran sebagai berikut:

ِ ‫َِّب لَّى اا َعلَْي ِه وسلَّم الْ كْتُو‬ ِ


‫ب‬ ْ َ َ ََ ُ َ ‫الْ ُق ْرأَ ُن ُه َو الْ َك َال ُم الْ ُ ْعج ُز الْ ُ نَ َّزُل َعلَى النِ ه‬
.‫ الْ ُ تَ َعبَّ ِد بِتِ َال َوتِِه‬، ‫ الْ َ ْن ُق ْوِل بِالت ََّواتُِر‬، ِ ‫اح‬
ِ ‫ِِف الْ ص‬
َ َ ْ
Alquran adalah kalam Allah SWT sebagai mukjizat yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw, ditulis dalam berbagai mushaf,
disampaikan ke kita secara mutawatir, dan membacanya termasuk
ibadah.15

Yang berbeda dari beberapa definisi sebelumnya, adalah bahwa


definisi ini menonjolkan pada aspek kemukjizatan dan ibadah. Alquran
merupakan mukjizat Nabi Muhammad saw yang terbesar. Hingga saat ini,
Alquran yang kita baca sama dengan yang dibaca pada abad pertama hijriyah,
yaitu abad awal Islam. Alquran tidak mengalami perubahan sedikitpun,
menunjukkan Alquran selalu dijaga Allah SWT dari tangan-tangan yang
berusaha merusak Alquran. Tidak ada yang bisa menyamai Alquran, dari
pemilihan kata, keindahan bahasa dan makna, dan sebagainya. Alquran
hingga sekarang masih menginspirasi ditemukannya penemuan-penemuan
mutakhir, yang ternyata telah dijelaskan Alquran 14 abad yang lalu.
Ada definisi Alquran yang berbeda, misalnya:

ُ ‫ أ َْو ُه َو اللَّ ْف‬،‫الالِم‬


‫ط الْ ُ نَ َّزُل َعلَى النِ ه‬
‫َِّب‬ َّ ِ‫ف ب‬ َ ‫اس ٌم ِِلََذا الْ ُ نَ َّزِل الْ َعَرِ ه إِذَا عُهر‬
ْ
ِ ‫َخ ِر ُس ْوَرةِ الن‬
‫َّاس‬ ِ ‫لَّى اا علَي ِه وسلَّم م ِن أ ََّوِل الْفاَِِت ِة إِ ََل أ‬
َ َ ََ َْ ُ َ
Alquran adalah nama untuk Wahyu yang diturunkan dalam berbahasa
Arab ketika dima’rifatkan dengan lam, atau lafadz yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw dari awal surat al-Fatihah hingga akhir
surat al-Nas.

Definisi tersebut menginformasikan aspek lain dari Alquran, yaitu


diturunkan dalam bahasa Arab dan dari awal surat al-Fatihah hingga akhir

15
Muhammad Safa’ Syaikh Ibrahim Haqy, Ulu>m al-Qura>n …, h. 40
9

surat al-Nas. Beberapa definisi yang telah dituturkan di atas tidaklah


seragam, namun jika direnungkan dengan seksama, terdapat beberapa unsur
Alquran yang disepakati oleh para ahli ilmu Alquran. Beberapa unsur tersebut
merupakan sifat-sifat khusus Alquran. Unsur-unsur tersebut yaitu:1) Alquran
adalah Kalam Allah SWT, 2) diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
sebagai mukjizat, 3) disampaikan melalui Malaikat Jibril as., dan 4)
diturunkan dalam bentuk lafadz Arab. Keempat unsur ini adalah yang pokok
dalam definisi Alquran. Adapun unsur lain seperti dituturkan ke kita secara
mutawatir, ditulis dalam mushaf, diawali surat al-Fatihah dan diakhiri surat
al-Nas, dan membacanya bernilai ibadah, itu menyangkut hal-hal yang
bersifat teknis bagi penyampaian dan pemeliharaan Alquran.

3. Nama-Nama Alquran
Salah satu yang menunjukkan kemuliaan Alquran adalah karena Alquran
mempunyai banyak nama dan julukan. Julukan yang dimaksud adalah
beberapa sifat-sifat yang ada pada Alquran. Sebagaimana pernyataan al-
Sayuthi yang dikutip oleh Muhammad Amin Suma, bahwa banyaknya nama
itu mengisyaratkan kemuliaan sesuatu yang diberi nama. 16 Tentang jumlah
nama dan julukan Alquran, para ulama’ juga berbeda dalam menghitungnya.
Ada yang menyebutkan Alquran memiliki 55 nama, 99 nama, 5 nama, dan 4
nama. Akan tetapi pendapat yang paling unggul adalah Alquran hanya
mempunyai 4 nama, adapun selebihnya adalah sifat-sifat Alquran yang
kemudian menjadi julukan Alquran. Perbedaan pendapat ini menurut Subhi
Shalih karena mereka mencampur adukkan antara nama dan sifat-sifat
Alquran.17
Keempat nama Alquran tersebut ialah, Alquran (bacaan yang dibaca),
al-Kita>b (Tulisan yang ditulis), al-Dzikr (Peringatan), dan al-Furqa>n
(Pembeda). Alquran disebutkan sebanyak 70 kali dalam 70 ayat dan 38 surat,
al-Kita>b diulang 53 kali dalam 53 ayat dan 32 surat, al-Dzikr tersebut
sebanyak 9 kali dalam 8 ayat dan 7 surat, dan al-Furqa>n dituturkan 2 kali
dalm 2 surat dan 2 ayat. Sedangkan sifat-sifat Alquran yang kemudian
menjadi julukan Alquran, hanya disebut sesekali atau beberapa kali saja.18
Beberapa ayat yang menyebutkan nama-nama Alquran tersebut misalnya:19
Nama Aquran:

‫إِ َّن َه َذا الْ ُق ْرأَ َن يَ ْه ِد ْي لِلَِّ ِْت ِه َي أَقْ َوُم َويُبَش ُهر الْ ُ ْؤِمنِ ْ َ الَّ ِذيْ َن يَ ْع َ لُ ْو َن‬
‫َجًرا َكبِْي ًرا‬ َّ ‫الصلِ َحت أ‬
ْ ‫َن َِلُ ْم أ‬ َّ
Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang
lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min

16
Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran, …, h. 32.
17
Ibid.
18
Ibid. h. 35
19 19
Manna>’ Khali>l al-Qat}t}a>n, Maba>h}is …, h. 16.
10

yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang
besar (al-Kahfi: 9)

Nama al-Kita>b:

‫ أَفَ َال تَ ْع ِقلُ ْو َن‬،‫لََق ْد أَنْ َزلْنَا إِلَْي ُك ْم كِتَابًا فِْي ِه ِذ ْك ُرُك ْم‬
Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang
di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka Apakah
kamu tiada memahaminya? (al-Anbiya>’: 10)

Nama al-Dzikr:

‫إِنَّا َْ ُن نََّزلْنَا ال هذ ْكَر َوإِنَّا لَهُ ََِف ُْو َن‬


Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan
Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (al-Hijr: 9)

Nama al-Furqa>n:

‫تَبَ َارَك الَّ ِذ ْي نََّزَل الْ ُف ْرقَا َن َعلَى َعْب ِداِ لِيَ ُك ْو َن لِْل َعالَ ِ ْ َ نَ ِذيْ ًرا‬
Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (Alquran) kepada
hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh
alam.

Adapun beberapa julukan Alquran di antaranya adalah: al-Mushaf


(himpunan lembaran), al-Kala>m (Firman Allah), al-Nu>r (Cahaya), al-Huda>
(Petunjuk), al-Rah}mah (Rahmat), al-Syifa>’ (Obat), al-Mau’iz}ah (Petunjuk),
al-Kari>m (Yang Mulia), al-H}ikmah (Kebijaksanaan), al-‘Ali (Yang Tinggi),
al-H}aki>m (Yang Bijaksana), al-Muhaimin (Pemberi Rasa Aman/yang
Dipercaya), al-Muba>rak (Yang Diberkahi), al-H}abl (Tali/Agama Allah), al-
Shira>th al-Mustaqi>m (Jalan Lurus), al-Fashl (Pemisah), al-Naba’ (Berita),
Ah}san al-H}adi>ts (berita Terbaik), al-Tanzi>l (Yang diturunkan), al-Ru>h} (Roh),
al-Wah}yu (Wahyu), Al-Matsa>ni (Yang Diulang-ulang), al-‘Arabi (Berbahasa
Arab), al-Qaul (Ucapan), Basha>ir (Pedoman), al-Baya>n (Penjelasan), al-‘Ilm
(Ilmu Pengetahuan), al-H}aqq (Kebenaran), al-Ha>di (Yang Memberikan
Petunjuk), al-‘Ajab (Yang Mengagumkan), al’-Urwah al-Wutsqa> (Tali yang
Kuat Kokoh), al-Taz\kirah (Peringatan), al-Mutasya>bih (Yang Serupa), al-
Shidq (Kebenaran), al-Muna>di (Penyeru), al-Amr (Perintah), al-Busyra>
(Pemberi Kabar Gembira), dan lain-lain.20

20
Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran, …, h. 33
11

Nama dan julukan Alquran di atas selalu tepat dikaitkan dengan isi
maupun fungsi daripada Alquran itu sendiri. Nama Alquran, misalnya, berarti
bacaan yang dibaca. Alquran memang selalu dibaca banyak orang, bahkan
dikaji secara ilmiah oleh para pakar, baik dikalangan umat Islam maupun non
muslim. Nama al-Kita>b, yang berarti tulisan, karena Alquran memang selalu
ditulis dalam rangka menjaga otentitas Alquran, di samping tulisan Alquran
memiliki nilai-nilai sejarah dan seni yang tinggi, seperti kaligrafi. Kemudian,
al-Furqa>n, yang berarti pembeda, karena Alquran memang penuh dengan
pedoman-pedoman, kaidah-kaidah dasar yang membedakan antara halal dan
haram, baik dan buruk, suci dan kotor, yang bermanfaat dan mengandung
mafsadah. Setelah itu, al-Dzikr, yang bermakna mengingat, karena disamping
sebagai pengingat dan pelajaran untuk manusia, Alquran sebagai pengingat
kepada Allah SWT, karena Alquran adalah Kalam Allah SWT, sehingga
orang yang membaca Alquran, sedang berdialog dengan Allah SWT.

B. Garis-Garis Besar Isi Alquran


Seperti yang telah dijelaskan di bagian definisi, bahwa tidak satupun yang
luput dari pada Alquran, dan Alquran adalah Tibya>n (penjelas) terhadap
segala sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa isi dan kandungan Alquran
sangatlah luas, meliputi semua aspek persoalan yang beraneka ragam.
Alquran merupakan pedoman dan petunjuk untuk memahami dan
menyelesaikan berbagai persoalan yang beraneka ragam tersebut. Para ulama
tafsir kemudian meringkas isi dan kandungan Alquran tersebut ke dalam
beberapa garis-garis besar isi Alquran. Setidaknya ada 7 tema besar dalam
Alquran, yaitu: 1) Akidah, 2) Ibadah, 3) Wa’d dan Wa’id, 4) Akhlak, 5)
Hukum, 6) Kisah, dan 7) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

1. Akidah
Akidah merupakan tema utama dalam Alquran, karena ia membekali
umat Islam kepada tauhidullah (pemahaesaan Allah). Tema akidah atau
keyakinan ini dalam Agama Islam menduduki posisi sentral yang sama sekali
tidak boleh diabaikan. Akidah ibarat pondasi yang di atasnya ditegakkan
bangunan syariat. Di dalam Alquran, terdapat 136 ayat yang terkandung tema
akidah. Bahkan, di setiap tema dan aspek kehidupan yang disinggung dalam
ayat-ayat Alquran, selalu terkait dengan masalah-masalah akidah. Masalah
sosial, ekonomi, hingga ilmu pengetahuan dan teknologi, jika disebutkan
dalam Alquran, pasti berhubungan dengan masalah ketauhidan.
Beberapa indikasi kuat yang membuktikan akidah sebagai topik
utama dalam Alquran, antara lain: pertama, ayat yang pertama kali
diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw adalah al-‘Alaq ayat 1-5, yaitu:

ِ ِْ ‫) َخلَ َق‬1 ( ‫ك الَّ ِذ ْي َخلَ َق‬ ِ


َ ُّ‫) اقْ َراْ َوَرب‬2 ( ‫اْلنْ َسا َن ِم ْن َعلَ ٍق‬
‫ك‬ َ ‫اقْ َراْ بِ ْس ِم َربه‬
ِْ ‫) َعلَّم‬4( ‫) الَّ ِذ ْي َعلَّم بِالْ َقلَ ِم‬3( ‫ْاْلَ ْكرُم‬
)5( ‫اْلنْ َسا َن َما ََلْ يَ ْعلَ ْم‬ َ َ َ
12

bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan (1),


Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah #(3) Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam (4) Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya (5).

Wahyu yang diturunkan pertama kali tersebut berisi perintah untuk


membaca, menyiratkan urgensi ilmu pengetahuan dan teknologi. Di saat yang
bersamaan, perintah membaca tersebut diiringi dengan perintah menyebut
Asma Tuhan. Hingga ayat kelima, tema-tema ketauhidan selalu disinggung di
setiap ayat. Pancaran ketauhidan tersebut tersimbolkan dalam kata rabbuk,
kemahapenciptaan Allah dan kemahaagungan-Nya.
Kedua, ayat-ayat Alquran yang berisi informasi bidang apa pun, selalu
dikaitkan dengan aspek akidah. Aspek akidah tersebut penempatannya
setelah atau sebelum tema bidang tertentu yang dimaksud. Dalam surat
Yasin, misalnya, ada tema astronomi di dalamnya, maka ayat yang
menyinggung tema tersebut termasuk tema-tema kauniyah (tema yang
berhubungan dengan ilmu-ilmu alam). Namun, dalam ayat-ayat yang
bersamaan atau yang bertalian dengannya, disertakan pula potongan-
potongan ayat yang menggambarkan betapa Allah SWT adalah Dzat Yang
Maha Kuasa, Maha Tahu, dan Maha Perkasa. Sebagai contoh, misalnya:

‫ك تَ ْق ِديْ ُر الْ َع ِزيْ ِز الْ َعلِْي ِم‬ ِ ِ


َ ‫ َذل‬،‫س َْ ِر ْي ل ُ ْستَ َقٍّير َِلَا‬
ُ ْ ‫الش‬
َّ ‫َو‬
dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan
yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. (Yasin (36): 38)

Ayat ini berbicara tentang peredaran Matahari secara konsisten pada


porosnya, dan pada saat yang bersamaan, menegaskan bahwa perilaku
Matahari tersebut memang sudah menjadi ketetapan Allah SWT Yang Maha
Perkasa dan Maha Mengetahui.
Ketiga, dakwah islamiyah Nabi Muhammad saw, dilakukan 13 tahun
di kota Makkah dan 10 tahun di kota Madinah. Ayat-ayat Alquran yang turun
ketika Nabi belum hijrah ke Madinah, disebut ayat Makkiyah. Kelompok
surat yang turun pada saat itu berisi tentang pembenahan masalah akidah dan
akhlak. Ayat-ayat tentang hukum dan pranata sosial turun kemudian setelah
akidah umat Islam sangat kuat, yaitu ketika Nabi berdakwah di Madinah.
Fakta histori ini menunjukkan bahwa sebelum didirikan bangunan syariat,
terlebih dahulu dikokohkan pondasi akidah sebagai penyangga bangunan.
Keempat, Alquran bersikap tegas terhadap para pelaku yang
menyimpang akidahnya. Alquran menyatakan bahwa Allah SWT Yang Maha
Pengampun akan mengampuni dosa-dosa yang diperbuat oleh manusia,
betapa pun besarnya dosa tersebut, kecuali satu dosa, yaitu menyekutukan
Allah SWT dengan makhluk. Hal ini menunjukkan bahwa masalah keimanan
dan ketauhidan adalah masalah yang paling utama di antara masalah lainnya.
13

Kelima, Alquran dimulai dengan surat Alfatihah dan diakhiri surat al-
Nas, yang banyak dijumpai sifat-sifat Allah SWT yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari masalah akidah. Atas dasar kelima alasan inilah, bisa
disimpulkan bahwa tema utama dalam Alquran adalah soal akidah. Namun,
hal ini tidak serta-merta menganggap tema lain tidak penting, justru aplikasi
dari ketauhidan tersebut adalah dengan melaksanakan tema-tema selain
akidah tersebut dengan sebaik-baiknya. Dalam persoalan ekonomi, misalnya,
berdagang secara jujur dan menghindari riba merupakan cerminan akidah
yang kuat dari seorang muslim.21

2. Ibadah
Kandungan Alquran yang penting kedua adalah ibadah. Ada sekitar
140 ayat yang bertemakan ibadah. Ayat-ayat ibadah ini bersifat jelas, tegas,
dan rinci dalam hal norma-norma, meskipun tidak diperinci dalam hal teknis
pelaksanaannya. Urgensi ibadah ini ditegaskan juga oleh Alquran dalam surat
al-Dzariyat ayat 56, yaitu:

‫س إَِّال لِيَ ْعبُ ُد ْو ِن‬ ِ ِْ ‫ت‬


َ ْ‫اا َّن َو ْاْلن‬ ُ ‫َوَما َخلَ ْق‬
dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka
beribadah kepada-Ku.

Ayat tersebut menginformasikan bahwa tujuan utama penciptaan


manusia dan jin, bahkan satu-satunya tujuan, adalah agar manusia dan jin
beribadah, menyembah kepada Allah SWT. Berdasarkan ayat ini, segala
aspek kehidupan yang dilakukan oleh manusia dan jin, harus berorientasi
kepada beribadah kepada Allah SWT. Beribadah menurut ayat ini tidak
sebatas menjalankan salat, puasa, sedekah, haji, dan praktek-praktek ibadah
lainnya. Akan tetapi, hal-hal selain itu, juga harus digunakan untuk beribadah
kepada Allah SWT.
Rasulullah saw memberikan tuntunan yang sangat penting untuk
diperhatikan agar perbuatan-perbuatan manusia yang secara lahiriyah bukan
termasuk praktek-praktek ibadah, bisa menjadi bernilai ibadah. Hal ini
menjadi unsur yang sangat penting juga untuk praktek-praktek ibadah agar
bisa menjadi ibadah yang sah. Unsur penting tersebut adalah niat. Perbuatan-
perbuatan yang bersifat duniawi, seperti makan, minum, dan lain sebagainya,
bisa bernilai ibadah jika kesemuanya itu diniati semata-mata beribadah
melaksanakan perintah Allah SWT. Pada intinya adalah segala amal
perbuatan manusia tergantung dari niatnya. Jika diniati ibadah, maka
perbuatan tersebut bernilai ibadah, meskipun secara lahiriyah tampak sebagai
amal duniawi. Namun hal ini dikecualikan untuk perbuatan-perbuatan yang
maksiat, niat beribadah tidak berlaku pada perbuatan maksiat tersebut.
Perintah beribadah tersebut harus dilakukan oleh manusia selama

21
Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran, …, h. 92-97
14

menjadi manusia di muka Bumi. Dengan kata lain, manusia harus beribadah
sepanjang hidup sampai kematian menjemputnya. Hal ini seperti tertulis
dalam Firman Allah SWT, surat al-Hijr ayat 99, yaitu:

ِ ‫واعب ْد ربَّك ح َّ ي ْتِي‬


ُ ْ ‫ك الْيَق‬
َ َ َ َ َ َ ُْ َ
Dan beribadahlah (kepada) Tuhanmu sampai datang kepadamu al-yaqi>n
(ajal/kematian).

3. Wa’d dan Wa’i>d


Wa’d adalah janji baik sedangkan wa’id adalah ancaman buruk.
Kedua hal ini merupakan isi kandungan Alquran yang sangat penting bagi
kehidupan manusia, karena kecenderungan manusia yang menyenangi janji
baik dan memperhatikan ancaman buruk. Menurut Wahbah al-Zuhaili, ayat-
ayat tentang Wa’d dan wa’id ada sekitar 1000 ayat.
Ayat-ayat tentang janji baik dan ancaman buruk tersebut pada
umumnya dikaitkan dengan masalah-masalah keimanan dan hukum.
Hikmahnya adalah agar manusia lebih memperhatikan dan mengindahkan
perintah, larangan, dan ajaran-ajaran Allah SWT yang lain. Di samping itu,
adanya ayat-ayat janji dan ancaman itu bisa menambah kekuatan akidah dan
kemantapan umat Islam dalam mengimani Allah SWT dan melaksanakan
semua syariat-Nya.
Contoh ayat tentang janji baik adalah ayat-ayat yang menjanjikan
akan memasukkan orang-orang yang beramal salih ke dalam surge,
memberikan ampunan serta rizki yang mulia atau pembalasan-pembalasan
baik lainnya, seperti ayat berikut:22

‫َّت َْ ِر ْي ِم ْن َِْتتِ َها ْاْلَنْ َه ُار‬


ٍ ‫ت سنُ ْد ِخلُهم جن‬ ِ ِ َّ ‫والَّ ِذين أَمنُوا وع ِ لُوا‬
َ ْ ُ َ ‫الصل َح‬ َ َ ْ َ ًْ َ
ِِ ِ ِ ِ ِِ
‫س‬َ ‫) لَْي‬122 ( ‫ َوَم ْن أَ ْ َد ُق م َن اا قْي ًال‬،‫ َو ْعد اا َحقِّا‬،‫َخلديْ َن فْي َها أَبَ ًدا‬
‫ َم ْن يَ ْع َ ْل ُس ْوءًا ُُْيَز بِِه َوَال َُِي ْد لَهُ ِم ْن ُد ْو ِن‬،‫اب‬
ِ َ‫بَِمانِيه ُكم وَال أَم ِاِنه أ َْه ِل الْ ِكت‬
َ َْ َ
‫ات ِم ْن ذَ َك ٍر أ َْو أُنْثَى َوُه َو‬ ِ ‫الصلح‬ِ ِ ِ ِ ِ
َ ِّ ‫) َوَم ْن يَ ْع َ ْل م َن‬123( ‫اا َوليِّا َوَال نَصْي ًرا‬
)124( ‫ااَنَّةَ َوَال يُ ْلَ ُ ْو َن نَِقْي ًرا‬ َ ِ‫ُم ْؤَم ٌن فَ ُلَئ‬
ْ ‫ك يَ ْد ُخلُ ْو َن‬
Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, kelak akan
Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah
membuat suatu janji yang benar. dan siapakah yang lebih benar
perkataannya dari pada Allah?(122)(Pahala dari Allah) itu bukanlah
menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut

22
Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran, …, h. 100-102
15

angan-angan ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan,


niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak
mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari
Allah.(123)Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-
laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, Maka mereka itu
masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau
sedikitpun.(124)

4. Akhlak
Tema akhlak juga merupakan isi kandungan Alquran yang urgen dan
mendasar. Bahkan, visi penyempurnaan akhlak merupakan visi dakwah Islam
yang paling utama. Hal ini dipahami dari sabda Nabi Muhammad saw, yaitu:

‫ت ِْلَُه َم َم َكا ِرَم ْاْل ْخ َال ِق‬ ِ


ُ ْ‫إََِّا بُعث‬
Sesungguhnya aku diutus (ke muka Bumi ini) untuk menyempurnakan
Akhlak.

Salah satu di antara tujuan utama Nabi Muhammad saw diturunkan


sebagai utusan Allah SWT adalah visi akhlak. Sedangkan kitab suci umat
Islam sebagai mukjizat Nabi saw adalah Alquran. Oleh karena itu, tentunya
Alquran juga berisi tentang dasar-dasar akhlak yang universal, untuk
diterapkan dalam kehidupan manusia. Alquran menjadi sumber akhlak umat
manusia yang paling utama, dan Nabi Muhammad saw kemudian sebagai
cerminan akhlak yang terkandung dalam Alquran. Sebagaimana pernyataan
Aisyah ra, ketika ditanya oleh para sahabat tentang akhlak Rasulullah saw, ia
menyatakan bahwa akhlak Rasulullah saw adalah Alquran.

‫َكا َن ُخلُ ُقهُ الْ ُق ْرأَ َن‬


(Aisyah ra berkata:) Adalah akhlak Rasulullah saw itu Alquran

Alquran sendiri telah menyebutkan dan memuji kemuliaan akhlak


Rasulullah saw, dalam surat al-Qalam ayat 4, yaitu:

‫َّك لَ َعلَى ُخلُ ٍق َع ِ ْي ٍم‬


َ ‫َوإِن‬
Sesungguhnya engkau (Muhammad), benar-benar berakhlak yang
agung.

Alquran juga memerintahkan umat manusia untuk mengikuti atau


mencontoh akhlak Rasulullah saw, sebab Alquran telah memberikan
Rasulullah saw derajat sebagai suri tauladan yang baik untuk umat Islam
khususnya, dan umat manusia umumnya. Hal ini telah difirmankan dalam
Alquran dalam surat al-Ahzab ayat 21, yaitu:
16

ِ ‫لََق ْد َكا َن لَ ُكم ِِف رسوِل ااِ أُسوةٌ حسنَةٌ لِ ن َكا َن ي رجو اا والْي وم ْاْل‬
‫َخَر‬ َ ْ َ َ َ ْ ُ َْ ْ َ َ َ َْ ُْ َ ْ ْ
‫َوذَ َكَر ااَ َكثِْي ًرا‬
Sesungguhnya dalam diri Rasulullah itu terdapat suri teladan yang
baik bagi kamu semua, yaitu orang-orang yang mengharapkan
(rahmat) Allah dan kedatangan hari akhir, serta orang yang banyak
menyebut Asma Allah.

Keberhasilah dakwah Islam oleh Nabi Muhammad saw juga


disebabkan oleh keistiqomahan Rasulullah saw dalam berakhlak yang mulia.
Akhlak Rasulullah saw yang mendasar dan merupakan intisari dari bangunan
akhlak secara keseluruhan ada 4, yaitu sidiq (benar), ama>nah (terpercaya),
table>g (menyampaikan), dan fata>nah (cerdas). Keempat akhlak ini kemudian
menjadi dasar pembinaan akhlak Islam secara umum. Sifat-sifat dasar ini pula
yang seharusnya diteladani oleh umat Islam dalam menjalani kehidupan di
dunia. Alquran sangat menjunjung tinggi kebenaran dan tidak menyukai
perilaku bohong dalam hal apa pun. Alquran juga memerintahkan untuk
menunaikan serta menyampaikan amanah yang diemban oleh siapa saja
kepada yang berhak. Alquran pun mewajibkan bagi setiap orang yang berilmu
di bidang apa pun, untuk mengamalkan dan menyampaikan ilmunya tersebut.
Alquran juga sangat menganjurkan umat manusia terutama umat Islam untuk
selalu meningkatkan kecerdasannya dalam mengemban amanah sebagai
khali>fah fi> al-ard}.

5. Hukum
Isi kandungan Alquran selanjutnya adalah hukum. Dalam Alquran terdapat
sejumlah ayat-ayat hukum atau ayat peraturan perundang-undangan yang di
dalamnya terkandung perintah dan atau larangan serta masalah-masalah fikih
lainnya. Alquran juga mengandung sejumlah kaidah-kaidah hukum sebagai
dasar penentuan hukum dalam berijtihad. Di samping itu, kedudukan Alquran
dalam tema-tema hukum adalah sebagai sumber hukum yang pertama dan
terutama yang diikuti oleh sunnah Nabi Muhammad saw dalam urutan kedua.
Ada beberapa argumentasi sebagai indikator bahwa Alquran sangat
memperhatikan terhadap masalah-masalah hukum. Pertama, Alquran telah
mensifati dirinya dengan hukum, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
al-Ra’d ayat 37:, yaitu:

‫ت أ َْه َواءَ ُه ْم بَ ْع َد َما َجاءَ َك َم َن الْعِْل ِم‬ ِ ِ


َ ‫ َولَئ ِن اتَّبَ ْع‬،‫ك أَنْ َزلْنَااُ ُح ْك ً ا َعَربِيِّا‬
َ ‫َوَك َذل‬
‫ك ِم َن ااِ ِم ْن َوِ ٍّي َوَال َو ٍاق‬ َ َ‫َما ل‬
Dan demikianlah, Kami telah turunkan Alquran itu sebagai hukum
(yang benar) dalam bahasa Arab. Dan Seandainya kamu mengikuti
17

hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka


sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu dari (siksaan)
Allah.
Kedua, surat dan ayat terpanjang dalam Alquran adalah surat dan ayat
hukum. Surat terpanjang yang dimaksud adalah al-Baqarah dan ayat yang
terpanjang yang dimaksud adalah ayat 282 surat al-Baqarah. Ketiga, Alquran
memerintahkan umat manusia untuk berlaku adil, baik dalam bertindak
maupun bertutur kata. Alquran juga melarang seseorang berbuat zalim,
curang, sewenang-wenang dan melampaui batas. Untuk menegakkan semua
itu diperlukan peran daripada hukum.
Keempat, hampir semua surat yang panjang dan surat-surat
Madaniyah selalu terdapat hukum di dalamnya. Hanya ada sekitar 29 surat
panjang yang secara tersurat tidak ada ayat hukum, yaitu: Maryam, al-
Anbiya’, al-Naml, al-Qashash, Saba’, Fathir, Yasin, al-Shaffat, Shad, al-
Zumar, al-Mu’min, Fussilat, al-Qamar, al-Waqiah, al-Shaff, al-Jumuah, al-
Munafiqun, al-Mulk, al-Qalam, al-Haqqah, al-Ma’arij, Nuh, al-Jinn, al-
Muzammil, al-Muddatstsir, al-Qiyamah, al-Insan, al-Mursalat. Adapun surat-
surat Madaniyah, hanya surat al-Naba’, al-Naziat, al-Zalzalah, dan al-Nashr
saja yang tidak termuat ayat-ayat hukum secara formal.

6. Kisah
Alquran menjuluki dirinya dengan ah}san al-aqas}as}, yaitu kisah-kisah terbaik.
Dalam Alquran, kata qasash dan yang seakar dengannya disebutkan 26 kali
dalam 12 surat dan 21 ayat. Dalam Alquran pun ada surat khusus yang
bernama al-Qashash, surat ke 28 yang terdiri dari 88 ayat, 1441 kata, dan
5800 huruf. Segala kisah yang dituturkan Alquran jelas merupakan kisah
yang benar dan sangat bermanfaat peringatan dan pelajaran berharga bagi
umat manusia. Beberapa ayat yang menegaskan bahwa kisah merupakan
salah satu isi kandungan Alquran, yaitu surat Ali Imran ayat 62:

‫ َوإِ َّن ااَ َِلَُو الْ َع ِزيْ ُز ا َْ ِكْي ُم‬،ُ‫ َوَما ِم ْن إِلٍَه إَِّال اا‬،‫ص ُ ا َْ ُّق‬
َ ‫إِ َّن َه َذا َِلَُو الْ َق‬
Sesungguhnya inilah kisah yang benar, dan tidak ada Tuhan selain
Allah, sesungguhnya Allah Dia sajalah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.

Kemudian surat al-A’raf ayat 76, yaitu:

ِ ‫ فَ ثَلُهُ َك ثَ ِل الْ َك ْل‬،ُ‫ض واتَّبَ َع َهواا‬ ِ ْ ‫ولَو ِشْئ نَا لَرفَ ْعنَا ِِّبَا ولَ ِكنَّهُ أ‬
‫ب‬ َ َ َ َ ِ ‫َخلَ َد إ ََل ْاْل َْر‬ َ َ َْ
،‫ك َمثَ ُل الْ َق ْوِم الَّ ِذيْ َن َك َّذبُ ْوا بِئَايَاتِنَا‬ ِ ْ ‫ث أَو تَ ْت رْكه ي ْله‬
َ ‫ َذل‬،‫ث‬ ِ
َ َ ُ ُ ْ ْ ‫إِ ْن َِْت ْل َعلَْيه يَ ْل َه‬
ِ
.‫ص َ لَ َعلَّ ُه ْم يَتَ َف َّك ُرْو َن‬
َ ‫ص ِ الْ َق‬ُ ْ‫فَاق‬
18

Dan kalau Kami kehendaki tentu dapat Kamu tinggikan derajatnya


dengan (mengikuti ayat-ayat itu, tetapi ia cinta (condong) kepada
(kesenangan di) Bumi dan mengikuti hawa nafsunya. Perumpamaan
seperti anjing, jika engkau halau, diulurkannya lidahnya, jika engkau
biarkan saja diulurkannya lidahnya. Demikianlah perumpamaan orang
yang mendustakan ayat-ayat Kami. Karena itu ceritakanlah kepada
mereka kisah itu agar mereka berpikir.

Juga surat Yusuf ayat 3:

‫ت ِم ْن‬ َ ‫ص ِ ِِبَا أ َْو َحْي نَا إِلَْي‬


َ ‫ك َه َذا الْ ُق ْرأَ َن َوإِ ْن ُكْن‬ َ ‫َح َس َن الْ َق‬
ْ‫كأ‬ َ ‫َْ ُن نَ ُق ُّ َعلَْي‬
. َ ْ ِ‫قَ ْبلِ ِه لَ ِ َن الْغَافِل‬
Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan
mewahyukan Alquran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum
(Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum
mengetahui.

7. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu isi kandungan
Alquran. Hal ini dapat dipahami dari sekian banyak ayat Alquran yang sangat
menganjurkan manusia supaya berpikir, melihat dan merenungkan alam
semesta. Ayat-ayat tersebut merangsang dan mendorong para ilmuwan untuk
memperhatikan jagat raya ini, dan menggali ilmu pengetahuan sebanyak-
banyaknya. Menurut penelitian Thanthawi Jauhari, ada sekitar 750 ayat-ayat
kauniyah (ayat-ayat iptek) dalam Alquran, sedangkan al-Ghazali menghitung
sebanyak 763 ayat, selisih sedikitu dengan al-Thanthawi.
Beberapa Argumentasi bahwa Alquran sangat memperhatikan
masalah iptek, adalah, pertama, ayat yang turun pertama kali, yaitu ayat 1
sampai 5 surat al-‘Alaq, yang diawali dengan iqra’ (membaca), memberikan
petunjuk bagi manusia akan pentingnya membaca yang merupakan kunci dari
pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Membaca dalam arti
luas berarti membaca keseluruhan fenomena alam semesta melalui observasi
dan penelitian.
Kedua, Alquran banyak menampilkan fenomena jagat raya di
dalamnya. Misalnya tentang kejadian manusia, proses kejadian pembuatan
Bumi dan langit, perputaran Matahari dan Bulan, perjalanan planet, bintang,
orbit, gumpalan awan, turunnya hujan, guruh, kilat, tumbuh-tumbuhan
dengan berbagai ragamnya, keindahan laut, tanda-tanda lintasannya, gunung-
gunung yang menjulang tinggi, dan lain-lain.
Contoh ayat kauniyah tersebut misalnya surat Yunus ayat 10:

‫ات َوالنُّ ُذ ُر َع ْن قَ ْوٍم َّال‬ ِ ‫الس او‬


ِ ‫ات َو ْاْل َْر‬
ُ َ‫ض َوَما تُ ْغ ِ ِْن ْاْلَي‬ ِ
َ َ َّ ‫قُ ِل انْ ُُرْوا َما َذا ِف‬
19

‫يُ ْؤِمنُ ْو َن‬


Katakanlah (hai Muhammad)‛ perhatikanlah apa-apa yang ada di
langit dan di bumi dan tidaklah bermanfaat tanda-tanda kekuasaan
Allah dan rasul-rasul nyang memberi peringatan bagi orang-orang
yang tidak beriman.
20

Daftar Referensi

Abdurrahman, Hafidz, 2003, Ulumul Quran Praktis, Bogor: Pustaka Utama


Abu Syuhbah, Muhammad, 1986, al-Madkhal li al-Dira>sah al-Qura>n al-Kari>m,
Riyad: Dar al-Liwa’
Ansyory, Anhar, , 2012, Pengantar Ulumul Quran, Yogyakarta: Lembaga
Pengembangan Studi Islam Universitas Ahmad Dahlan
Arqah Dan, Salah al-Din, 1987, Mukhtashar al-Itqa>n Fi> Ulu>m al-Qur’a>n li> al-
Suyu>t}y Beirut: Da>r al-Nafa>is
Denfeer, Ahmad Von, 1981, Ulum al-Quran, Leicester: ttp
Haqy, Muhammad Safa’ Syaikh Ibrahim, 2004, Ulu>m al-Qura>n Min Khila>l
Muqaddima>t al-Tafa>sir, Beirut: Muassasah al-Risalah
Suma, Muhammad Amin, 2014, Ulumul Quran, Jakarta: Raja Grafindo, Cet. II
al-Qat}t}a>n, Manna>’ Khali>l, 2000, Maba>hi} s Fi> Ulu>m al-Qur’a>n, Kairo: Maktabah
Wahbah

Anda mungkin juga menyukai