Anda di halaman 1dari 29

AL-QUR’AN DAN SEJARAHNYA

Untuk mementugas mata kuliah ulumul qur’an


Dosen pengampu : Cecep saepurrahman, S.Ag, M.Ud.

Disusun Oleh :
Iis suhamah
Rosita

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL ARQAM
MUHAMMADIYAH GARUT
T.A 2023/2024
Kata Pengantar
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah tentang “Al-qur’an dan sejarahnya” ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa selawat beserta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya,
dan kepada kita selaku umatnya. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas
mata kuliah ulumul hadits. kami menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan
referensi yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi
bahan makalah. kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan
makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini. kami mohon
maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan
sudah pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semuanya.

Garut, 14 Maret 2024

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
a. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
b. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
c. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
BAB III PENUTUP............................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur'an merupakan mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya
selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. la diturunkan Allah SWT
kepada Rasulullah, Muhammad SAW untuk mengeluarkan manusia dari
suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka kejalan
yang lurus.
Al-Qur'an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dengan perantara malaikat Jibril sebagai mu'jizat. Al-Qur'an adalah
sumber ilmu bagi kaum muslimin yang merupakan dasar-dasar hukum yang
mencakup segala hal. Seperti potongan ayat di bawah ini.

َ‫يء َوهُدًى َو َرحْ َمةً َوبُ ْش َرى ِل ْل ُم ْسلِمِ ين‬ َ ‫علَيْكَ ا ْل ِكت‬
َ ‫َب َب ْب َيانًا ِلكُ ِل‬
ْ ‫ش‬ َ ‫َون ََّز ْلنَا‬

Artinya Kami turunkan kepadamu Al-Kitab untuk menjelaskan segala


sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang
berserah diri." (Q.S. An-Nahl: 89).
Al-Qur'an adalah laksana sinar yang memberikan penerangan terhadap
kehidupan manusia, bagaikan pelita yang memberikan cahaya kearah
hidayah ma'rifah. Al-Qur'an juga adalah kitab hidayah dan ijaz
(melemahkan yang lain). Ayat- ayatnya tentu ditetapkan kemudian diperinci
dari allah Swt. Yang maha bijaksana dan maha mengetahui.
Dalam catatan sejarah dapat dibuktikan bahwa proses kodifikasi dan
penulisan Qur'an dapat menjamin kesuciannya secara meyakinkan. Qur'an
ditulis sejak Nabi masih hidup. Begitu wahyu turun kepada Nabi, Nabi
langsung memerintahkan para sahabat penulis wahyu untuk menuliskannya
secara hati-hati. Begitu mereka tulis, kemudian mereka hafalkan sekaligus
mereka amalkan.
Pada awal pemerintahan khalifah yang pertama dari Khulafaur Rasyidin,
yaitu Abu Bakar Shiddiq, Qur'an telah dikumpulkan dalam mushhaf
tersendiri. Dan pada zaman khalifah yang ketiga, Utsman bin 'Affan, Qur'an
telah sempat diperbanyak. Alhamdulillah Qur'an yang asli itu sampai saat
ini masih ada. Oleh karena itu kita sebagai umat islam harus benar-benar
mengetahui kandungan-kandungan yang ada didalamnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan nama Al-qur’an ?
2. Bagaimana Sejarah turunnya Al-qur’an ?
3. Bagaimana hikmah diturunkan Al-Qur’an ?
4. Bagaimana Sejarah pemeliharaan dan pemurnian AL-Qur’an ?
5. Bagaimana Cakupan kandungan dalam Al-qur’an ?

1
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengidentifikasi pengertian dan nama Al-qur’an.
2. Untuk menelaah Sejarah turunnya Al-qur’an.
3. Untuk menelaah hikmah diturunkannya Al-qur’an.
4. Untuk menelaah Sejarah pemeliharaan dan pemurnian Al-qur’an.
5. Untuk mengidentifikasi cakupan kandungan dalam Al-Qur’an.

2
BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan nama Al-Qur’an


Secara etimologi, lafadz al-Qur’an berasal dari fi’il Qara`a
yang mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, dan qira`ah
berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang
lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapih. Qur`an pada mulanya
seperti qira`ah , yaitu masdar (infinitif) dari kata qara` qira`atan,
qur`anan. Sebagaimana dalam firman Allah SWT :

١ ‫۝فَ ِاذَا قَ َرأْ ٰنهُ فَاتَّبِ ْع قُ ْر ٰانَه‬


‫۝‬ ١ ‫علَ ْينَا َج ْمعَه َوقُ ْر ٰانَه‬
َ ‫اِ َّن‬

Artinya:
“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan
membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka
ikutilah bacaannya itu`. (Al- Qiyamah :17-18).
Lafal Qur`anah disini berarti qiraatuhu (bacaannya/cara
membacanya). Jadi kata itu adalah masdar menurut wazan (tashrif,
konjungsi)`fu`lan` dengan vokal `u` seperti `gufran` dan `syukran`.
Kita dapat mengatakan qara`tuhu , qur`an, qira`atan wa qur`anan,
artinya sama saja, suatu bacaan.
Di samping dalam pengertian mashdar dengan pengertian bacaan
atau cara membacanya, Qur’an juga dapat dipahami dalam
pengertian maf’ûl, dengan pengertian yang dibaca (maqrû’). Dalam
hal ini apa yang dibaca (maqru’) diberi nama bacaan (qur’an) atau
penamaan maf’ûl dengan mashdar.
Menurut sebagian ulama seperti Imam Syafi’i, sebagaimana
dikutip as-Suyuthi, Qur ’an adalah ism ‘alam ghairu musytaq (nama
sesuatu yang tidak ada asal katanya), merupakan nama khusus untuk
firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,
seperti halnya Taurat dan Injil yang juga tidak ada asal katanya. Jika
Qur’an berasal dari kata qara-a berarti setiap yang dibaca dapat
dinamai Qur’an.
Sedangkan menurut terminologi, al-Qur’an adalah: Al-Qur’an
adalah kalam Allah yang berupa mukjizat, diturunkan kepada
Muhammad saw. dan dinukil kepada kita secara mutawatir, serta
dinilai beribadah ketika membacanya.
Batasan: kalam Allah yang berupa mukjizat telah menafikan
selain kalam Allah, seperti kata-kata manusia, jin, malaikat, nabi
atau rasul. Karena itu, hadits Qudsi ataupun hadits Nabawi tidak
termasuk di dalamnya. Batasan: diturunkan kepada Muhammad saw
yakni tidak termasuk yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya
seperti taurat, injil dan yang lain. Sedangkan (bittawatur) artinya

3
menafikan riyawat ahad, syadz, dan lainnya, seperti bacaan Ibnu
Mas’ud terhadap firman Allah SWT:

َ َّ‫ٰذلِكَ َكف‬
‫ارة ُ ا َ ْي َمانِكُ ْم اِذَا َحلَ ْفت ُ ْم‬

Artinya:
Barang siapa tidak sanggup melaksanakan yang demikian, maka
kafaratnya puasa selama tiga hari (Q.s. al-Maidah: 89).
yang beliau tambahkan dengan: mutatabi’ain (berturut-turut),
ataupun bacaan terhadap firman Allah SWT:

‫۝‬٣٨ ‫ع ِزيْز َح ِكيْم‬


َ ُ‫للا‬
ّ ‫للا َو‬ َ ‫طعُ ْْٓوا ا َ ْي ِديَ ُه َما َجزَ ۤا ًء بِ َما َك‬
ِ ّ َ‫سبَا نَك ًَال مِن‬ َ ‫َّارقَةُ فَا ْق‬
ِ ‫َّار ُق َوالس‬
ِ ‫لس‬
Artinya:
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (Q.s. al-Maidah: 38)
yang mengganti aydiyahuma (tangan-tangan keduanya) dengan
aymanahuma (bagian tangan atau kaki kanan keduanya). Jadi
penggantian atau penambahan atau yang sejenis dari bacaan tersebut
tidak layak disebut al-Qur’an, bahkan disebut hadits nabawipun
tidak boleh karena bacaan tersebut dinisbatkan kepada pembacanya.
Maka, ia tidak lebih dari sekedar tafsir atau pandangan bagi orang
menetapkannya. Mengenai batasan terakhir (al-muta’abbad bi
tilawatihi) dinilai ibadah ketika membacanya, mengecualikan
bacaan hadis ahad dan hadis-hadis qudsi meski ia dinisbatkan
kepada Allah.
Nama dan istilah dalam Al-Quran
Allah menamakan al-Qur’an dengan beberapa nama, diantaranya:
a. Al-Qur`an

‫ت ا َ َّن لَ ُه ْم‬ ّ ‫ِي ا َ ْق َو ُم َويُبَش ُِر ا ْل ُمؤْ مِ نِيْنَ الَّ ِذيْنَ يَ ْع َملُ ْونَ ال‬
ِ ٰ‫ص ِلح‬ َ ‫يه‬ ْ ‫اِ َّن ٰهذَا ا ْلقُ ْر ٰانَ يَ ْه ِد‬
ْ ِ‫ي ِللَّت‬
‫۝‬ ٩ ‫اَج ًْرا َكبِي ًْرا‬
Artinya:
Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan)
yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang
Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besar.( al-Israa:9).
Dinamai Al-Qur ’an, karena kitab suci terakhir yang
diturunkan Allah SWT ini berfungsi sebagai bacaan sesuai dengan
arti kata Qur ’an itu sendiri
b. Al-Kitab ࣖ
‫۝‬ ١ َ‫لَقَدْ ا َ ْنزَ ْلنَآ اِلَ ْيكُ ْم ِك ٰتبًا فِ ْي ِه ِذ ْك ُركُ ْم اَفَ َل ت َ ْع ِق ُل ْون‬
Artinya:
Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang
di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka Apakah
kamu tiada memahaminya? (al-Anbiyaa: 10)

4
Al-Kitab secara bahasa berarti al-jam’u (mengumpulkan). Menurut
as-Suyûthi, dinamai Al-Kitab karena Al-Qur ’an mengumpulkan
berbagai macam ilmu, kisah dan berita.[6] Menurut Muhammad
Abdullah Draz, sebagaimana dikutip Manna’ al-Qathân, Al-Qur’an
di samping dipelihara melalui lisan, juga dipelihara dengan tulisan.
Penamaannya dengan Al-Qur ’an dan Al-Kitab,dua nama yang
paling populer, mengisyaratkan bahwa kitab suci Al-Qur ’an
haruslah dipelihara melalui dua cara secara bersama, tidak dengan
salah satu saja, yaitu melalui hafalan (hifzhuhu fi as-shudur) dan
melalui tulisan (hifzhuhu fi as-suthur).
c. Al-Furqan
َ ‫ع ٰلى‬
‫ع ْبدِه ِليَكُ ْونَ ِل ْل ٰع َل مِ يْنَ نَ ِذي ًْرا‬ َ َ‫ي ن ََّز َل ا ْلفُ ْرقَان‬
ْ ‫ت َ ٰب َركَ الَّ ِذ‬

Artinya:
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran)
kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada
seluruh alam. (al-Furqan: 1).
Al-Furqan, mashdar dari asal kata faraqa, dalam wazan fu’lân,
mengambil bentuk shifât musyâbahah dengan arti ‘yang sangat
memisahkan’. Dinamai demikian karena Al-Qur ’an memisahkan
dengan tegas antara haq dan batil, antara benar dan salah dan antara
baik dan buruk.
d. Adz-Zikr
َ‫اِنَّا نَحْ ُن ن ََّز ْلنَا ال ِذ ْك َر َواِنَّا لَه لَحٰ ِفظُ ْون‬
Artinya:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur`an, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.( al-Hijr :9)
Adz-Dzikr artinya ingat, mengingatkan. Dinamai Adz- Dzikr karena
di dalam kitab suci ini terdapat pelajaran dan nasehat dan kisah umat
masa yang lalu.
e. At-Tanzil
‫۝‬ ١ َ‫ب ا ْل ٰعلَمِ يْن‬ِ ‫َواِنَّه لَت َ ْن ِز ْي ُل َر‬

Artinya :
“Dan sesungguhnya Al Qur`an ini benar-benar diturunkan oleh
Tuhan semesta alam”.(as-Syuaraa:192 ).
At-Tanzil artinya yang benar-benar diturunkan. Dinamai demikian
karena Al-Qur ’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah
SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibrîl.
Demikianlah lima nama al-Qur’an yang umumnya disepakati oleh
para ulama’ sebagai nama-nama al-Qur’an. Ada pun nama- nama
lain seperti An-Nur, Mau’izhah, Syifa’, Hudan, Rahmah dan lain
sebagainya, menurut sebagian ulama bukanlah nama-nama Al-
Qur’an, tetapi sifat-sifatnya. Sementara sebagian ulama seperti as-
Suyûthi mengganggapnya sebagai nama-nama Al-Qur ’an juga.
Menurut as-Suyuthi, mengutip Abu al-‘Ali ‘Uzaiza ibn Abdillah

5
Syaidzalah, salah seorang fuqaha’ Syafi’iyyah, penulis kitab Al-
Burhân fi Musykilât Al-Qur’an, Allah SWT menamai Al-Qur ’an
dengan 55 nama. Berikut adalah nama-namanya :
1. Al Kitab atau Kitabullah
Nama lain Al Quran yakni Al-Kitab atau Kitabullah biasanya
seringkali digunakan ketika menyebut Al-Quran. Al-Kitab itu
dalam bahasa Arab berarti memang bermakna buku. Nama ini
terdapat dalam surah Al-Baqarah.
َ‫ْب ۛ فِي ِه ۛ هُدًى ِل ْل ُمتَّقِين‬ َ ‫ٰذَلِكَ ا ْل ِكتَابُ َل َري‬
Kitab ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa (QS. Al-Baqarah : 2)
2. Al Furqan
Nama lain Al Quran berikutnya yakni, Al-Furqan yang memiliki
arti pembeda benar dan salah, Nama ini ada dalam QS Al-Furqan
ayat 1 :
ً ‫ع ْب ِد ِه ِليَكُونَ ِل ْلعَالَمِ ينَ نَذ‬
‫ِيرا‬ َ ‫علَ ٰى‬َ َ‫اركَ الَّذِي ن ََّز َل ا ْلفُ ْرقَان‬ َ َ‫تَب‬
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan kepada
hanba-Nya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh
alam. (QS. Al-Furqan : 1).
3. Adz-Dzikir
Nama lain Al Quran juga kadang disebut dengan Adz-Dzikr
artinya pemberi peringatan. hal ini bahkan secara tersirat juga
disebutkan pada ayat sebelumnya.
َ‫الذ ْك َر َوإِنَّا لَهُ لَ َحافِظُون‬ ِ ‫إِنَّا نَحْ ُن ن ََّز ْلنَا‬
Sesungguhnya Kami-Lah yang menurunkan Adz-Dzikr dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.(QS. Al-Hijr :
9)
4. Al Mau’idhoh
Nama lain Al Quran selanjutnya adalah Al-Mau’idhoh berarti
pelajaran atau nasihat. Nama ini keluar dalam ayat :
‫ُور َوهُدًى َو َر ْح َمة‬ ِ ‫صد‬ ُّ ‫ظة م ِْن َربِكُ ْم َو ِشفَاء ِل َما فِي ال‬ َ ‫اس قَدْ َجا َءتْكُ ْم َم ْو ِع‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
َ‫ِل ْل ُمؤْ مِ نِين‬
Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran
dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
ada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang
yang beriman. (QS. Yunus : 57)
5. Asy-Syifa’
Nama lain Al Quran lainnya yakni, Asy-Syifa yang berarti
penyembuh.
‫ارا‬
ً ‫س‬ َّ ‫آن َما ه َُو ِشفَاء َو َرحْ َمة ِل ْل ُمؤْ ِمنِينَ َو َل يَ ِزيدُ ال‬
َ ‫ظالِمِ ينَ ِإ َّل َخ‬ ِ ‫َونُن َِز ُل مِ نَ ا ْلقُ ْر‬
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian. (QS. Al-Isra : 82) Al Quran memang diturunkan oleh
Allah kepada Rasulullah SAW untuk mengobati penyakit hati
manusia. Untuk itu saat kita merasa mempunyai penyakit yang

6
berkaitan dengan hati, misalnya saja iri, kecewa, sedih, dan
sebagainya dianjurkan untuk membaca Al-Quran. Membaca
ayat suci Al-Quran Insya Allah dapat meringankan bahkan
menghilangkan penyakit-penyakit tersebut.
6. Al-Hukmu
Al Quran juga kadang disebut dengan Al-Hukmu berarti juga
hukum atau peraturan. Seperti diketahui sumber hukum Islam
memang harus didasarkan pada Al Quran.

َ ‫َو َك ٰذَلِكَ أ َ ْنزَ ْلنَاهُ ُح ْك ًما‬


َ‫ع َربِيًّا َولَئ ِِن اتَّبَعْتَ أ َ ْه َوا َءهُ ْم بَ ْعدَ َما َجا َءكَ مِ نَ ا ْل ِع ْل ِم َما لَكَ ِمن‬
‫للا مِ ْن َولِي َو َل َواق‬ ِ َّ

Dan demikianlah Kami telah menurunkan Al-Quran itu sebagai


peraturan (yang benar) dalam Bahasa Arab. Dan seandainya
kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan
kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara
bagimu akan (siksa) Allah.(QS. Ar-Ra’d: 37).
7. Al-Hikmah
Nama lain Al Quran selanjutnya yakni Al Hikmah yang berarti
kebijaksanaan. Nama Al Hikmah disebutkan dalam Surat Al
Isra:

‫للا إِ ٰلَ ًها آخ ََر فَت ُ ْلقَ ٰى فِي َج َه َّن َم‬


ِ َّ ‫ٰذَلِكَ ِم َّما أ َ ْو َح ٰى إِلَيْكَ َربُّكَ مِ نَ ا ْلحِ ْك َم ِة َو َل ت َ ْجعَ ْل َم َع‬
‫ورا‬ً ‫َملُو ًما َمدْ ُح‬

Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu.


Janganlah kamu mengadakan Tuhan yang lain selain Allah yang
(bisa) menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam
keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah). (QS. Al Isra’
: 39).
8. Al-Huda
Nama lain Al Quran lainnya adalah Al-Huda yang bermakna
petunjuk. Nama AL Huda terdapat dalam Surat Al Jin.

‫سا َو َل َر َهقًا‬ ُ ‫سمِ ْعنَا ا ْل ُهدَ ٰى آ َمنَّا بِ ِه ۖ فَ َم ْن يُؤْ مِ ْن بِ َربِ ِه فَ َل يَخ‬


ً ‫َاف بَ ْخ‬ َ ‫َوأَنَّا لَ َّما‬

Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk, kami


beriman kepadanya (quran). Barang siapa beriman kepada
Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan
tidak pula akan penambahan dosa serta kesalahan. (QS. Al-Jin :
13)
9. At Tanzil
At-Tanzil merupakan nama lain Al Quran. At Tanzil memiliki
arti yang diturunkan.

َ‫ب ْالعَالَمِ ين‬


ِ ‫َوإِنَّهُ لَت َ ْن ِزي ُل َر‬

7
Dan sesungguhnya (Al-Quran) ini benar-benar diturunkan oleh
Tuhan semesta Alam. (QS. Asy Syu’araa’ : 192)
10. Ar-Rahmat
Ar Rahmat juga nama lain Al Quran yang memiliki artai rahmat.

َ‫َو ِإنَّهُ لَ ُهدًى َو َرحْ َمة ِل ْل ُمؤْ ِمنِين‬

Dan sesungguhnya Quran itu benar-benar menjadi petunjuk dan


rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. An-Naml : 77).
11. Ar-Ruh
Nama lain Al Quran selanjutnya yakni Ar Ruh.

‫َو َك ٰذَلِكَ أ َ ْو َح ْينَا ِإلَيْكَ ُرو ًحا مِ ْن أ َ ْم ِرنَا‬

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruuh


(Quran) dengan perintah Kami.” (QS. Asy-Syura: 52)
12. Al-Bayan
Al Bayan yang berarti penerangan juga merupakan salah satu
nama lain Al Quran.

َ‫ظة ِل ْل ُمتَّقِين‬ ِ َّ‫ٰ َهذَا بَيَان لِلن‬


َ ‫اس َوهُدًى َو َم ْو ِع‬

Ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta


pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran:
138).
13. Al-Kalam
Nama lain Al Quran yakni Al Kalam atau Kalam Ilahi

َ‫للا ث ُ َّم أ َ ْب ِل ْغهُ َمأ ْ َمنَهُ ٰذَلِك‬


ِ َّ ‫اركَ فَأ َ ِج ْرهُ َحت َّ ٰى يَ ْس َم َع ك ََل َم‬ َ ‫أ َ َحد مِ نَ ا ْل ُم ْش ِركِينَ ا ْست َ َج‬
َ‫بِأَنَّ ُه ْم قَ ْوم َل يَ ْعلَ ُمون‬
Dan jika seorang diantara orang-orang musyrik itu meminta
perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat
mendengar firman Allah, lalu antarkanlah ia ketempat yang
aman baginya. Ddemikian itu disebabkan mereka kaum yang
tidak mengetahui. (QS. At Taubah: 6).
14. Al-Busyra
Al Busyra artinya kabar gembira juga satu dari sekian nama lain
Al Quran.
َ‫ق ِليُث َ ِبتَ الَّذِينَ آ َمنُوا َوهُدًى َوبُ ْش َر ٰى ِل ْل ُم ْس ِل ِمين‬ ِ ‫قُ ْل ن ََّزلَهُ ُرو ُح ا ْلقُد ُِس مِ ْن َر ِبكَ ِبا ْل َح‬

Katakanlah! Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan (AlQuran) itu


dari Tuhanmu dengan benar untuk meneguhkan (hati) orang-
orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”
(QS. An Nahl: 102).

8
15. An-Nur An Nur yang berarti cahaya juga nama lain Al Quran.

ً ُ‫اس قَدْ َجا َءكُ ْم ب ُْرهَان م ِْن َر ِبكُ ْم َوأ َ ْنزَ ْلنَا ِإلَ ْيكُ ْم ن‬
‫ورا ُم ِبينًا‬ ُ َّ‫َيا أَيُّ َها الن‬

“Hai manusia, sesungguhnyatelah datang kepadamu bukti


kebenaran dari Tuhanmu dan telah Kami turunkan kepadamu
cahaya yang terang benderang.” (QS. AN Nisa: 174).
16. Al-Basha’ir
Al Basha'ir yang memiliki arti pedoman juga merupakan nama
lain Al Quran.
َ ‫ٰ َهذَا َب‬
ِ َّ‫صائ ُِر لِلن‬
َ‫اس َوهُدًى َو َرحْ َمة ِلقَ ْوم يُوقِنُون‬

Ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk, dan rahmat bagi


kaum yang meyakini.” (QS. Al-Jatsiyah: 20).
17. Al Balagh
Nama lain Al Quran selanjutnya yakni Al Balagh yang berarti
kabar sempurna.
ِ َّ‫ٰ َهذَا َب َلغ لِلن‬
‫اس َو ِليُ ْنذَ ُروا ِب ِه‬

Dan ini adalah kabar yang sempurna bagi manusia dan supaya
mereka diberi peringatan dengannya agar mereka mengetahui
bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang yang
berakal mengambil pelajaran.”(QS. Ibrahim: 52).
18. Al-Qaul
Al Qaul yang berarti perkataan juga nama lain Al Quran.

َ‫ص ْلنَا لَ ُه ُم ا ْلقَ ْو َل لَعَلَّ ُه ْم يَتَذَ َّك ُرون‬


َّ ‫َولَقَدْ َو‬
Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut turut perkataan
ini kepada mereka agar mendapat pelajaran.(QS. Al-Qashash:
51).
19. ‘Ilmu
Dinamakan dengan sebutan “al-’Ilm” karena Al-Qur’an menjadi
sumber ilmu dalam Islam. Sumber pengambilan nama tersebut
adalah Q.S. al-Baqarah [2] ayat 145:

‫مِ ْن َب ْع ِد َما َج ۤا َءكَ مِ نَ ا ْل ِع ْل ِم‬


“setelah sampai ilmu kepadamu” .
20. Haqq
Dikatakan sebagai “al-Haqq” karena semua ajaran Al-Qur’an
mengandung kebenaran. Sebagaimana dalam Q.S. Ali ‘Imran [3]
ayat 62:
‫ص ْال َح ُّق‬ َ َ‫اِ َّن ٰهذَا لَ ُه َو ْالق‬
ُ ‫ص‬

“Sungguh, ini adalah kisah yang benar”.\


21. Hady

9
Dinamakan dengan nama “al-Hady”, karena Al-Qur’an
memberikan petunjuk dan hidayah kepada umat manusia.
Sebagaimana dalam Q.S. al-Isra’ [17] ayat 9:

ْ ‫اِ َّن ٰهذَا ا ْلقُ ْر ٰانَ يَ ْه ِد‬


‫ي‬

“Sungguh, Al-Qur’an ini memberi petunjuk”.


22. ‘Ajab
Al-Qur’an disebut juga dengan nama “al-’Ajab”, dikarenakan
keindahan susunan kata Al-Qur’an sehingga ia menjadi sebuah
bacaan yang menakjubkan. Sebagaimana dalam Q.S. al-Jinn
[72] ayat 1:
َ ‫قُ ْر ٰانًا‬
١ – ‫ع َجبًا‬
“Bacaan yang menakjubkan (Al-Qur’an)”
23. Tadzkirah
Dinamakan dengan nama “al-Tadzkirah” dikarenakan Al-
Qur’an merupakan sumber pelajaran bagi mereka yang ingin
bertakwa. Sebagaimana dalam Q.S. al-Haqqah [69] ayat 48:

٤٨ – َ‫َواِنَّهلَتَذْك َِرة ِل ْل ُمت َّ ِقيْن‬

“Dan sungguh, (Al-Qur’an) itu pelajaran bagi orang-orang yang


bertakwa”.
24. al-’Urwah
al-Wutsqa Al-Qur’an disebut dengan nama “al-’Urwah al-
Wutsqa” karena ia bagaikan tali yang sangat kuat, dan
barangsiapa yang berpegang pada tali tersebut maka ia akan
selamat. Sebagaimana dalam Q.S. al-Baqarah [2] ayat 256:

‫ام لَ َها‬
َ ‫ص‬َ ‫سكَ بِا ْلعُ ْر َوةِ ا ْل ُوثْ ٰقى َل ا ْن ِف‬
َ ‫ا ْست َ ْم‬

“dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang
tidak akan putus”
25. Shidq
Dinamakan “al-Shidq” karena semua isi dari Al-Qur’an adalah
ajaran kebenaran. Sebagaimana dalam Q.S. al-Zumar [39] ayat
33:
ٰۤ ُ
٣٣ – َ‫ول ِٕى َك ُه ُما ْل ُمتَّقُ ْون‬ ‫صدَّقَ بِ ْٓها‬ ِ ِ‫ي َج ۤا َء ب‬
ِ ْ‫الصد‬
َ ‫ق َو‬ ْ ‫َوالَّ ِذ‬

“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang


yang membenarkannya, mereka itulah orang yang bertakwa”.
26. 'Adl
Al-Qur’an juga dikenal dengan nama “al-’Adl” karena semua
keputusan yang tercantum dalam Al-Qur’an adalah pasti adil.
Sebagaimana dalam Q.S. al-An’am [6] ayat 115:

10
‫عد ًْل‬
َ ‫صدْقًا َّو‬ ْ ‫َوت َ َّم‬
ِ َ‫ت َك ِل َمتُ َربِك‬

“Dan telah sempurna firman Tuhanmu (Al-Qur’an) dengan


benar dan adil”.
27. Amr
Dinamakan “al-Amr” karena dalam Al-Qur’an terdapat
perintah-perintah Allah yang harus dilaksanakan oleh umat
Islam. Nama ini berdasar pada Q.S. al-Thalaq [65] ayat 5:

ِ ّ ‫ٰذلِكَ ا َ ْم ُر‬
‫للا ا َ ْنزَ لَ ْٓه ِالَ ْيكُ ْم‬

“Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu”.


28. Munadiy
Al-Qur’an memiliki nama lain “al-Munadiy”. Alasan penamaan
ini karena ia menyerukan kepada umat manusia agar beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana dalam Q.S. Ali
‘Imran [3] ayat 193:

‫ان‬ ِْ‫يل‬
ِ ‫ِل ْي َم‬ َ ‫َربَّنَا ْٓ اِنَّنَا‬
ْ ‫سمِ ْعنَا ُمنَا ِديًا يُّنَا ِد‬

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar orang yang


menyeru kepada iman” .
29. Busyra
Dinamakan “al-Busyra”, karena dalam Al-Qur’an terdapat kabar
gembira bagi orang-orang yang beriman. Sebagaimana dalam
Q.S. al-Naml [27] ayat 2:

٢ – َ‫هُدًى َّوبُ ْش ٰرى ِل ْل ُمؤْ مِ نِيْن‬

“Petunjuk dan berita gembira bagi orang-orang yang beriman”.


30. Majid
Al-Qur’an dinamakan dengan nama “al-Majid” karena sifat
kemuliaan yang dimiliki Al-Qur’an. Sebagaiamana disebutkan
dalam Q.S. al-Buruj [85] ayat 21:

٢١ – ‫َب ْل ه َُو قُ ْر ٰان َّم ِجيْد‬


“Bahkan (yang didustakan itu) ialah Al-Qur’an yang mulia”.
31. Zabur
Nabi Muhammad juga pernah menamakan kitab Zabur dengan
Al-Qur’an, sebagaimana dalam sabdanya: Khuffifa ‘ala Dawud
al-Qur’an (telah diperingan pada Nabi Dawud Al-Qur’an), tetapi
tidak dijelaskan alas an penamaan tersebut. Nama ini dapat
ditemukan dalam Q.S. al-Anbiya’ [21] ayat 105:

َّ ‫َولَقَدْ َكت َ ْبنَا فِى‬


‫الزب ُْو ِر‬

11
“Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur”.
32. Basyir
Al-Qur’an dinamakan “al-Basyir” karena Al-Qur’an membawa
berita kembira kepada orang-orang yang beriman berupa surga.
Sebagaimana dalam Q.S. Fussilat [41] ayat 3-4:

َ ‫ت ٰا ٰيتُهقُ ْر ٰانًا‬
‫ َب ِشي ًْر َّاونَ ِذي ًْرا‬٣ – َ‫ع َر ِبيًّا ِلقَ ْوميَّ ْعلَ ُم ْون‬ ِ ُ‫ِك ٰتب ف‬
ْ َ‫صل‬

“Kitab yang ayat-ayatnya dijelaskan, bacaan dalam bahasa Arab,


untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira
dan peringatan” .
33. Nadzir
Disebut juga dengan nama “al-Nadzir”, karena Al-Qur’an juga
menjelaskan tentang peringatan-peringatan terkait neraka
supaya umat Islam menghindarinya. Sebagaimana telah
disebutkan dalam kutipan ayat pada nama Al-Qur’an
sebelumnya.
34. ‘Aziz
Alasan penamaan “al-’Aziz” karena Al-Qur’an selalu menang
atas orang-orang yang menentang dan mengingkari akan
kebenaran Al-Qur’an. Sebagaimana dalam Q.S. Fussilat [41]
ayat 41:
٤١ – ‫الذ ْك ِر لَ َّما َج ۤا َءهُ ْم َواِنَّهلَ ِك ٰتبعَ ِزيْز‬
ِ ِ‫اِ َّن الَّ ِذيْنَ َكف َُر ْوا ب‬

“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur’an


ketika (Al-Qur’an) itu disampaikan kepada mereka (mereka itu
pasti akan celaka), dan sesungguhnya (Al-Qur’an) itu adalah
Kitab yang mulia”.
35. Qashash
Al-Qur’an juga disebut dengan nama “al-Qashash” karena di
dalamnya diceritakan tentang kisah-kisah umat terdahulu supaya
bisa diambil pelajaran (ibrah) dari kisah tersebut. Sebagaimana
dalam Q.S. Yusuf [12] ayat 3:

‫ص‬ َ َ‫سنَ ا ْلق‬


ِ ‫ص‬ َ ‫علَيْكَ ا َ ْح‬ ُّ ُ‫نَحْ ُن نَق‬
َ ‫ص‬

“Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling


baik”.
36. Shuhuf
Dinamakan “Shuhuf” karena Al-Qur’an terkumpul dan tertulis
dalam beberapa lembaran (Shahifah). Sebagaimana dalam Q.S.
‘Abasa [80] ayat 13:
١٣ – ‫ص ُحف ُّمك ََّر َمة‬
ُ ‫ي‬
ْ ‫ِف‬

“di dalam kitab-kitab yang dimuliakan (di sisi Allah)” .


37. ukarramah

12
Ibnu Jarir al-Thabari mengatakan bahwa makna penamaan Al-
Qur’an dengan kata “al-Mukarramah” adalah karena di
dalamnya terkandung kumpulan ilmu dan hikmah. Sehingga
menjadikanya sebagai kitab yang mulia. Sebagaimana telah
disebutkan dalam kutipan ayat pada nama Al-Qur’an
sebelumnya.
38. Marfu’ah
Dinamakan dengan nama “al-Marfu’ah” dikarenakan Al-Qur’an
berasal dari tingkatan alam tertinggi (al-’alam al-’ulwiy) yaitu
langit ke tujuh. Sebagaimana dalam Q.S. ‘Abasa [80] ayat 14:

َ ‫عة ُّم‬
١٤ – ‫ط َّه َرة‬ َ ‫َّم ْرفُ ْو‬
“yang ditinggikan (dan) disucikan”.
39. Muthahharah
Al-Qur’an memiliki nama “al-Muthahharah” karena ia
merupakan kitab yang suci dari penentangan dan penghinaan
orang-orang kafir. Ibnu ‘Asyur dalam tafsirnya mengatakan
bahwa suci dalam hal ini adalah bentuk majaz dari kemuliaan
(syaraf). Sebagaimana telah disebutkan dalam kutipan ayat pada
nama Al-Qur’an sebelumnya.
40. Wa’id
Alasan penamaan “al-Wa’id”, karena di dalam Al-Qur’an
disebutkan terkait ancaman dan peringatan bagi umat manusia.
Sebagaimana dalam Q.S. Ibrahim [14] ayat 14:

١٤ – ‫َاف َو ِع ْي ِد‬
َ ‫ي َوخ‬ َ ‫ض مِ ْن بَ ْع ِد ِه ْم ٰذلِكَ ِل َم ْن خ‬
ْ ‫َاف َمقَا ِم‬ َ ْ ‫َولَنُ ْس ِكنَنَّكُ ُم‬
َ ‫ال ْر‬

“Dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu


setelah mereka. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang
yang takut (menghadap) ke hadirat-Ku dan takut akan ancaman-
Ku.
41. Fashl
Nama Al-Quran yang satu ini, “al-Fashl” karena Al-Qur’an
memisahkan antara yang hak (benar) dan yang batil.
Sebagaimana telah disebutkan dalam kutipan ayat pada nama Al-
Qur’an sebelumnya.
42. Naba’ ‘Adhim
Al-Qur’an juga dinamakan dengan “al-Naba’ al-’Adhim”,
karena adanya berita-berita besar tentang hal-hal yang berkaitan
dengan kehidupan pasca kematian. Sumber pengambilan nama
ini yaitu Q.S. al-Naba’ [78] ayat 2:

٢ – ‫ع ِن النَّ َب ِا ْال َعظِ ي ِْم‬


َ
“Tentang berita yang besar (hari kebangkitan)”.
43. Ahsan al-Hadits

13
Dinamakan dengan nama “Ahsan al-Hadits” karena Al-Qur’an
merupakan sebaik-baik perkataan dan ucapan. Nama Al-Quran
tersebut berdasar pada Q.S. al-Zumar [39] ayat 23:

‫ِي‬ ِ ‫سنَ ا ْل َح ِد ْي‬


َ ‫ث ِك ٰتبًا ُّمتَشَابِ ًها َّمثَان‬ ّ َ
َ ‫للاُ ن ََّز َل ا َ ْح‬

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-


Qur’an yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang”.
44. Mutasyabih
Al-Qur’an juga dinamakan dengan “al-Mutasyabih”, karena
adanya kemiripan atau keserupaan dari sebagian ayat dengan
ayat lainya dalam hal kebaikan (keindahan) dan kebenaran.
Sebagaimana telah disebutkan dalam kutipan ayat pada nama Al-
Qur’an sebelumnya.
45. Matsani
Penyematan nama “al-Matsani” terhadap Al-Qur’an
dikarenakan di dalamnya diuraikan terkait kisah-kisah umat
terdahulu. Sehingga terjadi proses pengulangan akan cerita dan
nasihat dari kisah-kisah terdahulu. Sebagaimana disebutkan
dalam Q.S. al-Zumar [39] ayat 23.
46. Muhaimin
Al-Quran dinamakan sebagai “al-Muhaimin” dikarenakan Al-
Qur’an menjadi saksi terhadap adanya kitab-kitab samawi
terdahulu dan kejadian umat pada masa lampau. Sebagaimana
dalam Q.S. al-Maidah [5] ayat 48:

‫علَ ْي ِه‬ ِ ‫ص ِدقًا ِل َما بَيْنَ يَدَ ْي ِه مِنَ ا ْل ِك ٰت‬


َ ‫ب َو ُم َه ْي ِمنًا‬ َ ‫ُم‬

“yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya


dan menjaganya”.
47. Habl
Al-Quran memiliki nama lain “al-Habl” yaitu tali. Hal ini
dikarenakan barangsiapa yang berpegang teguh pada tali (Al-
Qur’an) tersebut maka ia akan mendapatkan pentunjuk dan
masuk surga. Sebagaimana dalam Q.S. Ali ‘Imran [3] ayat 103:

‫للا َجمِ ْيعًا‬


ِ ّ ‫َص ُم ْوا ِب َح ْب ِل‬
ِ ‫َوا ْعت‬

“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama)


Allah”.
48. Shirath Mustaqim
Nama lain dari Al-Quran adalah “al-Shirath al-Mustaqim”. Hal
ini dikarenakan Al-Qur’an merupakan panduan yang menuntun
kita menuju jalan yang lurus yaitu surga. Sebagaimana dalam
Q.S. al-An’am [6] ayat 153:
ُ‫ي ُم ْست َ ِق ْي ًما فَاتَّبِعُ ْوه‬ ِ ‫َوا َ َّن ٰهذَا‬
ْ ِ‫ص َراط‬

14
“Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah!”
“Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan
siksa yang sangat pedih”.
49. Karim
Al-Quran diberi nama “al-Karim” karena terdapat sifat
kemuliaan yang terkandung di dalamnya. Sebagaimana dalam
Q.S. al-Waqi’ah [56] ayat 77:
‫“ اِنَّه لَقُ ْر ٰان ك َِريْم‬

dan (ini) sesungguhnya Al-Qur’an yang sangat mulia”.


50. Mubarak
Al-Quran diberi nama “al-Mubarak”, karena ia mengandung
keberkahan. Sebagaimana telah disebutkan dalam kutipan ayat
pada nama Al-Qur’an sebelumnya.
51. ‘Aliy
Dinamakan dengan nama “al-’Aliy” karena Al-Qur’an
merupakan kitab suci yang mengandung nilai yang tinggi nan
agung. Sebagaimana dalam Q.S. al-Zukhruf [43] ayat 4:

٤ – ‫َواِنَّه ِف ْْٓيا ُ ِما ْل ِك ٰتبِلَدَ ْينَالَعَ ِليٌّ َح ِكيْم‬

“Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu dalam Ummul Kitab (Lauh


Mahfuzh) di sisi Kami, benar-benar (bernilai) tinggi dan penuh
hikmah”.
52. Qayyim
Al-Qur’an dinamakan “al-Qayyim” karena ia membimbing
orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. Sumber
pengambilan nama tersebut dari Q.S. al-Kahfi [18] ayat 2:

‫ش ِد ْيدًا‬ ً ْ ‫قَيِ ًما ِليُ ْنذ َِر بَأ‬


َ ‫سا‬

“Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan


siksa yang sangat pedih”.
53. Wahy
Dinamakan dengan “al-Wahy” karena Al-Qur’an merupakan
kumpulan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad melalui perantara malaikat Jibril. Nama Al-Quran
yang ini tertulis dalam Q.S. al-Anbiya’ [21] ayat 45:

ِ ‫قُ ْل اِنَّ َما ْٓ ا ُ ْنذ ُِركُ ْم بِا ْل َو ْح ۖي‬

“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku hanya


memberimu peringatan sesuai dengan wahyu”.
54. ‘Arabiy

15
Penamaan Al-Quran dengan nama “al-’Arabiy”, disebabkan Al-
Qur’an menggunakan media perantara bahasa Arab dalam
menyampaikan pesan-pesan ilahi. Q.S. Yusuf [12] ayat 28
menunjukkan adanya nama Al-Quran yang ini:

٢٨ – َ‫ي ع َِوج لَّعَلَّ ُه ْم يَتَّقُ ْون‬


ْ ‫غي َْر ِذ‬ َ ‫قُ ْر ٰانًا‬
َ ‫ع َربِيًّا‬

“(Yaitu) Al-Qur’an dalam bahasa Arab, tidak ada kebengkokan


(di dalamnya) agar mereka bertakwa”.
55. Mubin
Penamaan Al-Quran dengan nama “al-Mubin” dikarenakan
fungsi Al-Qur’an adalah memperjelas yang hak dari yang batil.
Sebagaimana telah disebutkan dalam kutipan ayat pada nama Al-
Quran sebelumnya.
56. Qur’an
Dinamakan dengan nama “al-Qur’an” karena Al-Qur’an
merupakan bacaan yang di dalamnya terkumpul hal-hal yang
berkaitan dengan kisah, perintah, larangan, ayat, surah, dan lain
sebagainya. Sebagaimana dalam Q.S. al-Qiyamah [75] ayat 17:

‫علَ ْينَا َج ْمعَه َوقُ ْر ٰانَه‬


َ ‫– اِ َّن‬

“Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di


dadamu) dan membacakannya”.

B. Sejarah turunnya Al-qur’an


Sejarah turunnya Al-Quran dimulai ketika Nabi Muhammad SAW
berusia 40 tahun pada 610 Masehi. Pada saat itu, Nabi Muhammad
berada di Gua Hira, di Mekkah, saat dia menjalani uzlah.Malaikat
Jibril muncul dan memberikan wahyu pertama kepada Nabi
Muhammad. Ayat yang pertama kali diturunkan adalah surat Al-
Alaq ayat 1-5. Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad secara
bertahap atau secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun
melalui perantara Malaikat Jibril.Turunnya ayat Al-Quran sesuai
dengan permasalahan sosial, krisis moral, dan keagamaan yang
sedang terjadi.
Sejarah turunnya Al-Quran dibagi menjadi dua periode, yaitu :
a. periode Mekkah dan periode Madinah
Periode Mekkah disebut dengan ayat Makkiyah, yang
menurunkan 86 surat dalam jangka waktu 12 tahun 5 bulan.
b. Periode Madinah
disebut dengan ayat Madaniyah, yang menurunkan 28 surat
dalam jangka waktu sembilan tahun sembilan bulan Ayat yang
terakhir diturunkan kepada Rasulullah adalah Surat Al-Maidah
ayat 5.

16
Sejarah turunnya Al-Quran merupakan peristiwa besar yang
sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi
Al-Quran berisi ajaran yang memberikan pedoman tentang segala
aspek kehidupan, mulai dari hubungan manusia dengan Allah SWT,
hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia
dengan lingkungan di sekitarnya.

C. Hikmah diturunkannya Al-qur’an


Turunnya Al-Quran memiliki beberapa hikmah, yaitu:
1. Menguatkan hati Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan
dakwah.
2. Menantang orang-orang kafir yang mendustakan Al-Qur'an.
3. Menyesuaikan dengan peristiwa-peristiwa dalam penetapan
hukum Al-Qur'an.
4. Mudah dihafal dan dipahami
5. Mengiringi kejadian di masyarakat secara bertahap dalam
menetapkan suatu hukum
6. Mengajar ilmu pengetahuan dan pedoman hidup bagi setiap
umat Islam
7. Mempermudah umat Islam untuk melakukan dakwah dan syiar
ajaran Islam.
Turunnya Al-Quran secara bertahap memiliki beberapa manfaat,
yaitu:
1. Memberikan kemudahan terhadap Rasulullah untuk mengingat
dan menghafalkan Al-Qur'an
2. Memudahkan umat Islam kala itu untuk melakukan pencatatan
dan penghafalan terhadap isi Al-Qur'an secara menyeluruh
3. Memperbaiki sikap, mental, dan tradisi umat kala itu yang hidup
pada masa jahiliyah
4. Bentuk jawaban terhadap segala bentuk permasalahan atau
problematika yang terjadi pada masyarakat.

D. Sejarah pemurnian dan pemeliharaan Al-Qur’an


Sejarah pemeliharaan dan pemurnian Al-Quran dapat dibagi
menjadi tiga fase, yaitu:
1. Pemeliharaan dan pemurnian Al-Quran pada masa Rasulullah
Pemeliharaan Al-Qur'an dalam dada atau hafalan
2. Pemeliharaan Al-Qur'an melalui tulisan
Pemeliharaan dan pemurnian Al-Quran pada masa sahabat
Pemeliharaan dan pemurnian Al-Quran pada masa sekarang.
Pemeliharaan Al-Quran di masa Rasulullah SAW dikelompokkan
menjadi dua kategori, yaitu:
1. Pemeliharaan Al-Qur'an dalam dada atau hafalan
2. Pemeliharaan Al-Qur'an melalui tulisan
Pemeliharaan Al-Quran pada masa Rasulullah SAW dinamakan
pembukuan yang pertama. Pemeliharaan dan pemurnian Al-Quran

17
pada masa sahabat dilanjutkan dari pemeliharaan Al-Qur'an di masa
Rasulullah SAW. Pemeliharaan dan pemurnian Al-Quran pada masa
sekarang masih dilakukan oleh umat Islam.
Pemeliharaan Al-Quran dilakukan melalui berbagai cara, seperti
menghafal Al-Qur'an, menuliskannya, dan melakukan pembukuan.
Pemeliharaan Al-Quran memiliki beberapa manfaat, seperti
memudahkan umat Islam dalam melakukan pencatatan dan
penghafalan Al-Qur'an secara menyeluruh. Pemeliharaan Al-Quran
memiliki beberapa hikmah, seperti memperbaiki sikap, mental, dan
tradisi umat kala itu yang hidup pada masa jahiliyah. Pemeliharaan
Al-Quran memiliki beberapa manfaat, seperti memperbaiki sikap,
mental, dan tradisi umat kala itu yang hidup pada masa jahiliyah.
1. Al-Qur'an pada masa Nabi Muhammad
Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad merupakan kitab suci
yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad melalui perantara
malaikat Jibril. Al-Qur'an diturunkan secara angsuran dan
disampaikan oleh Nabi Muhammad kepada para sahabatnya dan
umat Islam secara langsung. Pada masa ini, al-Qur'an tidak
disusun secara tertulis dalam bentuk mushaf melainkan disusun
berdasarkan wahyu yang diterima Nabi. Penulisan al-Qur'an
pada masa ini tidak menggunakan pena atau tulisan seperti yang
kita kenal saat ini, melainkan disampaikan oleh Nabi
Muhammad secara lisan kepada para sahabatnya dan umat Islam
secara langsung.
Banyak dari para sahabat nabi yang menghafal keseluruhan al-
Qur'an dengan sangat baik. Nabi Muhammad juga bersabda:
"Janganlah kamu menulis apa-apa dari apa yang diterima dari
aku kecuali Al-Qur'an".
Penulisan al-Qur'an pada masa Nabi Muhammad sudah dimulai
sejak zaman Nabi Muhammad saw. Kemudian transformasinya
teks menjadi yang dijumpai saat ini selesai dilakukan pada
zaman Khalifah Utsman bin Affan.
Pada masa kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan, al-Qur'an
telah menjadi sebuah mushaf yang banyak dijumpai saat ini.
Utsman berusaha mengirim utusan kepada Hafsah binti Umar
untuk meminta dokumen ayat-ayat Al Qur'an. Saat negosiasi,
Hafsah mengizinkan dengan syarat Utsman mengembalikan
dokumen asli saat ayat sudah selesai disalin. Utsman pun setuju.
Setelah rapi dan jadi dalam bentuk yang dibukukan, mushaf
mulai didistribusikan ke beberapa negara, seperti Mekkah,
Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan Madinah sampai ke
negara-negara Islam lainnya.
Sejarah pemeliharaan dan pemurnian Al-Quran pada masa Nabi
Muhammad terdiri dari beberapa tahap. Pemeliharaan Al-Quran
pada masa Rasulullah SAW merangkumi dua kategori, yaitu:

18
1. Pemeliharaan Al-Qur'an dalam dada: Pemeliharaan Al-
Qur'an dalam dada sering juga disebut pengumpulan Al-
Qur'an dalam arti hifzuhu atau menghafalnya dalam hati.
Kondisi masyarakat arab yang hidup pada masa turunnya Al-
Qur'an adalah masyarakat yang belum mengenal baca tulis
karena mereka juga dikenal sebagai masyarakat yang
sederhana dan bersahaja. Masyarakat arab waktu itu sangat
gandrung lagi kecewa kesusatraan, mereka membuat ratusan
ribu syair kemudian dihafalnya diluar kepala, mereka bahkan
melakukan perlombaan-perlombaan di bidang ini pada
waktu-waktu tertentu.
2. Pemeliharaan Al-Qur'an dengan penulisan: Selain
pemeliharaan Al-Qur'an dalam dada, Nabi Muhammad SAW
juga meminta para sahabat untuk menghafal dan
menuliskannya di atas batu, kulit binatang, atau pelepah
tamar.
Rasulullah secara langsung menyuruh para sahabatnya untuk
menghafal dan menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an. Penulisan Al-
Qur'an pada masa Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya
dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang tersedia pada
waktu itu, seperti batu, kulit binatang, atau pelepah tamar. Selain
itu, para sahabat juga melakukan perlombaan dalam bidang
penghafalan Al-Qur'an. Dalam memelihara Al-Qur'an, Nabi
Muhammad SAW dan para sahabatnya melakukan beberapa
upaya, yaitu:
1. Menghafal Al-Qur'an: Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya menghafal Al-Qur'an secara keseluruhan.
2. Menulis Al-Qur'an: Para sahabat menulis Al-Qur'an di atas
batu, kulit binatang, atau pelepah tamar.
3. Membukukan Al-Qur'an: Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya membukukan Al-Qur'an dengan mengumpulkan
lembaran-lembaran yang memuat al-Qur'an.
4. Menafsirkan Al-Qur'an: Para sahabat menafsirkan Al-Qur'an
dengan menggunakan kaidah-kaidah bahasa Arab, prinsip
asbab al-nuzul, dan hubungan antar ayat untuk memahami
pesan-pesan yang terkandung dalam Al-Qur'an.
Dalam memelihara Al-Qur'an, Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya memakai beberapa alat, yaitu:
1. Batu: Para sahabat menulis Al-Qur'an di atas batu.
2. Kulit binatang: Para sahabat menulis Al-Qur'an di atas kulit
Binatang.
3. Pelepah tamar: Para sahabat menulis Al-Qur'an di atas
pelepah tamar.

19
4. Lembaran-lembaran: Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya membukukan Al-Qur'an dengan mengumpulkan
lembaran-lembaran yang memuat al-Qur'an
Dalam memelihara Al-Qur'an, Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya memakai beberapa cara, yaitu:
1. Menghafal Al-Qur'an: Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya menghafal Al-Qur'an secara keseluruhan.
2. Menuliskan Al-Qur'an: Para sahabat menulis Al-Qur'an di
atas batu, kulit binatang, atau pelepah tamar.
3. Membukukan Al-Qur'an: Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya membukukan Al-Qur'an dengan mengumpulkan
lembaran-lembaran yang memuat al-Qur'an.
4. Menafsirkan Al-Qur'an: Para sahabat menafsirkan Al-Qur'an
dengan menggunakan kaidah-kaidah bahasa Arab, prinsip
asbab al-nuzul, dan hubungan antar ayat untuk memahami
pesan-pesan yang terkandung dalam Al-Qur'an.
5. Dalam memelihara Al-Qur'an, Nabi Muhammad SAW dan
para sahabatnya memakai beberapa strategi, yaitu:
6. Memakai alat-alat yang tersedia pada waktu itu, seperti batu,
kulit binatang, atau pelepah tamar.
7. Melakukan perlombaan dalam bidang penghafalan Al-
Qur'an.
8. Membukukan Al-Qur'an dengan mengumpulkan lembaran-
lembaran yang memuat al-Qur'an.
9. Menafsirkan Al-Qur'an dengan menggunakan kaidah-kaidah
bahasa Arab, prinsip asbab al-nuzul, dan hubungan antar ayat
untuk memahami pesan-pesan yang terkandung dalam Al-
Qur'an.
Dalam memelihara Al-Qur'an, Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya memakai beberapa metode, yaitu:
1. Menghafal Al-Qur'an secara keseluruhan
2. Menulis Al-Qur'an di atas batu, kulit binatang, atau pelepah
tamar.
3. Membukukan Al-Qur'an dengan mengumpulkan lembaran-
lembaran yang memuat al-Qur'an.
4. Menafsirkan Al-Qur'an dengan menggunakan kaidah-kaidah
bahasa Arab, prinsip asbab al-nuzul, dan hubungan antar ayat
untuk memahami pesan-pesan yang terkandung dalam Al-
Qur'an.
Dalam memelihara Al-Qur'an, Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya memakai beberapa tahapan, yaitu:
1. Penulisan Al-Qur'an pada Masa Nabi Muhammad Saw
2. Pengumpulan al-Qur'an pada masa Abu Bakar al-Shiddiq
3. Pembukuan al-Qur'an pada masa Utsman bin Affan
4. Percetakan al-Qur'an pada abad ke-17 Masehi.

20
Dalam memelihara Al-Qur'an, Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya memakai beberapa prinsip, yaitu:
1. Memakai alat-alat yang tersedia pada waktu itu, seperti batu,
kulit binatang, atau pelepah tamar.
2. Melakukan perlombaan dalam bidang penghafalan Al-
Qur'an.
3. Membukukan Al-Qur'an dengan mengumpulkan lembaran-
lembaran yang memuat al-Qur'an
Menafsirkan Al-Qur'an dengan menggunakan kaidah-kaidah
bahasa Arab, prinsip asbab al-nuzul, dan hubungan antar ayat
untuk memahami pesan-pesan yang terkandung dalam Al-
Qur'an.
2. Al-qur’an pada masa khulafa’ur rasyidin
Al-Qur'an pada masa Khulafaur Rasyidin (Khalifah Rashidun)
merupakan periode yang sangat penting dalam sejarah Al-
Qur'an. Setelah Nabi Muhammad wafat, Ali bin Abi Thalib diam
di rumahnya untuk menghimpun Al-Qur'an dalam satu buku.
Sejarah pembukuan (kodifikasi) al-Qur'an dibagi ke dalam dua
tahap, yaitu: Al-Qur'an pada masa Rasulullah dan Al-Qur'an
pada masa Khulafaur Rasyidin.
Pada masa ini, Al-Qur'an diturunkan ayat demi ayat dan surah
demi surah. Karena kefasihan dan keindahan bahasanya luar
biasa, i disajikan dengan cepat dan menakjubkan. Secara
sembunyi-sembunyi dalam malam-malam yang gelap, kaum
muslimin datang mendekati rumah Nabi untuk mendengarkan
ayat-ayat Al-Qur'an yang sedang beliau baca. Kaum muslimin
juga bersungguh-sungguh dalam menghapal dan mempelajari
Al-Qur'an, karena Nabi Saw. diperintahkan untuk mengajarkan
Al-Qur'an kepada mereka (QS. 16:44).
Setelah Nabi Muhammad Saw. hijrah ke Madinah, dan urusan
kaum muslimin menjadi teratur, beliau memerintahkan kepada
sekelompok sahabatnya untuk memperhatikan keadaan Al-
Qur'an, mengajarkan, mempelajari dan menyebarkannya.
Wahyu itu dicatat hari demi hari sehingga tidak musnah, dan
mereka dibebaskan dari wajib militer, seperti ditegaskan dalam
Al-Qur'an (QS.9:122).
Di dalam kelompok itu terdapat beberapa sahabat yang diangkat
untuk menulis Al-Qur'an, antara lain: Zaid Bin Tsabit, Ali Bin
Abi Thalib, Mu'awiyah bin Abi Sufyan dan Ubai Bin Ka'ab.
Dalam hal menulis, mereka selalu berpedoman untuk tidak
menulis selain Al-Qur'an. Alat yang digunakan pun masih sangat
sederhana seperti 'usub (pelepah kurma), likhaf (batu halus
berwarna putih), riqa' (kulit), aktaf (tulang unta), dan aqtab
(bantalan dari kayu yang biasa dipasang di atas punggung unta).

21
Sedangkan pada masa Khalifah Utsman bin Affan, terjadi
peristiwa yang menjadi alasan berkumpul dan menulis al-Qur'an.
Pada peristiwa ini, terdapat banyak penghafal al-Qur'an yang
gugur pada perang Yamamah melawan Musailamah Al Kazzab.
Selain itu, terjadi juga kemunduran dalam pembacaan al-Qur'an
antara kaum muslimin. Untuk mengatasi pemandangan tersebut,
Khalifah Utsman bin Affan mengumpulkan dan menulis al-
Qur'an menjadi satu jenis bacaan yang dapat mempermudah
kaum muslimin dalam membaca al-Qur'an.
Kodifikasi al-Qur'an pada masa Khulafaur Rasyidin telah
mempermudah kaum muslimin dalam membaca, mengajarkan
dan memahami al-Qur'an. Hal ini juga telah mempertahankan
keaslian dan kemurnian al-Qur'an hingga saat ini.
Sejarah pemeliharaan dan pemurnian Al-Qur’an pada masa
Khulafaur Rasyidin, yang meliputi masa Khalifah Abu Bakar
As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin
Abi Thalib, mencakup beberapa tahapan penting. Pada masa
Khulafaur Rasyidin, terjadi proses pembukuan, kodifikasi, dan
pemberian titik (Nuqath Al-I'jam) pada Al-Qur'an.
Pada awalnya, Al-Qur'an direkam dalam bentuk yang tidak
terorganisir dan disebarkan. Abu Bakar As-Shiddiq kemudian
memulai proses pengumpulan dan penataan Al-Qur'an
berdasarkan petunjuk dan instruksi dari Nabi Muhammad SAW.
Sebuah komite yang terdiri dari empat sahabat, yaitu Zaid bin
Tsabit, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan Ubay bin
Ka'ab, ditugaskan untuk mengumpulkan naskah-naskah yang
disebarkan. Usman bin Affan kemudian menyalin koleksi
tersebut sebagai upaya pemeliharaan. Usman menunjuk
Abdullah bin Zubair, Sa'id bin al-Ash, Abdul al-Rahman bin al-
Harits bin Hisyam yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit untuk
menyalin Al-Qur'an. Kelompok ini menghasilkan lima salinan
berdasarkan koleksi yang disimpan oleh Abu Bakar, di mana
empat salinan dikirim ke Mekah, Suriah, Basrah, dan Kufah,
sementara satu salinan disimpan di Madinah. Mushaf ini
kemudian dikenal dengan nama Mushaf Al-Imam.
Pada masa Khulafaur Rasyidin, terjadi perubahan signifikan
dalam pemeliharaan Al-Qur'an, di mana proses pembukuan dan
penyalinan Al-Qur'an dilakukan dengan cermat dan terorganisir.
Usaha-usaha ini bertujuan untuk memastikan keaslian dan
keabsahan teks Al-Qur'an serta untuk mencegah kesalahan
dalam penyalinan dan pembacaan Al-Qur'an.
3. Al-qur’an pada masa modern
Al-Qur'an pada masa modern tetap memegang peranan penting
dalam kehidupan umat Islam. Seiring dengan perkembangan
zaman, penulisan dan pemahaman terhadap Al-Qur'an telah
mengalami transformasi. Al-Qur'an tetap dianggap sebagai

22
petunjuk dan rahmat bagi umat manusia, serta memiliki nilai-
nilai yang relevan dalam menghadapi persoalan-persoalan
kontemporer.
Pada masa modern, Al-Qur'an tetap dianggap sebagai mukjizat
terbesar Nabi Muhammad yang tidak ada tandingannya. Al-
Qur'an tidak hanya sekedar informasi ilmiah, tetapi juga
memiliki fungsi sebagai petunjuk dan obat bagi umat manusia.
Dalam konteks kekinian, Al-Qur'an masih dianggap relevan dan
dapat memberikan bimbingan dalam menghadapi tantangan
sosial modern.
Pemahaman dan penafsiran Al-Qur'an pada masa modern juga
melibatkan kaidah-kaidah bahasa Arab, prinsip asbab al-nuzul,
dan hubungan antar ayat untuk memahami pesan-pesan yang
terkandung dalam Al-Qur'an. Dengan demikian, Al-Qur'an tetap
menjadi sumber inspirasi dan pedoman bagi umat Islam dalam
menjalani kehidupan di era modern yang penuh dengan
tantangan dan perubahan.
Dengan demikian, Al-Qur'an pada masa modern tetap relevan
dan memiliki nilai-nilai yang dapat diaktualisasikan dalam
kehidupan sehari-hari umat Islam, serta memberikan pedoman
dalam menghadapi persoalan-persoalan kontemporer yang
dihadapi umat manusia saat ini.
Di zaman modern ini, meski Al-Qur'an disusun pada masa
Usman bin Affan, sebagian orientalis masih mempertanyakan
keasliannya. Ada upaya untuk mengubah atau memutarbalikkan
bagian-bagian teks Al-Quran, namun umat Islam sangat percaya
pada orisinalitas dan perlindungan ilahi. Al-Qur'an dianggap
sebagai firman Allah, dan pelestariannya dijamin oleh-Nya.
Umat Islam saat ini bertugas menjunjung tinggi keaslian Al-
Quran dengan mempelajari, menghafal, dan memahami makna
sebenarnya berdasarkan prinsip tafsir. Upaya berkelanjutan ini
memastikan bahwa setiap perubahan atau salah tafsir diperbaiki
untuk menjaga esensi dan pesan Al-Quran yang sebenarnya.

E. Cakupan yang ada dalam Al-qur’an


Cakupan kandungan dalam Al-Qur'an meliputi berbagai macam
topik, antara lain:
1. Akidah dan Tauhid: Isi kandungan Al-Qur'an yang pertama
adalah tentang akidah, yang secara etimologi berarti
kepercayaan atau keyakinan. Akidah juga disebut dengan istilah
keimanan. Orang yang berakidah berarti orang yang beriman
(Mukmin). Akidah secara terminologi didefinisikan sebagai
suatu kepercayaan yang harus diyakini dengan sepenuh hati,
dinyatakan dengan lisan dan diwujudkan dalam bentuk amal
perbuatan. Akidah Islam adalah keyakinan berdasarkan ajaran
Islam yang bersumber dari Al-Qur'an dan hadits.

23
2. Ibadah: Al-Qur'an menjelaskan tentang ibadah, yang merupakan
suatu tindakan yang dilakukan manusia dengan tujuan untuk
memuaskan Allah SWT. Ibadah dapat berupa shalat, puasa,
zakat, dan haji.
3. Akhlak: Al-Qur'an juga mengajarkan tentang akhlak, yang
mengenai yang baik dan buruk yang harus diindahkan oleh
manusia dalam kehidupan individu maupun kehidupan sosial.
4. Hukum: Al-Qur'an menyampaikan hukum yang berlaku bagi
alam semesta, yang merupakan pedoman abadi bagi manusia
5. Sejarah atau Kisah Umat Masa Lalu: Al-Qur'an berisi ringkasan
sejarah manusia, rakyat biasa, raja-raja, orang-orang suci, para
nabi sepanjang zaman dan segala cobaan yang menimpa mereka
6. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan: Al-Qur'an juga menyampaikan
benih dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang dibutuhkan
manusia dalam kehidupannya.
7. Syari'ah: Al-Qur'an menjelaskan tentang jalan yang harus diikuti
manusia dalam berhubungan dengan Allah dan dengan sesama
insan demi kebahagiaan hidup manusia didunia ini dan diakhirat
kelak
8. Qadha dan Qadar: Al-Qur'an menjelaskan tentang Qadha dan
Qadar, yang merupakan petunjuk mengenai aqidah yang
mewajibkan beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat, Kitab-
kitab, Rasul-rasul, dan Hari Kiamat.
9. Hutang Piutang: Al-Qur'an menjelaskan tentang hutang hutang,
yang merupakan salah satu aspek yang menyediakan hajat
hidup.
10. Kisah-kisah umat manusia dizaman lampau, seperti riwayat dan
cerita para pendusta ajaran Allah seperti Fir'aun, Namrud, Qorun
dan sebagainya.
11. Berita-berita tentang zaman yang akan datang. Tentang ini akan
dikaji kehidupan akhir manusia yang disebut kehidupan akhirat.
12. Ajaran tentang susunan alam semesta dan posisi manusia di
dalamnya.
13. Pemberi peringatan dan pelajaran bagi manusia.
14. Tafsir Al-Qur'an terkait masalah hutang hutang, yaitu surat al-
Baqarah ayat 282.

24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kesimpulan dari sejarah dan kemunduran Al-Qur'an adalah sebagai berikut:
Al-Qur'an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan secara
bertahap oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara
Malaikat Jibril. Penurunan Al-Qur'an dimulai ketika Nabi Muhammad
berusia 40 tahun di Gua Hira pada tanggal 17 Ramadhan. Ayat pertama yang
turun adalah ayat 1-5 dari surat Al-'Alaq. Al-Qur'an diturunkan selama 22
tahun, 2 bulan, dan 22 hari, sesuai dengan peristiwa-peristiwa penting dalam
penegakan hukum.
Kemunduran Al-Qur'an secara bertahap memungkinkan umat manusia
untuk memahami, menghafal, dan mengimplementasikan ajaran-ajaran Al-
Qur'an dengan lebih efektif dan berkelanjutan. Setiap kali Rasul menerima
wahyu, beliau langsung menghafalkan ayat-ayatnya dan menyampaikannya
kepada para sahabatnya. Para sahabat juga disuruh menghafalkan dan
menuliskan ayat-ayat Al-Qur'an. Usaha pemeliharaan Al-Qur'an dilakukan
dengan menghapal, menulis, dan merekam.
Al-Qur'an merupakan pedoman hidup bagi umat Islam, memberikan
petunjuk tentang hubungan manusia dengan Allah SWT, sesama manusia,
dan lingkungan sekitar. Kemunduran Al-Qur'an secara bertahap juga
memungkinkan penyesuaian pengajaran dengan permasalahan sosial, krisis
moral, dan keagamaan yang terjadi pada saat itu. Periode penurunan Al-
Qur'an terbagi menjadi periode Mekkah dan periode Madinah, dengan ayat-
ayat yang turun sesuai dengan konteks dan kebutuhan pada masa tersebut.
Dengan demikian, sejarah dan kemunduran Al-Qur'an menunjukkan betapa
pentingnya kitab suci ini sebagai pedoman hidup umat Islam, yang
diturunkan secara bertahap untuk memberikan petunjuk yang relevan dan
berkelanjutan bagi umat manusia.
B. Saran
Kami menyadari bahwa kami menyusun makalah ini jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk itu bagi siapapun yang
membaca tulisan ini kami harapkan kritik dan saran nya agar bisa lebih baik
lagi.

25
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur'an, Al Qur'an dan Terjemahannya, Jakarta, Yayasan Penyelenggara
Penterjemah dan Penafsiran Al Qur'an, Departemen Agama RI, 2005
Al-Qur'an dan Terjemahan Al-Muhaimin, Yayasan Penyelenggara
Penterjemah 3.Al-Qur'an, Departemen Agama RI, Jakarta, 2002.
Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Kementerian Agama RI, 2016.
Ahad Syadali, Ahmad Rofi'i, Ulumul Qur'an 1, CV Pustaka setia abadi,
Bandung: 1997
Kahar Masyur, Pokok-pokok Ulumul Qur'an, Rineka Cipta, Jakarta: 1992
Ash Shiddieqy, Muhammad Hasbi. Ilmu-Ilmu Al-Qur'an, Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra,2002.
Abu Anwar, Ulumul Qur'an. Amzah. 2017

26

Anda mungkin juga menyukai