Disusun Oleh :
Iis suhamah
Rosita
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
a. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
b. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
c. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
BAB III PENUTUP............................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur'an merupakan mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya
selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. la diturunkan Allah SWT
kepada Rasulullah, Muhammad SAW untuk mengeluarkan manusia dari
suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka kejalan
yang lurus.
Al-Qur'an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dengan perantara malaikat Jibril sebagai mu'jizat. Al-Qur'an adalah
sumber ilmu bagi kaum muslimin yang merupakan dasar-dasar hukum yang
mencakup segala hal. Seperti potongan ayat di bawah ini.
َيء َوهُدًى َو َرحْ َمةً َوبُ ْش َرى ِل ْل ُم ْسلِمِ ين َ علَيْكَ ا ْل ِكت
َ َب َب ْب َيانًا ِلكُ ِل
ْ ش َ َون ََّز ْلنَا
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan nama Al-qur’an ?
2. Bagaimana Sejarah turunnya Al-qur’an ?
3. Bagaimana hikmah diturunkan Al-Qur’an ?
4. Bagaimana Sejarah pemeliharaan dan pemurnian AL-Qur’an ?
5. Bagaimana Cakupan kandungan dalam Al-qur’an ?
1
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengidentifikasi pengertian dan nama Al-qur’an.
2. Untuk menelaah Sejarah turunnya Al-qur’an.
3. Untuk menelaah hikmah diturunkannya Al-qur’an.
4. Untuk menelaah Sejarah pemeliharaan dan pemurnian Al-qur’an.
5. Untuk mengidentifikasi cakupan kandungan dalam Al-Qur’an.
2
BAB I
PEMBAHASAN
Artinya:
“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan
membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka
ikutilah bacaannya itu`. (Al- Qiyamah :17-18).
Lafal Qur`anah disini berarti qiraatuhu (bacaannya/cara
membacanya). Jadi kata itu adalah masdar menurut wazan (tashrif,
konjungsi)`fu`lan` dengan vokal `u` seperti `gufran` dan `syukran`.
Kita dapat mengatakan qara`tuhu , qur`an, qira`atan wa qur`anan,
artinya sama saja, suatu bacaan.
Di samping dalam pengertian mashdar dengan pengertian bacaan
atau cara membacanya, Qur’an juga dapat dipahami dalam
pengertian maf’ûl, dengan pengertian yang dibaca (maqrû’). Dalam
hal ini apa yang dibaca (maqru’) diberi nama bacaan (qur’an) atau
penamaan maf’ûl dengan mashdar.
Menurut sebagian ulama seperti Imam Syafi’i, sebagaimana
dikutip as-Suyuthi, Qur ’an adalah ism ‘alam ghairu musytaq (nama
sesuatu yang tidak ada asal katanya), merupakan nama khusus untuk
firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,
seperti halnya Taurat dan Injil yang juga tidak ada asal katanya. Jika
Qur’an berasal dari kata qara-a berarti setiap yang dibaca dapat
dinamai Qur’an.
Sedangkan menurut terminologi, al-Qur’an adalah: Al-Qur’an
adalah kalam Allah yang berupa mukjizat, diturunkan kepada
Muhammad saw. dan dinukil kepada kita secara mutawatir, serta
dinilai beribadah ketika membacanya.
Batasan: kalam Allah yang berupa mukjizat telah menafikan
selain kalam Allah, seperti kata-kata manusia, jin, malaikat, nabi
atau rasul. Karena itu, hadits Qudsi ataupun hadits Nabawi tidak
termasuk di dalamnya. Batasan: diturunkan kepada Muhammad saw
yakni tidak termasuk yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya
seperti taurat, injil dan yang lain. Sedangkan (bittawatur) artinya
3
menafikan riyawat ahad, syadz, dan lainnya, seperti bacaan Ibnu
Mas’ud terhadap firman Allah SWT:
َ َّٰذلِكَ َكف
ارة ُ ا َ ْي َمانِكُ ْم اِذَا َحلَ ْفت ُ ْم
Artinya:
Barang siapa tidak sanggup melaksanakan yang demikian, maka
kafaratnya puasa selama tiga hari (Q.s. al-Maidah: 89).
yang beliau tambahkan dengan: mutatabi’ain (berturut-turut),
ataupun bacaan terhadap firman Allah SWT:
ت ا َ َّن لَ ُه ْم ّ ِي ا َ ْق َو ُم َويُبَش ُِر ا ْل ُمؤْ مِ نِيْنَ الَّ ِذيْنَ يَ ْع َملُ ْونَ ال
ِ ٰص ِلح َ يه ْ اِ َّن ٰهذَا ا ْلقُ ْر ٰانَ يَ ْه ِد
ْ ِي ِللَّت
٩ اَج ًْرا َكبِي ًْرا
Artinya:
Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan)
yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang
Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besar.( al-Israa:9).
Dinamai Al-Qur ’an, karena kitab suci terakhir yang
diturunkan Allah SWT ini berfungsi sebagai bacaan sesuai dengan
arti kata Qur ’an itu sendiri
b. Al-Kitab ࣖ
١ َلَقَدْ ا َ ْنزَ ْلنَآ اِلَ ْيكُ ْم ِك ٰتبًا فِ ْي ِه ِذ ْك ُركُ ْم اَفَ َل ت َ ْع ِق ُل ْون
Artinya:
Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang
di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka Apakah
kamu tiada memahaminya? (al-Anbiyaa: 10)
4
Al-Kitab secara bahasa berarti al-jam’u (mengumpulkan). Menurut
as-Suyûthi, dinamai Al-Kitab karena Al-Qur ’an mengumpulkan
berbagai macam ilmu, kisah dan berita.[6] Menurut Muhammad
Abdullah Draz, sebagaimana dikutip Manna’ al-Qathân, Al-Qur’an
di samping dipelihara melalui lisan, juga dipelihara dengan tulisan.
Penamaannya dengan Al-Qur ’an dan Al-Kitab,dua nama yang
paling populer, mengisyaratkan bahwa kitab suci Al-Qur ’an
haruslah dipelihara melalui dua cara secara bersama, tidak dengan
salah satu saja, yaitu melalui hafalan (hifzhuhu fi as-shudur) dan
melalui tulisan (hifzhuhu fi as-suthur).
c. Al-Furqan
َ ع ٰلى
ع ْبدِه ِليَكُ ْونَ ِل ْل ٰع َل مِ يْنَ نَ ِذي ًْرا َ َي ن ََّز َل ا ْلفُ ْرقَان
ْ ت َ ٰب َركَ الَّ ِذ
Artinya:
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran)
kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada
seluruh alam. (al-Furqan: 1).
Al-Furqan, mashdar dari asal kata faraqa, dalam wazan fu’lân,
mengambil bentuk shifât musyâbahah dengan arti ‘yang sangat
memisahkan’. Dinamai demikian karena Al-Qur ’an memisahkan
dengan tegas antara haq dan batil, antara benar dan salah dan antara
baik dan buruk.
d. Adz-Zikr
َاِنَّا نَحْ ُن ن ََّز ْلنَا ال ِذ ْك َر َواِنَّا لَه لَحٰ ِفظُ ْون
Artinya:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur`an, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.( al-Hijr :9)
Adz-Dzikr artinya ingat, mengingatkan. Dinamai Adz- Dzikr karena
di dalam kitab suci ini terdapat pelajaran dan nasehat dan kisah umat
masa yang lalu.
e. At-Tanzil
١ َب ا ْل ٰعلَمِ يْنِ َواِنَّه لَت َ ْن ِز ْي ُل َر
Artinya :
“Dan sesungguhnya Al Qur`an ini benar-benar diturunkan oleh
Tuhan semesta alam”.(as-Syuaraa:192 ).
At-Tanzil artinya yang benar-benar diturunkan. Dinamai demikian
karena Al-Qur ’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah
SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibrîl.
Demikianlah lima nama al-Qur’an yang umumnya disepakati oleh
para ulama’ sebagai nama-nama al-Qur’an. Ada pun nama- nama
lain seperti An-Nur, Mau’izhah, Syifa’, Hudan, Rahmah dan lain
sebagainya, menurut sebagian ulama bukanlah nama-nama Al-
Qur’an, tetapi sifat-sifatnya. Sementara sebagian ulama seperti as-
Suyûthi mengganggapnya sebagai nama-nama Al-Qur ’an juga.
Menurut as-Suyuthi, mengutip Abu al-‘Ali ‘Uzaiza ibn Abdillah
5
Syaidzalah, salah seorang fuqaha’ Syafi’iyyah, penulis kitab Al-
Burhân fi Musykilât Al-Qur’an, Allah SWT menamai Al-Qur ’an
dengan 55 nama. Berikut adalah nama-namanya :
1. Al Kitab atau Kitabullah
Nama lain Al Quran yakni Al-Kitab atau Kitabullah biasanya
seringkali digunakan ketika menyebut Al-Quran. Al-Kitab itu
dalam bahasa Arab berarti memang bermakna buku. Nama ini
terdapat dalam surah Al-Baqarah.
َْب ۛ فِي ِه ۛ هُدًى ِل ْل ُمتَّقِين َ ٰذَلِكَ ا ْل ِكتَابُ َل َري
Kitab ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa (QS. Al-Baqarah : 2)
2. Al Furqan
Nama lain Al Quran berikutnya yakni, Al-Furqan yang memiliki
arti pembeda benar dan salah, Nama ini ada dalam QS Al-Furqan
ayat 1 :
ً ع ْب ِد ِه ِليَكُونَ ِل ْلعَالَمِ ينَ نَذ
ِيرا َ علَ ٰىَ َاركَ الَّذِي ن ََّز َل ا ْلفُ ْرقَان َ َتَب
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan kepada
hanba-Nya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh
alam. (QS. Al-Furqan : 1).
3. Adz-Dzikir
Nama lain Al Quran juga kadang disebut dengan Adz-Dzikr
artinya pemberi peringatan. hal ini bahkan secara tersirat juga
disebutkan pada ayat sebelumnya.
َالذ ْك َر َوإِنَّا لَهُ لَ َحافِظُون ِ إِنَّا نَحْ ُن ن ََّز ْلنَا
Sesungguhnya Kami-Lah yang menurunkan Adz-Dzikr dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.(QS. Al-Hijr :
9)
4. Al Mau’idhoh
Nama lain Al Quran selanjutnya adalah Al-Mau’idhoh berarti
pelajaran atau nasihat. Nama ini keluar dalam ayat :
ُور َوهُدًى َو َر ْح َمة ِ صد ُّ ظة م ِْن َربِكُ ْم َو ِشفَاء ِل َما فِي ال َ اس قَدْ َجا َءتْكُ ْم َم ْو ِع ُ َّيَا أَيُّ َها الن
َِل ْل ُمؤْ مِ نِين
Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran
dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
ada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang
yang beriman. (QS. Yunus : 57)
5. Asy-Syifa’
Nama lain Al Quran lainnya yakni, Asy-Syifa yang berarti
penyembuh.
ارا
ً س َّ آن َما ه َُو ِشفَاء َو َرحْ َمة ِل ْل ُمؤْ ِمنِينَ َو َل يَ ِزيدُ ال
َ ظالِمِ ينَ ِإ َّل َخ ِ َونُن َِز ُل مِ نَ ا ْلقُ ْر
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian. (QS. Al-Isra : 82) Al Quran memang diturunkan oleh
Allah kepada Rasulullah SAW untuk mengobati penyakit hati
manusia. Untuk itu saat kita merasa mempunyai penyakit yang
6
berkaitan dengan hati, misalnya saja iri, kecewa, sedih, dan
sebagainya dianjurkan untuk membaca Al-Quran. Membaca
ayat suci Al-Quran Insya Allah dapat meringankan bahkan
menghilangkan penyakit-penyakit tersebut.
6. Al-Hukmu
Al Quran juga kadang disebut dengan Al-Hukmu berarti juga
hukum atau peraturan. Seperti diketahui sumber hukum Islam
memang harus didasarkan pada Al Quran.
7
Dan sesungguhnya (Al-Quran) ini benar-benar diturunkan oleh
Tuhan semesta Alam. (QS. Asy Syu’araa’ : 192)
10. Ar-Rahmat
Ar Rahmat juga nama lain Al Quran yang memiliki artai rahmat.
8
15. An-Nur An Nur yang berarti cahaya juga nama lain Al Quran.
ً ُاس قَدْ َجا َءكُ ْم ب ُْرهَان م ِْن َر ِبكُ ْم َوأ َ ْنزَ ْلنَا ِإلَ ْيكُ ْم ن
ورا ُم ِبينًا ُ ََّيا أَيُّ َها الن
Dan ini adalah kabar yang sempurna bagi manusia dan supaya
mereka diberi peringatan dengannya agar mereka mengetahui
bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang yang
berakal mengambil pelajaran.”(QS. Ibrahim: 52).
18. Al-Qaul
Al Qaul yang berarti perkataan juga nama lain Al Quran.
9
Dinamakan dengan nama “al-Hady”, karena Al-Qur’an
memberikan petunjuk dan hidayah kepada umat manusia.
Sebagaimana dalam Q.S. al-Isra’ [17] ayat 9:
ام لَ َها
َ صَ سكَ بِا ْلعُ ْر َوةِ ا ْل ُوثْ ٰقى َل ا ْن ِف
َ ا ْست َ ْم
“dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang
tidak akan putus”
25. Shidq
Dinamakan “al-Shidq” karena semua isi dari Al-Qur’an adalah
ajaran kebenaran. Sebagaimana dalam Q.S. al-Zumar [39] ayat
33:
ٰۤ ُ
٣٣ – َول ِٕى َك ُه ُما ْل ُمتَّقُ ْون صدَّقَ بِ ْٓها ِ ِي َج ۤا َء ب
ِ ْالصد
َ ق َو ْ َوالَّ ِذ
10
عد ًْل
َ صدْقًا َّو ْ َوت َ َّم
ِ َت َك ِل َمتُ َربِك
ِ ّ ٰذلِكَ ا َ ْم ُر
للا ا َ ْنزَ لَ ْٓه ِالَ ْيكُ ْم
ان ِْيل
ِ ِل ْي َم َ َربَّنَا ْٓ اِنَّنَا
ْ سمِ ْعنَا ُمنَا ِديًا يُّنَا ِد
11
“Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur”.
32. Basyir
Al-Qur’an dinamakan “al-Basyir” karena Al-Qur’an membawa
berita kembira kepada orang-orang yang beriman berupa surga.
Sebagaimana dalam Q.S. Fussilat [41] ayat 3-4:
َ ت ٰا ٰيتُهقُ ْر ٰانًا
َب ِشي ًْر َّاونَ ِذي ًْرا٣ – َع َر ِبيًّا ِلقَ ْوميَّ ْعلَ ُم ْون ِ ُِك ٰتب ف
ْ َصل
12
Ibnu Jarir al-Thabari mengatakan bahwa makna penamaan Al-
Qur’an dengan kata “al-Mukarramah” adalah karena di
dalamnya terkandung kumpulan ilmu dan hikmah. Sehingga
menjadikanya sebagai kitab yang mulia. Sebagaimana telah
disebutkan dalam kutipan ayat pada nama Al-Qur’an
sebelumnya.
38. Marfu’ah
Dinamakan dengan nama “al-Marfu’ah” dikarenakan Al-Qur’an
berasal dari tingkatan alam tertinggi (al-’alam al-’ulwiy) yaitu
langit ke tujuh. Sebagaimana dalam Q.S. ‘Abasa [80] ayat 14:
َ عة ُّم
١٤ – ط َّه َرة َ َّم ْرفُ ْو
“yang ditinggikan (dan) disucikan”.
39. Muthahharah
Al-Qur’an memiliki nama “al-Muthahharah” karena ia
merupakan kitab yang suci dari penentangan dan penghinaan
orang-orang kafir. Ibnu ‘Asyur dalam tafsirnya mengatakan
bahwa suci dalam hal ini adalah bentuk majaz dari kemuliaan
(syaraf). Sebagaimana telah disebutkan dalam kutipan ayat pada
nama Al-Qur’an sebelumnya.
40. Wa’id
Alasan penamaan “al-Wa’id”, karena di dalam Al-Qur’an
disebutkan terkait ancaman dan peringatan bagi umat manusia.
Sebagaimana dalam Q.S. Ibrahim [14] ayat 14:
١٤ – َاف َو ِع ْي ِد
َ ي َوخ َ ض مِ ْن بَ ْع ِد ِه ْم ٰذلِكَ ِل َم ْن خ
ْ َاف َمقَا ِم َ ْ َولَنُ ْس ِكنَنَّكُ ُم
َ ال ْر
13
Dinamakan dengan nama “Ahsan al-Hadits” karena Al-Qur’an
merupakan sebaik-baik perkataan dan ucapan. Nama Al-Quran
tersebut berdasar pada Q.S. al-Zumar [39] ayat 23:
14
“Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah!”
“Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan
siksa yang sangat pedih”.
49. Karim
Al-Quran diberi nama “al-Karim” karena terdapat sifat
kemuliaan yang terkandung di dalamnya. Sebagaimana dalam
Q.S. al-Waqi’ah [56] ayat 77:
“ اِنَّه لَقُ ْر ٰان ك َِريْم
15
Penamaan Al-Quran dengan nama “al-’Arabiy”, disebabkan Al-
Qur’an menggunakan media perantara bahasa Arab dalam
menyampaikan pesan-pesan ilahi. Q.S. Yusuf [12] ayat 28
menunjukkan adanya nama Al-Quran yang ini:
16
Sejarah turunnya Al-Quran merupakan peristiwa besar yang
sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi
Al-Quran berisi ajaran yang memberikan pedoman tentang segala
aspek kehidupan, mulai dari hubungan manusia dengan Allah SWT,
hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia
dengan lingkungan di sekitarnya.
17
pada masa sahabat dilanjutkan dari pemeliharaan Al-Qur'an di masa
Rasulullah SAW. Pemeliharaan dan pemurnian Al-Quran pada masa
sekarang masih dilakukan oleh umat Islam.
Pemeliharaan Al-Quran dilakukan melalui berbagai cara, seperti
menghafal Al-Qur'an, menuliskannya, dan melakukan pembukuan.
Pemeliharaan Al-Quran memiliki beberapa manfaat, seperti
memudahkan umat Islam dalam melakukan pencatatan dan
penghafalan Al-Qur'an secara menyeluruh. Pemeliharaan Al-Quran
memiliki beberapa hikmah, seperti memperbaiki sikap, mental, dan
tradisi umat kala itu yang hidup pada masa jahiliyah. Pemeliharaan
Al-Quran memiliki beberapa manfaat, seperti memperbaiki sikap,
mental, dan tradisi umat kala itu yang hidup pada masa jahiliyah.
1. Al-Qur'an pada masa Nabi Muhammad
Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad merupakan kitab suci
yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad melalui perantara
malaikat Jibril. Al-Qur'an diturunkan secara angsuran dan
disampaikan oleh Nabi Muhammad kepada para sahabatnya dan
umat Islam secara langsung. Pada masa ini, al-Qur'an tidak
disusun secara tertulis dalam bentuk mushaf melainkan disusun
berdasarkan wahyu yang diterima Nabi. Penulisan al-Qur'an
pada masa ini tidak menggunakan pena atau tulisan seperti yang
kita kenal saat ini, melainkan disampaikan oleh Nabi
Muhammad secara lisan kepada para sahabatnya dan umat Islam
secara langsung.
Banyak dari para sahabat nabi yang menghafal keseluruhan al-
Qur'an dengan sangat baik. Nabi Muhammad juga bersabda:
"Janganlah kamu menulis apa-apa dari apa yang diterima dari
aku kecuali Al-Qur'an".
Penulisan al-Qur'an pada masa Nabi Muhammad sudah dimulai
sejak zaman Nabi Muhammad saw. Kemudian transformasinya
teks menjadi yang dijumpai saat ini selesai dilakukan pada
zaman Khalifah Utsman bin Affan.
Pada masa kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan, al-Qur'an
telah menjadi sebuah mushaf yang banyak dijumpai saat ini.
Utsman berusaha mengirim utusan kepada Hafsah binti Umar
untuk meminta dokumen ayat-ayat Al Qur'an. Saat negosiasi,
Hafsah mengizinkan dengan syarat Utsman mengembalikan
dokumen asli saat ayat sudah selesai disalin. Utsman pun setuju.
Setelah rapi dan jadi dalam bentuk yang dibukukan, mushaf
mulai didistribusikan ke beberapa negara, seperti Mekkah,
Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan Madinah sampai ke
negara-negara Islam lainnya.
Sejarah pemeliharaan dan pemurnian Al-Quran pada masa Nabi
Muhammad terdiri dari beberapa tahap. Pemeliharaan Al-Quran
pada masa Rasulullah SAW merangkumi dua kategori, yaitu:
18
1. Pemeliharaan Al-Qur'an dalam dada: Pemeliharaan Al-
Qur'an dalam dada sering juga disebut pengumpulan Al-
Qur'an dalam arti hifzuhu atau menghafalnya dalam hati.
Kondisi masyarakat arab yang hidup pada masa turunnya Al-
Qur'an adalah masyarakat yang belum mengenal baca tulis
karena mereka juga dikenal sebagai masyarakat yang
sederhana dan bersahaja. Masyarakat arab waktu itu sangat
gandrung lagi kecewa kesusatraan, mereka membuat ratusan
ribu syair kemudian dihafalnya diluar kepala, mereka bahkan
melakukan perlombaan-perlombaan di bidang ini pada
waktu-waktu tertentu.
2. Pemeliharaan Al-Qur'an dengan penulisan: Selain
pemeliharaan Al-Qur'an dalam dada, Nabi Muhammad SAW
juga meminta para sahabat untuk menghafal dan
menuliskannya di atas batu, kulit binatang, atau pelepah
tamar.
Rasulullah secara langsung menyuruh para sahabatnya untuk
menghafal dan menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an. Penulisan Al-
Qur'an pada masa Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya
dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang tersedia pada
waktu itu, seperti batu, kulit binatang, atau pelepah tamar. Selain
itu, para sahabat juga melakukan perlombaan dalam bidang
penghafalan Al-Qur'an. Dalam memelihara Al-Qur'an, Nabi
Muhammad SAW dan para sahabatnya melakukan beberapa
upaya, yaitu:
1. Menghafal Al-Qur'an: Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya menghafal Al-Qur'an secara keseluruhan.
2. Menulis Al-Qur'an: Para sahabat menulis Al-Qur'an di atas
batu, kulit binatang, atau pelepah tamar.
3. Membukukan Al-Qur'an: Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya membukukan Al-Qur'an dengan mengumpulkan
lembaran-lembaran yang memuat al-Qur'an.
4. Menafsirkan Al-Qur'an: Para sahabat menafsirkan Al-Qur'an
dengan menggunakan kaidah-kaidah bahasa Arab, prinsip
asbab al-nuzul, dan hubungan antar ayat untuk memahami
pesan-pesan yang terkandung dalam Al-Qur'an.
Dalam memelihara Al-Qur'an, Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya memakai beberapa alat, yaitu:
1. Batu: Para sahabat menulis Al-Qur'an di atas batu.
2. Kulit binatang: Para sahabat menulis Al-Qur'an di atas kulit
Binatang.
3. Pelepah tamar: Para sahabat menulis Al-Qur'an di atas
pelepah tamar.
19
4. Lembaran-lembaran: Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya membukukan Al-Qur'an dengan mengumpulkan
lembaran-lembaran yang memuat al-Qur'an
Dalam memelihara Al-Qur'an, Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya memakai beberapa cara, yaitu:
1. Menghafal Al-Qur'an: Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya menghafal Al-Qur'an secara keseluruhan.
2. Menuliskan Al-Qur'an: Para sahabat menulis Al-Qur'an di
atas batu, kulit binatang, atau pelepah tamar.
3. Membukukan Al-Qur'an: Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya membukukan Al-Qur'an dengan mengumpulkan
lembaran-lembaran yang memuat al-Qur'an.
4. Menafsirkan Al-Qur'an: Para sahabat menafsirkan Al-Qur'an
dengan menggunakan kaidah-kaidah bahasa Arab, prinsip
asbab al-nuzul, dan hubungan antar ayat untuk memahami
pesan-pesan yang terkandung dalam Al-Qur'an.
5. Dalam memelihara Al-Qur'an, Nabi Muhammad SAW dan
para sahabatnya memakai beberapa strategi, yaitu:
6. Memakai alat-alat yang tersedia pada waktu itu, seperti batu,
kulit binatang, atau pelepah tamar.
7. Melakukan perlombaan dalam bidang penghafalan Al-
Qur'an.
8. Membukukan Al-Qur'an dengan mengumpulkan lembaran-
lembaran yang memuat al-Qur'an.
9. Menafsirkan Al-Qur'an dengan menggunakan kaidah-kaidah
bahasa Arab, prinsip asbab al-nuzul, dan hubungan antar ayat
untuk memahami pesan-pesan yang terkandung dalam Al-
Qur'an.
Dalam memelihara Al-Qur'an, Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya memakai beberapa metode, yaitu:
1. Menghafal Al-Qur'an secara keseluruhan
2. Menulis Al-Qur'an di atas batu, kulit binatang, atau pelepah
tamar.
3. Membukukan Al-Qur'an dengan mengumpulkan lembaran-
lembaran yang memuat al-Qur'an.
4. Menafsirkan Al-Qur'an dengan menggunakan kaidah-kaidah
bahasa Arab, prinsip asbab al-nuzul, dan hubungan antar ayat
untuk memahami pesan-pesan yang terkandung dalam Al-
Qur'an.
Dalam memelihara Al-Qur'an, Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya memakai beberapa tahapan, yaitu:
1. Penulisan Al-Qur'an pada Masa Nabi Muhammad Saw
2. Pengumpulan al-Qur'an pada masa Abu Bakar al-Shiddiq
3. Pembukuan al-Qur'an pada masa Utsman bin Affan
4. Percetakan al-Qur'an pada abad ke-17 Masehi.
20
Dalam memelihara Al-Qur'an, Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya memakai beberapa prinsip, yaitu:
1. Memakai alat-alat yang tersedia pada waktu itu, seperti batu,
kulit binatang, atau pelepah tamar.
2. Melakukan perlombaan dalam bidang penghafalan Al-
Qur'an.
3. Membukukan Al-Qur'an dengan mengumpulkan lembaran-
lembaran yang memuat al-Qur'an
Menafsirkan Al-Qur'an dengan menggunakan kaidah-kaidah
bahasa Arab, prinsip asbab al-nuzul, dan hubungan antar ayat
untuk memahami pesan-pesan yang terkandung dalam Al-
Qur'an.
2. Al-qur’an pada masa khulafa’ur rasyidin
Al-Qur'an pada masa Khulafaur Rasyidin (Khalifah Rashidun)
merupakan periode yang sangat penting dalam sejarah Al-
Qur'an. Setelah Nabi Muhammad wafat, Ali bin Abi Thalib diam
di rumahnya untuk menghimpun Al-Qur'an dalam satu buku.
Sejarah pembukuan (kodifikasi) al-Qur'an dibagi ke dalam dua
tahap, yaitu: Al-Qur'an pada masa Rasulullah dan Al-Qur'an
pada masa Khulafaur Rasyidin.
Pada masa ini, Al-Qur'an diturunkan ayat demi ayat dan surah
demi surah. Karena kefasihan dan keindahan bahasanya luar
biasa, i disajikan dengan cepat dan menakjubkan. Secara
sembunyi-sembunyi dalam malam-malam yang gelap, kaum
muslimin datang mendekati rumah Nabi untuk mendengarkan
ayat-ayat Al-Qur'an yang sedang beliau baca. Kaum muslimin
juga bersungguh-sungguh dalam menghapal dan mempelajari
Al-Qur'an, karena Nabi Saw. diperintahkan untuk mengajarkan
Al-Qur'an kepada mereka (QS. 16:44).
Setelah Nabi Muhammad Saw. hijrah ke Madinah, dan urusan
kaum muslimin menjadi teratur, beliau memerintahkan kepada
sekelompok sahabatnya untuk memperhatikan keadaan Al-
Qur'an, mengajarkan, mempelajari dan menyebarkannya.
Wahyu itu dicatat hari demi hari sehingga tidak musnah, dan
mereka dibebaskan dari wajib militer, seperti ditegaskan dalam
Al-Qur'an (QS.9:122).
Di dalam kelompok itu terdapat beberapa sahabat yang diangkat
untuk menulis Al-Qur'an, antara lain: Zaid Bin Tsabit, Ali Bin
Abi Thalib, Mu'awiyah bin Abi Sufyan dan Ubai Bin Ka'ab.
Dalam hal menulis, mereka selalu berpedoman untuk tidak
menulis selain Al-Qur'an. Alat yang digunakan pun masih sangat
sederhana seperti 'usub (pelepah kurma), likhaf (batu halus
berwarna putih), riqa' (kulit), aktaf (tulang unta), dan aqtab
(bantalan dari kayu yang biasa dipasang di atas punggung unta).
21
Sedangkan pada masa Khalifah Utsman bin Affan, terjadi
peristiwa yang menjadi alasan berkumpul dan menulis al-Qur'an.
Pada peristiwa ini, terdapat banyak penghafal al-Qur'an yang
gugur pada perang Yamamah melawan Musailamah Al Kazzab.
Selain itu, terjadi juga kemunduran dalam pembacaan al-Qur'an
antara kaum muslimin. Untuk mengatasi pemandangan tersebut,
Khalifah Utsman bin Affan mengumpulkan dan menulis al-
Qur'an menjadi satu jenis bacaan yang dapat mempermudah
kaum muslimin dalam membaca al-Qur'an.
Kodifikasi al-Qur'an pada masa Khulafaur Rasyidin telah
mempermudah kaum muslimin dalam membaca, mengajarkan
dan memahami al-Qur'an. Hal ini juga telah mempertahankan
keaslian dan kemurnian al-Qur'an hingga saat ini.
Sejarah pemeliharaan dan pemurnian Al-Qur’an pada masa
Khulafaur Rasyidin, yang meliputi masa Khalifah Abu Bakar
As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin
Abi Thalib, mencakup beberapa tahapan penting. Pada masa
Khulafaur Rasyidin, terjadi proses pembukuan, kodifikasi, dan
pemberian titik (Nuqath Al-I'jam) pada Al-Qur'an.
Pada awalnya, Al-Qur'an direkam dalam bentuk yang tidak
terorganisir dan disebarkan. Abu Bakar As-Shiddiq kemudian
memulai proses pengumpulan dan penataan Al-Qur'an
berdasarkan petunjuk dan instruksi dari Nabi Muhammad SAW.
Sebuah komite yang terdiri dari empat sahabat, yaitu Zaid bin
Tsabit, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan Ubay bin
Ka'ab, ditugaskan untuk mengumpulkan naskah-naskah yang
disebarkan. Usman bin Affan kemudian menyalin koleksi
tersebut sebagai upaya pemeliharaan. Usman menunjuk
Abdullah bin Zubair, Sa'id bin al-Ash, Abdul al-Rahman bin al-
Harits bin Hisyam yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit untuk
menyalin Al-Qur'an. Kelompok ini menghasilkan lima salinan
berdasarkan koleksi yang disimpan oleh Abu Bakar, di mana
empat salinan dikirim ke Mekah, Suriah, Basrah, dan Kufah,
sementara satu salinan disimpan di Madinah. Mushaf ini
kemudian dikenal dengan nama Mushaf Al-Imam.
Pada masa Khulafaur Rasyidin, terjadi perubahan signifikan
dalam pemeliharaan Al-Qur'an, di mana proses pembukuan dan
penyalinan Al-Qur'an dilakukan dengan cermat dan terorganisir.
Usaha-usaha ini bertujuan untuk memastikan keaslian dan
keabsahan teks Al-Qur'an serta untuk mencegah kesalahan
dalam penyalinan dan pembacaan Al-Qur'an.
3. Al-qur’an pada masa modern
Al-Qur'an pada masa modern tetap memegang peranan penting
dalam kehidupan umat Islam. Seiring dengan perkembangan
zaman, penulisan dan pemahaman terhadap Al-Qur'an telah
mengalami transformasi. Al-Qur'an tetap dianggap sebagai
22
petunjuk dan rahmat bagi umat manusia, serta memiliki nilai-
nilai yang relevan dalam menghadapi persoalan-persoalan
kontemporer.
Pada masa modern, Al-Qur'an tetap dianggap sebagai mukjizat
terbesar Nabi Muhammad yang tidak ada tandingannya. Al-
Qur'an tidak hanya sekedar informasi ilmiah, tetapi juga
memiliki fungsi sebagai petunjuk dan obat bagi umat manusia.
Dalam konteks kekinian, Al-Qur'an masih dianggap relevan dan
dapat memberikan bimbingan dalam menghadapi tantangan
sosial modern.
Pemahaman dan penafsiran Al-Qur'an pada masa modern juga
melibatkan kaidah-kaidah bahasa Arab, prinsip asbab al-nuzul,
dan hubungan antar ayat untuk memahami pesan-pesan yang
terkandung dalam Al-Qur'an. Dengan demikian, Al-Qur'an tetap
menjadi sumber inspirasi dan pedoman bagi umat Islam dalam
menjalani kehidupan di era modern yang penuh dengan
tantangan dan perubahan.
Dengan demikian, Al-Qur'an pada masa modern tetap relevan
dan memiliki nilai-nilai yang dapat diaktualisasikan dalam
kehidupan sehari-hari umat Islam, serta memberikan pedoman
dalam menghadapi persoalan-persoalan kontemporer yang
dihadapi umat manusia saat ini.
Di zaman modern ini, meski Al-Qur'an disusun pada masa
Usman bin Affan, sebagian orientalis masih mempertanyakan
keasliannya. Ada upaya untuk mengubah atau memutarbalikkan
bagian-bagian teks Al-Quran, namun umat Islam sangat percaya
pada orisinalitas dan perlindungan ilahi. Al-Qur'an dianggap
sebagai firman Allah, dan pelestariannya dijamin oleh-Nya.
Umat Islam saat ini bertugas menjunjung tinggi keaslian Al-
Quran dengan mempelajari, menghafal, dan memahami makna
sebenarnya berdasarkan prinsip tafsir. Upaya berkelanjutan ini
memastikan bahwa setiap perubahan atau salah tafsir diperbaiki
untuk menjaga esensi dan pesan Al-Quran yang sebenarnya.
23
2. Ibadah: Al-Qur'an menjelaskan tentang ibadah, yang merupakan
suatu tindakan yang dilakukan manusia dengan tujuan untuk
memuaskan Allah SWT. Ibadah dapat berupa shalat, puasa,
zakat, dan haji.
3. Akhlak: Al-Qur'an juga mengajarkan tentang akhlak, yang
mengenai yang baik dan buruk yang harus diindahkan oleh
manusia dalam kehidupan individu maupun kehidupan sosial.
4. Hukum: Al-Qur'an menyampaikan hukum yang berlaku bagi
alam semesta, yang merupakan pedoman abadi bagi manusia
5. Sejarah atau Kisah Umat Masa Lalu: Al-Qur'an berisi ringkasan
sejarah manusia, rakyat biasa, raja-raja, orang-orang suci, para
nabi sepanjang zaman dan segala cobaan yang menimpa mereka
6. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan: Al-Qur'an juga menyampaikan
benih dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang dibutuhkan
manusia dalam kehidupannya.
7. Syari'ah: Al-Qur'an menjelaskan tentang jalan yang harus diikuti
manusia dalam berhubungan dengan Allah dan dengan sesama
insan demi kebahagiaan hidup manusia didunia ini dan diakhirat
kelak
8. Qadha dan Qadar: Al-Qur'an menjelaskan tentang Qadha dan
Qadar, yang merupakan petunjuk mengenai aqidah yang
mewajibkan beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat, Kitab-
kitab, Rasul-rasul, dan Hari Kiamat.
9. Hutang Piutang: Al-Qur'an menjelaskan tentang hutang hutang,
yang merupakan salah satu aspek yang menyediakan hajat
hidup.
10. Kisah-kisah umat manusia dizaman lampau, seperti riwayat dan
cerita para pendusta ajaran Allah seperti Fir'aun, Namrud, Qorun
dan sebagainya.
11. Berita-berita tentang zaman yang akan datang. Tentang ini akan
dikaji kehidupan akhir manusia yang disebut kehidupan akhirat.
12. Ajaran tentang susunan alam semesta dan posisi manusia di
dalamnya.
13. Pemberi peringatan dan pelajaran bagi manusia.
14. Tafsir Al-Qur'an terkait masalah hutang hutang, yaitu surat al-
Baqarah ayat 282.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kesimpulan dari sejarah dan kemunduran Al-Qur'an adalah sebagai berikut:
Al-Qur'an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan secara
bertahap oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara
Malaikat Jibril. Penurunan Al-Qur'an dimulai ketika Nabi Muhammad
berusia 40 tahun di Gua Hira pada tanggal 17 Ramadhan. Ayat pertama yang
turun adalah ayat 1-5 dari surat Al-'Alaq. Al-Qur'an diturunkan selama 22
tahun, 2 bulan, dan 22 hari, sesuai dengan peristiwa-peristiwa penting dalam
penegakan hukum.
Kemunduran Al-Qur'an secara bertahap memungkinkan umat manusia
untuk memahami, menghafal, dan mengimplementasikan ajaran-ajaran Al-
Qur'an dengan lebih efektif dan berkelanjutan. Setiap kali Rasul menerima
wahyu, beliau langsung menghafalkan ayat-ayatnya dan menyampaikannya
kepada para sahabatnya. Para sahabat juga disuruh menghafalkan dan
menuliskan ayat-ayat Al-Qur'an. Usaha pemeliharaan Al-Qur'an dilakukan
dengan menghapal, menulis, dan merekam.
Al-Qur'an merupakan pedoman hidup bagi umat Islam, memberikan
petunjuk tentang hubungan manusia dengan Allah SWT, sesama manusia,
dan lingkungan sekitar. Kemunduran Al-Qur'an secara bertahap juga
memungkinkan penyesuaian pengajaran dengan permasalahan sosial, krisis
moral, dan keagamaan yang terjadi pada saat itu. Periode penurunan Al-
Qur'an terbagi menjadi periode Mekkah dan periode Madinah, dengan ayat-
ayat yang turun sesuai dengan konteks dan kebutuhan pada masa tersebut.
Dengan demikian, sejarah dan kemunduran Al-Qur'an menunjukkan betapa
pentingnya kitab suci ini sebagai pedoman hidup umat Islam, yang
diturunkan secara bertahap untuk memberikan petunjuk yang relevan dan
berkelanjutan bagi umat manusia.
B. Saran
Kami menyadari bahwa kami menyusun makalah ini jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk itu bagi siapapun yang
membaca tulisan ini kami harapkan kritik dan saran nya agar bisa lebih baik
lagi.
25
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur'an, Al Qur'an dan Terjemahannya, Jakarta, Yayasan Penyelenggara
Penterjemah dan Penafsiran Al Qur'an, Departemen Agama RI, 2005
Al-Qur'an dan Terjemahan Al-Muhaimin, Yayasan Penyelenggara
Penterjemah 3.Al-Qur'an, Departemen Agama RI, Jakarta, 2002.
Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Kementerian Agama RI, 2016.
Ahad Syadali, Ahmad Rofi'i, Ulumul Qur'an 1, CV Pustaka setia abadi,
Bandung: 1997
Kahar Masyur, Pokok-pokok Ulumul Qur'an, Rineka Cipta, Jakarta: 1992
Ash Shiddieqy, Muhammad Hasbi. Ilmu-Ilmu Al-Qur'an, Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra,2002.
Abu Anwar, Ulumul Qur'an. Amzah. 2017
26