Anda di halaman 1dari 3

Pangan dan Demokrasi

Agus Pakpahan

Konsep pangan menggambarkan konsep eksistensi manusia yang tak


terhindarkan dari pangan, sama seperti halnya eksistensi kehidupan di
alam ini berhubungan dengan ketersediaan oksigen dan air. Pangan itu
sendi- ri adalah produk alam, baik yang langsung dapat dikonsumsi
manusia maupun yang dikonsumsi setelah melewati proses pengolahan
yang kompleks.

Konsep demokrasi adalah konsep institusi politik yang mengatur saling hubungan
antarmanusia terhadap sesuatu, kondisi atau situasi. Baik, dicapai secara musyawarah
melalui kebijaksanaan perwakilan maupun melalui partisipasi langsung setiap individu
dalam proses pengambilan keputusan. Hasil dari proses demokrasi pada ujungnya adalah
kekuasaan yang diberikan oleh rakyat pada lembaga tertentu untuk menjalankan
kekuasaan yang diamanahkannya.

Di mana letak hubungan antara pangan dan demokrasi? Pangan sebagai persoalan politik.
Pangan adalah kehidupan, bukanlah pandangan baru. You are what you eat merupakan
pandangan yang melihat bahwa siapa dan apa kita bergantung pada apa yang kita makan.

Apakah kita akan menjadi bangsa yang sehat, cerdas, cendekia, dan kuat, sangat
ditentukan oleh apa yang kita makan. Apabila pada masa dalam kandungan sang bayi
sudah kekurangan gizi, karena ibunya tidak dapat memperoleh pangan yang cukup dan
seimbang, kemudian masa balitanya juga begitu, maka sejak awal kita sudah dapat
memperkirakan bahwa bangsa dengan kondisi pangannya seperti itu tidak akan bisa
menjadi bangsa yang kuat dan besar.

Persoalan Publik

Kita melihat persoalan pangan bukanlah sebatas persoalan individu, tetapi merupakan
persoalan publik. Oleh karena itu, pangan merupakan persoalan politik, persoalan
mencapai dan menggunakan kekuasaan yang telah diberikan oleh rakyat melalui proses
politik.

Apakah kekuasaan yang telah diberikan itu sudah dimanfaatkan untuk memberikan
jaminan kepada rakyat agar tidak akan pernah mengalami kelaparan, kekurangan pangan,
atau bahkan "penjajahan" pangan?

Jadi, pangan adalah persoalan politik yang akan menentukan mati-hidupnya masa depan
suatu bangsa.

Demokrasi yang konsisten dengan ketahanan pangan sebagai prasyarat ketahanan bangsa
dengan mudah dilihat dari berbagai pengalaman.
Wabah kelaparan selalu membuat negara guncang, bergolak, dan tidak tertutup
kemungkinan negara tersebut bubar.

Bubarnya Uni Soviet adalah salah satu contoh. Harga pangan yang melonjak pesat, akhir-
akhir ini, juga menggambarkan bahwa tatanan ekonomi dan politik tidak dapat
disederhanakan bahwa pasar sebagai solusi.

Kadang-kadang kita lupa atau tidak konsisten, misalnya, di satu pihak kita mengatakan
bergantung pada pasar, tetapi pada saat kita bicara pangan, harga pangan yang harusnya
meningkat mengikuti harga pasar dunia, ditekan supaya tetap murah demi kepentingan
politik.

Stabilitas Nasional

Hal ini berlaku pada kasus beras. Andaikan beras dari Pulau Jawa dapat diekspor, maka
harganya bisa mencapai US$ 1500 per ton, hampir Rp 15.000 per kg.

Tetapi, demi stabilitas nasional, harga beras ditekan dan diusahakan bergerak sekitar Rp
5.000 per kg. Jadi, petani padi di Jawa menyubsidi konsumen sekitar Rp 10.000 per kg
beras.

Ingat, mayoritas petani padi di Pulau Jawa adalah petani gurem. Bandingkan dengan
kasus kelapa sawit. Pada saat booming harga tahun lalu, harga minyak goreng juga ikut
meningkat.

Keuntungan sangat besar diperoleh para pengusaha perkebunan sawit, yang pada
umumnya adalah pengusaha besar.

Dapat disimpulkan, para petani di Jawa yang mengusahakan tanaman pangan, khususnya
padi dan tebu, selalu menghadapi kontrol pemerintah, sedangkan pengusaha besar yang
mengusahakan komoditas ekspor di luar Jawa, juga para petaninya, menghadapi fluktuasi
harga pasar dunia.

Kita memerlukan devisa, tetapi di pihak lain, kita memerlukan jaminan bahwa rakyat
mendapatkan pangan yang cukup. Semua sistem pertanian memerlukan lahan. Kita
memiliki Pasal 33 UUD 1945 yang menyatakan bahwa tanah, air, dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara.

Siapa yang akan dimenangkan dan melalui mekanisme politik apa?

Sebagai negara yang masih miskin, di mana pangan sangat diperlukan untuk menjaga
keberlangsungan nega- ra, maka sistem politik demokrasi yang dijalankan perlu
mendahulukan kepenting- an pemenuhan pangan bagi rakyat.

Di sinilah dipertaruhkan siapa yang akan menang: isme demokrasi uang atau isme
demokrasi untuk keberlangsungan negara.
Penulis adalah pengamat masalah ekonomi pertanian

Last modified: 20/10/08

Anda mungkin juga menyukai