Anda di halaman 1dari 2

SAWAH

Agus Pakpahan

Apa arti dan makna dibalik kekayaan warisan budaya yang dinamakan sawah?
Kalau kita hanya melihat sawah sekedar media warisan budaya untuk menghasilkan padi
sebagai sumber makanan pokok kita, maka hasilnya hanyalah akan memberikan manka
hidup yang sangat sempit. Sawah memang sangat penting untuk menghasilkan beras yang
menjadi makanan pokok sebagian besar bangsa Asia, termasuk kita. Tetapi nilai sawah
bukan sekedar itu. Sawah menjalankan fungsi dan memberikan manfaat yang
menentukan wujud dan jenis kebudayaan manusia yang hidup di lingkungannya.

Dalam perundingan internasional, bangsa Jepang sangatlah kukuh dalam


mengajukan dan mempertahankan konsep pertanian multifungsi (multifunctionality of
agriculture). Jepang sangat aktif dalam meneliti peran sawah dalam memberikan manfaat
lingkungan bagi kehidupan manusia. Dengan galengan yang mengikuti garis kontur
(contour), sawah merupakan areal penampung air pada saat turun hujan sehingga sawah
memberikan manfaat pengendali banjir. Peran sawah seperti halnya sebuah dam besar.
Berapa besar biaya membangun dam dan biaya memelihara serta mengelolanya apabila
tidak ada sawah? Nilai ini dapat diduga dengan menggunakan persamaan yang
merupakan perkalian antara kapasitas efektif sawah menyimpan air dikalikan dengan
biaya depresiasi per volume air yang ditampung dam ditambah dengan biaya
pemeliharaan per kapasitas dam. Hiroyasu Shimura memperkirakan nilai estimasi peran
sawah sebagai pengendali banjir di Jepang adalah lebih dari 1.975,7 milyar Yen.

Fungsi lingkungan lain yang diberikan sawah adalah sebagai stabilisator aliran air
sungai melalui perannya dalam memperbaiki aliran airtanah. Hasil perhitungan Kanto
Agricultural Bureau, sekitar 60% dari air irigasi masuk ke dalam tanah menjadi sumber
airtanah. Perhitungan untuk sungai Tone yang merupakan daerah aliran sungai terbesar di
Jepang, menghasilkan nilai manfaat sawah sebagai stabilisator aliran sungai adalah 659,3
milyar Yen dan nilainya sebagai sumber airtanah adalah 80,5 milyar Yen. Dengan
demikian, nilai total dari fungsi sawah tersebut adalah 739,8 milyar Yen.

Sawah yang dikelola dengan baik juga berperan mencegah terjadinya erosi tanah.
Hasil penelitian di Jepang menunjukkan bahwa nilai sawah untuk fungsi ini mencapai
47,2 milyar Yen. Selanjutnya, peran sawah dalam mendaur ulang limbah memberikan
nilai 4,5 milyar Yen. Adapun peran sawah dalam membersihkan udara mencapai 1.71,7
milyar Yen dan dalam memberikan fungsi nilai keindahan alam dan nilai rekreasi adalah
1.711,6 milyar Yen.

Tentu saja, sawah memberikan potensi nilai ekonomi yang jauh lebih besar
daripada sebagai penghasil beras. Dari satu ton padi dapat dihasilkan 220 kg sekam
dengan nilai listrik sebesar 150 kwh. Dengan produksi padi 55 juta ton, maka kita bisa
mendapatkan listrik sebanyak 8200 Gwh. Abu sekamnya mengandung 94 % silica yang
bermanfaat buat berbagai kebutuhan industri. Nilai bekatul apabila dijadikan stabilized
rice bran harganya di Chicago US$ 32/kg. Bubur kertas terbuat dari merang harganya di
Jepang US$ 1400/ton. Belum lagi kalau kita memelihara ikan dengan mengembangkan
pola mina padi, selain nilai ekonominya tinggi juga memberikan protein yang sangat
penting. Kalau sawah itu terjaga dari polusi akibat penggunaan pestisida yang berlebihan,
maka sawah akan menjadi tempat hidup burung-burung air. Lapangan pekerjaan juga
akan tercipta, dan pengangguran akan teratasi.

Sawah juga membangun modal spiritual dan modal sosial. Sawah mengajarkan
nilai kebersamaan dan nilai gotong royong. Di Bali, misalnya, kita mengenal institusi
Subak yang mana di dalamnya hidup spirit masyarakat dan modal sosial yang sangat
bermanfaat bagi pembangunan.

Masih banyak lagi fungsi dan manfaat sawah. Pandangan yang sempit akan
mempercepat lajunya konversi sawah ke berbagai jenis penggunaan lain yang manfaatnya
bisa lebih rendah dari manfaat sawah bagi keberlanjutan peradaban.

Sangat disayangkan petani padi hidupnya miskin, atau bahkan makin miskin.
Sawah penting untuk keberlanjutan peradaban tetapi sayang petani padi masih tetap
miskin. Mengapa? Multatuli mengatakan bangsa kita terus miskin karena kita masih terus
membuat kesalahan-kesalahan. Salah satu kesalahan yang kita terus lakukan adalah kita
belum memahami arti dan makna sawah untuk keberlanjutan peradaban kita. Kita juga
belum bisa membalas budi baik dari para petani padi ini.

Anda mungkin juga menyukai