Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

Peralihan dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin memerlukan


banyak perubahan fisiologi dan biokimia. Hilangnya ketergantungan terhadap
peredaran darah ibu melalui plasenta, memerlukan pengaktifan fungsi paru untuk
melakukan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dan fungsi organ lain seperti hati ,
jantung, ginjal, selain itu juga termasuk sistem imunologi yang berperan dalam
perlindungan terhadap infeksi.

Tidak semua bayi dapat beradaptasi dengan baik bahkan banyak meninggal
akibat kegagalan penyesuaian biokimia dan fisiologi.Kegagalan itu disebabkan oleh
keadaan seperti asfiksia, prematuritas, gangguan persalinan dll...Besarnya angka
kesakitan dan kematian neonatus mencerminkan besarnya masalah kegagalan
penyesuaian kehidupan bayi baru lahir.Dilaporkan dari 8,1 juta kematian bayi di
dunia, 48% adalah kematian neonatus.

Pada makalah ini, penulis akan membahas neonatus yang prematur yang
mengalami asfiksia.Selain itu, penulis juga akan membahas penyakit – penyakit
penyerta lainnya seperti anemia, hiperbilirubinemia,dll..

Sebelum membahas asfiksia dan penyakit lainnya, ada baiknya jika kita
mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan bayi prematur. Bayi prematur adalah
bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu.Dan asfiksia adalah
suatu keadaan hipoksia yang progresif, akumulasi karbon dioksida dan asidosis.(
sumber: Perinatologi,FKUP Bandung).

Asfiksia antepartum atau intrapartum disebabkan insufisiensi plasenta,


sedangkan asfiksia post partum biasanya merupakan akibat sekunder dari insufisiensi
paru, jantung, dan pembuluh darah, serta neurologis.

1
BAB II
PEMICU

Bayi Dede, perempuan, usia gestasi 32 minggu, lahir secara spontan di


rumah sakit dengan berat badan lahir 1800 gram, panjang badan 43 cm dan lingkar
kepala 32 cm. Riwayat kehamilan ibu dengan preeklampsia.Saat lahir bayi tidak
segera menangis kemudian oleh dokter di ruang bersalin dilakukan penghisapan lendir
pada mulut dan hidung serta rangsang taktil.Satu menit kemudian mulai ada usaha
napas tetapi belum teratur, warna kulit masih terlihat biru, denyut jantung 120 kali
permenit, kaki tangan sedikit fleksi.Selanjutnya diberikan oksigen melalui hidung dan
pada menit kelima bayi sudah mulai menangis, gerakan aktif, dan warna kulit
kemerahan.Bayi tersebut kemudian dibawa keruang perinatologi, setelah diukur suhu
o
melalui aksila ternyata 36,2 C dan dirawat di inkubator. Pada hari kedua rawatan
bayi terlihat kuning pada sekitar wajah dan semakin bertambah hingga hari keempat.

Apa yang terjadi pada bayi baru lahir ini?

2
BAB III
MORE INFO

MORE INFO :

Setelah di rawat diinkubator suhu tubuh normal dan bayi tampak aktif dan menagis
kuat.
Hasil pemeriksaan laboratorium adalah
Golongan darah ibu O Rh positif
Golongan darah bayi B Rh positif
Hb 13 g/dl
Leukosit 20000/mm3
Hematokrit 39 %
Trombosit 295000/mm3
Bilirubin total 13 mg/dl, bilirubin direk 0,75 mg/dl

Bagaimana kesimpulan saudara tentang bayi Dede sekarang dan bagaimana


penanganannya sekarang?

3
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Fisiologi neonatus


4.1.1 Pernafasan dan sirkulasi neonatus
Terdapat dua kejadian yang sangat penting yang terjadi segera setelah bayi
lahir, yaitu terjadinya pernafasan bayi pertama kali dan putusnya hubungan neonatus
dengan plasenta. Dengan dua kejadian ini maka akan terjadi perubahan sirkulasi pada
neonatus secara drastis yang tidak sama dengan sirkulasi orang dewasa sehingga
disebut sirkulasi neonatus.

Perubahan kardiovaskular yang terjadi segera setelah lahir berupa penurunan


resistensi vaskular paru, peningkatan aliran darah paru, peningkatan resistensi
sistemik, pengaliran darah melalui duktus arteriosus dari kiri ke kanan dan penutupan
foramen ovale.

Setelah proses pernafasan berlangsung, udara yang masuk ke dalam paru


menyebabkan turunnya resistensi pembuluh darah pulmonal. Dengan adanya
perubahan ini, aliran darah ke atrium kiri melalui vena pulmonalis menjadi meningkat
sehingga tekanan dalam atrium kiri lebih tinggi dari atrium kanan dan hal ini akan
menyebabkan penutupan foramen ovale.

Jika resistensi pembuluh darah pulmonal turun sampai rendah dari tekanan
pembuluh darah sistemik maka duktus arteriosus akan menutup. Duktus arteriosus
menutup secara fungsional pada 10 – 15 jamsetelah lahir dan menutup permanen pada
usia 2 – 3 minggu.

Segera setelah bayi lahir, terjadi perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi
neonatus. Sirkulasi neonatus adalah darah dari tubuh bagian bawah yang masuk

4
melalui vena kava superior masuk ke dalam atrium kanan dan melalui katup
trikuspidalis masuk ke dalam ventrikel kanan. Dari ventrikel kanan, darah dengan
kandungan CO2 yang tinggi melalui arteri pulmonalis masuk ke dalam paru – paru
dan mengalami oksigenasi. Dari paru – paru melalui vena pulmonalis darah yang
mengandung oksigen tinggi akan masuk ke atrium kiri dan selanjutnya ke ventrikel
kiri kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh melalui aorta.

Setelah membahas tentang sirkulasi maka penulis akan membahas pernafasan


neonatus. Pada saat bayi melewati jalan lahir , dinding dada tertekan sehingga
sebagian cairan paru – paru akan keluar. Setelah itu terjadi pengembangan dinding
dada, kira – kira 40 cc udara akan menggantikan cairan yang keluar. Kemudian pada
sebagian bayi , otot – otot glossofaringeus akan berkontraksi dan memasukkan sekitar
5 – 10 cc udara ke dalam trakea. Sebelum nafas pertama tekanan intra pleura akan
sama dengan tekanan atmosfir.Hal ini menunjukkan bahwa dada tidak mengembang
sampai setelah lahir. Mekanisme yang pasti terjadinya penambahan volume rongga
dada akibat pernafasan pertama tidak diketahui.Pada waktu pernafasan pertama
tekanan intra pleura turun sekitar 40 cm H2O selama 0,5 detik atau lebih. Dengan
keluarnya cairan dari saluran nafas, tahanan saluran nafas dan tekanan intra pleura
menurun. Sebagian cairan yang masih tersisa , pada sebagian bayi akan dibatukkan.
Selain mekanisme di atas, pada bayi yang dilahirkan melalui seksio sesarea,
pengeluaran cairan paru – paru dilakukan seluruhnya dengan reabsorbsi oleh
pembuluh darah dan limfe.
Bagan pernafasan dan sirkulasi neonatus.

Bayi melewati jalan lahir

Dinding dada tertekan sehingga cairan paru – paru akan keluar

Pengembangan dinding dada kira – kira 40 cc akan menggantikan cairan yang keluar.
Sebagian bayi  otot – otot glossofaringeus kontraksi dan memasukkan 5 – 10 cc
udara kedalam trakea.

5
Tekanan atmosfir = tekanan intrapleura
pemotongan tali pusat

tekanan perifer meningkat sirkulasi plasenta (-)

asfiksia PO2 turun dan PCO2 meningkat

rangsang dingin (kulit dan otot)


menangis ( tarik nafas ,
kontraksi otot – otot pernafasan )

bradikinin paru – paru mengembang(PO2 naik)

vasodilatasi resistensi paru turun

tekanan aorta naik tekanan pulmonalis turun

aliran balik duktus arteriosus


aliran balik vena sistemik ke vena kava inferior

volume atrium kiri > volume atrium kanan


konstriksi duktus venosus
tekanan atrium kiri > tekanan atrium kanan
1 - 4 bulan
fibrosis  oklusi foramen ovale menutup

6
darah dari bgn bawah tubuh masuk ke vena kava inferior
bagian tubuh atas  vena kava superior

atrium kanan

katup trikuspid

ventrikel kanan atrium kiri

darah CO2 tinggi ventrikel kiri

A.pulmonalis
 paru – paru
(oksigenasi, darah O2 tinggi)

tubuh

4.1.2 Regulasi suhu tubuh


Pengaturan suhu tubuh pada neonatus adalah keseimbangan antara
termogenesis dan termolisis. Termogenesis pada bayi dihasilkan dengan metabolisme
asam lemak dan trigliserida. Termogenesis bayi belum dpat dengan menggigil oleh
sebab itu proses termogenesi pada bayi disebut nonshivering thermogenesis.

Pada saat lahir , tekanan oksigen yang rendah akan menyebabkan asfiksia.
Asfiksia akan menyebabkan rangsangan pengeluaran epinefrin dan nor epinefrin dari
medulla adrenal. Pengeluaran epinefrin dan norepinefrin akan menyebabkan
vasokontriksi yang akan mempertahankan sirkulasi otak. Selain itu, epinefrin akan

7
menyebabkan rangsangan metabolisme brown fat. Metabolisme brown fat lebih
banyak menghasilkan panas karena metabolisme lemak melewati siklus krebs yang
menghasilkan ATP rendah sehingga energi bebas banyak, energi bebas inilah yang
akan ,menjadi panas.

Termolisis pada bayi sangat dipengaruhi oleh luas permukaan bayi yang lebih
luas dibandingkan dewasa sehingga kehilangan panas jauh lebih besar. Selain itu,
kulit dan jaringan subkutan yang tipis pada bayi meningkatkan konduksi sehingga
kehilangan panas menjadi meningkat dan akhirnya kehilangan cairan tubuh.
Kehilangan cairan tubuh akan menyebabkan penurunan bear badan bayi kira – kira 5
– 10 % pada 2 -3 hari pertama.

Selain konduksi, neonatus akan kehilangan panas dengan cara evaporasi,


konveksi, dan radiasi. Evaporasi adalah proses kehilangan panas melalui penguapan
dari kulit tubuh yang basah ke udara, karena bayi baru lahir diselimuti oleh air
ketuban/ cairan amnion. Proses ini terjadi apabila bayi baru lahir tidak langsung
dikeringkan setelah proses persalinan atau memandikan bayi segera setelah lahir.
Pencegahan evaporasi adalah dengan cara pengeringan bayi segera setelah lahir.

Konveksi adalah proses kehilangan panas pada bayi melalui aliran udara di
sekitar bayi yang lebih dingin. Misalnya bayi yang dilahirkan di kamar yang pintu
dan jendela terbuka, ada kipas / AC yang dihidupkan.

Radiasi adalah proses kehilangan panas melalui pemancaran/ radiasi dari


tubuh bayi ke lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin, misalnya suhu kamar bayi/
kamar bersalin dibawah 25 C, terlebih lagi jika dinding kamarnya lebih dingin karena
bahannya dari keramik/ marmer.

4.1.3 Fungsi Hati

8
Bayi baru lahir menggunakan sumber energi (KGD 30 – 40 mmHg/100ml)
dari glikogen yang berasal dari otak, jantung, dan hati. Tetapi setelah beberapa jam ,
persedian glikogen akan habis maka proses glukoneogenesis akan diaktivasi. Apabila
proses glukoneogenesis terhambat maka KGD< 20 mg/100ml , akan mengakibatkan
gangguan saraf dan koma atau apnoe dan sianosis.

Protein dan lemak tidak melewati plasenta sehingga neonatus harus


memproduksi protein dan lemak sendiri dengan cara mengaktifkan metabolisme asam
lemak dan asam amino. Hati pada neonatus belum dapat melaksanakan fungsi
ekskresi bilirubin dan detoksifikasi dengan baik sehingga dapat terjadi jaundice
selama 3 – 7 hari. Jaundice pada neonatus pada keadaan ini adalah keadaan yang
fisiologis.

4.1.4 Traktus gastrointestinal dan endokrin


Neonatus memiliki waktu pengosongan lambung 3 – 4 jam dan pH lambung
kurang dari 3. Enzim lambung dan HCl membantu pencernaan susu. Enzim intestinal
dan empedu pada neonatus cukup sedangkan amilase pankreas masih rendah. Absopsi
zat nutrisi baik kecuali lemak karena enzim lipase yang rendah pada neonatus.

Pada neonatus, filtrasi glomerulus rendah akan menyebabkan produksi urin


rendah, selain itu kapasitas ginjal juga rendah untuk mengkonsentrasikan urin. Pada
saat persalinan, klem tali pusat akan menyebabkan 100 ml darah ibu masuk ke bayi
sehingga pada keadaan anemia sebaiknya dilakukan penundaan klem tali pusat agar
darah yang masuk ke dalam bayi menjadi lebih banyak dan Hb akan menjadi lebih
tinggi.

Pertumbuhan pada fetus dirangsang oleh hormon esterogen dan progesteron


sedangkan pada neonatus di rangsang oleh hormon pertumbuhan dan tiroid. Kelenjar
tiroid berasal dari pertumbuhan dari kantung brakial keempat yang akan turun ke
leher. Kelenjar tiroid akan berfungsi pada 10 – 11 minggu pada fetus dan mencapai
kadar T4 darah dewasa pada saat 18 -20 minggu. Kelenjar tiroid menghasilkan

9
hormon tiroid yaitu T3 dan T4. Hormon pertumbuhan dihasilkan oleh hipofise
anterior.

4.1.5 Sistem saraf


Pertumbuhan sistem saraf sangat meningkat pada trimester pertama dan kedua.
Dengan berat otak saat lahir adalah 400 gram. Neonatus masih mempunyai refleks
primitif seperti refleks moro, suckling, rooting,dll.. Fungsi motorik dilaksanakan oleh
cortical cerebri.

4.2 Penilaian bayi baru lahir


4.2.1 Penampilan umum
Pemeriksaan bayi baru lahir harus dilakukan secepat mungkin setelah dilahirkan
untuk menemukan abnormalitas dan melakukan tindakan pemeriksaan berikutnya.
Pada persalinan resiko tinggi, pemeriksaan awal sebaiknya dilakukan di ruang
bersalin dan dipusatkan pada kelainan bawaan dan permasalahan patofisiologik yang
mungkin menimbulkan gangguan kardiovaskuler dan metabolik. Setelah bayi stabil,
dilakukan pemeriksaan yanh lebih terperinci dalam waktu 24 jam pertama kehidupan.
Pada bayi yang sehat sebaiknya dilakukan di depan ibunya, dan pada saat ini variasi
anatomik sekecil apapun harus dikatakan pada ibunya. Pada saat bayi pulang, harus
dilakukan pemeriksaan, oleh karena abnormalitas tertentu terutama bising jantung
sering timbul atau menghilang pada periode awal neonatus. Denyut nadi, pernafasan,
panjang badan, berat badan, ukuran lingkar kepala dan ukuran setiap abnormalitas
harus dicatat.

Pemeriksaan umum meliputi pemeriksaan terhadap kepala, leher, mulut, dada,


abdomen, kelenjar mammae, genitalia,anus dan rektum, kulit, kelenjar getah bening
da ekstremitas. Penulis akan menjabarkan satu persatu dimulai dengan bagian tubuh
paling atas sampai bawah.

Kepala , lingkar kepala rata – rata bayi cukup bulan adalah 33-38 cm. Kulit
kepala diperiksa i=untuk melihat adanya erosi, laserasi, bruise yang disebabkan oleh
forsep. Kaput suksedanum harus diperiksa dan sefalhematoma kadang – kadang baru

10
terlihat setelah 3 sampai 4 hari setelah lahir. Molding pada tulang kepala dapat
menghilang pada hari ke 5. Ukuran fontanella yang membesar menunjukkan adanya
keterlambatan osifikasi tulang dan dihubungkan dengan keadaan hipotiroid, sindrom
trisomi, malnutisi, dan osteogenesis imperfekta. Penampilan muka secara umum
harus dilihat dengan kaitannya dengan dismorfik, seperti lipatan epikantus, mata
yang letaknya berjauhan dan telinga agak rendah sering berkaitan dengan sindroma
kongenital.Mata sering terbuka secar spontan jika bayi ditegakkan atau dimiringkan
perlahan – lahan ke depan dan ke belakang. Hal ini akibat refleks labirin dan reflek
leher.Daun telinga, sering terjadi skin tag preaurikuler unilateral atau bilateral, jika
bertangkai pada dasarnya bisa diikat kuat sehingga akan terjadi gangren.

Mulut , Pada bayi normal jarang memperlihatkan adanya pembentukan gigi


prekok yang tumbuh pada tempat gigi seri bawah dan gigi ini biasanya tanggal
sendiri, tapi dapat juga terjadi pada sindrom – sindrom. Inspeksi juga harus dilakukan
pada palatum mole dan durum untuk menetukan adanya celah tersembunyi.Lidah
kelihatan relatif lebih besar. Pemeriksaan tenggorokan pada neonatus sangat sulit
karena lengkungan pada palatum.

Leher, pemeriksaan leher harus dilakukan untuk melihat gerakan, goiter,


tirogosal atau traktus cabang bronkial.Kadang – kadang tampak asimetris dengan
cekungan yang dalam pada sisi lain. Agenesis otot paling sering disebabkan posisi
janin persisten dengan kepala miring ke sisi yang lain yang disebut Asyntilism.

Dada, pada pemeriksaan dada yang kita perhatikan adalah respirasi dan
jantung. Respirasi, frekuensi pernafasan neonatus 40 – 60 x/menit.Pemeriksaan pada
bayi yang normal dilakukan setiap 3- 4 jam sekali sedangkan pada bayi yang
abnormal dilakukan setiap 1 – 2 jam sekali. Pada bayi premaur sering terlihat retraksi
yang ringan, jika tanpa grunting maka retraksi disebut normal. Apnea didefinisikan
bila tidak bernafas selama 20 detik dengan atau tanpa bradikardi dan disertai atau
tidak sianosis. Jantung, pemeriksaan meliputi frekuensi, ritme, kualitas, dan ada atau
tidaknya murmur. Posisi jantung dapat ditentukan dengan melakukan palpasi dan

11
auskultasi sehingga dapat dibedakan posisi kiri atau kanan. Frekuensi jantung normal
adalah 120 – 160 x/menit. Pemeriksaan pada bayi normal 3-4 jam sekali sedangkan
pada bayi yang abnormal 1- 2 jam sekali.Murmur pada eonatus tidak memiliki arti
yang signifikan.

Abdomen, pemeriksaan abdomen pada neonatus berbeda dengan anak yang


lebih tua. Organ abdominal anterior seperti hepar, lien, ususdll.. dapat dilihat melalui
dinding perut terutama pada anak yang kurus atau prematur.Pada palpasi pemeriksaan
dari kuadran bawah ke atas akan teraba ujung hepar atau lien.Hati kadang – kadang
dapat teraba 2 – 2,5 cm dibawah arkus kostarum, sedangkan lien biasanya tidak
teraba.

Kelenjar mammae, pengaruh hormonal ibunya akan menimbulkan pembesaran


dan sekresi kelenjar mammae pada kedua jenis kelamin.

Genitalia, pada laki – laki sering ditemukan adanya fimosis, skrotum sering
berukuran besar, dan kelainan – kelainan lain.Panjang dan besar ukuran penis harus
diukur, jika kurang dari 2,5 cm adalah abnormal dan harus dilakukan evaluasi.
Wanita, kelainan yang sering ditemukan adalah pembesaran labia
mayora.Pemeriksaan labia juga harus dilakukan untuk melihat adanya kista , himen
imperforata dll...

Anus dan rektum, pengeluaran mekonium akan berlangsung dalam waktu 12


jam pertama setelah kelahiran.Anus imperforata tidak selalu terlihat dan mungkin
memerlukan pemeriksaan dengan memasukkan jari kelingking secara hati – hati ke
rektum atau dengan pemeriksaan radiologis.

Kulit, epidermis pada neonatus khususnya prematur adalah tipis dan berwarna
merah. Kelainan yang sering timbul adalah milia, mongolian spot, eritema toksikum
dll...

12
Kelenjar getah bening, pada pemeriksaan palpasi, 30 % neonatus ditemukan
adanya pembesaran kelenjar getah being dengan diameter < 12 mm dan sering
terdapat di daerah inguinal, servikal, dan leher.

Ekstremitas, kelainan yang sering terjadi adalah anomali jari, club feet dan
dislokasi panggul yang memerlukan koreksi.

4.2.2 Penilaian maturitas fisik


Semua bayi harus dilakukan penilaian usia kehamilan yang lengkap (jika
mgkn dalam 1 jam setelah lahir dan ≤ 12 jam ). Tujuan penilaian adalah
membandingkan bayi menurut nilai standar pertumbuhan neonatus berdasar usia
kehamilan (dianggap akurat dengan kisaran ±2 mgg), verifikasi perkiraan obstetri
untuk usia kehamilan, identifikasi bayi kurang bulan, lebih bulan, besar/ kecil untuk
usia kehamilan, amati dan rawat terhadap kemungkinan komplikasi.

13
4.2.3 Penilaian neuromuskular
Penilaian neuromuskular meliputi postur, square window, arm recoil, sudut
popliteal, scarf sign dan heel to ear manuver.

Postur adalah paling baik saat terlentang dan tenang. Amati fleksi tangan
dan kaki (bandingkan dengan angka yang ada pada lembar kerja).Square window
dengan cara fleksikan pergelangan tangan bayi (sebanyak mungkin namun hati-hati)
lalu amati sudut antara ibu jari dan bagian lengan bawah (bandingkan dengan angka
yang ada pada lembar kerja). Arm recoil dengan cara evaluasi saat bayi terlentang.
Pegang kedua tangan bayi, fleksikan lengan bagian bawah sejauh mungkin dalam 5
detik, lalu rentangkan kedua lengan dan lepaskan.Amati reaksi bayi saat lengan
dilepaskan. Skor o: tangan tetap terentang/ gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial 140-
180 °, Skor 2: fleksi parsial 110-140 °, Skor 3: fleksi parsial 90-100 °, dan Skor 4:
kembali ke fleksi penuh.Sudut popliteal dengan letakkan bayi terlentang, kepala,
punggung dan panggul menempel pada permukaan lalu pegang paha pada posisi
fleksi dengan ibu jari dan telunjuk kiri ,dengan telunjuk tangan kanan, luruskan kaki
di belakang mata kaki dengan tekanan lembut dan bandingkan sudut di belakang lutut
/ sudut popliteal dengan angka pada lembar kerja.Scarf sign dengan meletakkan bayi
terlentang lalu pegang tangan bayi dan tempelkan lengan melewati leher ke bahu yang
berlawanan sejauh mungkin, siku mungkin perlu diangkat melewati badan, namun
kedua bahu harus tetap menempel di permukaan meja dan kepala tetap lurus dan
amati posisi siku pada dada bayi dan bandingkan dengan angka pada lembar
kerja.Heel-to-ear-manuver( manuver tumit telinga) dengan posisi bayi terlentang lalu
pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk, tarik sedekat mungkin dengan kepala
tanpa memaksa, pertahankan panggul pada permukaan meja periksa dan amati jarak
antara kaki dan kepala serta tingkat ekstensi lutut ( bandingkan dengan angka pada
lembar kerja).

Untuk mendapat hasil penilaian usia kehamilan bisa kita lakukan dengan
menjumlahkan seluruh skor tiap kolom lalu cocokkan ke dalam tabel skor maka akan
didapatkan usia kehamilan. Apabila hanya dilakukan penilaian maturitas fisik maka

14
hasil skor dikalikan dua lalu dicocokkan ke dalam tabel sokr untuk mendapat kan usia
kehamilan.

4.2.4 Kadar darah neonatus

15
4.3 Bayi badan lahir rendah (BBLR) dan prematur
Bayi BBLR adalah neonatus dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada
saat lahir. Bayi dengan berat badan lahir ada dua kelompok yaitu bayi yang lahir
dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu ( preterm) yang disebut berat badan
rendah prematur dan bayi yang lahir dengan usia kehamilan besar 37 minggu yang
disebut pertumbuhan janin terhambat (IUGR)

Masalah – masalah yang dapat kita jumpai pada neonatus dengan berat badan
rendah.
Preterm Pertumbuhan janin terhambat
Asfiksia Asfiksia
Hipotermi Meconium aspiration syndrome
Kesulitan makan Hipotermi
Infeksi Hipogilkemia
Disstres pernafasan Infeksi
Apnea polisitemia
Intraventrikular hemorrage
NEC

16
Asidosis metabolik
hiperbilirubinemia

Penyebab prematur dengan berat badan rendah dibagi atas empat faktor yaitu
faktor maternal, fetal, medicak dan iatrogenik. Faktor maternal adalah penyakit yang
dialami ibu selama mengandung, komplikasi persalinan seperti plasenta previa, dan
perdarahan, serviks inkompeten, dan infeksi maternal. Faktor fetal adalah kehamilan
ganda dan malformasi kongenital. Faktor medical adalah proses kelahiran yang harus
dilakukan sebelum waktunya oleh karena ibunya diabetes, penyakit jantung yang
parah, hipertensi, hipoksia fetus, hidrops fetalis dll...

4.3.1 Anatomi bayi prematur


Ukuran bayi preterm kecil biasanya memiliki panjang badan kurang dari 47
cm. Kepala relatif besar, sutura terpisah jauh dan fontanella lebar.Muka tampak kecil
dan lemak pada pipi minimal.Kulitnya tipis, pink, berkilau, dan odem. Sering dilapisi
lanugo yang banyak dan sedikit verniks kaseosa. Lemak subkutannya rendah, nodul
payudara tidak ada atau lebarnya kurang dari 5 mm.Telinganya lembut dan datar
dengan kartilago telinga yang rendah. Testes tidak turun ke dalam skrotum, kurang
terpigmentasi dan rugoritas.Pada wanita, labia mayor tampak jauh terpisah sehingga
labia mayor dan klitoris dapat dilihat.Tidak terdapat garis- garis kaki yang dalam, atau
ada satu garis yang dalam yang melewati 1/3 anterior telapak kaki. Hipotonia dan
tangan kurang fleksi.

17
4.3.2 Fisiologi bayi prematur
Pada bayi prematur kita jumpai adanya immatur sistem saraf. Immatur sistem
saraf menyebabkan letargi dan inaktif, refleks menghisap dan menelan yang rendah
sehingga mengalami kesulitan makan.

Masalah pernafasan, respirasi condong dengan kedalaman dan kecepatan


irregular dan periode apnea selama beberapa detik.Refleks batu yang rendah
menyebabkan bayi prematur mudah terkena infeksi. Kadar surfaktan yang rendah
menyebabkan adanya respiratory distress syndrome. Surfaktan merupakan lipoprotein
paru – paru yang bila terjadi defisiensi , tegangan pada paru – paru tidak dapat
menurun.

Sistem pencernaan, ada kecenderungan terjadi regurgitasi karena inkompeten


dari kardiooesopharingeal dan kapasitas perut yang menurun.Fungsi hati yang
immatur menyebabkan hiperbilirubinemia, hipogilkemia, dan rendahnya detoksifikasi
obat – obatan.Pencernaan protein dan karbohidrat cukup sedangkan lemak sulit
diserap. Fungsi ginjal yang immatur, GFR dan konsentrasi dari tubulus ginjal rendah
sehingga mudah terjadi asidosis.

Pengaturan temperatur, adanya brown fat akan menghasilkan panas tetapi pada
bayi prematur kadar brown fat dalam tubuhnya sangat rendah sehingga dapat
menyebabkan hipotermia. Respon termik yang kurang juga dpat disebabkan oleh
asupan makanan yang kurang, konsumsi oksigen yang rendah, dan inaktif dari otot –
otot.

Sistem sirkulasi, penutupan duktus arteriosus dapat terlambat pada bayi


prematur. Sirkulasi periferal tidak adekuat, intrakranial hemorrhage dapat terjadi
karena autoregulasi dari aliran darah otak.

4.3.3 Pemeriksaan neonatus kurang bulan

18
Pemeriksaan yang dibutuhkan adalah penilaian maturitas fisik, neuromuiskular
seperti telah dijelaskan diatas. Pemeriksaan tambahan lain adalah pemeriksaan
laboratorium yaitu pemeriksaan darah tepi dengan hitung jenis, pemeriksaan glukosa
serial, pemeriksaan Na, K dan Ca serial, pengukuran bilirubin serial, gas darah arteri
dan CRP ( C- Reactive Protein) dan kultur biakan.

4.3.4 Penatalaksaan neonatus kurang bulan


Mempertahankan suhu optimal (36,5 – 37 C), neonatus kurang bulan
membutuhkan suhu lingkungan yang termonetral serta kelembaban udara 60%. Oleh
karena itu neonatus kurang bulan harus dirawat dalam inkubator atau dengan cara
teknologi tepat guna dengan perawatan lekat / metode kangguru, bayi akan
mendapatkan sumber panas melalui kontak langsung secara teru – menerus dari ibu
secara alami.

Memenuhi kebutuhan oksigen, neonatus kurang bulan membutuhkan tekanan


arterial O2 berkisar PaO2 50 – 80 cc Torr. Disini diperlukan monitoring analisa gas
darah (AGD) atau PO2 transkutan maupun dengan pulsa oksimetri (SiO2). Neonatus
kurang bulan dengan asfiksia ringan/ sedang, gangguan naas ringan, dapat diberikan
O2 konsentrasi lebih tinggi (>40%) melalui O2 inkubator, O2 head box, O2
sungkup/mask.

Memenuhi kebutuhan nutrisi, pada neonatus kurang bulan ada 6 hipo yang harus
kita cegah yaitu hipoglikemia, hipoksemia, hipotermi, hipovolemia, hipokalsemia,
hipoprotrombinemia. Pemberian multivitamin, energi yaitu glukosa, protein, lemak
dan nutrisi enteral.

Kebutuhan cairan menurut Cimmens(1998)


Berat badan Dektrose Cairan (cc/kgBB/hari)
(Kg) (gr/100cc) < 24 jam 24 – 48 jam >48 jam
<1 5 – 10 100-150 120-150 140 -190
1 – 1,5 10 80 - 100 100 -120 120 -160
>2 10 60-80 80-120 120 - 160

19
Kebutuhan Elektrolit
elektrolit Kebutuhan/kgBB/hari (mEq)
K 2 -3
Na 2-3
Cl 2-3
Ca 20 – 40
P 20 - 40
Mg 0,25 – 0,5

4.4 Asfiksia, hipotermi, hiperbilirubinemia dan anemia pada neonatus dan


penanganannya
4.4.1 Asfiksia
Asfiksia adalah suatu keadaan hipoksia yang progresif, akumulasi karbon
dioksida dan asidosis. Berbagai penyebab asfiksia pada bayi neonatus adalah faktor
maternal, fetal, dan faktor plasenta. Faktor maternal adalah sedasi, hipertensi,
eklampsia, akut hipertensi( darah, epidural), penyakit maternal seperti diabetes, umur
kurang dari 19 tahun atau umur lebih dari 35 tahun. Faktor fetal adalah obstruksi
(malpresentasi, ketidakseimbangan sefalopelvik), kehamilan ganda, prematur,
postmatur, pertumbuhan janin terhambat, dan hidrops fetalis. Faktor plasenta adalah
solusio plasenta, plasenta previa, perdarahan ke ibu atu ke saudara kembar yang satu.
Tahap awal asfiksia ditandai dengan periode pernafasan cepat, bunyi jantung
dan tekanan darah yang tinggi, kemudian diikuti oleh apnea primer. Asfiksia akan
menyebabkan retribusi aliran darah ke jantung, otak, dan adrenal agar kebutuhan
oksigen dan substrat organ – organ vital tersebut terpenuhi. Mekanisme terjadinya
retribusi tersebut melalui keadaan hipoksia dan meningkatnya CO2, meningkatnya
aktivitas simpatik, dan kemoreseptor, bersama – sama dan pelepasan vasopressin
arginin.

Hipoksia juga merangsang kemoreseptor, melalui regulasi nervus vagus, akan


menyebabkan bradikardi.Jika hipoksia berlanjut akan terjadi penurunan pH dan
asidosis metabolik. Jika asfiksia sangat berat akan terjadi gangguan auto regulasi
aliran darah ke otak dan jantung sehingga menyebabkan penurunan tekanan darahdan
curah jantung.Selama asfiksia berat aliran darah yang ke otak lebih banyak ke batang
otak daripada ke serebrum.Akibat pengiriman O2 yang rendah ke otak, maka akan

20
terjadi fokus injury di daerah kolateral korteks (parasagital korteks area). Akibat
redistribusi darah ke otak dan jantung, ginjal akan mengalami ischemic injury pada
tubulus ginjal yang proksimal.Jika proses berlanjut akan terjadi nekrosis epitel
tubulus.

Diagnosa asfiksia adalah dengan menggunakan APGAR score yaitu

Component
Score of 0 Score of 1 Score of 2
of Acronym
blue at extremities
no cyanosis
Skin color blue all over body pink Appearance
body and extremities pink
(acrocyanosis)
Heart rate absent <100 >100 Pulse
Reflex no response to grimace/feeble cry sneeze/cough/pulls away
Grimace
irritability stimulation when stimulated when stimulated
Muscle tone none some flexion active movement Activity
Breathing absent weak or irregular strong Respiratory
Interpretasi tanpa asfiksia = 8 – 10
Asfiksia ringan – sedang = 4 – 7
Asfiksia berat = 0 - 3

Penanganan asfiksia dimulai dengan TABC resusitasi.T, mempertahankan


temperatur dengan cara tersedianya sumber radiasi, mengeringkan bayi,
menggantikan kain basah. A, membuat jalur udara terbuka dengan cara posisi/ letak
bayi, suction/isap dari mulut, hidung, dan beberapa kasus termasuk trakea, jika perlu
masukkan tuba ET untuk meyakinkan jalan udara terbuka. B, inisiasi pernafasan
dengan stimulasi taktil untuk memulai pernafasan dan PPV kalau perlu menggunakan
kantung, mask, dan tuba ET. C, mempertahankan sirkulasi darah dan menekan dada/
oabat- obatan.

Tahap awal resusitasi, mencegah kehilangan panas.Bayi dengan kehilangan


panas akan meningkatkan metabolisme , kebutuhan oksigen meningkat, dan
metabolik asidosis. Komplikasi – komplikasi ini akan menyebabkan masalah serius
pada bayi asfiksia. Untuk mencegah kehilangan panas yaitu dengan sumber radiasi

21
panas , jika tidak ada kita bisa menggunakan lampu 200 watt atau ruangan dengan
pemanas yang cocok.Selain itu, mengeringkan bayi akan mencegah evaporasi.
Keuntungan tambahan yaitu menghasilkan stimulasi yang halus, dimana stimulasi ini
akan menginduksi dan membantu pernafasan tetapi jika terdapat mekonium, kita
tunda karena mekonium bisa masuk ke dalam trakea. Yang tidak kalah pentingnya
adalah menggantikan handuk yang sudah basah.

Posisi, letakkan gulunga handuk/ selimut dibawah bahu, naikkan ¾ sampai 1


inchi di atas matras. Sangat penting, jika bayi memiliki oksiput yang tinggi, odem
atau prematur. Jika banyak sekresi yang keluar dari mulut, ini akan membuat sekresi
terkumpul di mulut lalu lebih mudah dikeringkan.

Mengisap, jika tidak ada mekonium, mulut dan hidung harus diisap. Yang
pertama adalah mulut untuk meyakinkan bahwa bayi bisa bernafas jika bayi tersebut
harus bernafas ketika hidung diisap. Dapat menggunakan mukus aspirator/ suction
mekanik.Ukuran kateter suction harus diatur sehingga ketika tube dari suction
tertutup, tekanan negatif tidak lebih dari 100 mmHg da biasanya 80 mmHg.

Stimulasi taktil, pastikan aliran O2 bebas sebelum dilakukan stimulasi. Ada 2


cara yaitu: pertama dengan memukul atau menjentikkan kaki, biasanya 1 atau 2 kali
sudah stimulasi bayi dengan apnea primer, kedua dengan menggosong punggung
bayi. Tetapi jika taktil tidak berhasil maka kita lakukan PPV, jika taktil diteruskan
akan menimbulkan bahaya.

Kantung dan mask ventilasi, indikasi penggunaannya adalah jika stimulasi


taktil bayi tetap terengah – engah/ apnea, respirasi spontan tapi HR di bawah 100 x/
menit. Jika tetap sianosis pada bayi yang bernafas maka kita lakukan PPV.Jika bayi
tersebut mengalami hernia diafragmatika maka tidak boleh menggunakan kantung dan
mask ventilasi. Prosedurnya adalah leher anak harus diangkat untuk memastikan jalur
nafas terbuka lalu letakkan mask pada posisinya dan periksa apakah ada kebocoran

22
dengan cara ventilasi 2 atau 3 kali.Amati naik turunnya dada. Jika tidak naik, ikuti
tahap berikut ini:
aksi Perbaikan kondisi
Pemasangan balik mask Tidak baiknya segelan
Reposisi kepala bayi Tertutupnya jalan udara
Periksa sekresi, jika suction ada Tertutupnya jalan udara
Ventilasi mulut agar terbuka Tertutupnya jalan udara
Meningkatkan tekanan Tidak cukup tekanan

Jika tetap tidak naik, ambil kantung baru, periksa dan coba lagi. Jika dada naik
sudah normal, dan mulai ventilasi.Kecepatan ventilasi 40 – 60 nafas/menit, ikuti
pernafasannya. Panduan yang paling baik untuk melihat tekanan cukup apa tidak
adalah dengan mudah naik turunnya dada setiap bernafas.Biasanya dibutuhkan 30 -40
cm air lalu berikutnya 15 -20 cm air, setelah bayi mendapatkan 15 – 30 s ventilasi
100% O2, periksa HR dan ikuti.

HR tindakan
Diatas 100 Jika terdapat pernafasan spontan, lakukan
stimulasi taktil dan monitor HR, respirsi
dan warna kulit. Jika tidak bernafas atau
terengah- engah, lanjutkan ventilasi.
60 sampai 100 dan meningkat Lanjutkan ventilasi.
60 sampai 100 dan tidak meningkat Lanjutkan ventilasi dan periksa
kecukupan ventilasi. Mulai kompresi
dada, jika HR kurang dari 60x/menit.
Dibawah 60 Lanjutkan ventilasi dan mulai kompresi
dada.

Tiga tanda perbaikan adalah jika kita menemukan HR yang meningkat, terjadi
respirasi spontan dan meningkatnya warna.

Kompresi dada, untuk meningkatkan sirkulasi dan O2 temporer. Kompresi


dada haru disertai dengan ventilasi O2 untuk memastikan darah bersirkulasi mendapat
oksigenasi selama kompresi dada. Indikasi dilakukannya kompresi dada adalah jika
setelah 15 – 30 s PPV dengan 100% O2 jika mendapatkan HR kurang dari 60 x/ menit

23
atau antara 60 – 80 x/ menit dan tidak adanya peningkatan. Jika HR 80 x/ menit,
kompresi dada tidak dilanjutkan. Prosedur, terdapat 2 teknik, teknik ibu jari dan
teknik 2 jari. Teknik ibu jari adalah dengan dua ibu jari digunakan untuk menekan
sternum dengan tangan mengitari dada dan jari lain menahan punggung.Teknik 2 jari,
jari tengah dengan jari telunjuk/ jari manis digunakan untuk menekan sternum, tangan
lain digunakan menahan punggung bayi jika permukaan tidak keras.

Penekanan dilakukan 2/3 sternum, jangan sampai xyphoid ( bagian paling


bawah sternum), unutk mengetahui lokasi, bayangkan ada garis antara kedua nipple,
2/3 sternum tepat dibawah garis ini. Penekanan sternum ½ sampai ¾ inchi lalu
dilepaskan tekanan refil dari jantung. Ventilasi harus mengikuti kompresi
dada.Penting untuk mengetahui darah yang bersirkulasi efektif dengan dada melalui
pulse karotis/ femur harus diperiksa secara periodik.Bahaya dari tindakan ini adalah
patah tulang rusuk, laserasi hati, dan pneumotoraks.Evaluasi, setelah 30 s kompresi
dan periksa HR.

ET (Endotrakeal Intubation), hanya sedikit neonatus yang membutuhkan


ET.Indikasi dilakukannya ET adalah ketika tekanan positif yang memanjang dari
ventilasi yang dibutuhkan, kantung dan mask ventilasi tidak efektif, suction trakea
diperlukan,dan hernia diafragmatika. ET tergantung berat dan umur gestasi bayi.
Ukuran tuba Berat (g) Umur kehamilan (minggu)
Diameter dalam (mm)
2,5 <1000 < 28
3,0 1000 - 2000 28 – 34
3,5 2000 - 3000 34 – 38
4,0 > 3000 > 38

Prosedurnya dengan meletakkan bayi pada permukaan datar dengan leher


agak dinaikkan, berdiri di dekat bayi, laringoskop dipegang dengan tangan kiri antara
ibu jari dan 3 jari pertama, bladenya dimasukkan melalu mulut, angkat blade dan
amati, epiglotis dan glotis juga harus diamati, ketika glotis dan pita suara sudah
tampak, ET dimasukkan sampai glotis maka posisikan anata pitasuara dengan carina.

24
Obat, jika gagal ventilasi dan kompresi dada maka digunakan obat – obatan.
Rute medikasi, jika vena pada kulit kepala / ekstremitas sulit dilakukan saat resusitasi
maka vena umbilikus dengan memasangkan kateter. Injeksi intra kardial tidak
direkomendasikan pada neonatus. Injeksi langsung pada korda umbilikus tidak boleh
dilakukan. Contoh obat – obatan yang digunakan adalah epinefrin, ringer laktat,
normal saline, naloxone, dopamin, dll...

4.4.2 Hipotermi
Neonatus mudah mengalami hipotermi karena luas permukaan yang luas dan
ketebalan kulitnya yang rendah. Beberapa definisi hipotermi adalah suhu optimal
neonatus atau bayi baru lahir adalah 37 C dengan rentang terendah 36,5 dan tertinggi
37,5C, bayi mengalami cedera dingin apabila suhu tubuh bayi kurang dari suhu
optimal yaitu 36,4 – 36 C, hipotermi sedang apabila suhu bayi antara 35,9 – 32 C dan
hipotermi berat apabila suhu BBL dibawah 32 C.

Penyebab terjadinya hipotermi adlah pertolongan dan perawatan yang tdak


tepat segera setelah lahir seperti : terlalu cepat memandikan bayi, terlambat
membungkus bayi, dan dipisahkannya bayi dari ibu segera setelah lahir, suhu kamar
bersalin dan kamar bayi yang rendah, berat badan lahir rendah, asfiksia, hipoksia,
infeksi, trauma lahir, cacat bawaan, ibu mendapat obat – obat anestesi, dan rujukan
bayi yang tidak mempertahankan kehangatan bayi.

Patofisiologi hipotermi, pada keadaan normal suhu tubuh bayi dipertahankan


37 C ( 36,5 C – 37 C) yang diatur oleh SSP (sistem termostat) yang terletak di
hipotalamus. Perubahan suhu akan mempengaruhi sel – sel yang sangat sensitif di
hipotalamus( chemosensitive cells).Pengeluaran panas dapat melalui keringat, dimana
kelenjar – kelenjar keringat dipengaruhi serat – serat kolinergik dibawah kontrol
langsung hipotalamus. Melalui aliran darah di kulit yang meingkat akibat adanya
vasodilatasi pembeluh darah dan ini dikontrol oleh saraf simpatik. Adanya ransangan
dingin yang di bawa ke hipotalamus sehingga akan timbul peningkatan produksi
panas melalui mekanime yaitu nonshivering thermogenesis dan meningkatkan

25
aktivitas otot. Akibat adanya perubahan suhu sekitar akan mempengaruhi kulit.
Kondisi ini akan merangsang serabut – serabut simpatik untuk mengeluarkan
norepinefrin. Norepinefrin akan menyebabkan lipolisis dan reseterifikasi lemak
coklat, meningkatkan HR dan O2 ke tempat metabolisme berlangsung, dan
vasokonstriksi pembuluh darah dengan mengalihkan darah dari kulit ke organ untuk
meningkatkan termogenesis.

Tanda dan gejala hipotermia adalah 1.vasokonstriksi perifer dapat dilihat


akrosianosis, ekstremitas dingin dan menurunnya perfusi perifer, 2. depresi CNS :
letargi, bradikardi, apnea, dan kesulitan makan, 3. meningkatnya metabolisme:
hipoglikemia, hipoksia, asidosi metabolik, 4. meningkatnya tekanan arteri pulmoner:
RDS, dan takipnea, 5. ciri ciri kronik : kehilangan betrat badan.

Diagnosis dengan cara ukur temperatur dengan menggunakan termometer,


letakkan di aksilla ( rektal hanya dilakukan satu kali untuk menghilangkan adanya
kemungkinan anus imperforata) butuh 3 menit. Proses kehilangan panas telah
dijabarkan diatas. Ada buku yang menuliskan bahwa apabila kaki bayi hangat dan
berwarna pink maka dikatakan normal. Apabila kaki dingin dan abdomen hangat
maka dikatakan cold stress, dan apabila kaki dan abdomen dingin maka hipotermi.

Klasifikasi hipotermia / hipertemia.


Temuan*
Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi
- Bayi terpapar suhu - Suhu Tubuh 32 oC- Hipotermia sedang
lingkungan yang 36,4oC
rendah - Gangguan napas
Waktu timbulnya kurang - Denyut jantung
dari 2 hari kurang dari 100
kali/menit
- Malas minum

26
- Letargi

- Bayi terpapar suhu - Suhu tubuh < 32 oC Hipotermia berat


lingkungan yang - Tanda hipotermia
rendah sedang
- Waktu timbulnya - Kulit teraba keras
kurang dari 2 hari - Napas pelan dan
dalam
- Tidak terpapar - Suhu tubuh Suhu tubuh tidak
dengan dingin atau berfluktuasi antara stabil (pertimbangkan
panas yang 36 oC – 39 oC dugaan sepsis)
berlebihan meskipun berada di
suhu lingkungan
yang stabil
- Fluktuasi terjadi
sesudah periode
suhu stabil
- Bayi berada - Suhu tubuh > 37, 5 Hipertermia
dilingkungan yang oC
sangat panas, - Tanda dehidrasi
terpapar sinar (elastisitas kulit
matahari, berada di turun, mata dan
dalam inkubator, ubun-ubun besar
atau di bawah cekung, lidah dan
pemancar panas. membran mukosa
kering)
- Malas minum
- Frekuensi napas >
60 kali. Menit
- Denyut jantung >
160 kali/ menit

27
- Letargi
- Iritabel

*Diagnosis pada kolom sebelah kanan tidak dapat ditegakkan apabila temuan
yang dicetak tebal tidak dijumpai pada bayi. Adanya temuan yang dicetak tebal,
juga tidak menjamin diagnosis tegak. Diganosis ditegakkan hanya bila didapat
temuan yang dicetak miring. Temuan lain yang dicetak tegak merupakan
penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosis, tetapi bila tidak
dijumpai tidak dapat digunakan untuk menyingkirkan diagnosis.
Buku Panduan Manajemen Bayi Bayi Baru Lahir (Depkes, 2004)

Penatalaksanaan bayi hipotermi adalah di ruang bersalin : berikan lingkungan


hangat yaitu lingkungan yang bebas dari aliran udara yang bertiup, keringkan bayi
segera, kontak kulit dengan kulit bersama ibu secara langsung dapat berfungsi sebagai
sumber panas, selimuti ibu dengan bayinya sekaligus atau tutupi dengan kain,
gunakan radiant warmer pada saat lahir untuk semua neonatus dari ibu yang
mempunyai faktor risiko atau menunjukkan tanda stres intrapartum atau nilai Apgar
rendah, gunakan topi bayi, jika ada, untuk menutupi bagian kepala.

Cara penggunaan radiant warmer , bayi tidak menggunakan pakaian, kecuali


popok, dan diletakkan tepat dibawah penghangat di dalam radiant warmer, probe
pengukur suhu diletakkan rata di kulit neonatus, biasanya di bagian kanan perut, suhu
servo diatur 36,5°C, suhu diukur setiap 30 menit atau sesuai instruksi dokter untuk
menentukan bahwa suhu neonatus berada pada kisaran yang tepat.

Perawatan dalam inkubator, pastikan bahwa semua petugas yang terlibat


dalam perawatan ini mampu menggunakan inkubator dengan benar, memantau suhu
bayi, dan menyesuaikan suhu inkubator untuk mempertahankan lingkungan suhu
netral (NTE).Inkubator memerlukan pasokan listrik yang tidak terputus, petugas
terlatih untuk pemeliharaan dan perbaikan, serta ketersediaan suku cadang untuk
perbaikan.Perhatikan lokasi inkubator di ruang bayi. Inkubator harus jauh dari jendela

28
yang tidak bisa ditutup rapat. Suhu ruangan harus tepat dan tiupan angin
minimal.Catatan: Jika inkubator terkena sinar matahari langsung atau lampu
fototerapi digunakan, pemantauan suhu neonatus dan penyesuaian suhu inkubator
perlu sering dilakukan untuk mencegah pemanasan yang berlebihan. Jika neonatus
memerlukan perawatan dalam inkubator, penting untuk menganjurkan orang tua bayi
berkunjung dan memeluknya sesering mungkin, dan memanfaatkan kontak kulit
dengan kulit agar suhunya stabil.Suhu neonatus harus dipantau secara berkala, setiap
4 jam atau sesuai instruksi dokter untuk mempertahankan suhu tubuh 36,5 – 37,5°C.
Lubang jendela inkubator sedapat mungkin harus digunakan saat melakukan
perawatan neonatus, dan tidak dengan membuka pintu inkubator yang lebih besar.

SUHU INKUBATOR

BERAT SUHU INKUBATOR (OC) MENURUT UMUR


LAHIR 35oC 34 oC 33 oC 32 oC
<1500 g 1-10 hari 11hari- 3 minggu 3-5 minggu >5 minggu

1500-2000 g 1-10 hari 11 hari –4 minggu >4 minggu

2100 – 2500 g 1-2 hari 3 hari – 3 minggu >3 minggu

>2500 g 1-2 hari > 2 hari

Perawatan dengan metode kangguru dengan cara


• Menghangatkan/mempertahankan bayi pada suhu normal
• Memperlancar ASI/ Menfasilitasi menyusui
• Meningkatkan durasi menyusui
• Meningkatkan BABY BONDING

Warm chain
• Ruang bersalin yang hangat • menunda mandi
(>25°C) • pakaian yang cukup

29
• Resusitasi yang hangat • kebersamaan ibu dan anak
• Pengeringan bayi • transportasi yang hangat
• Kontak kulit ke kulit • pelatihandan kewaspadaan tenaga
• menyusui medis

4.4.3 Hiperbilirubinemia
Ikterus neonatorum adalah disklorasi kulit , mukosa membran dan sklera oleh
karena peningkatan kadar bilirubin dalam serum ( >2 mg/dL).Ikterus secara klinis
akan tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah 5 – 7 mg/dl.

Faktor – faktor yang mempengaruhi kadar bilirubin adalah genetik: pada


orang asia biasnya kadar bilirubinnya lehib tinggi, kejadian perinatal misalnya pada
keadaan terlambatnya jepitan tali pusat, lahir dengan vakum,dll.., penyakit ibu seperti
ibu menderita diabetes melitus, dan obat – obatan yang dikonsumsi oleh ibu hamil
contoh ibu yang menggunakan oksitosin.

Klasifikasi ikterus neonatorum


1. ikterus fisiologis
ikterus yang timbul pada bayi cukup bulan dengan kadar bilirubin meningkat perlahan
– lahan dan mencapai puncak antara 6 sampai 8 mg/dl pada hari ketiga dan keempat,
sebagian besar hari ke 5 , 12mg/dl masih dalam kisaran fisiologis.Pada bayi kurang
bulan mempunyai nilai puncak antara 10 sapai 12 mg/dl, bahkan sampai 15 mg/dl.
Pada bayi cukup bulan atau kurang bulan akumulasi bilirubin 5 mg/dl/24 jam.
2. ikterus patologis
ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan. Meningkat atau akumulasi bilirubin
serum > 5 mg/dl/hari. Kadar bilirubin total serum > 17mg/dl pada bayi yang
mendapat ASI.Ikterus menetap setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14
hari pada bayi kurang bulan. Kadar bilirubin direk > 2 mg/dl.

30
Patofisiologi ikterus ada 5 yaitu pertama, pembentukan bilirubin yang
meningkat. Suplai bilirubin tidak terkonjugasi meningkat sehingga terdapat
peningkatan pembentukan urobilinogen yang akan di eksresikan ke urin dan
meningkatnya ekskresi sterkobilin ke feses.kedua, defek pengambilan bilirubin.
Menurunnya ligandin, pengikatan akseptor y dan z protein oleh anion lain atau asupan
kalori yang berkurang pada 24 sampai 72 jam pertama kehidupan. Ketiga, defek
konjugasi bilirubin. Gangguan konjugasi di dalam sel hati oleh karena menurunnya
aktivitas enzim glukoronil transferase.Hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi bersifat
sementara akibat immaturitas enzim. Dengan phenobarbital, aktivitas enzim
glukoronil transferase akan meningkat.Keempat, eksresi bilirubin yang rendah dan
kelima campuran seperti kadar bilirubin yang meningkat karena produksi yang tinggi
dan eksresi yang rendah pada keadaan sepsis, infeksi neonatorum, asfiksia,dll...

Pemeriksaan hiperbilirubinemia bisa dengan menggunakan iketrometer dari


kramer atau dengan bilirubinometer. Selain itu bisa dengan pemeriksaan bilirubin
total dan direk, CBC dan hitung retikulosit,golongan darah dan rhesus ibu dan bayi,
test coomb, kadar serum albumin, tes urin, radiologi untuk melhat ada atau tidak
kerusakan usus, Transcutaneous bilirubimentry (TcB) untuk mengukur derajat kuning
dengan mengunakan refleksi gelombang selektif, Expired carbon monoxide breath
analyzer.

Penatalaksaan dengan pencegahan sejauh mungkin terhadap prematur, asupan


cairan cukup dan fototerapi. Dengan fototerapi akan mengubah bilirubin larut lemak
menjadi dipiroll larut air. Bayi dalam keadaan telanjang dalam inkubator ( mata dan
testis ditutup dengan penutup yang tidak tembus cahaya).jarak bayio dengan lampu 45
– 50 cm. Bagian bawah unit foto terapi ditutupi lapisan termoplastik setebal 0,25
inci.Posisi bayi diubah – ubah dalam waktu 24 jam 3 posisi. Ukur suhu bayi setiap
dua jam, waktu minum foto terapi di berhentikan dulu. Selama penyinaran ibu
diizinkan kontak dengan bay, pantau keseimbangan cairan dan elektrolit( timbang
berat badan 2 kali sehari). Periksa kadar bilirubin total setiap 12 – 24 jam dan berikan
minum yang lebih 10 – 15 ml/kgBB. Kalau fototerapi tidak memberikan respon maka
lakukan transfusi.

31
Usia Pertimbangkan Terapi sinar Transfusi Transfusi
(jam) terapi sinar tukar tukar dan terapi sinar
25-48 >12mg/dL*(>200 >15mg/dL*(>250 >20mg/dL*(>340 >25
μmol/L) μmol/L) μmol/L) mg/dL*(>425
μmol/L)
49-72 >15mg/dL*(>250 >18mg/dL*(>300 >25 >30
μmol/L) μmol/L) mg/dL*(>425 mg/dL*(>510
μmol/L) μmol/L)
>72 >17mg/dL*(>290 >20 >25 >30
μmol/L) mg/dL*(>340 μmol/L) mg/dL*(>425 mg/dL*(>510
μmol/L) μmol/L)
*1 mg/dL=17 μmol/L (kadar lebih rendah digunakan utk neonatus sakit dan
prematur.

4.4.4 Anemia
Terdapat selama periode neonatus ( 0 – 28 hari) pada bayi dengan usia gestasi
lebih dari 34 minggu yang diindikasikan dengan Hb < 13 g/dl ( vena) atau Hb < 14,5
g/dl 9 kapiler). Patofisiologi,ada 3 proses yaitu kehilangan sel darah merah,
meningkatnya destruksi sel darah merah dan menurunnya produksi sel darah merah
atau anemia hipoplastik. Kadar normal CBC telah dijabarkan pada penjelasan
sebelumnya. Pemeriksaan yang dibutuhkan adalah CBC, kultur darah dan apusan
darah tepi.

4.5 Metabolisme bilirubin dan mekanisme Preeklampsia menyebabkan


prematur
4.5.1 Metabolisme bilirubin
Bilirubin berasal dari pemecahan protein yang mengandung heme di sistem
retikuloendotelial. Neonatus memproduksi bilirubin 6 – 10 mg/kgBB/hari, sedangkan
orang dewasa 3 – 4 mg/kgBB/hari. Sumber bilirubin yaitu protein yang mengandung
heme terutama Hb darah dan early labeled bilirubin yaitu dihasilkan dari pelepasan
hemoglobin dari eritropoesis yang tidak efektif dalam sum sum tulang, protein yang
mengandung heme di jaringan ( mioglobin, sitokrom, katalase, dan peroksidase) dan
dari heme yang bebas.

32
Metabolisme bilirubin diawali dengan cincin heme dari protein yang
mengandung heme dioksidasi di sel retikuloendotelial menjadi biliverdin oleh enzim
mikrosomal heme oksigenase.Reaksi ini melepaskan karbonmonoksida (CO) untuk
diekskresikan oleh paru – paru dan besi (untuk digunakan kembali).Biliverdin
kemudian direduksi menjadi bilirubin oleh enzim bilirubin reduktase.Katabolisme 1
mol hemoglobin menghasilkan 1 mol CO dan 1 mol bilirubin.Peningkatan produksi
bilirubin dapat diukur dari eksresi CO, dan kejadiannya meningkat pada bayi – bayi di
Asia, penduduk asli Amerika dan Yunani.

Metabolisme bilirubin terdiri dari pertama transportasi bilirubin.Bilirubin


bersifat non polar dan tidak larut dalam air. Bilirubin ditransportasikan ke sel hati
dengan berikatan dengan albumin. Bilirubin yang berikatan biasanya tidak masuk ke
dalam sistem saraf pusat dan disebut bilirubin non toksik.

Kedua, pengambilan bilirubin oleh sel hati. Bilirubin non polar dan larut
dalam lemak( setelah berdisosiasi dari albumin) akan melewati membran plasma dan
berikatan teruatama dengan ligandin sitoplasma ( protein Y) untuk kemudian dibawa
ke retikulum endoplasma halus.

Ketiga, konjugasi. Bilirubin tak terkonjugasi( indirek) dikonversikan menjadi


bilirubin direk di dalam retikulum endoplasma oleh enzim uridin difosfat glukoronil
transferase (UDPG-T).Bilirubin monoglukoronida akan dikonjugasi menjadi bilirubin
diglukoronida. Bentuk Bilirubin monoglukoronida dan bilirubin diglukoronida dapat
diekskresikan ke dalam kanalikuli empedu.

Keempat, ekskresi.Bilirubin direk pada saluran empedu akan memasuki


saluran pencernaan dan kemudian dieliminasidari tubuh melalui feses.Bilirubin direk
pada keadaan normal tidak dari usus kecuali jika dikonversi kembali menjadi bilirubin

33
indirek oleh enzim beta glukoronidase dan kemudian di transportasi kembali ke hati
kejaian ini disebut siklus enteropati.

4.5.2 Mekanisme preklampsia menyebabkan prematur


Preeklampsia ditandai dengan adanya tekanan sistol > 140mmHg dan tekanan
diastolik > 90 mmHg, odem, kenaikan berat badan > 0,5 kg/ minggu dan adanya
proteinuri.
Imunitas,genetik, vaskular dari
Banyak trofoblas

Inadekuat invasi dari trofoblas

Insufisiensi plasenta

Meningkat VEGF ( Vascular endotel Growth Factor) dan


menurun PIGF ( Platelet Inhibitor Growth Factor)

percabangan angiogenesis

gangguan remodelling vaskular

plasenta asfiksia berkepanjangan

lokal PIGF turun , sistemik PIGF turun


VEGF naik VEGF naik

Gangguan angiogenesis naik faktor sirkulasi


Seperti IL- 6, TNF alfa

Aktifasi platelet dan netrofil

Nekrosis plasenta , persalinan pre term

BAB V
ULASAN

34
Ada beberapa hal masih belum jelas dalam hal, apakah bayi dari Ibu Dede
mengalami hiperbilirubinemia yang fisiologis atau patologis? Setelah mendapat
penjelasan dari pakar , bayi tersebut mengalami hiperbilirubinemia yang patologis
karena apabila kita temukan kadar bilirubin yang meningkat dan penyakit – penyakit
lain maka digolongkan ke dalam patologis.

Bagaimana hiperbilirubinemia terjadi pada bayi prematur? Untuk pertanyaan


ini telah dibahas diatas. Mengapa bayi hipotermi atau hipertermi sulit minum? Setelah
mendapat penjelasan dari pakar dijelaskan bahwa ini disebabkan oleh hipotermi atau
hipertermi menyebabkan energi yang dihasilkan rendah sehingga bayi tersebut sulit
minum ( minum juga membutuhkan energi untuk menggerakan otot – otot wajah).

Kenapa pada neonatus bisa ditemukan kortikosteroid di urinnya? Setelah


mendapat penjelasan dari pakar dijelaskan bahwa ini disebabkan oleh adanya stress
pada bayi baru lahir yang menyebabkan hipoksia.Hipoksia akan merangsang medulla
adrenal mengeluarkan kortikosteroid dan kortikosteroid akan dikeluarkan melalui urin
( kadar rendah).

Kenapa hipotermi pada neonatus dapat menyebabkan trombositopenia?


Setelah mendapat penjelasan dari pakar dijelaskan bahwa ini disebabkan oleh respon
dingin dan terjadinya gagal kompensasi yang akan menyebabkan hipotermi
selanjutnya gangguan hematopoetin dan akhirnya terjadi anemia, trombositopenia
dll...

Apakah otak bayi prematur bisa menyamai otak bayi normal? Setelah
mendapat penjelasan dari pakar dijelaskan bahwa otak bayi prematur bisa menyamai
otak bayi normal karena pada bayi prematur ada yang disebut dengan tumbuh kejar
( cacth up route).

Bagaimana transfusi tukar dapat dilakukan? Setelah mendapat penjelasan dari


pakar dijelaskan bahwa transfusi tukar dilakukan dengan menggantikan darah bayi
dengan darah donor sebanyak 90%. Pemberian transfusi tukar dapat dilakukan dengan
prinsip adanya rebound phenomenon yaitu bilirubin yang ada di jaringan bisa kembali
ke darah.

BAB VI
KESIMPULAN

35
Ibu Dede mengalami preeklampsia sehingga menyebabkan bayinya lahir
prematur. Prematuritas menyebabkan terjadinya hipoksia, hipotermi,
hiperbilirubinemia dan diperlukan penanganan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

36
Habel,Alex.Neonatology.Synopsis of Pediatric.Oxford: Butter Worth Heineman
Ltd.1993.35 - 37.46 – 55.

Koops, Beverly L dan Frederic C Battaglia. The Newborn Infant. C Henry kempe,
Henry K Silver, dan Donough O’Brien.Current Pediatric Diagnosis and
Treatment.London: Lange Medical Publication.1980.46-52.

Narendra,Aurora, Bagga Arvid, dkk.Newborn Infant.Op Ghai, Pyush Gupta, dan


VK.Paul.Essential Pediatric GHAI.New Delhi : Mehta Publisher.2002.117-121.130-
133.

Sukardi, Abdurachman.Perinatologi,Ikterus Neonatorum,Asfiksia Neonatorum.


Perinatologi.Bandung: Bagian SMF Ilmu Kesehatan Anak.2002.9-26.64-72.85-94.

Usman,H.Ali. Termoregulasi : Hipotermi,BBLR.Perinatologi.Bandung: Bagian SMF


Ilmu Kesehatan Anak.2002.104-112.147-162.

www.Wikipedia/apgar

37

Anda mungkin juga menyukai