Anda di halaman 1dari 3

NUANSA BUDAYA INDONESIA Oleh Destriani Hamidah Indahnya negeri ini dalam buaian ibu pertiwi negri ini

di penuhi dengan keberagaman nuansa keindahan budaya indonesia Bangsa ini kaya akan budaya penuh dengan symphoni yang indah mengapa tidak kita lestarikan ? mengapa tidak kita pertahankan ? Ini bangsa kita.. ini negri kita.. ini kebudayaan kita.. kita hidup, kita dewasa dalam negeri tercinta ini Kini saatnya untuk kita saling bersatu saling melestarikan budaya saling menjaga apa yang akan kita lestarikan dan mempertahankan nuansa budaya indonesia.

PEMUDA UNTUK PERUBAHAN Puisi Ananda Rezky Wibowo Indonesia Menangis bahkan tercabik dengan hebatnya penguasanya korupsi tak peduli rakyatnya mengemis Kesejahteraan tinggallah angan keadilan hanyalah khayal kemerdekaan telah terjajah yang tersisah hanya kebodohan Indonesiaku, Indonesia kalian jangan hanya tinggal diam kawan mari bersatu ambil peranan sebagai pemuda untuk perubahan...

Lelaki di Tepi Ampera

bukan mengenang para tumbal yang jatuh lalu hanyut di deras musi lelaki-lelaki itu melontar impian ke air agar seekor ikan saja terkail tapi berapa angka waktu lepas tak seteri pun tertipu umpan dan lelaki-lelaki itu semakin remang di bawah warna-warni lelampu dan kendaraan yang menderu mungkin para ikan sudah tualang setelah musi tak dilalui kapal dan tongkang? bisik kail dan sampah juga yang tersesat di mata kail seperti ingin mengganti nasib ikan menjauhlah sampah, dan boleh datang setelah kail tersangkut di mulut ikan tapi lelaki-lelaki itu telah menghabiskan sejumlah angka waktu ikan-ikan sudah lama berlalu 300410; 03.20 Anak Palembang, 1 mencicipi teri dari musi terkenang cecap pertama kali pada lidahmu. di kota yang sudah berapa kali kusinggahi, aku masih tak fasih mengeja basa ibu sampai aku tersasar di bukit siguntang sebagai petualang tak pernah pulang sebab lupa jalan ahai, aku bukan anak palembang kesusu di pintu siguntang layaknya si gelandangan aku bukan anak palembang tapi kerap meminum cuka tanpa pempek

aku rindu anak palembang bermalas-malas di bibir jembatan menunggu kisah anak maritim bangun bandar dan dermaga di pinggir musi Pinggir Musi kau berperahu hanya sandar lampu menembus gelap dan hujan ke ilir ~~ tapi tak lagi kulihat sampaimu ~~ kau menyeberang dari pasar malam di benteng kuto besak sehabis melempar gelang-gelang: membuang harapan berapa lembar rupiah terikat di gelang-gelang itu, hingga tak kembali ke saku? pulang hanya membawa mainan sebagai buah tangan untuk si anak pujaan dayung cepat perahu agar cepat berlabuh tak penting sandar di ilir atau hulu, katamu bersuara keras perahu bersandar lampu di mana akan berlabuh? tempat sandar hilang bandar! plb 300410

Anda mungkin juga menyukai