Anda di halaman 1dari 15

Pendahuluan Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain meningkatnya

prevalesni hipertensi, masih banyaknya pasioen hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Epidemiologi Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah, dimana baik hipertensi sistolik dan diastolic maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolic sering timbul pada lebih dari separuh orag yang berusia > 65 tahun. Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat dalam decade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi (pola kurva mendatar), dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34 % dari seluruh pasien hipertensi. Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari Negara Negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999 2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29 31 %, yang berarti terdapat 58 65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES III tahun 1988 1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95 % dari seluruh kasus hipertensi. Definisi Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer, untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab sebab yang diketahui. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7 Klasifikasi Tekanan Darah Normal Prahipertensi Hipertensi derajat 1 Hipertensi derajat 2 TDS (mmHg) < 120 120 139 140 159 >160 TDD (mmHg) < 80 80 89 90 99 >100

Masih ada beberapa klasifikasi dan pedoman penanganan hipertensi lain dari WHO dan ISH, dari ESH, BSH, serta CHEP, tetapi umumnya digunakan JNC 7.

Anamnesis Dari anamnesis dapat kita peroleh keterangan-keterangan dari pasien. Pada kasus hipertensi kita dapat memperoleh hal yang penting dari anamnesis seperti: Anamnesis meliputi : 1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah 2. Indikasi adanya hipertensi sekunder a. Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik) b. Adanya penyakt ginjal, infeksi saluran kemih, hematuria, pemakaian obat obat analgesic dan obat/bahan lauin c. Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi (feokromositoma) d. Episode lemah otot dan tetani (alosteronisme) 3. Faktor faktor risiko : a. Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien b. Riwayat hyperlipidemia pada pasien atau keluarganya c. Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarganya d. Kebiasaan merokok e. Pola makan f. Kegemukan 4. Gejala kerusakan organ a. Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic attacks, deficit sensoris atau motoris b. Jantung : palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki c. Ginjal : poliuri, nokturia, hematuria d. Arteri perifer : ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten 5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya 6. Faktor faktor pribadi, keluarga, dan lingkungan

Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dikedua lengan. mencari kerusakan organ sasaran ( retinopati, gangguan neurologi, payah jantung kongestif, diseksi aorta ). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas. Auskultasi untuk mendengar ada atau tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru. Pengukuran Tekanan Darah

Dalam

rekomendasi

pengukuran

TD

dari

Canadian

Hypertension

Education

Program(CHEP,2009) dilakukan pengukuran minimal 3 kali pada posisi duduk dengan jarak pemeriksaan minimal 1 menit. Pengukuran pertama diabaikan,kemudian diambil nilai rata-rata dari dua pengukuran selanjutnya.TD saat berdiri juga harus diukur setelah pasien berdiri 2 menit,demikian pula bila pasien memiliki keluhan hipotensi ortrostatik. Pengukuran TD sebaiknya dilakukan pada kedua lengan pada minimal 1x kunjungan. Bila salah satu lengan secara konsisten menunjukkan TD yang lebih tinggi, maka lengan tersebut sebaiknya digunakan sebagai patokan untuk pengukuran maupun interpretasi TD. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi : Test darah rutin Glukosa darah (sebaiknya puasa) Kolesterol total serum Profil lipid Asam urat, kreatinin, kalium serum Hemoglobin dan hematocrit Urinalisis (uji carik celup serta sedimen urin) EKG

Pemeriksaan lain pada penanganan hipertensi : EKG USG karotis (dan femoral) C-reactive protein Mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urin Proteinuria kuantitatif (jika uji carik positif) Funduskopi (pada hipertensi berat)

Patogenesis Hipertensi esensial adalah penyakit multifactorial yang timbul terutama karena interaksi antara faktor faktor risiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah : 1. Faktor risiko seperti : diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok, genetis 2. System saraf simpatis a. Tonus simpatis

b. Variasi diurnal 3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi da vasokontriksi : endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan interstisium juga memberiksan konttribusi akhir 4. Pengaruh system otokrin setempat yang berperan pada system renin, angiotensin dan aldosterone. Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah yang mempengaruhi rumus dasar Tekanan Darah = Curah Jantung x Tahanan Perifer. Kerusakan Organ Target Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah : 1. Jantung a. Hipertrofi ventrikel kiri b. Angina atau infark miokardium c. Gagal jantung 2. Otak a. Stroke atau transient ischemic attack 3. Penyakit ginjal kronis 4. Penyakit arteri perifer 5. Retinopati Beberapa penetliaian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor ATI angiotensin II, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase, dan lain lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor beta (TGF-B). Adanya kerusakan organ target, terutama pada jantung dan pembuluh darah, akan memperburuk prognosis pasien hipertensi. Tingginya morbiditas dan mortalitas pasien hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyakit kardiovaskular. Faktor risiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi antara lain adalah : Merokok Obesitas Kurangnya aktivitas fisik

Dyslipidemia Diabetes mellitus Mikroalbuminuria atau perhitungan LFG <60 ml/menit Umur (laki laki >55 tahun, perempuan 65 tahun) Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular premature (laki laki <55 tahun, perempuan <65 tahun)

Pasien dengan prehipertensi berisiko mengalami peningkatan tekanan darah menjadi hipertensi. Mereka yang tekanan darahnya berkisar antara 130 139 / 80 90 mmHg dalam sepanjang hidupnya akan memiliki dua kali risiko menjadi hipertensi dan mengalami penyakit kardiovaskular daripada yang tekanan darahnya lebih rendah. Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik >140 mmHg merupakan faktor risiko yang lebih penting untuk terjadinya kardiovaskular daripada yang tekanan darah diastolic : Risiko penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115.75 mmHg, meningkat dua kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg Risiko penyakit kardiovaskular bersifat kontinyu, konsisten, dan independen dari faktor risiko lainnya Individu berumur 55 tahun memiliki 90% risiko untuk mengalami hipertensi. Evaluasi Hipertensi Evaluasi pada pasien hipertensi bertujuan untuk :1. Menilai pola hidup dan identifikasi faktor faktor risiko kardiovaskular lainnya atau menilai adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan. 2. Mencari penyebab kenaikan tekanan darah . 3. Menentukan ada tidaknya kerusakan target organ dan poenyakit kardiovaskular. Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik serta poemeriksaan penunjang. Evaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya oenyakit penyerta sistemik, yaitu : Aterosklerosis (melalui pemeriksaan profil lemak) Diabetes (melalui pemeriksaan gula darah) Fungsin ginjal (dengan pemeriksaan proteinuria, kreatinin serum, serta memperkirakan laju filtrasi glomerulus)

Pada pasien hipertensi beberapa pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan organ target dapat dilakukan secara rutin, sedang pemeriksaan lainnya hanya dilakukan bila ada kecurigaan yang didukung oleh keluhan dan gejala pasien. Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya keruksan organ target meliputi : 1. Jantung Pemeriksaan fisik Foto polos dada (untuk melihat pembesaran jantung, kondisi arteri intratoraks dan sirkulasi pulmoner) EKG (deteksi iskemia jantung, gangguan konduksi, aritmia, serta hipertrofi ventrikel kiri) Ekokardiografi 2. Pembuluh darah Pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulse pressure USG karotis Fungsi endotel (masih dalam penelitian) 3. Otak Pemeriksaan neurologis Diagnosis stroke dengan menggunakan CT Scan atau MRI (untuk pasien dengan keluhan gangguan neural, memori dan kognitif) 4. Mata Funduskopi 5. Fungsin ginjal Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria/mikroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin urin Perkiraan GFR yang untuk dalam kondisi stabil dapat diperkirakan dengan menggunakan modifikasi dari cockroft gault sesuai dengan NKF :

Klirens kreatinin = (140 umur) x BB x 0,85 (untuk perempuan) 72 x kreatinin serum

Pengobatan Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah : Target tekanan darah <140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi (diabetes, GGK) <130/80 mmHg Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular

Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria Terapi nonfarmakologis : Hentikan rokok Turunkan BB Turunkan konsumsi alkhohol Latihan fisik Turunkan asupan garam Tingkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak

Jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oleh JNC 7: Diuretic, terutama jenis Thiazide atau aldosterone antagonis Spironolactone (Aldosterone antagonis) adalah diuretik hemat kalium dengan aktivitas diuretik relatif lemah yang biasanya digunakan bersama diuretik thiazide atau diuretik kuat. Kontra indikasi anuria,insufisiensi ginjal,hiperkalemia,penggunaan bersama diuretik he mat kalium, suplemen K. Ddosis 25-100 mg/hari PO dalam dosis tunggal atau dibagi tiap 12 jam. Hyidrochlorothiazide (HCT) adalah diuretik golongan thiazide yang digunakan untukterapi hipertensi. Hydroclorithiazide juga digunakan untuk terapi edema yang berkaitan dengan gagal jantung,gangguan hati dan ginjal. Dosis: 3x 25mg/hari Beta blocker Propanolol adalah blocker non kardioselektif memiliki aktivitas stabilisasi membran,tetapi tidak memiliki aktivitas stabilisasi membran, tetapi tidak memiliki aktivitas simpatomimetik intrinsik pada dosis terapi. Kontra indikasi: riwayat asma, syok kardiogenik, bradikardia, hipotensi. Dosis yang dianjurkan:3-4 x 20mg/hari. Bisoprolol adalah kardioselektif sintetik tanpa aktivitas stabilisasi membran yang signifikan & aktivitas simpatomimetik intrinsik pada dosis terapi.Kontra indikasi: riwayat asma, gagal jantung akut. Dosis yang dianjurkan: 2x 5mg/hari. Calcium channel blocker Nifedipine adalah calsium-channel blocker. Aksi utama dari calcium channel blocker mencakup dilatasi arteri serta arteriola koroner dan perifer dengan sedikit atau tanpa detak vena,aksi inotropik negatif,penurunan detak jantung & perlambatan konduksi AV. Kontra indikasi : ibu hamil,syok kardiogenik dan infark miokardium akut. : Dosis : 10-20 mg 3x /hari Pemberian hindarkan dengan jus grapefruit ACE inhibitor

Captopril adalah angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor yang mengandung sulfyhydryl. ACE mengakatalisa konversi decapeptide angiotensin I menjadi decapeptide angiotensin II yang merupakan suatu vasokonstriktor arterial yang kuat dengan meghambat aktivitas vasokonstriktor dari ACE. Obat golongan ACE inhibitor digunakan untuk penanganan penyakit hipertensi,gagal jantung,kondisi sesudah serangan infark miokardium dan nafropati diabetik. Dosis: 2x 25mg /hari. ARB Losartan adalah antagonis reseptor angiotensin II. Losartan menunjukkan aktivitas antihipertensi termasuk melalui pemblokan secara selektif reseptor AT1 yang berakibat pada pengurangan efek pressor (kecendrungan peningkatan tekanan darah) dari angiotensin II. Pemblokan reseptor AT1 secara langsung menyebabkan vasodilatasi,penurunan sekresi vasopresin,penurunan produksi dan sekresi aldoseterone yang secara bersama menghasilkan efek penurunan tekanan darah. Dosis: 1x50mg/hari. Masing masing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan dalam pengobatan hipertensi, tetapi pemilihan obat antihipertensi juga dipengruhi beberapa faktor, yaitu : Faktor sosio ekonomi Profil faktor risiko kardiovaskular Ada tidaknya kerusakan organ target Ada tidaknya penyakit penyerta Variasi individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensi Kemungkinan adanya interaksi denga obat yang digunakan pasien untuk penyakit lain Bukti ilmiah kemampua oabt antihipertensi yang akan dugunakjan dalam menurukan risiko kardiovaskular

Untuk keperluan pengobatan,ada pengelompokkan pasien berdasar yang memerlukan pertimbangan khusus (special considerations), yaitu kelompok Indikasi yang memaksa (Compelling Indication), dan keadaan khusus lainnya (Special Situations). Indikasi yang memaksa meliputi: Gagal jantung Pasca infark miokardium Risiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi Diabetes Penyakit ginjal kronis Pencegahan stroke berulang

Keadaan khusus lainnya adalah:

Populasi minoritas Obesitas dan sindrom metabolik Hipertrofi ventrikel kanan Penyakit arteri pertifer Hipertensi pada usia lanjut Hipotensi postural Demensia Hipertensi pada perempuan Hipertensi pada anak dewasa muda Hipertensi urgensi dan emergensi

Untuk sebagian besar pasien hipertensi terapi dimulai secara bertahap dan target tekanan darah dicara secara progresif dalam beberapa minggu. Dilanjutkan untuk menggunakan obat antihipertensi denhgan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai dengan kombinasi atau satu jenis obat antihipertensi tergantung pada tekanan darah awal da nada tidakya komplkasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut, atau berpindah ke antihipertensi lain dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar pasien memerluka kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum ertambah. Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditolenransi pasien adalah : Diuretic dan ACE inhibitor atau ARB CCB dan BB CCB dan ACE I atau ARB CCB dan diuretic AB dan BB Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat

Gambar . Alogaritma penatalaksanaan hipertensi dengan Compelling Indication

Hipertensi pada keadaan lain Hipertensi pada usia lanjut Dalam rekomendasi penatalaksanaan hipertensi yang kesemuanya didadasarkan atas bukti penelitian (evidence based) antara lain dikeluarkan oleh The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC-7), World Health Organization/International Society of Hypertension (WHO-ISH), definisi untuk semua hipertensi sama untuk semua golongan umur. Pengobatan juga didasarkan bukan atas umur akan tetapi pada tingkat tekanan darah dan adanya resiko kardiovaskular yang ada pada pasien. Hipertensi sistolik terisolasi (HST) didefinisikan sebagai TDS 140mmHg dengan TDD <90 mmHg. Keadaan ini diakibatkan oleh kehilangan elastisitas arteri karena proses menua. Kekauan aorta akan meningkatkan TDS dan pengurangan volume aorta,yang pada akhirnya akan menurunkan TDD. Semakin besar perbedaan TDS dan TDD atau tekanan nadi(pulse pressure),semakin besar risiko komplikasi kardiovaskular. Tekanan nadi yang meningkat pada usia lanjut dengan HST berkaitan dengan besarnya kerusakan yang terjadi pada organ target;jantung,otak dan ginjal. pada usia lanjut tekanan darah sistolik (TDS) lebih berkaitan dengan prognosis komplikasi KV dibandingkan tekanan darah diastolik(TDD). Pengelolaan hipertensi pada usia lanjut Pengelolaan hipertensi pada dasarnya sama pada setiap tingkatan usia. Direkomendasikan agar tekanan darah dapat mencapai dari 140/90 mmHg. Pada usia lanjut penurunan berat badan (pada obesitas) dan me ngurangi asupan garam amat penting dalam pengelolaan hipertensi.selain itu dianjurkan melakukan latihan atau aktivitas fisik secara teratur dan menghentikan konsumsi alkohol. National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE/BHS 2006) merekomendasikan untuk memulai intervensi medikamentosa antihipertensi bila: tekanan darah diatas 160/100mmHg;atau hipertensi sistolik terisolasi (TDS>160mmg);atau tekanan darah >140mmHg dan disertai: risiko kardiovaskular (+);atau kerusakan organ target;atau resiko kardiovaskular (dalam) 10 tahun minimal 20%. Analisis meta yang besar juga menyimpulkan bahwa diuretik,penghambat beta ,ACEI, dan antagonis kalsium menghasilkan penurunan morbiditas dan mortalitas yang sama. Pengecualiannya adalah bahwa pada nefropati diabetik atau non diabetes pengobatan dengan ACEI atau ARB harus dipergunakan sebagai pilihan utama. Untuk mencapai sasaran pengobatan diperlukan kombinasi 2 obat atau lebih. Apabila sasaran TDS tercapai,biasanya TDD juga akan menurun. Secara umum penggunaan obat hipertensi,diuretik,ACEI, dan antagonis kalsium mempunyai efek klinis yang sama. Masalah khusus pada usia lanjut

Pasien usia lanjut sering mendapat banyak obat,sehingga kemungkinan interaksi harus selalu dipikirkan. Ada obat dari dokter,obat bebas maupun obat tradisional. Pada saat kontrol sebaiknya pasien membawa semua obat yang dimninum selama ini atau catatan yang lengkap mengenai obat-obatan yang didapat.

Krisis Hipertensi Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi (tekanan darah sistolik 180 mm Hg dan / atau diastolik 120 mm Hg yang membutuhkan penanganan segera. Berdasarkan keterlibatan organ target, krisis hipertensi dibagi menjadi dua kelompok yaitu : Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik 180 mm Hg dan / atau diastolik 120 mm Hg) dengan kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera, dalam hitungan menit sampai jam. Hipertensi mendesak (urgency hypertension) : kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik 180 mm Hg dan / atau diastolik 120 mm Hg) tanpa kerusakan organ target yang progresif atau minimal. Sehingga penurunan tekanan darah bisa dilaksanakan lebih lambat, dalam hitung jam sampai hari. Faktor resiko krisis hipertensi adalah sebagai berikut: Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum obat. Kehamilan Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal. Pengguna NAPZA Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala, penyakit vaskular/ kolagen) Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan diseksi aorta; mata kabur dan edema papilla mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak;

gagal ginjal akut pada gangguan ginjal; di samping sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah umumnya. Gambaran klinik hipertensi darurat dapat dilihat pada table 2. Tabel 2. Gambaran Klinik Hipertensi Darurat 5 Tekanan darah > 220/140 Perdarahan, eksudat, edema papilla Funduskopi Status neurologi Sakit kacau, gangguan kesadaran, kejang. kepala, Denyut jelas, Uremia, membesar, dekompensas i, oliguria proteinuria Jantung Ginjal Gastrointestin al Mual, muntah

mmHg

Pentalaksanaan Penatalaksanaan krisis hipertensi sebaiknya dilakukan di rumah sakit, namun dapat dilaksanakan di tempat pelayanan primer sebagai pelayanan pendahuluan dengan pemberian obat anti hipertensi oral.2,4,5 Penatalaksanaan krisis hipertensi berdasarkan penilian awal dapat dilihat pada tabel 3.

Parameter

Hipertensi Mendesak Mendesak > 180/110

Hipertensi Darurat

Biasa Tekanan darah > 180/110 (mmHg) Gejala

> 220/140

Sakit kepala, Sakit kepala kecemasan; sering sesak napas kali tanpa gejala

Pemeriksaan

hebat, Sesak napas, nyeri dada, nokturia, dysarthria, kelemahan, kesadaran menurun Tidak ada kerusakan Kerusakan organ Ensefalopati, edema paru, organ target, tidak target; muncul klinis insufisiensi ginjal, iskemia ada penyakit penyakit jantung kardiovaskular kardiovaskuler, stabil

Terapi

Awasi 1-3 jam; Awasi 3-6 jam; obat Pasang jalur IV, periksa memulai/teruskan oral berjangka kerja laboratorium standar, terapi obat oral, naikkan pendek obat IV dosis Periksa ulang dalam Periksa ulang dalam 24 Rawat ruangan/ICU 3 hari jam

Rencana

Tabel 3: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5

Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak (urgency) dapat dilihat pada tabel 4. Obat Captopril Dosis Efek / Lama Kerja Perhatian khusus ginjal,

12,5 - 25 mg PO; ulangi per 30 min ; SL, 25 mg Clonidine PO 75 - 150 ug, ulangi per jam Propanolol 10 - 40 mg PO; ulangi setiap 30 min Nifedipine 5 - 10 mg PO; ulangi setiap 15 menit SL, Sublingual. PO, Peroral Tabel 4: Obat hipertensi oral 3,5

15-30 min/6-8 jam ; Hipotensi, gagal SL 10-20 min/2-6 jam stenosis arteri renalis 30-60 min/8-16 jam 15-30 min/3-6 jam 5 -15 min/4-6 jam

Hipotensi, mengantuk, mulut kering Bronkokonstriksi, blok jantung, hipotensi ortostatik Takikardi, hipotensi, gangguan koroner

Sedangkan untuk hipertensi darurat (emergency) lebih dianjurkan untuk pemakaian parenteral, daftar obat hipertensi parenteral yang dapat dipakai dapat dilihat pada tabel 5.

Obat Sodium nitroprusside

Dosis

Efek / Lama Perhatian khusus Kerja 0,25-10 mg / kg / langsung/2-3 Mual, muntah, penggunaan jangka menit sebagai menit setelah panjang dapat menyebabkan keracunan

infus IV

infus

Nitrogliserin

500-100 mg sebagai infus IV

Nicardipine

5-15 mg / jam sebagai infus IV

Klonidin

150 ug, 6 amp per 250 cc Glukosa 5% mikrodrip 5-15 ug/kg/menit 1-5 min/ 15- Takikardi, mual, muntah, sakit kepala, Diltiazem sebagi infus IV 30 min peningkatan tekanan intrakranial; hipotensi Tabel 5: Obat hipertensi parenteral 3,5 Pada hipertensi darurat (emergency) dengan komplikasi seperti hipertensi emergensi dengan penyakit payah jantung, maka memerlukan pemilihan obat yang tepat sehingga tidak memperparah keadaannya. Pemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel 6.

tiosianat, methemoglobinemia, asidosis, keracunan sianida. Selang infus lapis perak 2-5 min /5-10 Sakit kepala, takikardia, muntah, , min methemoglobinemia; membutuhkan sistem pengiriman khusus karena obat mengikat pipa PVC 1-5 min/15-30 Takikardi, mual, muntah, sakit kepala, min peningkatan tekanan intrakranial; hipotensi 30-60 min/ 24 Ensepalopati dengan gangguan koroner jam

Komplikasi

Obat Pilihan

Target Tekanan Darah

Diseksi aorta

Nitroprusside + esmolol

SBP mungkin

110-120

sesegera

AMI, iskemia

Nitrogliserin, nicardipine

nitroprusside, Sekunder iskemia

untuk

bantuan

bEdema paru Gangguan Ginjal Kelebihan katekolamin Hipertensi ensefalopati

Nitroprusside, nitrogliserin, labetalol Fenoldopam, nitroprusside, labetalol Phentolamine, labetalol Nitroprusside

10% -15% dalam 1-2 jam 20% -25% dalam 2-3 jam 10% -15% dalam 1-2 jam 20% -25% dalam 2-3 jam

Subarachnoid hemorrhage Stroke Iskemik

Nitroprusside, nicardipine nicardipine

nimodipine, 20% -25% dalam 2-3 jam

0% -20% dalam 6-12 jam

AMI, infark miokard akut; SBP, tekanan sistolik bood. Tabel 6: Obat yang dipilih untuk Hipertensi darurat dengan komplikasi 2,5

Anda mungkin juga menyukai