Anda di halaman 1dari 4

BAB II TUJUAN

A. Definisi APD Seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha engineering dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir.

B. Maksud APD Upaya kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja untuk mencapai produktivitas yang optimal. Pengendalian secara teknologis terhadap potensi bahaya atau penyakit akibat kerja adalah tugas pokok dalam usaha pencegahan kecelakaan. Namun karena berbagai hambatan upaya tersebut belum dapat dilakukan secara sempurna. Oleh karena itu pengunaan APD merupakan suatu kewajiban. Pemanfaatan APD oleh tenaga kerja sampai saat ini masih merupakan masalah rumit dan sulit dipecahkan. Tujuan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) adalah untuk melindungi tubuh dari bahaya pekerjaan yang dapat mengakibatkan penyakit atau kecelakaan kerja, sehingga penggunaan alat pelindung diri memegang peranan penting. Hal ini penting dan bermanfaat bukan saja untuk tenaga kerja tetapi untuk rumah sakit.

C. Tujuan APD 1. Melindungi tenaga kerja apabila berhubungan langsung maupun kontak dengan pasien yang beresiko menularkan penyakit 2. Meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja 3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman

D. Manfaat APD 1. untuk melindungi seluruh / sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. 2. Mengurangi resiko akibat kecelakaan a. Manfaat APD bagi Tenaga Kerja 1. Tenaga kerja dapat bekerja dengan perasaan lebih aman untuk terhindar dari bahaya-bahaya kerja 2. Dapat mencegah kecelakaan akibat kerja 3. Tenaga kerja dapat memperoleh derajat kesehatan yang sesuai hak dan martabatnya sehingga tenaga kerja akan mampu bekerja secara aktif dan produktif. 4. Tenaga kerja bekerja dengan produktif sehingga meninggkatkan hasil produksi. Hal ini akan menambah keuntungan bagi tenaga kerja yaitu berupa kenaikan gaji atau jaminan sosial sehingga kesejahteraan akan terjamin.

b. Manfaat Bagi Rumah Sakit 1. Meningkatkan produksi rumah sakit dan efisiensi optimal 2. Menghindari hilangnya jam kerja akibat absensi tenaga kerja 3. Penghematam biaya terhadap pengeluaran ongkos pengobatan serta

pemeliharaan kesehatan tenaga kerja

E. Universal Precaution Kewaspadaan universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007). Pada semua sarana kesehatan, termasuk rumah sakit, puskesmas dan praktek dokter dan dokter gigi, tindakan yang dapat mengakibatkan luka atau tumpahan cairan tubuh, atau penggunaan alat medis yang tidak steril, dapat menjadi sumber infeksi penyakit tersebut pada petugas layanan kesehatan dan pasien lain. Jadi seharusnya ada pedoman untuk mencegah kemungkinan penularan terjadi. Pedoman ini disebut sebagai kewaspadaan universal. Harus ditekankan bahwa pedoman

tersebut dibutuhkan tidak hanya untuk melindungi terhadap penularan HIV, tetapi

yang tidak kalah penting terhadap infeksi lain yang dapat berat dan sebetulnya lebih mudah menular. Pasien terinfeksi atau tidak, setiap petugas layanan kesehatan harus menerapkan kewaspadaan universal secara penuh dalam hubungan dengan semua pasien (Menurut pusat informasi penyakit infeksi nosocomial tahuan 2009). Kewaspadaan universal diciptakan untuk melindungi terhadap kecelakaan yang dapat terjadi. Kecelakaan yang paling umum adalah tertusuk jarum suntik, yaitu jarum suntik yang dipakai pada pasien menusuk kulit seorang petugas layanan kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa risiko penularan rata-rata dalam kasus pasien yang bersangkutan terinfeksi HIV adalah kurang lebih 0,3%, dibandingkan dengan 3% untuk hepatitis C dan lebih dari 30% untuk hepatitis B. Jika darah dari pasien yang terinfeksi mengenai selaput mukosa (misalnya masuk mata) petugas layanan kesehatan, risiko penularan HIV adalah kurang lebih 0,1%. Walaupun belum ada data tentang kejadian serupa dengan darah yang dicemar hepatitis B, risiko jelas jauh lebih tinggi (Pusat Informasi Penyakit Infeksi Nosocomial, 2009). Infeksi terkait sarana pelayanan kesehatan adalah tantangan yang serius bagi rumah sakit karena hal tersebut dapat menyebabkan kematian, baik langsung maupun tidak langsung serta menjadikan pasien dirawat lebih lama dan memakan biaya lebih mahal. Semakin tingginya kasus infeksi yang didapat dari rumah sakit, hendaknya pihak rumah sakit menyusun program upaya pengendalian infeksi yang serius. Salah satu strategi yang bermanfaat dalam pengendalian infeksi nosokomial adalah peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam metode universal precautions (Depkes, 2010). Universal precautions merupakan suatu pedoman yang ditetapkan oleh the Centers for Desease Control and Prevention (CDC) dan the Occupational Safety and Health Administration (OSHA). Pedoman ini untuk mencegah transmisi dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan. Tindakan universal precautions meliputi pengelolaan alat kesehatan, cuci tangan untuk mencegah infeksi silang, dan penggunaan alat pelindung diri misalnya kaca mata pelindung, masker muka,

sarung tangan dan celemek untuk mencegah kemungkinan percikan dari tubuh. Universal precautions diharapkan akan mendapat perlindunganmaksimal dari infeksi yang telah diagnosis maupun yang belum diketahui. Universal precautions juga berguna untuk menurunkan transmisi infeksi saluran kemih, infeksi luka operasi, pneumonia, sepsis, dan phlebitis pada individu dan tenaga kesehatan,

sehingga dapat diberlakukan di semua unit pelayanan kesehatan maupun perorangan. Universal precautions tidak hanya melindungi petugas dari risiko terpajan oleh infeksi namun juga melindungi klien yang mempunyai kecenderungan rentan terhadap segala infeksi yang mungkin terbawa oleh petugas (Kurniawati & Nursalam, 2007). Usaha pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi antara lain dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku universal precautions bagi perawat. Tindakan universal precautions diperlukan kemampuan perawat untuk mencegah infeksi, ditunjang oleh sarana dan prasarana, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mengatur langkah-langkah tindakan universal precautions.

Anda mungkin juga menyukai