Anda di halaman 1dari 33

TB PARU

Disusun Oleh: Jatuwarih Pintautami 2007.031.002 4

Click ico n to add picture

Identitas Pasien
Nama : Ny. Basirah Umur : 40 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Dobelan, Timbulharjo, Sewon, Btl Agama : Islam Tgl masuk RS : 12 Juni 2012 Tgl pemeriksaan : 12 Juni 2012 Ruang: Flamboyan

Keluhan Utama: Batuk darah Riwayat Penyakit Sekarang Batuk darah sejak 1 hari SMRS. Darah berwarna merah segar dan bercampur dahak. Sudah 4 bulan selalu mengalami batuk berdahak, dahak berwarna putih dan dapat dikeluarkan. Badan semakin mengurus dan tidak ada nafsu makan. Kadang pasien mengeluhkan merasa kedinginan. Sesak nafas (+), dada sebelah kanan sering terasa nyeri (+)Keringat malam(+). Pasien mengeluhkan sering merasa kesemutan pada kedua kakinya sejak 2 tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengalami batuk berdahak sejak 4 bulan yang lalu. Riwayat penyakit TBC disangkal. Pasien belum pernah periksa mengenai keluhan ini. Riwayat penyakit DM : (+) sejak 2 tahun yang lalu pasien terdiagnosis Diabetes Melitus. Pasien terkadang kontrol di dokter umum, namun pasien tidak rutin mengonsumsi obat gula. Riwayat penyakit hipertensi : disangkal Riwayat penyakit ginjal : disangkal Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat penyakit hipertensi : disangkal Riwayat penyakit paru-Paru : disangkal Riwayat penyakit ginjal Riwayat penyakit jantung Riwayat penyakit DM : disangkal : disangkal : disangkal

PEMERIKSAAN FISIK. (Tanggal 12 Juni 2012) Keadaan Umum : Sedang Kesadaran :Compos Mentis Vital Sign : T : 100/70 mmHg R : 24 x/menit N : 100 x/menit S : 36,5 O C

Status Generalisata
Kepala : Simetris, mesochepal Mata : Reflek cahaya ada, konjungtiva tidak

anemis, sklera

tidak ikterik, pupil isokor,

edema palpebra (+/+) tidak ada.

Hidung : Discharge tidak ada, deviasi septum Mulut : Bibir tidak kering, lidah tidak kotor. Telinga : Serumen kanan dan kiri ada, simetris,

tidak

ada kelainan bentuk

Thorak Jantung Inspeksi : Iktus cordis tampak SIC VI Palpasi : Iktus cordis kuat angkat Perkusi : Batas kiri atas SIC II LMC sinistra Batas kanan atas SIC II LPS Dextra Batas kiri bawah SIC V LMC sinistra Batas kanan bawah SIC IV LPS Dextra Auskultasi : S1 > S2 ireguler, bising jantung (-) Paru Inspeksi : Dada kanan dan kiri simetris Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan kiri Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru Auskultasi : Suara dasar vesikuler kanan dan kiri, suara basah kasar dikedua paru tambahan ronkhi

Abdomen
Inspeksi : Simetris, venektasi tidak ada, sikatrik tampak masa. tidak ada, tidak Palpasi : Defans muskular tidak ada, nyeri tekan tidak ada, tidak teraba massa, Hepar tidak teraba, limpa tidak teraba. Perkusi : Timpani Auskultasi : Peristaltik (+) normal Ekstremitas Superior kanan Superior kiri Inferior kanan Inferior kiri : Udem tidak ada : Udem tidak ada : Udem tidak ada : Udem tidak ada

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan HB AL AE AT HMT Eosinofil Basofil Batang Segmen Lymfosit Monosit Hasil 10,2 17,9 4,58 536 31 2 0 2 76 14 6 Nilai Normal L: 13-17 P: 12-16 4-10 L: 4,5-5,5 P: 4-5 150-450 L:42-52 P: 36-46 2-4 0-1 2-5 51-67 20-35 4-8

Pemeriksaan Ureum Kreatinin SGOT SGPT GDS

Hasil 17 0,45 8 5 344

Nilai Normal 17-43 L: 0,9-1,3 P: 0,6-1,1 L:<37 P:<31 L: 41 P: <31 <200

KP dextra lama dengan efusi pleura dextra.

ASSESMENT
Observasi hemoptoe susp. TBC paru Diabetes Mellitus tipe II

PLANING
Infus NaCl 20 tpm Injeksi Ceftriaxone 1gr/12 jam Injeksi transamin 1A/8jam Novorapid 3x6iu Cek BTA SPS Kultur sensitifitas sputum Cek ulang GDS

Follow up
BTA I : +2 BTA II : +2 BTA III: +3

Pengecatan Gram:
Epitel:+ PMN:70 Mononuclear:30 Gram+:(-) Gram-:(+) Jamur:(-) Trikomonas:(-) Kristal:(-) Kristal:(-)

Gula darah
GDS : 255 (hari 2) GDS : 279 (hari 3) GDS : 167 (hari 4) GDS : 219 (hari 5) GDS : 209 (hari 6) GDS : 232 (hari 7) GDS: 237 (hari 8)

Tuberculosis paru DM tipe II

Infus NaCl 20 tpm Injeksi Ceftriaxone 1gr/12 jam Injeksi transamin 1A/8jam Glimepirid 1mg (1-0-0) FDC 1x3

PENGERTIAN
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman Mycobakterium

tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer, 2000).
Tuberkulosis

paru

adalah

penyakit

infeksius

yang

terutama

menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda, 2001).

Gejala Klinis
Penurunan Gejala Batuk Sesak Nyeri Demam Anorexia Keringat

Etiologi
Agen infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultra violet, dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 0,6/um.

Klasifikasi

Ringan Tuberculosis TB Pindahan Berat Tuberculosis TB

Kasus Kambuh Putus Gagal

KOMPLIKASI
fibrosis ( Penyebaran Bronkiektasis Atelektasis Hemoptisis

Pemeriksaan Diagnostik

PENGOBATAN
Kategori 1 (2 HRZE/ 4H3R3)

Terdiri atas : 2 bulan fase awal intensif dengan Isoniasid (H), Rimfamicin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E) diminum setiap hari Fase lanjutan atau intermiten selama 4 bulan dengan Isoniazid (H), dan Rifampicin (R), tiga kali dalam seminggu Kategori 1 diberikan untuk :

Penderita baru BTA positif Penderita BTA negatif/ rontgen positif yang rasa sakit berat dan ekstra berat (meningitis, tb disseminata, perikarditis, peritonitis, pleuritis, tb usus dan genitourinarius), yang belum pernah menelan OAT atau kalau pernah kurang dari satu bulan.

Kategori 2 (2 HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3) Terdiri atas : 2 bulan fase awal intensif dengan Isoniazid (H), Rimfamicin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E), diminum setiap hari, dan setiap kali selesai minum obat langsung diberi suntikan streptomisin. satu bulan lagi dengan Isoniazid (H), Rifampicin (R), (Z), Etambutol (E) diminum setiap hari tanpa suntikan. Pirazinamid

lanjutan atau intermiten selama 5 bulan dengan HRE diminum secara intermiten atau selang sehari atau tiga kali dalam seminggu. Yang termasuk penderita kategori 2 :
Kambuh (relapse) BTA positif. Gagal (failure) BTA positif Kasus DO (drop out)

Kategori 3 (2HRZ/ 4H3R3) Terdiri atas 2 bulan fase awal intensif dengan HRZ diminum setiap hari kemudian diteruskan dengan fase lanjutan atau intermiten selama 4 bulan dengan HR diminum 3 kali seminggu.

Yang termasuk penderita kategori 3 :


Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas Kasus tuberkulosis ekstra paru selain yang disebut dalam kategori 1

Farmakodinamik dan Farmakokinetik OAT


Streptomisin
Streptomisin in vitro bersifat bakteriostatik dan bakterisid

terhadap kuman tuberkulosis.

Kerja streptomisin in vitro ialah secara supresi, bukan

eradikasi kuman tuberkulosis. berdifusi ke cairan intra sel.

Obat ini dapat mencapai kavitas, tetapi relatif sukar

Efek samping utama dari streptomicin adalah kerusakan alat keseimbangan.

Isoniazid
Isoniazid secara in vitro bersifat tuberkulostatik dan

tuberkulosid dengan KHM ( Konsentrasi Hambatan Minimum) sekitar 0,025-0,05 g/ ml.


Efek bakterisidnya hanya terlihat pada kuman yang

sedang tumbuh aktif. Mikroorganisme yang sedang istirahat mulai lagi dengan pembelahan biasa bila kontaknya dengan obat dihentikan.

Efek samping berat berupa hepatitis dan terjadi pada kira-kira 0,5% dari kasus

Rifampisin
Rifampicin menghambat pertumbuhan berbagai

kuman gram positif dan gram negatif.


Rifampicin terutama aktif terhadap sel yang sedang

tumbuh.
Kerjanya menghambat DNA-dependent RNA

polimerase dari mikrobakteria dan mikroorganisme lain dengan menekan mula terbentuknya (bukan pemanjangan) rantai dalam sintesa RNA.

Efek samping yang berat dari Rifampicin adalah hepatitis, walaupun ini sangat jarang terjadi.

Etambutol
Kerjanya menghambat sintesis metabolit sel sehingga

metabolisme sel terhambat dan sel mati. Karena itu obat ini hanya aktif terhadap sel yang bertumbuh dengan khasiat tuberkulostatik.
Hampir semua galur Mycobacterium tuberculosis dan

Mycobacterium kansasii sensitif terhadap Etambutol. Etambutol ini tidak efektif untuk kuman lain.

Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan, berkurangnya ketajaman penglihatan, kabur dan buta warna untuk merah dan hijau.

Pirazinamid
Pirazinamid di dalam tubuh dihidrolisis oleh enzim

pirazinamide menjadi asam pirazinoat yang aktif sebagai tuberkulostatik hanya pada media yang bersifat asam.

Efek samping utama penggunaan pirazinamid adalah hepatitis.

Pencegahan
Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebadiberikan sejak anak masih kecil

agar terhindar dari penyakit tersebut.


Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati sampai

tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi penularan.
Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak. Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan. Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak melakukan kontak

udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan dosis tinggi dan hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.
Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk

Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai