Anda di halaman 1dari 24

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. PENGERTIAN FILSAFAT Secara etimologi, filsafat adalah istilah atau kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Kata itu terdiri dari dua kata yaitu philo, philos,philein, yang mempunyai arti cinta/ pecinta/ mencintai dan sophia yang berarti kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran. Jadi secara harafiah istilah filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki. Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap sesuatu secara metodik, sistematik, menyeluruh dan universal untuk mencari hakikat sesuatu. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang paling umum yang mengandung usaha mencari kebijaksanaandan cinta akan kebijakan. Kata filsafat untuk pertama kali digunakan oleh Phythagoras (582 496 SM). Dia adalah seorang ahli pikir dan pelopor matematika yang menganggap bahwa intisari dan hakikat dari semesta ini adalah bilangan. Namun demikian, banyaknya pengertian filsafat sebagaimana yang diketahui sekarang ini adalah sebanyak tafsiran para filsuf itu sendiri. Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu : 1. Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran merupakan asal dari filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidiki. 2. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang akan menuntun pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk menemukan titik pangkal yang kemudian tidak disangsikan lagi. 3. Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Kemudian muncul kesadaran akan keterbatasan bahwa diluar yang terbatas pasti ada sesuatu yang tdak terbatas. Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti proses dan filsafat alam arti produk. Selain itu, ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai pandangan hidup. Disamping itu, dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis. Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal itu berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.

1. Obyek Filsafat Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni (tidak terikat langsung dengan suatu obyek), yang mendalam dan daya pikir subyek manusia dalam memahami segala sesuatu untuk mencari kebenaran. Berpikir aktif dalam mencari kebenaran adalah potensi dan fungsi kepribadian manusia. Ajaran filsafat merupakan hasil pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang kesemestaan, secara mendasar (fundamental dan hakiki). Filsafat sebagai hasil pemikiran pemikir (filsuf) merupakan suatu ajaran atau sistem nilai, baik berwujud pandangan hidup (filsafat hidup) maupun sebagai ideologi yang dianut suatu masyarakat atau bangsa dan negara. Filsafat demikian, telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu tata nilai yang melembaga sebagai suatu paham (isme) seperti kapitalisme, komunisme, fasisme dan sebagainya yang cukup mempengaruhi kehidupan bangsa dan negara modern. Filsafat sebagai kegiatan olah pikir manusia menyelidik obyek yang tidak terbatas yang ditinjau dari dari sudut isi atau substansinya dapat dibedakan menjadi : a. obyek material filsafat : yaitu obyek pembahasan filsafat yang mencakup segala sesuatu baik yang bersifat material kongkrit seperti manusia, alam, benda, binatang dan lain-lain, maupun sesuatu yang bersifat abstrak spiritual seperti nilai-nilai, ide-ide, ideologi, moral, pandangan hidup dan lain sebagainya. b. Obyek formal filsafat : cara memandang seorang peneliti terhadap objek material tersebut. Suatu obyek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu, terdapat berbagai macam sudut pandang filsafat yang merupakan cabang-cabang filsafat. Adapun cabangcabang filsafat yang pokok adalah : a. Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis yang meliputi bidang : ontologi (membicarakan teori sifat dasar dan ragam kenyataan), kosmologi (membicarakan tentang teori umum mengenai proses kenyataan, dan antropologi. b. Epistemologi, adalah pikiran-pikiran dengan hakikat pengetahuan atau kebenaran. c. Metodologi, adalah ilmu yang membicarakan cara/jalan untuk memperoleh pengetahuan. d. Logika, dalah membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dapat mengambil kesimpulan yang benar. e. Etika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tingkah laku manusia tentang baik-buruk f. Estetika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan hakikat keindahankejelekan.

2. Aliran-Aliran Filsafat Aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dahulu hingga sekarang adalah sebagai berikut : a. Aliran Materialisme, aliran ini mengajarkan bahwa hakikat realitas kesemestaan, termasuk mahluk hidup dan manusia ialah materi. Semua realitas itu ditentukan oleh materi (misalnya benda ekonomi, makanan) dan terikat pada hukum alam, yaitu hukum sebab-akibat (hukum kausalitas) yang bersifat objektif. b. Aliran Idealisme/Spiritualisme, aliran ini mengajarkan bahwa ide dan spirit manusia yang menentukan hidup dan pengertian manusia. Subjek manusia sadar atas realitas dirinya dan kesemestaan karena ada akal budi dan kesadaran rohani manusia yang tidak sadar atau mati sama sekali tidak menyadari dirinya apalagi realitas kesemestaan. Jadi hakikat diri dan kenyataan kesemestaan ialah akal budi (ide dan spirit). c. Aliran Realisme, aliran ini menggambarkan bahwa kedua aliran diatas adalah bertentangan, tidak sesuai dengan kenyataan (tidak realistis). Sesungguhnya, realitas kesemestaan, terutama kehidupan bukanlah benda (materi) semata-mata. Kehidupan seperti tampak pada tumbuhtumbuhan, hewan, dan manusia mereka hidup berkembang biak, kemudian tua dan akhirnya mati. Pastilah realitas demikian lebih daripada sekadar materi. Oleh karenanya, realitas adalah panduan benda (materi dan jasmaniah) dengan yang non materi (spiritual, jiwa, dan rohaniah). Khusus pada manusia tampak dalam gejala daya pikir, cipta, dan budi. Jadi menurut aliran ini, realitas merupakan sintesis antara jasmaniah-rohaniah, materi dan nonmateri.

B. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat secara langsung maupun tidak langsung mengakibatkan perubahan besar pada berbagai bangsa di dunia. Gelombang besar kekuatan internasional dan transnasional melalui globalisasi telah mengancam bahkan menguasai eksistensi negara-negara kebangsaan, termasuk Indonesia. Akibatnya yang langsung terlihat adalah terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan kebangsaan, karena adanya perbenturan kepentingan antara nasionalisme dan internasionalisme. Disatu sisi menjaga budaya bangsa sebagai identitas bangsa merupakan tuntutan mutlak namun derasnya pengaruh era globalisasi juga tidak terhindarkan.

Permasalahan kebangsaan semakin rumit dan kompleks manakala ancaman internasional yang terjadi disatu sisi namun dalam sisi lainnya muncul masalah internal yaitu maraknya tuntutan rakyat, yang secara objektif mengalami sesuatu kehidupan yang jauh dari kesejahteraan dan keadilan social. Paradoks antara kekuasaan global dengan kekuasaan nasional ditambah konflik internal seperti gambaran diatas mengakibatkan suatu tarik menarik kepentingan secara langsung mengancam jati diri bangsa. Nilai-nilai baru yang masuk baik secara subjektif maupun objektif serta terjadinya pergeseran nilai dimasyarakat pada akhirnya mengancam prinsip-prinsip hidup berbangsa masyarakat Indonesia. Prinsip-prinsip dasar yang telah diletakkan oleh para tokoh pendiri bangsa ini (the founding fathers) diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat bernegara yaitu Pancasila. Dengan pemahaman demikian maka Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia saat ini dapat mengalami ancaman dari munculnya nila-nilai baru dari luar dan pergeseran nilai-niai itu sendiri. Secara ilmiah harus disadari bahwa suatu masyarakat, suatu bangsa, senantiasa memiliki suatu pandangan hidup atau filsafat hidup masing-masing dan tentunya berbeda satu sama lainnya. Perbedaan ini disebut local genius (kecerdasan/kreatifitas local) dan sekaligus sebagai local wisdom (kearifan local) bangsa. Jadi tidak ada bangsa di dunia ini yang memiliki kesamaan pandangan hidup dan filsafat hidup dengan bangsa lain. Ketika the founding fathers mempersiapkan pendirian bangsa Indonesia, muncul suatu pertanyaan fundamental dan harus memahami bagaimana mewujudkannya, yaitu di atas dasar apakah Negara Indonesia merdeka ini akan didirikan ?. Pertanyaan ini akan selalu menjadi dasar dan tolok ukur utama bangsa ini meng-Indonesia-kan. Dengan demikian jati diri akan selalu bertolok ukur kepada nilai-nilai Pancasila sebagai filsafat bangsa. Pancasila yang terdiri dari atas lima sila pada hakekatnya merupakan system filsafat, hal ini akan dapat diketahui dan difahami ketika dilakukan pengkajian aspek ontologis, epistimologis dan aksiologis dari kelima sila pancasila tersebut.

KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut diperhatikan, yaitu filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai suatu pandangan, keduanya sangat berguna untuk memahami Pancasila. Di sisi lain, kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar epistemologi dan dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila. Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertian secara mendasar dan menyeluruh. Pembahasan filsafat dapat dilakukan secara deduktif (dengan mencari hakikat Pancasila) serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif dan secara induktif (dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat), merefleksikannya dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu). Dengan demikian, filsafat Pancasila akan mengungkapkan konsep-konsep kebenaran yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan bagi manusia pada umumnya. 1. Aspek Ontologis Ontologi menurut Runes, adalah teori tentang adanya keberadaan atau eksistensi. Sementara Aristoteles, menyebutnya sebagai ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu dan disamakan artinya dengan metafisika. Jadi ontologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki makna yang ada (eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan hakikat ada, termasuk ada alam, manusia, metafisika dan kesemestaan atau kosmologi. Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh karenanya disebut juga sebagai dasar antropologis. Subyek pendukungnya adalah manusia, yakni : yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan yang berkeadilan pada hakikatnya adalah manusia. Hal yang sama juga berlaku dalam konteks negara Indonesia, Pancasila adalah filsafat negara dan pendukung pokok negara adalah rakyat (manusia).

2. Aspek Epistemologi

Epistemologi adalah bidang/cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Pengetahuan manusia sebagai hasil pengalaman dan pemikiran, membentuk budaya. Bagaimana manusia mengetahui bahwa ia tahu atau mengetahui bahwa sesuatu itu pengetahuan menjadi penyelidikan epistemologi. Dengan kata lain, adalah bidang/cabang yang menyelidiki makna dan nilai ilmu pengetahuan, sumbernya, syarat-syarat dan proses terjadinya ilmu, termasuk semantik, logika, matematika dan teori ilmu. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu system pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari Pancasila menjadi pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa, dan negara tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi manusia Indonesia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan. Pancasila dalam pengertian seperti itu telah menjadi suatu sistem cita-cita atau keyakinan-keyakinan (belief system) sehingga telah menjelma menjadi ideologi (mengandung tiga unsur yaitu : 1. logos (rasionalitas atau penalaran), 2. pathos (penghayatan), dan 3. Ethos (kesusilaan).

Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila merupakan filsafat negara yang lahir sebagai collective ideologie (cita-cita bersama) dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai filsafat karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa mendalam yang dilakukan para pendiri bangsa ini, yang kemudian dituangkan dalam suatu system yang tepat. Sebagai filsafat, Pancasila memiliki karakteristik system filsafat tersendiri yang berbeda dengan filsafat lainnya. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan system yang bulat dan utuh (sebagai suatu totalitas). Karena antara satu sila dengan sila lainnya saling terkait dan memiliki ikatan yang sangat kuat. Susunan Pancasila dengan suatu system yang bulat dan utuh itu adalah : Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4,5 Sila 2, diliputi, didasari dan dijiwai sila 1 dan mendasari dan menjiwai sila 3,4,5. Sila 3, diliputi, didasari dan dijiwai sila 1, 2 dan mendasari dan menjiwai sila 4,5. Sila 4, diliputi, didasari dan dijiwai sila 1, 2, 3 dan mendasari dan menjiwai sila 5. Sila 5, diliputi, didasari dan dijiwai sila 1,2,3,4.

Adapun inti atau esensi sila-sila Pancasila adalah : 1. Tuhan, yaitu sebagai kausa prima ; 2. Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk social ; 3. Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri ; 4. Rakyat, yaitu unsure mutlak negar, harus bekerja sama dan gotong royong. 5. Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain menjadi haknya.

Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem


Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem filsafat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Lazimnya sistem memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. suatu kesatuan bagian-bagian b. bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri c. saling berhubungan dan saling ketergantungan d. kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem) e. terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks. Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asas sendirisendiri, fungsi sendiri-sendiri namun demikian secara keseluruhan adalah suatu kesatuan yang sistematis dengan tujuan (bersama) suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

1. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan peradaban, dalam arti, setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari kesatuan Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal, dengan akibat setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-

sendiri terlepas dari sila-sila lainnya. Di samping itu, di antara sila satu dan lainnya tidak saling bertentangan. Kesatuan sila-sila yang bersifat organis tersebut pada hakikatnya secara filisofis bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia sebagai pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat manusia monopluralis yang memiliki unsur-unsur susunan kodrat jasmani-rohani, sifat kodrat individu-mahluk sosial, dan kedudukan kodrat sebagai pribadi berdiri sendiri-mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Unsur-unsur itu merupakan suatu kesatuan yang bersifat organis harmonis. 2. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarkhis Dan Berbentuk Piramidal. Hirarkhis dan piramidal mempunyai pengertian yang sangat matematis yang digunakan untuk menggambarkan hubungan sila-sila Pancasila dalam hal urut-urutan luas (kuantitas) dan juga dalam hal isi sifatnya. Susunan sila-sila Pancasila menunjukkan suatu rangkaian tingkatan luas dan isi sifatnya dari silasila sebelumnya atau diatasnya. Dengan demikian, dasar susunan sila-sila Pancasila mempunyai ikatan yang kuat pada setiap silanya sehingga secara keseluruhan Pancasila merupakan suatu keseluruhan yang bulat. Oleh karena itu, sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari sila-sila Pancasila berikutnya. Secara ontologis hakikat Pancasila mendasarkan setiap silanya pada landasan, yaitu : Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat, dan Adil. Oleh karena itu, hakikat itu harus selalu berkaitan dengan sifat dan hakikat negara Indonesia. Dengan demikian maka, sila pertama adalah sifat dan keadaaan negara harus sesuai dengan hakikat Tuhan; sila kedua sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat manusia; sila ketiga sifat dan keadaan negara harus satu; sila keempat adalah sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat rakyat; dan sila kelima adalah sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat adil. Contoh rumusan Pancasila yang bersifat hirarkis dan berbentuk pyramidal adalah : sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai sila-sila kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi Dan Saling Mengkualifikasi

Kesatuan sila-sila Pancasila yang majemuk tunggal, hirarkhis pyramidal juga memiliki sifat saling mengisi dan salng mengkualifikasi. Hal itu dimaksudkan bahwa setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya, dengan kata lain, dalam setiap sila Pancasila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila lainnya. Contoh rumusan kesatuan sila-sila Pancasila yang mengisi dan saling mengkualifikasi adalah sebagai berikut : sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Aspek Aksiologi

Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan atau ilmu/teori. Menurut Brameld, aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki : a. tingkah laku moral, yang berwujud etika, b. ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan, c. sosio politik yang berwujud ideologi. Kehidupan manusia sebagai mahluk subyek budaya, pencipta dan penegak nilai, berarti manusia secara sadar mencari memilih dan melaksanakan (menikmati) nilai. Jadi nilai merupakan fungsi rohani jasmani manusia. Dengan demikian, aksiologi adalah cabang fisafat yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai dan hakikat nilai, termasuk estetika, etika,ketuhanan dan agama. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikemukakan pula bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya yang bersifat material saja tetapi juga sesuatu yang bersifat nonmaterial/rokhaniah. Nilai-nilai material relatif mudah diukur yaitu dengan menggunakan indra maupun alat pengukur lainnya, sedangkan nilai rokhaniah alat ukurnya adalah hati nurani manusia yang dibantu indra manusia yaitu cipta, rasa, karsa serta keyakinan manusia.

C. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara


Dasar Negara adalah suatu pondasi yang harus dibangun dengan unsur yang kuat dan kokoh untuk mendirikan suatu negara sehingga Negara nantinya tidak mudah runtuh dan bubar. Bagi kita dasar negara kita adalah Pancasila yang telah terbukti mampu menjaga dan menahan negara kita berbagai persoalan kebangsaan yang muncul mulai dari awal kemerdekaan, penyelenggaraan Orde Lama, Orde Baru sampai masa Reformasi yang saat ini sedang berjalan. Berasal dari bahasa Yunani kata Ideologi dari dua kata majemuk eidos dan logos, yang secara sederhana mengandung arti suatu gagasan yang mendasarkan pemikiran yang sedalam-dalamnya dan merupakan pemikiran filsafat. Dalam arti yang lebih luas adalah keseluruhan cita-cita, nilai-nilai dasar dan keyakinan-keyakinan yang mau dijunjung tinggi sebagai pedoman normatif. Dalam pengertian lain ideologi juga diartikan sebagai gagasan dan teori yang menyeluruh tentang makna hidup dan nilai-nilai yang menyeluruh tentang makna hidup dan nilai-nilai yang mau menentukan dengan mutlak bagaimana manusia harus hidup dan bertindak. Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia dapat diartikan sebagai suatu pemikiran yang memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah, manusia, masyarakat, hokum dan Negara Indonesia yang bersumber dari kebudayaan Indonesia. Pancasila sebagai idelogi nasional mengandung nilai-nilai budaya bangsa Indonesia yaitu cara berpikir dan cara kerja perjuangan. Pancasila adalah sebagai ideologi terbuka, cirri khas ideloogi terbuka adalah nilai-nilai dan citacitanya tidak dipaksakan dari luar , melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat sendiri. Dasarnya dari konsesus (kesepakatan) masyarakat, tidak diciptakan oleh Negara, melainkan ditemukan dalam masyarakat sendiri. Oleh sebab itu, idelogi terbuka adalak milik dari semua rakyat, masyarakat dapat menemukan dirinya didalamnya. Idelogi terbuka bukan hanya dapat dibenarkan melahirkan kebutuhan. Nilai-nilai dasar menurut pandangan Negara modern bahwa Negara modern hidup dari nilai-nilai dan sikap-sikap dasarnya. Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman dan adanya dinamika secara internal. Sementara Ideologi tertutup, merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Ciri-cirinya: merupakan cita-cita suatu kelompok orang untuk mengubah dan memperbarui masyarakat; atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat; isinya bukan hanya nilainilai dan cita-cita tertentu, melainkan terdiri dari tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang keras, yang diajukan dengan mutlak. Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai dengan konteksnya, misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Seluruh kedudukan dan fungsi Pancasila itu bukanlah berdiri

secara sendiri-sendiri namun bilamana dikelompokan maka akan kembali pada dua kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar filsafat negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value system) yang merupakan kristalisasi nilainilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar dari unsur-unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari proses terjadinya Pancasila yaitu melalui suatu proses yang disebut kausa materialisme karena nilai-nilai dalam Pancasila sudah ada dan hidup sejak jaman dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Pandangan yang diyakini kebenarannya itu menimbulkan tekad bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan dalam sikap dan tingkah laku serta perbuatannya. Di sisi lain, pandangan itu menjadi motor penggerak bagi tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuannya. Dari pandangan inilah maka dapat diketahui cita-cita yang ingin dicapai bangsa, gagasan kejiwaan apa saja yang akan coba diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Satu pertanyaan yang sangat fundamental disadari sepenuhnya oleh para pendiri negara Republik Indonesia adalah :di atas dasar apakah Negara Indonesia didirikan ketika mereka bersidang untuk pertama kali di lembaga BPUPKI. Mereka menyadari bahwa makna hidup bagi bangsa Indonesia harus ditemukan dalam budaya dan peradaban bangsa Indonesia sendiri yang merupakan perwujudan dan pengejawantahan nilai-nilai yang dimiliki, diyakini dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat sepanjang masa dalam sejarah perkembangan dan pertumbuhan bangsa sejak lahirnya. Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik. Mereka menciptakan tata nilai yang mendukung tata kehidupan sosial dan tata kehidupan kerohanian bangsa yang memberi corak, watak dan ciri masyarakat dan bangsa Indonesia yang membedakannya dengan masyarakat dan bangsa lainnya. Kenyataan yang demikian itu merupakan suatu kenyataan objektif yang merupakan jatidiri bangsa Indonesia. Jadi nilai-nilai Pancasila itu diungkapkan dan dirumuskan dari sumber nilai utama yaitu : a. nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak, dan abadi dari Tuhan Yang Maha Esa yang tercermin dalam inti kesamaan ajaranajaran agama dalam kitab suci. b. Nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan intisari dari nilai-nilai yang luhur budaya masyarkat (inti kesatuan adat-istiadat yang baik) yang tersebar di seluruh nusantara.

NILAI-NILAI PANCASILA MENJADI DASAR DAN ARAH KESEIMBANGAN ANTARA HAK DAN KEWAJIBAN Pandangan mengenai hubungan antara manusia dan masyarakat merupakan falsafah kehidupan masyarakat yang memberi corak dan warna bagi kehidupan masyarakat. Pancasila memandang bahwa kebahagiaan manusia akan tercapai jika ditumbuh-kembangkan hubungan yang serasi antara manusia dengan masyarakat serta hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Apabila memahami nilainilai dari sila-sila Pancasila akan terkandung beberapa hubungan manusia yang melahirkan keseimbangan antara hak dan kewajiban antar hubungan tersebut, yaitu sebagai berikut : 1. Hubungan Vertikal Adalah hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai penjelmaan dari nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam hubungannya dengan itu, manusia memiliki kewajiban-kewajiban untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhkan/menghentikan larangan-Nya, sedangkan hak-hak yang diterima manusia adalah rahmat yang tidak terhingga yang diberikan dan pembalasan amal perbuatan di akhirat nanti. 2. Hubungan Horisontal Adalah hubungan manusia dengan sesamanya baik dalam fungsinya sebagai warga masyarakat, warga bangsa maupun warga negara. Hubungan itu melahirkan hak dan kewajiban yang seimbang. 3. Hubungan Alamiah Adalah hubungan manusia dengan alam sekitar yang meliputi hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam dengan segala kekayaannya. Seluruh alam dengan segala isinya adalah untuk kebutuhan manusia. Manusia berkewajiban untuk melestarikan karena alam mengalami penyusutan sedangkan manusia terus bertambah. Oleh karena itu, memelihara kelestrian alam merupakan kewajiban manusia, sedangkan hak yang diterima manusia dari alam sudah tidak terhingga banyaknya. Kesimpulan yang bisa diperoleh dari filsafat Pancasila adalah Pancasila memberikan jawaban yang mendasar dan menyeluruh atas masalahmasalah asasi filsafat tentang negara Indonesia.

D. PROSES PERUMUSAN PANCASILA Sejarah mencatatkan bahwa atas desakan para pendiri bangsa ini terhadap Jepang yang saat itu secara defacto masih sebagai penjajah Indonesia, maka dibentuklah Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 29 April 1945. Terdiri dari 3 orang unsur pimpinan dan 66 orang anggota yang diketua oleh Dr.K.R.T. Radjiman Widyodiningkrat. Pada tanggal 29 Mei 1945 BPUPKI mengadakan sidangnya yang pertama, dan pada rapatnya yang pertama inilah muncul beberapa gagasan-gagasan dasar Negara Indonesia. 1. Mr.Muhammad Yamin 1. Peri Kebangsan ; 2. Peri Kemanusiaan ; 3. Peri Ke-Tuhanan ; 4. Peri Kerakyatan ; a.Permusyawaratan b.Perwakilan c.Kebijaksanaan, dan ; 5. Kesejahteraan Rakyat (keadilan sosial) 2. Prof. Dr. Soepomo 1. Negara nasional yang bersatu ; 2. Dianjurkan supaya warga Negara tunduk kepada Tuhan ; 3. Dalam susunan pemerintahan Negara Indonesia harus dibentuk system badan permusyawaratan ; 4. Ekonomi Negara bersifat kekeluargaan, dan mengenai hubungan antar bangsa menganjurkan upaya-upaya Indonesia bersifat Negara Asia Timur Raya. 3. Ir. Soekarno 1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia) ; 2. Internasionalisme (peri-kemanusiaan) ; 3. Mufakat ; 4. Kesejahteraan Sosial ; 5. Ketuhanan yang berkebudayaan (juga Ketuhanan Yang Maha Esa)

Daftar Anggota BPUPKI


No Nama anggota dalam EYD Tempat kelahiran Sampang, Jatim Gading, Yogyakarta Sulu, Filipina Surabaya Yogyakarta Solo, Yogyakarta Yogyakarta Tgl kelahiran 14-05-1913 16-04-1907 25-08-1905 11-09-1908 25-06-1906 13-10-1905 02-08-1914 21-04-1879 Pekerjaan/Jabatan Bekas Kapten Mantan Barisan Madura. Peg Kantor Kooti Zimu Kyoku Yogya bag Ekonomi Pemimpin NV Pabrik Tenun, Wa Ketua Jakarta Tokubetu Si Sangi Kai. Angg Tyuuoo Sangi In. Pembesar Kawedanan Kori Kraton Yogyakarta, Angg Tyuuoo Sangi In Ajudan Sri Susuhunan Surakarta Pejabat di Kesultanan Yogyakarta. Angg Tyuuoo Sangi In, Pertanian di Bulak Ngalaran Walikukun Kab Ngawi Ka RSU Negeri Semarang, Wa Ketua Syuu Hookoo Kai Semarang dan Tyuuoo Sangi In. Ketua Tihoo Hooin Semarang, Kendal, Semarang Ken Kooto Hooin Kinmu. Ka Kantor Partikelir Tatausaha dan Pajak Surabaya, Angg Tyuuoo Sangi In Dokter Partikelir di Yogyakarta Solo Kooti Soomuu Tyookan Angg Tyuuoo Sangi In, Wa Ketua Hookoo Kaigi Jawa Hookookai. Angg Bogor Syuu Sangi Kai Berniaga, Penasehat Kantor Penyelidikan Surabaya. N/A Pemimpin Kantor Pengairan Bondowoso Ingenieur Seibu Jawa Denki Zidyoo Koosya Bogor [versi: Suisin Taityoo Ngawi] Pem Kantor Pusat Kerajinan dan Jawata Tera Ingenieur, Pem distrik II Pengairan Jatim Kediri, Angg Tyuuoo Sangi In, Wa Penasehat Syuu Sangi Kai Kediri Penasehat Tyuuoo Sangi In, Sango Soomubu Jakarta Penasehat Perikatan Umat Islam Majalengka, Angg Tyuuoo Sangi In Jakarta. Bupati Nayoko Kaprah Tengan di Kraton Solo Angg Tyuuoo Sangi In, Ketua Muhammadiyah. Angg Tyuuoo Sangi In Soomu Jawa Hookookai Yogyakarta. Angg Banten Syuu Sangi Kai.

1 Abdul Kaffar. #) 2 3 4 Abdul Kahar Muzakir. Agus Muhsin Dasaad. AR Baswedan.

5 *) Bandoro Pangeran Hario Purubojo. 6 *) Bendoro Kanjeng Pangeran Ario #) Suryohamijoyo . 7 Bendoro Pangeran Hario Bintoro. 8 *) Dr. Kanjeng Raden Tumenggung Rajiman Wedyodiningrat. Dr. Raden Buntaran Martoatmojo. Dr. Raden Suleiman Effendi Kusumaatmaja.

Loano, Purworejo

11-01-1896

10

Purwakarta

08-09-1898

11 Dr. Samsi Sastrawidagda . 12 Dr. Sukiman Wiryosanjoyo. Drs. Kanjeng Raden Mas Hario 13 Sosrodiningrat . 14 Drs. Muhammad Hatta. 15 Haji A.A. Sanusi 16 Haji Abdul Wahid Hasyim. *) 17 Haji Agus Salim. 18 Ir. Pangeran Muhammad Nur. #) 19 Ir. Raden Ashar Sutejo Munandar. 20 Ir. Raden Mas Panji Surahman Cokroadisuryo

Solo Sewor, Solo Solo Bukit Tinggi, Sumbar Cantayan, Sukabumi Jombang Koto Gadang, IV Koto, Agam, Sumbar Martapura, Banjarmasin Siluwak Sawangan Batang Wonosobo

13-03-1894 19-06-1896 01-12-1902 12-08-1902 18-09-1888 12-02-1913 08-10-1884 24-07-1901 30-04-1914 30-08-1894 08-08-1908 06-06-1901 17-06-1887 12-03-1885 xx-xx-1890 08-05-1889 xx-xx-1912

21 Ir. Raden Ruseno Suryohadikusumo. Madiun 22 Ir. Sukarno. *) 23 24 K.H. Abdul Halim (Muhammad Syatari), Surabaya Majalengka

Kanjeng Raden Mas Tumenggung Ario Solo Wuryaningrat. Yogyakarta Paku Alaman, Yogyakarta Bojonegaro, Cilegon atau Menes (Banten Selatan) (?)

25 Ki Bagus Hadikusumo. *) 26 Ki Hajar Dewantara. *) 27 Kiai Haji Abdul Fatah Hasan. #)

28 Kiai Haji Mas Mansur. 29 Kiai Haji Masykur. 30 Liem Koen Hian. 31 Mas Aris. 32 Mas Sutarjo Kartohadikusumo. 33 Mr. A. A. Maramis. Mr. Kanjeng Raden Mas Tumenggung 34 Wongsonagoro. 35 Mr. Mas Besar Martokusumo. #) 36 Mr. Mas Susanto Tirtoprojo. 37 Mr. Muhammad Yamin 38 Mr. Raden Ahmad Subarjo. *) 39 Mr. Raden Hindromartono , 40 Mr. Raden Mas Sartono. 41 Mr. Raden Panji Singgih. 42 Mr. Raden Samsudin 43 Mr. Raden Suwandi. 44 Mr. Raden, Sastromulyono . 45 Mr. Yohanes Latuharhary. *) Ny. Mr. Raden Ayu Maria Ulfah 46 Santoso. Ny. Raden Nganten Siti Sukaptinah 47 Sunaryo Mangunpuspito. 48 Oey Tiang Tjoei. 49 Oey Tjong Hauw. 50 P.F. Dahler, 51 Parada Harahap. 52 Prof. Dr. Mr. Raden Supomo. *) Prof. Dr. Pangeran Ario Husein 53 Jayadiningrat. Prof. Dr. Raden Jenal Asikin Wijaya 54 Kusuma. 55 Raden Abdul Kadir. *) 56 Raden Abdulrahim Pratalykrama . 57 Raden Abikusno Cokrosuyoso. 58 Raden Adipati Ario Sumitro Kolopaking Purbonegoro.

Surabaya Singasari Malang Banjarmasin Karanganyar, Kebumen Kunduran, Blora Manado Solo Brebes Solo Sawahlunto, Sumbar Krawang Gunem, Rembang Wonogiri Malang Sukabumi Ngawi Kudus Saparua, Ambon Semarang Yogyakarta Jakarta Semarang Semarang Pargarutan, Sumut Sukoharjo, Solo Kramat Watu, Serang Mononjaya, Tasikmalaya Binjai, Sumut Sumenep, Jatim Ponorogo Papringan, Banyumas Bandung Bogor Purbolinggo

25-06-1896 30-12-1902 xx-xx-1896 02-01-1901 22-10-1892 20-06-1897 20-04-1897 08-07-1893 03-03-1900 23-08-1903 23-03-1897 31-12-1908 05-08-1900 17-10-1894 01-01-1908 31-10-1898 16-10-1898 06-07-1900 18-08-1911 28-12-1907 xx-xx-1893 xx-xx-1904 21-02-1883 15-12-1899 22-01-1903 08-12-1886 07-06-1891 06-06-1906 10-06-1898 16-06-1897 14-06-1887 08-08-1888 23-12-1902 16-05-1894

Kamon Shuumubu, Masyumi Jakarta. Tokoh NU N/A Ketua Pati Syuu Sangi Kai, Angg Tyuuoo Sangi In. Syuutyookan Jakarta. Advokat Jakarta. Bupati Sragen Walikota Tegal Madiun Sityoo Penasehat Sendenbu-sendenka (Sanyoo-Sendenbu) Pem bag Informasi Gunseikanbu cabang I Jakarta Shokuin Naimobu Roodo Kyoku Advokat, Angg Tyuuoo Sangi In Pembesar Umum Naimuu Koseika Tyoo Jakarta N/A Sanyo Bunkyoo Kyoku Hakim Kootoo Hooin dan Tihoo Hooin Jakarta Tangerang Peg. Somubu Jakarta. Peg Syhobu Jakarta Kabag Wanita Kantor Pus Jawa Hookoo Kai Jakarta. Angg Tyuuoo Sangi In, Presiden Hua Chiao Tong Hui Angg Tyuuoo Sangi In N/A Direktur Percetakan dan Harian Sinar Baru Semarang. Pem. Hooki Kyoku, Angg Saikoo Hooin Syumubutyoo, Angg Tyuuoo Sangi In Jakarta. Wa Pemimpin RSU Negeri, Guru Tinggi Ika Dai Gaku Jakarta. Opsir PETA. Wa Residen Kediri Architectparticulir, Ketua bag Umum kantor pusat Jawa Hookoo Kai Bupati Banjarnegara. Bupati Bandung Ikyu Keishi pada Keimubu Penulis Koperasi Kantor Pusat Koperasi Perdagangan Dagri Jakarta. Residen Bojonegoro Angg Tyuuoo Sangi In, Zissenkyokutyoo Jawa Hookookai

59 Raden Adipati Wiranatakusuma. *) 60 Raden Asikin Natanegara. #) 61 Raden Mas Margono Joyohadikusumo.

62 Raden Mas Tumenggung Ario Suryo. 63 Raden Oto Iskandardinata . *)

Magetan 09-07-1895 Bojongsoang, Kab Bandung 31-03-1897

Jakarta. 64* ) + Raden Panji Suroso. +) 65 Raden Ruslan Wongsokusumo. Porong, Sidoarjo 03-11-1893 Wa Ketua Syuu Hookoo Kai Malang Wa Ketua Perseroan Tanggungan Jiwa Bumiputera Jatim, Pembantu kantor cab Asia Raya dan Jawa Shimbun Wa Ketua Syuu Hookoo Kai dan Penasehat Surabaya Syuu Sangi Kai Pem Surat Kabar Aria Raya N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A

Tanah Merah, Sampang, Madura Semarang Kasugihan, Cilacap Semarang N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A

15-10-1901

66 Raden Sudirman. 67 68 69 B ^) C ^) D ^) E ^) F ^) G ^) H ^) Raden Sukarjo Wiryopranoto. Tan Eng Hoa. Itibangase Yosio Matuura Myano Tanaka Tokonami N/A N/A N/A

24-12-1890 05-06-1903 xx-xx-1907 N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A

Catatan bagian ini: 1. Tanda *) menunjukkan anggota tersebut juga menjadi anggota PPKI. 2. Tanda #) menunjukkan anggota tersebut adalah tambahan yang mulai bersidang pada 10 Juli 1945. 3. 4. Tanda +) dan ++) berturut-turut menunjukkan anggota tersebut adalah Ketua dan Ketua Muda (Wakil Ketua) BPUPKI. Tanda ^) menujukkan anggota tersebut adalah anggota istimewa bangsa Jepang (tanpa hak suara[?]).

Anggota PPKI (Dokuritu Zyunbi Iin Kai)


Dokuritu Zyunbi Iin Kai atau yang sering dikenal dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) adalah sebuah Panitia yang dibentuk oleh Pemerintah Angkatan Darat XVI Jepang yang berkedudukan di Jakarta (selengkapnya baca artikel PPKI) ini beranggotakan 21 orang bangsa Indonesia sebagai anggota biasa dan tanpa bangsa Jepang sebagai anggota luar biasa. Pada sidang 18 Agustus 1945 Sukarno sebagai ketua PPKI, dengan sepengetahuan dan persetujuan pemerintah [Militer Jepang (?)] (lihat
keterangan di bawah), menambah 6 orang anggota bangsa Indonesia. Tempat kelahiran Rantau, Kalsel Tanggal kelahiran 25-02-1909

No 1

Nama anggota dalam EYD Anang Abdul Hamidan.

Pekerjaan/Jabatan Penanggung jawab Kalimantan Raya kemudian Borneo Shimbun

Andi Pangeran Pettarani.

Gowa, Sulsel Yogyakarta Solo Tondano, Minahasa Yogyakarta Talawi, Sawahlunto, Sumbar Bukit Tinggi, Sumbar Solo Jombang Pidie, Aceh Surabaya Yogyakarta Paku Alaman, Yogyakarta Kunduran, Blora Diskie, Binjai, Sumut Singaraja, Bali Krawang Ciamis

14-04-1903 25-06-1906

Bontonompo (Gowa) dan Arung Macege (Bone) Pembesar Kawedanan Kori Kraton Yogyakarta, Angg Tyuuoo Sangi In

3 *) Bandoro Pangeran Hario Purubojo. 4 *) 5 6 *) 7 Bendoro Kanjeng Pangeran Ario Suryohamijoyo. Dr. G.S.S.J. Ratulangie. Dr. Kanjeng Raden Tumenggung Rajiman Wedyodiningrat. Dr. M. Amir.

13-10-1905 Ajudan Sri Susuhunan Surakarta 05-11-1890 21-04-1879 27-01-1900 12-08-1902 Peg Kantor Chosasitu Jakarta dan Makasar (Sw) Angg Tyuuoo Sangi In, Pertanian di Bulak Ngalaran Walikukun Kab Ngawi Dokter Pribadi Sultan Langkat Tanjungpura Sumut Angg Tyuuoo Sangi In, Wa Ketua Hookoo Kaigi Jawa Hookookai. Berniaga, Penasehat Kantor Penyelidikan Surabaya. Penasehat Tyuuoo Sangi In, Sango Soomubu Jakarta Angg Tyuuoo Sangi In, Ketua Muhammadiyah. Angg Tyuuoo Sangi In Soomu Jawa Hookookai Yogyakarta.

8 *) Drs. Muhammad Hatta. ++) 9 10 *) 11 Drs. Yap Tjwan Bing Haji Abdul Wahid Hasyim. Haji Teuku Muhammad Hasan

31-10-1910 Pengelola Apotik Suniaraya 12-02-1913

04-04-1906 Peg Kantor Gubernur Medan 06-06-1901 xx-xx-1890 08-05-1889

12 Ir. Sukarno. *) +) 13 *) Ki Bagus Hadikusumo.

14 Ki Hajar Dewantara. *) #) 15 *) 16 17 Mas Sutarjo Kartohadikusumo. Mr. Abdul Abbas. Mr. I Gusti Ketut Puja.

22-10-1892 Syuutyookan Jakarta. 11-08-1906 Angg Tyuuoo Sangi In Sumatera 19-05-1908 Giyozei Komon (Sunda Minseibu) 23-03-1897 Pem bag Informasi Gunseikanbu cabang I Jakarta

18 Mr. Raden Ahmad Subarjo. *) #) 19 #) 20 #) 21 *) 22 #) 23 *) 24 *) Mr. Raden Iwa Kusuma Sumantri. Mr. Raden Kasman Singodimejo Mr. Yohanes Latuharhary. Muhammad Ibnu Sayuti Melik. Prof. Dr. Mr. Raden Supomo. Raden Abdul Kadir.

31-05-1899 Bekas hakim Keizei Hooin Makassar

Kalirejo, Purworejo 25-02-1908 Dai Dantyoo PETA Jakarta Saparua, Ambon Yogyakarta Sukoharjo, Solo Binjai, Sumut Bandung 06-07-1900 Peg. Somubu Jakarta. 25-11-1908 Pemred Surat Kabar Sinar Baru Semarang

22-01-1903 Pem. Hooki Kyoku, Angg Saikoo Hooin 06-06-1906 Opsir PETA. 08-08-1888 Bupati Bandung

25 Raden Adipati Wiranatakusuma. *) #) 26 *) Raden Oto Iskandardinata.

Bojongsoang, Kab Angg Tyuuoo Sangi In, Zissenkyokutyoo 31-03-1897 Bandung Jawa Hookookai Jakarta.

27 *)

Raden Panji Suroso.

Porong, Sidoarjo

03-11-1893 Wa Ketua Syuu Hookoo Kai Malang

Catatan bagian ini: 1. Tanda *) menunjukkan anggota tersebut juga menjadi anggota BPUPKI 2. Tanda #) menunjukkan anggota tersebut adalah tambahan (sepengetahuan dan mendapat persetujuan pemerintah [Jepang?] lihat Risalah hal 327 [edisi II] dan 445 [edisi III]) 3. Tanda +) dan ++) berturut-turut menujukkan anggota tersebut adalah Ketua dan Wakil Ketua PPKI Keterangan dan Pertanggung jawaban 1. Data bersumber pada Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI 28 Mei-22 Agustus Edisi ke-3 (Saafroedin et. al. [Ed], 1995) dan Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI 28 Mei-19 Agustus Edisi ke-2 Cetakan ke-4 (Saafroedin et. al. [Ed], 1993);selanjutnya disebut Risalah. 2. Nama anggota dalam ejaan asli merupakan nama yang tertulis pada Biodata Anggota BPUPKI dan PPKI (buku bagian terakhir dan tanpa halaman), kecuali untuk anggota yang berkebangsaan Jepang diambilkan dari Sidang 11 Juli 1945 hal 201-204 Risalah edisi III dan hal 166-170 Risalah edisi II (lihat poin atas). 3. Nama anggota dalam EYD adalah nama yang ejaannya disesuaikan dengan EYD dan disusun ulang, sebagian menyesuaikan dengan berbagai halaman pada Risalah, dan sebagian merupakan usaha penyusun sendiri. Penyusunan/pengurutan Anggota BPUPKI dan PPKI berdasarkan pada kolom ini. 4. Untuk nama cetak tebal (bold) merupakan nama keluarga/marga (family name) atau nama yang dianggap nama keluarga/marga (family name). 5. Untuk nama cetak miring (italic) merupakan gelar akademis, kebangsawanan, keagamaan, maupun gelar yang lain. 6. Tempat tanggal lahir sebagian diperjelas dengan menunjukkan lingkungan Provinsi sekarang (2007) 7. Tanggal lahir dan bulan lahir xx belum diketahui 8. Pekerjaan/Jabatan adalah pekerjaan anggota di tahun 1944/1945 (saat menjabat sebagai anggota BPUPKI dan atau PPKI) 9. N/A (Not Available) pada Kolom Nama, Tempat dan Tanggal Lahir serta Pekerjaan adalah belum terdapat data. 10. Anggota BPUPKI pada sidang I (28 Mei 1 Juni 1945) berjumlah 62 orang bangsa Indonesia dan 8 orang anggota Luar Biasa (Istimewa) Berkebangsaan Jepang (lihat di atas). Pada sidang ke II (10-17 Juli 1945) keanggotaan ditambah 6 orang bangsa Indonesia (lihat Risalah edisi III: xxv-xxvii, 86, 371-372 dan Risalah edisi II: 74). 11. Anggota PPKI pada saat pembentukannya (7 Agustus 1945) berjumlah 21 orang bangsa Indonesia. Pada 18 Agustus 1945 ditambah 6 orang dengan sepengetahuan dan persetujuan Pemerintah [Jepang(?)] (Risalah edisi III: 445 dan Risalah edisi II, 1993: 327)

E. Tantangan Pancasila dalam Era Reformasi

Pemerintahan dan kelembagaan negara era reformasi, bersama berbagai komponen bangsa berkewajiban meningkatkan kewaspadaan nasional yang dapat mengancam integritas nasional dan NKRI. Tantangan nasional yang mendasar dan mendesak untuk dihadapi dan dipikirkan alternatif pemecahannya, terutama:

1.

Amandemen UUD 45 yang sarat kontroversial; baik filosofis-ideologis bukan sebagai jabaran dasar negara Pancasila, juga secara konstitusional amandemen cukup memprihatinkan karena berbagai konflik kelembagaan. Berdasarkan analisis demikian berbagai kebijaksanaan negara dan strategi nasional, dan sudah tentu program nasional mengalami distorsi nilai ---dari ajaran filsafat Pancasila, menjadi praktek budaya kapitalisme-liberalisme dan neo-liberalisme---. Terutama demokrasi liberal dan ekonomi liberal..bermuara sebagai supremasi neo-imperialisme!

2.

Elite reformasi dan kepemimpinan nasional hanya mempraktekkan budaya demokrasi liberal atas nama HAM; yang aktual dalam tatanan dan fungsi pemerintahan negara (suprastruktur dan infrastruktur sosial politik) hanyalah: praktek budaya oligarchy, plutocracy.......bahkan sebagian rakyat mempraktekkan budaya anarchy (anarkhisme)!

3.

Rakyat Indonesia mengalami degradasi wawasan nasional ---bahkan juga degradasi kepercayaan atas keunggulan dasar negara Pancasila, sebagai sistem ideologi nasional---. Karenanya, elite reformasi mulai pusat sampai daerah mempraktekkan budaya kapitalismeliberalisme dan neo-liberalisme. Jadi, rakyat dan bangsa Indonesia mengalami erosi jatidiri nasional!

4.

NKRI sebagai negara hukum, dalam praktek justru menjadi negara yang tidak menegakkan kebenaran dan keadilan berdasarkan Pancasila UUD 45. Praktek dan budaya korupsi makin menggunung, mulai tingkat pusat sampai di berbagai daerah: Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kekayaan negara dan kekayaan PAD bukan dimanfaatkan demi kesejahteraan dan keadilan bagi rakyat, melainkan dinikmati oleh elite reformasi. Demikian pula NKRI sebagai negara hukum, keadilan dan supremasi hukum; termasuk HAM belum dapat ditegakkan.

5.

Tokoh-tokoh nasional, baik dari infrastruktur (orsospol), maupun dalam suprastruktur (lembaga legislatif dan eksekutif) hanya berkompetisi untuk merebut jabatan dan kepemimpinan yang menjanjikan (melalui pemilu dan pilkada). Berbagai rekayasa sosial politik diciptakan, mulai pemekaran daerah sampai usul amandemen UUD 45 (tahap V) sekedar untuk mendapatkan legalitas dan otoritas kepemimpinan demi kekuasaan. Sementara kondisi nasional rakyat Indonesia, dengan angka kemiskinan dan pengangguran yang tetap menggunung belum ada konsepsi alternatif strategis pemecahannya. Kondisi demikian dapat melahirkan konflik horisontal dan vertikal, bahkan anarchisme sebagai fenomena sosioekonomi-psikologis rakyat dalam wujud stress massal dan anarchisme!

6.

Pemujaan demokrasi liberal atas nama kebebasan dan HAM telah mendorong bangkitnya primordialisme kesukuan dan kedaerahan. Mulai praktek otoda dengan budaya negara

federal sampai semangat separatisme. Fenomena ini membuktikan degradasi nasional telah makin parah dan mengancam integritas mental ideologi Pancasila, integritas nasional dan integritas NKRI, dan integritas moral (komponen pimpinan, manusia, bangsa!) 7. Momentum pemujaan kebebasan (neo-liberalisme) atas nama demokrasi dan HAM, dimanfaatkan partai terlarang PKI untuk bangkit. Mulai gerakan pelurusan sejarah ---terutama G.30S/PKI--- sampai bangkitnya neo-PKI sebagai KGB melalui PRD dan Papernas. Mereka semua melangkahi (baca: melecehkan Pancasila UUD 45) dan ramburambu (= asas-asas konstitusional) yang telah berlaku sejak 1966, terutama: a. Bahwa filsafat dan ideologi Pancasila memancarkan integritas sebagai sistem filsafat dan ideologi theisme-religious. Artinya, warga negara RI senantiasa menegakkan moral dan budaya politik yang adil dan beradab yang dijiwai moral Pancasila berhadapan dengan separatisme ideologi: marxisme-komunisme-atheisme yang diperjuangkan neoPKI / KGB dan antek-anteknya. b. UUD Proklamasi seutuhnya memancarkan nilai filsafat Pancasila: mulai Pembukaan, Batang Tubuh (hayati: Pasal 29) dan Penjelasan UUD 45. c. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 dan dikukuhkan Tap MPR RI No. I/MPR/2003 Pasal 2 dan Pasal 4. d. Tap MPR RI No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa; dan e. Undang Undang No. 27 tahun 1999 tentang Keamanan Negara ( yang direvisi, terutama Pasal 107a107f).

Praktek dan Budaya Neo-Liberalisme Menggoda dan Melanda NKRI

Dunia postmodernisme makin menggoda dan melanda dunia melalui politik supremasi ideologi. Kita semua senang dan bangga, menikmati kebebasan dan keterbukaan atas nama demokrasi dan HAM, tanpa menyadari bahwa nilai-nilai neoliberalisme menggoda dan melanda sehingga terjadi degradasi wawasan nasional, sampai degradasi mental dan moral sebagian rakyat bahkan elite dalam era reformasi. Sebagian elite reformasi bangga dengan praktek reformasi yang memuja kebebasan (=liberalisme) atas nama demokrasi (demokrasi liberal) dan HAM (HAM yang dijiwai

individualisme, materialisme, sekularisme) sehingga rakyat Indonesia masih terhimpit dalam krisis multi dimensional. Harapan berbagai pihak dengan alam demokrasi dan keterbukaan, nasib rakyat akan dapat diperbaiki menjadi lebih sejahtera dan adil sebagaimana amanat Pembukaan UUD 45 : ........ memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa .... dapat terlaksana, dalam makna SDM Indonesia cerdas dan bermoral! Tegasnya, bukan euforia reformasi dengan budaya demokrasi neo-liberal dalam praktek oligarchy, plutocracy dan anarchy.berwujud konflik horisontal..degradasi wawasan nasional dan moral (korupsi menggunung) dapat bermuara disintegrasi bangsa dan NKRI. Sesungguhnya, dalam era reformasi yang memuja kebebasan atas nama demokrasi dan HAM, ternyata ekonomi rakyat makin terancam oleh kekuasaan neoimperialisme melalui ekonomi liberal. Analisis ini dapat dihayati melalui bagaimana politik pendidikan nasional (UU RI No: 9 tahun 2009 tentang BHP sebagai kelanjutan PP No. 61 / 1999) yang membuat rakyat miskin makin tidak mampu menjangkau. Bidang sosial ekonomi, silahkan dicermati dan dihayati Perpres No. 76 dan 77 tahun 2007 tentang PMDN dan PMA yang tertutup dan terbuka, yang mengancam hak-hak sosial ekonomi bangsa ! Demokrasi liberal dengan biaya amat mahal beserta social cost yang cukup memprihatinkan ---konflik horisontal, sampai anarkhisme yang bermuara disintegrasi bangsa --- adalah tragedi penyimpangan elite reformasi dalam menegakkan sistem kenegaraan Pancasila! ----lebih-lebih pasca Amandemen UUD Proklamasi 45, menjadi : UUD 2002 ! Kesimpulan

1. Sistem filsafat Pancasila adalah bagian dari sistem filsafat Timur yang memancarkan integritas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious. Ajaran filsafat Pancasila yang dikembangkan sebagai sistem ideologi nasional dikembangkan dan ditegakkan dalam integritas sistem kenegaraan Pancasila (sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi 45). 2. Filsafat Pancasila sebagai asas kerokhanian bangsa dan NKRI memberikan integritas keunggulan sistem kenegaraan Indonesia Raya.

Bahwa sesungguhnya UUD Negara adalah jabaran dari filsafat negara Pancasila sebagai ideologi nasional (Weltanschauung); asas kerokhanian negara dan jatidiri bangsa. Karenanya menjadi asas normatif-filosofis-ideologis-konstitusional bangsa; menjiwai dan melandasi cita budaya dan moral politik nasional, sebagai terjabar dalam asas normatif-filosofis-ideologis-konstitusional: a. Negara kesatuan, negara bangsa (nation state, wawasan nasional dan wawasan nusantara: sila III), ditegakkan sebagai NKRI. b. Negara berkedaulatan rakyat (= negara demokrasi: asas normatif sila IV). c. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab (sila I-II) sebagai asas moral kebangsaan dan kenegaraan RI; ditegakkan sebagai budaya dan moral (manusia warga negara) politik Indonesia. d. Negara berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat): asas supremasi hukum demi keadilan dan keadilan sosial: oleh semua untuk semua (sila I-II-IV-V); sebagai negara hukum Pancasila. e. Negara berdasarkan asas kekeluargaan (paham persatuan: negara melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, dan seluruh rakyat Indonesia, negara mengatasi paham golongan dan paham perseorangan: sila III-IV-V) dijiwai dan dilandasi sila I-II; dan ditegakkan dalam sistem ekonomi Pancasila, sebagai demokrasi ekonomi dan pemberdayaan rakyat sebagai SDM subyek penegak integritas NKRI.

3. Dinamika globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme bermuara supremasi (ideologi neo-liberalisme) sebagai neo-imperialisme, menjadi tantangan nasional yang mengancam integritas sistem kenegaraan Pancasila; sekaligus integritas mental-moral-SDM Indonesia masa depan!. Tantangan ini makin mendesak karena sinergis dengan fenomena kebangkitan neo-PKI / KGB dalam NKRI yang cucitangan atas tanggung jawab G 30 S / PKI ---dengan dalih : pelurusan sejarah--4. Secara ontologis-axiologis era reformasi jauh menyimpang dari kaidah fundamental filsafat Pancasila dan ideologi Pancasila sebagai diamanatkan UUD Proklamasi 45 --- yang telah diubah menjadi UUD 2002 ---. Karenanya, pemerintah dan elite reformasi mempraktekkan budaya dan moral demokrasi liberal, ekonomi liberal ......bahkan memuja kebebasan (=liberalisme), demokrasi liberal (bukan demokrasi berdasarkan moral Pancasila); atas nama HAM (HAM yang individualistik, yang dipropagandakan oleh USA sementara fenomena sosial politik global mereka menindas HAM,

dengan menjajah beberapa negara Timur Tengah : seperti Irak .... dan Afghanistan ! ). Fenomena demikian menunjukkan HAM mereka hanyalah propaganda H A M P A ! 5. Dinamika neo-liberalisme dan neo-imperialisme dalam era postmodernisme ---termasuk era reformasi--- menggoda dan melanda bangsa-bangsa, termasuk Indonesia ! Bilamana kita tidak tegaktegar dengan integritas nilai filsafat Pancasila, rakyat kita mengalami degradasi nasional ...... bahkan degradasi mental dan moral (theisme-religious menjadi sekularisme; bahkan materialismekapitalisme-individualisme dan atheisme!) Fenomena demikian bermuara sebagai bencana nasional, tragedi moral dan peradaban bangsa-bangsa masa depan! 6. Multikrisis dimensional nasional dalam NKRI belum teratasi, kita dihimpit dengan global crisis financial dari negara adidaya (USA dan UE) yang dapat memacu politik supremasi neo-imperialisme dari ideologi neo-liberalisme ! 7. Adalah kewajiban nasional, bahkan kewajiban moral kita semua --- terutama elite reformasi dan Pemerintah --- untuk merenung dan mawasdiri sebagai audit nasional, khususnya sebagai audit reformasi! Maknanya, apakah kita sudah sungguh-sungguh setia dan bangga dengan sistem kenegaraan Pancasila sebagai diamanatkan PPKI dalam UUD Proklamasi 45; ataukah kita telah tergoda dan terlanda oleh kejayaan negara liberalisme-kapitalisme --- sehingga kita ikut membudayakan demokrasi liberal dan ekonomi liberal (mungkin juga mental dan moral liberal).

=====+++=====

Anda mungkin juga menyukai