Anda di halaman 1dari 32

BAB I-Pendahuluan Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek, yang sering digambarkan sebagai rasa

berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness). Deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau sefalgi, terutama karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian. Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistem keseimbangan. Sesuai kejadiannya, vertigo ada beberapa macam iaitu vertigo spontan, vertigo posisi dan vertigo kalori. Dikatakan vertigo spontan bila vertigo timbul tanpa pemberian ransangan. Ransangan timbul dari penyakitnya sendiri, misalnya pada penyakit Meniere oleh sebab tekanan endolimfa yang meninggi. Dalam vertigo posisi, timbul disebabkan oleh perubahan posisi kepala . vertigo timbul kerana perangsangan pada kupula kanalis semikularis oleh debris atau pada kelainan servikal. Yang disebutkan sebagai debris adalah kotoran yang menempel pada kupula semi-sirkularis. Pada pemeriksaan kalori juga dirasakan adanya vertigo, dan vertigo ini disebut vertigo kalori. Vertigo kalori ini penting ditanyakan pada pasien sewaktu tes kalori, supaya ia dapat membandingkan perasaan vertigo ini dengan serangan yang pernah dialaminya.

Page | 1

BAB II-ISI

Definisi Vertigo: perasaan berputar Benign Paroxysmal Positional Vertigo(BPPV): gejala atau sindrom klinis yang timbul dalam beberapa detik sampai menit dan intermitten. Bisa timbul mual, rasa melayang, ketidakseimbangan, gejala timbul dalam perubahan posisi ( bangun tidur, miring kanan atau kiri)

Anatomi dan fisiologi alat keseimbangan tubuh

Terdapat 3 sistem yang mngelola pengaturan keseimbangan tubuh yaitu: Sistem vestibuler, sistem propriseptik dan sistem optik. Sistem vestibuler meliputi labirin ( aparatus vestibularis),nervus vestibularis dan vestibular sentral. Labirin terletak dalam pas petrosa os temporalis dan dibagi atas koklea ( alat pendengaran) dan aparatus vestibularis ( alat keseimbangan). Labirin yang merupakan seri saluran, terdiri atas labirin membran yang berisi endolimfe dan labirin tulang berisi perilimfe, dimana kedua cairan ini mempunyai komposisi kimia berbeda dan tidak saling berhubungan. Apparatus vestibularis terdiri atas satu pasang organ otolith dan 3 pasang canalis semisirkularis. Otolith terbagi atas sepasang kantong yang disebut sakulus dan utrikulus. Sakulus dan utrikulus masing-masing mempunyai suatu penebalan atau makula sebagai mekanoreseptor khusus. Makula terdiri dari sel-sel rambut dan sel penyokong. Kanalis semisirkularis adalah saluran labirin tulang yang berisi perilimfe, sedang duktus semisirkularis adalah saluran labirin selaput berisi endolimfe. Ketiga duktus semisirkularis adalah saluran labirin selaput berisi endolimfe. Ketiga duktus semisirkularis terletak saling tegak lurus. Sistem vestibuler terdiri dari labirin, bagian vestibular nervus kranialis VIII dan nuklei vestibularis di bagian otak, dengan koneksi sentralnya. Labirin terletak di dalam bagian petrosus
Page | 2

os temporalis dan terdiri dari utrikulus, sakulus dan 3 kanalis semisirkularis. Labirin membranosa itu sendiri berisi endolimfe. Utrikulus, sakulus dan bagian kanalis semisirkularis yang melebar ( ampula) mengandung organ reseptor yangbefungsi untuk mempertahankan keseimbangan. Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap linkungan disekitarnya tergantung kepada input sensorik dan reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan proprioseptik. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di SSP, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh pada saat itu. Reseptor sistem ini adalah sel rambut yang terletak dalam kanalis semisirkularis dan makula dari organ otolith. Secara fungsional terdapat dua jenis sel. Sel-sel pada kanalis semisirkularis peka terhadap rotasi khususnya terhadap percepatan sudut, sedangkan sel-sel pada organ otolit terhadap gerak linier, khususnya percepatan linier dan terhadap perubahan posisi kepala relatif terhadap gravitasi. Perbedaan kepekaan terhadap percepatan sudut dan percepatan linier ini disebabkan oleh geometri dari kanalis dan organ otolit secara ciri-ciri fisik dari strukturstruktur yang menutupi sel rambut. Sel rambut Secara morfologi sel rambut pada kanalis sangat menyerupai dengan sel rambut pada organ otolit. Masing-masing sel rambut memiliki polarisasi struktural yang dijelaskan oleh posisi dari stereosilia relatif terhadap kinosilium. Jika suatu gerakan menyebabkan stereosilia membengkok kearah kinosilium, maka sel-sel rambut akan tereksitasi. Jika gerakan dalam arah yang berlawanan sehingga stereosilia menjauh dari kinosilium maka sel-sel rambut akan terinhibisi. Kanalis semisirkularis Polarisasi adalah sama pada seluruh sel rambut pada tiap kanalis, dan pada rotasi sel-sel dapat tereksitasi ataupun terinhibisi. Ketiga kanalis hampir tegak lurus satu dengan yang lainnya, dan masing-masing kanalis dari satu telinga terletak hampir satu bidang yang sama dengan kanalis telinga satunya. Pada waktui rotasi, salah satu dari pasangan kanalis semisirkularis akan tereksitasi sementara yangs atunya akan terinhibisi. Misalnya, bila kepala pada posisi lurus
Page | 3

normal dan terdapat percepatan dalam bidang horizontal yang menimbulkan rotasi ke kanan, maka serabut-serabut yang kiri akan terinhibisi. Jika rotasi pada dinding vertikal misalnya rotasi kedepan, maka kanalis anterior kiri dan kanan kedua sisi akan tereksitasi, sementara kanalis posterior akan terinhibisi. Organ otolit Ada dua organ otolit, utrikulus yang terletak pada bidang kepala yang hampir horizontal, dan sakulus yang terletak pada bidang yang hampir vertikal. Berbeda dengan sel rambut kanalis semisirkularis, maka polarisasi sel rambut pada organ otolit tidak semuanya sama. Pada makula utrikulus, kinosilium terletak dibagian samping sel rambut yang terdekat dengan daerah sentral yaitu striola. Maka pada saat kepala miring atau mengalami percepatan linier, sebagian serabut aferan akan tereksitasi sementara yang lainnya terinhibisi. Dengan adanya polarisasi yang berbeda dari tiap makula, maka SSP mandapat informasi tentang gerak linier dalam 3 dimensi, walaupun sesungguhnya hanya ada dua makula. Hubungan-hubungan langsung antara inti vestibularis dengan motoneuron ekstraokularis merupakan suatu jarans penting yang mengendalikan gerakan mata dan refleks vestibulo-okularis ( RVO). RVO adalah gerakan mata yang mempunyai suatu komponen lambat berlawanan arah dengan putaran kepala dan suatu komponen cepat yang searah dengan putaran kepala. Komponen lambat mengkompensasi gerakan kepala dan berfungsi menstabilkan suatu bayangan pada retina. Komponen cepat berfungsi untuk kembali mengarahkan tatapan ke bagian lain dari lapang pandang. Perubahan arah gerakan mata selama ransangan vestibularis merupakan suatu contoh nistagmus normal.

Page | 4

Gambar 1 Telinga dalam

Etiologi Pada sekitar 50% kasus, penyebabnya tidak diketahui ( idiopatik). Beberapa kasus BPPV dijumpai setelah mengalami jejas atau trauma kepala atau leher, infeksi telinga tengah atau operasi stapedektomi dan proses degenerasi pada telinga dalam juga merupakan penyebab BPPV sehingga insiden BPPV meningkat dengan bertambahnya usia. Banyak BPPV yang tibul spontan, disebabkan oleh kelainan di otokonial berupa deposit yang berada di kupula bejana semisirkularis posterior. Deposit ini menyebabkan bejana menjadi sensitif terhadap perubahan gravitasi yang menyertai keadaan posisi kepala yang berubah.

Perjalanan penyakit Perjalanan penyakit BPPV sangat bervariasi. Pada sebagian besar kasus gangguan menghilang secara spontan dalam kurun beberapa minggu, namun dapat kambuh setelah beberapa waktu, bulan atau tahun kemudian. Ada pula penderita yang hanya satu kali
Page | 5

mengalaminya. Sesekali dijumpai penderita yang kepekaannya terhadap vertigo posisional berlangsung lama. Serangan vertigo umumnya berlangsung singkat, kurang dari 1 menit. Namun, bila ditanyakan kepada penderita, mereka menaksirnya lebih lama sampai beberapa menit. Bila serangan vertigo datang bertubi-tubi, hal ini mengakibatkan penderitanya merasakan kepalanya menjadi terasa ringan, merasa tidak stabil, atau merasa mengambang yang menetap selama beberapa jam atau hari. BPPV sering dijumpai pada kelompok usia menengah yaitu pada usia 40-an dan 50-an tahun. Wanita agak lebih sering daripada pria. BPPV jarang dijumpai pada anak atau orang yang sangat tua. Nistagmus kadang dapat disaksikan waktu terjadinya BPPV dan biasanya bersifat torsional ( rotator).

Patofisiologi Pada telinga dalam terdapat 3 kanalis semisirkularis. Ketiga kanalis semisirkularis tersebut terletak pada bidang yang saling tegak lurus satu sama lain. Pada pangkal setiap kanalis semisirkularis terdapat bagian yang lebar yakni ampula. Di dalam ampula terdapat kupula, yakni alat untuk mendeteksi gerakan cairan dalam kanalis semisirkularis akibat gerakan kepala. Sebagai contoh, bila seseorang menolehkan kepalanya ke arah kanan, maka cairan dalam kanalis semisirkularis kanan akan tertinggal sehingga kupula amakn mengalami defleksi ke arah ampula. Defleksi ini diterjemahkan dalam sinyal yang diteruskan ke otak sehingga timbul sensasi kepala menoleh ke kanan. Adanya partikel atau debris dalam kanalis semisirkularis akan mengurangi atau bahkan menimbulkan defleksi kupula ke arah sebaliknya dari arah gerakan kepala yang sebenarnya. Hal ini menimbulkan sinyal yang tidak sesuai dengan arah gerakan kepala, sehingga timbul sensasi vertigo. Terdapat 2 teori yang menjelaskan patofisiologi BPPV, yakni teori kupulolitiasis dan kanalolitiasis.

Page | 6

Teori Cupulolithiasis

Pada tahun 1962 Horald Schuknecht mengemukakan teori ini untuk menerangkan BPPV. Dia menemukan partikel-partikel basofilik yang berisi kalsiurn karbonat dari fragmen otokonia (otolith) yang terlepas dari macula utriculus yang sudah berdegenerasi, menempel pada permukaan kupula. Dia menerangkan bahwa kanalis semisirkularis posterior menjadi sensitif akan gravitasi akibat partikel yang melekat pada kupula. Ini digambarkan oleh nistagmus dan rasa pusing ketika kepala penderita dijatuhkan ke belakang posisi tergantung (seperti pada tes Dix-Hallpike). KSS posterior berubah posisi dari inferior ke superior, kupula bergerak secara utrikulofugal, dengan demikian timbul nistagmus dan keluhan pusing (vertigo). Perpindahan partikel otolith tersebut membutuhkan waktu, hal ini yang menyebabkan adanya masa laten sebelum timbulnya pusing dan nistagmus. Teori Canalithiasis

Tahun1980 Epley mengemukakan teori canalithiasis, partikel otolith bergerak bebas di dalam KSS. Ketika kepala dalam posisi tegak, endapan partikel ini berada pada posisi yang sesuai dengan gaya gravitasi yang paling bawah. Ketika kepala direbahkan ke belakang partikel ini berotasi ke atas sarnpai 900 di sepanjang lengkung KSS. Hal ini menyebabkan cairan endolimfe mengalir menjauhi ampula dan menyebabkan kupula membelok (deflected), hal ini menimbulkan nistagmus dan pusing. Pembalikan rotasi waktu kepala ditegakkan kernbali, terjadi pembalikan pembelokan kupula, muncul pusing dan nistagmus yang bergerak ke arah berlawanan. Dibanding dengan teori cupulolithiasis teori ini lebih dapat menerangkan keterlambatan "delay" (latency) nistagmus transient, karena partikel butuh waktu untuk mulai bergerak. Ketika mengulangi manuver kepala, otolith menjadi tersebar dan semakin kurang efektif dalam menimbulkan vertigo serta nistagmus. Hal inilah yang dapat menerangkan konsep kelelahan "fatigability" dari gejala pusing.

Page | 7

Gambar 2 Patofisiologi Gejala klinis BPPV terjadi secara tiba-tiba. Kebanyakan pasien menyadari saat bangun tidur, ketika berubah posisi dari berbaring manjadi duduk. Pasien merasakan pusing berputar yang lama kelamaan berkurang dan hilang. Terdapat jeda waktu antara perubahan posisi kepala dengan timbulnya perasaan pusing berputar. Pada umumnya perasaan pusing berputar timbul sangat kuat pada awalnya dan awalnya dan menghilang setelah 30 detik sedangkan serangan berulang sifatnya menjadi lebih ringan. Gejala ini dirasakan berhari-hari hingga berbulan-bulan. Pada banyak kasus, BPPV dapat mereda sendiri namun berulang di kemudian hari. Bersamaan dengan perasaan pusing berputar, pasien dapat mengalami mual dan muntah. Sensasi ini dapat timbul lagi bila kepala dikembalikan ke posisi semula, namun arah nistagmus yang timbul adalah sebaliknya. Diagnosis BPPV pada kanalis posterior dan anterior dapat ditegakkan dengan memprovoksi dan mengamati respon nistagmus yang abnormal dan respon vertigo dari kanalis semisirkularis yang terlibat. Pemeriksaan dapat memilih perasat Dix- Hallpike atau perasat Sidelying. Dix dan Hallpike mendeskripsikan tanda dan gejala BPPV sebagai berikut:
Page | 8

1. Terdapat posisi kepala yang mencetuskan serangan 2. Nistagmus yang khas 3. Adanya masa laten 4. Lamanya serangan terbatas 5. Arah nistagmus berubah bila posisi kepala dikembalikan ke posisi awal 6. Adanya fenomena kelelahan/ fatigue nistagmus bila stimulus diulang

Diagnosis Teknik diagnosa dan perjalanan penyakit vertigo perifer Dalam dunia kedokteran, untuk mendiagnosa suatu penyakit, haruslah melalui tahap- tahap sebagai berikut :

1. Anamnesis Anamnesis adalah suatu metode wawancara yang di lakukan oleh seorang dokter untuk memperoleh informasi secara detail mengenai riwayat openyakit pasien sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat openyakit keluarga dan keluhan penyerta lainnya. Anamnesis ada dua metode yang di gunakan, yaitu baik secara allo-anamnesis dan secara autoanamnesis. Allo- anamnesis di lakukan bukan pada pasienya langsung, tetapi pada orang atau keluarga dekatnya yang mengantar pasien tersebut ke dokter, hal ini bisa terjadi misalnya pada pasien yang masih bayi, atau pasien kegawat daruratan yang tidak sadarkan diri sehingga tidak dapat berkomunikasi secara langsung dengan dokter. Teknik kedua secara auto Anamnesis, dimana pertanyaan pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan pasien, di tanyaklan langsung kepada pasien, hal ini di lakukan khususnya pada pasien yang dapat berkomuniokasi secara langsung dengan dokter pemeriksanya. Perlu di perhatikan bagi seorang dokter maupun bagi seorang pasien, bahwa metode anamnesis ini, merupakan salah satu metode terpenting dalam menegakan diagnosa suatu penyakit, sebab hampir sekitar 90% penegakkan diagnosis berasal dari anamnesis, oleh karena itu prtisipasi dari
Page | 9

pasien juga sangat di harapkan, sebab metode ini membutuhkan wawancara dengan dokter pemeriksanya.

Untuk kasus ini, ada beberapa pertanyaan yang penting untuk ditanyakan kepada pasien. Antaranya adalah: Menanyakan identitas dan data umum seperti nama, usia, pekerjaan, agama, suku Menanyakan keadaan sosial dan ekonomi, gaya hidup dan kondisi lingkungan Menanyakan adanya keluhan utama dan penyerta Menanyakan apakah pasien telah melakukan pemeriksaan sebelumnya atau pengobatan sebelumnya, apa yang dilakukan untuk mengatasi keluahannya sebelum ke dokter Menanyakan riwayat penyakit keluarga dan penyakit terdahulu.

Pada anamnesis ditemukan keluhan yang berupa berputarnya tubuh pasien atau keadaan sekeliling disertai mual dan muntah atau kadang tanpa mual muntah. Perasaan tersebut dapat timbul spontan atau diperberat oleh perubahan posisi tubuh. Serangan dapat berlangsung konstan atau episodik selama beberapa menit atau jam. Selanjutnya perlu pula ditelusuri riwayat utama kepala atau whisplash injury, gangguan penglihatan, kelemahan tubuh, kesulitan bicara, kesulitan berjalan dan penurunan kesadaran. Sehingga pertanyaan-pertanyaan yang perlu ditanyakan adalah dengan menanyakan gejala yang muncul seperti yang telah dibahas. Pertanyaanpertanyaannya antara lain: Bagaimana rasa pusing yang dirasakan? Apakah rasanya berdenyut, berputar atau seperti ditusuk-tusuk? Berapa lama satu serangan umumnya dirasakan? (durasi) Berapa kali serangan dapat berlangsung? Bagaimana intensitas sakit yang dirasakan? Sejak kapan keluhan mulai dirasakan? Faktor apa yang memperberat keluhan? Apakah pasien pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya? Apakah pasien pernah mengalami muntah atau mual dikarenakan rasa pusingnya? Apakah pasien pernah mengalami demam, sakit pada telinga atau trauma maupun pembedahan sebelumnnya?
Page | 10

Apakah ada gangguan berjalan atau keseimbangan disebabkan rasa pusingnya? Apakah ada keluhan pendengaran yang berdengung atau terganggu? Apakah ada keluhan lainnya? Pertanyaan-pertanyaan ini perlu ditanyakan agar dapat memastikan penderita menderita

vertigo dengan latar belakang atau penyebab tertentu sehingga pemeriksaan yang dilakukan dapat tepat membantu mendiagnosis penyakit.

2. Pemeriksaan Fisik a) Pemeriksaan Fisik Umum Pemeriksaan fisik umum yang sering dipakai pada pemeriksaan VPPJ yaitu pemeriksaan tanda vital antara lain tekanan darah, denyut jantung, suhu dan nadi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan penyebab keluhan vertigo, misalnya adanya kenaikan tekanan darah atau penurunan tekanan darah bisa di curiga bahawa bukan BPPVsebab pada penderita vertigo khususnya VPPJ biasanya pemeriksaan umum biasanya normal. b) Pemeriksaan Test Provokasi Nistagmus Diagnosis VPPJ pada kanalis posterior dan anterior dapat ditegakkan dengan cara memprovokasi dan mengamati respon nistagmus yang abnormal dan respon vertigo dari kanalis semi sirkularis yang terlibat. Pemeriksaan dapat memilih perasat Dix-Hallpike atau side lying. Perasat DixHallpike lebih sering digunakan karena pada perasat tersebut posisi kepala sangat sempurna Canalith Repositioning Treatment. Pada saat perasat provokasi dilakukan, pemeriksa harus mengobservasi timbulnya respon nistagmus pada kacamata FRENZEL yang dipakai oleh pasien dalam ruangan gelap, lebih baik lagi bila direkam dengan system Video Infra Merah. Penggunaan VIM memungkinkan penampakan secara simultan dari beberapa pemeriksaan dan rekaman dapat disimpan untuk penayangan ulang.Perekaman tersebut tidak dapat bersamaan dengan pemeriksaan ENG, karena prosesnya dapat terganggu oleh pergerakkan dan artefak kedipan mata, selain itu nistagmus mempunyai komponen torsional yang prominen, yang tidak dapat terdeteksi oleh ENG.

Page | 11

Gambar 3.Kacamata video Frenzel

I.

Perasat Dix-Hallpike

Perasat Dix-Hallpike pada garis besarnya terdiri dari dua gerakan.Perasat Dix-Hallpike kanan pada bidang kanan anterior kiri dan kanal posterior kanan (gambar 1A) dan perasat Dix-Hallpike kiri pada bidang posterior kiri (gambar 1B) untuk melakukan perasat Dix-Hallpike kanan, pasien duduk tegak pada meja pemeriksaan dengan kepala menoleh 450 ke kanan.Dengan cepat pasien dibaringkan dengan kepala tetap miring 450 ke kanan sampai hujung kepala pasien menggantung 20-300 pada ujung meja pemeriksaan, tunggu 40 detik sampai respon abnormal timbul. Penilaian respon pada respon abnormal dilakukan selama kurang lebih 1 menit atau sampai respon menghilang.Setelah tindakan pemeriksaan ini dapat langsung dilanjutkan degan Canalith Repositioning Treatment (CRT).Bila tidak ditemukan respon abnormal atau bila perasat tersebut tidak diikuti dengan CRT, pasien secara perlahan-lahan didudukkan kembali.Lanjutkan pemeriksaan dengan perasat Dix-Hallpike kiri dengan kepala pasien dihadapkan 450 kekiri, tunggu maksimal 40 detik sampai respon abnormal hilang. Bila ditemukan adanya respon abnormal, dapat dilanjutkan dengan CRT, bila tidak ditemukan respon abnormal atau bila tidak dilanjutkan dengan tindakan CRT, pasien secara perlahan-lahan didudukkan kembali.

Page | 12

II.

Perasat Sidelying

Perasat Sidelying juga terdiri dari 2 gerakanya itu perasat Sidelying kanan yang menempatkan kepala pada posisi dimana kanalis anterior kiri/kanalis posterior kanan pada bidang tegak lurus garis horizontal dengan kanal posterior pada posisi paling bawah dan perasat Sidelying kiri yang menempatkan kepala pada posisi dimana kanalis anterior kanan dan kanalis posterior kiri pada bidang tegak lurus garis horizontal dengan kanal posterior pada posisi paling bawah. Pasien duduk pada meja pemeriksaan dengan kaki menggantung di tepi meja, kepala ditegakkan kesisi kanan, tunggu 40 detik sampai timbul respon abnormal. Pasien kembali ke posisi duduk untuk dilakukan perasat Side lying kiri. Pasien secara cepat dijatuhkan ke sisi kiri dengan kepala ditolehkan 450 ke kanan (menempatkan kepala pada posisi kanalis anterior kanan/kanalis posterior kiri). Tunggu 40 detik sampai timbul respon abnormal.

Respon abnormal Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi kebelakang.Namun saat gerakan selesai dilakukan tampak lagi nistagmus. Pada pasien VPPJ setelah provokasi ditemukan nistagmus timbulnya lambat, kurang lebih 40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus.

Page | 13

Pada pemeriksaan dapat mengidentifikasi jenis kanal yang terlibat dengan mencatat arah fase cepat nistagmus yang abnormal dengan mata pasien menatap lurus ke depan. 1. Fase cepat ke atas, berputar ke kanan menunjukkan VPPJ pada kanalis posterior kanan. 2. Fase cepat ke atas, berputar ke kiri menunjukkan VPPJ pada kanalis posterior kiri. 3. Fase cepat ke bawah, berputar ke kanan menunjukkan VPPJ pada kanalis anterior kanan. 4. Fase cepat ke bawah, berputar ke kiri menunjukkan VPPJ pada kanalis anterior kiri. Respon abnormal diprovokasi oleh perasat Dix-Hallpike/Side lying pada bidang yang sesuai dengan kanal yang sesuai dengan kanal yang terlibat. Perlu diperhatikan, bila respon nistagmus sangat kuat, dapat diikuti oleh nistagmus sekunder dengan arah fase cepat berlawanan dengan nistagmus pertama.Nistagmus sekunder terjadi oleh karena proses adaptasi system vestibuler sentral. Perlu dicermati bila pasien kembali ke posisi duduk setelah mengikuti pemeriksaan dengan hasil respon positif, pada umumnya pasien mendapat serangan nistagmus dan vertigo kembali. Respon tersebut menyerupai respon yang pertama namun lebih lemah dan nistagmus fase cepat timbul dengan arah yang berlawanan, hal tersebut disebabkan oleh gerakan kanalith ke kupula. Pada umumnya VPPJ timbul pada kanalis posterior dari hasil penelitian Herdman terhadap 77 pasien VPPJ, mendapatkan 49 pasien (64%) dengan kelainan pada kanalis posterior, 9 pasien (12%) pada kanalis anterior dan 18 pasien (23%) tidak dapat ditentukan jenis kanal mana yang terlibat, serta didapatkan satu pasien dengan keterlibatan pada kanalis horizontal. Kadang-kadang perasat Dix-Hallpike/ Side lying menimbulkan Nistagmus Horizontal.Nistagmus ini bisa terjadi karena nistagmus spontan, nistagmus posisi atau VPPJ pada kanalis horizontal. Bila timbul Nistagmus Horizontal, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan pemeriksaan Roll Test.

III.

Tes kalori Bitermal

Tes kalori ini dianjurkan oleh Dick & Hallpike. Pada cara ini dipakai 2 macam air, dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 30oC, sedangkan suhu air panas adalah 440C. Volume air yang dialirkan ke dalam liang telinga masing-masing 250 ml, dalam waktu 40 detik. Setelah air
Page | 14

dialirkan, dicatat lama nistagmus yang timbul. Setelah telinga kiri diperiksa dengan air dingin,diperiksa telinga kanan dengan air dingin juga. Kemudian telingan kiri dialirkan air panas, lalu telinga kanan. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan( telinga kiri atau kanan atau air dingin atau air panas) pasien diistirahatkan selama 5 menit(untuk menghilangkan pusingnya). Dalam rumus dihitung selisih waktu nistagmus kiri dan kanan. Bila selisih ini kurang dari 40 detik maka berarti kedua fungsi vestibuler dalam keadaan seimbang. Tetapi bila selisih ini lebih besar dari 40 detik, maka berarti yang mempunyai waktu nistagmus lebih kecil mengalami paresis kanal.

Tabel 1.Tes Kalori Langkah Telinga Suhu air 300C 300C 440C 440C Arah nistagmus Waktu nistagmus Pertama Kedua Ketiga Keempat Kiri Kanan Kiri Kanan Kanan / Kanan Kanan/ Kanan Kanan/ Kanan Kanan/ Kanan a..detik b..detik c..detik d..detik

Hasil tes kalori dihitung dengan mempergunakan rumus: Sensitivitas L(left)-R(right): (a+c)-(b+d)=<40 detik c) Pemeriksaan Fungsi Keseimbangan I. Uji Romberg Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun masih dapat berjalan,sedangkan pasien dengan vertigo sentral memiliki instabilitas yang parah dan seringkali tidak dapat berjalan. Walaupun uji Romberg konsisten dengan masalah vestibuler atau propioseptif, hal ini tidak dapat digunakan dalam mendiagnosis vertigo. Pada studs, hanya 19% sensitive untuk gangguan vestibular dan tidak berhubungan dengan penyebab yang lebih serius dari dizziness misalnya drug related vertigo, seizure, arrhythmia atau cerebrovascular event.

Page | 15

Pasien berdiri, lengan dilipatkan di dada, mata ditutup, dpat dipertajam(sharp Romberg) dengan memposisikan kaki tandem depan belakang,lengan dilipat di dada, mata tertutup. Pada orang normal dapat berdiri lebih dari 30 detik.

II.

Uji berjalan (Stepping test): Berjalan di tempat 50 langkah, bila tempat berubah melebihi jarak 1 meter dan badan berputar lebih dari 300 berarti sudah terdapat gangguan keseimbangan.

III.

Past pointing test : Dilakukan dengan merentangkan tangan diangkat tinggi, kemudian telunjuk menyentuh yang lain dengan mata tertutup. Tes jari hidung dilakukan dalam posisi duduk pasien di minta menunjuk hidung dengan jari dalam keadaan mata terbuka dan tertutup.

Pemeriksaan fungsi keseimbangan secara objektif dapat dilakukan dengan Posturografi dan ENG. Posturografi Posturografi adalah pemeriksaan keseimbangan yang dapat menilai secara objektif dan kuantitatif kemampuan keseimbangan postural seseorang. Untuk mendapatkan gambaran yang benar tentang gangguan keseimbangan karena gangguan vestibuler, maka input visual di ganggu dengan menutup mata dan input propioseptif dihilangkan dengan berdiri di atas alas tumpuan yang tidak stabil. Dikatakan terdapat gangguan keseimbangan bila terlihat ayun tubuh berlebihan, melangkah atau sampai jatuh sehingga perlu berpegangan. Pemeriksaan posturografi dilakukan dengan menggunakan alat yang terdiri dar alas sebagai dasar tumpuan yang disebut
Page | 16

Force Platform, computer graficoder, busa dengan ketebalan 10 cm, untuk mengganggu input propioseptif, disket data digunakan untuk menyimpan data hasil pengukuran. Teknik pemeriksaan Posturografi: Pasien diminta berdiri tenang dengan tumit sejajar diatas alat mata memandang ke satu titik dimuka, kemudian dilakukan perekaman pada empat kondisi, masing-masing selama 60 detik. 1) Berdiri di atas alas dengan mata terbuka memandang titik tertentu dalam pemeriksaan ini ketiga input sensori bekerja sama. 2) Berdiri diatas alas dengan mata tertutup dalam keadaan ini input visual diganggu. 3) Berdiri di atas alas busa 10 cm dengan mata terbuka, memandang titik tertentu, dalam keadaan ini input propioseptif diganggu. 4) Berdiri tenang di atas alas busa 10 cm dengan mata tertutup, dalam keadaan ini input visual dan propioseptif diganggu. Jadi hanya organ vestibuler saja yang bekerja, bila terdapat pemanjangan ayun tubuh berarti terjagi gangguan keseimbangan. Elekrtronistagmografi(ENG) ENG gunanya untuk memonitor gerakan bola mata. Prinsipnya sederhana saja, yaitu bahwa kornea mata itu bermuatan positif. Muatan positif ini sifatnya sama dengan muatan positif listrik atau magnit yang selalu mengimbas daerah sekitarya. Begitu pula muatan positif kornea ini mengimbas kulit sekitar bola mata. Dengan meletakkan elekktroda pada kulit kantus lateral mata kanan dan kiri bisa direkam. Rekaman muatan ini disalurkan pada sebuah galvanometer. Bila muatan kornea mata kanan dan kiri sama, maka galvanometer akan menunjukkan angka nol (di tengah). Bila mata bergerak ke kanan, maka elektrodakanan yang bertambah muatannya, sedangkan elektroda kiri akan berkurang, jarum galvanometer akan bergerak ke satu arah. Jadi kesimpulannya, jarum galvanometer akan bergerak sesuai dengan gerak bola mata. Dengan demikian nistagmus yang terjadi bisa dipantau dengan baik. Bila gerak jarum galvanometer diperkuat, maka akan mampu menggerakkan sebuah tuas, gerakan tuas ini akan membentuk grafik pada kertas, yang disebut elektronistagmografi(ENG). Dalam grafik ENG dapat mudah dikenal gerakan nistagmus fase lambat dan fase cepat, arah nistagmus serta frekuensi dan bentuk grafiknya. Yang menjadi pegangan utama adalah kecepatan fase lambat dari nistagmus yang
Page | 17

dapat dihitung di dalam derajat perdetik. Rumus perhitungan yang dipakai sama dengan rumus yang dianjurkan Dick & hallpike, hanya parameter yang dipakai adalah kecepatan fase lambat yang dihitung dengan derajat per detik. Rumus perhitungan yang dipakai sama dengan rumus yang dianjurkan Dick & Hallpike, hanya parameter yang dipakai adalah kecepatan fase lambat yang dihitung dengan derajat perdetik. Rumus I Sensitivitas L-R: (
( ) ( ) )

x 100%=<20 %

Bila hasil rumus di atas kurang dari 20% maka kedua fungsi vestibuler dalamkeadaan seimbang, dan bila hasilnya melebihi 15 derajat perdetik, maka kedua fungsi vestibuler dalam keadaan normal. Bilahasilnya lebih besar dari 20%, maka vestibuler yang hasilnya kesil berarti mengalami paresis kanal. Rumus II Kuat nist.R-L:
( ( ) ( ) )

x 100%=<20%

Bila hasil rumus lebih besar dari 20%, maka nistagmus berat ke kanan(directional preponderanceto the right), berarti kemungkinan terdapat lesi sentral di sebelah kanan atau ada focus iritatif sentral di sebelah kiri.

d) Pemeriksaan Pendengaran 1. Tes Schwabach

Pada tes ini, pendengaran penderita dibandingkan dengan pendengaran pemeriksa (yang dianggap normal). Penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai penala segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya yaitu penala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa
Page | 18

lebih dulu. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya disebut Schwabach sama dengan pemeriksa.

2.

Tes rinne

Pada pemeriksaan ini, dibandingkan konduksi tulang dengan konduksi udara. Pada telinga yang normal, konduksi udara lebih baik dari konduksi tulang. Hal ini didapatkan juga pada tuli perseptif (tulis saraf). Akan tetapi, pada tuli konduktif, konduksi tulang lebih baik daripada konduksi udara.Pada pemeriksaan tes rinne biasanya digunakan garpu tala yang berfrekuensi 128, 256, atau 512 Hz. Garpu tala dibunyikan dan pangkalnya ditekankan pada tulang mastoid penderita. Ia disuruh mendengarkan bunyinya. Bila tidak terdengar lagi, garpu tala segera didekatkan pada telinga. Jika masih terdengar bunyi, maka konduksi udara lebih baik daripada konduksi tulang, dan dalam hal ini dikatakan Rinne positif. Bila tidak terdengar bunyi lagi setelah garputala dipindahkan dari tulang mastoid ke dekat telinga, kita katakan Rinne negative.Pada orang normal, konduksi udara lebih baik dari konduksi tulang, demikian juga pada tuli perseptif/tuli saraf. Pada tuli konduktif, konduksi tulang lebih baik dari konduksi udara. 3. Tes weber

Garpu tala yang dibunyikan ditekankan pangkalnya pada dahi penderita, tepat pertengahan. Penderita disuruh mendengarkan bunyinya, dan menentukan pada telinga mana bunyi lebih keras kedengaran. Pada orang yang normal, kerasnya bunyi sama pada telinga kiri dan kanan. Pada tuli saraf, bunyi lebih keras terdengar pada telinga yang sehat, sedang pada tuli konduktif bunyi lebih keras terdengar pada telinga yang tuli. Kita katakan tes Weber berlateralisasi ke kiri (atau ke kanan), bila bunyi terdengar lebih keras di telinga kiri (atau kanan). Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa tuli perseptif pendengaran berkurang, rinne positif, dan weber berlateralisasi ke telinga yang sehat. Pada tuli konduktif pendengaran berkurang, Rinne negatif, dan Weber berlateralisasi ke telinga yang tuli (gambar 5).

Page | 19

Gambar 6 : cara dan hasil tes Weber

3. Pemeriksaan Penunjang Karena maneuver Dix-Hallpike adalah pathogmonic, tes laboratorium tidak diperlukan untuk membuat diagnosis vertigo posisional paroksismal jinak(VPPJ). Namun, karena hubungan tinggi dengan penyakit di telinga dalam, hasil pemeriksaanlaboratorium mungkin diperlukan untuk menggambarkan patologi lainnya. a) Pemeriksaan laboratorium Darah lengkap, profil lipid, asam urat, hemostasis(pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan diagnosis banding vertigo). b) Studi Imaging Imaging studi tidak diperlukan dalam hasil pemeriksaan dari seorang pasien yang diduga VPPJ, namun jika diragukan apakah vertigonya bukan VPPJ, maka studi imaging dapat dilakukan baik foto kepala, CT-Scan, maupun MRI.

Page | 20

Diagnosis Banding 1. Menieres disease

Menieres disease adalah sindrom dimana pasien mnegalami episode vertigo berputar spinning (sense of the room spinning), gangguan pendengaran, dan tinnitus (telinga berdering). Diantara serangan yang tak terduga, pasien tidak mengalami sebarang keluhan atau simptom penyakit. Penyakit ini pertama ditemukan oleh seorang dokter dari Perancis, Prosper Meniere pada tahun 1861 namun penyebab sindrom ini belum diketahui. Beberapa menduga bahwa alergi makanan dapat memeinkan peran untuk terjadinya penyakit ini. Beberapa yang lain pula mengatakan penyakit ini merupakan respon dari telinga bagian dalam terhadap trauma. Diagnosis penyakit ini adalah berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang berhatihati. Tapi, kadang diperlukan untuk diagnosis definitf dan perencanaan pengobatan. Penyakit ini dapat mengenai seluruh usia, terutama usia pertengahan dan usia lanjut, dan jarang sekali ditemukan pada anak-anak. Gejala awal warning symptoms seperti kepenuhan atau tekanan di salah satu telinga mungkin timbul sebelum serangan akut, atau serangan akut bisa saja terjadi secara spontan tanpa gejala dini. Antara gejala yang sering dirasakan pasien adalah: I. II. III. IV. Gangguan pendengaran yang flaktuatif Tinnitus Terasa ruangan berputar (A sense of the room spinning) Keringat dingin, mual, dan muntah, atau kelemahan umum selama serangan

Episode serangan yang tak terduga biasanya berlangsung dari 1 jam sampai beberapa jam, tergantung beratnya penyakit. Kehilangan pendengaran bisa permanen karena perubahan pada telinga tengah dan mengakibatkan intoleransi terhadap suara keras. 2. Vestibular neuritis

Epidemiologi : Penyebab kedua tersering untuk vertigo perifer. Penyakit ini bisa terjadi pada beberapa orang dalam satu keluarga (Epidemic Vertigo)
Page | 21

Patofisiologi : Inflamasi dan degenerasi dari saraf vestibular,terkait dengan infeksi virus (Herpes virus atau Borrelia) Simptom: I. II. III. IV. V. VI. VII. VIII. IX. 3. Vertigo berlangsung beberapa hari sampai minggu Onset spontan/Spontaneous onset dan dipicu oleh gerakan kepala yang cepat. Tidak konsisten dipicu oleh perubahan posisi kepala. Boleh bertahan beberapa bulan setelah serangan akut membaik Rasa ketidakseimbangan Nistagmus bervariasi Kehilangan tanggapan/respon terhadap rangsangan kalori dingin (consistent finding) Tidak ada tinnitus Tidak ada gejala gangguan pendengaran Vertigo central

Vertigo central adalah vertigo yang disebabkan oleh penyakit yang berasal dari sistem saraf pusat (SSP). Dalam parktek klinik, sering ditemukan lesi pada saraf VIII. Pasien dengan vertigo sental akan mengalami halusinasi gerak yang diarasakan disekeliling mereka. Vertigo sentral boleh disebabkan oleh haemorrhagik atau iskemik pada cerebellum, inti vestibuler, dan hubungannya dengan batang otak. Penyebab lain termasuklah CNS tumor, infeksi, trauma, dan juga multiple sklerosis.Vertigo kerana acoustic neuroma secara garis besarnya juga termasuk dalam vertigo sentral. Acoustic neuroma terdapat pada saraf cranial yang kelapan biasnya pada perjalanan saluran pendengaran interna. Namun sering kali berkembang ke fossa posterior dengan efek sekunder pada saraf kranial dan batang otak.

Page | 22

Tabel 2. Perbandingan Vertigo Tipe Perifer Dan Tipe Sentral

Tabel 3. Diagnosis Banding VPPJ Permasalahan Awitan Durasi Perjalanan Pendengaran Tinitus Gejala penyerta BPPV Mendadak Singkat, Bertahan Tidak berpengaruh Tidak ada Kadang nausea dan vomitus

saat berguling beberapa detik selama ke sisi yang hingga menit sakit atau beberapa minggu, dapat relaps Beberapa hingga beberapa hari, atau lebih jam Kambuhan (rekuren)

mendongak Menieres Disease Mendadak

Gangguan pendengaran sensori-neural yang sembuh dan kambuh kembali serta akhirnya

Terdapat, berfluktuasi
*

Nausea, vomitus, penuh dalam rasa tertekan atau telinga yang sakit

berjalan progresif pada satu atau kedua sisi*

Page | 23

Neuronitis Vestibuler

mendadak

Beberapa hingga

jam Dapat timbul Tidak kembali berpengaruh

Tidak ada

Nausea, vomitus

beberapa hari, setelah 12-18 sampai minggu 2 bulan

Penatalaksanaan BPPV dengan mudah diobati. Partikel dengan sederhana perlu dikeluarkan dari kanal semisirkular posterior dan mengembalikannya ke tempat asa.l.

Non-medika mentosa Ada tiga macam terapi non farmakologis untuk BPPV yaitu Canalith Repositioning Treatment ( Epley Manuver) Liberatory Brant Daroff Training

1. Canalith Repositioning Treatment

CRP adalah pengobatan non-invasif untuk penyebab paling umumdari vertigo, terutama BPPV, CRP pertama kali digambarkan sebagai pengobatan untuk BPPV di tahun 1992. Saat ini CRP atau maneuver Epley telah digunakan sebagai terapi BPPV karena dapat mengurangi gejala BPPV pada 88% kasus. CRP membimbing pasien melalui serangkaian posisi yang menyebabkan pergerakan canalit dari daerah dimana dapat menyebabkan gejala (yaitu, saluran setengah lingkaran dalamruang cairan telinga dalam) ke daerah telinga bagian dalam dimana canalit tidak menyebabkan gejala (yaitu, ruang depan). Canalit biasanya berada pada organ telinga bagian dalam yang disebut organ otolith, partikel Kristal ini dapat bebas dari organ otolith dan kemudian menjadi mengambang bebas di dalam ruang telinga dalam.

Dalam kebanyakan kasus BPPV canalit bergerak di kanal ketika posisi kepala berubah sehubungan dengan gravitasi, dan gerakan dalamkanal menyebabkan defleksi dari saraf berakhir

Page | 24

dalam kanal (cupula itu).Ketika saraf berhenti dirangsang, pasien mengalami serangan tibatibavertigo.

Sebaiknya

dilakukan

setelah

pemeriksaan

Dix-Hallpike

menimbulkan

respon

abnormal.Pasien tidak kembali ke posisi duduk, namun kepala pasien dirotasikan dengan tujuan untukmendorong kanalith keluar dari kanalis semisirkularis menuju ke utrikulus, tempat di manakanalith tidak lagi menimbulkan gejala.

Bila kanalis posterior kanan yang terlibat maka harus dilakukan tindakan CRT kanan.Perasat ini dimulai pada posisi Dix-Hallpike yang menimbulkan respon abnormal dengancara kepala ditahan pada posisi tersebut selama 1-2 menit, kemudian kepala direndahkan dandiputar secara perlahan ke kiri dan dipertahankan selama beberapa saat. Setelah itu badanpasien dimiringkan dengan kepala tetap dipertahankan pada posisi menghadap ke kiri dengansudut 450 sehingga kepala menghadap kebawah melihat ke lantai. Akhirnya pasien kembalike posisi duduk, dengan kepala menghadap ke depan. Setelah terapi ini pasien di lengkapidengan menahan leher dan disarankan untuk tidak menunduk, berbaring, dan membungkukkan badan selama satu hari. Pasien harus tidur pada posisi duduk dan harus tidur pada posisi yang sehat untuk 5 hari.

Kadang-kadang CRT dapat menimbulkan komplikasi. Terkadang kanalith dapat pindah ke kanal yang lain. Komplikasi yang lain adalah kekakuan pada leher, spasme ototakibat kepala di letakkan dalam posisi tegak selama beberapa waktu setelah terapi. Pasiendianjurkan untuk melepas penopang leher dan melakukan gerakan horisontal kepalanyasecara periodik. Bila dirasakan adanya gangguan leher, ekstensi kepala diperlukan pada saat terapi dilakukan. Digunakan meja pemeriksaan yang bertujuan untuk menghindari keharusanposisi ekstensi dari leher. Terkadang beberapa pasien mengalami vertigo berat dan merasa mual sampai muntah pada saat tes provokasi dan penatalaksanaan. Pasien harus dimintauntuk duduk tenang selama beberapa saat sebelum meninggalkan klinis.pada saat pasien.

Modifikasi CRT digunakan untuk pasien dengan kanalitiasis pada BPPV kanalis horizontal, permulaan pasien dibaringkan dengan posisi supinasi, telinga yang terlibat berada di
Page | 25

sebelah bawah. Bila kanalith pada kanalis horizontal kanan secara perlahan kepala pasien digulirkan ke kiri sampai ke posisi hidung di atas dan posisi ini dipertahankan selama 15detik sampai vertigo berhenti. Kemudian kepala digulirkan kembali ke kiri sampai telinga yang sakit berada di sebelah atas. Pertahankan posisi ini selama 15 detik sampai vertigo berhenti. Lalu kepala dan badan diputar bersamaan ke kiri, hidung pasien menghadap kebawah, tahan selama 15 detik. Akhirnya, kepala dan badan diputar ke kiri ke posisi awal dimana telinga yang sakit berada di sebelah bawah. Setelah 15 detik, pasien perlahan-lahan duduk, dengan kepala agak menunduk 30. Penyangga leher dipasang dan diberi instruksiserupa dengan pasca CRT untuk kanalis posterior dan kanalis anterior.

Canalith Repositioning Treatment (CRT) atau Epley maneuver Indikasi Canalith Reposisi Prosedur (CRP)/ Epley manuver Episode berulang pusing dipicu BPPV. Positif menemukan gejala dan nistagmus dengan pengujian posisi(misalnya, uji DixHallpike). Keterbatasan Canalith Reposisi Prosedur (CRT)/Epley manuver Penggunaan CRP pada pasien tidak memiliki BBPV (diagnosis yang salah). Salah kinerja masing-masing komponen CRP
Page | 26

2. Terapi liberatory Terapi liberatory juga dibuat untuk memindahkan otolit (debris/kotoran) dari kanalsemisirkularis. Tipe perasat yang dilakukan tergantung dari jenis kanal mana yang terlibat,apakah kanal anterior atau posterior.Bila terdapat keterlibatan kanal posterior kanan, Terapi dimulai dengan penderita diminta untuk duduk pada meja pemeriksaan dengan kepala diputar menghadap ke kiri 45.Pasien yang duduk dengan kepala menghadap ke kiri secara cepat dibaringkan ke sisi kanan dengan kepala menggantung ke bahu kanan. Setelah 1 menit, pasien digerakan secara cepatke posisi duduk awal dan untuk ke posisi side lying kiri dengan kepala menoleh 45 ke kiri. Pertahankan penderita dalam posisi ini selama 1 menit dan perlahan-lahan kembali ke posisi duduk. Penopang leher kemudian dikenakan dan diberi instruksi yang sama dengan pasienyang diterapi dengan CRT. Bila kanal anterior kanan yang terlibat, terapi yang dilakukan sama, namun kepala diputar menghadap ke kanan. Angka kesembuhan 70-84% setelah terapi tunggal liberatory.

Terapi liberatory

3. Latihan Brandt dan Daroff Latihan Brandt dan Daroff dapat di lakukan oleh pasien di rumah tanpa bantuan terapi.Pasien melakukan gerakan-gerakan dari duduk ke samping yang dapat mencetuskan vertigo(dengan kepala menoleh ke arah yang berlawanan) dan tahan selama 30 detik, lalu kembalike posisi duduk dan tahan selama 30 detik, lalu dengan cepat berbaring ke sisi yangberlawanan (dengan kepala menoleh ke arah yang berlawanan) dan tahan selama 30 detik,lalu secara cepat duduk kembali. Pasien melakukan latihan secara rutin 10-20 kali, 3 kalisehari sampai vertigo hilang paling sedikit 2 hari.
Page | 27

Terapi Brand Daroff

Terapi Bedah Posterior canal plugging

Jika terapi-terapi diatas gagal untuk mengontrol gejala dari BPPV,diagnosis sudah sangatpasti dan sudah berlangsung lebih dari pada 1 tahun maka suatu tindakan posterior canalplugging dapat dianjurkan namun tindakan ini mempunyai resiko untuk berkurangnya pendengaran. Tindakan ini berfungsi untuk memblok seluruh fungsi canal posterior tanpamenggangu kerja kanal yang lain. Tindakan ini sangat efektif untuk pasien yang gagal denganterapi-terapi yang lain sekitar 90% dari pasien yang gagal dengan terapi lain berhasil dengan terapi ini.

Page | 28

Medikamentosa Obat-obatan anti vertigo yang biasa digunakan adalah penyekat kalsium, antihistamin, anti kolinergik, monoaminergik, fenotiazin, benzodiazepin, dan butirofenon.Namun, obat rutin seperti vestibular supresan (misalnya antihistamin dan benzodiazepine) tidak dianjurkan pada pasien BPPV karena penggunaan obat vestibulo suppresan yang berkepanjangan hingga lebih dari 2 minggu dapat mengganggu mekanisme adaptasi susunan saraf pusat terhadap abnormalitas vestibular perifer yang sudah terjadi. Selain itu, efek samping yang timbul bisa berupa kantuk, letargi, dan perburukan keseimbangan. Obat dapat diberikan untuk mengurangi sensasi berputar dari vertigo atau mengurangi gejala pusing yang menyertai. Namun, tidak ada vestibular supresan yang efektif seperti CRMs untuk BPPV dan tidak dapat digunakan sebagai pengganti untuk maneuver reposisi. Obat anti vertigo, seperti dimenhydrinate (Dramamine), belladonnaalkaloid scopolamine (Transderm-Scop), dan benzodiazepine (Valium), diindikasikan untuk mengurangi gejala pusing dan mual sebelum melakukan CRM. Tujuan pengobatan vertigo, selain kausal (jika ditemukan penyebabnya), ialah untuk memperbaiki ketidak seimbangan vestibuler melalui modulasi transmisi saraf; umumnya digunakan obat yang bersifat antikolinergik.

Page | 29

Komplikasi Ada beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat serangan berkepanjangan dari vertigo. Antara komplikasi yang ditemukan adalah: 1. Gejala mual dan muntah yang berterusan menyebabkan pasien mengalami aneroxia nervosa serta resiko kehilangan eletrolit dan air tinggi akibat dehidrasi. Sistim imun menurun dan menyebabkan berat badan menurun. 2. Vertigo kronis juga dapat menyebabkan masalah mata seperti kondisi persisten dari diplopia. 3. Komplikasi umum dari vertigo adalah cedera kerana jatuh. Selama serangan vertigo, seseorang akan kehilangan keseimbangan dan jatuh. Jatuh adalah penyebab utama cedera serius pada orang yang berusia lebih 65 tahun.

Preventif Tidak ada pencegahan khusus kecuali mencegah factor predisposisi seperti mencegah trauma dan menjaga kebersihan telinga.

Page | 30

Langkah-langkah berikut ini dapat meringankan atau mencegah gejala vertigo: Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi Bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum kita berdiridari tempat tidur Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang Hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya untuk mengambil suatu benda dari ketinggian Gerakkan kepala secara hati-hati jika kepala kita dalam posisi datar (horisontal) atau bila leher dalam posisi mendongak

Prognosis Prognosis setelah dilakukan CRP (canalith repositioning procedure) biasanya bagus. Remisi dapat terjadi spontan dalam 6 minggu, meskipun beberapa kasus tidak terjadi. Dengan sekali pengobatan tingkat rekurensi sekitar 10-25%.

BAB III-Penutup

Vertigo merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala subjektif dan objektif dari gangguan alat keseimbangan tubuh. Gejala tersebut di atas dapat diperhebat/diprovokasi perubahan posisi kepala. Untuk membantu penegakan diagnosis, diperlukan pemeriksaan neurologis (fungsi vestibular atau serebelar) yang dapat dilakukan, antara lain tes Nylen Barany atau Dix Hallpike, tes kalori, tes Romberg, Tandem gait, post pointing tes. Benign positional vertigo adalah vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik,hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue). Penyebab dari penyakit ini adalah adanya debris otokoniayang terdapat pada kanalis semisirkularis. Diduga debris itu menyebabkan perubahan tekanan endolimfe dan defleksi kupula sehingga timbul gejala vertigo. Penatalaksaannya yang dapatdilakukan meliputi Canalith Repositioning Treatment ( Epley Manuver), Liberatory, BrantDaroff Training, terapi bedah posterior canal plugging, serta pengobatan secara medikamentosa untuk menolong pasien dari gejala-gejala BPPV.

Page | 31

Daftar Pustaka

1. Soepardi E.A, Nurbaiti Iskandar, Bashiruddin J, Restuti R.D. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ke 6. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2007. h 94-110. 2. Geoge L.Adamas, Lawrence R.Boies, et al. Buku ajar penyakit THT Boies. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Cetakan ketiga edisi ke enam 2000; (VI): 3-39, 119-139 3. Dewanto G, Wita J, Suwono, Riyanto B. Panduan praktis diagnosis dan tata laksana penyakit saraf.Cetakan pertama. Jakarta : EGC. 2009. hal 111-5. 4. Arsyad E, Iskandar N, Bashiruddin J. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorokan kepala dan leher. Edisi keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2007. hal 104-10. 5. Johnson J & Lalwani AK. Vestibular Disorders. In : Lalwani AK, editor. Current Diagnosis & treatment in Otolaryngology- Head & Neck Surgery. New York : Mc Graw Hill Companies. 2004. h 761-5. 6. Penatalaksanaan vertigo. Diunduh dari http://hennykartika.wordpress.com/2008/06/13/penatalaksanaan-vertigo/ , 17 September 2012. 7. BPPV. Diunduh dari http://www.scribd.com/doc/76935876/16/BENIGNPAROXYSMAL-POSITION-VERTIGO-BPPV, 17 September 2012.

Page | 32

Anda mungkin juga menyukai