Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN

Suara yang dihasilkan oleh suatu sumber bunyi bagi seseorang atau sebagian orang merupakan suara yang disenangi, namun bagi beberapa orang lainnya justru dianggap sangat mengganggu. Secara definisi, suara yang tidak dikehendaki itu dapat dikatakan sebagai bising. Bising yang di dengar sehari-hari berasal dari banyak sumber baik dekat maupun jauh. Kemajuan peradaban telah menggeser perkembangan industri ke arah penggunaan mesin-mesin, alat-alat transportasi berat, dan lain sebagainya. Akibatnya kebisingan makin dirasakan mengganggu dan dapat memberikan dampak pada kesehatan. Biaya yang harus ditanggung akibat kebisingan ini sangat besar. Misalnya, bila terjadi di tempat-tempat bisnis dan pendidikan, maka bising dapat mengganggu komunikasi yang berakibat menurunnya kualitas bisnis dan pendidikan. Trauma akustik ataupun gangguan pendengaran lain yang timbul akibat bising di tempat kerja, gangguan sistemik yang timbul akibat kebisingan, penurunan kemampuan kerja, bila dihitung kerugiannya secara nominal dapat mencapai milyaran rupiah. ntuk itu, tenaga kesehatan perlu mengenali pengaruh bising terhadap kesehatan tenaga kerja, melakukan deteksi dini dan pengendalian bising di tempat kerja. !embahasan pada tulisan ini hanya akan dibatasi pada efek kebisingan terhadap kesehatan terutama kemampuan pendengaran, cara mendeteksi gangguan pendengaran akibat kebisingan, serta tatalaksana gangguan pendengaran akibat kebisingan.

BAB II
1

LAPORAN KASUS
Sesi " AB, laki laki berumur #$ tahun, mengeluh sukar mendengar percakapan la%an bicara ditempat yang riuh. Saat pulang kerja &olume T' perlu di set maksimum untuk bisa mendengar dengan baik. Kadang-kadang terdengar suara mendenging di telinganya. Sesi "" (ia menyatakan bah%a selalu terpapar dengan mesin-mesin yang bising, karena telah bekerja sebagai seorang mekanik sejak )*+ di perusahaan tekstil. Sering mengabaikan pemakaian earplug yang disediakan oleh perusahaan pada saat mereparasi mesin-mesin tersebut. Tidak pernah menderita infeksi dan mengeuarkan cairan dari telinga. Tidak pernah menggunaan obat-obatan untuk jangka lama. Tidak ada ri%ayat tuli turunn, tidak pernah turut dinas kemiliteran. Tidak menyadari adanya kurang pendengaran sampai tahun ,+++.

BAB III PEMBAHASAN


2

Identitas Pasien -ama mur . Tn AB . #$ tahun

/enis Kelamin . laki 0 laki !ekerjaan Status Alamat Anamnesis Keluhan Utama : Sukar mendengar percakapan la%an bicara ditempat yang riuh . Mekanik di perusahaan tekstil ..-

Keluhan Tambahan : Kadang terdengar suara mendenging di telinga 1arus men set &olume T' perlu di set maksimum untuk bisa mendengar dengan baik

Riwa at Pen a!it Se!a"an# : Tidak mengeluarkan cairan dari telinga Tidak menyadari adanya kurang pendengaran sampai tahun ,+++ :

Riwa at Pen a!it Dahulu -

Tidak pernah menderita infeksi sebelumnya

Riwa at Pen a!it Kelua"#a : Tidak ada ri%ayat tuli dalam keluarganya

Riwa at Pe!e"$aan :

Menjadi mekanik di perusahaan tekstil sejak )*2+ dan selalu terpapar dengan mesin yang bising

Mengabaikan penggunaan earplug saat mereparasi Tidak pernah ikut dinas kemiliteran

Riwa at Pen#%batan : !asien tidak pernah menggunakan obat-obatan jangka lama

Peme"i!saan &isi! Status #ene"alis K Kesadaran Mata 3eher Thora4 Abdomen 84tremitas Status l%!alis Telinga 1idung Tenggorok . A(7AS lapang tenang, MT intack tenang . rongga hidung lapang, septum lurus, chonca eutropios . tonsil T)7T) tenang, faring tenang . tidak tampak sakit . compos mentis . tidak ikterik, tiidak pucat, pupil bulat iscore . tidak tampak pembesaran kelenjar getah bening . 56! dalam batas normal . supel, 173 tidak teraba . tidak ada kelainan

Peme"i!saan Lab%"at%"ium (alam bataas normal Peme"i!saan Penun$an# Tes audiogram


4

1asil interpretasi . A5 dan B5 9,#dB dan berhimpit menunjukan adanya tuli sensorineural Terdapat penurunan ambang dengar :A(; mulai dari frekuesi )+++1< hingga $+++1< namun pada frekuensi diatas itu A( pasien mulai naik kembali. 1al ini menunjukkan pasien menderita -"13 dan menyingkirkn hipotesis presbikusis. (erajat ketulian dihitung dengan. A( #++1< = A( )+++1< = A( ,+++1< = A( >+++1< ? ,+=,+=$#=## ? $,,# > Menurut "S@, derajat ketulian tn AB termasuk tuli ringan. >

(ari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium, kelompok kami menyimpulkan beberapa masalah pada pasien ini, yaitu . Masalah Sulit mendengar percakapan Dasa" Masalah Keluhan pasien Hi'%tesis Tuli sensorineural
5

la%an di tempat riuh 7 cocktail party deafness sia Menonton t& harus dengan suara maksimal :keras; Suara mendenging :tinnitus; Keluhan pasien Anamnesis Keluhan pasien

-"13

!resbikusis Tuli konduktif

Tuli sensorineural Tuli konduktif

!ada hasil pemeriksaan fisik pasien, baik status generalis dan lokalis, semuanya dalam batas normal. !ada pemeriksaan lokalis dinyatakan bah%a membran timpani intak tenang dan auricula dekstra dan sinistra lapang tenang. 1al ini menunjukkan bah%a tidak adanya gangguan pada telinga luar dan tengah pasien yang dapat menyingkirkan hipotesis tuli konduktif. !ada anamnesis, pasien menyangkal pernah ikut dinas kemiliteran yang dapat menyingkirkan hipotesis acoustic trauma yang biasanya terjadi akibat mendengar ledakan bom dan terjadinya mendadak. Tuli sensorineural :perseptif; dibagi menjadi tuli sensorineural koklea dan retrokoklea.:); Tuli sensorineural koklea disebabkan oleh aplasia :kongenital;, bakteri7&irus, intoksikasi obat streptomisin, kina, neomisin atau alkohol. Selain itu juga dapat disebabkan oleh tuli mendadak, trauma kapitis, trauma akustik, dan pajanan bising. Sedangkan tuli sensorineural retrokoklea disebabkan oleh neuroma akustik, tumor sudut pons serebelum, mielom multiple, cedera otak, atau perdarahan otak. !ada pasien ini terbukti bah%a ia sering terpapar oleh bising dalam kurun %aktu yang lama, sehingga dapast disimpulkan ia menderita tuli sensorineural koklea. (ari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat ditarik suatu diagnosis kerja :%orking diagnosis; yaitu . NIHL (Noice Induced Hearing Loss) bilate"al de"a$at "in#an (asar penegakkan diagnosis -"13 (Noice Induced Hearing Loss) adalah.

Ai%ayat pekerjaan pasien sebaga mekanik yang sering terpapar mesin mesin yang bising di pabrik tekstil selama $) tahun :sejak )*2+;

Kurang mendengar pembicaraan la%an saat di tempat riuh :cocktail party deafness; !asien yang sering mengabaikan penggunaan earplug saat mereparasi mesin di pabrik tekstil

Adanya tinnitus :suara mendenging; !emeriksaan otologi yang normal !ada pemeriksaan audiometri didapatkan tuli sensorineural !atofisiologi dari keadaan yang diderita Tn AB dimulai dari lama dan intensitas

bising yang terpapar oleh pasien. Bising dapat menimbulkan kerusakan di telinga dalam terlebih yang intensitasnya 9 2# dB sepeti di pabrik tekstil. Kerusakan telinga dalam yang terkena bisa di organ 5orti, ruptur membran, perubahan stereosilia dan oraganel subseluler. !ada pasien ini, paparan bising yang lama mempengaruhi organ 5orti di koklea terutama selsel rambut.(aerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan adanya degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga mengurangi respon terhadap stimulasi.(engan bertambahnya intensitas dan durasi paparan akan dijumpai lebih banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia. (aerah yang pertama kali terkena adalah daerah basal. (engan hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan oleh jaringan parut. Semakin tinggi intensitas paparanbunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-sel penunjang juga rusak. (engan semakin luasnya kerusakan pada sel-sel rambut, dapat timbul degenerasi pada saraf yang juga dapat dijumpai di nukleus pendengaran pada batang otak. Sehingga pasien menderita tuli sensorineural.:,; Suara mendenging atau tinnitus yang kadang didengar oleh pasien terjadi akibat adanya akti&itas elektrik pada area auditorius yang menimbulkan perasaan bunyi namun impuls berasal dari sumber impuls abnormal di dalam tubuh pasien bukan dari bunyi eksternal yang ditransformasikan.:$; Tinnitus yang dirasakan disebabkan adanya perubahan degeneratif traktus auditorius mulai dari sel-sel rambut getar :stereosilia; sampai pusat saraf pendengar. Penatala!sanaan
7

8dukasi ke pasien untuk pindah dari tempat kerja Memakai ear plug dan ear muff pada saat bekerja Memakai AB( :alat bantu dengar;

P"%#n%sis Ad &itam Ad fungsionam Ad sanationam . bonam . dubia ad malam . dubia ad malam

BAB I( TIN)AUAN PUSTAKA


ANATOMI TELIN*A DALAM

Telinga dalam terdiri dari koklea :rumah siput; yang berupa dua setengah lingkaran dan &estibuler yang terdiri dari $ buah canalis semisirkularis. jung atau puncak koklea disebur dengan helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timfani dengan skala &estibuli. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. !ada irisan melintang koklea tampak skala &estibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah ba%ah dan skala media :duktus koklearis; diantaranya. Skala &estibuli dan skala timfani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. 1al ini penting untuk pendengaran. (asar skala &estibuli disebut dengan membran &estibuli :AeissnerBs membrane;
9

sedangkan skala media adalah membran basalis. !ada membran ini terletak organ corti. !ada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti. &ISIOLO*I PENDEN*ARAN !roses mendengar dia%ali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga :auricula; dalam bentuk gelombang yang kemudian disalurkan melalui meatus acusticus internus. Cetaran tersebut menggetarkan membran timbani yang diteruskan ke telinga tengah melalui tulang-tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran. Cetaran yang telah diamplifikasi diteruskan ke kaki stapes yang menggerakkan foramen o&ale sehingga perilimph pada skala &estibuli bergerak. Cetaran diteruskan melalui membrana Aeissner yang mendorong endolimph sehingga akan menggerakan membran basilaris an membra tektoria. !roses yag merupakan rangsangan mekanin menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi depolarisasai dan terjadi potensial aksi. !otensial aksi diteruskan ke saraf auditorius yaitu -.'""" yang dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran :area Broadmann $*->+; di lobus temporalis. *AN**UAN PENDEN*ARAN AKIBAT BISIN* (asar menentukan suatu gangguan pendengaran akibat kebisingan adalah adanya pergeseran ambang pendengaran, yaitu selisih antara ambang pendengaran pada pengukuran sebelumnya dengan ambang pendengaran setelah adanya pajanan bising :satuan yang dipakai adalah desibel :dB;;. !egeseran ambang pendengaran sementara namun dapat juga menetap. 8fek bising terhadap pendengaran dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu trauma akustik, perubahan ambang pendengaran akibat bising yang berlangsung sementara :noiseinduced temporary threshold shift) dan perubahan ambang pendengaran akibat bising yang berlangsung permanen :noise- induced permanent threshold shift). !ajanan bising intensitas tinggi secara berulang dapat menimbulkan kerusakan sel-sel rambut organ 5orti di telinga dalam. Kerusakan dapat terlokalisasi di beberapa tempat di cochlea atau di seluruh sel rambut di cochlea. !ada trauma akustik, cedera cochlea terjadi akibat rangsangan fisik berlebihan berupa getaran yang sangat besar sehingga merusak sel-sel rambut. -amun pada pajanan berulang kerusakan bukan hanya semata-mata akibat proses fisika semata, namun juga
10

ini

dapat

berlangsung

proses kimia%i berupa rangsang metabolik yang secara berlebihan merangsang sel-sel tersebut. Akibat rangsangan ini dapat terjadi disfungsi sel-sel rambut yang mengakibatkan gangguan ambang pendengaran sementara atau justru kerusakan sel-sel rambut yang mengakibatkan gangguan ambang pendengaran yang permanen. T"auma A!usti! !ada trauma akustik terjadi kerusakan organik telinga akibat adanya energi suara yang sangat besar. 8fek ini terjadi akibat dilampauinya kemampuan fisiologis telinga dalam sehingga terjadi gangguan kemampuan meneruskan getaran ke organ Kerusakan dapat berupa pecahnya 5orti. gendang telinga, kerusakan tulang-tulang

pendengaran, atau kerusakan langsung organ 5orti. !enderita biasanya tidak sulit untuk menentukan saat terjadinya trauma yang menyebabkan kehilangan pendengaran. Noise-Induced Temporary Threshold Shift !ada keadaan ini terjadi kenaikan nilai ambang pendengaran secara sementara setelah adanya pajanan terhadap suara dan bersifat re&ersibel. ntuk menghindari

kelelahan auditorik, maka ambang pendengaran diukur kembali , menit setelah pajanan suara. Daktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pergeseran nilai ambang pendengaran ini adalah level suara, durasi pajanan, frekuensi yang diuji, spektrum suara, dan pola pajanan temporal, serta faktor-faktor lain seperti usia, jenis kelamin, status kesehatan, obat-obatan :beberapa obat dapat bersifat ototoksik sehingga menimbulkan kerusakan permanen;, dan keadaan pendengaran sebelum pajanan. Noise-Induced Permanent Threshold Shift (ata yang mendukung adanya pergeseran nilai ambang pendengaran permanen didapatkan dari laporan-laporan dari pekerja di industri karena tidak mungkin melakukan eksperimen pada manusia. (ari data obser&asi di lingkungan industri, faktor-faktor yang mempengaruhi respon pendengaran terhadap bising di lingkungan kerja adalah tekanan suara di udara, durasi total pajanan, spektrum bising, alat transmisi ke telinga, serta kerentanan indi&idu terhadap kehilangan pendengaran akibat bising. Meme"i!sa 'enden#a"an Cangguan pendengaran yang terjadi akibat bising ini berupa tuli saraf koklea dan
11

biasanya mengenai kedua telinga. !ada anamnesis biasanya mula-mula pekerja mengalami kesulitan berbicara di lingkungan yang bising, jika berbicara biasanya mendekatkan telinga ke orang yang berbicara, berbicara dengan suara menggumam, biasanya marah atau merasa keberatan jika orang berbicara tidak jelas, dan sering timbul tinitus. Biasanya pada proses yang berlangsung perlahan-lahan ini, kesulitan komunikasi kurang dirasakan oleh pekerja bersangkutanE untuk itu informasi mengenai kendala komunikasi perlu juga ditanyakan pada pekerja lain atau pada pihak keluarga. !ada pemeriksaan fisik, tidak tampak kelainan anatomis telinga luar sampai gendang telinga. !emeriksaan telinga, hidung, dan tenggorokan perlu dilakukan secara lengkap dan seksama untuk menyingkirkan penyebab kelainan organik yang menimbulkan gangguan pendengaran seperti infeksi telinga, trauma telinga karena agen fisik lainnya, gangguan telinga karena agen toksik dan alergi. Selain itu pemeriksaan saraf pusat perlu dilakukan untuk menyingkirkan adanya masalah di susunan saraf pusat yang :dapat; menggangggu pendengaran. !emeriksaan dengan garpu tala :Ainne, Feber, dan Sch%abach; akan menunjukkan suatu keadaan tuli saraf. Tes Ainne menunjukkan hasil positif, pemeriksaan Feber yang lebih menunjukkan adanya lateralisasi ke arah telinga dengan pendengaran baik, sedangkan pemeriksaan Sch%abach memendek. ntuk menilai ambang pendengaran, dilakukan pemeriksaan audiometri. !emeriksaan ini terdiri atas , grafik yaitu frekuensi :pada a4is hori<ontal; dan intensitas :pada a4is &ertikal;. !ada skala frekuensi, untuk program pemeliharaan pendengaran :hearing conservation program; pada umumnya di%ajibkan memeriksa nilai ambang pendengaran untuk frekuensi #++, )+++, ,+++, $+++, >+++, dan G+++ 1<. Bila sudah terjadi kerusakan, untuk masalah kompensasi maka dilakukan pengukuran pada frekuensi 2+++ 1< karena ini merupakan frekuensi kritis yang menunjukkan adanya kemungkinan hubungan gangguan pendengaran dengan pekerjaanE tanpa memeriksa frekuensi 2+++ 1< ini, sulit sekali membedakan apakah gangguan pendengaran yang terjadi akibat kebisingan atau karena sebab yang lain. !emeriksaan audiometri ini tidaksecara akurat gangguan pendengaran yang terjadi. Banyak menentukan faktor derajat sebenarnya dari seperti yang mempengaruhi

lingkungan tempat dilakukannya pemeriksaan, tingkat pergeseran ambang pendengaran sementara setelah pajanan terhadap bising di luar pekerjaan, serta dapat pula permasalahan kompensasi membuat pekerja seolah-olah menderita gangguan pendengaran permanen.
12

!rosedur pemeriksaan lain untuk menilai gangguan pendengaran adalah speech audiometry, pengukuran impedance, tes rekruitmen, bahkan perlu juga dilakukan pemeriksaan gangguan pendengaran fungsional bila dicurigai adanya faktor psikogenik. ntuk itu pemeriksaan gangguan pendengaran pada pekerja perlu dilakukan dengan cara seksama dan hati-hati untuk menghindari kesalahan dalam memberikan kompoensasi. E&EK &ISIOLO*IS KEBISIN*AN 8fek fisiologis kebisingan terhadap kesehatan manusia dapat dibedakan dalam efek jangka pendek dan efek jangka panjang. -amun perlu diingat, bah%a keadaan bising di lingkungan seringkali disertai dengan faktor lainnya, seperti faktor fisika lain berupa panas, getaran, dan sebagainyaE tidak jarang disertai juga dengan adanya faktor kimia dan biologisE mustahil untuk mengisolasi kebisingan sebagai satu-satunya faktor risiko. 8fek jangka pendek berlangsung sampai beberapa menit setelah pajanan terjadi, sedangkan efek jangka panjang terjadi sampai beberapa jam, hari ataupun lebih lama. 8fek jangka panjang dapat terjadi akibat efek kumulatif dari stimulus yang berulang. E+e! $an#!a 'ende! 8fek jangka pendek yang terjadi dapat berupa refleks otot- otot berupa kontraksi otototot, refleks pernapasan berupa takipneu, dan respon sistim kardio&askuler berupa takikardia, meningkatnya tekanan darah, dan sebagainya. -amun dapat pula terjadi respon pupil mata berupa miosis, respon gastrointestinal yang dapat berupa gangguan dismotilitas sampai timbulnya keluhan dispepsia, serta dapat terjadi pecahnya organ-organ tubuh selain gendang telinga :yang paling rentan adalah paru-paru;. E+e! $an#!a 'an$an# 8fek jangka panjang terjadi akibat adanya pengaruh hormonal. 8fek ini dapat berupa gangguan homeostasis tubuh karena hilangnya keseimbangan simpatis dan parasimpatis yang secara klinis dapat berupa keluhan psikosomatik akibat gangguan saraf otonom, serta akti&asi hormon kelenjar adrenal seperti hipertensi, disritmia jantung, dan sebagainya. KEBISIN*AN DAN KEMAMPUAN KER)A Cangguan terhadap kemampuan kerja pada umumnya terjadi karena meningkatnya ke%aspadaan umum akibat rangsangan terus menerus pada susunan saraf pusat. !ada
13

a%alnya sulit dibedakan dengan gangguan emosional yang timbul akibat bisingE namun pada pemeriksaan efisiensi kerja terlihat pengaruh yang cukup bermakna. -amun tetap perlu hati-hati untuk melakukan interpretasi penelitian tentang kemampuan atau performa kerja. Suara yang asing, interupsi suara berulang, suara di atas *# dB adalah beberapa keadaan kebisingan yang dapat mempengaruhi kemampuan bekerja. -amun penelitian efek kebisingan terhadap kemampuan kerja masih perlu dilakukan dengan seksama, terutama pada lingkungan industri PENATALAKSANAAN TULI AKIBAT BISIN* !encegahan merupakan penatalaksanaan pertama dan utama pada kebisingan di lingkungan pekerja. !elaksanaan program pemeliharaan pendengaran :hearing program conservation) merupakan upaya pencegahan primer yang dapat dilakukan di tempat kerja. Sur&ei kebisingan di tempat kerja harus memperhatikan teknik sampling agar pemeriksaan tingkat kebisingan dapat memberikan gambaran keadaan yang terjadiE pemeriksaan audiometri berkala juga merupakan upaya deteksi dini pula. !enggunaan alat pelindung telinga, penga%asan dan pengendalian administrasi merupakan upaya penatalaksanaan lain yang dapat dilakukan oleh dokter dan tenaga kesehatan di lingkungan kerja. Bila sudah terjadi gangguan pendengaran yang mengakibatkan gangguan komunikasi maka dapat dipikirkan peng- gunaan alat bentu dengar. /ika pendengaran sudah sedemikian buruknya sehingga komunikasi sangat sulit maka perlu dilakukan psikoterapi lebih intensif agar pekerja dapat menerima keadaannya. /ika dipergunakan alat bantu dengar, perlu dilakukan latihan pendengaran agar pekerja dapat menggunakan sisa pendengaran dengan alat bantu dengar secara efisien dibantu dengan membaca ucapan bibir, mimik dan gerakan anggota badan serta bahasa isyarat untuk dapat berkomunikasi. Selain itu, penderita tuli akibat bising ini juga sulit mendengar suaranya sendiri sehingga diperlukan rehabili- tasi suara agar dapat mengendalikan &olume, tinggi rendah dan irama percakapan. !ada penderita yang mengalami tuli total bilateral dapat dipertimbangkan pemasangan implan koklea. KOMPENSASI TERHADAP KETULIAN PEKER)A AKIBAT BISIN* Daktor akustik, kondisi medis, dan permasalahan hukum harus diperhatikan dalam menetapkan hubungan kausal antara pajanan bising dan terjadinya gangguan pendengaran. !erlu ketelitian dan kehati-hatian dalam melakukan pemeriksaan ganggguan pendengaran pada pekerja untuk menghindari permasalahan kompensasi yang timbul di kemudian hari.
14

1al yang perlu diingat dalam menentukan kemungkinan adanya hubungan kausatif antara gangguan pendengaran dan bising di tempat kerja adalah );. Benar telah terjadi kehilangan atau gangguan pendengarandan ,;. (an gangguan pendengaran tersebut memang berasal dari pajanan bising di tempat kerja yang berlebihan. Tanda-tanda gangguan pendengaran harus dikenali secara dini. !emeriksaan audiometri dilakukan untuk menilai derajat dan tipe gangguan pendengaran yang terjadi. !emeriksaan ini bersifat subyektif, untuk itu perlu dilakukan oleh teknisi yang terlatih dan dokter harus melakukan super&isi terhadap pemeriksaan tersebut. !emeriksaan audiometri pra kerja merupakan suatu keharusan untuk mendapatkan data a%al kondisi pendengaran tenaga kerja. (iagnosis banding lainnya disingkirkan dengan melakukan pemeriksaan fisik yang seksama. (alam laporan pemeriksaan fisik harus tercantum identitas yang jelas :termasuk saat pemeriksaan dan dokter yang melakukan pemeriksaan;, keluhan utama, gangguan pendengaran yang saat ini terjadi, ri%ayat pekerjaan, ri%ayat pelatihan militer, ri%ayat penyakit dahulu, ri%ayat keluarga. Ai%ayat pekerjaan dilakukan dengan menanyakan nama pekerjaan, jenis pekerjaan yang dilakukan :beserta tanggal atau %aktu bekerja;, durasi masing-masing pekerjaan, tanggal bekerja dan umur saat itu, kondisi geografis dan lokasi fisik pekerjaan, barang atau jasa yang dihasilkan, penggunaan alat pelindung diri, sumber suara atau kebisingan yang ada di pekerjaan :baik yang dahulu maupun saat ini;. !emeriksaan fisik mendalam yang harus dilakukan adalah. ). !emeriksaan ,. !emeriksaan abnormalitas $. !emeriksaan refleks kedua mata >. Menilai ada atau tidaknya nistagmus #. !emeriksaan dengan garpu tala G. !emeriksaan audiometri dengan nada murni untuk memeriksa hantaran udara dan hantaran tulang H. ji kemampuan menangkap pembicaraan dan diskriminasi suara 2. Tes rekrutmen Sesudah dilakukan pemeriksaan terhadap pekerja dan lingkungan kerja maka dapat ditentukan apakah gangguan pendengaran akibat pekerjaan ataukah sebab yang lain. Bila terjadi akibat pajanan bising berlebihan di tempat kerja, harus
15

luar

terhadap untuk

tanda-tanda menilai

jejas

atau

jaringan

sikatrik

yang

menggambarkan adanya malfungsi. otoskop gendang telinga, adakah tanda-tanda

dilakukan perhitungan formulasi gangguan pendengaran untuk memberikan kompensasi yang sesuai dengan kondisi pekerja tersebut. Setiap pekerja harus die&aluasi secara indi&idual. Kompensasi diberikan sesuai dengan ketentuan hukum yang berbeda di masingmasing negara. !engendalian terhadap masalah kebisingan dapat dapat dilakukan secara teknis :engineering; dan administratif. Secara teknis, pengendalian dapat dilakukan dalam beberapa cara ). !engendalian pada sumber bunyiE seperti penggunaan bahan yang tidak beresonansi, menutup sumber bunyi dengan bahan yang dapat menyerap bunyi, dsb. Meskipun relatif mahal, namun cara ini efektif untuk mengurangi kebisingan dan reliable dalam jangka panjang. ,. !engendalian pada media hantar bunyiE dengan cara mengisolasi sumber bunyi dan menjauhkan pekerja dari sumber bunyi. $. !e n g e n d a l i a n p a d a p e n e r i m a b u n y i E !engendalian ini merupakan langkah terakhir d a l a m p e n g e n d a l i a n b u n y i , s e p e r t i penggunaan earplug atau earmuff. 8arplug d a p a t m e r e d u k s i b u n y i h i n g g a $ + d B E sedangkan 8armuff dapat mereduksi bunyi hingga #+dB. Sedangkan secara administratif, pengendalian terhadap kebisingan dapat dilakukan diantaranya dengan cara. ). Menerapkan target maksimum kebisingan di tempat kerja selama 2 jam kerja adalah sebesar 2#dB. ,. Melakukan tes audiometric bagi pekerja setiap , tahun sekali (alam usaha pencegahan -"13 diperlukan akti&itas program konser&asi pendengaran yaitu . ). Melakukan identifikasi sumber bising dengan sur&ey di tempat kerja dan melakukan analisis kebisingan,mengukur kebisingan dengan menggunakan Sound 3e&el Meter :S3M;. ,. Melakukan kontrol kebisingan dengan peredam bising. $. Menerapkan penggunaan A!( :Alat !elindung (iri; secara ketat. >. Melakukan tes audiometri secara berkala pada pekerja yang beresiko.

KESIMPULAN
16

(ari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang, kelompok kami mendiagnosis Tn AB, #$ tahun menderita -"13 (Noice Induced Hearing Loss; yang terjadi akibat paparan bising selama $) tahun di tempat ia bekerja. Adapun tatalaksana yang dapat kita lakukan pada pasien ini meliputi edukasi ke pasien untuk pindah tempat kerja, memakai alat bantu dengar, dan menggunakan ear plug dan ear muff pada saat bekerja.

DA&TAR PUSTAKA
17

). Bashirudin /, 1endamin 1, Soetirto ".Cangguan !endengaran:Tuli;. (alam . Buku A ar Ilmu !esehatan "elinga-Hidung-"enggorokan#8disi '", Balai !enerbit DK "./akarta.,+)+.1al ,, ,. -"13 pdf $. Bashiruddin, /enny.Tinnitus.(alam. BukuA ar Ilmu !esehatan "elinga-Hidung"enggorokan 8disi '", Balai !enerbt DK ",/akarta.,+)+.1al)))

18

Anda mungkin juga menyukai