Anda di halaman 1dari 9

PERNAK-PERNIK JAKARTA DAN SEKITARNYA

DUGEM,SEKS,NARKOBA

Beberapa waktu yang lalu di sebuah milis para pekerja iklan, salah satu sesepuhnya
menghembuskan isu tentang dunia per-dugem-an. Salah satu pokok pikiran yang ada
dalam tulisan sesepuh tersebut adalah bahwa dugem selalu identik dengan narkoba dan
seks bebas.

Saya, yang dulu pernah jadi “buaya dugem” tentu saja kurang setuju dengan argumen
tersebut. Ada benarnya, tapi tidak sepenuhnya benar. Citra tempat dugem sebagai sarang
narkoba dan sek bebas sebenarnya merupakan citra yang tidak pada tempatnya. Dugem di
klub-klub malam sama saja dengan hang out di tempat lain seperti ke tempat karaoke,
bilyard, bahkan nonton film di bioskop. Ini hanya masalah selera.

Tempat dugem juga berjenis-jenis, sesuai dengan selera musik, atmosfir dan isi kantong.
Ada yang disebut dengan “musik Kota” dan “musik Selatan”. Ada yang coba
menawarkan atmosfir minimalis, groovy, ghotic dan lain-lain. Ada untuk kelas bawah,
menengah dan atas.

Kalau narkoba berupa inex disebut identik dengan dugem, bisa ada benarnya kalau kita
mengacu ke tempat dugem yang membawakan “musik Kota”. Di Kota sana, dari waiter
sampe satpam bisa berperan sebagai pengedar ineks. Tapi kalau Anda pecinta “musik
Selatan”, ineks nggak ada enaknya sama sekali untuk dibuat goyang. Bagaimana dengan
narkoba jenis lain seperti ubas atau cimenk? Kedua jenis narkoba ini sih nggak ada
hubungannya dengan per-dugem-an. Ngubas mah ya ngubas saja, mo dugem ato nggak
sama saja! Demikian juga untuk cimenk.

Sekarang bagaimana dengan seks bebas? Lagi-lagi ini menurut saya merupakan salah
kaprah mengidentikan kehidupan dugem dengan seks bebas. Kalau pada dasarnya Anda
penganut seks bebas dan bertemu dengan penganut yang sama di tempat dugem serta
merasa ada chymestry, ya sah-sah saja bila pada akhirnya pulang dugem berakhir di
ranjang. Tapi apakah hanya di tempat dugem hal ini bisa berlangsung? Nggak juga.
Bahkan di tempat pusat-pusat perbelanjaan pun Anda bisa menemukan cewek-cewek
bispak (bisa pake). Lagi-lagi yang penting adalah cymestry. Kalau Anda bukan penganut
seks bebas, tentunya kejadian sex after clubbing tidak akan terjadi sama sekali.

Dugem pada dasarnya adalah media untuk melepas stres, untuk relaksasi diri, bukan
untuk melarikan diri dari masalah atau untuk hunting cewek/cowok. Dugem juga bisa
dipakai untuk sosialisasi, mendapatkan teman baru, syukur-syukur bagi yang jomblo bisa
dapat pacar.

Seperti yang telah saya singgung di atas, ada tiga elemen penting dalam bisnis dugem:
musik, atmosfir dan target market. Ketiga elemen ini saling terkait. Seorang DJ dengan
musik yang diusungnya sangat mempengaruhi siapa clubber yang bakal datang ke tempat
tersebut. Tidak berlebihan bila yang namanya resident DJ memegang peranan sentral
untuk mendatang pengunjung.

Karena itu pulalah, sebagian dugem-ers cenderung fanatik pada musik dan DJ tertentu.
Bila DJ Riri, misalnya lagi tampil di Embassy, dia pasti akan datang ke sana. Kalau
minggu depannya DJ Riri tampil di Centro, ya, dia ngikut. Mereka sudah seperti
grouppies saja.

Begitu pula atmosfir tempat. Atmosfir ini tidak semata-mata berkaitan dengan interior
tapi juga bagaimana sebuah kerumunan massa (crowd) terbentuk dan berperilaku. Ada
orang yang senang dengan crowd yang ”sopan-sopan”, ada juga yang senang crowd yang
ekpresif.

Ada juga tempat yang sadar dari awal bahwa tempatnya akan laku kalau melakukan
strategi pricing yang benar. Ambil contoh Nu China dan Second Floor yang terkenal
dengan harga minumannya yang murah meriah. Soal DJ dan atmosfir tempat, ya so-so
saja lah. Beda jauh misalnya dengan Dragonfly atau Ego (tempat VIP Member-nya X2)
yang harga minumannya sangat menguras kantong. Mau harga murah atau harga mahal,
semua punya pasarnya masing-masing.

So, kalau Anda memang pengen dugem, ya silahkan dugem saja. Buang pikiran kalau
Anda akan terlibat masalah narkoba atau bakal menjadi penganut seks bebas karenanya.
Just do it yourself! ***

posted by Daniel Siburian @ 11:35 AM

Tips Dugem Sehat

Rabu, 16 Juni 2004 07:17


Its time for the party!!! Pas lagi BT, sebel, jutek and bad mood, tiba-tiba ada temen
ngajak dugem. Asyik banget kan, bisa ngeceng dan dance till dusk ketimbang bengong di
rumah. So tunggu apa lagi, get ready girls .. tapi sebelum berangkat, sempatkan dulu
membaca beberapa tips dibawah ini biar clubbing-nya fun abis.

1 - Hati-hati dengan tempat hiburan malam yang menawarkan 'Free Drink for Ladies'. Ini
berarti para cewek akan mendapatkan minuman alkohol sepuasnya. Namun meskipun
gratis, tetap kontrol diri Anda. Jangan minum terlalu banyak dan membiarkan diri
dikuasai alkohol. Sebab dalam kondisi demikian, anda akan menjadi sasaran empuk
pemerkosa atau jadi korban pelecehan seksual .. ihhh serem.

2 - Hati-hati meninggalkan minuman. Bayangkan jika ada seseorang yang mempunyai


maksud buruk dan mencampurkan obat perangsang pada minuman anda, tahukah apa
yang akan terjadi setelah anda meminumnya? Anda tak akan pernah tahu, karena obat ini
akan melumpuhkan otak anda selama beberapa jam. Anda mungkin juga tak akan pernah
ingat bahwa anda telah diperkosa .. takutttt

Macam-macam obat perangsang:

* Rohypnol atau dikenal dengan Roofies, adalah pil kecil berwarna putih yang cepar larut
dalam air. Obat ini tak membutuhkan waktu lama untuk bekerja. Hanya dalam 20 menit,
si peminum akan merasa pusing dan mengantuk. Obat ini menyebabkan tidak
berfungsinya memori otak, sehingga orang yang meminumnya tak bisa mengingat apa
yang terjadi selama 4-10 jam.

* GHB, ini adalah larutan bening yang akan bereaksi setelah 15 menit . Efeknya
bervariasi, seperti merasa tidak enak badan, lelah, dan tanda-tanda yang tak jauh berbeda
dengan efek pemakaian Rohypnol.

Obat perangsang bisanya tidak berbau dan berasa, sehingga sulit dideteksi. Hanya tes
yang dilakukan di laboratorium medis yang bisa melacak keberadaan obat ini dalam
darah. Namun biasanya orang yang terkena pengaruh obat pengaruh, akan bersikap aneh
dan sangat tidak wajar atau dengan kata lain 'aneh'.

3 - Jika terpaksa minum alkohol, jangan lepas kendali. Batasi diri dengan hanya
menenggak satu gelas alkohol per satu jam, ini akan mencegah anda mabuk berat. Atau
anda bisa memilih juga minuman yang memiliki alkohol dengan kadar rendah.

4 - Jangan mudah menerima minuman pemberian orang yang tak dikenal. Jika anda tak
bisa menolaknya, perhatikan benar saat si bartender menyiapkan minuman yang dipesan
untuk anda.

5 - Hentikan acara minum alkohol jika anda telah mengalami gejala KPNM. Karena ini
berarti anda telah mabuk berat.

Kepala pening - Pucat - Nafas berat - Mual.

Jika telah mabuk berat, anda harus segera melakukan sesuatu untuk menghindari hal
buruk ataupun hal memalukan. Anda pasti tidak mau muntah didepan cowok-cowok
keren atau jatuh saat berjalan di depan mereka. Anda juga pasti tidak mau kondisi anda
dimanfaatkan oleh orang-orang yang bermaksud buruk.

Jika kondisi ini terjadi pada anda, segeralah meminta bantuan. Cara efektif untuk
menghilangkan efek alkohol adalah dengan mendapatkan perawatan dokter. Jarang ada
tempat hiburan malam, baik cafe ataupun diskotik yang menyediakan tenaga medis,
namun anda tidak perlu panik. Sebab anda bisa meminta pertolongan pada orang-orang
dibawah ini:

1. Bartender atau Pelayan - Mereka akan dengan senang hati menolong anda.
Keuntungannya yaitu, mereka lebih menguasai seluk beluk tempat hiburan yang anda
kunjungi sehingga anda akan cepat mendapatkan pertolongan.

2. Teman - Persahabatan tidak hanya untuk anak-anak kecil yang tengah berkemah.
Dalam kehidupan sehari-hari pun, teman adalah aset berharga untuk menyelesaikan
masalah. Anda harus membicarakan rencana untuk 'hang out' atau 'dugem' dengan
sahabat. Ini akan sangat berguna untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Berikut adalah contoh hal-hal yang bisa anda sepakati bersama sahabat sebelum
clubbing:

1. Apa yang harus dilakukan jika salah satu minum terlalu banyak.

2. Apa yang harus dilakukan jika salah satu ingin pulang sementara yang lain masih ingin
bergembira.

3. Apa yang harus dilakukan jika salah satu dari anda bertingkah laku 'aneh'.

Kehidupan malam memang mengasyikkan dan penuh warna, namun penting untuk tetap
waspada terhadap segala kemungkinan buruk. Ok girls have fun go mad and be safe.
(tutut)

Ngapain Sih Kudu Dugem? gaulislam edisi 081/tahun ke-2 (16 Jumadil Awal 1430 H/11
Mei 2009)

Kamu tahu kan istilah dugem? Hehehe.. bukan dunia gembel atau duduk gembira, tapi ini
akronim dari dunia gemerlap. Lho, memangnya ada ya dunia yang suram? Ah, kamu
pura-pura nggak tahu deh. Ya, iyalah, kalo ada siang berarti ada malam, kalo ada cowok,
berarti pasangannya cewek, kalo ada hujan berhadapannya dengan kemarau. Begitupun
dengan dunia gemerlap, berarti berlawanan dengan dunia suram.

Kalo dunia gemerlap orang sepakat menyebut dunia yang penuh hura-hura, suka-suka,
seneng-seneng, dan serba mudah dengan apa yang kita pengen, maka dunia suram adalah
dunia yang udah bisa hidup aja untung, sehari bisa makan pun sudah alhamdulillah,
pengen hiburan cukup nonton tivi tetangga atau di pos ronda, mau selimut cukup sarung
kumal, mau rokok juga joinan ama temen, mau minum kopi segelas bertiga. Ya, orang
sepakat “menggelari” kehidupan seperti ini dengan madesu alias masa depan suram atau
dusur alias dunia suram. Lawannya tentu saja dugem, dunia gemerlap.

Bro en Sis, istilah dugem tuh sebenarnya digunakan buat ajang suka-suka, hura-hura,
hamburin banyak duit. Pesertanya nggak perlu juga orang kaya, adakalanya peserta
dugem adalah mereka yang dari segi ekonomi pas-pasan atau bahkan kurang mampu.
Tapi ketolong sama temennya yang tajir dan seneng gaul, akhirnya jadi deh ikutan
ditraktir biar bisa dugem bersama. Bagi mereka biar tekor asal nyohor. Halah, cemen
banget niatnya ya?

Tapi umumnya sih mereka yang suka dugem emang dasarnya udah tajir dari segi
ekonomi. Nggak kesulitan kalo soal makan. Justru yang model gini hanya kesulitan untuk
nyari tempat makan yang pas dan enak menurut selera mereka. Banyak orang Jakarta
makan siangnya di Bogor atau di Bandung demi mencari kepuasan selera makan.
Maklumlah, jarak Jakarta-Bogor kalo lewat tol dan memacu kendaraannya rata-rata 100
km per jam nggak nyampe setengah jam udah nyampe. Tentu aja nyarinya juga yang
dekat ke gerbang tol. Kalo di Bogor udah disediain tuh tempat mangkal yang pas di
sepanjang Jalan Pajajaran. Kalo ke Bandung? Bukan halangan juga, wong lewat
Cipularang cuma 2 jam perjalanan. Kadang nggak nyampe kalo memacu kendaraannya
dengan gaya Felipe Massa. Oya, tentu yang bisa gituan pastinya para eksekutif muda atau
sejenisnya. Bukan eksekusut muda hehehe…

Okelah, itu kan ngomongin para eksekutif muda yang duitnya kayak ngambil dari pohon.
Kalo remaja ada nggak yang suka dugem? Ada aja. Buktinya café-café tertentu ramai
pengunjungya. Ada juga anak muda seumuran kamu yang di SMA atau paling banter
anak kuliahan. Maklumlah, pelajar dan mahasiswa juga manusia, punya keinginan untuk
suka-suka, senang-senang, hura-hura dan jaga gengsi dengan nongkrong di tempat makan
atau tempat gaul yang bikin gengsi melambung. Kalo cuma makan di tempat nasi uduk
biasa atau bubur ayam yang dijual keliling pake gerobak dan kita ngetem ama temen-
temen di pos ronda itu sih kebangetan karena bikin nilai gengsi kita melorot.

Sobat muda muslim, bukan soal jajanan, makanan, atau tempat nongkrong yang enak
dibuat dugem, tapi dugem bisa juga soal dandanan dan gadget yang bisa nunjukkin diri
ke orang-orang bahwa, “gue anak gaul, gue biasa dugem, lihat dong pakaian dan gadget
gue”. Gitu kira-kira.

Maka, di tengah kemajuan jaman saat ini, kita bisa memoles penampilan diri, bisa
menjual diri kita di hadapan orang lain. Lihatlah, sarana informasi untuk itu udah banyak,
kamu bisa gabung di situs jejaring sosial, bikin blog yang udah disediain secara gratis,
bikin website, aktif di komunitas dunia maya, aktif di klub pencinta motor modif,
penggemar sepeda tua, penggemar mobil tua, dan banyak ragamnya yang lain. Kamu bisa
nunjukkin eksistensi kamu di sana. Ya, selama kegiatanya bermanfaat dan tidak
melanggar hukum syara silakan saja.

Cuma emang nggak berhenti di situ. Namanya juga ajang kumpul-kumpul bareng teman,
apalagi satu sama lain saling pamer apa yang dimilikinya, bukan tak mungkin kalo
akhirnya jadi berubah sebagai ajang lomba nunjukkin eksistensi diri yang berlebihan.
Jangankan di komunitas yang masih umum sekadar menyalurkan hobi, di komunitas anak
ngaji aja adakalanya pamer ilmu pengetahuan dan kualitas akhlak. Selama untuk saling
memotivasi diri, nggak ada salahnya. Tapi mohon maaf aja ya, kita masih khawatir kalo
akhirnya terjerumus ke dalam riya’ atau malah kebablasan jadi pamer harta demi identitas
diri agar bisa eksis di komunitas gaul kita. Bukan tak mungkin kalo akhirnya dugem juga
deh.

So, bagi kita, barangkali punya HP aja udah seneng bukan kepalang. Dengan begitu,
komunikasi jadi lancar. Apalagi kalo kita orangnya mobile banget. Cocok. Tapi nggak
bagi teman-teman kita yang ngakunya remaja dugem. Bagi mereka, fungsi saja nggak
cukup. Selain bisa dipake ngobrol ngalor-ngidul, HP kudu gaul dan menghibur. Coba aja,
hampir tiap bulan produk teknologi komunikasi ini perkembangannya melompat-lompat.
Kita-kita mah nggak bisa ngikutin deh. Maksudnya, nggak tahan. Baru liat model yang
menurut kita udah hebat, eh, bulan berikutnya udah ganti lagi dengan fitur-fiturnya yang
mengoda. Jadi nggak beli-beli deh. Selain bingung milih, duitnya kagak ada, Mas. Idih?

Bisa kebayangkan, kalo tiap bulan muncul produk HP baru, itu makin bikin remaja
dugem tergoda pengen gonta-ganti ponsel hingga akhirnya kudu bolak-balik ke warteg
(baca: warung telepon genggam). Begitulah gaya mereka. Hmm.. apa nggak boros tuh?

Dugem juga ada klasifikasinya


Dugem alias dunia gemerlap adalah gaya hidup yang menuntut serba keren, cool, trendi
dan mewah. Para pegiat dugem ini berusaha abis-abisan untuk tampil prima, khususnya
di depan orang lain. Mulai dari bacaan, makanan, busana, tontonan sampai tongkrongan.
Kalo bacaan biasanya majalah-majalah yang banyak memuat soal mode, gosip artis en
tips bergaul dengan sesama dugemer (aktivis dugem). Ini penting, soalnya kalau seorang
remaja dugem ketinggalan berita maka bakalan terlempar dari arena pergaulan para
dugemer. Biasanya, yang diobrolin seputar tempat nongkrong yang baru en asyik punya
(nggak termasuk WC umum, lho), gosip artis, film bioskop macam ‘Terminator
Salvation’ versi teranyar dari ‘Terminator’ atau film sekuelnya The Da Vinci Code,
‘Angels and Demons’, kalau olahraga pastinya sepak bola – apalagi menjelang Final Liga
Champion Eropa yang mempertemukan Manchester United, tim dengan pertahanan
terkokoh sepanjang musim ini dengan Barcelona, tim dengan strategi menyerang dan
tersubur musim ini--, NBA atau balapan F1 dan MotoGP. Canggihan dikit mereka bicara
soal internet atau handphone keluaran paling anyar. Ngobrolnya bisa di rumah temen
yang kagak bikin boring atawa bete, atau kalau lagi tajir bisa juga di café. Kalau di
masjid kayaknya sih nggak deh, mungkin takut kualat. Hahaha…

Aha.. saya jadi inget tulisan saya jaman dulu di Majalah PERMATA, di situ saya tulis
bahwa remaja dugem juga kenal klasifikasi alias pembagian golongan. Setidaknya itu
yang disurvei oleh Surindo, satu badan survey nasional. Sekurangnya ada delapan
segmen psikografis remaja di perkotaan, yang masing-masing mereka diberi nama (1)
Remaja funky (15%), Remaja Be-Te (11,7%), Remaja Asal (8,6%), Remaja Plin-Plan
(22,7%), Remaja Boring (16,8%), Remaja Ngirit (14,8%), dan Remaja Cool (10,3%).
Nah, lho banyak amat klasifikasinya ya?

Dalam surveinya Surindo menyebutkan kalau sebagian segmen ini kelihatan memberi
harapan. Ada kelompok remaja yang sangat berhati-hati dalam berbelanja, tak mudah
tertipu, mencari informasi sebelum membeli, terencana kritis, punya rasa percaya diri,
dan punya perhatian terhadap masalah-masalah sosial. Tapi, sebagian lagi terlihat cemas,
ragu-ragu, tak konsisten, tak punya rencana masa depan, bahkan tak percaya orang lain
sehingga tak membuka diri atau berorganisasi. Wajar kalau dalam berbelanja mereka
sering tertipu (ini tipikal remaja bete).

Bahkan ada yang percaya dirinya rendah, tapi gengsinya tinggi sekali (Remaja Asal). Ada
lagi yang plin-plan, pas lagi ngetren lagunya Wali terbaru, “Cari Jodoh” ikut beli
kasetnya (kalo nggak kebeli ya download gratisan di internet atau copy MP3 dari
komputer teman), Korn bikin lagu baru eh ikutan nembang Blind biar kelihatan gaul. Eh,
Ridho Rhoma dan Sonet 2 Band ngetop dengan Menunggu, ikutan juga goyang sambil
nyanyi: “Derita hidup yang kualami/ Duhai pahit sekali/ Pada siapa aku berbagi/
Kalau bukan padamu/ Datanglah, kedatanganmu kutunggu/
Telah lama, telah lama ‘ku menunggu. Dasar plin-plan!

Nah, kamu masuk klasifikasi yang mana? Moga-moga masuk kelompok yang kesembilan
alias golongan RRI, Remaja Rajin Ibadah atau golongan Botak alias Bocah Takwa
(hehehe..maksain banget nggak sih?)

Bikin kantong bolong


Apa sih bahayanya dugem? Yang jelas biaya hidup untuk jadi remaja dugem itu nggak
kecil. Sebaliknya, justru dengan maraknya gaya hidup dugem ini, udah berapa juta uang
melayang percuam. Ujungnya memang menciptakan remaja-remaja borju. Menciptakan
rasa persaingan di antara mereka dengan persaingan yang nggak pada tempatnya. Iya
dong. Sebab, mereka berlomba dalam dunia gemerlap. Apa nggak puas dengan apa yang
dimiliki selama ini? Sehingga kudu berlomba ngadain pesta ultah di diskotik, di hotel
berbintang. Atau sekadar gonta-ganti HP dengan yang highend biar bisa main facebook-
an dari ponsel, bawa mobil keluaran terbaru. Hmm… itu semua harus ditukar dengan
uang. Bukan daun. Sekali lagi uang. Bener-bener bikin kantong bolong deh.

Bisa kamu bayangkan, jika untuk tampil dugem, seorang remaja kudu mengeluarkan
uang rata-rata 300 ribu perak seminggu. Sebulan udah 1,2 jute rupiah tuh duit menyublim
untuk dugem. Kira-kira, berapa penghasilan ortunya? Atau kalo nggak punya, udah
ngutang berapa tuh sama temennya? Duh, sayang banget uang segitu banyaknya cuma
dipake untuk hura-hura. Coba kalo diinfakkan ke masjid atau shadaqah ke fakir miskin,
udah jelas pahalanya.

Bro en Sis, fenomena ini bikin miris kita. Terus terang aja kita prihatin dan merasa
kasihan sama teman-teman kita yang udah terlanjur jadi aktivis dugem. Kita khawatir,
kalo nanti ada banyak remaja yang perutnya udah nggak bisa lagi menerima makanan
murah, karena kebanyakan diisi makanan mahal baik produk lokal maupun produk bule,
apalagi yang masih belum jelas halal-haramnya. Gawat!

So, nyata banget dugem emang bikin kantong bolong. Yup, dugem telah menciptakan
remaja-remaja yang boros dan nggak menghargai rizki yang selama ini diberikan
kepadanya dari Allah Swt. Kasihan banget ya?
Bikin keras hati
Kebanyakan main bareng teman yang sok gengsi dan doyan hura-hura hamburin duit,
kudu hati-hati. Bisa-bisa kita jadi ikutan gaya hidupnya. Namanya juga gengsi yang
diprioritaskan, nggak heran dong kalo yang dilihat selalu masalah gaya, alias penampilan.
Dan untuk itu, uang yang bicara dong. Uang dan uang. Ujungnya, kita bisa jadi nggak
peduli sama tetangga kanan-kiri. Tetangga sebelah kanan kita menjerit kelaparan, kita
asyik dengan makanan mahal dan doyan nonton konser musik yang karcisnya untuk
sekali masuk bisa mencapai harga 100 mangkuk bakso (kalo satu mangkuk bakso
harganya Rp 5000, udah ketahuan berapa tuh harga karcis). Hmm… itu hanya untuk
memenuhi nafsu dugem kamu aja.

Itu artinya kamu udah punya hati sekeras batu. Kamu nggak gampang terenyuh dengan
penderitaan teman or tetangga kamu. Kamu masih bisa tertawa di atas penderitaan orang
lain. Minimal, cuek. Sikap kayak gitu pun udah jelek banget. Iya nggak sih?

Sobat muda muslim, terus terang kita nggak abis pikir. Coba aja bayangin, waktu tanggul
Situ Gintung jebol, itu kan pas lagi rame-ramenya kampanye parpol menjelang pemilu
dan konser-konser musik banyak digelar, serta film-film terbaru di bioskop jadi inceran.
Coba deh, warga Situ Gintung yang kena ‘tsunami kecil’ nunggu antrian untuk ditolong,
eh, sebagian yang lain, dari kita-kita ini, malah rebutan dan rela antri hanya untuk dapetin
karcis bioskop 21 atau tiket konser dan ikutan pesta kampanye parpol.

Apakah rasa peduli kita udah pudar ditelan jaman? Apa iya kita tega menyaksikan
saudara-saudara kita yang lagi menderita? Rasanya, jauh di lubuk hati kita yang paling
dalam, mungkin masih tersisa setitik perasaan iba kita. Namun perasaan itu nyaris tak
bisa terdeteksi, karena kalah dengan gaya hidup dugem yang emang udah nguasai dirimu.
Padahal, dalam se uah riwayat dari Hudzaifah Bin Yaman r.a. berkata, Rasulullah saw.
bersabda, “Siapa yang tidak ihtimam (peduli) terhadap urusan umat Islam, maka bukan
golongan mereka.”(HR at-Tabrani)

Dalam hadis lain, Rasulullah saw. bersabda (yang artinya), “Perumpamaan orang-orang
beriman dalam kecintaan, kasih-sayang dan ikatan emosional ibarat satu tubuh. Jika
salah satu anggotanya sakit, mengakibatkan seluruh anggota tidak dapat istirahat dan
sakit panas.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Ternyata, gegar budaya yang sala satunya muncul ‘tradisi’ dugem, bikin kita jadi cuek
dengan sesama, dan doyan hura-hura. Udah gitu, karakter budaya populer yang memang
bergerak begitu cepat, sangat cepatnya, sampai-sampai tanpa sadar kita diminta dengan
ikhlas (baca:dipaksa) tunduk dengan logic of capital, logika proses produksi di mana hal-
hal yang dangkal dan cepat ditangkap yang cepat laku. Anthony Giddens menyebutnya
sebagai dunia yang sedang berlari dan semua yang selalu berlari satu trek lebih tinggi
memang tidak memiliki kesempatan untuk renungan-renungan yang mendalam. Yang
penting dalam dunia ini adalah menjual dan membeli. Nah, lho.
Nah, teman-teman. Apakah kita mau mengorbankan hati nurani, keimanan dan ukhuwah
kita hanya untuk mengikuti gaya hidup yang gemerlap tanpa juntrungan, apalagi
melanggar syariat? Sayang banget hidup ini hanya disia-siakan. [solihin:
osolihin@gaulislam.com]

Anda mungkin juga menyukai