Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama Lengkap : An. HS
Tanggal Lahir : 4 Maret 2012
Umur : 25 Bulan
Nama ayah :Tn. SH
Nama ibu : Ny.A
Alamat : Tanah Merah
Tanggal berobat : 4 April 2014

II. Anamnesis (Alloanamnesis dengan ibu pasie, Ny. A)
A. Keluhan Utama
Terdapat ruam benjolan berbentuk seperti bintik-bintik kecil kemerahan pada bagian
badan, tangan, dan kaki selama 7 hari, dan terasa gatal.

B. Riwayat Penyakit Sekarang
Ruam benjolan kecil kemerahan di badan telah dialami sejak 7 hari. Awalnya benjolan
kecil kemerahan muncul pada daerah dada, kemudian menyebar ke perut, punggung,
lengan, dan kaki, beberapa benjolan pecah keluar cairan bening, lalu mongering
beberapa hari. OS juga merasakan gatal pada bagian yang ruam tersebut, rasa nyeri
pada ruam disangkal.
Dua hari sebelum timbul ruam pasien sempat mengalami demam, merasa lemah, serta
nafsu makan berkurang. Saat ini pasien mengeluhkan batuk dan pilek selama 3 hari.
Menurut keterangan, pasien telah menerima imunisasi lengkap di posyandu. Diketahui
pasien pernahada kontak dengansepupu pasien pernah mengalmi masalah kulit yang
serupa kira-kira 2 minggu yang lalu. Saat ini pasien belum pernah berobat, dan ruam
hanya diberikan bedak salycil.

C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami sakit seperti ini.

D. Riwayat Penyakit Keluarga
Kurang lebih dua minggu yang lalu, saudara sepupu pasien mengalami masalah ruam
kulit yang serupa dengan pasien.

E. Riwayat Alergi
Adanya alergi terhadap makanan maupun obat-obatan disangkal

F. Riwayat Psikososial
Pasien biasa mandi 2 kali sehari dengan sabun bayi batangan, dan air sumur,
menggunakan handuk yang dipakai sendiri. Pasien masih menggunakan pampers,
pampers dipakai bila berpergian dan diganti apabila sudah penuh.

III. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Keadaan : Sakit ringan Kesadaran : Kompos mentis
BB : 10 kg
TB : 84 cm
Status Gizi : -1 SD (Normal)

Tanda Vital
Nadi : 92x/menit
Respirasi: 22x/menit
SB: 36,6
o
C

Status Generalisata
A. Kepala : Ubun-ubun tertutup, rambut cukup tebal, dan trauma kepala (-)
B. Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera Ikterik (-/-)
Refleks pupil dekstra sinistra isokor
C. Hidung : Septum deviasi (-), massa di hidung (-), secret (+)
D. Mulut : Anemis (-), sianosis (-), erosi (-)
E. Gigi : Karies (-)
F. Telinga : Normotia dextra-sinistra, secret (-)
G. Tenggorokan: Faring hiperemis (-), tonsil hiperemis (-)
H. Leher : Pembesaran KGB (-)
I. Thorax :
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan nafas simetris, retraksi (-)
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Suara pernafasan vesikuler. Wheezing (-) Ronchi (-)
J. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, bising jantung (-)
K. Abdomen
Inspeksi : Permukaan cembung
Auskultasi : Bising usus 5x/menit (normal)
Palpasi : Supel, turgor baik, nyeri tekan (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-),
Perkusi : Seluruh kuadran abdomen tympani
L. Ekstremitas
1. Superior : Deformitas (-/-), udem (-/-), akral hangat RCT < 2 detik
2. Inferior : Deformitas (-/-). Udem (-/-)
Status Dermatologis (Gambarin coy!!!!)
Regio thorakalis et abdominalis et skapularis : pustule, papul dengan dasar eritematosus,
vesikula yang polimorf, krusta
Regio brachii et antebrachii dextra et sinistra : vesikula polimorf dengan dasar eritematosus
Regio glutealis et femoralis dextra et sinistra : vesikula polimorf dengan dasar eritematosus
IV. Resume (GANTI COYYY!!!!!!!)
Seorang anak perempuan berusia 25 bulan dibawa oleh ibunya ke poli MTBS Puskesmas
Kecamatan Kelapa Gading, dengan keluhan ruam eritema, dengan vesikel, dan pustule
yang tersebar pada region thorakalis et abdominalis et skapularis et brachii dextra-sinstra et
antebrachii dextra-sinistra et glutealis et femoralis dextra-sinistra sejak 5 hari yang lalu,
disertai pruritus pada lesi. Vesikula dan pustule yang tersebar ada beberapa yang sudah
pecah keluar cairan bening, dan tapak kering, telah menjadi krusta. Ruam muncul awalnya
pada regio thorakal, lalu menyebar ke abdominal, punggung, dan ekstremitas. Dua hari
sebelum demam pasien mengeluhkan adanya demam. Saat ini pasien juga mengalami batuk
dan pilek selama 3 hari. Penderita pernah ada kontak dengan saudara sepupu yang
mengalami keluhan yang sama.

V. Pemeriksaan Laboratorium
Percobaan Tzanck Sel datia berinti banyak

VI. Diagnosis Kerja
Varicela (Chicken pox)

VII. Diagnosis Banding
1. Varicela Zooster/ Herpes Zooster
2. Variola
VIII. PENANGANAN
A. Non Medikamentosa
Istirahat yang cukup
Tidak menggaruk dan memcahkan ruam, karena dapat memberi bekas garukan
Menjaga kebersihan dengan tetap mandi walaupun masih terdapat bintik-bintik dan
mengganti alas tempat tidur sesering mungkin
Konsumsi makanan yang bergizi
B. Medikamentosa
Antivirus
Acyclovir : 20 mg/kgBB/hari (200 mg/hari)4x/hari selama 5 hari (max 800mg)
Topikal : Bedak salisil 1%
Antibiotik salap dan oral infeksi sekunder
Amioksisili :25-50 mg/kgBB/hari (250-500 mg/hari)
Antipiretik
Parasetamol : 10-15 mg/kgBB/hari (100-150 mg) bila demam
Dextrometrofan : 1mg/kgBB/hari (10mg/hari)

IX. Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad fungsionam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam

























TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi
Adalah penyakit infeksiakut primer oleh virus Varicela zooster yang menyerang kulit
dan mukosa , berupagejala klinik konstitusi, kelainan kulit yang polimorfik, terutama di
bagian sentral tubuh dengan penyebaran lesi secara sentrifugal.
II. Sinonim
Sinonim varisela : chiken pox infection, water pox infection, tear drop infection, cacar
air.
III. Epidemiologi
Penyakit ini bersifat kosmopolitan.

Saat inisekitar 60 90 juta kasusVaricela ditemukan
di duniatiap tahunnya. Insidennya lebih banyak terjadi pada wilayah tropis dan semi tropis .
Secara universal insiden terbanyak terjadi pada usia 3-6 tahun. Hanya 5 % kasus yang terjadi
pada usia kurang dari 15 tahun, dan hanya 10 % kasus terjadi pada usia di atas 14 tahun.
Tetapi di wilayah AS Varisela banyak ditemukan pada usia kurang dari 10 tahun.

Sejak
pelaksanaan program vaksinasi intensifdi dunia (1995 - sekarang )insidendan morbiditas
karena varisela menurun secara signifikan.

Masa penularannya lebih kurang tujuh hari sejak
terjadi infeksi kulit. Penyakit ini tidak dipengaruhi ras dan jenis kelamin.
IV. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh virus Varisela Zoster dengan nama lain Human (alpha)
herpes virus 3 sub famili alpha herpes viridae. Merupakan DNA double helix, genom virus
mengkode lebih daripada 70 protein, termasuk protein yang berhubungan dengan antigen
virus.
V. Patofisiologi
Virus varisela zoster memasuki tubuh manusia melalui inhalasi (aerogen ) yaitu udara
yang berhubungan dengan pernapasan seperti batuk, bersin atau kontak langsung dengan kulit
yang terinfeksi. Saat virus varisela-zoster masuk ke dalam mukosa dan pindah ke sekresi
saluran pernapasan, ia akan berkolonisasi di traktus respiratorius bagian atas. Virus awalnya
bermultiplikasi awal setempat. Kemudian virus menyebar kekelenjar limfe regional di sekitar
traktus respiratorius, pada 2-4 hari setelah paparanawal terjadi., lalu menyebar melalui aliran
darah dan limfe seluruh tubuh pada 4-6 hari sesudah paparanawal. (inilah yang disebut
viremia primer)
.
Lalu Virus ini mencapai sel retikuloendotelial hepar, limpa, dan organ target lainnya.
Seminggu kemudian (14 16 hari sesudah paparan awal ), terjadilah viremia sekunder: Virus
ini sudah bereplikasicukup banyak disel retikuloendotelial organ dalam dan pada kulit ; akan
menimbulkan lesikulit yang khas. Sebenarnya pada saat virus bereplikasi, sudah dihambat
oleh imunitas non spesifik. Tetapi pada kebanyakan individu replikasi virus ini lebih dominan
dibandingkan imunitas tubuhnya, sehingga dalam waktu 2 minggu sesudah paparan awal
sudah terjadi viremia yang lebih hebat (viremia sekunder), seperti yang telah dijelaskan di
atas.
Masuknya virus dan disertai masa inkubasi adalah selama 17-21 hari, lalu pada saat
tersebut akan terjadi penyebaran secara subklinis. Lesi pada kulit akan timbul dan menyebar
bila infeksi masuk pada viremia sekunder.
Viremia sekunder ini juga dapat mencapai sistem respirasi kembali, sebelum
menimbulkan lesi khas pada kulit.Hal inilah yang menyebabkan varisela sangat menular
sebelum lesi khas muncul.
Kerusakan pada SSP dan hepar juga mungkin terjadi pada stadium ini. (encephalitis dan
hepatitis ).
VI. Gejala Klinis
Secara masa inkubasi penyakit ini adalah 11-12 hari, biasanya 13-17 hari
Gejala awal yang terjadi(Gejala prodromal) umumnya terjadi 1-3 hari, tetapi pada anak
umumnyahanya 1-2 hari : demam dengan kenaikan suhu yang tidak terlalu tinggi , rasa tidak
enak pada perut, batuk kering (sore throath), malaise, sakit kepala, anorexia. Gejala tampak
lebih berat pada orang dewasa.
Pada akhir masa prodromal mulai timbul gejala pada kulit berupa makula dan papula
berukuran 2-4 mm yang disertai rasa gatal.
Dengan cepat (beberapa jam kemudian ) lesi ini berkembang menjadi gejala kulit yang
khas yaitu vesikel jernih dengan dasar erimatous seperti tetesan embun (tear drops) berukuran
milier-lentikuler yang pola penyebarannya secara sentrifugal. (Berawal di daerah sentral
tubuh lalu menyebar ke wajah dan ekstremitas ) . Setelah 8-12 jam cairan di vesikel menjadi
lebih keruh (pustula), kemudian menjadi krusta. Perubahan vesikel menjadi pustule lalu
krusta berlangsung selama 2-12 hari dengan rata-rata 6 hari. Setelah itu krusta dapat lepas
sendiri dan terkadang meninggalkan bekas (sikatrik) yang umumnya dapat hilang secara
perlahan. Sementara proses ini berlangsung , timbul lagi vesikel -vesikel baru, selama 3-5
hari, sehingga memberikan gambaran polimorfik dan erpsi bergelombang.
Pada anak dapat muncul lesi berjumlah 10-1500 buah dengan rata-rata (250-500 buah).
Penderita sembuh sempurna rata-rata setelah 7-34 hari (rata-rata 16 hari ).
Beberapa lesi dapat muncul di orofaring dan agak jarang menyerang selaput lendir
mata.
Pada ibu hamil yang terinfeksi varisela selama kehamilan dapat terjadi:
Bila terjadi pada awal kehamilan (Congenital varicella syndrome/ kelainan
congenital pada janin).Janin yang terinfeksi pada minggu ke 6-12 kehamilan
tampak mengalami kelainan paling berat pada perkembangan tungkai. Janin yang
terinfeksi pada minggu ke 16-20 kehamilan dapat mencakup kelainan mata dan
otak. Infeksi varisela pada usia gestasi 20 minggu juga dapat menyebabkan
terjadinya infantile zoster.
Bila terjadi pada tri semester akhir kehamilan (pada minggu ke 37-42),dapat
menyebabkan congenital varicella atau neonatal varicella Cacar air pada neonates
ini,terkadang dapat sangat berat dan menimbulkan kematian.
VII. Diagnosa
Ditegakkan berdasarkan :
Anamnesa, adanya gejala klinik berupa demam, malaise (prodromal) yang
disertai ruam yang khas pada kulit, dan riwayat perjalanan penyakit
Pemeriksaaan fisik, ditemukannya ruam yang khas tersebut pada kulit, dan
lokalisasi yang khas diawali di bagian sentral tubuh (ruam papulovesikuler,
polimorfik, penyebaran sentrifugal, lesi bergelombang)
Pemeriksaan penunjang,
a. Laboratorium : lekopeni pada 72 jam pertama dan selanjutnyalekositosis
menunjukkan terjadi viremia sekunder. Lekositosis yang sangat berlebihan
dapat merupakan pertanda adanya infeksi sekunder. Umumnya pada infeksi
varisela ditemukan limfositosis relatif dan absolut.
b. Percobaan tzanck
c. Kultur virus dari dasar vesikel
d. Pemeriksaan dengan mikroskop electron
e. Tes serologic dan material biopsy
VIII. Penatalaksanaan
Dapat diberikan anti virus: Asiklovir 4x 20 mg/kgBB/hari selama 5 hari untuk anak-
anak, asiklovir 5x 800 mg/ hari untuk dewasa. Anti histaminoral (dipenhidramin). Dosis : 25-
50 mg/ kg BB / 4 jam untuk dewasa, Anak-anak : 5 mg/ kg BB /dosis. Antipruritus topikal
dalam bentuk bedak salicyl 0,5-1 % atau calamin cair. Parasetamol (anti piretik ) Dewasa :
500-650 mg/kali bila demam, Anak-anak : 10-15 mg/kg BB /kali bila demam.
IX. Pencegahan
1. Vaksinasi
Vaksin varisela berisi virus varisela strain hidup yang dilemahkan. Vaksin ini aman dan
bersifat immunogenik. Vaksin ini efektif bila diberikan pada saat atau setelah usia 1
tahun.Pemberian vaksin secara subkutan sebanyak 0,5 ml.
2. Varicella zoster imunoglobulin(VZIG)
Diberikan pada individu yang beresiko tinggi , segera setelah terpapar . Serum inidapat
memberi efekperlindungan sekitar tiga minggu. Tetapi efek terbaik dalam melemahkan virus
varisela serta mencegah terjadinya gejala klinik pada waktu 96 jam setelah paparan.

X. Komplikasi
a. Infeksi sekunder dengan bakteriumumnya streptococcus dan stafilocccus
b. Pneumonia
c. Hepatitis
d. Glomerulonefritis
e. Varisela hemorrhagic
f. Semua orang yang mengalami varisela memiliki resiko mengalami komplikasi dalam
hidupnya berupa herpes zoster (shingles). Setelah infeksi varisela , beberapa virus
varisela-zoster akan in aktif dan menetap pada ganglion dorsalis saraf sensoris.
Beberap tahun kemudian dapat terjadi reaktifasi ke permukaan sebagai herpes zoster.
Ketika terjadi reaktivasi virus ini akan mempengaruhi sel saraf dan kulit,
sehinggatimbul rasa gatal dan nyeri sertaruam berupa papula dan vesikel erimatous
yang mengikuti dermatom saraf yang terkena.
g. Komplikasi pada SSP ; Sindrom Reye, ensefalitis
XI. Prognosis
Baik pada penderita yang non immunocompromized, dan memperhatikan hiegenis
perorangan serta perawatan yang teliti. Pada penderita dengan gangguan sistem kekebalan
tubuh memiliki resiko penyakit yang berat dan kematian. Pada cacar air neonatus yangjarak
infeksi pada ibunya dengan persalinan kurang dari 1 minggu , akan menimbulkan gejala yang
sangat berat pada neonatusdan bisa menimbulkan kematian. Hampir 30 % varisella pada
neonatus menimbulkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI. Jakarta:2011
Latief, Abdul, dkk. Buku Kuliah :Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. FKUI. Jakarta: 2000
Fitzpatricks. Dematology in General Medicine Volume Three. Seventh Edition. Mc Graw
Hill. USA: 2008.
Handoko , Ronny P. Penyakit virus . Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ketiga .
Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta ; 1999
Harahap, Marwali. Ilmu Penyakit Kulit. Hipocrates. Jakarta : 2000

Anda mungkin juga menyukai