(SAP)
PATAH TULANG
OLEH
PSIK UNITRI
Bidang Study :
Topik
Patah Tulang
Sub topik
Sasaran
Tempat
Hari/Tanggal :
Waktu
I.
1 x 30 menit
II.
III.
SASARAN
Keluarga Pasien di IGD RSSA Malang
IV.
MATERI (Terlampir)
V.
METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
VI.
MEDIA
Flip Chart
Leaflet
VII.
KRITERIA EVALUASI
Evaluasi Struktur
Evaluasi Proses
Evaluasi Hasil
VIII.
KEGIATAN PENYULUHAN
No.
WAKTU
KEGIATAN PENYULUH
KEGIATAN
PESERTA
1.
Pembukaan :
menit
Membuka
kegiatan
mengucapkan salam.
Memperkenalkan diri
Menjelaskan
tujuan
Mendengarkan
dari Memperhatikan
penyuluhan
Menanyakan
sekilas
tentang
pengetahuan
keluarga
Pasien
2.
15
Pelaksanaan :
menit
Memperhatikan
Patah Tulang
Menjelaskan tentang
Patah Tulang
penyebab
Memperhatikan
Menjelaskan
tentang
Memberi
kesempatan
kepada
Memperhatika
Memperhatikan
Bertanya
dan
menjawab
pertanyaan
yang
diajukan
3.
10
Evaluasi :
menit
Menanyakan
tentang
kepada
materi
diberikan,
dan
peserta Menjawab
yang
telah
pertanyaan
reinforcement
Terminasi :
menit
Mengucapkan
terimakasih
IX.
PENGORGANISASIAN
Moderator
Notulen
Pembicara
Operator
Observer
Absensi
Leaflet
MATERI PENYULUHAN
A.
B.
B.
Trauma:
Di dalam
Di luar
b.
c.
Degenerasi spontan.
3) Derajat III Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot
dan neurovaskuler sertakontaminasi derajat tinggi.
D.
E. Penatalaksaan Fraktur
1. Penatalaksanaan secara Umum
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan
pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing) dan
sirkulasi (circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada
masalah lagi, baru lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu
tejadinya kecelakaan penting ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS,
mengingat golden period 1-6 jam. Bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin
besar. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis secara cepat, singkat dan lengkap.
Kemudian lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi
rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak
selain memudahkan proses pembuatan foto.
2. Penatalaksanaan Kedaruratan
Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak menyadari
adanya fraktur dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah, maka bila dicurigai
adanya fraktur, penting untuk meng-imobilisasi bagian tubuh segara sebelum pasien
dipindahkan.
Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum
dapat dilakukan pembidaian, ekstremitas harus disangga diatas dan dibawah tempat
patah untuk mencegah gerakan rotasi maupun angulasi. Gerakan fragmen patahan
tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak dan perdarahan lebih
lanjut.
Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan
menghindari gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian yang
memadai sangat penting untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen
tulang. Daerah yang cedera diimobilisasi dengan memasang bidai sementara dengan
bantalan yang memadai, yang kemudian dibebat dengan kencang. Imobilisasi tulang
panjang ekstremitas bawah dapat juga dilakukan dengan membebat kedua tungkai
bersama, dengan ektremitas yang sehat bertindak sebagai bidai bagi ekstremitas
yang cedera. Pada cedera ektremitas atas, lengan dapat dibebatkan ke dada, atau
lengan bawah yang cedera digantung pada sling. Peredaran di distal cedera harus
dikaji untuk menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer.
Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk mencegah
kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan sekali-kali melakukan
reduksi fraktur, bahkan bila ada fragmen tulang yang keluar melalui luka. Pasanglah
bidai sesuai yang diterangkan di atas.
Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap. Pakaian
dilepaskan dengan lembut, pertama pada bagian tubuh sehat dan kemudian dari sisi
cedera. Pakaian pasien mungkin harus dipotong pada sisi cedera. Ektremitas sebisa
mungkin jangan sampai digerakkan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
F.Komplikasi
Perdarahan, syok septik,
kematian
Tetanus
Gangren
Kekakuan sendi
Perdarahan sekunder
Osteomielitis kronik
Hormon-hormon pertumbuhan
DAFTAR PUSTAKA
PRICE, Syilvia Anderson, 1995, Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit, EGC
Jakarta
Corwin, Elizabeth J, 2000, Buku saku patofisiologi, EGC Jakarta
Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaandan
perwatan pasien, EGC Jakarta
PATAH TULANG
PATAH TULANG
Patah tulang (Fraktur) adalah terputusnya
keutuhan jaringan tulang.
1. Fraktur tertutup ( closed ), bila tulang
4. Nyeri
Oleh :
TINDAKAN SEBELUM KE RS
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2013
Tulang
2.Faktor-faktor
2.Untuk Operasi
yang
memperlambat
penyembuhan
Kehilangan tulang
menerus
Rongga atau ada jaringan dianta tulang yang
patah
Keganasan lokal
Infeksi
Penyakit tulang
Usia