Anda di halaman 1dari 35

DAFTAR ISI

1. Prinsip dasar program DPJP


2. Mekanisme penyelenggaraan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada pasien
oleh DPJP

3. Kebijakan tujuan program DPJP


4. Tujuan program DPJP
5. Uraian tugas DPJP
6. Kebijakan wewenang dan tanggung jawab DPJP
7. Hak dan kewajiban DPJP
8. Mekanisme penetapan DPJP
9. Mekanisme penetapan DPJP utama
10.Mekanisme implementasi DPJP di instalasi gawat darurat
11.Kebijakan mekanisme implementasi DPJP di unit pelayanan rawat jalan
12.Kebijakan mekanisme implementasi DPJP di unit pelayanan rawat inap
13.Kebijakan mekanisme implmentasii DPJP dalam pelayanan bedah di kamar
operasi
14.Kebijakan mekanisme DPJP dalam pelayanan medik di ruang tindakan
15.Kebijakan mekanisme implementasi DPJP dalam pelayanan laboratorium
patologi klinik
16.Kebijakan mekanisme implementasi DPJP dalam pelayanan parasitologi klinik
17.Kebijakan mekanisme implementasi DPJP dalam pelayanan farmakologi klinik
18.Kebijkan mekanisme implementasi DPJP dalam pelayanan mikrobiologi klinik
19.Kebijakan mekanisme implementasi DPJP ddalam pelayanan patologi anatomi
20.Kebijakan mekanisme implementasi DPJP dalam pelayanan radiologi
21.Kebijakan sistem penilaian kinerja DPJP
22.Kebijakan sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan program DPJP
23.Kebijakan sistem penghargaan dan sangsi
24.Sop penetapan DPJP
25.Formulir berhalangan tugas DPJP
26.SPO Pelaksanaan DPJP di Instalasi Rawat Jalan
27.SPO Pelaksanaan DPJP di Instalasi Rawat Inap dan Intensif
28.SPO Pelaksanaan DPJP Tindalan Ppembedahan dan anastesi di kamar operasi
29.SPO DPJP pelayanan medik di ruang tindakan poliklinik dan rawat inap
30.SPO DPJP pada pelayanan laboratorium patologi klinik
31.SPO DPJP pelayanan radiologi
32.SPO Penyampaian informasi daftar harian oleh departemen
33.SPO Transfer Informasi antar profesi (Konsultasi) DPJP
34.SPO cara penapisan pasien di instalasi Rawat Jalan
35.SPO Pola rawat bersama DPJP
36.SPO Pengaturan DPJP bila berhalangan hadir.

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

PRINSIP DASAR PROGRAM DPJP

NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
KEBIJAKAN

Tanggal Terbit

Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)


Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001
Prinsip dasar implementasi DPJP adalah berdasarkan etika kedokteran yang telah
ditetapkan oleh konsil Kedokteran Indonesia, yaitu :
1. Prinsip tidak merugikan (non maleficience) merupakan prinsip dasar menurut tradisi
Hipocrayes ..... Jika kita tidak bisa berbuat baik kepada seseorang, paling tidak kita
tidak merugikan orang itu. Dalam bidang medis, seringkali kita menghadapi situasi
dimana tindakan medis yang dilakukan, baik untuk diagnosa atau terapi,
menimbulkan efek yang tidak menyenangkan.
2. Prinsip berbuat baik (beneficience), merupakan segi positif dari non maleficience.
Kewajiban berbuat baik ini bukan tanpa batas. Ada empat langkah sebagai proses
untuk menilai resiko, sehingga kita bisa memperkirakan sejauhmana suatu kewajiban
bersifat mengikat. 1) Orang yang perlu bantuan itu mengalamli suatu bahaya besar
atau resiko kehilangan sesuatu yang penting. 2) Penolong sanggup melakukan
sesuatu untuk mencegah terjadinya bahaya atau kehhilangan sesuatu. 3) Tindakan
penolong agaknya dapat mencegah terjadinya kerugian dan 4)Manfaat yang diterima
orang itu melebihi kerugian bagi penolong dan membawa resiko minimal.
3. Prinsip menghormmati otonomi pasien (otonomi) nerupakan suatu kebebasan
bertindak dimana seseorang mengambil keputusan sesuai dengan rencana yang
ditentukannya sendiri. Disini terdapat 2 (dua) unnsur, yaitu kemampuan untuk
mengambil keputusan tentang suatu rencana tertentu dan kemampuan mewujudkan
rencananya menjadi kenyataan. Dalam hubungan dokter dengan ppasienada
otonomi klinik atau kebebasan profesional dari dokter dan kebebasan terapeutik
yang merupakan hak pasien untuk menentukan yang berhak bagi dirinya setelah
mendapatkan informasi selengkap-lengkapnya.
4. Prinsip keadilan (Justice) berupa perlakuan yang sama untuk orang-orang dalam
situasi yang sama, artinya menekankan persamaan dan kebutuhan, bukannya
kekayaan dan kedudukan sosial.

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

MEKANISME PENYELENGGARAAN KOMUNIKASI,


INFORMASI DAN EDUKASI (KIE) KEPADA PASIEN
OLEH DPJP

NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

Tanggal Terbit
Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)
Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001
Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) adalah
seorang dokter yang bertangggung jawab atas
pengelolaan asuhan medis seorang pasiaen. DPJP
memberikan pendidikan, pelatihan serta konsultasi
sesuai bidang keahlian dan penugasannya.
1. Terselenggaranya supervisi spesialistik.
2. Meningkatkan keselamatan pasien.
3. Meningkatkan mutu pelayanan
4. Menciptakakn suasana pembelajaran kedaruratan
medik yang optimal bagi semiua mahasiswa
Sp1/Sp2 FKUI.
1. Sebelum memberikan KKIE, saat pertama kali
bertemu dengan paisen maka DPJP dan PPDS harus
memperkenalkan dirinya.
2. DPJP dan peserta didik harus memberikan KIE
kepada pasien tentang hak dan kewajiban pasien.
3. Pasien atau keluarganya berhak mendapat layanan
medis sesuai ketentuan RS dan mendapatkan
informasi berkaitan dengan diagnosis (diagnosis
kerja dan diagnosis banding), dasar diagnosis,
tindakan keddokteran, indikasi tindakan, tata cara,
tujuan, resiko, komplikasi, prognosis dan alternatif
pengobatan, perubahan waktu, ketidaksesuaian
atau
keterlambatan
hasil
diagnostik,
keterlambatan diagnostik, keterlambatan hasil
penunjang atau tindakan serta resikonya.
4. Waktu Pemberian KIE:
a. Sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
kedokteran
(general
concent,
anastesi,
pembedahan, tindakan invasif/khusus, transfusi,
kemoterapi,
rediologi,
penenlitian
dan
transplantasi organ.
b. Bila ada perubahan kondisi pasien.
5. Yang boleh mendapatkan informasi mengenai
pasien
a. Pasien sendiri

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

b. Keluarga (ayah, ibu, suami atau istreri, saudara


kandung)
c. Wali (ditunjuk oleh pasien atau oleh pengadilan)
6. Pemberi informasi adalah DPJP atau PPDS tingkat
mandiri (dengan supervisi DPJP).
7. Saksi
a. Dari pihak RS
b. Dari pihak keluarga
8. DPJP
menyampaikan
hal-hal
yang
menjadi
hak/kewajiban pasien, yaitu:
a. Memberikan informasi yang benar, jelas dan
jujur.
b. Menaati peraturan yang ditetapkan oleh DPJP.
9. DPJP memberikan penjelasan secara lisan tentang
pengelolaan asuhan medis kepada pasien/keluarga
dan mencatatnya dalam rekam medis.
10.Penyelenggaraan
komunikasi,
informasi
dan
edukasi (KIE), kepada pasien harus dievaluasi
secarra berkala oleh DPJP.
11.DPJP harus menyampaikan tim kerjanya kepada
pasien/keluarga.
Prosedur :
1. DPJP Utama memperkenalkan diri dan anggota
lainnya kepada pasien dan keluarganya.
2. DPJP utama melakukan komunikasi, edukasi dan
memberikan informasi kepada setiap pasien
engenai hak dan kewajiban pasien.
3. DPJP memberikan informasi kepada pasien
mengenai diagnosis (diagnosa kerja dan diagnosa
banding)
1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Gawat Darurat

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

TUJUAN PROGRAM DPJP

NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
KEBIJAKAN

Tanggal Terbit
Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)
Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001

Pelaksanaan DPJP betujuan


A. Tujuan Umum
1. Dari sisi pelayanan medis, maka pelaksanaan program DPJP bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui penyelenggaraan pelayanan
kesehatan
yang
bermutu
internasional
dan
terjangkau
serta
dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah kepada masyarakat yang membutuhkan serta
menjadi acuan atau rujukan dari pelayanan kesehatan nasional.
2. Dari sisi pendidikan keddokteran, maka pelaksanaan program DPJP bertujuan
meningkatkakn kompetesni SDM dokter yang memiliki kemampuan akademik,
profesional, berwawasan kebangsaan, menjunjung tinggi etika profesi, mampu
mendidik, menapis, menerapkan, dan mengembangkan IPTEK kedokteran sehingga
menjaddi acuan dan rujukan dari pendidikan kedokteran dan kesehatan nasional.
3. Dari sisi penelitian kedokteran dan kesehatan, maka pelaksanaan program DPJP
bertujuan untuk meningkatkan kompetensi SDM dokter yang mampu meneliti,
mampu menerapkan kompetensinya pada pelayanan dan pendidikan di RSCM agar
terjadi peningkatan mutu pelayanan dan pendidikan sehingga menjadi acuan dan
rujukan dari penelitian kesehatan dan kedokteran nasional.
B. Tujuan Khusus
1. Terselenggaranya suervise subspesialistik sebagai bentuk konkrit dalam upaya
perbaikan penyelenggaraan pelayanan medik.
2. Terselenggaranya keselamatan pasien dalam penyelenggaraan pelayanan medik
yang menjamin peningkatan mutu pelayanan dan kepuasan pelanggan.
3. Terjaddinya perpindahan pengetahuan tentang praktek kedokteran dan pendidikan
klinik yang baik dari DPJP kepada peserta didik (transfer of best practices for best
clinical teaching education) dalam penyelenggaraan proses pendidikan kedokteran
yang menjamin peningkatan mutu pendidikan.
4. Terciptanya sebuah komitmen dari seluruh staf medis fungsional departemen (DPJP)
yang berfokus kepada pasien sebagai pelanggan utamanya dalam penyelenggaraan
pelayanan medik tersier (Patient Focus on tertiary Care)
5. Terjadinya perbaikan proses bisnis internal penyelenggaraan pelayanan medik baik
sistem manajemen maupun klinis, sehingga tercipta model panutan terbaik dalam
proses pembelajaran pendidikan kedokteran dan profesi kedokteran (Clinical Quality
improvement and Best Role Model)
6. Terciptanya akademik atmosfir (lingkungan pembelajaran klinia) yang memungkinkan
alih pengetahuan dan keterampilan dari DPJP kepada peserta didik dalam proses
pendidikan kedokteran serta penelitian kedokteran dengan memperhatikan

kenyamanan pasien.
7. Terciptanya layanan yang terintegrasi multidisiplin dengan pendekatan interdisiplin
sesuai kebutuhan pasien.

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

URAIAN TUGAS DPJP

NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
KEBIJAKAN

Tanggal Terbit
Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)
Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001

DPJP mempunyai uraian tugas sebagai berikut:


1. Mengelola rangkaian asuhan medis (paket) seorang pasien sesuai standar pelayanan
medis, standar profesi, antara lain anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang medis untuk penengakan diagnosis, selanjutnya merencanakan dan memberi
terapi/tindakan medis , melakukan tindak lanjut, evaluasi asuhan medis hingga
rehabilitasi baik pelayanan rawat jalan (poliklinik dan IGD), pelayanan rawat inap
maupun pelayanan kamar operasi.
2. DPJP harus membuat rencana pelayanan yang dicata dalam status rekam medis meliputi
segaa aspek asuhan medis yang akan diberikan termasuk pemeriksaan , konsultasi,
tiindakan medik dan terapi, rehiabilitasi dan sebagainya.
3. Melakukan konsultasi antar konsultan interdivisi atau interdepartemen atas indikasi
medis, baik untuk meminta pendapat medis atau rawat bersama.
4. Memberikan penjelasan kepada pasien yang meliputi:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis.
b. Tujuaun tindakan medis yang dilakukan.
c. Alternatif tindakan lain dan reikonya.
d. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi serta kejadian yang tidak diharapkan
e. Prognosis tindakan yang dilakukan.
5. DPJP wajib memberikan komunikassi, informasi dan eddukasi kepadda pasiend an
keluargga tentang kewajibannya kepadda rumah sakit.
6. Setiap tindakan kedokteran dan kedokteran gigi yang akakn dilakukan oleh dokter dan
dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan baik lisan maupun tertulis dari
pasien/keluarga, kecuali pada kondisi gawat darurat demi untuk menyelamatkan jiwa
pasien.
7. Setiap penjelasan keadaan penyakit dan rencana terapi/tindakan medik harus
dituliskakn dalam rekam medis dengan dibubuhi nama dokter dan tandatangan serta
stempel DPJP (memuat nama dokter, SIP, dan tanda tangan), dan stempel peserta didik
serta tanda tangan peserta didik (PPDS).
8. Untuk pelayanan penunjang diagnostik, berupa:
Pelayanan Radiologi, Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Mikrobiologi dan Parasitologi
Klinik, maka pengelolaan asuhan medis pasien /spesimen, film termasuk expertisenya

berada di bawah tanggung jawab DPJP yang bersangkutan dengan memperhatikan


indikator kecepatan waktu pemeriksaan (emergensi, dan non emergensi), ketepatan dan
kualitas hasil pemeriksaan (sesuai IQC/EQC 2 SD) dan ketajaman serta kesesuaian
interprestasi data pemeriksaan mencapaii 100%.
9. Pelayanan Pasien di Poliklinik
Melakukan konsultasi pasien dan tindakan medik di Poliklinik, shif pertaa dimulai jam
08.00 WIB sampai 14.00 WIB sampai jam 20.00 WIB untuk pelayanan praktek sore dan
berkoordinasi dengan departemen.
10.Pelayanan Pasien Rawat Inap
a. Melakukan visit pasien rawat inap setiap hari minimal 1 kali, memberikan inistruksi
pengobatan dan melakukan tindakan medik sesuai indikasi medik, baik pada hari
kerja maupun pada hari libur, yang diselesaikan sampai dengan puluk 09.00 WIB.
b. Bertanggung jawab dalam penyelesaian proses manajemen asuhan klinik pasien
dengan lama hari perawatan sesuai ketentuan telah ada dalam panduan pelayanan
medik (PPM) ata INA-DRG untuk setiap jenis masalah klinik/penyakit pasien.
c. Menandatangani resume medik sesuai dengan standar formulir yang ditetapkan oleh
unit perawatan dalam waktu 1 x 24 jam setelah pasien dipulangkan.
d. Mengisi daftar hadir DPJP yang diseddiakan unit pelayanan.
e. Bila berhalangan hadir, maka memberitahukan kepadda manajemen unit pelayanan
sebelumnya kecuali pada keadaan darurat dan mencari pengganti sesuai
kometensinya. Diharapkan departemen/UPT juga menyusun jadwal pengganti
sebagai antisipasi keadaan darurat.
11.Pelayanan pasien di kamar operasi/tindakan (emergensi, elektif dan bedah rawat sehari)
Melakukan tindakan medik operatif elektif di OK dan ODC shift pertama dimulai pukul )
7.30 WIB sampai 15.30 WIB dan shiff kedua pukul 15.30 WIB sampai 21.00 WIB,
sedangkan tindakan medik operatif emergency dilakukan 24 jam di UGD.
12.Dalam melaksanakan pengelolaan asuhan medis kepadda pasien baik di pelayanan
rawat jalan, rawat inap maupun kamar operasi harus melibatkan peserta didik (S1 Ked,
SP 1, SP2).
13.Setiap melakukan konsultasi/visit/tindakan medik/tindakan operatif harus ditulis dalam
rekam medis tentang perkembangan pasien dan rencananya dan ditandatangani serta
distempel oleh DPJP yang berrsangkutan dan peserta didik yang terlibat dalam
perawatan.

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB DPJP

NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
KEBIJAKAN

Tanggal Terbit
Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)
Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001

Wewenang dan Tanggung Jawab DPJP


1. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan kompetesi dan kewenangan klinis yang
diberikan, serta penugasan dari Direksi RSCM melalui kepala Departemen
2. Melakukan proses pendidikan dan pembelajaran kepada peserta didik program dokter
dan dokter spesialis 1 dan 2 sesuai penugasan dari Ketua Program Studi / Koordinator
Pendidikan.
3. Melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan keilmuan kedokteran/kesehatan di
Departemen.
4. Meningkatkan kompetensi profesi sesuai bidang keilmuannya.
5. Melakukan evaluasi dan usulan revisi (bila diperlukan) kepada direksi RSCM melalui
Komite Medik, terhadap peraturan internal staf medis, standar/pandua pelayanan medis,
standar prossedur operasional tindakan medis dan standar prosedur operasional di
bidang administrasi dan manajerial.
6. Pada hari liibur, tugas visitasinya dapat didelegasikan kepada konsultas jaga yang
ditetapkan oleh departemen (kompetesnsi/level sama).

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

HAK DAN KEWAJIBAN DPJP

NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
KEBIJAKAN

Tanggal Terbit
Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)
Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001

A. HAK
1. Merawat pasien tanpa pembatasan sesuai kebijakan dan peraturaan perawatan
perawatan rumah sakit.
2. Memiliki hak suara dakan semua pertemuan stf meis intra/inter Departemen.
3. Menjalankan wewenang klinis (Clinical Privilege) yang diberikan kepadanya.
4. Memberikakn pendidikan, pelatihhan serta konsultasi sesuai dengan bidang keahlian
dan penugasannya.
5. Melaksanakan penelitian kedokteran /kesehatan yanng telah mendapat persetujuan
dari baddan yang berwenang.
6. Mendapatkan insentif dan atau jasa medis sesuai dengna kinerrja dan
produktivitasnya, yang pemebrriannya berdasarkan peraturan rumah Sakit.
7. Mendapatkan bantuan (perliindungan) hukum dari manajemen RSCM apabila terjadi
delik aduan / medikolegal asalkan pengelolaan pelayanan medik sesuai dengan
standar profesi dan standar / panduan pelayana medik yang belaku.
B. KEWAJIBAN
1. Berperan serta dalam peningkatan mutu dan kinerja profesi termasuk penugasan
dalam Komite Medik, Departemen, Rumah Sakit dan bersungguh-sungguh
menjalankan penugasan tersebut di setiap posisi yang ditugaskan kepaddanya.
2. Berperan serta dalam aktivitas peningkatan kwalitas pelayanan medik kepadda
pasien dan menjadi DPJP (Dokter Penangung Jawab Pelayanan Pasien) sesuai bidang
kelimuan dalam mengelola penyakit ppasien berdasarkan penunjukan Kepala
Departemen terutama dalam perencanaan dan pengelolaan pelayanan meddik dan
penyelesaian dokumen medik termasuk informed consent.
3. Berperan serta dalam aktivitaspeningkatan kualitas pendidikakn kedokteran bagi
peserta didik melalui perpindahan pengetahuan praktek kedokteran dan pedidikan
klinis yang terbaik.
4. Memahami fungis keanggotaan staf medis seperti yang tercantum dalam PISM
( Peraturan Internal Staf Medis) serta kebijakan dan peraturan RSCM.
5. DPJP dalam melaksanakan pengelolaan pelayanan medik harus berdasarkan standar
profesi, PPMdan SPO pelayanan medik.
6. DPJP diharuskan mengikuti asuransi profesi.

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

MEKANISME PENETAPAN DPJP

NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
KEBIJAKAN

Tanggal Terbit
Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)
Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001

1. Seluruh staf medis fungsional purna waktu di departemen otomatis menjadi DPJP
baik untuk pelayanan rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, maupun pelayanan
kamar operasi.
2. Staf meddis fungsional paruh waktu dapat menjadi DPJP, apabila karena keilmuan
ddan keahliannya diperlukan untuk pengelolaan pasien baik untuk pelayana publik
maupun pelayanan kelas/swasta.
3. Setiap DPJP harus memiliki STR, SIP dan Surat Penugasan dari Direktur utama RSCM
bagi PNS Departemen Kesehatan dan Surat Penugasan untuk bekerja di RSCM dari
dekan FKUI bagi PNS Departemen Pendidikan Nasional dan BHMN UI.
4. Nama-nama DPJP berdasarkan usulan oleh Keala Divisi kepadda Direktur Utama
melalui Kepala Departemen Medik, untuk mendapatkan pengesahan dalam Suart
Keputusan direktur Utama tentang Penetapan nama-nama DPJP RSCM.

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

MEKANISME PENETAPAN DPJP UTAMA

NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
KEBIJAKAN

Tanggal Terbit
Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)
Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001

1. DPJP utama adalah seorang dokter yang bertanggung jawab atas pengelolaan
penyakit terhadap seorang pasien sesuai dengan kewenangan klinis dan
patologisnya.
2. Kriteria DPJP Utama:
a. Dokter yang bidang keahliannya sesuai dengan mayoring penyakit pasien.
b. Dokter yang dipilih berdasarkan kesepakatan tim DPJP.
c. Dokter yang pertama kali menerma pasien.
d. Dokter yang dipilih atas permintaan pasien.

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

MEKANISME IMPLEMENTASI DPJP DI INSTALASI


GAWAT DARURAT

NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
KEBIJAKAN

Tanggal Terbit
Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)
Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001

1. Kepala Instalasi Gawat Darurat


a. Berkoordinasi dengan Kepala Departemen Medik untuk menetapkan jadwal jaga DPJP
(konsultan jaga), IMET yang ditempatkan dalam kurun waktu tertentu baik selama
jam kerja dan diluar jam kerja berdasarkan usulan Kepala Departemen Medik.
b. Menyiapkan segala fasilitas meddik dan non medik yang diperlukakn DPJP dalam
melaksanakan tugas jaga harian.
c. Bersama DPJP menetapkan uraian tugas selama tugas jaga pada jam kerja dan diluar
jam kerja, standar dan indiikator kkinerja DPJP.
d. Bersama Kepala Departemen cc KPS dan Kodik S1 mengatur jadeal tugas jaga dan
uraian tugas PPDS/mahasiswa (coAsisten) untuk ditempatkan di triage, IMAT Square,
ruang resusitasi, ruang Emergensi, ruang Urgenm ruang Akut kebidanan Lantai 3,
Ruang Observasi IGD lantai 2, HCU/ICU dan Kamar Operasi, mendampingi DPJP sesuai
tingkat kompetensi.
e. Bersama KPS, Kodik S11 dan Koyanmas untuk melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap proses pelayanan dan pendidikan.
f. Menyiapkan perangkat/tools pemantauan, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan
DPJP selama bertugas. Tingkat penilalian pemantauan, evaluasi dan pengendalian
dilakukan secara berjenjang baik oleh Instalasi Gawat Darurat kepada DPJP, DPJP
kepada peserta didik maupun Divisi.Departemen kepada DPJP.
g. Melaporkan hasil pelaksanaan DPJP secara berkakla kepada direktur Medik dan
Keperawatan.
h. Melakukan ronde harian bersama seluruh staf medis dan staf medisnya terhadap
seluruh aktivitas dan dibahas dalam laporan jaga yang dihadiri oleh DPJP, Chief
Resident dan Kepala IGD.
i. Kepala IGD bersama DPJP dan Chief Resident mendampingi Direktur Medik dan
Keperawatan dalam kegiatasn ronde / tracer setiap dua minggu sekali.
2. Semua pasien yang datang berobat ke Instalasi Gawat Darurat harus dilakukan
penapisan tingkat kegawa-daruratan kasus penyakitnya di tingkat triase oleh Perawat
dan Dokter triase menjadi kasus non gawat darurat dan gawat darurat. Kasus gawat
darurat diteruskan kepada DPJP yang bertugas sebagai IMET (Integrated Muldiciplinary
Emergency Team) saat itu, sedankan yang non gawat darurat akan dilakukan
pemeriksaan medis oleh DJJP sesuai indikasi dan diberi resep, kemmudian pasien ddapat
pulang atau dirujuk ke poliklinik esok harinya.

3. Pasien gawat darurat akan dilakukan pengelolaan medik oleh Konsultas Jaga IMET /
Supervisor Medik, apabila kasus penyakit pasien tidak sesuai dengan majoriing DPJP
yang bertugas maka harus dikonsulkan kepada DPJP lain yang sesuai keahliannya dan
sesuai jadwal. Pasien dapat diobseervasi di IGD, dirawat di HCU/ICU iGD, dirawat di
Gedung A, dirawat di ICU Dewasa/Anak, dirawat di UPT lain (misal PJT) atau pasiaein
pulang/sembuh.
4. Jika pasien sudah dinyatakan dalam kondisi stabil dan teratasi kedaruratannya tetapi
tidak tersedia fasilitas perawatan di RSCM, maka pasien dapat dirujuk ke Rumah Sakit
lain yang dapat menangani masalah pasien tersebut dengan menggunakan mekanisme
transfer pasien ke luar Rumah Sakiti yang berlaku di RSCM.
5. Kepala Departemen Medik harus menyampaikan jadwal daftar DPJP harian yang akan
ditugaskan di Instalasi Gawat Darurat baik yang bertugas pada jam kerja maupun di luar
jam kerja.
6. Kepala Instalasi Gawat Darurat akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan DPJP harian/mingguan/bulanan dan dilaporkan secara berkala kepada
Direktur Medik dan Keperawatan melalui Kepala Bidang Pelayanan Medik.

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

MEKANISME IMPLEMENTASI DPJP DI UNIT


PELAYANAN RAWAT JALAN

NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
KEBIJAKAN

Tanggal Terbit
Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)
Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001

1. Pasien yang berobat ke Unit Pelayanan Rawat Jalan, baik unit rawat jalan terpadu untuk
publik maupun unit rawat jalan second line/madya dapat berasal dari nstalasi Gawat
Darurat (IGD) yang sudah selesai kondisi kegawatdaruratannya untuk kontrol lanjutan,
rujukan Puskesmas/rumash sakit lain ataupun pasien datang sendiri.
2. Pasien yang datang tanpa rujukan harus melalui poli umum masing-masing departemen.
3. Untuk pasien yang datang berobat ke Unit Rawat Jalan madya akan langsung ditangani
oleh DPJP yang bertugas di poliklinik subspesialis, DPJP tersebut akan tetap menangani
pasien tersebut selama kontrol ulangan, dirawat inap atau dilakukan tindakan medik
operatif (bila DPJP utama adalah bedah). Apabila akan dirujuk ke DPJP beddah maka DPJP
awal tetap akan mendamppingi DPJP utama (bila diperlukan).
4. Untuk pasien yang datang ke Unit Rawat Jalan Terpadu Publik, setelah selesai
menyelesakan administrasi pendaftaran (umum atau jaminan) akan di tatalaksana oleh
PPDS sesuai jenjang pendidikannya didampingi DPJP sebagai supervisor di Poliklinik
Umum Spesialis/sub spesialis.
5. DPJP harian yang bertugas di poliklinik subspesialis rawat jalan publik bertanggung
jawab terhadap pengelolaan pasien dari awal sampai selesai di jam tugasnya, baik
pasien akan pulang atau menjalani rawat inap atau akan direncanakan tindakan operasi.
6. Tugas PPDS di Poliklinik Umum Spesialis adalah melakukan tatalaksana pasien dengan
supervisi DPJP. Apabila diperlukan dapat dirujuk ke poli subspesialis untuk diperiksa
langsung oleh DPJP sesuai majoring keahliannya.
7. Setia rencana tatalaksana yang dibuat oleh PPDS harus mendapatkan persetujuan DPJP
yang bertugas saat itu sebagai supervisor.
8. Apabila pasien dari poliklinik subspesialis dikelola oleh DPJP medikal akan dirujuk ke DPJP
bedah karena akan dilakukan tindakan medik operatif, maka terjadi pengalihan pasien
dari DPJP medikal ke bedah. Selama di ruang rawat, pengelolaan pasien bedah akan
didampingi oleh DPJP medikal yang bertugas di ruangan tersebut.
9. Dalam hal rawat bersama, maka cakupan pelayanan DPJP adalah sesuai dengan
kompetensinya. Bila pasien dikelola dengan oleh lebih dari satu DPJP, maka perlu
ditunjuk satu DPJP sebagai DPJP utama berdasarkan kesepakatan para DPJP dan lainnya
adalah sebagai DPJP konslutan.
10.Kepala Departemen Medik harus menyampaikan jadwal Daftar DPJP yang bertugas
harian baik di poliklinik publik dan poliklinik madya kepada Kepala Unit Rawat Jalan
Terpadu, sedangkan jadwal DPJP untuk poliklinik RSCM Kencana diserahkan kepada
Kepala RSCM Kencana.
11.Kepala Unit Rawat Jalan Terpadu baik layana publik maupun layanan madya harus

melakukan
monitoring
dan
evaluasi
terhadap
pelaksanaan
DPJP
harian/mingguan/bulanan dan dilaporka kepada Direktur Medik dan Keperawatan melalui
Kepada Bidang Pelayanan Medik dan ditembuskan kepadda Departemen Medik.
12.DPJP yang bertugas di poliklinik rawat jalan publik wajib melakukan supervisi pendidikan
terhadap peserta Sp1, Sp2, dan dokter umum dan dokter magang.
13.KPS Sp1, Sp2, dan koordinator Pendidikan S1 memberikan nama-nama peserta didik dan
jadwal kegiatan kepada Kepala Unit Rawat Jalan dan ditembuskakn ke Departemen
Medik.

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

MEKANISME IMPLEMENTASI DPJP DI


UNIT PELAYANAN RAWAT INAP
NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
KEBIJAKAN

Tanggal Terbit
Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)
Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001

1. Pasien yang mendapat perawatan inap di unit terpadu gedung A atau unit rawat
inap lainnya di lingkungan RSCM berasal dari Unit Gawat Darurat atau dari
Poliklink Subspesialis dan unit perawatan intensif serta dari luar RSCM.
2. Pasien tersebut telah mempunyai DPJP yang sudah ditentukan sebelumnya oleh
DPJP dari Unit Rawat Jalan (poliklinik subspesialis) itu sendiri atau dari Instalasi
Gawat Darurat sesuai jadwal DPJP URJT dan IGD.
3. Apabila ternyata saat pasien dirawat belum ditentukan DPJP-nya, maka Kepala
Unit Rawat Inap mempunyai wewenang untuk menghubungi Divisi/Departemen
untuk meminita kepastian nama DPJP yang akan mengelola pelayanan medik
pasien tersebut paling lambat kurang dari satu jam sejak pasien masuk
perawatan.
4. DPJP yang mengelola pelayanan medik pasien rawat inap harus memenuhi
peraturan dan ketentuan kebijakan dan SPO DPJP yang telah ditetapkan Rumah
Sakit mulai dari sejak awal pasien dirawat sampai pasien selesai perrawatan
(sesuai dengna standar COP 2,3,6, dan 7), antara lain:
a. Bertanggung jawab dalam penyelesaian proses manajemen asuhann klinik
pasien lebih cepat atau selambat-lambatnya sesuai dengan lama hari
perawatan nyang telah ditetapkan dalam Panaduan Praktik Klinik atau
ketentuan ina-cbg untuk tiap jenis masalah klinik / penyakit pasien.
b. Melakukan visit pasien rawat inap setiap hari, minimal 1 (saatu) kali sehari dan
memberikan instruksi pengobatan serta melakukan tindakan medik sesuai
indikasi, dimulai ada pukul 07.00 WIB dan diupayakan untuk diselesaikan
sebelum pukul 10.00 WIB. Pada hari libur pasien juga harus di visite.
c. DPJP harus mengisi data dasar (initial assessment) paling lambat 1 x 24 jam,
discharge planning dan membuat catatan medik pasien dalam bentuk SOAP
(Subjektif, Objektif, Assessment dan Plan).
d. DPJP membuat dan menandatangani resume medik sesuai dengan standar
fformulir yang ditetapkan oleh unit perawatan dalam waktu 2 x 24 jam setelah
pasien dipulangkan.
e. Mengisi daftar hadir yang telah disediakan oleh manajemen unnit rawat inap.
f. Bila berrhalangan hadir, maka memberitahu kepada manajemen unit rawat
inap minimal 1 x 24 jam sebelumnya dan sudah menyediakan DPJP pengganti
sesuai majorring keahlian dan kmpetensinya, kecuali pada keadaan darurat
maka manajemen unit rawat inap segera mengghbungi Kepala Divisi / Kepala
Departemen unutk mencarikan DPJP pengganti paling lambat kurang dari 1

(satu) jam. Diharapkan Departemen/UPT harus menyusun daftar DPJP


pengganti sebagai antisipasi dalam keadaan darurat DPJP melakukan serah
terima pasien sebelum mendelegasikan wewenangnya.
5. Kepala Departemen harus menyampaikan daftar nama-nama DPJP dan jadwal
tugas harian kepada Kepala Unit Rawat Inap di Lingkungan RSCM minimal
seminggu sebelum bulan berikut.
6. Kepala Unit Rawat Inap masing-masing akan melakukakn monitoring dan evaluasi
terhadap pelaksanaan DDPJP secara berkala, harian/mingguan/bulanan dan
dilaporkan kepada Direktur Medik&Keperawatan melalui Kepala Bidang Pelayanan
Medik.
7. DPJP rawat inap maksimal merrawat 10 (sepuluh) pasien.

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

MEKANISME IMPLMENTASI DPJP DALAM


PELAYANAN BEDAH
DI KAMAR OPERASI
NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
KEBIJAKAN

Tanggal Terbit
Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)
Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001

1. Pasien yang akan dilakukan pembedahan/tindakan di kamar operasi baik di Unit


Pelayanan Bedah Terpadu, di Unit Gawat Darurat, Di Kamar Bedah Rawat Sehari (ODC)
atau di kamar bedah lainnya di lingkunga RSCM bisa berasal dari UGD, poliklinik rawat
jalan publik maupun swasta ataupun dari unit perawattan rawat inap.
2. Jenis tindakan medik/bedah dapat berupa elektif atau emergensi.
3. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan medik/bedah harus sudah mempunyai DPJP
utama yang akan didampingi DPJP anastesi yang akan melakukan persiapan tindakan
pre operatif.
4. Pelayanan kamar operasi regular dibuka atas 2 unit, terdiri dari shift pagi, mulai pukul
07.30 WIB s.d Pukul 15.30 WIB dan shif malam mulai pukul 16.30 WIB s/d pukul 22.00
WIB, kecuali emergensi dibuka 24 jam.
5. Setiap DPJP yang akan melakuukan tindakan meddik / beddah wajib mematuhi kebijakan
dan SPO implementasi DPJP yanng telah ditetapkan RSCM (lihat uraian tugas DPJP)
6. Pasca tindakan medik/bedah DPJP yang bersangkutan tetap mengikuti perkembangan
penyakit pasien dan mengelola pelayanan medik sampai pasien pulang/sembuh dan
kotrol keballi ke poliklinik.
7. Kepala Departemen Medik harus menyampaikan daftar nama-nama DPJP dan jadwal
tugas harian yang akan melakukan operasi elektif kepada Kepala Unit Pelayaan Bedah
Terpadu (IBP) untuk jadwal operasi mingguan.
8. Kepala Unit Pelayanan Bedah Terpadu atau penangung jawab kammar operrasi tingkat
Departemen/UPT wajib melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala pelaksanaan
kegiatan DPJP harian/mingguan/bulanan dan dilaporkan kepadda direktur Medik &
Keperawatan melalui Kepala Bidang Pelayanan Medik.

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

MEKANISME DPJP DALAM PELAYANAN MEDIK


DI RUANG TINDAKAN

NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
KEBIJAKAN

Tanggal Terbit
Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)
Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001

1. Jenis tindakan medik dapat berupa elektif atau emergensi.


2. Setiap pasien yang akann dilakukan tindakan medik harus sudah mempunyai DPJP
utama yang akan didampingi DPJP anastesi (pada kondisi khusus) yang akan melakukan
persiapan pre-tindakan.
3. Pelayanan kamar tindakan regular dibuka mulai pukul 07.30 WIB s/d pukul 15.30 WIB
4. Setiap DPJJP yang akann melakukan tindakann meddik wajib mematuhi kebijakan dan
SPO implementasi DPJP yang telah diteetapkan RSCM (lihat uraian tugas DPJP)
5. Sebelum melakuukan tindakan medik harus didapatkan informed consent dari pasien
dan atau kelaurgga.
6. Pasca tindakan medik DPJP yang bersangkutan tetap mengikuti perkembangan penyakit
pasien dan mengelola pelayanan medik sampai pasien kembali ke ruang rawat inap,
pulang/sembuh serta kontrol kembali ke poliklinik.
7. Kepala Departemen Medik harus menyampaikan daftar nama-nama DPJP dan jadwal
tugas harian yang akan melakukan tindakan medik elektif kepadda Kepala Unit
Pelayanan untuk jadwal tindakann mingguan.
8. DPJP mengikutsertakan peserta didik pada setiap tahap sesuai dengan kompetensi
magangnya.
9. Kepala Unit Pelayanan atauu penangung jawab kamar tindakan tinggkat
Deppartemen/UPT wajib melakukan monitoring dan evaluasi seccara berkala
pelaksanaan kegiatan DPJP harian/mingguan/bulanan ddan dilaporkan kepada Direktur
Medik & Keperawatan melalui Kepala Bidang Pelayanan Medik.

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

MEKANISME IMPLEMENTASI DPJP DALAM


PELAYANAN LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK

NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
KEBIJAKAN

Tanggal Terbit
Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)
Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001

1. Pasien yang akan mendapatkan pelayanan di Unit Pelayanan Laboratorium Terpadu,


berasal dari pasien yang sedang berobat di Unit Gawat Darurat, Poliklinik Subspesialistik
Publik, Poliklinik Subspesialistik Swasta/seccond line maupun dari Unit Rawat Inap di
Lingkungan RSCM atau rujukan Laboratorium dari Pusat Pelayanan Kesehatan / Rumah
Sakit Lain.
2. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) di pelayanan Laboratorium adalah staf
meddis fungsional unit Penunjang Patologi Klinik, baik dokter spesialis konsultan atau
dokter spesialis sesuai dengan kewenangan Klinis (Clinical Privillage) di Rumah Sakit dr.
Cipto Mangunkusumo yang dapat berasal dari Departemen Kesehatan atau Departemen
Pendidikan Nasional dan mlakukan kegiatan Klinik di laboratorium patologi klinik.
3. Kepala Departemen Parasitologi FKUI menetapkan nama-nama DPJP sesuai majoring
keahliannya dan membuat jadwal tugas harian di Laboratorium Sentral sesuai majoring
keahlian maing-masing DPJP.
4. DPJP dari unit kerja pelayanan akan menuliskan permintaan pemeriksaan laboratorium
dalam surat pengantar ditujukan kepada DPJP Patologi Klinik disertai data dan informasi
klinis dan diagnosa penyakit pasiieiin tersebut. Kemudian DPJP Patologi Klinik akan
mempelajari data klinis tersebut, apabila kurang jelas maka wajib menghubungi DPJP
yang mengirim.
5. Pengambilan bahan pemeriksaan yang dilakukan oleh perawat atau tenaga analis dan
dokter sesuai prosedur teknis dan dikirim ke Laboratorium Patologi Klinik baik melalui
Pneumatic Tube maupun secara manual.
6. DPJP bertanggung jawab dalam pengambilan bahan pemeriksaan.
7. DPJP Patologi Klinik harus mampu menyelesaikan hasil laboratorium sesuai ketetapan
Key Performance Indicator, yaitu :
a. Kecepatan waktu pemeriksaan (emergensi < 2 jam dan non emergensi < 8 jam
/sesuai dengan jadwal).
b. Kecepatan dan kualitas hasil pemeriksaan (sesuai Internal Quality Control (IQC)
/external Quality Control ( EQC) 2 SD).
c. Kesesuaian interprestasi data ppemeriksaan terhadap diagnosis yang tertulis
mencapai 80%.

8. Hasil laboratorium setelah diteliti kebenarannya oleh DPJP Patologi Klinik, disetujui
melalui Laboratory Information System (LIS) dan dikirim kembali kepada DPJP yang
mengirim baik secara manual maupun elektronik (IT). Dalam pelaksanaan DPJP akan
mengawasi PPDS yang bertugas.
9. Kepala Departemen Patologi Klinik harus menyampaikan daftar nama-nama DPJP sesuai
majoring keahliannya dan jadwal tugas harian kepada Direktur Medik & Keperawatan
dan melaporkan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan DPJP secara berkala
Harian/Mingguan/Bulanan.
10.DPJP Patologi Klinik dapat menjadi narasumber dalam kegiatan laporan kasus
departemen/unit lain sesuai jadwal yang ditentukan.

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

MEKANISME IMPLEMENTASI DPJP DALAM


PELAYANAN PARASITOLOGI KLINIK

NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
KEBIJAKAN

Tanggal Terbit
Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)
Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001

1. Pasien yang akan mendapatkan pelayanan Parasitologi Klinik di Unit Pelayanan


Laboratorium Terpadu (sentral Laboratorium), berasal dari pasien yang berobat di Unit
Gawat Darurat, Poliklinik Subspesialistik Publik, Poliklinik Subspesialistik Swasta/seccond
line maupun dari Unit Rawat Inap di Lingkungan RSCM atau rujukan Laboratorium dari
Pusat Pelayanan Kesehatan / Rumah Sakit Lain.
2. Kepala Departemen Parasitologi FKUI menetapkan nama-nama DPJP yang bertugas di
Laboratorium Sentral Departemen Parasitologi Klinik.
3. DPJP dari unit kerja pelayanan akan menuliskan permintaan pemeriksaan laboratorium
dalam surat pengantar ditujukan kepada DPJP Parasitologi Klinik disertai data dan
informasi klinis tentang penyakit pasien tersebut serta nomor kontak dari DPJP tersebut.
Kemudian DPJP Parasitologi Klinik akan mempelajari data klinis tersebut apabila kurang
jelas maka wajib menghubungi DPJP yang mengirim.
4. Pengambilan bahan pemeriksaan dilakukan oleh perawat atau tenaga analis parasitologi
sesuai prosedur teknis dan dikirim ke sentral laboratorium baik secara manual. Untuk
bahan pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan pengambilan di laboratorium terpadu
maka pasien dikirim ke laboratorium parasitologi FKUI.
5. DPJP Parasitologi Klinik harus mampu menyelesaikan hasil laboratorium sesuai
ketetapan Key Performance Indicator, yaitu :
a. Kecepatan waktu pemeriksaan emergensi < 2 jam.
b. Kecepatan waktu pemeriksaan non emergensi mengacu pada prosedur pelayanan
laboratorium parasitologi.
6. Hasil laboratorium setelah diteliti kebenarannya oleh DPJP Parasitologi Klinik,
ditandatangani dan dikirim kembali kepada DPJP yang mengirim baik secara manual,
email, fax, telepon.
7. DPJP Parasitologi Klinik bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan laboratorium.

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

MEKANISME IMPLEMENTASI DPJP DALAM


PELAYANAN FARMAKOLOGI KLINIK

NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
KEBIJAKAN

Tanggal Terbit
Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)
Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001

1. Pasien yang akan mendapatkan playanan farmakologis klinik di Unit Pelayanan


Laboratorium Terpadu (sentral Laboratorium), berasal dari psien yang berrobat di Unit
Gawat Darura, Poliklinik Subspesialistik publik, poliklinik subspesialistik swasta/seccond
line maupun dari Unit Rawat Inap di Lingkungan RSCM atau rujukan Laboratorium dari
Pusat Pelayanan Kesehatan / Rumah Sakit Lain.
2. Kepala Departemen Farmakologi Klinik menetapkan nama-nama DPJP sesuai majoring
keahliannya yang akan ditugaskan di Laboratorium Farmakologi Klinik dan membuat
jadwal tugas harian di laboratorium Farmakologi Klinik sesuai majoring keahlian masingmasing.
3. DPJP dari unit kerja pelayanan akan menuliskan permintaan pemeriksaan laboratorium
dalam surat pengantar ditujukan kepada DPJP Farmakologi Klinik disertai data dan
informasi klinis tentang penyakit pasien tersebut. Kemudian DPJP Farmakologi Klinik
akan mempelajari data klinis tersebut apabila kurang jelas maka wajib menghubungi
DPJP yang mengirim.
4. Pengambilan sample /spesimen dilakukan oleh perawat atau tenaga analis farmakologi
sesuai prosedur teknis dan dikirim ke sentral laboratorium baik secara manual ataupun
otomatisasi.
5. DPJP Farmakologi Klinik harus mampu menyelesaikan hasil laboratorium sesuai
ketetapan Key Performance Indicator, yaitu :
a. Kecepatan waktu pemeriksaan (emergensi < 30 menit dan non emergensi < 50
menit)
b. Ketepatan dan kualitas hasil pemeriksaan (sesuai IQC/EQC 2 SD).
c. Ketajaman serta kesesuaian interprestasi data pemeriksaan mencapai 100%.
6. Hasil laboratorium setelah diteliti kebenarannya oleh DPJP Farmakologi Klinik,
ditandatangani dan dikirim kembali kepada DPJP yang mengirim baik secara manual
maupun otomatisasi.
7. DPJP Farmakologi Klinik bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan laboratorium.
8. Kepala Departemen Farmakologi Klinik FKUI harus menyampaikan daftar nama-nama
DPJP sesuai majoring keahliannya dan jadwal tugas harian kepada Kepala Departemen
Patologi Klinik yang akan ditugaskan di Laboratorium terpadu.

9. Departemen Patologi Klinik akan melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan DPJP
secara berkala Harian/Mingguan/Bulanan dan dilaporkan hasilnya kepada Direktur Medik
& Keperawatan melalui Kepala Bidang Pelayanan Medik.

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

MEKANISME IMPLEMENTASI DPJP DALAM


PELAYANAN MIKROBIOLOGI KLINIK

NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
KEBIJAKAN

Tanggal Terbit
Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)
Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001

1. Pasien yang akan menddapatkan pelayanan mikrobiologi klinik di Unit Pelayanan


Laboratorium Terpadu (sentral laboratorium) berasal dari pasien yang berobat di Unit
Gawat Darurat, poliklinik subspesialistik publik, swasta/second line, kamar operasi,
maupun dari unit rawat inap di lingkungan RSCM atau rujukan laboratoroium dari pusat
pelayanan kesehatan / Rumah sakit lain.
2. Kepala Departemen Mikrobiologi FKUI menetapkan nama-nama DPJP yang akan
ditugaskan di Laboratorium Sentral (Departemen Patologi Klinik)/Mikrobiologi Klinik dan
membuat jadwal tugas harian di laboratorium sentral / Mikrobiologi Klinik.
3. DPJP dari unit kerja pelayanan akan menuliskan permintaan pemeriksaan mikrobiologi
dalam surat pengantar ditujukan kepada DPJP Mikrobiologi Klinik disertai data dan
informasi klinis tentang penyakit passien tersebut. Kemudian DPJP Mikrobiologi Klinik
akan mempelajari data klinis tersebut apabila kuang jelas maka wajib menghubungi
DPJP yang mengirim.
4. Pengambilan bahan pemeriksaan /spesimen dilakukan oleh perawat atau tenaga analis
laboratorium sesuai prosedur teknis dan dikirim ke sentral laboratorium mikrobiologi
klinik baik seccara manual ataupun otomatisasi (IT/melalui Pneumatic Tube).
5. DPJP Mikrobiologi Klinik harus mampu menyelesaikan hasil laboratorium sesuai
ketetapan Key Performance Indicator, yaitu :
d. Kecepatan waktu pemeriksaan cito 1jam.
e. Sesuai pedoman pelayanan pemeriksaan mikrobiologi klinik.
6. Hasil pemeriksaan mikrobiologi setelah diverifikasi kebenarannya oleh DPJP Mikrobiologi
Klinik, ditandatangani dan dikirim kembali kepada DPJP yang mengirim baik seccara
manual maupun otomatisasi (IT/melalui Pneumatic Tube).
7. DPJP Mikrobiologi Klinik bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan mikrobiologi.
8. Kepala Departemen Mikrobiologi FKUI akan menyampaikan daftar nama-nama DPJP yang
akan ditugaskan di Laboratorium terpadu dan jadwal tugas harian kepada Kepala
Laboratorium Sentral/terpadu.
9. Kepala Laboratorium Sentral/Terpadu dan Departemen Mikrobiologi akan melakukan
pemantauan dan evaluasi tentang pelaksanaan DPJP Mikrobiologi Klinik secara berkala
Harian/Mingguan/Bulanan dan melaporkan hasilnya kepada Direktur Medik &
Keperawatan melalui Kepala Bidang Pelayanan Medik.

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

MEKANISME IMPLEMENTASI DPJP DALAM


PELAYANAN
PATOLOGI ANATOMI
NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
KEBIJAKAN

Tanggal Terbit
Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)
Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001

1. Pasien yang akan mendapatkan pelayanan patologi anatomi di Departemen Patologi


Anatomi berasal dari pasien yang berobat di Unit Gawat Darurat, poliklinik
subspesialistik, swasta/second line, kamar operasi, maupun dari unit rawat inap di
lingkungan RSCM atau rujukan laboratoroium dari pusat pelayanan kesehatan / Rumah
sakit lain.
2. Kepala departemen Patologi Anatomi menetapkan nama-nama DPJP sesuai majoring
keahliannya dan mebuat jadwal tugas harian di llaboratorium patologi anatomi sesuai
majoring keahlian massing-masing DPJP.
3. DPJP dari unit kerja pelayanan akan menuliskan permintaan pemeriksaan Patologi
Anatomi dalam surat pengantar ditujukan kepada DPJP Patologi Anatomi disertai data
dan informasi klinis tentang penyakit passien tersebut. Kemudian DPJP Patologi Anatomi
akan mempelajari data klinis tersebut, apabila kurang jelas maka wajib menghubungi
DPJP yang mengirim.
4. Pengambilan sample/spesimen/jaringan yang dilakukan oleh dokter beddah/klinik dan
pemotongan jaringan oleh DPJP PA sesuai prosedur teknis dan dikirim ke laboratorium
Patologi Anatomi baik secara manual ataupun otomatisasi.
5. DPJP Patologi Anatomi harus mampu menyelesaikan hasil Patologi Anatomi sesuai
ketetapan Key Performance Indicator, yaitu :
a. Kecepatan waktu pemeriksaan (Potong beku dalam 15 30 menit setelah jaringgan
diterima, dan 5 hari kerja untuk pemeriksaan rutin).
b. Akurasi hasil pemeriksaan.
c. Kelengkapan jawaban.
6. Hasil Patologi Anatomi setelah diteliti kebenrannya oleh DPJP Patologi Anatomi
ditandatangani dan dikirim kembali kepada DPJP yang mengirim baik seccara manual
maupun otomatisasi.
7. DPJP Patologi Anatomi bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan Patologi Anatomi.
8. Kepala Departemen Patologi Anatomi wajib menyampaikan daftar nama-nama DPJP
sesuai majoring kkkeahliannya dan jadwal tugas harian kepada Direktur Medik &
Keperawatan dan melaporkan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan DPJP kepada
Direktur Meddik & Keperawatan melalui Kepala Bidang Pelayanan Medis.

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

MEKANISME IMPLEMENTASI DPJP DALAM


PELAYANAN RADIOLOGI

NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
KEBIJAKAN

Tanggal Terbit

Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)


Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001
1. Pasien yang akan meendapatkan pelayanan radiologi baik invasif maupun non invasif di
Departemen Radiologi berasal dari pasien yang sedang berobat di Unit Gawat Darurat,
poliklinik subspesialistik publik, poliklinik subspesialistik swasta/second line, kamar
operasi maupun dari unit Rawat Inap di Lingkungan RSCM atau rujukan pemeriksaan
radiologi dari pusat pelayanan kesehatan/ruah sakit lain.
2. Kepala Departemen Radiologi menetapkan ama-nama DPJP sesuai dengan majoring
keahliannya sebagai konsultasu divisi harian dan membuat jadwal tugas DPJP harian di
unit-unit pelayanan radiologi seperti radiiologi koonvensional dan USG, CT scan, MRI,
UGD, Departemen Raddioterapi dan RSCM Kencana Khusus untuk Kedokteran Nuklir dan
pelayanan radiologi Intervensional di PJT dilakukan oleh DPJP Divisi terkait.
3. DPJP di unit kerja pelayanan akakn menuliskan permintaan pemeriksaan radiologi dalam
surat pengantar ditujukan kepada Departemen Radiologi disertai data dan informasi
klinis tentang penyakit pasien tersebut. Kemudiann DPJP Radiologi yang bertugas di unit
pelayanan terkait akan mempelajari data klinis tersebut, apabila kurang jelas maka
wajib menghubungi DPJP yang mengirim.
4. Pengambilan gambar radiografi konvensinal sederhana dilakukan oleh radiografer
setelah surat permintaan di evaluasi kelengkapannya. Untuk tindakan radiologi
konvensional yang selektif, invasive dan tindakan radiologi canggih, pengambilan
gambar radiografi yang dilakukan oleh radiografer didampingi oleh DPJP radiologi sesuai
prosedur teknis. Pasiein secara selektif sebelum dilakukan pencitraan harus dilihat untuk
dievaluasi oleh DPJP dengan menggunakan check list dan informed consent yang harus
ditandatangani DPJP yang bertugas.
5. DPJP radiologi harus mampu menyelesaikan pprosedur berdasarkan permintaan sampai
dengan hasil dilaorkan ke DPJP yang mengirim sesuai ketetapan. Key Performance
Indicator, yaitu:
a. Kecepatan waktu pemeriksaan emergensi < 6 menit.
b. Ketepatan dan kualitas hasil pemeriksaan (sesuai IQ/EQC < + 2 SD).
c. Ketajaman serta kesesuaian interprestasi data pemeriksaan mencapai 100%.
6. DPJP Radiologi yang bertugas wajib melakukan supervise pendidikan terhaddap peserta
didik PPDS Sp, Sp2, dokter magang, dan PPDU. Hasil pemeriksaan radiologi setelah
diteliti kebenarannya oleh DPJP Radiologi dengan memberikan expertise dalam lebar

jawaban yang dibubuhi nama DPJP Raddiologi, SIP, Tanda Tangan kemudian dikirim
kembali kepadda DPJP yang mengirim baik manual maupun otomatisasi (IT).
7. DPJP Radiologi bertanggung jawab terhaddap hasil pemeriksaaan pencitraan.
8. Kepala Departemen Radiologi harus menyampaikan daftar nama-nama DPJP yang akan
ditugaskan baik di unit pelayanan radiologi di Separtemen Radiologi maupun di unit
pelayanan lainnya dan jadwal tugas harian DPJP sesuai majoring keahliannnya kepada
Kepala Unit Kerja lain (UGD, Unit Rawat Inap Gedung A, dll) dan kepada Direktur Medik &
Keperawatan.
9. Kepala Departemen Radiologi dan Kepala Unit Kerja lainnya melakukan pemantauan dan
evaluasi terhaddap pelaksanaan DPJP Radiologi secara berkala harian/mingguan/bulanan
kepada Direktur Meddik & Keperawatan melalui Kepala Bidang Pelayanan Medik.
10.DPJP wajib mengikuti pertemuan koordinasi pemecahan kasus dengan departemen lain.

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

KEBIJAKAN SISTEM PENILAIAN KINERJA DPJP

NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
KEBIJAKAN

Tanggal Terbit

Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)


Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001
Sistem Penilaian Kinerja DPJP dilakukan dengan metode Prospektif, yaitu :
1. Variabel yang akana dinilai dalam penilaian kinerja DPJP dibahas bersama antara si
penilai dengan yang dinilai, termasuk penetapan standar, kinerja dan indikator kinerja.
2. Format penilaian termasuk penentuan nilai skooring dan pembobotan serta tata cara
penilaian dibuat oleh korporat (Bagian SDM dan Bidang Pelayanan Medis) dan
disosialisasikan kepada seluruh Unit Kerja.
3. Yang dinilai adalah DPJP bertugas di unit pelayanan, yang melakukan pengelolaan
pelayanan medik dari sejak awal sampai pasien pulang, termasuk pelaksanaan tugas
pendidikan.
4. Penilaian dilakukan secara berjenjang. Penilaian dimulai dari Kepala Unit Pelayanan
tempat DPJP bertugas, Kepala Divisi dan Kepala Departemen. Penilaian akhir oleh
Direktur Medik dan Keperawatan.
5. Materi yang dinilai adalah seberapa banyak DPJP mengelola pasien dalam waktu
tertentu (harian/minggguan/bulanan) secara realistis dibuktikan dari catatan DPJP dalam
Rekam Medis yang direkap dalam suatu tabel dengan variabel, nama pasien, usia,
nomor rekam medik, diagnosa (sesuai koding), dan catatan tindakan medik yang
dilakukan serta hasil akhir pengelolaan medik, apakah pasien sembuh, meninggal
karena beratnya penyakit/ dubia at malam atau cacat dan atau mengalami kejadian
yang tidak diharapkan mengarah kepadda kasus medikolegal.
6. Tabel penilaian ditandatanganii oleh DPJP yang bersangkutan dan diketahui oleh Keepala
Unit Pelayanan kemudian dteruskakn kepada Departemen /Direktur Medik &
Keperawatan.
7. Waktu penilaian dilakukan sebulan sekali dikaitkan dengan pemberian remunerasi
(untuk pengelolaan pasien publik) dan pemberian jasa medis (untuk pasien swadana /
International Wing).
8. Rekapitulasi hasil penilaian kinerrja DPJP akan dibahas setiap 3 (tiga) bulan antara
Direksi RSCM, Dekanan FKUI, Komite Medik , dan Departemen / Unit Pelayanan Terpadu.
9. DPJP menilai mahasiswa dan PPDS dengan mini check list. Mahasiswa dab PPDS dapat
menilai DPJP.

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

SISTEM MONITORING DAN EVALUASI


PELAKSANAAN
PROGRAM DPJP
NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
KEBIJAKAN

Tanggal Terbit
Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)
Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001

Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan DPJP


1. Pengawasan melekat
a. Ronde manajemen (Direksi RSCM/ Dekanan FKUI, Komite Medik, Direktur Meddik &
Keperawatan, DSSG).
b. Ronde Kasus Medik Sulit dan Kompleks (Direktur Medik & Keperawatan, Tim
Narasumber Kasus Medik Sulit dan Kompleks, Komite Medik, DSSG dab Unit Kerja
Terkait).
c. Ronde Klinik PPRA (tim PPRA RSCM).
d. Audit Klinik (Panitia Audit Klinik, Komite Medik, Direktur Medik & Keperawatan).
e. Audit Kematian (Panitia Aaudit Klinik, Komite Medik, Direktur Medik & Keperawatan).
f. Ronde Pimpinan Departemen / UPT / Divisi.
g. Supervisi Kepala Divisi / Koordinator Pendidikan / Ketua Program Studi.
2. Laporan Kegiatan Bulanan
a. Laporan Operasionalisasi Pelaksanaan DPJP bulanan dikirimkan kepada Direkturu
medik & Keperawatan cc. Kepala Bidang Pelayanan Medik berupa Laposan Closed
Medical Record review untuk seluruh DPJP termasuk penilaian kehadiran DPJP.
b. Presentasi Rapimtas hasi Selasa (sesuai jadwal).

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

SISTEM PENGHARGAAN DAN SANGSI

NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
KEBIJAKAN

Tanggal Terbit
Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)
Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001

1. Sistem Penghargaan
a. Mendapat prioritas uuntuk promosi jabatan baik pelayanan dan pengajaran.
b. Mendapat kesempatan untuk pengembangan karier dan pendidikan.
c. Mendapat tanda penghargaan.
d. Mendapatkan insentif/jasa medis yang pemberiannya dilakukan dengan metode
remunerasi untuk pasiein publik dan sistem jasa medis untuk pasiein private (non
publik).
2. Sanksi
a. Sesuai dengan aturan kepegawaian Pegawai Negeri Sipil Rumah Sakit.
b. Teguran secara adminsitratif dari Direktur SSDM ddan Pendidikan.
c. Teguran seccara fungsional dari Direktur Medik dan Keperawatan.

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

PENETAPAN DPJP

NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

Tanggal Terbit
Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)
Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001
Penetapan DPJP adalah tata cara penunjukkan staf
medis fungsional departemen di RSUP Nasional dr.
Cipto Mangunkusumo yang berasal dari Kementrian
Kesehatan
atau
Kementrian
Penddidikan
Nasional/BHMN untuk menjaddi DPJP.
1.
2.
3.
4.

Terselenggaranya supervisi spesialistik


Meningkatkan keselamatan pasien
Meningkatkan mutu pelayanan medik
Terciptanya suasana akademik yang mendukung
alih pengetahuan, keterampilan serta
pembelajaran sikap yang sesuai profesi
kedokteran.

1. Seluruh staf medis fungsional purna waktu di


Ddepartemen otomatis menjadi DPJP baik untuk
pelayanan rrawat jalan, rawat inap, gawat darurat
maupun pelayanan kamar operasi.
2. Staf medis fungsional paruh waktu dapat menjadi
DPJP apabila karna kelimuan dan keahliannya
dierlukkan untuk pengelolaan pasien baik untuk
pelayanan publik maupun pelayanan kelas/non
publik.
3. Setiap DPJP harus memiiki STR, SIP, dan Surat
Penugasan Klinis dari Direktur Utama RSCM bagi
PNS Kementerian Kesehatan dan Surat Penugasan
untuk bekerja di RSCM dari Dekan FKUI bagi PNS
Departemen pendidikan Nasional dan BHMN UI.
4. Nama-nama DPJP ditetapkan oleh Kepala
Departemen Medik atas usulan Kepala Divisi, untuk
mendapatkan pengesahan dalam Surat Keputusan
Direktur Utama tentang Penetapan nama-nama
DPJP RSCM

PROSEDUR

DOKUMEN

UNIT TERKAIT

1. Kepala Divisi mengusulkan nama seluruh staf


medis purna waktu sebagai DPJP yang telah
memiliki SIP dan STR RSCM kepada Kepala
Departemen Medik.
2. Kepala Departemen mengusulkan DPJP yang telah
memiliki SIP dan SSTR kepadda Direktur Medik dan
Keperawatan.
3. Direktur Medik dan Keperawatan mengusulkan
nama-nama DPJP tersebut untuk mendapatkan SK
Penetapan DPJP oleh Direktur Utama RSCM.
4. Direktur Medik & Keperawatan dan komite medik
akan mengevaluasi setia 3 (tiga) tahun sekali
berdasarkan laporan evaluasi Kepala Departemen
untuk pemberian clinical privilige (Surat Penugasan
Klinis).
Dokumen Terkait:
1. Surat ususlan DPJP dari Divisi dan Deparrtemen.
2. SK Direktur Utama mengenanai Penetapan NamaNama DPJP di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo.

1. Departemen Medik/UPT
2. Bidang Pelayanan Medik

RSU dr. ZAINOEL ABIDIN


JL. TGK. DAUD BEUREUH NO.
108

FORMULIR BERHALANGAN TUGAS DPJP

NO. DOKUMEN
ZA._._._._

NO. REVISI
01

HALAMAN
1/_

Ditetapkan,
Direktur RSU dr. Zainoel Abidin
KEBIJAKAN

Tanggal Terbit
Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)
Pembina Utama Muda
NIP 19620202 198903 1 001
FORMULIR BERHALANGAN TUGAS DPJP
Jakarta, ........

No

Hal

Permohonan berhalangan tugas

Kepada Yth,
Kepala Unit Pelayanan Terpadu
RSCM Kencana
Di
Tempat

Sehubungan dengan adanya kegiatan/sakit/ .... di .... dimana say mendapatkan tugas
/sakit .... maka pada tanggal ....................sampai dengan tanggal .................. memohon
izin agar tidak bertugas sebagai DPJP di ruang pelayanan .....
Sebagai pengganti selama saya tidak bertugas sebagai DPJP adalah dr. ......
Demikian agar maklum. Atas perhatian saudara diucapkann terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai