Oleh:
Dr. Saputra Tri Nopianto
Pendamping:
Dr. Leni Kopen
Wahana:
Puskesmas Tanjung Enim
PORTOFOLIO
Kasus-2
Topik: Tinea Corpris et Cruris
Tanggal (Kasus): 10 Maret 2015
Presenter: dr. Saputra Tri Nopianto
Tanggal Presentasi: April 2015
Pendamping: dr. Leni Kopen
Tempat Presentasi: Puskesmas Tanjung Enim
Objektif presentasi :
Tinjauan Pustaka
Keilmuan
Ketrampilan
Penyegaran
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Anak Remaja
N
eonatus
Bayi
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi : Nyonya, Perempuan, 26 tahun, Tonsilitis Akut
Tujuan :
1. Penegakkan Diagnosa
2. Penatalaksanaan
Kasus
Bahan bahasan:
Tinjauan Pustaka Riset
A
udit
Presentasi dan
Cara membahas:
Diskusi
diskusi
E-mail
Pos
Data pasien :
Nama: Ny. R
No registrasi: Usia: 26 tahun
Alamat: Pasar, Tanjung Enim
Agama: Islam
Bangsa: Indonesia
Data utama untuk bahan diskusi:
Diagnosis/Gambaran Klinis:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Keadaan umum tampak sakit sedang, dengan keluhan utama rasa mengganjal di
tenggorokan dan susah menelan yang di rasakan sejak 1 bulan yang lalu, rasa
mengganjal di tenggorok dirasakan terus menerus dan semakin berat sejak 2
minggu terakhir. Keluahan lain batuk dan pilek.
2. Riwayat Pengobatan:
Pasien belum berobat sebelumnya.
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit
Sejak 2 bulan yang lalu penderita mengeluh batuk, pilek dan demam.
Keluhan hilang timbul. Sejak 1 bulan yang lalu, rasa mengganjal di tenggorok
dirasakan terus menerus dan semakin berat sejak 2 minggu terakhir. Penderita
juga mengeluhkan rasa sakit di tenggorok, nyeri menelan baik makanan padat
maupun cair, rasa kering, dan gatal pada tenggorokan, batuk, pilek dan demam
yang dirasakan OS terutama ketika serangan. Penderita juga mengeluhkan saat
tidur mendengkur (ngorok), rasa tercekik saat tidur dan terbangun tiba-tiba karena
sesak nafas yang dirasakan OS selama 2 minggu terakhir. Keluhan-keluhan yang
dirasakan saat serangan tersebut dirasakan terutama setelah Penderita
mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau minuman dingin dan terkadang
keluhan tersebut akan hilang sendiri tanpa pengobatan.
Sakit didaerah wajah dan rasa adanya cairan yang mengalir di tenggorokan
disangkal oleh OS. Keluhan nyeri pada telinga, telingga terasa mendengung dan
rasa penuh di telinga disangkal oleh OS. Keluhan jantung berdebar serta nyeri
persendian tidak ada. Keluhan sakit gigi dan gigi berlobang juga disangkal. Mata
merah, mata berair, gatal-gatal dan kemerahan di kulit juga disangkal oleh OS.
4. Riwayat Keluarga
5. Riwayat Pekerjaan
Tidak ada
6. Lain-lain
Daftar Pustaka
1. Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. pg:21225
2. Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed.
Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 1997. pg: 330-44.
3. Caparas.M.B, Lim.M.G. Basic Otolaryngology. Publication of comittee of the
college of Medicine: University of the Philippines. 1998. pg: 149-59.
4. Robertson,
J.S. 2004.
Journal
of
Tonsilitis.
Available
at:
http://www.emedicine.com. Accessed on: April 2012.
5. Ramsey, D.D. 2003.. Tonsilitis. Available at: http://www.illionisuniv.com.
Accesed on: April 2012
6. Lee, K.J. MD. Essential Otolaryngology Head & Neck Surgery. 2003. McGrawHill.
7. Jackson C. Disease of the nose, throat and ear. 2 nd ed. Philadelphia: WB Sunders
Co. 1959. pg: 239-59.
Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosis Tonsilitis Akut
2. Tatalaksana Tonsilitis Akut
RANGKUMAN PEMBELAJARAN
1. Subjektif :
Sejak 2 bulan yang lalu penderita mengeluh batuk, pilek dan demam.
Keluhan hilang timbul. Sejak 1 bulan yang lalu, rasa mengganjal di
tenggorok dirasakan terus menerus dan semakin berat sejak 2 minggu
terakhir. Penderita juga mengeluhkan rasa sakit di tenggorok, nyeri
menelan baik makanan padat maupun cair, rasa kering, dan gatal pada
tenggorokan, batuk, pilek dan demam yang dirasakan OS terutama ketika
serangan. Penderita juga mengeluhkan saat tidur mendengkur (ngorok),
rasa tercekik saat tidur dan terbangun tiba-tiba karena sesak nafas yang
dirasakan OS selama 2 minggu terakhir. Keluhan-keluhan yang dirasakan
saat serangan tersebut dirasakan terutama setelah Penderita mengkonsumsi
Hidung
Mulut
Tenggorokan
: Normosefali, simetris
: Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
: tidak cekung, Pupil bulat isokor 3mm,
reflek cahaya +/+, konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-).
: Bentuk biasa, epistaksis (-), sekret
(+), napas cuping hidung (-)
: Mukosa mulut dan bibir kering (-),
sianosis (-).
: Status Lokalis
Leher
- Pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat
Thorax
Paru-paru
- Inspeksi
Abdomen
- Inspeksi
- Palpasi
-
: Datar
: Lemas, hepar tidak teraba, cubitan kulit perut cepat
kembali
Perkusi
: Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstrimitas
- Akral dingin (-), sianosis (-), edema (-), Capillary refill time < 2
detik
Status Lokalis
TELINGA
Kanan
Kiri
Bentuk Daun Telinga
Normal
Normal
Deformitas (-)
Deformitas (-)
Kelainan Congenital
Tidak ada
Tidak ada
Radang, Tumor
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri Tekan Tragus
Tidak ada
Tidak ada
Penarikan Daun Telinga Tidak ada
Tidak ada
Kelainan pre-, infra-,
Tidak ada
Tidak ada
retroaurikuler
Regio Mastoid
Tidak ada
Tidak ada kelaianan
kelaianan
Liang Telinga
CAE lapang,
CAE
lapang,
serumen tidak ada serumen tidak ada
Membran Timpani
MT
intak, MT
intak,
hiperemis
(-), hiperemis
(-),
edema (-), refleks edema (-), refleks
cahaya (+) jam 5
cahaya (+) jam 7
HIDUNG DAN SINUS PARANASAL
Bentuk
: Normal, tidak ada deformitas
Tanda peradangan
: Hiperemis (-), Panas (-), Nyeri (-), Bengkak
(-)
Vestibulum
: Hiperemis -/-, sekret -/ Cavum nasi
: Lapang +/+, edema -/-, hiperemis -/ Konka inferior
: Eutrofi/eutrofi
Meatus nasi inferior : Eutrofi/eutrofi
Konka medius
: Eutrofi/eutrofi
Meatus nasi medius : Sekret +/+
Septum nasi
: Deviasi -/Pasase udara
: Hambatan -/Daerah sinus frontalis
: Tidak ada kelainan, nyeri tekan (-)
Daerah sinus maksilaris
: Tidak ada kelainan, nyeri tekan (-)
Penatalaksanaan :
Non Medikamentosa :
1. Edukasi pasien mengenai penyakit yang diderita
2. Jangan minum air es, makan berminyak dan bersantan
3. Banyak istirahat
4. Sarankan agar sering kontrol ke dokter THT
Medikamentosa:
Sefadroksil 2x500 mg, selama 7-10 hari
Deksametason 3x1 tab selama 5 hari
Paracetamol 3x500 mg selama 5 hari
Obat kumur desinfektan
TONSILITIS
ANATOMI DAN FISIOLOGI TONSIL
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori.
Cincin Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring
yang terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan
tonsil tuba Eustachius.2
A. Tonsil Palatina1,2
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam
fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval
dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang
meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa
tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsil
terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:
Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi
invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat
dan tersebar sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan
ikat retikular dan jaringan limfatik difus. Limfonoduli merupakan bagian penting
mekanisme pertahanan tubuh yang tersebar di seluruh tubuh sepanjang jalur
pembuluh limfatik. Noduli sering saling menyatu dan umumnya memperlihatkan
pusat germinal
Fosa Tonsil1,2
Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot
palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau
dinding luarnya adalah otot konstriktor faring superior. Berlawanan dengan
dinding otot yang tipis ini, pada bagian luar dinding faring terdapat nervus ke IX
yaitu nervus glosofaringeal.
Pendarahan1,2,3
Tonsil mendapat pendarahan dari cabangcabang arteri karotis eksterna, yaitu 1) arteri
maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan
cabangnya arteri tonsilaris dan arteri palatina
asenden; 2) arteri maksilaris interna dengan
cabangnya arteri palatina desenden; 3) arteri
lingualis dengan cabangnya arteri lingualis
dorsal; 4) arteri faringeal asenden. Kutub
bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagian
posterior oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi
oleh arteri tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden
dan arteri palatina desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang
bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar
kapsul tonsil, vena lidah dan pleksus faringeal
tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau
kantong diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di
bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus.
Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring
terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke
fosa Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada
masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal
antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi.
C. Tonsil Lingual1,2
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen
sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata
TONSILITIS AKUT
A.
DEFINISI
Tonsilitis adalah
peradangan
tonsil
palatina
yang
ETIOLOGI
Penyebab tonsilitis bermacam macam, diantaranya adalah yang tersebut
C.
Tonsil dibungkus oleh suatu kapsul yang sebagian besar berada pada fosa
tonsil yang terfiksasi oleh jaringan ikat longgar. Tonsil terdiri dari banyak jaringan
limfoid yang disebut folikel. Setiap folikel memiliki kanal (saluran) yang
ujungnya bermuara pada permukaan tonsil. Muara tersebut tampak oleh kita
berupa lubang yang disebut kripta. Saat folikel mengalami peradangan, tonsil
akan membengkak dan membentuk eksudat yang akan mengalir dalam saluran
(kanal) lalu keluar dan mengisi kripta yang terlihat sebagai kotoran putih atau
bercak kuning. Kotoran ini disebut detritus. Detritus sendiri terdiri atas kumpulan
leukosit polimorfonuklear, bakteri yang mati dan epitel tonsil yang terlepas.
Tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Tonsilitis
akut dengan detritus yang menyatu lalu membentuk kanal-kanal disebut tonsilitis
lakunaris.
Detritus dapat melebar dan membentuk membran semu (pseudomembran)
yang menutupi tonsil. Adanya pseudomembran ini menjadi alasan utama tonsilitis
akut didiagnosa banding dengan angina Plaut Vincent, angina agranulositosis,
tonsilitis difteri, dan scarlet fever.
D.
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala tonsilitis akut adalah :
E.
nyeri tenggorok
nyeri telan
sulit menelan
demam
mual, anoreksia
kelenjar limfa leher membengkak
faring hiperemis
edema faring
pembesaran tonsil
tonsil hiperemia
mulut berbau
otalgia ( sakit di telinga )
malaise
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan pada tonsil akan didapati tonsil hipertrofi, tetapi kadang-
kadang atrofi, hiperemi dan odema yang tidak jelas. Didapatkan detritus atau
detritus baru tampak jika tonsil ditekan dengan spatula lidah. Kelenjar leher dapat
membesar tetapi tidak terdapat nyeri tekan.1,2
Ukuran tonsil pada tonsilitis kronik dapat membesar (hipertrofi) atau atrofi.
Pembesaran tonsil dapat dinyatakan dalam ukuran T1 T4. Cody& Thane (1993)
membagi pembesaran tonsil dalam ukuran berikut :
T1
=
batas
medial
tonsil
medial
tonsil
DIAGNOSIS
Penderita tonsilitis akut awalnya mengeluh rasa kering di tenggorok.
Kemudian berubah menjadi rasa nyeri di tenggorok dan rasa nyeri saat menelan.
Makin lama rasa nyeri ini semakin bertambah nyeri sehingga anak menjadi tidak
mau makan. Nyeri hebat ini dapat menyebar sebagai referred pain ke sendi-sendi
dan telinga. Nyeri pada telinga (otalgia) tersebut tersebar melalui nervus
glossofaringeus (IX).
Keluhan lainnya berupa demam yang suhunya dapat sangat tinggi sampai
menimbulkan kejang pada bayi dan anak-anak. Rasa nyeri kepala, badan lesu dan
nafsu makan berkurang sering menyertai pasien tonsilitis akut. Suara pasien
terdengar seperti orang yang mulutnya penuh terisi makanan panas. Keadaan ini
disebut plummy voice. Mulut berbau busuk (foetor ex ore) dan ludah menumpuk
dalam kavum oris akibat nyeri telan yang hebat (ptialismus). Pemeriksaan
tonsilitis akut ditemukan tonsil yang udem, hiperemis dan terdapat detritus yang
memenuhi permukaan tonsil baik berbentuk folikel, lakuna, atau pseudomembran.
Ismus fausium tampak menyempit. Palatum mole, arkus anterior dan arkus
posterior juga tampak udem dan hiperemis. Kelenjar submandibula yang terletak
di belakang angulus mandibula terlihat membesar dan ada nyeri tekan.
Adapun tahapan menuju diagnosis tonsilitis kronis adalah sebagai berikut:
Anamnesa
Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting karena hampir
50% diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa saja. Penderita sering datang
dengan keluhan rasa sakit pada tenggorok yang terus menerus, sakit waktu
menelan, rasa mengganjal di tenggorok, nafas bau, malaise, sakit pada
sendi, kadang-kadang ada demam dan nyeri pada leher.
Pemeriksaan Fisik
Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan
parut, permukaan tonsil tidak rata, kriptus melebar dan beberapa
kripti terisi oleh detritus. Sebagian kripta mengalami stenosis, tepi
eksudat (purulent) dapat diperlihatkan dari kripta-kripta tersebut.
Gambaran klinis yang lain yang sering adalah dari tonsil yang kecil,
biasanya membuat lekukan, tepinya hiperemis dan sejumlah kecil
sekret purulen yang tipis terlihat pada kripta.
Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaanapus
tonsil. Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman dengan
derajat keganasan yang rendah, seperti Streptococcus haemolitikus,
G.
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan
baik adalah :3
1. tonsilitis kronis
2. otitis media
I.
PENATALAKSANAAN
- Tonsilitis viral: istirahat, minum cukup, analgetika dan antivirus diberikan
bila gejala berat.1
- Tonsilitis bakterial: antibiotika spektrum luas penisilin, eritromisin;
antipiretik dan obat kumur yang mengandung desinfektan.1