Anda di halaman 1dari 74

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Obat dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam

diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit pada menusia atau
hewan.
Bahan obat jarang diberikan sendiri-sendiri, tetapi lebih sering merupakan suatu
formulasi yang dikombinasi dengan satu atau lebih zat bukan obat yang bermanfaat untuk
kegunaan farmasi yang bermacam-macam dan khusus.
Apabila pemakaian obat harus secara oral dalam bentuk kering, maka bentuk kapsul
dan tablet yang paling sering digunakan. Keduanya efektif, memberikan kenyamanan dan
kemantapan dalam penanganan, pengenalan dan pemakaian oleh pasien. Dari sudut pandang
farmasetika bentuk sediaan padat pada umumnya lebih stabil daripada bentuk cair, sehingga
bentuk sediaan padat ini lebih cocok untuk obat-obat yang kurang stabil.
Setap produk farmasi disamping mengandung zat aktif juga mengandung zat
tambahan farmasetik, bahan pembantu seperti pengisi, pengental, pembawa, surfaktan,
penghancur pada tablet zat penstabil, zat pemberi rasa, zat pewarna, dan zat pemanis
Formula harus sedemikian rupa sehingga komponen secara fisika dan kimia terpadu
termasuk pula unsur teraupetik yang aktif, bahan penolong dalam farmasi, bahan
kemasannya. Zat khasiat harus dilepaskan dalam bentuk sediaanya dan dalam jumlah
sebenarnya dan kadar dalam tubuh sesuai dengan yang direncanakan.
Dalam merancang bentuk sediaan farmasi disamping efek farmasetik, keadaan
pasien juga diperhatikan, untuk pasien yang biasa menggunakan obat sendiri disediakan
berbagai jenis sediaan.Untuk pemakaian oral digunakan seperti tablet, kapsul, dan sediaan
cair. Pada kenyataannya sediaan yang padat dan kering lebih disukai karena memberikan
kenyamanan dalam penanganan serta pemakaian oleh pasien.
Banyak penelitian mengenai Farmaceutical availability telah dilakukan dengan
tablet sebagai bentuk sediaan yang paling umum. Setelah ditelan, tablet akan pecah
(desintegrasi) dilambung dan menjadi banyak granul kecil, yang terdiri dari zat aktif
tercampur zat-zat pembantu (gom, gelatin dan sebagainya)

1.2.

Teori

1.2.1. Tablet
Tablet adalah sediaan padat, kompak dibuat secara kempa cetak dalam tabung pipih
atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan tambahan yang digunakan dapat berfungsi
sebagai zat pengisi, pengembang, pengikat, pelicin, pembasah atau zat lain yang cocok. (F.I
III 1975)
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metoda pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet
kempa. (F.I. IV 1995).
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet tablet dapat berbeda
dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya
tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya
Tablet merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang lazim digunakan.
Disamping itu tablet juga merupakan sediaan yang paling praktis dan murah untuk pengguna
karena kemajuan perindustriaanya. Walau bagaimanapun, tidak semua bahan obat
menmpunyai sifat-sifat yang dapat memenuhi berbagai keperluan untuk menghasilkan tablet
yang memuaskan. Lazimnya ramuan lain perlu ditambahkan dalam formulasinya. Bahkan
digunakan berbagai ragam bahan lain yang perlu ditambahkan disamping bahan
berkhasiatnya. Bahan-bahan ini selalu berupa cairan yang inert secara farmakologi untuk
meningkatkan ketegaran tablet, bahan pengikat untuk penggabungan partikel-partikel
sewaktu dimampatkan dan mencegah pecahnya tablet sewaktu pemprosesan dan pengemasan
tetapi daya ikatannya harus mengalami modifikasi apabila terkena cairan saluran makanan
yang dapat melepaskan bahan obat. Bahan penghancur juga diperlukan untuk memastikan
bahwa tablet tersebut pecah setelah ditelan, bahan pelincir ditambahkan untuk mencegah
tablet tidak melekat pada mesin cetakan atau acuan sewaktu pemampatan atau pencetakan.
Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk
sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan
tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam
beberapa ukuran, bentuk dan penandaan permukan tergantung pada desain cetakan. Tablet
berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk
obat hewan, umumnya hewan besar.

Jenis-jenis tablet
Macam-macam jenis tablet adalah sebagai berikut :
Tablet kompresi
Yaitu tablet kompresi dibuat dengan sekali tekanan menjadi berbagai bentuk tablet
dan ukuran, biasanya kedalam bahan obatnya, diberi tambahan sejumlah bahan pembantu
antara lain pengencer atau pengisi, pengikat, penghancur, zat pelincir, bahan tambahan
lain.
Tablet kompresi ganda
Yaitu tablet kompresi berlapis, dalam pembuatannya memerlukan lebih dari satu
kali tekanan. Hasilnya menjadi tablet dengan beberapa lapisan atau tablet didalam tablet,
lapisan dalamnya menjadi inti dan lapisan luarnya disebut kulit. Tablet berlapis dibuat
dengan cara memasukkan satu campuran obat kedalam cetakan dan ditekan, demikian
pula campuran obat sebagai lapisan berikutnya dimasukkan kedalam cetakan yang sama
dan ditekan lagi, untuk membentuk dua atau tiga lapisan tergantung pada jumlah obat
yang ditambahkan secara terpisah dalam satu tablet berlapis.
Tablet salut gula
Tablet kompresi ini mungkin diberi lapisan gula berwarna dan mungkin juga tidak,
lapisan ini larut dalam air dan cepat terurai begitu ditelan. Gunanya bermacam-macam,
melindungi obat dari udara dan kelembapan serta memberi rasa atau untuk
menghindarkan gangguan dalam pemakaiannya akibat rasa atau bau bahan obat.
Tablet diwarnai coklat
Yaitu lapisan coklat merupakan hal yang penting dalam sejarah karena diwaktu itu
hanya coklat yang dipakai untuk menyalut dan mewarnai tablet. Sekarang ini coklat telah
digantikan oleh bahan pewarna lain.
Tablet salut selaput
Tablet kompresi ini disalut dengan selaput tipis dari polimer yang larut atau tidak
larut dalam air maupun membentuk lapisan yang meliputi tablet. Biasanya lapisan ini
bewarna, kelebihannya dari penyalutan dengan gula ialah lebih tahan lama, lebih sedikit

bahan, waktu yang lebih sedikit untuk penggunaannya. Selaput ini pecah dalam saluran
lambung usus.
Tablet salut enterik
Adalah tablet yang disalut dengan lapisan yang tidak melarut atau hancur
dilambung tapi diusus. Dengan demikian membiarkan supaya tablet pindah melewati
lambung dan hancur serta diabsorpsi diusus.
Tablet sub lingual atau bukal
Yaitu tablet yang disisipkan dipipi dan dibawah lidah biasanya berbentuk datar,
tablet oral yang direncakan larut dalam kantung pipi atau dibawah lidah untuk diabsorpsi
melalui mukosa oral. Cara ini berguna untuk penyerapan obat yang dirusak oleh cairan
lambung dan atau sedikit sekali diabsorpsi oleh saluran pencernaan.
Tablet kunyah
Tablet kunyah lembut segera hancur ketika dikunyah atau dibiarkan melarut
dalam mulut, menghasilkan dasar seperti krim dari manitol yang berasa dan bewarna
khusus.
Tablet effervescent
Yaitu tablet berbuih dibuat dengan cara kompresi granul yang mengandung
garam efervesen atau bahan-bahan lain yang mampu melepaskan gas ketika bercampur
dengan air.
Tablet triturat
Tablet ini bentuknya kecil dan biasanya silinder, dibuat dengan cetakan atau
dibuat dengan kompresi, dan biasanya mengandung sejumlah kecil obat keras.
Tablet hipodermik
Yaitu tablet untuk dimasukkan dibawah kulit, merupakan tablet triturat, asalnya
dimaksudkan untuk digunakan oleh dokter dalam membuat larutan parenteral secara
mendadak.
Tablet pembagi
4

Yaitu tablet untuk membuat resep lebih tepat bila disebut tablet campuran,
karena para ahli farmasi memakai tablet ini untuk pencampuran dan tidak pernah
diberikan kepada pasien sebagai tablet itu sendiri.
Tablet dengan penglepasan terkendali
Yaitu tablet dan kapsul yang penglepasan obatnya secara terkendali.
Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan
rendah kedalam lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan kristal yang
terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak bergantung pada kekuatan
tekanan yang diberikan.
Tablet triturat merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya
silindris, digunkan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan obat. Jenis
tablet ini sekarang sudah jarang digunakan. Tablet hipodermik adalah tablet cetak yang dibuat
dari bahan yang mudah melarut atau melarut sempurna dalam air, dulu umumnya digunakan
untuk membuat sediaan injeksi hipodermik. Diberikan secara oral atau jika diperlukan
ketersediaan obat yang cepat seperti halnya pada tablet nitrogliserin diberikan secara
sublingual.
Tablet bukal digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi dan
tablet sublingual digunkan dengan cara meletakkan tablet dibawah lidah, sehingga zat aktif
diserap secara langsung melalui mukosa mulut. Tablet efervesen yang larut, dibuat dengan
cara dikempa selain zat aktif, juga mengandung campuran asam dan natrium bikarbonat, yang
jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon dioksida.
1.2.2. Farmasetika tablet
Sifat-sifat
Disamping sifat fisika dan kimia dari obat yang akan diformulasi, desain fisik yang
sebenarnya, proses pabrikasi, serta uji kimia lengkap atas tablet dapat memberikan efek yang
berarti pada kemanjuran dari obat yang akan diberikan.
Tablet harus merupakan produk yang menarik yang mempunyai identitas sendiriserta
bebas dari serpihan, keretakan, pelunturan atau pemucatan, kontaminasi, dan lain-lain. Tablet
harus sanggup manahan goncangan mekanik selama produksi, pengepakan, serta harus
mempunyai kestabilan kimiadan fisika untuk mempertahankan kelengkapan fisiknya
sepanjang waktu. Dari segi lain tablet harus dapat melepas zat berkhasiat kedalam tubuh
dengan cara yang dapat diramalkan serta tetap dapat diulang. Harus stabil secara kimia
5

sehingga tidak memungkinkan terjadi kemungkinan pemalsuan atau penurunan mutu zat
berkhasiat. Desain tablet yang hanya mementingkan efek pengobatannya, dapat
menghasilkan produk yang secar fisik tidak memadai. Desain tablet yang hanya
mementingkan aspek fisik akan menghasilkan tablet yang efek terapinya terbatas dan
bervariasi.
Tujuan desain dan pabrikasi tablet kempa adalah untuk memberikan obat melalui
mulut dalam bentuk yang memadai, dalam jumlah yang tepat pada atau melalui waktu yang
tepat, ditempat yang diingini yang juga mempunyai integritas kimia yang dilindungi.
Disamping sifat kimia dan fisika dari obat yang akan diformulasi, desain fisik yang
sebenarnya, proses pabrikasi, serta uji kimia lengkap atas tablet dapat memberikan efek yang
berarti pada kemanjuran dari obat yang akan diberikan. Tablet (1) harus merupakan produk
menarik yang mempunyai identitasnya sendiri serta bebas dari serpihan, keretakan,
pelunturan/pemucatan, kontaminasi, dan lain-lain. (2) Harus sanggup menahan guncangan
mekanik selama produksi, pengempakan, serta (3) harus mempunyai kestabilan kimia dan
fisika untuk mempertahankan kelengkapan fisiknya sepanjang waktu. Sekarang ahli farmasi
mengetahui bahwa beberapa sifat fisik tablet dapat mengalami perubahan karena pengaruh
lingkungan dan stres serta bahwa stabilitas fisika itu dalam beberapa keadaan dapat saja lebih
mempengaruhi bioavalabailitas daripada stabilitas kimia.
1.2.3. Desain dan Formulasi Tablet
Tablet oral yang konvensional disamping zat aktif biasanya terdiri dari salah satu
atau lebih zat-zat berikut yang berfungsi sebagai :

Pengisi

Pengikat

Penghancur

Pelincir.

Tablet tertentu mungkin memerlukan suatu pemacu aliran. Yang lain mungkin
memerlukan zat warna, zat perasa dan pemanis pada tablet kunyah. Semua zat tersebut
disebut bahan pembantu.
Bahan Pengisi
Pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk membuat bulk. Pada obat yang
berdosis cukup tinggi bahan pengisi tidak diperlukan. Pengisi dapat juga ditambah karena
6

alasan kedua yaitu memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk
memacu aliran. Bahan pengisi harus memenuhi beberapa kriteria yaitu :
1.

Harus non toksik dan dapat memenuhi peraturan-peraturan dari negara dimana produk
akan dipasarkan.

2.

Harus tersedia dalam jumlah yang cukup disemua negara tempat produk itu dibuat.

3.

Harganya harus cukup murah.

4.

Tidak boleh saling berkontraindikasi atau karena komponen dalam tiap bagian dari
populasi.

5.

Secara fisiologis harus inert/netral.

6.

Harus stabil secara fisik dan kimia, baik dalam kombinasi dengan berbagai obat atau
komponen tablet lain.

7.

Harus bebas dari segala jenis mikroba.

8.

Harus color compatible.

9.

Bila obat itu termasuk sebagai makanan, pengisi, dan bahan pembantu lainnya harus
mendapat persetujuan sebagai bahan aditif pada makanan.

10.

Tidak boleh mengganggu bioavailabilitas obat.


Beberapa dari bahan tersebut berada dalam bentuk hidrat (kalsium posfat dan
kalsium fosfat berbasa dua). Bahan bahan yang berbentuk hidrat ini mengandung ikatan air
sebagai air kristal, ikatan air ini tidak boleh terlepas pada penyimpanan.
Laktosa juga merupakan bahan pengisi yang paling banyak digunkan karena tidak
bereaksi pada hampir semua bahan obat, baik yang digunakan dalam bentuk hidrat ataupun
anhidrat. Umumnya formulasi yang memakai laktosa menunjukkan laju penglepasan obat
yang baik, granulnya cepat kering dan waktu hancurnya tidak terlalu peka terhadap
perubahan pada kekerasan tablet. Harganya murah, tetapi mungkin mengalami perubahan
warna bila ada zat basa amina garam alkali.
Laktosa spray-dried merupakan salah satu bahan pengisi yang digunakan untuk
pencetakan langsung setelah dicampur dengan bahan aktif, dan mungkin suatu zat
penghancur dan zat pelincir.
Tepung yang diperoleh dari jagung, gandum, atau kentang kadang-kadang
digunakan sebagai pengisi tablet. Kualitas tepung dari USP mempunyai 4 sifat pengaliran dan
sifat kompresi serta mempunyai kelembapan yang tinggi antara 11-14%. Jenis tepung kering
khusus yang mempunyai tingkat kelembapan standar 2-4% juga ada.
Tablet kunyah sering mengandung sukrosa, manitol atau sorbitol sebagai bahan
pengisi. Jika kandungan zat aktif kecil, sifat tablet secara keseluruhan ditentukan oleh bahan
7

pengisi yang besar jumlahnya. Karena masalah ketersediaan hayati obat hidrofobik yang
kelarutannya dalam air kecil maka digunakan bahan pengisi yang larut air.
Bahan pengikat memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi dan
pada tablet kempa serta menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan pengisi. Zat
pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering, tetapi lebih efektif jika ditambahkan dalam
larutan. Bahan pengikat yang umum meliputi gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metil
selulosa, karboksi metil selulosa dan pasta pati terhidrolisis. Bahan pengikat kering yang
paling efektif adalah selulosa mikrokristal, yang umumnya digunakan dalam membuat tablet
kempa langsung.
Bahan pengikat dan perekat
Kedua zat ini ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan selama granulasi basah
untuk membentuk granul atau menaikkan kekompakan kohesi bagi tablet yang dicetak
langsung. Akasia dan tragakan adalah gum alam, dan digunakan dalam bentuk larutan dengan
konsentrasi 10-25 %, tunggal atau dikombinasi. Kelemahan gum ini yaitu komposisi dan
penampilannya yang berbeda-beda tergantung pada sumbernya, dan biasanya banyak
terkontaminasi oleh bakteri.
Gelatin suatu protein alam, kadang-kadang digunakan bersama-sama dengan
akasia. Gelatin lebih konsisten daripada gum alam, lebih mudah dipersiapkan kedalam bentuk
larutan, dan tablet yang terbentuk kerasnya sama dengan bila memakai akasia atau tragakan.
Pasta kenji merupakan bahan pembuat granul yang paling banyak dipakai. Dibuat dengan
mendispersikan kanji kedalam air, kemudian dipanaskan selama beberapa waktu tertentu.
Bahan Penghancur
Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya
tablet ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan. Dapat berfungsi menarik air
kedalam tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagian. Kanji
USP dan jenis-jenis lain adalah jenis-jenis bahan penghancur yang paling umum dipakai.
Biasanya digunakan dengan konsentrasi 5-20 % dari berat tablet.
Bahan penghancur, pelekat dan pelicin
Ketiga jenis bahan ini dibicarakan bersama karena fungsinya yang tumpang tindih.
Suatu bahan anti lekat juga memiliki sifat-sifat pelincir dan pelicin. Perbedaan ketiganya
8

sebagai berikut : suatu pelincir diharapkan dapat mengurangi gesekan antara dinding tablet
dengan dinding die, pada saat tablet ditekan keluar. Anti lekat bertujuan untuk mengurangi
lekat atau adhesi bubuk atau granul pada permukaan punch atau dinding die. Pelicin
ditujukan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan diantara
partikel-partkel.
Bahan-bahan yang digunakan sebagai pelicin atau pemacu aliran adalah jenis talk
konsentrasi 5 %, tepung jagung konsentrasi 5-10% ataukoloid-koloid silika seperti Cab-O-Sil,
siloid, atau aerosil dalam konsentrasi 0,25-3%.
Zat warna, pemberi rasa dan pemanis
Ada dua macam warna yang sudah digunakan dalam pembuatan tablet yaitu FD
dan C serta zat warna D dan C- yang digunakan dalam bentuk larutan, yang merupakan jenis
warna untuk bahan pembuat granul dan zat warna ini berbentuk cairan.
Zat pemberi rasa biasanya dibatasi pada tablet kunyah atau tablet lainnya yang
ditujukan untuk larut didalam mulut. Pada umumnya zat pemberi rasa yang larut dalam air
jarang dipakai dalam pembuatan tablet oleh karena stabilitasnya yang kurang baik.
1.3.

Tinjauan Pustaka

Komposisi umum dari sediaan tablet terdiri dari :

Bahan Berkhasiat / bahan obat


Bahan pengisi
Bahan pengikat
Bahan penghancur / bahan pengembang
Bahan pelicin
Absorben (jika perlu)
Bahan basah (jika perlu)
Lubrikan dan koringensia

Untuk membuat suatu tablet harus diperhatikan sifat zat khasiat serta sifat dari bahan
pembantu yang digunakan. Belakangan ini pemilihan bahan pembantu untuk tablet hanya
berdasarkan pada penemuan bahan yang tidak mempunyai keaktifan secara fisiologis, yang
agak inert dan dapat diperoleh dalam jumlah yang banyak, harganya murah, serta dapat
dikendalikan dan didesain untuk memberikan ciri-ciri yang diperlukan oleh produksi sebuah
tablet.
Pada dasarnya ada 2 (dua) metode pembuatan tablet / perakitan tablet yaitu :
1.

Cara kering
9

Cetak langsung
Prekopressi / slugging

2.

Cara basah
-

Granulasi basah
Granulasi dasar

Cara kering disebut juga dengan granulasi kering, sedangkan cara basah disebut juga dengan
granulasi basah. Granulasi basah adalah cara yang paling umum dilakukan, pada cara ini
digunakan larutan bahan pengikat dalam air seperti : Carbpxymethyl Celulosa Natrium (Na.
CMC), Gom arab, gelatin, pasta pati dan lainnnya yang sesuai dengan sifat bahan berkhasiat
yang digunakan untuk pembuatan tablet. Adapun tahap-tahap pengerjaan granulasi basah
adalah penimbangan bahan, pencampuran bahan, granulasi, pengayakan, masa basah,
pengeringan pada suhu 50-60C, pengayakan massa kering, lubrikan dan pencetakan.
1.3.1. Granulasi tablet

sifat sifat dasar : hal hal yang menyebabkan tablet menjadi bentuk sediaan yang
populer seperti : kekompakan, stabilitas kimia dan kemujarabannya, terutama ditentukan
oleh kualitas granulasinya. Pada dasarnya tiap bahan yang akan dibuat tablet harus
memiliki dua karakteristik : kemampuan mengalir dan dapat dicetak. Kedua sifat ini
diperlukan bagi mesin cetak. Bentuk fisik yang ideal adalah bulatan karena dengan
bentuk ini kontak antara permukaan bahan serta kontak dengan dinding mesin paling
minim. Sayangnya kebanyakan bahan tidaklah begitu mudah untuk dibuat bulat, namun
demikaian bentuk kebulat-bulatan dapat meningkatkan kemampuan mengalir. Karena itu
granulasi adalah proses yang bertujuan untuk meningkatkan aliran serbuk dengan jalan
membentuknya menjadi bulatan-bulatan atau agregat-agregat dalam bentuk beraturan
yang disebut granul.

Sifat-sifat granulasi,
Banyak sekali variabel-variabel formulasi dan proses yang dapat mempengaruhi langkahlangkah pada pembuatan granul, semua variabel tersebut dapat mempengaruhi karakter
dari granul yang dihasilkan. Karena itu sekarang telah dikembangkan metode-metode
untuk mengukur karakter-karakter tertentu dalam upaya memantau kesesuaian granul
yang akan dipakai dalam membuat tablet.
-

ukuran dan bentuk partikel, ukuran partikel granul dapat mempengaruhi berat ratarata tablet, variasi berat tablet, waktu hancur, kerenyahan granul, daya mengalir
granul serta kinetika kecepatan penyaringan dari granulasi basah.
10

Luas permukaan, pengukuran luas permukaan berbagai serbuk obat yang telah
dihaluskan penting bagi obat-obat yang kelarutannya dalam air terbatas. Ukuran
partikel dan terutama luas permukaan dapat mempengaruhi kecepatan melarut.

Kerapatan, kerapatan granul dapat mempengaruhi kompresibilitas, porositas,


kelarutan dan sifat-sifat lainnya.

Kekuatan dan keregasan, granul adalah gumpalan partikel yang saling mengikat
dengan kekuatan tertentu. Kekuatan granul basah tergantung pada tegangan
permukaan cairan dan gaya kapiler. Kekuatan granul dan keregasannya sangat penting
karena dapat mempengaruhi distribusi ukuran partikel yang akan mempengaruhi
kompresibilitas menjadi ikatan kohesi tablet.

Sifat-sifat mengalir suatu bahan dihasilkan dari banyak gaya. Partikel-partikel padat
akan saling tarik-menarik dan gaya yang akan bekerja antara partikel bila mereka
berhubungan terutama gaya permukaan. Ada beberapa gaya yang dapat bekerja
diantara partikel-partikel padat :
1. Gaya geseken/friksi
2. Gaya tegangan permukaan.
3. Gaya mekanik yan gdisebabkan oleh saling menguncinya partikel yang bentuknya
tidak teratur.
4. Gaya elektrostatik.
5. Gaya kohesi atau van derwaals.
-

Kecepatan aliran hopper, kecepatan aliran ini dipakai sebagai metode untuk
menetapkan kemampuan mengalir.

Pengompakan, proses konsolidasi dan pengompakan serbuk atau granul


menjadi tablet adalah kompleks.

Granulasi kering
Granulasi kering dilakukan dengan cara menekan massa granul pada tekanan tinggi
sehingga menjadi tablet besar yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak
hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Keuntungan granulasi
kering adalah tidak diperlukan panas dan kelembaban dalam proses granulasi. Granulasi
kering dapat juga dilakukan dengan meletakkan massa serbuk diantara mesin rol yang
dijalankan secara hidrolik untuk menghasilkan massa padat yang tipis, selanjutnya diayak
atau digiling hingga diperoleh dengan ukuran yang diinginkan.
11

Granulasi basah
Granulasi basah merupakan cara yang paling umum dan banyak dilakukan karena
hampir semua jenis bahan obat/aktif dapat diproses secara granulasi basah, karena
kebanyakan bahan aktif tidak memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik. Langkahlangkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai
berikut :
1. Menimbang dan mencampur bahan-bahan
Bahan aktif, pengisi dan penghancur yang diperlukan dalam formula tablet ditimbang
sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk membuat sejumlah tablet yang akan
diproduksi dan dicampur dan diaduk baik, biasanya dengan menggunakan mesin
pencampur serbuk atau mixer. Diantara pengisi yang digunakan adalah laktosa, kaolin,
manitol, amylum, gula bubuk dan kalsium posfat.
2. Pembuatan granulasi basah
Supaya campuran serbuk mengalir bebas dan merata dari hopper kedalam cetakan,
mengisinya dengan tepat dan merata, biasanya perlu mengubah campuran serbuk menjadi
granula yang bebas mengalir didlam cetakan disebut granulasi. Hal ini dapat dilakukan
secara baik dengan menambahkan cairan pengikat atau perekat kedalam campuran
serbuk, melewatkan adonan yang lembab melalui ayakan, granul yang dihasilkan melalui
pengayakan ini dikeringkan, lalu diayak lagi. Unsur pengikat dalam tablet juga membantu
merekatkan granul satu dan yang lainnya, menjaga kesatuan tablet setelah dikompresi.
3. Penyaringan adonan lembab menjadi pelet atau granul.
Pada umumnya granulasi basah ditekan melalui ayakan no.6 atau 8. hal ini yaitu
flidization disalurkan kedalam fluit bed driers. Dibuat granul dengan menekankan pada
alat yang berlubang-lubang. Setelah semua bahan berubah menjadi granul, kemudian
ditebarkan diatas selembar kertas yang lebar dan dalam nampan yang dangkal dan
dikeringkan.

Pengeringan granul
12

Kebanyakan granul dikeringkan dalam kabinet pengering dengan sistem sirkulasi


udara dan pengendalian temperatur. Diantara metode terbaru untuk pengeringan sekarang
yaitu fluidization disalurkan kedalam fluid bed driers. Granul dikeringkan dalam keadaan
tertutup dan diputar sambil dialirkan udara yang hangat.
Penyaringan kering
Setelah dikeringkan, granul dilewatkan melalui ayakan dengan lubang lebih kecil
daripada yang biasa dipakai untuk pengayakan granulasi asli. Seberapa jauh ukuran
granul dihaluskan, tergantung pada ukuran punch yang akan dipakai dan tablet yang akan
diproduksi.
Lubrikan atau pelinciran
Setelah pengayakan kering, biasanya bahan pelincir kering ditambahkan kedalam
granul. Sehingga setiap granul dilapisi oleh bahan pelincir, dapat juga dilapisi debu ketika
granul menyebar melalui lubang kecil ayakan atau pencampuran dalam pengadukan
serbuk.
Pencetakan tablet
Ada beberapa macam mesin pembuat tablet yang dikempa, masing-masing berbeda
kapasitas produksinya, tapi dasar kerjanya sama. Cara kerjanya memasukkan granul
kedalam ruang cetakan dan dikempa oleh kedua gerakan punch atas atau bawah.
Cara granulasi basah merupakan proses memiliki beberapa keunggulan jika
dibandingkan dari proses lain:
1.

Kohesifitas dan kompresibilitas dari campuran serbuk dapat ditingkatkan/diperbaiki


dengan menambahkan bahan pengikat yang akan menyelubungi setiap partikel sehingga
akan merekat satu sama lain, bentuk agglomeat atau selama proses pengempaan, granul
akan mengalami patah dengan permukaan yang licin dan memperbaiki kompresibilitas.
Dibutuhkan daya kompresi yang rendah untuk mencetak tablet.

2.

Bahan obat dengan dosis tinggi dan memiliki sifat alir kurang baik dipersiapkan dengan
granulasi basah untuk mendapatkan sifat alir yang baik dan daya kohesi untuk
pengompakan. Jumlah bahan pengikat yang dibutuhkan untuk memperbaiki sifat alir dan
kompresibilitas lebih sedikit dibandingkan jumlah bahan pengikat kering yang
dibutuhkan daripada cara cetak langsung.

13

3.

Bahan obat dalam dosis kecil dan zat warna terdistribusi dengan baik dan homogen
apabila didalam larutan pengikat. Pada cetak langsung homogenitas dan distribusi zat
warna merupakan masalah yang sulit diatasi.

4.

Granulasi basah mencegah terjadinya proses segresi komponen dari campuran serbuk
yang homogen selama proses karena komponen dari setiap granul tetap setelah
penambahan pengikat.

5.

Kecepatan disolusi bahan obat yang hidropobik dapat diperbaiki dengan memilih bahan
pengikat dan pelarut yang tepat pada granulasi basah.

1.3.2. Evaluasi granul


1.3.2.1. Penentuan kecepatan aliran serbuk, sudut longsor, kadar air serbuk
Suatu bulk ada analoginya dengan cairan non-Newton yang memperlihatkan aliran plastis
dan kadang-kadang aliran dilatan, partikel-partikelnya dipengaruhi oleh gaya tarik menarik
sampai derajat bermacam-macam. Oleh karena itu serbuk dapat mengalir bebas dan mampat.
Newmann telak mendiskusikan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran dari serbuk.
Terutama yang jelas adalah ukuran partikel, bentuk porositas dan kerapatan dan pola
permukaan.
Serbuk atau granulat yang mengalir lemah menimbulkan banyak kesukaran pada industry
farmasi. Unit-unit pertabletan seperti diketahui tergantung dari beberapa sifat garnul. Jika
ukuran granulat mengecil, maka variasi bobot dalam tabletan menurun. Variasi bobot
minimum diperoleh dengan granulat menyusut terus, maka mereka akan mengalir kurang
bebas dan variasi bobot tablet bertambah. Distribusi ukuran partikel mempengaruhi aliran
internal dan segregasi dan granulasi.
Gaya fiksi di dalam serbuk lepas dapat diukur dengan sudut diam ( ) ini merupakan sudut
maksimum yang mungkin terjadi antara permukaan suatu tumpukan itu, ia akan meluncur ke
bawah melewati sisi-sisinya. Akan terjadi saling bergeseran di antara partikel serbuk,
sehingga menghasilkan suatu permukaan pada suatu sudut ( ), yang berada dalam
keseimbangan dengan gaya gravitasi. Tangen dari sudut diam ini sama dengan koefisien fiksi
antara partikel-partikel, tan ( ) = u
Untuk memperbaiki sifat alir, bahan yang diberi istilah glidants sering ditambahkan pada
granulat serbuk.Contoh glidants yang umum dipakai adalah magnesium staerat kanji dan talk.
Dengan menggunakan recording powder flowmetri yang mengukur bobot serbuk yang
mengalir

persatuan

waktu

melalui

lobang

14

hoppler,

gold

dan

kawan-kawannya

mendapatkannya bahwa konsentrasi ini merupakan suatu penurunan kecepatan alir biasanya
terjadi. Tidak didapatkan adanya korelasi antara kecepatan alir dan sudut diam.
Untuk menentukan sifat aliran serbuk, dapat digunakan parameter sperti berikut :
1. Sudut istirahat ( sudut miring = Agle of repose = Boschung swinkie )
Cara kerja : Van suatu corong dengan diameter yang cukup besar, diisi dengan material
( sebelumnya corong ditutup dengan jari ). Kemudian jari dilepaskan dan mulut corong
dan material dibiarkan mengaliir bebas ke atas kertas grafik. Dari tinggi kerucut material
n dan diameter dasar r
Tangen alfa dinamakan juga koefisien gesekan h, jadi prinsip pengukuran ini adalah dari
material yang bergerak menjadi suatu sistem pulva, pada keadaan diam
2. Sudut gerak (sudut angkat=abrutswinkel)
Prinsipnya : dari material yang berada dalam keadaan diam menjadi system pulva yang
bergerak. Ada 3 metoda yang dapat digunakan untuk mengukur sudut ini :
1. Material terdapat dalam suatu wadah yang berbentuk silinder, dengan mengangkat
dinding silinder akan terbentuk sudut gerak
2. Material terletak pada wadah datar dan terisi kemudian secara hati-hati wadah
diangkat sampai pada saat material mulai tumpah
3. Material terdapat dalam wadah silinder yang tertutup, mula-mula dengan permukaan
datar, kemudian silinder secara hati-hati diputar sampai pada saat material bergerak
keluar (tumpah )
Secara terakhir, bertambah kecil sudut ini bertambah baik sifat aliran material, tetapi
di dalam hal ini antara sudut istirahat dan susut gerak , tingkat pemadatan material pada
posisi awal juga akan mempengaruhi hasil pengukuran. Boleh dikatakan bahwa kedua
metoda ini mempunyai prinsip yang sama. Dikatakan bahwa bila :
o Sudut yang didapat besar dari 30 derajat, material mempunyai sifat aliran yang jelek
o Sudut yang lebih kecil dari 30 derajat, sifat aliran material baik
Tentu saja di adalm praktek tidak akan dijumpai bentuk-bentuk sudut ideal dan
kadang-kadang hasil yang diperoleh tidak menunjukkan pengulangan. Mekanisme hancurnya
suatu tablet sudah banyak diteliti orang dan para peneliti ini telah mencoba untuk
menerangkan apa sebenarnya yang menyebabkan tablet dapat pecah. Ada beberapa teori yang
dikembangkan yaitu :
15

a.

Tablet pecah disebabkan daya pengembangan dari zat


penghancur

b.

Tekanan pengembangan

c.

Daya kapilaritas

d.

Panas pembasahan

e.

Daya tolak menolak antar partikel

f.

Karena terbentuknya gas dan lain sebagainya

Sampai sekarang tidak ada konstitusi umum yang dapat diberikan, apa sebab
sebenarnya suatu tablet dapat hancur. Tetapi suatu hal yang tidak diragukan lagi adalah
bahwa penyerapan air oleh massa tablet adalah langkah awal dari setiap proses desintegrasi.
Proses penyerapan air ini juga penting pada proses pembuatan pasta atau sediaan-sediaan
setengah padat lainnya
1.3.2.2.

Ukuran partikel dan Bulk Density

a. Ukuran Partikel
Pengukuran besar partikle adalah penentuan dari besar dan distribusi besar partikel dalam
suatu media pembawa. Dalam hal ini, baik fase terdispersi maupun fase pendispersi dapat
dibagi atas 3 sistem yaitu padat, gas, dan bentuk cair
Pengukuran besar partikel yang dilakukan terhadap zat padat sebagai fase terdispersi dn cair
atau gas sebagai fase pendispersi
Persoalan statistik akan menggambarkan pengaruh dari jumlah dan besar sampel, sedangkan
dengan cara dan alat apa sampel itu diambil dari sistem itu merupakan persoalan teknis
Beberapa metoda pengukuran yang digunakan :
1. Garis tengah martin (dM )
Adalah panjang jarak yang membelah partikel menjadi dua bidang yang sama luasnya
2. Garis tengah ferred (dfer )
Adalah panjang jarak maksimal dari tengah-tengah pada bidang proyeksi yang tegak
lurus pada arah pengukuran
3. Garis tengah partikel dengan volume yang equivalent dengan suatu bola, artinya partikel
dianggap mempunyai volume sama dengan suatu bola (df )
Untuk analisa besar dan distribusi besar partikle ada dua metode yang dapat digunakan :

Analisa perhitungan (Zaehlverfahren)


Yang diukur parameter fisika dari masing masing partikel
16

Analisa jumlah (Mangenverfahren)


Pada analisa ini yang ditentukan adalah berat total dari fraksi-fraksi besar partikel, dan
bukan jumlah partikel dari masing-masing fraksi

b. Bulk Density
Bobot jenis serbuk dinyatakan dengan bulk density, sedangkan bobot jenis murni dan
bobot jenis granul dapat dinyatakan sebagai bobot jenis partikel. Bulk density dapat
dibedakan antara :
Bulk density untapped

Dari sejumlah material yang diketahui beratnya ditimbang 100 g, dimasukkan hatihati kedalam gelas ukur 200 ml, permukaan serbuk diratakan dengan brush, sehingga volume
dapat langsung dibaca. Dari berat dan volume dapat dicari bulk density untapped
Bulk density tapped

Melalui mekanis penggoyangan atau penhentakan dari material dalam gelas ukur pada
keadaan Schuttvolum adalah mugkin untuk memberikan energi kepada masing-masing
partikel-partikel, dimana energi ini digunakan untuk mengatasi gaya gesekan antar partikel
sehingga dengan demikian terjadilah keadaan orientasi partikel yang cukup tinggi. Alat yang
dapat digunakan adalah tap volumeter (stampvolumeter)
1.3.3.

Mesin pengempa tablet


Tablet dibuat dengan jalan mengempa adonan yang mengandung satu atau beberapa

obat dengan bahan pengisi pada mesin stempel yang disebut pencetak/penekan. Mesin
pengempa tablet atau pencetak tablet dirancang dengan komponen-komponen dasar sebagai
berikut :
1.

Hopper, untuk menahan/tempat menyimpan dan memasukkan granula yang akan


dikempa

2.

Die, yang menentukan ukuran dan bentuk tablet.

3.

Punch, untuk mengempa granulat yang terdapat didalam die.

4.

Jalur cam, untuk mengatur gerakan punch.

5.

Suatu mekanisme pengisian untuk menggerakkan atau memindahkan granul dari hopper
kedalam die.

17

1.3.4. Cara Pembuatan


Tablet dibuat dengan tiga cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering dan
kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran
campuran dan atau kemampuan kempa.
Kompresi langsung
Beberapa granul bahan kimia seperti kalium klorida, kalium iodida, amonium
klorida dan metenamin, memiliki sifat mudah mengalir sebagaiman juga sifat-sifat
kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet tanpa
memerlukan granulasi basah atau kering. Dahulu jumlah bahan obat yang dapat dijadikan
tablet tanpa melalui granulasi lebih dahulu sangat sedikit. Pada waktu sekarang ini
penggunaan pengencer yang dikeringkan dengan penyemprotan, meluas pada formulaformula tablet tertentu daripada dengan serbuk pengisi biasa, kualitas yang diinginkan untuk
tablet dengan kopresi langsung dan sejumlah produk lainnya sekarang banyak diproduksi
dengan cara ini.
Pembuatan tablet dengan kecepatan tinggi memerlukan eksperimen yang
memungkinkan pengempaan langsung tanpa tahap granulasi terlebih dahulu. Eksipien ini
terdiri dari zat berbentuk fisik khusus seperti laktosa, sukrosa, dekstrosa, atau selulosa yang
mempunyai sifat aliran dan kemampuan kempa yang diinginkan. Bahan pengisi untuk kempa
langsung yang paling banyak digunakan adalah selulosa mikrokristal, laktosa anhidrat,
laktosa semprot kering, sukrosa yang dapat dikempa dan beberapa bentuk pati termodifikasi.
Kempa langsung menghindari banyak masalah yang timbul pada granulasi basah dan
granulasi kering. Walaupun demikian sifat fisik masing-masing bahan pengisi merupakan hal
kritis, perubahan sedikit dapat mengubah sifat alir dan kempa sehingga menjadi tidak sesuai
untuk di kempa langsung.
1.2.8. Penyalutan

18

Pemberian salut pada tablet yang merupakan langkah tambahan dalam proses
pembuatan, menaikan biaya produksi, dengan demikian keputusan untuk menyalut tablet
biasanya didasarkan atas salah satu atau beberapa tujua berikut ini
2.

Untuk menutupi rasa, bau, atau warna obat.

3.

Untuk memberikan perlindungan fisik dan kimia pada obat.

4.

Untuk mengendalikan pelepasan obat dari tablet.

5.

Untuk melindungi obat dari suasana dalam lambung, dengan menyalutnya


dengan salut enterik tahan asam.

6.

Untuk menggabungkan obat lain atau membantu formula dalam penyalutan


untuk menghindari tidak tercampurnya obat secara kimia, atau untuk menjamin
terselenggaranya penglepasan obat secara berurutan.

7.

Untuk memperbaiki penampilan obat dengan menggunakan warna khusus dan


pencetakan kontras.

1.3.4.1. Proses-proses penyalutan tablet


Penyalutan gula
Proses penyalutan gula terdiri dari beberapa tahap yang lamanya berkisar dari
beberapa jam sampai beberapa hari. Langkah-langkah pembuatannya :
1. Penyalutan lapisan penutup (seal coating).
Tujuannya untuk melindungi inti tablet dari masuknya cairan penyalut karena
zat aktif memang rusak jika kontak terlalu lama dengan cairan penyalut. Tanpa
lapisan penutup, tablet-tablet yang terlalu lembab menyerap air berlebihan, sehingga
menjadi lunak atau pecah dan mempengaruhi stabilitas fisika dan kimia dari produk
akhir. Shellac merupakan penutup yang efektif tetapi pada waktu desintegrasi dan
waktu larut tablet cenderung bertambah bila tablet menua karena polimerisasi
shellac. Suatu derivat protein jagung yang larut dalam alkohol, yaitu zein juga efektif
sebagai zat penutup.
2. Pelapisan dasar (Sub coating)
Pelapisan dasar digunakan untuk membulatkan tepi tablet dan meningkatkan
ukuran tablet. Penyalutan gula dapat meningkatkan berat tablet 50-100%. Tahap
pelapisan dasar terdiri dari pemakaian larutan pengikat yang lekat, diikuti dengan
penaburan bubuk lapisan dasar secara bergantian, disusul oleh pengeringan. Lapisan
dasar dipakai berturut-turut dengan cara yang sama sampai tepi tablet tertutup dan
19

hilang, dan ketebalan yang dinginkan tercapai. Unutk proses penyemprotan, suatu
suspensi pelapis dasar yang mengandung pengikat dan bubuk yang tidak dapat larut
disemprotkan secara berselang waktu ketumpukan tablet.
3. Pelapisan sirup (Smothing/coloring)
Tujuannya adalah untuk menutupi dan mengisi cacat pada permukaan tablet
yang disebabkan oleh tahap pelapisan dasar, dan untuk memberikan warna yang
diinginkan bagi tablet. Pewarna encer dapat ditambahkan pada tahap ini untuk
memberikan warna dasar yang mempermudah keseragaman pewarnaan pada tahaptahap selanjutnya. Umumnya pewarna tidak ditambahkan sampai tablet tadi cukup
halus, pemakaian yang telalu dini pada tablet yang kasar akan menghasilkan
penampilan tablet yang berbintik bintik pada pelapisan akhir.
4. Pengilatan (Polishing)
Penyalutan gula ini diperoleh kilat yang diinginkan. Dengan memakai bubuk
lilin secara hati-hati ataupun dengan memakai larutan yang hangat dari lilin-lilin ini
didalam nafta atau pelarut lain yang mudah menguap dan sesuai.
Penyalut lapis tipis
1. Metoda panci tuang
Komposisi penyalut yang dipakai pada metode panci tuang sebelumnya
biasanya terlalu kental untuk disemprotkan dengan efektif. Metode ini cukup lambat
dan sangat tergantung keterampilan serta tekhnik dari operator untuk mengimbangi
tahap pembuatan produk yang dapat diterima. Penyalut lapisan tipis yang
menggunakan air sebagai bahan dasar tidak cocok dengan metode ini karena dapat
menimbulkan erosi sampai ketidakstabilan produk yang disebabkan tingginya
tingkat kelembaban.
2. Metode panci semprot
Penyemprotan memberikan banyak kegunaan pada proses tersebut dan
memungkinkan pengawasan otomatis dari pemakaian cairan.
Variabel proses penyalutan lapisan tipis menggunakan cara panci penyemprot
adalah:
Variabel panci
-

Rancangan panci/pengaturan pergerakan cairan


20

Kecepatan

Muatan panci.
Variabel udara

Kualitas udara

Temperatur

Kecepatan aliran udara/volume/keseimbangan.


Variabel penyemprot

Laju penyemprotan

Derajat atomisasi

Pola penyemprotan
- Jarak mulut pipa penyemprot ke permukaan tumpukan tablet
1.3.5. Evaluasi Tablet
Untuk mendisain tablet serta lanjutannya memantau kualitas produk obat, evaluasi
secara kuantiatif serta penetapan sifat fisika, kimia dan bioavailabilitas tablet harus dibuat.
Ketiga kelas sifat diatas memiliki profil stabilitas yang nyata, tetapi profil stabilitas itu dapat
saling berpengaruh, misalnya kerusakan kimia atau interaksi antara komponen-komponen
tablet akan mempengaruhi sifat fisika tablet dan sangat mempengaruhi bioavailabilitas dari
sistem tablet itu.
a.

Penampilan umum
Penampilan umum suatu tablet, identitas visualnya serta seluruh keelokannya sangat

penting bagi penerimaan konsumen. Mengontrol penampilan umum tablet, melibatkan


pengukuran sejumlah kelengkapan seperti ukuran tablet, bentuk, warna, ada tidaknya bau,
rasa, bentuk pemukaan, konsistensi dan cacat fisik serta kemudian untuk membaca tandatanda pengenal.
b.

Ukuran dan bentuk


Ukuran dan bentuk tablet dapat dituliskan, dipantau dan dikontrol. Ketebalan tablet

adalah salah satunya variabel dimensi yang behubungan dengan proses. Pada beban kempa
yang konstan, ketebalan tablet bervariasi dengan berubahnya pengisian die, dengan distribusi
ukuran partikel serta kepadatan campuran partikel yang dikempa dan dengan berat tablet,
sementara pada keadaan pengisian die yang konstan, ketebalan tablet bervariasi dengan
berubahnya beban kompresi.
21

c.

Sifat organoletis
Adanya bau dari suatu batch tablet dapat menunjukan adanya masalah kestabilan,

misalnya ada bau cuka pada tablet aspirin yang rusak : tetapi bau juga dapat merupakan ciri
yang khas pada produk tertentu, (vitamin umumnya berbau khas) pada bahan penambah lain,
(zat perasa/flavor mempunyai bau yang enak) atau pada bentuk sediaan tertentu (tablet salut
selaput biasanya berbau khas). Derajat kecacatan suatu tablet seperti serpihan, keretakan,
kontaminasi, oleh benda padat asing (seperti rambut, tetesan minyak, dan kotoran), tekstur
permukaan (halus atau kasar), serta penampilan (mengkilap atau kusam) dan mempunyai
spesifikasi tanpa kerusakan, akan tetapi teknik inspeksi secara visual untuk mendeteksi dan
mengevaluasi karakter tadi sangat subjektif secara alamiah.
d.

Kekerasan dan kerenyahan


Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan atas kerenyahan

agar dapat bertahan terhadap berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan,
dan pengapalan.
e.

Kandungan obat dan pelepasan


Sebuah tablet yang kuat secara fisik dapat saja tidak memberikan efek yang

diharakan. Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalam tablet harus
dipantau pada setiap tablet , begitu juga kemampuan tablet untuk melepaskan zat atau obat
yang dibutuhkan harus dipastikan atau diketahui.
f.

Variasi berat
Pada tablet yang didesain mengandung sejumlah obat didalam sejumlah formula,

berat tablet yang dibuat harus secara rutin diukur untuk membantu memastikan bahwa setiap
tablet mengandung sejumlah obat yang tepat.
g.

Desintegrasi
Bagi tablet, langkah penting utama sebelum melarut adalah pecahnya tablet menjadi

partikel-partikel kecil atau granul. Langkah ini disebut desintegrasi.


h.

Disolusi

22

Pemikiran awal dilakukannya uji disolusi tablet didasarkan pada kenyataan bahwa
tablet itu pecah menjadi partikel-partikel kecil sehingga daerah permukaan media pelarut
menjadi lebih luas, dan akan berhubungan dengan tersedianya obat didalam cairan tubuh.
Namun sebenarnya uji hancur hanya menyatakan waktu yang diperlukan tablet untuk hancur
dibawah kondisi yang ditetapkan, dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan berukuran
mesh -10.
Keuntungan dan Kelemahan Sediaan Tablet
Keuntungan : ( lachman III, hal 645-646 ).

Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh yang mempunyai kemampuan terbaik dari
semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan paling
rendah.

Tablet merupakan bentuk sediaan yang biaya pembuatannya paling rendah.

Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan kompak.

Tablet merupakan bentuk sediaan oral yan gpaling mudah dan murah untuk dikemas
dan dikirim.

Pemberian tanda pengenal produk pada tabet paling mudah dan murah, tidak
memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang
bermonogram atau berhiasan timbul.

Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal ditenggorokan,
terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi.

Tablet bisa dijadikan produk dan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan diusus atau
produk lepas lambat.

Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi secara
besar-besaran.

Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia,
mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang baik.

Kelemahan : ( Lachman, hal 646-646).

Beberapa obat tidak dapat dikempa jadi padat atau kompak, tergantung keadaan
amorfnya, flokulasi atau Bj rendah.

23

Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dosis tinggi, absorpsi optimum tinggi
melalui saluran cerna, sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam
bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavailabilitas yang cukup.

Obat yang rasanya pahit, bau tidak enak, obat yang peka terhadap oksigen, kelembaban
udara perlu pengapsulan/penyelubungan dulu sebelum di kempa.
Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan tablet harus memenuhi uji

keseragaman bobot, jika zat aktif merupakan bagian terbesar dari tablet dan jika uji
keseragaman bobot dianggap cukup mewakili keseragaman kandungan. Keragaman bobot
bukan merupakan indikasi yang cukup dari keseragaman kandungan jika zat aktif merupakan
bagian kecil dari tablet atau jika tablet bersalut gula. Oleh karena itu umumnya tablet bersalut
dan tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau kurang, dan bobot zat aktif lebih kecil dari
50 % bobot sediaan.
Waktu hancur dan disolusi. Waktu hancur adalah hal yang penting untuk tablet
yang diberikan melalui mulut, kecuali tablet yang harus dikunyah sebelum ditelan dan
beberapa jenis tablet lepas lambat. Untuk obat yang kelarutan dalam air terbatas, disolusi
akan lebih berarti daripada waktu hancur. Dalam banyak hal, kecepatan disolusi dapat
dikorelasikan dengan ketersediaan hayati zat aktif. Tetapi uji tersebut terutama berguna
sebagai alat untuk tapis pendahuluan formulasi dan sebagai prosedur pengawasan mutu
secara rutin.

24

BAB II
MONOGRAFI
2.1. Zat Aktif
Parasetamol
C8H9NO2
BM 151,16
Mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0% C 8H9NO2 , dihitung
terhadap zat anhidrat.
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N, mudah larut
dalam etanol.
Identifikasi
1. Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan diatas pengering yang cocok
dan dispersikan dalam kalium bromida P menunjukan maksimum hanya pada panjang
gelombang yang sama seperti pada Parasetamol BPFI.
2. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 200.000) dalam campuran asam
klorida 0,1 N dalam metanol P (1 dalam 100), menunjukan maksimum dan minimum
pada panjang gelombang yang sama seperti pada Parasetamol BPFI.

25

3. Memenuhi uji Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis<281>, gunakan larutan 1


mg per ml dalam metanol P dan fase gerak diklormetana P-metanol P (4:1)
Penetapan kadar
Larutan baku. Timbang seksama sejumlah parasetamol BPFI, larutkan dalam air
hingga kadar lebih kurang 12 ug per ml.
Larutan uji. Timbang seksama kurang lebih 120 mg, masukkan dalam labu ukur 500
ml, larutkan dalam 10 ml metanol P, encerkan dengan air sampai tanda. Masukkan 5,0 ml
larutan kedalam labu ukur 100 ml, encerkan dengan air sampai tanda dan campur. Ukur
serapan larutan uji dan larutan baku pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 244 nm, terhadap air sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg, C 8H9NO2, dengan
rumus :
10C (Au)
As
C adalah kadar parasetamol BPFI dalam um per ml larutan baku: Au dan As berturut-turut,
adalah serapan larutan uji dan larutan baku.
Wadah dan penyimpanan. Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
2.2. Zat Tambahan

Laktosa ( Farmakope Indonesia edisi IV hal 489)


Rumus molekul : C12H22O11H20
Berat Molekul : 342,30
Pemerian

: Serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih cream, tidak berbau
dan rasa sedikit manis, stabil diudara tetapi mudah menyerap bau.

Kelarutan

:Mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih,
sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan eter.

Identifikasi

: A. Jika dipanaskan, meleleh, mengembang, kemudian terbakar ;


terjadi bau gula terbakar, sisa arang menggunduk. B. Pasa 5 ml larutan
jenuh tambahkan 5 ml larutan natrium hidroksida encerP, panaskan;
terjadi warna kuning kecoklatan, diginkan tambahkan beberapa tetes
larutan kalium tembaga (III) tartraP, terbentuk endapan merah tembaga
(I) oksida.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.


26

Khasiat

: Zat tambahan/ pengisi.

Na CMC
Pemerian. Warna putih sampai kuning pucat bubuk atau granul (higroskopik) tidak
berbau atau hampir tidak berbau, rasa mucillaginos (seperti kertas)
Kelarutan. Larut dalam air (pada semua temperature), memberikan larutan
jernih,praktis tidak larut dalam pelarut organik

Amylum
Pemerian

: Serbuk hablur sangat halus, putih dan putih kelabu berkilat mudah
melekat pada kulit dan bebas butiran.

Kelarutan

: Tidak larut dalam hampir semua pelarut.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat

: Zat tambahan/ sebagai pengikat (mucilago amyli)

Sisa pemijaran : Tidak lebih dari 15 % pengeringan pada suhu 100-105


Suhu pengeringan: Tidak lebih dari 0,6 % (metode II)

Mg. Stearat (Farmakope Indonesia edisi Iv hal 515)


Pemerian

: Serbuk hablur, putih, licin dan mudah melekat pada kulit, bau lemah
khas.

Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air, etanol 95 % dan eter.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat

: Zat tambahan/ lubrikan/ pelicin.

Talkum
Pemerian

: Serbuk hablur sanagt halus, putih, mudah melekat pada kulit dan
bebas dari butiran.

Kelarutan

: Tidak larut dalam hampir semua pelarut.

Identifikasi

: Campurkan 500 mg dengan lebih kurang 200 mg natrium karbonat


anhidrat P, pindahkan ke dalam krus nikel, panaskan, hingga melebur
sempurna, dinginkan, tambahkan 20ml, didihkan, saring ; sisa adalah
27

silika. Pada filtrasi tambahan lebih kurang 2 g amonium klorida P. Dan


5 ml amonia encer P jika terjadi endapan saring, tambahkan larutan
natrium fosfat P; terjadi endapan hablur putih amonium magnesium
fosfat.
Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan

: Sebagai zat tambahan/ sebagai gudan dan lubrikan.

Kelarutan

: Tidak larut dalam air, dalam etanol dan eter.

BAB III
TINJAUAN FARMAKOLOGI
3.1. Farmakodinamik
Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan
mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek antiinflamasinya
sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai anti reumatik.
Parasetamol merupakan penghambat biosintesis PG yang lemah. Efek iritasi, erosi dan
perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernafasan dan
keseimbangan asam basa.
3.2. Farmakokinetika
Paracetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi
tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan masa paruh antar 1-3 jam. Obat ini
tersebar keseluruhan cairan tubuh. Dalam plasma 25% paracetamol terikat pada protein
plasma. Dimetabolisme oleh enzim mikroson hati.Sebagian acetaminofen (80%) dikonjugasi
oleh glukoronat dan sebagian kecil lainnya adalah dengan asam sulfat. Selain itu juga dapat
mengalami

hidroksilasi.

Metabolit

hasil

28

hidroksilasi

ini

dapat

menimbulkan

mathermoglobinemia dan haemolisis eritrosit. Obat ini disekresi melalui ginjal, sebagian
kecil paracetamol (30%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonyugasi
3.3. Indikasi
Di Indonesia, penggunaan paracetamol sebagai analgesik dan antipiretik telah
menggantikan penggunaan salisitat sebagai analgetik. Paracetamol sebaiknya tdak digunakan
terlalu lama karena kemungkinan menimbulkan neuropati analgetik. Jika dosis besar atau
terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong.
3.4 Kontra Indikasi
Disfungsi ginjal atau hati dan hipersensitif
3.4. Efek samping
Reaksi alergi terhadap derivat para amino fenol jarang terjadi. Manifestasinya berupa
eritem dan utikaridan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada mukosa
BAB IV
METODOLOGI PERCOBAAN
4.1. Alat dan Bahan yang Digunakan
4.1.1. Alat yang digunakan

Lumpang dan stamfer


Kertas perkamen
Timbangan digital analitik
Labu ukur
Kertas saring
Gelas ukur
Beaker glass
Ayakan mess 16
Mesin cetak tablet

Stopwatch
Corong
Piknometer
Kertas grafik
Tap volumeter
Jangka sorong
Friabilator
Spektrofotometri UV
Alat uji disolusi

4.1.2. Bahan yang digunakan

Serbuk paracetamol
Serbuk Na.CMC
Amylum
Laktosa
Talkum
29

Larutan NAOH 0,1 N


Dapar pospat
Aquadest
Mg stearat
Gliserin

30

BAB V

TINJAUAN FORMULASI

5.1. Preformulasi
5.1.1. Monografi
1. Paracetamol (Farmakope Indonesia IV, P.649) (BNF 61, 2011)

Nama kimia

: Acetaminophen-N-acetylpaminophenol (4-

hydroxiphenyl)

acetamide.
BM

: 151,16
Kemurnian

: Acetaminophen mengandung tidak kurang dari

98 % dan tidak lebih dari 101,0 % C6H9NO2 dihitung terhadap


zat anhidrat

Organoleptis

: Warna serbuk putih, tidak berbau, agak pahit.

Titik lebur

: 169C-170,5C

Bobot jenis

: Pada suhu 21C 1,293

Ukuran Partikel

: 2-6 nm

Sifat Alir

: Jelek karena memiliki kelarutan buruk dan

permeabilitas rendah.

Kelarutan

: Dalam air 1:70, dalam aseton 1:13, dalam air

mendidih 1:20, dalam etanol 1:7.

Koefisien partisi

: 0,31 : 0,49 : 0,89

Farmakodinamik

: Efek analgetik paracetamol serupa

dengan saunlat yaitu menghilangkan

nyeri ringan hingga

sedang, keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme


yang diduga berdasarkan efek sentral seperti saunlat.

Farmakokinetik

: Paracetamol diabsorbsi cepat dan

sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam


plasma dicapai dalam waktu setengah jam dan masa paruh
plasma 1-3 jam (FKUI Farmakologi dan Terapi hal 238).

2. Laktosa ( Farmakope Indonesia edisi IV hal 489)

Rumus molekul

: C12H22O11H20

Berat Molekul

: 342,30

Pemerian

: Serbuk atau masa hablur, keras, putih atau

putih cream, tidak berbau dan rasa sedikit manis, stabil diudara
tetapi mudah menyerap bau.

Kelarutan

:Mudah larut dalam air dan lebih mudah larut

dalam airmendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut


dalam kloroform dan eter.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat

: Zat tambahan/ pengisi.

2.

Pasta Na CMC

Pemerian

tidak berbau atau hampir tidak berbau, higroskopis.


Kelarutan
: Mudah mendispersi dalam air, membentuk

: Serbuk atau butiran putih atau putih gading,

suspensi koloid tidak larut etanol (95%) P, dalam eter P, dan


dalam pelarut organik lain.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat
: Zat tambahan.

3. Amylum

Pemerian

: Serbuk hablur sangat halus, putih dan putih

kelabu berkilat mudah melekat pada kulit dan bebas butiran.

Kelarutan

: Tidak larut dalam hampir semua pelarut.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat

: Zat tambahan/ sebagai pengikat (mucilago amyli)

Sisa pemijaran

: Tidak lebih dari 15 % pengeringan pada suhu 100-

Suhu pengeringan

: Tidak lebih dari 0,6 % (metode II).

105

4. Mg. Stearat (Farmakope Indonesia edisi Iv hal 515)

Pemerian

: Serbuk hablur, putih, licin dan mudah melekat

pada kulit, bau lemah khas.

Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air, etanol 95 % dan eter.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat

: Zat tambahan/ lubrikan/ pelicin.

5. Talkum

Pemerian

: Serbuk hablur sanagt halus, putih, mudah

melekat pada kulit dan bebas dari butiran.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan

: Sebagai zat tambahan/ sebagai gudan dan lubrikan.

Kelarutan

: Tidak larut dalam air, dalam etanol dan eter.

5.1.2. Formula Standar(FORNAS EDISI II hal 3)

Komposisi

Tiap tablet mengandung :

Acetaminophenum

500 mg

Zat tambahan yang cocok

Secukupnya

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.

Dosis

:1 sampai 4 kali sehari 1 tablet.

5.1.3. Formula yang Beredar


BODREX (Tempo Scan Pacific)
Komposisi
: Paracetamol 600 mg, kofein 50 mg,

Indikasi
: Meringankan sakit kepala, pusing, pening
berat, sakit gigi, dan menurunkan demam.

Kontraindikasi: Penderita dengan gangguan fungsi hati yang

berat, penderita hipersensitif.


Dosis : Dewasa : sehari 3-4 kali 1 tablet, anak ( 6-12thn)

Kemasan

AFIDOL (Aflat)
Komposisi

sehari 3-4 kali -1 tablet.


: FB 2 blister x 10 tablet.

: Paracetamol 500 mg/tablet; 120 mg/5 ml syrup.


Indikasi
: Mengatasi nyeri ringan pada sakit kepala, sakit
gigi, sakit waktu haid, dan sakit pada otot, menurunkan demam

setelah imunisasi.
Kontra Indikasi
: Hipersensitivitas terhadap paracetamol, gangguan

fungsi hati.
Efek Samping : Dosis besar dapat menyebabkan keusakan fungsi hati.

Dosis : Tablet anak 1-5 tahun : - tablet, tiap 4-6 jam, anak
6-12 tahun : - 1 tablet, tiap 4-6 jam, anak 13 tahun-dewasa :
1-2 tablet, tiap 4-6 jam. Sirup anak dibawah 1 tahun ;1/2 -1
sendok teh, tiap 4-6 jam, anak 1-5 tahun : 1-2 sendok teh, tiap
4-6 jam, anak 6-12 tahun : 2-4 sendok teh, tiap 4-6 jam.
Kemasan
: Box (10 strip @ 10 tab) HET Rp.22.727,
5.1.4. Formula yang Direncanakan

Fase dalam
o Paracetamol

125 mg

o Laktosa

qs

o Amylum

10%

o Pasta Na CMC 2% qs

Fase luar
o Amylum

5%

o Talkum

2%

o Mg. Stearat

1%

Berat tablet 250/tablet, dibuat 100 tablet.

5.1.5. Alasan Pengambilan Bahan

Paracetamol
Paracetamol merupakan zat aktif yang berkhasiat sebagai analgetik dan
antipiretik, paracetamol dipilih karena hanya ada satu bentuk senyawa atau
struktur kimia paracetamol, ekonomis, harga terjangkau dan mudah didapat
dipasaran, dosis yang digunakan pada pasien dewasa adalah 300mg-1000mg/
hari.

Laktosa
Laktosa digunakan sebagai bahan pengisi, digunakan laktosa karena
menunjukkan laju pelepasan obat yang baik, mudah dikeringkan dan relatif tidak
sensitif tehadap variasi kekerasan tablet.

Pasta Na CMC
Sebagai bahan pengikat, agar serbuk dapat dibentuk menjadi granul
dan membentuk masa cetak yang kohesif

Amylum
Disini amylum digunakan sebagai bahan pengisi, pengikat dan
penghancur, sebagai bahan pengikat amylum dibuat pasta (mucilago amyli)
dengan tujuan tablet yang dihasilkan lunak dan rapuh.

Mg. Stearat
Digunakan sebagai pelicin (lubrikan) yaitu mereduksi fraksi antara
bagian dalam dinding die dan tepi tablet pada proses pengeluaran tablet.

Talkum
Digunakan sebagai lubrikan dan gudan (memperbaiki karakteristik
aliran granul sekaligus aliran granul dan hopper keruang die) sebagai penghancur
luar. Konsentrasi sebagai gudan + lubrikan (1-10).

5.1.6. Perhitungan

Fase Dalam
o Paracetamol 125 mg

: 125 mg/250 mg X 100%

= 50%

o Laktosa

: 100-(50+10+0,4+5+2+1)

= 31,6%

qs

o Amylum 10%
o Pasta Na CMC

: 10%
qs

: 2/100 X 20

= 0,4%

o Amylum

:5%

= 5%

o Talkum

:2%

= 2%

o Mg. Stearat

:1%

= 1%

Fase Luar

100%

Maka jumlah yang akan ditimbang adalah :


Paracetamol

:50/100 X 250 mg

= 125 mg/tablet

Untuk 100 tablet

= 125 mg X 100= 12.500

mg

Laktosa

:31,6/100 X 250 mg = 79 mg/tablet


Untuk 100 tablet

= 79 mg X 100= 7.900

mg

Amylum

:10/100 X 250 mg

= 25 mg/tablet

Untuk 100 tablet

= 25 mg X 100= 2.500

mg

Pasta Na CMC2%

:0,4/100 X 250 mg

= 1 mg/tablet

Untuk 100 tablet

Amylum

:5/100 X 250 mg

= 1 mg X 100 = 100 mg

= 12,5 mg/tablet

Untuk 100 tablet

= 12,5 mg X 100= 1.250

mg

Talkum

:2/100 X250 mg

= 5 mg/tablet

Untuk 100 tablet

Mg. Stearat

1/100 X 250 mg

= 2,5 mg/tablet

Untuk 100 tablet

5.1.7. Penimbangan
a) Untuk fase dalam

= 4 mg X 100 = 500 mg

= 2,5 mg X 100= 250 mg

Timbang paracetamol sebanyak 12.500 mg diatas perkamen.

Timbang laktosa sebanyak 7.900 mg diatas perkamen

Timbang amylum sebanyak 2.500 mg diatas perkamen

Untuk pasta Na CMC 2% = Timbang pasta Na CMC 2 gram lalu buat pasta Na
CMC sebanyak 100ml dengan aquadest.

b) Untuk fase luar

Timbang amylum sebanyak 1.250 mg diatas perkamen

Timbang talkum sebanyak 500mg diatas perkamen

Timbang Mg. Stearat sebanyak 250 mg diatas perkamen

5.1.8. Cara Kerja


A. Pembuatan Granul

Timbang bahan-bahan fase dalam (paracetamol, laktosa, amylum dan amylum


untuk membuat mucilago amylum).

Buat larutan pasta Na CMC 2%

Timbang Na CMC 5 gram, kemudian kembangkan dalam air panas 20 kalinya,


biarkan sampai mengembang. Kemudian gerus homogen, kemudian ad kan
dengan air panas sampai 100 ml.

Timbang berat pasta beserta wadahnya.

Lakukan pembuatan granulasi basah dengan cara : ke dalam lumpang


masukkan fase dalam yang terdiri dari zat aktif dan bahan tambahan lain, gerus
homogen. Kemudian ditambahkan pasta sedikit demi sedikit sampai terbentuk
adonan yang bisa dikepal.

Di timbang berat pasta beserta wadahnya kembali sehingga dapat dihitung


jumlah pengikat yang digunakan.

Adonan tersebut kemudian dimasukkan kedalam alat granulator, tampung


granul, kemudian keringkan di lemari pengeringan pada suhu 50 - 60 C selama
8-12 jam.Setelah dikeringkan granul di ayak kembali melalui ayakan mesh 16
dan ditimbang.

Laukukan evaluasi granul

B. Evaluasi Granul

Bulk Density (Alat Tap Volumetri)

Timbang 100 gram serbuk (W) yang telah dikeringkan,

dimasukkan ke dalam gelas ukur dan permukaan atas serbuk diratakan dan
volumenya dapat dibaca (Vo). Dengan demikian bobot jenis murni dapat
ditentukan (Do). Gelas ukur dijalankan dan terjadi hentakan dan buatlah
hentakan sebanyak 1250 kali dan dibaca volume serbuk (A), kemudian
dilakukan penghentakan kedua kalinya sebanyak 1250 kali dan dibaca volume
serbuk (B). Bila selisih pembacaan kedua (B) dengan (A) tidak melebihi dari 2
cm3 maka A adalah volume mampat (Vt). Maka dengan demikian bobot jenis
mampat dapat dihitung (Dt).

Setelah selesai praktikum maka dapat dihitung :

1.

Bobot jenis murni dan bobot jenis mampat

2.

Faktor hausner dengan rumus :


Dt
Hf =
Do

3.

Persentase kompresibilitasnya dengan rumus :

Kompresibilitas :

( Kp )=

DtDo
100
Dt

Densiy benar

Dilakukan

dengan

menggunakan

piknometer,

piknometer kosong yang diketahui volumenya (a), timbang (b) + parafin liq
timbang (c) hitung density benar.
cb
=

1 gram serbuk dalam piknometer timbang (d) + parafin liq setengahnya

goyang-goyangkan selama 15 menit + parafin ad penuh timbang (e), hitung


density benar dengan persamaan sebagai berikut :

benar=

(db)

( db ) +(ce)

Penetapan cepat alir serbuk


1. Serbuk yang telah diimbang dimasukkan kedalam corong yang telah
dimodifikasi, pada bagian bawah alat dilapisi dengan kertas grafiksebagai
tempat jatuh serbuk.
2. Pada saat bersamaan buka tutup corong dan hidupkan stopwatch.
3. Catat waktu yang diperlukan serbuk untuk mengalir bebas melalui corong
untuk menentukan kecepatan alir.
4. Ukur tinggi serbuk yang ada diatas kertas grafik, diameter dan jari-jari
serbuk untuk menentukan sudut longsor sampel.

Pencetakan Tablet
1. Timbang fase luar sesuai dengan formula yang direncanakan.

2. Fase luar dan granul (fase dalam) yang sudah dibuat sebelumnya
dicampurkan dan dimasukkan dalam botol / kotak kocok kira-kira 15
menit.
3. Timbang campuran tersebut satu persatu sesuai dengan berat tablet yang
diinginkan.
4. Tablet dicetak dengan cara : masukkan campuran fase dalam dan fase
luaryang sudah ditimbang tadi kedalam wadah tempat tablet dicetak.
Kemudian hentakkan 2 kali dengan memutar pemutar sebelah kanan
kemudian putar kembali dengan arah berlawanan untuk mengambil tablet
yang sudah jadi.
5. Lakukan pencetakan diatas kembali untuk pencetakan tablet selanjutnya.
6. Tablet siap dicetak dan lakukan evaluasi tablet.

Evaluasi Tablet

1.

Keseragaman ukuran

Pemeriksaan dilakukan terhadap 20 tablet. Pengukuran dilakukan

terhadap tablet menggunakan alat Mikrometer atau jangka sorong yang


bersifat manual. Lakukan pengukuran terhadap 20 tablet tersebut, catatkan
dan ambil rata-ratanya. Maka rata-rata tersebut merupakan ukuran
diameter tablet yang dimaksudkan.
2.

Keseragaman bobot

Percobaan dilakukan dengan menggunakan 20 tablet.Penimbangan

dilakukan dengan masing-masing 20 tablet. Dari data penimbangan dapat


ditentukan rata-rata berat tablet dan dari ke 20 tablet tersebut dapat juga
dihitung besarnya standar deviasi dengan menggunakan cara berikut :
S=

( X 1x 2)
n1

S = [ (x1 x2)/n - 1]1/2

Dimana :s

standar deviasi

x1

berat tablet dalam gram

x2

kuadrat deviasi

x rata-rata dikurangi x1 = deviasi

3.

Kerapuhan

Percobaan dilakukan terhadap 20 tablet, dimana tablet

dibersihkan dari debu, kemudian ditimbang (W1), dilakukan pemutaran


alat friabilator selama 4 menit. Setelah itu tablet dibersihkan lagi dan
ditimbang (W2). Friabilitas (kerapuhan = F) tablet dihitung dengan rumus
sebagai berikut :

F=

W 1w 2
100
W1

Maka kerapuhan tablet dapat ditentukan, dimana kehilangan yang

dibolehkan adalah kurang dari 0,8 % dari berat asal tablet. Tablet yang
tebal biasanya kurang mengalami sumbingan tetapi tablet yang tipis dan
bergaris tengah besar selalu mudah sumbing.
4.

Desintegrasi
a. Isikanbejana dengan cairan yang sesuai seperti cairan lambung
buatan atau cairan usus buatan sesuai dengan tablet yang diukur
waktu hancurnya. Dalam praktikum ini digunakan air suling.
b. Jumlah cairan ini sedemikian rupa, sehingga pada saat keranjang
turun permukaannya tidak tenggelam dalam cairan dan pada saat
keranjang ini naik, permukaan sebelah bawahnya tidak melebihi
permukaan cairan.
c. Larutan yang digunakan diatas suhu 37 + 2C.
d. Isikan tablet yang akan diukur waktu hancurnya satu persatu pada 6
tablet yang ada, setelah itu mamsukkan kedalam masing-masing
tabung dimasukkan pula cakram yang terbuat dari plastik.
e. Tekan tombol yang menjalankan alat dan catat waktu pada saat tablet
telah melewati saringan yang terdapat pada setiap tabung kecuali
sisa-sisa tablet yang tidak larut dalam cairan yang digunakan.
f. Untuk tablet biasa farmakope indonesia membatasinya tidak lebih

5.

dari 15 menit.

Disolusi
a. Ambil 1 tablet paracetamol
b. Masukkan kedalam medium disolusi

c. Pipet 5 ml pada menit ke 5, 10, 15, 30, 45, dan 60. Setiap pemipetan
larutan yang diambil, digantikan lagi dengan dapar pospat sebanyak
5 ml.

5.1.9. Evaluasi Sediaan


a. Organoleptis
-

Rupa
Bau
Rasa

: bagus
: khas
: pahit

b. Sifat fisika kimia

Keseragaman ukuran
Diameter rata-rata
: 0,7 cm
Tebal rata-rata
: 0,385 cm
Keseragaman bobot tablet
Berat rata-rata
: 0,2927 gram
Standar deviasi
: 0,043225
Kerapuhan
: 29,82 %

5.10. Etiket dan Brosur

Etiket

Komposisi :
Tiap tablet

mengandung paracetamol
250 mg

No. Reg : GBL

1408000110A1

Batch :

01059M024

ED : Mei 2015

PT. RELIN
FARMA

Padang
-Indonesia

REMOL

Dosis :
Dewasa : 3-4x

sehari 1-2 tablet

Anak 2-5 th : 3-4


x sehari -1/2 tablet

6-12 tah : 3-4 x

Indikasi :
Menurunkan

demam,
menghilangkan rasa
nyeri, sakit kepala,
migrain dan sakit gigi.

sehari - 1 tablet

Simpan
ditempat sejuk dan
terlindung dari cahaya

Brosur

REMOL

Komposisi
Tiap tablet mengandung
Paracetamol
250 mg
Farmakologi
Bekerja sebagai analgetik-antipiretik, dengan sedikit

efek antiinflamamsi, seperti aspirin, asetaminofen berefek


menghambat sintesa prostaglandin di otak tetapi sedikit
aktifitasnya sebagai inhibitor prostaglandin perifer.

Interaksi Obat

Paracetamol diabsorbsinya diusus cepat dan praktis


tuntas secara rektal lebih lambat, dalam hati zat ini diuraikan
menjadi metabolit toksikyang diekskresi dengan kemih
sebagai konjugat glukotonik dan sulfat.

Indikasi

Menurunkan demam, menghilangkan rasa nyeri, sakit


kepala, migrain, dan sakit gigi.

Kontra Indikasi

Disfungsi ginjal atau hati, hipersensitif

Efek Samping

Mula, muntah, dan kerusakan ginjal

Dosis

Dewasa : 3-4x sehari 1-2 tablet

Anak 2-5 th : 3-4 x sehari -1/2 tablet

6-12 tah : 3-4 x sehari - 1 tablet

Simpan ditempat sejuk dan terlindung dari cahaya

Kemasan : tablet 250 mg

No. Reg : GBL 1408000110A1

DIPRODUKSI OLEH
PT. RELIN FARMA
Padang-Indonesia

BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1.

Hasil

1. Bulk Density
- Kalibrasi tab volumetri

1 menit hentakan

1250kali/75 hentakan 17 menit

75 kali

- Density nyata

nyata = Wo = 20,2 gram = 0,7214 gram/ml

Vo 28 ml

- Density mampat

= 20,2 gram

Vt1

= 26 ml

Vt2

= 26 ml

Dt= W

= 20,2

Vt1

26 ml

gram= 0,7769 gr/ml

- Density Benar

= volume piknometer

= 10 ml

= berat piknometer

= 15, 785 gram

= berat pikno + parafin liq = 24,092 gram/ml

= c - b = 24,092 15,785 = 0,8307 gr/ml

10

= 1 gram serbuk dalam pikno

= 16,880 gram

= pikno + serbuk + parafin liq

= 24,486 gr/ml

benar

(d b) + (c e)

(d b)

(16,880 15, 785)

x 0,8307

(16,880 15,785) + (24,092 24,486)

= 1,2975 gr/ml

Dari data diatas dapat dihitung :

Faktor Hausner

FH

= manpat

nyata

= 0,7769 g/ml

0,7214 g/ml

= 1,0769

Kompresibilitas

KP

= mampat nyata

x 100%

manpat

= 0,7769 g/ml 0,7214 g/ml

0,7769 g/ml

= 7,1437 %

Porositas

= 1 nyata

x 100%

benar

= 1 0,7214 g/ml

1,2975 g/ml

x 100%

= 44,41 %

2.Penentuan kecepatan alir serbuk dari sudut longsor

Pe

Pe

Pe

0:

0:

0:

x 100%

2,

2,

3,

3,

3,

7,

7,

7,

7,

7,

7,

7,

7,

7,

7,

7,

7,

7,

7,

7,

Kecepatan alir 1

= berat serbuk (gram)

Waktu (detik)

= 20,2 gram

3,51 detik

= 5,7549 gr/detik.

Sudut longsor/tg 1 = h/s = 2,5 cm / 3,7 cm

= 0,6756
Kecepatan alir 2

= berat serbuk (gram)

Waktu (detik)

= 20,2 gram

5,49 detik

= 3,6799 gr/detik.

Sudut longsor/tg 2 = h/s = 2 cm / 3,825 cm

= 0,5228

Kecepatan alir 3

= berat serbuk (gram)

Waktu (detik)

= 20,2 gram

3,45 detik

= 5,8550 gr/detik.

Sudut longsor/tg 3 = h/s = 2,3 cm / 3,725 cm

= 0,6174

3.Keseragaman Bobot Tablet

(
X
i
-

Xi

Xi

(+

-)
-

0,

0,

4,

17

,3

88

15

52

9
0

4
-

9
-

20

7,

0
0

,1

88

15

52

9
-

0,

7,

20

,5

88

15

52

0,

0,

33

,7

88

15

0,0

52

9
0

4
-

6
-

0,

0,0

30

,1

7,

9
-

0
0

88

15

52

0,

9,

22

,9

88

15

52

9
-

0,

9,

0,

22

,1

88

15

52

9
0

4
-

9
-

16

3,

,1

88

6
-

1
0

15

52

9
-

0,

0,

23

,7

88

15

0,0

52

6
-

0,

7,

0,

0,0

20

,1

88

15

52

9
0

4
-

9
-

34

,5

1,

88

15

1
7

52

6
-

0,

4,

27

,7

88

15

0,0

52

6
-

0,

9,

0,

0,0

22

,9

88

15

52

9
0

4
-

9
-

34

,1

1,

88

15

52

8
9

0,

4,

27

,7

88

15

0,0

52

6
-

0,

6,

0,

29

,7

88

15

0,0

52

9
0

4
-

6
-

22

9,

,9

88

15

52

6
-

4
2

9
-

3,

0,

16

,9

88

15

52

9
-

0,

5,

0,

18

,1

88

15

52

9
0

4
-

9
2,

10

,5

88

15

52

9
0

,
0
0
5
1

5,

Bobot tablet seharusnya = 250 mg = 0,250 g

Bobot tablet rata-rata yang didapat (X) = Xi = 5,854 = 0,2927

Standar deviasi (SD) = (Xi X)2 = 0,0051542 = 0,01647

n1

20

20 1

% penyimpangan :
bobot tablet seharusnya (bobot tablet yang didapat SD) x 100%

bobot tablet seharusnya

4.Keseragaman Ukuran

Diameter tablet

Di

0,7

0,7

0,7

0,7

0,7

0,7

0,7

0,7

0,7

0,7

0,7

0,7

0,7

0,7

0,7

0,7

0,7

0,7

0,7

0,7

14

Diameter rata-rata tablet (X) = Xi = = 14 = 0,7

20

Standar deviasi (SD) = (Xi X)2= 0 = 0 = 0

n1

Ketebalan

Ket
eba

lan(

No

Xi)

0,4

0,4

0,4

0,4

20 1

0,3

12

0,3
0,3

0,4
0,3
5

0,4

16

14

15

0,4

13

0,4

11

10

0,5

0,4

0,4

0,3


17

19

0,4
0,3
5

20

0,4

18

0,4

7,7

Ketebalan tablet rata-rata (X) = Xi = 7,7 = 0,385

20

Standar deviasi (SD) = (Xi X)2= 0,0355 = 0.001868 =

0,043225

n1

20 1

5. Kerapuhan tablet

Dari pengujian kerapuhan (friabilitas) tablet dengan alat Friabilator Roche,

diperoleh data sebagai berikut :

Berat 20 tablet (W1)

Berat 20 tablet setelah pengujian (W2)

5,7g

4g

Fribilitas (F) = W1 W2 x 100% = 5,7 g 4 g x

100% = 29,82 %

W1

5,7 g

6.

Waktu hancur tablet (Desintegrasi)

Tablet yang diuji, waktu hancurnya sebagai berikut :


T1 = 05,12 menit
T2 = 11,22 menit
T3 = 12,04 menit
T4 = 12,46 menit
T5 = 12,58 menit
T6 = 13,16 menit

7.

Disolusi

Uji disolusi

Profil disolusi
Data hasil penentuan kurva kalibrasi

C
(g/ml)

10

12

Ab
sorban
0,1
55
0,2
86
0,4
33
0,5
68
0,6
96
0,8
45

Maka didapat nilai :


a
= 0,0156
b
= 0,0687
r
= 0,999
y
= 0,0156 + 0,0687 x
penetapan kadar disolusi

A
(a
bs
or
ba
n)

P
(Pen
genc
eran)

0,
7
6
6
0,
4
1
8
0,
4
6
2
0,
2
3
7
0,
3
1
2
0,
3
0
7

25

25

Perhitungankadarparasetamol:

y = a + bx

mediumdisolusi = 900 ml

kadarterdisolusi = x . medium

y a
b

.factorpengenceran

kadarterdisolusisebenarnya
x 100
kadardiketa h ui

terdisolusi

Factor

koreksi

volumedipipet
xkadarterdisolusimenitsebelumnya
volumedisolui

Menit ke-5

0,7660,0156
=10,9228 g /ml
s
0,0687

kadarterdisolusi

= 10,9228 g/ml x 900ml x 5

= 49152,6 g = 49,15 mg

% terdisolusi

49,15 mg
x 100 =32,76
150mg

Menit ke-10

0,4180,0156
=5,857 g /ml
0,0687

kadarterdisolusi

= 5,857 g/ml x 900 ml x 5

= 26356,5 g = 26,35 mg

Faktorkoreksi

Kadar sebenarnya

5 ml
x 49,15 mg=0,273 mg
900 ml
= 26,35 mg + 0,273 mg = 26,623

mg

% terdisolusi =

26,623 mg
x 100 =17,755
150 mg

Menit ke-15

0,4620,0156
=6,4978 g /ml
0,0687

kadarterdisolusi

= 146160,5 g = 146,16 mg

Faktorkoreksi

Kadar sebenarnya =146,16 mg + 0,148 mg = 146,308

= 6,4978 g/ml x 900 ml x 25

5 ml
x 26,623mg =0,148 mg
900 ml

mg

% kadarterdisolusi

146,308 mg
x 100 =97,539
150 mg

Menit ke-30

0,2370,0156
=3,2227 g/ml
0,0687

kadarterdisolusi

= 72510,75 g = 72,51 mg

Faktorkoreksi

Kadar sebenarnya = 72,51 mg + 0,813 mg = 73,323 mg

% terdisolusi

= 3,2227 g/ml x 900 ml x 25

5 ml
x 146,308
= 0,813 mg
900 m

73,323 mg
x 100 =48,882
150 mg

Menit ke-45

0,3120,0156
=4,3144 g/ml
0,0687

kadarterdisolusi = 4,3144 g/ml x 900 ml x 5


= 19414,8 g = 19,41 mg
5 ml

x 73,323
Faktorkoreksi 900 m
= 0,407 mg

Menit ke-60

Kadar sebenarnya = 19,41 mg + 0,407 mg = 19,817 mg


19,817 mg

x 100 =13,211
% terdisolusi
150 mg

0,3070,0156
=4,2416 g /ml
0,0687

kadarterdisolusi
= 4,2416 g/ml x 900 ml x 5
= 19087,2 g = 19,08 mg
5 ml

x 19,817
Faktorkoreksi 900 m
= 0,110 mg

Kadar sebenarnya = 19,08 mg + 0,110 mg = 19,19 mg


19,19 mg

x 100 =12,793
% terdisolusi
150 mg

Kurva % terdisolusi

Efisiensi disolusi

Luas Daerah

il

(5x32,76)

{(32,76 + 17,755)(5)}

{(17,755 + 97,539)(5)}

28

IV

81,

12

III

II

Has

{(97,539+ 48,882)
(15)}

{( 48,882+ 13,211)

10

(15)}

{( 13,211+ 12,793)

VI

(15)}

46

195
,03

295
2,611

Luas daerah persegi = 60 x 100 = 6000


ED60 = luas daerah
= 2952,611 x 100% = 37,588%
Luas daerah persegi
6000

Penetapan Kadar

Data hasil penentuan kurva kalibrasi

C (g/ml)

2
4
6
8
10
12

(Absorban)
0,163
0,278
0,411
0,544
0,659
0,796

Perolehan serapan pada max = 257 adalah 0,365


Panjang gelombang maksimum paracetamol = 257nm dengan absorban 0,365
Dengan menggunakan kalkulator, maka diperoleh nilai:
a = 0,03106

b = 0,06344
r = 0,9997
y = 0,03106 + 0,06344x

Mencari konsentrasi
y = a + bx
x = y- a/b
x = 0,365 0,3106 / 0,06344
= 5,2638 g/ml = 5,263 x 10 mg/ml
Persentase kadar parasetamol dalam tablet
5,263 x 10 mg/ml x 250 ml x 100/10 x 100/10 = 131,575 mg
% kadar = kadar/kadar awal x 100 %
= 131,575 mg /125 mg x 100 % = 105,26 %

1.2.

Pembahasan

Pembuatan granul

Pasta mucilago amyli yang digunakan dalam pembuatan granul

berfungsi sebagai pengikat, yang bekerja mengikat serbuk agar terbentuk granul dan
membuat massa cetak menjadi kohesif.

Mucilago amily 2% dibuat dengan cara mendispersikan amylum


sebanyak 2 gram dengan air sama banyak (air dingin 2ml) lalu ditambahkan air panas
ad 100ml didihkan diatas penangas air ad mendidih dan terbentuk masa bening,
mucilago yang terbentuk dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam campuran zat aktif
dan exsipien fase dalam lainnya ad terbentuk seperti pasta dan dapat dikepal.

Setelah didapat masa yang bagus dan bisa dikepal, hitung jumlah
mucilago amily yang terpakai dengan cara menimbang mucilago sebelum dipakai
(253,6 gram), lalu hitung berat mucilago setelah dipakai (202,7 gram) untuk
mengetahui jumlah yang terpakai kurangi berat awal dan berat akhir, maka didapat
mucilago yang terpakai sebanyak 50,9 gram.

Evaluasi Granul

Evaluasi granul pertama dilakukan dengan menguji kerapatan atau

densiti granul menggunakan alat tap volumeter, pada evaluasi ini ditentukan densiti

nyata, densiti mampat serta densiti benar dari granul paracetamol, data tersebut dapat
digunakan untuk menghitung faktor hauner, kopresibilitas dan porositas granul untuk
menetukan densiti nyata dan densiti mampat menggunakan alat tap volumeter. Densiti
nyata yaitu bobot jenis tanpa hentakan sedangkan density nampak bobot jenis setelah
hentakan. Density benar dihitungn dengan menggunakan piknometer prinsipnya
adalah menimbang piknometer kosong, piknometer berisi 1 gram sampel, piknometer
berisi parafin dan piknometer berisi sampel dan parafin lalu dimasukkan datanya
kedalam persamaan untuk menetukan density benar.

Selanjutnya pengukuran kecepatan aliran serbuk dan penentuan sudut


longsor dilakukan dengan menggunakan alat corong yang telah dimodifikasi, disini
serbuk granul dimasukkan kedalam corong lalu hitung waktu yang diwaktukan serbuk
unntuk mengalir dengan bebas.

Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa kompresibilitas yang


nilainya 7,1437 % tergolong baik karena standar kompresibilitas yang baik adalah
<20%.

Pencetakan Tablet

Bahan campuran granul (fase dalam) dan fase luar dimasukkan

kedalam corong. Kemusian mesin dijalankan pencetakan tablet dimulai. Tablet yang
sudah jadi ditampung dibuat tablet sebanyak 100 tablet. Tetapi tablet yang dihasilkan
atau yang siap dicetak pada praktikum ini tidak sampai 100 tablet, hal ini terjadi
karena kurangnya masa granul pada evaluasi granul dilakukan sehingga tablet yang
dicetak kurang jumlah tablet yang di dapat adalah 70 tablet.

Bobot tablet

Keseragaman bobot tablet juga harus diperiksa dan harus memenuhi

persyaratan farmakope. Berat rata-rata ditentukan dengan menimbang 20 tablet satu


per satu. Farmakope Indonesia menyatakan bahwa tidak lebih 2 tablet mempunyai
penyimpangan lebih besar dari kolom A dan tidak boleh ada 1 tablet yang mempunyai
penyimpangan lebih besar dari kolom B yang tertera pada Farmakope Indonesia
tersebut. Dari data penimbangan dapat ditentukan rata-rata berat tablet dan besarnya
standar deviasinya.

Ukuran tablet

Diameter dan ketebalan tablet harus memenuhi persyaratan farmakope,

yaitu diameter dari tablet tidak boleh melebihi 3x dan tidak kurang dari 1 dari
tebalnya.

Kerapuhan tablet

Pengujian kerapuhan juga menunjukkan, semua tablet mempunyai

kerapuhan yang sangat tinggi dan tidak memenuhi syarat tablet yang baik. Batas
kerapuhan yang diizinkan menurut Lachman 0,8% dan menurut Roche 1%.

Tablet yang terlalu rapuh dikhawatirkan akan mempunyai penampilan


yang tidak baik lagi saat sampai ketangan konsumen karena adanya pengaruh tekanan
dan gesekan pada saat pendistribusian atau selama penyimpanan di gudang.

Uji disintegrasi

Menurut farmakope waktu hancur yang memenuhi persyaratan yaitu

tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut. Waktu hancur ini akan
mempengaruhi bioavailabilitas obat tersebut didalam tubuh.

Waktu hancur yang terlalu lama mungkin disebabkan oleh penambahan

bahan pengikat yang berlebihan atau tekanan yang terlalu besar pada saat pencetakan.

Uji disolusi

Dari profil disolusi tablet yang didapatkan, ternyata tablet yang dicetak

sangat lambat melarut didalam cairan disolusi. Lambatnya disolusi tablet ini mungkin
disebabkan karena jumlah bahan pengikat yang tidak tepat atau tekanan yang sangat

besar pada saat pencetakaan.

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan
1. Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak dalam tabung pipih
atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat
atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat
berfungsi sebagai zat pengisi, pengembang, pengikat, pelicin, pembasah atau zat lain
yang cocok. (F.I. III 1975). Dan menurut F.I. IV 1995 tablet adalah sediaan padat
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metoda
pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.
2. Komposisi tablet terdiri dari bahan berkhasiat, bahan pengisi, bahan penghancur
dalam, bahan pengikat, bahan pembasah (jika perlu), bahan penyerap/adsorben (jika
perlu), bahan penghancur luar, bahan pelincir, korigensia (jika perlu).

3.

cara pembuatan tablet terdiri dari kempa cetak langsung, granulasi basah,

granulasi kering, granulasi dasar, dan cara-cara khusus. Metoda yang dilakukan dalam
pratikum ini adalah cara granulasi basah.

4.

Evaluasi yang dilakukan pada tablet meliputi :

a.

Evaluasi granul

Bulk density granul.

Kadar air granul.

Sudut longsor granul.

Kecepatan aliran granul.

Ukuran partikel granul.

b.

Evaluasi tablet jadi

Bobot tablet.

Ukuran tablet.

Kerapuhan tablet.

Kekerasan tablet.

5.

Disentigrasi.

Disolusi.
Hasil evaluasi yang dilakukan terhadap granul adalah sebagai berikut :

Bj nyata

= 0,7214g/ml.

Bj mampat

= 0,7769g/ml.

Bj benar

= 1,2975 g/ml.

Faktor Hausner

= 1,0769

% kompresibelitas

= 7,1437%

Porositas

= 44,1%

Sudut longsor 1

= 0,6756

Sudut longsor 2

= 0,5228

Sudut longsor 3

= 0,6174

Kecepatan aliran 1

= 5,7549g/detik.

Kecepatan aliran 2

= 3,6794g/detik.

Kecepatan aliran 3

= 5,8550g/detik.

6.

Hasil evaluasi yang dilakukan terhadap tablet adalah sebagai berikut :

Bobot tablet rata-rata

= 0,2927 g.

Ketebalan tablet rata-rata

= 0,385cm.

Diameter tablet rata-rata

= 0,7cm.

Friabilitas

= 29,82%.

Waktu hancur tablet

= 10,10 detik.

ED

= 37,588 %

% Kadar

= 105,26 %

1.

7.2. Saran
Sebaiknya sebelum pelaksanaan pratikum pahami prosedur kerja agar tidak

terjadi keselahan kerja.


2.

Berhati-hatilah dalam hal penimbangan bahan yang akan digunakan.

3.

Pada pembuatan granul, jumlah bahan pengikat yang ditambahkan harus tepat

karena akan mempengaruhi hasil tablet yang akan dicetak.

4.

Pada pengeringan granul, suhu dan waktu pengeringan diatur sedemikian rupa

sehingga granul tidak terlalu kering.


5.

Pada pencetakan tablet, tekanan yang diberikan diusahakan seragam untuk

tiap tablet, agar kekerasannya juga sama. Tekanan tidak boleh terlalu keras atau terlalu
lunak.

DAFTAR PUSTAKA

Firmansyah, Drs. 1991. Formulasi Tablet. Padang : UNAND

Halim, Auzal. 1991. Teknologi Partikel. Padang : UNAND

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi keempat.Jakarta : UIPress

Ben, Elfi Sahlan. 1997. Diktat Praktikum Teknologi Tablet. Padang : UNAND

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta

LAMPIRAN
GAMBAT PEMBUATAN TABLET
1. PEMBUATAN GRANUL

Sebelum dikeringkan

Setelah dikeringkan

2. EVALUASI GRANUL

BULK DENSITY

PENENTUAN KECEPATAN ALIRAN SERBUK

PENENTUAN SUDUT LONGSOR

3. PENCETAKAN TABLET

4. EVALUASI TABLET

Keseragaman ukuran tablet

Keseragaman bobot tablet

Pengukuran kekerasan tablet

Kerapuhan tablet

5. DISOLUSI

6. TABLET

Anda mungkin juga menyukai