Anda di halaman 1dari 5

2

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Perut Kembung


Perut kembung atau meteorismus adalah perasaan (subyektif) perut seperti lebih besar
dari normal, jadi suatu tanda atau gejala ketidaknyamanan, merupakan hal yang lebih ringan
dari distention. (Richard, 1999)
Untuk memahami perut kembung ada 2 hal yang harus diketahui :
a. Gejala/bloating : merupakan perasaan (subyektif) perut seperti lebih besar dari
normal, jadi merupakan suatu tanda atau gejala ketidaknyamanan, merupakan hal
yang lebih ringan dari distenstion.
b. Tanda/distention: merupakan hasil pemeriksaan fisik (obyektif) dimana
didapatkan bahwa perut lebih besar dari normal, bisa didapatkan dari observasi
saat menggunakan baju jadi kesempitan dan lambung jelas lebih besar dari
biasanya. (richard, 1999)
Ada 3 hal yang dapat menyebabkan membesarnya ukuran perut dan harus dibedakan,
yaitu air, udara dan jaringan dalam perut. Kembung dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
a. Berkelanjutan, biasanya akibat adanya massa atau pembesaran organ dalam perut
seperti tumor, cairan (asites) atau jaringan lemak (kegemukan)
b. Sementara/hilang timbul, yang berhubungan dengan peningkatan gas atau cairan
dalam lambung, usus halus maupun usus besar.
2.1.2. Mekanisme Perut Kembung
Meskipun terdapat kepercayaan yang dipegang secara luas bahwa nyeri abdomen
yang difus dan meteorismus sering disebabkan oleh keberadaan gas intestinal dalam jumlah
berlebihan, namun berbagai penelitian dengan memakai teknik pembersihan gas usus
menunjukkan bahwa pasien yang mengeluhkan adanya gas yang berlebihan di dalam usus
ternyata mempunyai volume gas intestinal yang normal.
a. Gangguan motilitas. Kelainan primer yang menyebabkan meteorismus fungsional
dan rasa nyeri pada orang-orang tersebut tampaknya berupa gangguan motilitas yang
menyebabkan pasien merasa nyeri sekalipun dengan volume gas intestinal yang
normal yang bisa ditolerir dengan baik oleh orang normal. Kemungkinan lain,
motilitas intestinal bisa saja normal pada orang-orang tersebut, tetapi mereka sangat
responsif terhadap impuls normal yang timbul dari traktus intestinal.
b. Bakteri. Sumber utama gas intestinal adalah kerja bakteri usus yang
memfermentasikan karbohidrat dan protein di dalam lumen intestinal. Normalnya,
bakteri tersebut hanya terdapat di dalam kolon dan gas utama yang dihasilkan adalah
karbon dioksida serta hidrogen (di samping sejumlah kecil gas berbau indol, skatol

dan senyawa-senyawa yang mengandung sulfur yang menghasilkan flatus dengan bau
yang khas). Dalam usus halus bagian proksimal, karbon dioksida juga dihasilkan
kalau asam hidroklorida dari lambung atau asam lemak yang dimakan itu dinetralisir
oleh bikarbonat (keadaan ini menjelaskan sebagian mengapa gejala dispepsia sering
menyertai makanan yang berlemak). Sekitar sepertiga orang dewasa akan
memproduksi gas metana dalam jumlah yang cukup banyak di dalam kolon; keadaan
ini tampaknya merupakan trait familial dan tidak berhubungan dengan makan
makanan. Peningkatan produksi gas intralumen juga diakibatkan oleh kolonisasi
bakteri abnormal usus kecil (sindroma pertumbuhan bakteri berlebihan/bakteri
tumbuh lampau).
c. Diet. Peningkatan produksi gas intralumen yang menimbulkan distensi abdomen,
meteorismus dan flatulensi terjadi setelah makan makanan tertentu, seperti kacangkacangan dan beberapa jenis sereal yang mengandung karbohidrat kompleks tidak
terserap yang masuk kedalam kolon dimana zat gizi ini akan menjadi substrat
pembentuk gas untuk bakteri kolon. Contoh makanan ini yang sudah diteliti paling
baik adalah golongan buncis (beans) yang mengandung oligosakarida (stachyose dan
raffinose) yang tidak dipecah oleh enzim-enzim mukosa intestinal tetapi bisa
dimetabolisme oleh bakteri kolon. Kurang disadari, bahwa fruktosa, pemanis
tambahan atau alami dalam buah-buahan, jus buah, minuman ringan, buah ara,
kurma, buah prem yang dikeringkan, anggur dan yang ada dalam oligosakarida dalam
bawang, asparagus dan gandum mungkin menyeybabkan distensi abdomen, kembung
dan flatulensi. Sebaliknya, absorpsi fruktosa dalam usus lebih mungkin menjadi
lengkap bila fruktosa dicampur dengan glukosa atau dimakan sebagai sukrosa
(glukosa-fruktosa). Malabsorpsi sorbitol usus dapat mendasari gejala-gejala distensi
abdomen, perasaan ber-gas dan diare yang dihubungkan dengan buah-buah tertentu
atau bila sorbitol digunakan sebagai pemanis dalam permen karet bebas gula dan
permen.
2.2. Distensi Abdomen
Pembengkakan atau distensi abdomen merupakan masalah yang sering dalam
pengobatan klinis dan mungkin merupakan manifestasi awal penyakit sistemik atau
sebaliknya penyakit abdomen yang tidak dicurigai.
2.2.1 Riwayat Klinis
Pembengkakan abdomen pertama dirasakan pasien karena pembesaran ukuran
pinggang atau ukuran baju secara progresif, gambaran hernia inguinal atau abdomen, atau
pembengkakan lokalisata. Sering, pembesaran abdomen yang jelas tidak diperhatikan selama
beberapa minggu atau bulan, karena bersamaan dengan obesitas atau karena pembentukan
ascites tahap awal, tanpa rasa nyeri atau gejala lokal. Distensi abdomen yang progresif dapat
disertai dengan sensasi rasa ditarik atau rasa menegang pada panggul atau lipat paha dan
nyeri punggung bawah yang samar-samar. Nyeri terlokalisasi biasanya disebabkan oleh
terserangnya organ abdomen (seperti hati yang secara pasif mengalami kongesti, pembesaran
limpa atau tumor kolon). Nyeri tidak lazim terjadi pada sirosis dengan ascites, dan bila ada,

pankreatitis, hepatoma atau peritonitis harus dipikirkan. Ascites yang keras atau tumor
abdomen dapat menimbulkan peningkatan tekanan intra-abdominal, yang menyebabkan salah
cerna dan rasa terbakar akibat refluks gastroesofagus atau dispnea, ortopnea dan takipnea
akibat elevasi diafragma. Efusi pleura yang bersamaan, lebih sering di sebelah kanan, diduga
akibat kebocoran cairan ascites melalui saluran limfatik dalam diafragma, juga dapat
menambah sulitnya bernafas. Pasien dengan pembengkakan abdomen difus hanya ditanya
mengenai peningkatan asupan alkohol, episode ikterus atau hematuria sebelumnya,
perubahan sifat usus, atau riwayat penyakit reumatik yang lalu. Informasi historis seperti ini
dapat memberikan petunjuk bahwa salah satunya curiga sirosis tersembunyi, tumor kolon di
peritoneal, gagal jantung kongesti atau nefrosis.
2.2.2. Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan fisis yang di jalankan secara cermat dapat memberi petunjuk berharga
yang memperlihatkan etiologi pembengkakan abdomen. Sehingga, eritema palmar dan spider
angioma, spider nevi, mendukung sirosis yang mendasari, sementara adenopati
supraklavikula (Nodus Virchow) harus meningkatkan dugaan keganasan gastro intestinal
yang mendasari. Inspeksi abdomen merupakan hal penting tetapi sering menjadi pemeriksaan
abdomen yang dilakukan dengan sambil lalu. Dengan memperhatikan kontur abdomen,
seseorang mungkin mampu membedakan pembengkakan umum dengan terlokalisir.
Abdomen yang mengalami distensi keras dengan kulit sangat teregang, pinggul menonjol,
dan umbilikus masuk merupakan gambaran karateristik ascites. Pola vena abdomen yang
utama dengan arah aliran menjauh dari umbilikus sering merupakan refleksi hipertensi vena
portal; vena kolateral dengan aliran menjauh dari bagian abdomen bawah menuju umbilikus
mendorong obstruksi vena kava inferior; aliran kebawah kearah umbilikus menunjukan
obstruksi vena kava superior. Bentuk kubah abdomen dengan tepi yang dapat dilihat dari
lengkung instestinal yang mendasari biasanya akibat obstruksi atau distensi usus. Massa
epigastrium, dengan peristaltis mulai dari kiri ke kanan, biasanya menunjukkan obstruksi
pilorus yang mendasari. Hati dengan deposit metastatik dapat terlihat sebagai massa noduler
kuadran kanan atas yang bergerak mengikuti pernafasan.
Auskultasi dapat menunjukan bunyi ramai (rushing sound), bernada tinggi dari
obstruksi intestinal awal atau bunyi seperti terkocok (Succussion sound) akibat peningkatan
cairan dan udara dalam viskus cekung yang berdilatasi. Auskultasi yang cermat diatas hepar
yang membesar kadang menunjukan harsh bruit tumor vaskuler, terutama hepatoma, atau
friction rub kasar dari nodul permukaan. Venous hum pada umbilikus dapat menandakan
hipertensi portal dan peningkatan aliran darah kolateral disekitar hepar. Gelombang cairan
dan pekak di bagian pinggul yang berpindah dengan perpindahan posisi pasien (pekak
beralih) merupakan tanda penting yang menunjukan adanya cairan peritoneum. Jumlah
ascites yang sedikit sering hanya dapat dideteksi dengan pemeriksaan ultrasonografi
abdomen. Perkusi cermat harus dapat membedakan pembesaran abdomen umum dengan
pembesaran terlokalisasi akibat pembesaran uterus, kista ovarium atau kandung kemih yang
berdistensi. Perkusi juga dapat menggambarkan hepar abnormal yang besar atau kecil. Hilang
nya kepekakan hati dapat disebabkan oleh nekrosis hati yang masif; juga dapat menjadi
petunjuk untuk udara bebas didalam rongga peritoneal dan dari perforasi viscus cekung.

Palpasi sering sulit pada ascites yang masif, dan ballottemen diatas cairan mungkin
merupakan satu-satunya metode palpasi herpar atau limpa. Limpa yang sedikit membesar
dalam hubungan nya dengan ascites mungkin satu-satunya tanda sirosis tersembunyi. Bila
terdapat tanda hipertensi portal, hepar yang lunak menunjukkan adanya obstruksi aliran portal
yang ekstra hepatik; hepar yang keras menunjukan sirosis hati yang menjadi penyebab
hipertensi portal. Hepar noduler atau sangat keras merupakan petunjuk bahwa hepar
terinfiltrasi oleh tumor, dan bila disertai ascites menunjukan bahwa keadaan yang disebut
terakhir adalah akibat yang berada di peritoneum. Adanya nodul periumbilikus keras (nodul
sister Mary Joseph). Menunjukan penyakit metastatik dari tumor primer gastro instestinal
atau pelvis. Ascites dan hepar yang berdenyut dapat di temukan pada insufisiensi trikuspidal.
Usaha harus dilakukan untuk menentukan apakah massa keras atau kistik, halus atau
ireguler dan apakah bergerak saat bernafas. Hepar, limpa dan kandung empedu harus
mengalami penurunan dengan gerakan nafas kecuali jika difiksasi oleh adesi atau ekstensi
tumor yang berada diluar organ. Massa terfiksasi yang tidak mengalami penurunan dengan
tarikan nafas mungkin menunjukan bahwa massa tersebut adalah massa retroperitoneal. Rasa
lembut, terutama lokal, dapat menunjukan proses peradangan seperti abses; juga bisa
diakibatkan penegangan peritoneum visera atau nekrosis tumor. Pemeriksaan pelvis dan
rektal merupakan keharusan; pemeriksaan mungkin menunjukan adanya massa yang tidak
terdeteksi akibat tumor atau infeksi.
Pemeriksaan radiografik dan laboratorium penting untuk mengkonfirmasi atau
memperluas kesan yang diperoleh pada pemeriksaan fisis. Foto rontgen abdomen pada waktu
tegak atau berbaring dapat menunjukan lengkung intestinal yang berdilatasti dengan
permukaan cairan yang khas untuk obstruksi usus atau adanya kekaburan abdomen yang
difus dan hilangnya tepi muskulus psoas menunjukan adanya ascites. USG sering berharga
dalam mendeteksi ascites, menentukan adanya massa atau mengevaluasi ukuran hepar dan
limpa. CT Scan memberikan informasi yang sama. CT Scan sering diperlukan untuk
memvisualisasikan limfonodus atau pankreas dan retroperitoneum. Foto polos abdomen dapat
menunjukan kolon yang berdistensi dari kolitis ulserativa yang tidak terduga dan memberikan
informasi berharga seperti terhadap ukuran hati dan limpa. Peninggian diafragma bagian
kanan dan ireguler mungkin merupakan petunjuk adanya abses hepar atau hepatoma. Uji
traktus gastro intestinal dengan barium atau media kontras lain biasanya diperlukan dalam
pencarian tumor primer.

BAB 3
KESIMPULAN

Ada 2 hal yang harus diketahui untuk identifikasi perut kembung, yaitu: (1)
gejala/bloating; (2) tanda/distensi. Kembung dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu (a)
berkelanjutan; ataukah (b) sementara/hilang-timbul.
Mekanisme penyebab perut kembung (1) gangguan motilitas; (2) aktivitas bakteri dan
(3) diet.
Pembengkakan atau distensi abdomen merupakan masalah yang sering dalam
pengobatan klinis dan mungkin merupakan manifestasi awal penyakit sistemik atau
sebaliknya penyakit abdomen yang tidak dicurigai.
Diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui penyebab
distensi abdomen.

Anda mungkin juga menyukai