Contoh obatnya :
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
2. Antiaritmia Kelas II
Obat antiaritmia kelas II adalah obat yang termasuk ke dalam golongan blocker dimana obat ini bekerja untuk mengurangi aktivitas adrenergic-. Obat
ini bekerja spesifik terhadap takiaritmia yang ditimbulkan oleh fungsi simpatis
yang berlebihan oleh karena efek katekolamin. Contoh obatnya adalah
propanolol, labetolol, metoprolol, atenolol, dan lain-lain dengan indikasi : aritmi
jantung, angina pektoris, hipertensi (Schmitz et al., 2009).
Hambatan Efek Simpatis pada Jantung
bersifat untuk
Contoh obatnya :
Bretilium
Amiodaron
Indikasi : VT, SVT berulang
Half life Panjang
ESO : Toksik
4. Antiaritmia Kelas IV
Obat golongan ini adalah obat yang berefek sebagai penghambat kanal
kalsium sehingga terjadi perpanjangan masa refrakter di nodus SA dan nodus AV
(Schmitz et al., 2009).
Contoh obatnya
Diltiazem
B. Quinidine
Dekstroisomer kina/kuinin
Memblok arus Na+ peningkatan nilai ambang eksitabilitas & penurunan
automatisitas
Memblok berbagai arus K+ jantung Memperpanjang potensial aksi pd
sebagian besar sel jantung
Menyebabkan blok alfa adrenergik&penghambatan vagus menimbulkan
hipotensi &takikardi sinus
: Per Oral
Metabolisme : Hepar
Ekskresi
: Ginjal
Indikasi :
1. Aritmia ventrikel & ektopik ventrikel
2. Flutter & fibrilasi atrial
Kontraksi : Prematur Atrial
ESO :
1. Hipotensi Vasodilatasi perifer & inotropik (-)
2. Gejala Saluran Cerna (mual, muntah, diare)
3. Reaksi Imunologik : Syok Anafilaksis & Trombositopenia
Interaksi obat :
1. Barbiturat,
fenitoin,
rifampisin,
primidone
meningkatkan
metabolisme
2. Simetidin & verapamil meningkatkan kuinidin dalam plasma
metabolism
d. Intoksikasi digitalis
e. Glaukoma sudut sempit
f. Hipertrofi prostat
D. Lidokain
1. Farmakodimamik dan mekanisme kerja
Obat ini menyebabkan penghambatan aliran masuk natrium yang cepat
disertai penambahan aliran ke luar ion kalium sehingga pada dosis tinggi
didapatkan efek inotropik negatif (Schmitz et al., 2009).
2. Farmakokinetik (Schmitz et al., 2009)
c. Insufisiensi hati
E. Propafenon
1. Farmakodinamik dan mekanisme kerja
Obat ini berefek stabilisasi membran pada semua sel otot jantung dengan
menghambat masuknya natrium dengan cepat sehingga terjadi pengurangan laju
depolarisasi dan konduksi impuls sehingga PQ memanjang dan QRS melebar
(Schmitz et al., 2009).
2. Farmakokinetik (Schmitz et al., 2009)
F. Beta-blocker
1. Farmakodinamik dan mekanisme kerja
Obat ini memblokade reseptor beta sehingga timbul efek kronotropik negatif,
dromotropik negatif, batmotrop negatif dan inotropik negatif (Schmitz et al.,
2009).
2. Farmakokinetik (Schmitz et al., 2009)
a. Absorbsi oral sempurna
b. Metabolisme di hepar kuar
c. Bioavailabilitas kecil
d. Ekskresi di hepar (lipofilik) atau di ginjal (hidrofilik)
c. Fotosensibilitas
d. Alveolitis, fibrosis paru
e. Gangguan SSP: parestesia, tremor, nyeri kepala
4. Kontraindikasi (Schmitz et al., 2009)
a. Insufisiensi jantung dengan dekompensasi
b. Bradikardi
c. Sick sinus syndrome
d. Gangguan fungsi kelenjar tiroid
e. Gangguan konduksi AV
H. Verapamil
1. Farmakodinamik dan mekanisme kerja (Schmitz et al., 2009)
a. Penghambatan arus masuk kalsium
b. Kronotropik dan dromotropik negatif
c. Dilatasi koroner
2. Farmakokinetik (Schmitz et al., 2009)
a. Hipotensi
b. Bardikardi yang jelas
c. Blok AV derajat 2 dan 3
d. Perburukan insufisiensi jantung
e. Vertigo
f. Nyeri kepala
g. Wajah memerah dan panas
h. Obstipasi
i. Rangsangan gatal
4. Kontraindikasi (Schmitz et al., 2009)
a. Syok kardiogenik
b. Sick sinus syndrome
c. Bradikardi
d. Gangguan konduksi AV
e. Hipertensi
f. Penggunaan beta blocker
DAFTAR PUSTAKA
Schmitz, G., Lepper, H., & Heidrich, M. 2009. Farmakologi dan Toksikologi. Jakarta: EGC.
Staf Pengajar Departemen Farmakologi FK UNSRI. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta:
EGC.