Anda di halaman 1dari 3

1.

DEFINISI FARINGITIS
Faringitis adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai
oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran kelenjar
getah bening leher dan malaise (Miriam T. Vincent, 2004). Faringitis biasanya timbul
Bersama dengan tonsillitis, rhinitis dan laryngitis. Penyakit ini ditular melalui kontak dari
sekret hidung dan ludah ( droplet infections) (Rusmarjono, 2007).
2. ETIOLOGI
Faringitis dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Banyak mikroorganisme yang dapat
menyebabkan faringitis, antaranya virus (40-60%) dan bakteri (5-40%) yang paling sering (
Rusmarjono, 2007).
Kebanyakan faringitis akut disebabkan oleh agen virus. Virus yang menyebabkan faringitis
termasuk Influenza virus, Parainfluenza virus, Coronavirus, Coxsackie viruses A dan B,
Cytomegalovirus, Adenovirus dan Epstein Barr Virus (EBV). Selain itu, infeksi Human
Immunodeficiency virus (HIV) juga dapat menyebabkan terjadinya faringitis (John L. Boone,
2003; Anthony W Chow, 2013).
Faringitis akut yang disebabkan oleh bakteri termasuk Group A Beta Hemolytic
Streptococcus (GABHS), Group C Beta Hemolytic Streptococcus, Neisseria gonorrhoeae,
Corynebacterium diphtheria, Arcanobacterium haemolyticum dan sebagainya. Infeksi Group
A Beta Hemolytic Streptococcus (GABHS) merupakan penyebab faringitis akut pada 5-15%
dewasa dan 20-30% pada anak-anak (5-15 tahun) (Ferri, 2013; Rusmarjono, 2007).
Neisseria gonorrhoeae sebagai penyebab faringitis bakterial gram negative ditemukan pada
pasien aktif secara seksual, terutama yang melakukan kontak orogenital. Dalam sebuah
penelitian pada orang dewasa yang terinfeksi gonorea, faringitis gonokokal ditemukan 20%
pada pria homoseksual, 10% pada wanita dan 3% pada pria heteroseksual. Sekitar 50%
individu yang terinfeksi adalah tanpa gejala, meskipun odinofagia, demam ringan dan
eritema dapat terjadi (John L. Boone, 2003).
Selain itu, Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring dan menyumbang
terjadinya faringitis fungal. Faringitis gonorea hanya terdapat pada pasien yang melakukan
kontak orogenital (Rusmarjono, 2007).
3. KLASIFIKASI
Klasifikasi faringitis menurut kemenkes RI 2013
1) Faringitis akut, adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus
(rinovirus) yang menimbulkan gejala rinitis dan beberapa hari kemudian
akan menimbulkan faringitis dan bakteri yaitu grup A streptokokus β
hemolitikus yang menyebabkan faringitis akut pada orang dewasa (15%)
dan pada anak (30%) Selain faringitis virus dan bakteri, ada faringitis
fungal yang disebabkan oleh candida yang tumbuh pada mukosa rongga
mulut dan faring. Pada faringitis gonorea hanya terjadi pada pasien yang
melakuka kontak orogenital. Faringitis ini terjadinya masih baru,belum
berlangsung lama.
Perbedaan faringitis virus dan faringitis bakteri

Faringitis Virus Faringitis Bakteri


Biasanya tidak ditemukan nanah di Sering ditemukan nanah di tenggorokan
tenggorokan
Demam ringan atau tanpa demam Demam ringan sampai sedang
Jumlah sel darah putih normal atau Jumlah sel darah putih meningkat ringan
agak meningkat sampai sedang
Kelenjar getah bening normal atau Pembengkakan ringan sampai sedang pada
sedikit membesar kelenjar getah bening
Tes apus tenggorokan memberikan Tes apus tenggorokan memberikan hasil
hasil negatif positif untuk strep throat
Pada biakan di laboratorium tidak Bakteri tumbuh pada biakan di
tumbuh bakteri laboratorium

2) Faringitis kronis adalah radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama.
Terdapat 2 bentuk yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi. Faktor
predisposisi proses radang kronik di faring ini ialah kronis, sinusitis, iritasi kronik oleh
rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu. Faktor lain
penyebab lain adalah pasien yang biasanya bernafas melalui mulut karena hidungnya
tersumbat.
a. Faringitis kronik hiperplastik
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior
faring. Tampak kelenjar limfa dibawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi.
Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata, bergranular.
b. Fraingitis kronik atrofi
Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rinitis
atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga
menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring.
3) Faringitis spesifik. Pada faringitis spesifik terdapat faringitis luetika.
Treoponema palidum dapat menimbulkan infeksi didaerah faring seperti
juga penyakit lues di organ lainnya. Faringitis tuberkulosis merupakan
proses sekunder dari tuberkulosis paru. Pada infeksi kuman tahan asam jenis
bovinum dapat timbul tuberkulosis faring primer.
Dapus

Miriam T. Vincent, M.D., M.S., Nadhia Clestin, M.D., and Aneela N. Hussain, M.D., 2004. Pharyngitis. In:
A Peer-Reviewed Journal of the American Academy of Family Physician, 2004. State University of New
YorkDownstate Medical Center, Brooklyn, New York. Available From:
http://www.aafp.org/afp/2004/0315/p1465.html [Accessed: 25 desember 2017]

Rusmarjono dan Bambang Hermani, 2007. Bab IX Nyeri Tenggorok. Dalam: Efiaty A.S., Nurbaiti I., Jenny
B. dan Ratna D.R.. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta, 2007.
Edisi ke-6: 212- 215; 217-218.

John L. Boone, MD., 2003. Etiology of Infectious Diseases of the Upper Respiratory Tract. In: Ballenger’s
Otorhinolaryngology Head and Nexk Surgery. 16th Edition. 2003 BC Decker Inc. Chapter 30. P: 635-7

Anthony W Chow and Shira Doron, 2013. Evaluation of Acute Pharyngitis in Adults. Available From:
http://www.uptodate.com/contents/evaluation-ofacute-pharyngitis-in-adults [Accessed: 25 desember
2017]

Ferri, 2013. Pharyngitis/ Tonsilitis. In: Ferri: Ferri’s Clinical Advisor 2013, 1st ed. Available From:
http://www.mdconsult.com/books/page.do?eid=4-u1.0- B978-0-323-08373-7..00025-X--
sc0140&isbn=978-0-323-08373 Universitas Sumatera Utara 30 7&uniqId=412762026-1430#4-u1.0-B978-
0-323-08373-7..00025-X--s2610 [Accessed: 25 desember 2017]

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
Pelayanan Primer. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai