Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

PENDERITA LUPUS ERITEMATOSUS


SISTEMIK DENGAN ANEMIA

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto

Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Sugiarto, Sp.PD, MARS

Disusun Oleh :
Hurdienda Faozilla Yuzakki

1410221092

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto
PERIODE 23 Mei - 08 Agustus 2016

LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

Laporan Kasus :

PENDERITA LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK DENGAN


ANEMIA

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto

Disusun Oleh:

Hurdienda Faozilla Yuzakki

1410221092

Telah disetujui oleh Pembimbing:


Nama pembimbing

dr. Sugiarto, Sp.PD, MARS.

Tanda Tangan

.......................

Tanggal

.............................

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................................iii

BAB I:
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
BAB II: LAPORAN KASUS..............................................................................................2
BAB III: KESIMPULAN..................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................19

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan kasus
berjudul Penderita Lupus Eritematosus Sistemik dengan Anemia yang merupakan salah
satu syarat dalam melaksanakan kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter di Bagian
Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.
Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.
Sugiarto, Sp.PD, MARS. selaku pembimbing dalam pembuatan laporan kasus ini, serta
berabagai pihak yang telah membantu. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih
kepada kedua orang tua dan teman-teman sejawat dokter muda yang telah membantu baik
moril maupun materiil sehingga terselesaikannya referat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini banyak terdapat kekurangan
dan juga masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca.

Jakarta,

Juni 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
I.

Latar Belakang
Lupus eritematosus sistemik (systemic lupus erythematosus) (SLE) merupakan
penyakit inflamasi autoimun kronis dengan etiologi yang belum diketahui,
manifestasi klinis yang ditimbulkan sangat beragam sehingga menyebabkan
perjalanan penyakit serta prognosis yang berbeda-beda. Meski demikian, diyakini
bahwa factor genetik, imunologik, hormonal dan lingkungan berperan terhadap
kasus SLE. Angka kematian pada kasus SLE masih cukup tinggi, terutama
menyerang wanita usia reproduktif. 1
Beberapa kasus dilaporkan sekitar 14 % dari total kunjungan pasien di
poliklinik Reumatologi Penyakit Dalam RSUP Cipto Mangunkusumo (RSCM)
Jakarta pada tahun 2002. Sedangkan di RS Hasan Sadikin Bandung terdapat 291
Pasien SLE atau 10.5% dari total pasien yang berobat ke poliklinik reumatologi
selama tahun 2010. 2,3
Secara klinis, penyakit SLE dapat menyerang kulit dan mukosa, sendi, darah,
jantung, paru, ginjal, susunan saraf pusat (SSP) dan sistem imun. Paling banyak
penderita akan menunjukan artritis sebesar 48,1%, ruam malar 31,1%, nefropati
27,9%, fotosensitivitas 22,9%, keterlibatan neurologik 19,4% dan demam 16,6%
sedangkan manifestasi klinis yang jarang dijumpai adalah miositis 4,3%, ruam
diskoid 7,8 %, anemia hemolitik 4,8%, dan lesi subkutaneus akut 6,7% ,
berdasarkan 1000 pasien SLE di Eropa selama 10 tahun. Manifestasi lupus
eritematosus pada kulit dapat ditemukan pada 59-85 % pasien dan dapat menjadi
penanda pertama yang mengarahkan penegakkan diagnosis lupus eritematosus. 4,5
Perlunya kewaspadaan terhadap SLE karena memiliki risiko kematian yang
tinggi, maka dari itu makalah ini dibuat dalam bentuk laporan kasus dan analisa
mengenai salah satu pasien SLE yang dirawat. Diharapkan makalah ini dapat
bermanfaat sebagai contoh dalam upaya menegakan diagnosis dan membantu
untuk penatalaksanaan awal pada kasus SLE untuk selanjutnya diupayakan dapat
segera dirujuk kepada dokter konsultan reumatologi.

BAB II
LAPORAN KASUS
I.

II.

Identitas Pasien
Nama Pasien

: Ny. L

Jenis Kelamin

: Perempuan

Usia / Tanggal Lahir

: 31 tahun / 16 Februari 1985

No. Rekam Medis

: 83 24 XX

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Johar Baru, Jakarta Pusat

Tanggal Masuk IGD

: 30 Mei 2016 22:50 WIB

Tanggal Masuk Rawat Inap

: 31 Mei 2016 pukul 00.58 WIB

Anamnesis
Alloanamnesis pada tanggal 1 Juni 2016 pukul 10.00 WIB
Keluhan Utama : Nyeri yang memberat pada bagian sendi sejak 2 hari SMRS.
A. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri sendi yang memberat terutama pada anggota
gerak atas dan ruas-ruas jari. Awal mula nyeri dirasakan sejak 5 bulan SMRS pada ibu
jari kanan, kemudian menyebar ke seluruh tangan kanan, jari-jari tangan kiri hingga
seluruh tangan, nyeri tersebut muncul secara tiba-tiba, ringan, namun dirasakan
semakin lama makin memberat. Saat ini nyeri pada seluruh sendi dirasakan terusmenerus sejak 2 hari SMRS. Pasien mengatakan nyeri akan muncul saat melakukan
aktivitas berat dan tidak hilang walau dengan istirahat. Selain keluhan tersebut pasien
juga merasa lebih mudah lelah saat beraktivitas. Kemudian pasien juga mengaku
muncul ruam kemerahan pada wajah, sekitar hidung dan bawah mata sejak 1 minggu
SMRS. Pasien merasa ruam tersebut semakin merah dan perih apabila terkena cahaya
matahari langsung. Pasien juga mengeluhkan demam naik turun, sejak 1 minggu yang
lalu. Pasien merasakan adanya penurunan berat badan sejak 6 bulan terakhir. Sakit
kepala, mual, muntah disangkal. BAB dan BAK dalam batas normal.
B. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah periksa ke puskesmas 4 bulan SMRS dengan keluhan nyeri sendi
sejak 1 bulan, dan diberikan obat penghilang rasa nyeri. Setelah pengobatan selama 2
2

minggu nyeri dirasakan berkurang namun tetap terasa, tetapi pasien tidak rutin
kontrol. Kemudian pasien mulai minum obat-obatan herbal dan jamu selama 2
bulan dan dirasakan membaik. Namun setelah berhenti minum obat, keluhan nyeri
tetap dirasakan.
Pasien tidak memiliki riwayat alergi, atopi, hipertiroid, hipertensi maupun diabetes.
C. Riwayat Kebiasaan
Aktivitas pasien sebagai ibu rumah tangga seperti, memasak, mencuci, menyapu,
menjaga anak dan lain-lain.
D. Riwayat Pengobatan
Obat-obatan penghilang rasa nyeri. Jamu dan obat-obatan herbal
E. Riwayat Keluarga dan Lingkungan Sekitar
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama.
III. Pemeriksaan Fisis
Dilakukan di Ruang Perawatan Umum lantai 4, 1 Juni 2016 pukul 10.00 WIB
A Keadaan Umum : Tampak sakit sedang.
B Kesadaran

: Compos mentis

C Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi
: 96x/menit, reguler, isi cukup, simetris kanan dan kiri
Pernafasan
: 20x/menit
Suhu
: 36,3oC per axilla
D Status Gizi
Berat badan : 62 kg (sebelum sakit 74-76 kg)
Tinggi badan : 159 cm
IMT
: 24,6
E

Status Generalis
Kepala : Normosefalus, distribusi rambut merata, tipis, warna kecokelatan, mudah
dicabut.
Wajah : Rash malar (+)
Mata : Konjungtiva anemis +/+. Sklera ikterik -/-. Edema palpebra -/THT : Tidak terdapat kelainan
Mulut : Mukosa kering (-), ulcer (-)
Leher : KGB tidak teraba membesar, JVP 5-2 cm. Ruam diskoid (+)

Gambar 1. Gambaran butterfly rash pada pasien. (Dokumen pribadi)

Dada : Tidak terdapat kelainan. Ruam diskoid (-)


Thoraks
:
- Paru :
Inspeksi : Normochest, simetris saat statis dan dinamis, tidak ada retraksi
Palpasi
: Taktil vokal fremitus sama pada kedua lapang paru
Perkusi
: Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada kedua lapang paru, tidak ada wheezing

maupun ronkhi
- Jantung
:
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi
: Ictus kordis teraba di ICS IV linea midclavicula sinistra, tidak ada thrill
Perkusi
:
Batas jantung kanan
: Sela iga V linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri
: Sela iga V linea midclavicula sinistra
Batas jantung atas
: Sela iga III linea midclavicula sinistra
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II regular, murmur dan gallop tidak ada
Abdomen :
Inspeksi
: Datar, caput medusa (-), spider naevi (-)
Auskultasi
: Bising usus positif normal
Perkusi

: Timpani pada seluruh lapang abdomen, tidak terdapat ascites

Palpasi

: Supel, turgor baik, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba membesar,

limpa tidak teraba pembesaran, ginjal balloment (-), shifting dullness tidak ditemukan.
Genitalia eksterna: Tidak dilakukan pemeriksaan.

Ekstremitas: Akral hangat, tidak ada sianosis, tidak ada edema, CRT <2 detik.

IV.

Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan laboratorium
Tabel 1. Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Imunoserologi
Anti HIV Penyaring
KIMIA KLINIK
Ureum
Creatinin
GDS
Natrium (Na)
Kalium (K)
Klorida (Cl)
URINALISIS
Urin Lengkap
Warna
Kejernihan
Berat jenis
pH
Protein
Glukosa
Keton
Darah
Bilirubin
Urobilinogen
Nitrit
Leukosit Esterase
Sedimen Urin
Leukosit
Eritrosit
Silinder
Epitel
Kristal
Lain-lain

30/05/16

Nilai Rujukan

8.3
24
3,0
4510
290000

13-18 g/dl
40-52 %
4,36,0 Juta/L
4.800-10.800/L
150.000-400.000/L

Non Reaktif
30/05/16

Non Reaktif
Nilai Rujukan

39
0,3
72
135
4,0
106
30/05/16
Kuning
Keruh
1,025
6,0
-/Negatif
-/Negatif
+/Positif 1
-/Negatif
-/Negatif
0,1
-/Negatif
-/Negatif
6-8-8/lpb
3-5-5/lpb
-/Negatif
+++
Ca Oxalat + 1
Bakteri +/Postif

20-50 mg/dL
0,5-1,5 mg/dL
< 140 mg/dL
135-147 mmoL/L
3,5-5,0 mmoL/L
95-105 mmoL/L
Kuning
Jernih
1,000 1,030
5,0-6,0
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
0,1 1,0 mg/dL
Negatif
Negatif
< 5 / LPB
< 2 /LPB
Negatif / LPK
Positif
Negatif

Anjuran Pemeriksaan Penunjang :


- Test serologi ANA
- Tes Anti dsDNA
- Tes ASTO dan CRP
2. Pemeriksaan Incompatible
Golongan darah
: B Rhesus Positif
Sel Darah Merah : Terdapat sensitivitas invivo oleh Immune antibody IgG dan
faktor complement C3d
Serum
: Tidak ditemukan antibody
Auto kontrol : Positif
Crossmatch

: Compatible mayor dan incompatible minor

3. Pemeriksaan Radiologi
-

Foto Thorax :
COR ; CTR < 50 %
Aorta baik
Kedua hilus tidak menebal
Infiltrat di lapangan atas dan bawah paru kanan
Sinus / diafragma baik

- Tulang-tulang intak
Kesan : Infiltrat di lapangan atas dan bawah paru kanan dd/ Pneumonia
V.

Diagnosis

- SLE
- Anemia normositik normokrom
VI.

Penatalaksanaan

Medika mentosa
Paracetamol tab 3x1 jika T > 38 P.O
Transamin 1x1 IV
Vit K 1x1 IV
Deksamethason IV
Omeprazole 40 mg IV
Ondansetron 3x4 mg IV
6

VIP Albumin 3x2 PO

VII. Prognosis
Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad bonam

Quo ad sanationam

: dubia ad malam

VIII. Ringkasan
Seorang pasien, perempuan usia 31 tahun datang dengan keluhan nyeri sendi yang semakin
memberat terutama pada anggota gerak atas dan ruas-ruas jari sejak 2 hari SMRS. Awal mula
keluhan tersebut dirasakan ringan namun semakin memberat sejak 5 bulan SMRS, hingga
saat ini pasien datang ke rumah sakit. Terdapat ruam kemerahan pada wajah, sekitar hidung
dan bawah mata sejak 1 minggu SMRS, yang perih dan panas jika terkena cahaya matahari
langsung. Teradapat penurunan berat badan sejak 6 bulan terakhir. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan konjungtiva anemis, butterfly rash, ruam diskoid. Pada pemeriksaan laboratorium
darah rutin didapatkan penurunan Hb, eritrositopenia dan leukositopenia. Hasil pemeriksaan
kimia klinik terdapat penurunan creatinin dan albumin dan peningkatan fosfatase alkali,
SGOT dan CRP kuantitatif. Pada urinalisa didapatkan keton + 1. Pemeriksaan incompatible
darah terdapat sensitivitas invivo oleh Immune antibody IgG dan faktor complement C3d.

PENGKAJIAN MASALAH
1. Systemic Lupus Eritematosus (SLE)
SLE adalah penyakit autoimun sistemik yang ditandai dengan adanya autoantibodi
terhadap autoantigen, pembentukan kompleks imun dan disregulasi sistem imun, sehingga
terjadi kerusakan pada beberapa organ tubuh.6
Etiologi utama SLE belum diketahui, namun terdapat beberapa factor predisposisi yang
berperan dalam penyakit tersebut, seperti ; 1) faktor genetik 2) faktor imunologi 3) faktor
hormonal dan 4) faktor lingkungan. SLE adalah penyakit autoimun multisistem yang dapat
7

bersifat eksaserbasi dan remisi. Penyakit ini dapat menyerang berbagai macam organ
seperti kulit, ginjal, muskuloskeletal, saraf, kardiovaskular, serta rongga mulut. Sekitar
95% pasien SLE dapat menunjukkan manifestasi pada muskuloskeletal. Arthralgia,
deformitas sendi, kelainan sendi temporo mandibular dan nekrosis avaskular telah
dilaporkan terjadi pada pasien SLE. Pada kulit, manifestasi SLE disebut juga lupus
dermatitis. Lupus dermatitis dapat dibagi menjadi discoid lupus erythematosus (DLE) dan
subacute cutaneous lupus erythematosus (SCLE).7
Pada pasien ini terdapat nyeri sendi dapat terjadi akibat suatu reaksi inflamasi.
Beberapa penyakit dengan manifestasi klinis paling sering berupa nyeri sendi seperti SLE
dan rheumatoid arthritis. Pada rheumatoid arthritis terjadi peradangan sistemik yang paling
umum ditandai dengan keterlibatan sendi yang simetris. Kedua penyakit ini merupakan
kelainan autoimun. Kemudian pada Sindrom Sjgren (SS) juga memiliki gejala klinis
nyeri sendi, dengan karakteristik nyeri sendi pada SS tidak erosif .7
Selain keluhan tersebut, pada pasien ini didapatkan beberapa kriteria diagnosis yang
mengarah pada SLE, yaitu adanya ruam malar, dan fotosensitifitas. Ruam malar pada
pasien ini berbentuk khas seperti gambaran butterfy rash pada SLE.8,9

Tabel 2. Kriteria Diagnosis Lupus Eritematosus Sistemik (ACR 1977) 8,9

Kemudian pada riwayat penyakit dahulu, pasien memiliki keluhan yang sama
menunjukan bahwa nyeri yang dirasakan sudah berlangsung kronis. Meskipun sudah diberi
obat, kemungkinan anti nyeri yang diberikan tidak tepat dosis maupun bukan khusus untuk
penatalaksanaan SLE sehingga pasien tetap merasakan nyeri. Kemudian, dari data ini dapat
melemahkan adanya drug induced SLE, dimana seharusnya dengan penghentian obat, maka
gejala tersebut akan hilang. Pada pasien ini juga tidak ada kelainan hormone yang dapat
memicu SLE.12 Pasien merupakan seorang wanita usia produktif, yang merupakan suatu
faktor risiko tinggi kasus SLE. Berdasarkan studi kasus di Amerika insiden SLE lebih
banyak terjadi pada wanita dengan rasio gender wanita dan laki-laki antara 9-14:1.9

Tabel 3. 2015 ACR/SLICC revised criteria for diagnosis of SLE 10

Pasien dengan 4 poin dari 16, merupakan diagnosis pasti SLE. 3 poin mengarah SLE
dan 2 poins kemungkinan SLE, dengan 4 kriteria klinis dan 1 hasil serologi tes. Pada pasien
ini penegakan diagnosis dilakukan atas dasar didapatkan kriteria diagnosis SLE sebagai
berikut:
1. Anamnesa : artritis, ruam malar, fotosensitifitas 15
2. Pemeriksaan fisik : tanda dan gejala anemia , ruam diskoid
3. Pemeriksaan laboratorium, adanya gangguan hematologi

berupa

anemia,

eritrositopenia dan leukopenia. Low serum complement. (Coomb test low (+)).
Berdasarkan kriteria diagnosis ACR, dari 11 kriteria harus memenuhi 4 diagnosis atau
lebih, dengan sensitifitas 85 % dan spesifisitas 95 %, sehngga pada pasien dapat didiagnosis
sebagai SLE. 8,9
Pada pasien ini jika dinilai dari keadaannya dapat masuk kriteria SLE derajat ringan,
dimana kriterianya adalah 11; 1) Secara klinis tenang 2) Tidak terdapat tanda atau gejala yang
mengancam nyawa 3) Fungsi organ normal atau stabil, yaitu: ginjal, paru, jantung,
gastrointestinal, susunan saraf pusat, sendi, hematologi dan kulit. Sehingga pasien dapat
melakukan terapi sesuai dengan rekomendasi berikut :
Bagan 1. Algoritme penatalaksanaan lupus eritematosus sistemik. Terapi SLE sesuai dengan
keparahan manifestasinya.12

Pilar Pengobatan Lupus Eritematosus Sistemik


I. Edukasi dan konseling
Tercantum pada tabel 4
10

II. Program rehabilitasi


a. Istirahat
b. Terapi Fisik
c. Terapi dengan modalitas
d. Ortotik
e. Lain-lain.
III. Pengobatan medikamentosa
a.
b.
c.
d.

OAINS
Anti malaria
Steroid
Imunosupresan / Sitotoksik

e. Terapi lain
Tabel 4. Butir-butir edukasi dan konseling pasien SLE 4

Tabel 5. Jenis dan Obat yang Dapat Dipakai pada SLE 4

11

12

Tabel 6. Rekomendasi penatalaksanaan pada SLE ringan 4

Prognosis pada pasien ini baik, sesuai dengan keadaannya yang stabil, derajat SLE
ringan dan responsif terhadap obat yang diberikan. Meskipun demikian pasien perlu
diedukasi, bahwa penyakit SLE dapat menimbulkan gejala berulang, sehingga pasien harus
rutin kontrol serta memantau adanya perburukan, seperti penurunan badan, peningkatan
kerontokan rambut, pembengkakan sendi, vaskulitis dan pemantauan hasil laboratorium.
Pemantauan dan kontrol ini harus dilakukan seumur hidup.4,12
Kemudian untuk penilaian aktivitas penyakit SLE menggunakan skor MEX-SLEDAI 4 :

13

Tabel 7. Penilaian Aktivitas Penyakit SLE Menggunakan MEX-SLEDAI 4

Skor < 2 = aktivitas penyakit SLE ringan


Skor 2-5 = aktivitas penyakit SLE sedang
Skor > 5 = aktivitas penyakit SLE berat
14

2. Anemia
Pada lupus eritematosus sistemik dapat ditemukan 3 jenis anemia yaitu ; 1) anemia
karena peradangan / penyakit kronis 2) Anemia hemolitik imun, akibat penghancuran sel
darah merah yang berlebihan 3) Anemia kekurangan zat besi.13,14
Selain itu kelainan hematologi yang dapat terjadi berupa trombositopenia, disebabkan
karena menempelnya zat anti pada permukaan trombosit sehingga terjadi penghancuran
trombosit di limpa.14
Penatalaksanaan anemia pada pasien ini dengan pemberian transfusi PRC atas indikasi
Hb < 10 gr/dL, menggunakan rumus pemberian PRC ; 3 x (Hb normal Hb pasien saat
ini) x Kg/BB = jumlah transfusi 14, sehingga perhitungannya menjadi 3x (13-8,3) x 62 =
874. Maka pasien dilakukan transfusi 300cc/hari hingga Hb >10.

Tabel 8. Follow Up Hasil Lab


Jenis Pemeriksaan

Follow Up Hasil Lab


31/05/16

Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
Kolinesterase
Imunoserologi
HbsAg
Anti HCV
Anti HIV Penyaring
Jenis Pemeriksaan

79
12
2
83
27
33
16,30
3615

01/06/16 18:07
8.1
24
2,9
2910
312000

Nilai Rujukan
13-18 g/dl
40-52 %
4,36,0 Juta/L
4.800-10.800/L
150.000-400.000/L
0-1 %
1-3 %
2-6 %

82
28
34

Non Reaktif
Non Reaktif

50-70 %
20-40 %
2-8 %
80-96 fL
27-32 pq
32-36 g/dl
11,5-14,5 %
3930-10800 U/L
Non Reaktif
Non Reaktif
Non Reaktif

Follow Up Hasil Lab


31/05/16

KIMIA KLINIK
Ureum
Creatinin

01/06/16 13:39
8.3
25
3,0
4010
312000
0
0
7

01/06/16 18:07

Nilai Rujukan
20-50 mg/dL
0,5-1,5 mg/dL
15

GDS
Natrium (Na)
Kalium (K)
Klorida (Cl)
Bilirubin Total
Bilirubin Direk
Bilirubin Indirek
Fosfatase alkali
SGOT
SGPT
- GT
Protein Total
Albumin
Globulin
Kolesterol Total
CRP kuantitatif
ASTO

< 140 mg/dL


135-147 mmoL/L
3,5-5,0 mmoL/L
95-105 mmoL/L
< 1,5 mg/dL
< 0,3 mg/dL
< 1,1 mg/dL
42-98 U/L
< 35 U/L
< 40 U/L

138
4,0
106
0,50
0,28
0,22
156
66
25
178

5-36 U/L

duplo
6,8
2,3
4,5
105
4,72
< 200

6-8,5 g/dL
3,5 5,0 g/dL
2,5 3,5 g/dL
< 200 mg/dL
< 1 mg/dL
< 200 IU/L

BAB III
KESIMPULAN
Telah dilaporkan, seorang perempuan 31 tahun dengan diagnosis SLE derajat ringan.
Diagnosis didapatkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium
dan pemeriksaan serologi yang telah sesuai dengan kriteria diagnosis ACR / SLICC terbaru.
Pasien telah diberikan penatalaksanaan sesuai dengan algoritma pada SLE derajat ringan dan
memberikan respon yang baik. Kemudian pasien telah diedukasi mengenai penyakitnya dan
untuk rutin kontrol, karena gejala penyakit SLE akan hilang timbul. Selain penatalaksanaan
medikamentosa, pasien juga disarankan untuk menggunakan tabir surya dan menghindari
16

matahari untuk mengurangi ruam pada wajah. Prognosis pada kasus ini mengarah kepada
keadaan yang baik kecuali pada sifat penyakit SLE berupa remisi dan eksaserbasi,
berdasarkan penilaian aktivitas penyakit SLE menggunakan skor MEX-SLEDAI.

DAFTAR PUSTAKA
1. Tutuncu ZN, Kalunian KC. The Definition and clasification of systemic lupus
erythematosus. In: Wallace DJ, Hahn BH, editors. Dubois lupus erythematosus. 7th
ed. Philadelphia. Lippincott William & Wilkins; 2007:16-19
2. Data dari poli penyakit dalam RS Ciptomangunkusumo Jakarta, 2010
3. Data dari poliklinik reumatologi RS Hasan Sadikin Bandung, 2010

17

4. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Eritematosus


Sistemik. Jakarta. 2011.
5. Danchenko N, Satia JA, Anthony MS. Epidemiology of systemic lupus
erythematosus: a comparison of worldwide disease burden. Lupus. 2006;15(5):308-18
6. Bertoli AM, Alarcon GS. Epidemiology of systemic lupus erythematosus. In: Tsokos
GC, Gordon C, Smolen JS. A companion to rheumatology Systemic lupus
erythematosus. Philadelphia. Mosby 2007:1-18
7. Dipiro, Joseph T., Talbert, Robert L.,et al.2008. The seventh edition of the benchmark
evidence-based pharmacotherapy. McGraw-Hill Companies Inc. USA.
8. Rothfield N, Sontheimer RD, Bernstein M. Lupus erythematosus: systemic and
cutaneous manifestations. Clin Dermatol. 2006; 24(5):348-62.Font J, Cervera R,
Ramos-Casals M, Garcia-Carrasco M, Sents J, Herrero C, et al. Clusters of clinical
and immunologic features in systemic lupus erythematosus: analysis of 600 patients
from a single center. Semin Arthritis Rheum. 2004;33(4):217-30.
9. Tan EM, Cohen AS, Fries JF, Masi AT, McShane DJ, Rothfield NF, et al. The 1982
revised criteria for the classification of systemic lupus erythematosus. Arthritis Rheum
1982;25:1271-7
10. ACR / SLICC 2015 revised criteria for diagnosis of SLE. Tersedia dalam :
http://www.rheumtutor.com/2012-slicc-sle-criteria/ .
11. American College of Rheumatology Ad Hoc Committee on systemic lupus
erythematosus guidelines. Arthritis Rheum 1999;42(9):1785-96
12. Ntali S, Tzabakakis M, Bertsias G, Boumpas DT. Whats new in clinical trials in
lupus. Int J Clin Rheum. 2009;4(4):473-485.

18

13. Gottlieb BS, Ilowite NT. Systemic lupus erythematosus in children and adolescents.
Pediatrics in Review 2006;27:323-9.
14. Schur PH. Hematologic manifestations of systemic lupus erythematosus in adults.
15. Hochberg Mc. Updating the American College of Rheumatology revised criteria for
the classfication of systemic lupus erythematosus. Arthrituis Rheum 1997;40:1725
16. Supandiman I, Sumantri S, Fadjari TH, Fianza PI, Oehadian A. Pedoman diagnosis
dan terapi hematologi onkologi medik. Bandung:QQommunication;2003.p.10-15,
107-109.

19

Anda mungkin juga menyukai