Anda di halaman 1dari 59

PEMERIKSAAN KUSTA

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktek Klinik Rumah sakit ini diperiksa dan disetujui oleh :
Pembimbing CI Lahan
(St. Asniah, S.ST)
NIP : 19651209 1990 03 2004
Pembimbing CI Institusi I

Pembimbing CI Institusi II

(Nurdin, S.Si)

(Desy Kusumayati, S.Si)

Nip: 19780622 199803 1 002


Disahkan Oleh :
Kepala Instalasi Laboratorium
R.S Dr. Tadjuddin Chalid
Makassar
Pada .April 2011

(dr. Amaliyah T Lopa, M.Kes, Sp.PK)


NIP :19680629 2000 03 2001

LEMBAR PENERIMAAN

Dibuat dan disusun untuk memenuhi syarat penyelesaian mata kuliah praktek klinik Rumah Sakit
pada program studi D III Analis Kesehatan STIkes Mega Rezky Makassar.
Nama

:La Ode Muhamat Irlan Kameri

NIM

: 09 3145 453 026

Nama Lahan

: Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar

Diterima oleh

Ketua program studi D III Analis Kesehatan


Pada Hari Senin Tanggal 14 Bulan April Tahun 2011

Program studi D III Analis Kesehatan


Ketua,

Artati,S.Si
NIDN : 09 03017901

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan islam kepada
kita, shalawat dan tazlim semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad
SAW, keluarga, sahabat dan kita sebagai generasi penerusnya hingga akhir zaman.
Tiada daya dan kekuatan melainkan milik Allah SWT, berkat pertolongan, rahmat,
hidayah, dan keridhoan-Nyalah, kita masih diberikan kesehatan, dan umur yang panjang dan

segala sesuatunya dapat berjalan sesuai kodratnya dimuka bumi ini. Begitu pula yang penulis
rasakan sampai saat ini, senantiasa pertolongan itu datang dari-Nya, meskipun kadang lalai dari
mengingat-Nya.
Laporan ini kami susun untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan mata kuliah
Praktek Rumah Sakit pada Program study D-III Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky
Makassar, semoga laporan ini dapat memenuhi persyaratan yang telah disepakati.
Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila didalam laporan ini, terdapat suatu
kesalahan atau kekeliuran baik dari segi tulisan, bahasa, maupun susunan kata-kata. Penulis
menyadari itu.
Maka dari itu apabila didalam laporan ini terdapat suatu kesalahan, kritik yang
membangun dari khayalak sangat kami butuhkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya,
tiada manusia yang sempurna dimuka bumi ini. Kesempurnaan hanya milik Allahs semata.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya dan menambah wawasan
serta pengalaman bagi kita semua. Wassalam.
Makassar 20 April 2011
Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. i
LEMBAR PENGESAHAN ii
LEMBAR PENERIMA.
iii
KATA PENGANTAR...
viii
DAFTAR ISI..x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Tujuan Praktek Klinik............... 1


C. Manfaat Praktek Klinik. 2
BAB II KEADAAN UMUM
A. Latar Belakang dan Sejarah Rumah Sakit. 3
B. Tujuan........................................ 4
C. Dasar Hukum.
D. Visi dan Misi. 7
E. Sarana dan Prasarana. 8
BAB III PROSEDUR PEMERIKSAAN
A. Orientasi 11
B. Observasi... 11
C. Program Kerja............... 11
D. Realisasi Program Kerja 13
E. Metode Pelaksanaan..............13
F. Prosedur Kerja...13
a. Pengambilan sampel. 13
1. Darah Vena.. 13
2. Darah Kapiler... 14
3. Penyiapan darah EDTA... 15
4. Penyiapan serum.. 16

5. BTA Kulit................ 17
6. Jamur (KOH)... 18
b. ImunologI.19
1. Tes Widal. 19
c. Mikrobiologi. 21
1. Pemeriksaan BTA sputum... 21
2. Pemeriksaan BTA Kulit... 23
3. Pemeriksaan KOH... 26
d. Hematologi... 28
1. Pemeriksaan Darah Rutin 28
2. LED......................

29

3. Masa pembekuan darah (cloting time) 30


4. Masa perdarahan (bloting time)... 31
e. Urinalisis............... 33
1. Sedimen urin................ 33
2. Urin rutin..
f. Paraitologi. 36
1. Pemeriksaan Malaria (DDR) 36
g. Kimia klinik.. 38
1. Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu... 38
2. Pemeriksaan SGOT.. 39
3. Pemeriksaan SGPT.. 40
4. Pemeriksaan creatinin.. 41

34

5. Pemerikaan cholesterol 43
6. Pemeriksaan trigliserida.. 46
7. Pemeriksaan ureum.. 46
8. Pemeriksaan alkali Phosphatase. 48
9. Pemeriksaan Gamma-Gt.. 49
10. Pemeriksaan albumin... 51
11. Pemeriksaan Uric Acid 53
BAB IV PEMBAHASAN.
54
BAB V PENUTUP
A. kesimpulan . 56
B. Saran... 56
DAFTAR PUSTAKA........................................
57
DAFTAR LAMPIRAN
A. Nama-nama mahasiswa yang Praktek.. 58
B. Denah Rumah sakit...
C. Struktur Rumah Sakit... 60

BAB I

59

PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Analis Kesehatan adalah suatu bidang ilmu yang berfokus pada penelitian atau analisa
kesehatan berdasarkan kajian laboratorium. Sejalan dengan meningkatnya tingkat kesadaran
masyarakat untuk menjalankan pola hidup sehat, maka peran para analis kesehatan tersebut akan
menjadi sangat penting. Dengan mendapatkan dukungan analis kesehatan, anggota masyarakat
akan semakin memahami gejala-gejala yang berpotensi menganggu kesehatan sekaligus akan
dapat mencegah merabaknya penyakit secara lebih dini (early warning system). Dengan
demikian penyebaran penykit-penyakit baru, baik yang berasal dari virus yang baru atau hasil
dari mutasi akan teredam lebih awal.
Setelah menyelesaikan mata kuliah kimia klinik, parasitoligi, bakteriologi dan hematologi
yang meliputi pengenalan alat-alat untuk pemeriksaan hematologi, pemeriksaan kimia dan
urinalisis (pemeriksaan urin), dan pemeriksaan preparat plasmodium malaria maka dengan
adanya praktek klinik rumah sakit, analis kesehatan akan mengembangkan kemampuan
mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang dimilikinya juga pengamalannya.
B.

Tujuan Praktek
Dengan adanya praktek klinik di Rumah sakit, maka diharapkan mahasiswa mendapat
kesempatan untuk mempraktekan secara nyata pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
selama mengikuti pendidikan sehingga dapat meningkatkan sikap profesionalisme mahasiswa .
Pengalaman belajar klinik merupakan suatu proses sosialisasi peserta didik dalam
mendapatkan pengalaman nyata untuk mencapai kemampuan professional meliputi pengetahuan
(kognitif), sikap (efektif), dan keterampilan (psikomotor).

C. Manfaat Praktek Klinik

Setelah melakukan praktek klinik ini, mahasiswa mampu :


1. Menyiapkan spesimen.
2. Melakukan pemeriksaan urinalisis (pemeriksaan urin).
3. Melakukan pemeriksaan kimia darah.
4. Pemeriksaan serologi dan immunologi.
5. Pemeriksaan feses.
6. Pemeriksaan Bakteriologi.
7. Pemeriksaan hematologi.
8. Pemeriksaan mikrobiologi.
9. Pemeriksaan kimia klinik.
10. Pemeriksaan parasitologi. (pedoman praktek klinik rumah sakit program studi D-III Analis
Kesehatan Stikes Mega Rezky Makassar, 2011).

BAB II
KEADAAN UMUM
A. Latar Belakang dan sejarah rumah sakit
Pembangunan Kesehatan Nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal dengan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata diseluruh wilayah Negara Kesatuan Repoblik Indonesia. Untuk

melaksanakan pembangunan kesehatan tersebut, Departemen Kesehatan telah menetapkan visi


yaitu masyarakat mandiri untuk hidup sehat dengan misi yaitu membuat rakyat sehat. Untuk
mewujudkan visi tersebut, Depkes juga telah menetapkan nilai-nilai yang dianut, yakni :
berpihak kepada rakyat, bertindak cepat dan tepat, kerjasama tim, integritas tinggi, transparan
dan akuntabilitas.
Rumah sakit Kusta Regional Makassar didirikan berdasarkan instruksi Menteri kesehatan
kepada Direktorat Jenderal Pelayanan Medik dan Direktorat Jenderal pemberantasan penyakit
menular. Adapun alasan Menteri kesehatan perlu membangun rumah sakit Kusta Regional
Makassar antara lain banyaknya penderita kusta diprovinsi lain (Kalimantan, Maluku, NTT,
NTB, dll), prevalensi penyakit kusta cukup tinggi di Sulawesi Selatan dan Indonesia bagian
timur. Untuk membangun rumah sakit Kusta Regional Makassar, Departemen kesehatan
memperoleh rekomendasi dari WHO, maka pada saat itu Menteri Kesehatan RI mengeluarkan
surat keputusan dengan Nomor 568/Menkes/SK/XII/1982 tanggal 24 Desember 1982 sebagai
dasar untuk membangun rumah sakit Kusta Ujung Pandang (sekarang Makassar) pada saat itu
yang merupakan unit organik dalam lingkungan Departemen kesehatan yang berada dan
bertanggung jawab langsung kepada Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.
Berdasarkan dari surat keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270/Menkes/SK/VI/1985
tentang wilayah binaan rumah sakit kusta, maka rumah sakit Kusta Regional Makassar membina
daerah Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya. Namun seiring dengan perkembangan dan pola
perubahan pemerintah daerah dengan system otonomi daerah, maka beberapa daerah yang
berada dalam binaan rumah sakit Kusta Regional Makassar yang sebelumnya hanya satu provinsi
berkembang menjadi beberapa provinsi seperti provinsi Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku
Utara dan Papua Barat.

Penanganan penderita selain masalah kusta, perlu difikirkan pelayanan spesialistik dan
subspesialistik lain yang berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup penderita kusta. Saat ini
rumah sakit Kusta Regional Makassar telah memperoleh izin penyelenggaran pelayanan umum
tanpa mengurangi fungsi pelayanan kustanya. Hal ini akan menjadi kekuatan baru bagi rumah
sakit Kusta Regional Makassar untuk melakukan diversivikasi pelayanan dan tentunya harus
didukung oleh infra struktur, sarana dan prasarana serta sumber daya yang memadai. Jika
merujuk kepada Kepmenkes Nomor 568/Menkes/SK/VII/1982 tanggal 12 Desember 1982
dimana tupoksi RSK regional Makassar hanya dijadikan sebagai tempat pelatihan dan penelitian,
maka ke depan melalui pelembagaan yang baru RSK regional Makassar sudah memperoleh
payung hukum dalam melaksanakan diklat dan litbang yang berkaitan dengan rehabilitasi kusta
yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan petugas daerah dan rumah sakit.
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 270/Menkes/Sk/VI/1985 tanggal 4 juni 1985, rumah sakit
Kusta Regional Makassar menjadi rumah sakit Pembina dan sekaligus ditunjuk sebagai pusat
rujukan kusta di kawasan timur Indonesia. Dengan demikian rumah sakit Kusta Regional
Makassar sangat diharapkan mampu memberikan pelayanan prima dan profesional sehingga
dapat berperan membantu program di daerah untuk menekan angka kecacatan dan menurunkan
prevalensi kusta.
B.

Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari perubahan struktur organisasi dan tata kelola (STOK) Rumah Sakit Kusta
Regional Makassar adalah untuk mengatasi beban tugas yang semakin berat dimana struktur
yang ada sekarang tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi baik saat ini maupun yang akan
datang.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari perubahan struktur organisasi dan tata kelola (SOTK) Rumah Sakit
Kusta Regional Makassar adalah:
a. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan dan mutu manajerial rumah sakit.
c.

Mengakomodasi demand masyarakat sekitar terhadap pelayanan masyarakat melalui


diversifikasi pelayanan.

d. Meningkatkan kesejahteraan pegawai rumah sakit Kusta Regional Makassar.


e. Mewujudkan peningkatkan status Rumah Sakit Kusta Regional Makassar menjadi Rumah Sakit
Khusus Kelas A dan badan layanan umum.
C. Dasar Hukum
Dasar hukum dari perubahan organisasi Rumah Sakit Kusta Regional Makassar berupa
peningkatkan status menjadi Rumah Sakit Khusus Kelas A dan Badan Layanan Umum adalah
sebagai berikut:
1. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun 1992 No.
100).
2. Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
3. Undang-Undang No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
4. Peraturan pemerintah No.23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(Lembaran Negara RI Tahun 2005 No.48, tambahan lembaran Negara RI No 4502).
5. Kepmenkes No. 568/Menkes/SK/XII/1982 tentang struktur Organisasi dan tata kerja Rumah
Sakit Kusta Regional Makassar.

6. Kepmenkes No. 270/Menkes/SK/VI/1985 tentang wilayah binaan Rumah Sakit Kusta.


7. Permenkes No. 1045/Menkes/PER/XI/2006 tentang pedoman organisasi Rumah Sakit di
lingkungan Departemen Kesehatan.
8. Permenkes No.355/Menkes/PER/2006 tentang pedoman pelembagaan Unit Pelaksana Teknis.
9. Instruksi Menkes No. 828 /Menkes/VII/1999 tentang Pelayanan Prima bidang kesehatan.
10. Surat dari Dirjen Bina Yanmed No. YM.02.08/III/884/07 tertanggal 24 September 2007 tentang
izin Penyelenggaraan Layanan Umum Rumah Sakit Kusta Makassar.
D. Visi dan Misi
Rumah Sakit Kusta Regional Makassar sebagai salah satu penyelenggara pembangunan
kesehatan telah mempunyai visi yaitu :Menjadi Rumah Sakit Terkemuka di Indonesia
Khususnya dalam Pelayanan Rehabilitasi Kusta. Visi tersebut mengandung makna bahwa
Rumah Sakit Kusta Regional Makassar akan lebih menitik beratkan pelayanannya pada
Rehabilitasi Medik dan non medik penderita kusta tanpa mengabaikan fungsi-fungsi lainnya
yang akan menjadi nuansa dan ciri khas pelayanan kepada pelanggannya.
Misi merupakan pernyataan tentang tujuan operasional organisasi yang di wujudkan dalam
produk dan pelayanan. Untuk dapat mewujudkan visi Rumah Sakit Kusta Regional Makassar
tersebut di atas, maka dalam melaksanakan tugas dan fungsinya ditetapkan misi, yaitu :
a. Menjadi Pusat Pendidikan Pelatihan dan Penelitian Pengembangan Rehabilitasi Kusta.
b. Meningkatkan profesionalosme dalam bidang pelayanan kesehatan dan manajemen rumah sakit.
c. Memberi pelayanan kesehatan bermutu dan paripurna dengan memanfaatkan teknologi mutakhir.
d. Mewujudkan pelayan kesehatan yang berbasis kemitraan.
Adapun motto Rumah Sakit Kusta Regional Makassar dalam memberikan pelayanan adalah
Kami Melayani Dengan Keikhlasan.

E.

Sarana dan Prasarana

a.

Sarana
Dalam upaya menunjang operasional pelayanan maka Rumah Sakit Dr.Tadjuddin Chalid
dilengkapi dengan :

1. Puskesmas keliling/ambulance.
2. Masjid .
3. Kantin.
4. Lapangan futsal.
b.

Prasarana.
Rumah Sakit Dr.Tadjuddin Chalid memiliki beberapa ruang yang terdiri dari :

1.

Unit luka

2.

Radiologi

3.

Unit Terapi Kerja

4.

UPF. Okupasi Terapi

5.

UPF. Fisioterapi Umum

6.

Rawat inap umum

7.

Diklat dan litbang

8.

Koperasi

9.

IPS R.S

10.

Prothesa

11.

Laundri

12.

Ruang Insenerasi

13.

Ruang Direktur

14.

R.Wakil direktur ADM & Keuangan

15.

Perlengkapan

16.

Keuangan

17.

Secretariat tim Advokasi Kusta

18.

Kantor

19.

Ruang perencaaan

20.

Ruang sosmek

21.

Ruang Medical record

22.

Polik mata

23.

Polik gigi

24.

Polik bedah

25.

Polik saraf

26.

Polik THT

27.

Kasubag PPL

28.

I.C.U

29.

UPF.Bedah

30.

Laboratorium

31.

Polik Rehabilitasi

32.

Ruang rawat inap

33.

Sentral jaga

34.

Bangsal A, B, C

35.

Mushollah

36.

Pemulasaran Jenazah

37.

Fisioteapi kusta

38.

Ruang rapat

39.

Kepegawaian

40.

HUMAS

41.

Tata usaha

42.

Poliklinik umum

43.

Poliklinik jiwa

44.

Poliklinik bedah

45.

Piliklinik penyakit dalam/paru

46.

Poliklinik kulit dan kelamin

47.

UGD

48.

Ruang belajar D-III khusus R.S Tadjuddin Chalid

49.

Mushollah pasien

50.

Sentral Nurse Station

51.

MS. Pemeliharaan Saranan

52.

UPF. Protesa

53.

Kamar mayat

54.

Bangsal Cempaka F, G, D, H

55.

Apotek

56.

Gudang RT

57.

Instalasi gizi

58.

Protesa

Fasilitas laboratorium telah dilengkapi dengan alat :

1. Mikroskop listrik
2. Centrifuge
3. Photometer 5010
4. Lemari
5. Kulkas
6. Alat-alat gelas
7. ABX Mikros 60
8. Klinipatte
9. Needle Destroyer
10. Clinitek status
11. Oven
12. Incubator. (Depkes RI, Dirjen Bina Pelayanan Medik, Struktur Organisasi & Tata Kelola RS.Dr.
Tadjuddin Chalid Makassar, 2008).

BAB III
PROSEDUR PEMERIKSAAN
A. Orientasi
Orientasi merupakan langkah awal dalam kegiatan praktek dalam laboratorium klinik yaitu
pencarian dan penentuan lokasi kegiatan berjalan dengan lancar pada bulan Februari sampai

bulan Maret 2011. Pada kegiatan ini di tetapkan di rumah sakit Dr. Tadjuddin Chalid, sebagai
tempat dan lokasi pelaksanaan PKL.
B.

Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2011. Hasil observasi yang di
peroleh pada rumah sakit Dr. Tadjuddin Chalid adalah sebagai berikut:

1. Informasi tentang tugas dan fungsi rumah sakit Dr. Tadjuddin Chalid.
2. Informasi tentang laboratorium dan tugas pada bagian laboratorium.
C. Program kerja
Program kerja yang dilaksanakan di laboratorium rumah sakit Dr. Tadjuddin Chalid adalah
sebagai berikut :
1. SAMPLING
a. Pengambilan Sampel.
b. Mengantar Sampel.
2. IMUNOLOGI
a. Tes widal.

3. MIKRO BIOLOGI
a. Pemeriksaan BTA Kulit.
b. Pemeriksaan BTA Sputum.
c. Pemeriksaan KOH.
4.

HEMATOLOGI

a. Pemeriksaan darah rutin.


b. Apusan darah tepih.
c. LED.
d. CT/BT.
5. PARASITOLOGI
a. DDR.
6. URINALISIS
a. Urin rutin.
b. Sedimen urin.
7. KIMIA KLINIK
a. SGOT.
b. SGPT.
c. Gamma Gt.
d. Alkali post.
e. Uric acid.
f. Cholesterol.

D. Realisasi program kerja

Dari semua kegiatan yang di programkan allhamdulillah semua telah terlaksana yang mana
kegiatan tersebut berlangsung selama 4 minggu.
E.

Metode pelaksanaan
Dalam peleksanaan program kerja digunakan metode demonstrasi, diharapkan apa saja yang
menjadi kemampuan dapat langsung di praktekkan dalam pelaksanaannya, kegiatan tersebut di
pandu oleh staf yang ada dan selanjutnya di lakukan sendiri.

F. Prosedur Kerja
1. Pengambilan Sampel
a. Pengambilan Darah Vena
Dasar

:Pengambilan sampel darah vena di lakukan apabila bahan darah banyak di perlukan untuk
pemeriksaan. Pada orang dewasa di ambil salah satu vena dalam fossa cubiti.

Alat

:
1. Spoit.
2. Tourniquet.
3. Plester.
Bahan

1. Kapas alkohol 70 %.
2. Kapas kering.
Cara kerja :
1. Meyakinkan posisi vena yang akan di lakukan penusukan dengan cara meraba dan palpasi.
2. Sekitar tempat yang akan di tusuk di desinfeksi dengan kapas alcohol 70 %.
3. Memasang tourniquet pada lengan atas dan meminta pasien untuk mengepalkan dan membuka
tangannya berkali kali agar vena terlihat jelas.

4. Tourniquet hendaknya dipasang tidak terlalu kuat karena hanya untuk memperjelas posisi vena
saja.
5. Kulit di atas vena ditegangkan dengan jari tangan kiri supaya vena tidak bergerak.
6. Menusukan jarum dengan posisi lubang menghadap ke atas dan sudut kemiringan spoit dan
kulit 30o C, kemudian mengambil darah dan sesuai kebutuhan kemudian menggunakan kapas
alcohol kemudian jarum di tarik. (Brahmana. K, Medan 1982).
b. Pengambilan Darah Kapiler
Dasar teori

:pengambilan darah kapiler digunakan untuk pemeriksaan hematologi yang membutuhkan darah
dalam jumlah sedikit. Pada orang dewasa pengambilan darah dapat dilakukan diujung jari tangan
atau anak daun telinga. Pada bayi dan anak kecil ditumit atau ibu jari kaki. Tempat pengambilan
harus bersih, tidak terjadi gangguan peredaran darah, pucat atau ada luka.

Alat

:
1. Lancet steril.
2. Autoklik.

Bahan

:
1. Alkohol 70%.
2. Kapas bersih dan kering.
Cara kerja

1. Menyiapkan semua alat dan bahan dimeja tempat bekerja.


2. Menyiapkan autoklik yang di isi dengan lancet steril.
3. Disinfeksi/membersihkan tempat pengambilan darah dengan kapas alkohol dan dibiarkan kering.

4. Memegang bagian yang akan ditusuk, menekan sedikit supaya tidak bergerak dan mengurangi
rasa sakit.
5. Menusuk dengan menekan autoklik dengan cepat.
6. Membuang tetes darah yang pertama memakai segumpal kapas kering dan bersih. Tetesan darah
berikutnya digunakan sebagi bahan pemeriksaan. (Brahmana. K, Medan 1982).
c. Penyiapan Darah EDTA
Dasar teori

: darah EDTA dapat dipakai untuk beberapa macam pemeriksaan hematologi, seperti pada
penetapan Hb, menghitung eritrosit, leukosit, trombosit, dll. Tetapi tidak dapat digunakan pada
percobaan hemoragik. Pemeriksaan dengan darah EDTA sebaiknya dilakukan segera, hanya
kalau perlu bisa disimpan pada lemari es dengan suhu 40 C dan tidak boleh lewat dari 24 jam.

Alat

1. Spoit.
2. Terniquet.
3. Vacutainer/tabung dengan penutup warna ungu (tabung EDTA).
4. Plester.
Bahan

1. Darah vena.
2. Kapas alcohol.
Cara kerja

1. Mengambil darah vena.


2. Memasukan darah dari spoit kedalam vacutainer.
3. Membolak-balikan Darah dalam tabung sampai homogen.

4. Didiamkan pada rak tabung, selanjutnya darah dapat digunakan untuk pemeriksaan sesuai
dengan peruntukannya. (Brahmana. K, Medan 1982).
d. Penyiapan Serum
Dasar teori

:sejumlah volume darah dimasukan kedalam sebuah wadah (tabung) lalu dibiarkan, maka selang
beberapa lama kemudian darah tersebut membeku dan selanjutnya mengalami retraksi dengan
akibat terperasnya cairan dari dalam bekuan dengan warna agak kuning bening.

Alat

:
1. Spoit 3 dan 5 ml.
2. Tourniquet.
3. Tabung reaksi/tabung kimia.
Bahan

1. Darah vena.
2. Kapas alkohol.
Cara kerja

1. Mengambil darah vena sebanyak yang kita butuhkan.


2. Memasukan darah kedalam tabung kering kemudian di diamkan pada rak tabung dengan posisi
tegak.
3. Darah diputar dengan centrifuge pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. (Brahmana. K,
Medan 1982).
e. Pengambilan Sampel BTA Kulit/ Kusta
Dasar Teori

:pengambilan sampel dilakukan apabila seseorang mengalami mati rasa pada salah satu bagian
organ tubuh, atau terdapat pembengkakan pada saraf tepinya. Sampel diperoleh dengan cara
mengiris kulit pada cuping telinga, siku, dan lutut dengan kedalaman kira-kira 1-2 cm.

Alat

:
1. Scalpel.
2. Pinset.
3. Objek glass.
4. Lampu spiritus.
Bahan

1. Kapas alkohol.
2. Kapas kering.
Cara Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan.


2. Mendesinfeksi bagian yang akan di iris(cuping telinga kanan, cuping telinga kiri, siku kanan,
siku kiri, lutut kanan, lutut kiri).
3. Menekan bagian yang akan diris sampai terlihat pucat, kemudian di iris dari atas
kebawah,kemudian mengambil serum dengan ujung scalpel tanpa diangkat sebelumnya.
4. Mengoleskan serum pada objek glass.
5. Difiksasi diatas lampu spiritus. (Indan.E, dr, Bandung 2001).
f. Pengambilan sampel jamur (KOH)
Dasar teori

: Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita penyakit yang disebabkan
atau berhubungan dengan infeksi Jamur, seperti Tinea, Pitiriasis Versikolor (Panu),Dermatitis
Seboroik. Sampel dapat diperoleh dengan cara mengerok bagian kulit yang diduga
terdapat/letaknya jamur.

Alat

:
1. Scalpel.

2. Pinset.
3. Lampu spiritus.
4. Objek glass.
5. Dek glass.
Bahan

1. Kapas alkohol.
2. Larutan KOH.
Cara kerja

1. Mendesinfeksi bagian yang akan dikerok.


2. Mengerok bagian kulit yg diduga terdapat jamur dengan scalpel dengan kemiringan 45o .
3. Meneteskan larutan KOH pada objek glass sebanyak satu tetes.
4. Meletakkan bahan yang akan diperiksa pada tetesan tersebut dengan menggunakan pinset yang
sebelumnya dibasahi dahulu dengan larutan KOH tersebut. Kemudian tutup dengan kaca
penutup. (Indan.E, dr, Bandung 2001).

2. Imunologi
a. Tes Widal
Metode

: Aglutinasi.

Prinsip

: serum yang ditambahkan dengan anti sera akan membentuk aglutinasi.

Tujuan

: Untuk mengetahui apakah seseorang menderita penyakit thyfoid.


Alat
1. tabung reaksi.

2. Sentrifuge.
3. Rotator.
4. Mikroskop.
5. klinipet 40 l.
6. slide test.
7. batang pengaduk.
Bahan

1. antigen O, H, AH, BH.


2. Serum penderita suspek demam thyfoid.
Cara kerja

1. Meneteskan 40 l serum pasien pada masing-masing slide test.


2. Pada masing-masing slide di tambahkan 1 tetes suspensi antigen O,H,AH,BH.
3. Mencampurkan serum dengan suspensi antigen dengan menggunakan batang pengaduk .
4. Slide digoyangkan-goyangkan sambil mengamati adanya/terjadinya aglutinasi.
5. Melakukan pembacaan hasil.
Nilai normal

(+) : jika terjadi aglutinasi


(-): jika tidak terjadi aglutinasi.
(http://www.sodiycxacun.web.id/2010/02/metode-pemeriksaan-demam-typhoid.html).

3. Mikrobiologi
a. Pemeriksaan BTA Sputum (Tubercolosis)
Metode
Prinsip

: Pewarnaan Ziehl Neelsen (Zn)

: Mikobacterium sebagai bakteri tahan asam akan menyerap warna merah, sedangkan selain
BTA, akan menyerap warna biru pada pengecatan.BTA akan telihat berwarna merah tanpa sisa
zat warna karbol fuchsin dengan latar belakang berwarna biru.
Alat

1. Objek glass.
2. Ose.
3. Pinset.
4. Lampu spiritus.
5. Mikroskop.
6. Bak pengecatan.
Bahan

1. Dahak purulen.
2. Karbol fuchsin.
3. Asam asetat.
4. Metilen blue.
Cara kerja :
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengambil dahak kemudian dioleskan pada objek glass dengan ukuran 2x3 cm secara merata.
3. Dikeringkan diudara kemudian difiksasi pada nyala api spiritus selama beberapa detik.

4. Setelah preparat dingin, maka preparat segera digenangi dengan larutan karbol fuchsin sampai
seluruh permukaan objek glass tertutupi.
5. Dipanaskan dengan nyala api sampai menguap tetapi tidak sampai mendidih. Kemudian
dibiarkan selama lima menit.
6. Dibilas dengan air mengalir.
7. Mencelupkan preparat kedalam asam aasetat selama beberapa detik.
8. Dibilas dengan air mengalir.
9. Menggenangi sediaan dengan metilen blue dan dibiarkan selama 10-20detik.
10. Mengeringkan pada rak pengeringan.
11. Mengamati dengan mikroskop dengan perbesaran 10 x 100.
Nilai normal

(-) : tidak ditemukan BTA minimal dalam 100 lapang pandang.


Jumlah BTA yang ditemukan/100 lapang pandang (1-9 BTA dalam 100 lapang pandang)
(+) : ditemukan BTA 10-99 dalam 100 lapang pandang.
(++) : ditemukan BTA 1-10 dalam 1 lapang pandang.(minimal 50 lapang pandang)
(+++) : ditemukan >10 BTA dalam satu lapang pandang (minimal 20 lapang pandang). (Indan.E,
dr, Bandung 2001)
b. Pemeriksaan BTA Kulit (Kusta)
Metode
Prinsip

: Pewarnaan Ziehl Neelsen (Zn)

: Mikobacterium sebagai bakteri tahan asam akan menyerap warna merah, sedangkan selain
BTA, akan menyerap warna biru pada pengecatan.BTA akan telihat berwarna merah tanpa sisa
zat warna karbol fuchsin dengan latar belakang berwarna biru.
Alat

1. Objek glass.
2. Scalpel.
3. Pinset.
4. Lampu spiritus .
5. Mikroskop.
6. Bak pengecatan
Bahan

1. Kapas alkohol.
2. Kapas kering.
3. Serum.
4. Karbol fuchsin.
5. Asam asetat.
6. Metilen blue.
Cara kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan


2.

Mendesinfeksi bagian yang akan di iris(cuping telinga kanan, cuping telinga kiri, siku kanan,
siku kiri, lutut kanan, lutut kiri).

3.

Menekan bagian yang akan diris sampai terlihat pucat, kemudian di iris dari atas
kebawah,kemudian mengambil serum dengan ujung scalpel tanpa diangkat sebelumnya.

4. Mengoleskan serum pada objek glass.


5. Difiksasi pada lampu spiritus/bunsen
6. Dikeringkan diudara kemudian difiksasi pada nyala api spiritus selama beberapa detik.

7. Setelah preparat dingin, maka preparat segera digenangi dengan larutan karbol fuchsin sampai
seluruh permukaan objek glass tertutupi.
8. Dipanaskan dengan nyala api sampai menguap tapi tidak sampai mendidih. Kemudian dibiarkan
selama lima menit.
9. Dibilas dengan air mengalir.
10. Mencelupkan preparat kedalam asam asetat selama beberapa detik.
11. Dibilas dengan air mengalir.
12. Menggenangi sediaan dengan metilen blue dan dibiarkan selama 10-20 detik.
13. Mengeringkan pada rak pengeringan.
14. Mengamati dengan mikroskop dengan perbesaran 10 x 100.
Nilai normal

+6 : > 1000 kuman /LPB rata-rata.


+5 : 100-1000 kuman/LPB rata-rata.
+4 : 10-100 kuman/LPB rata-rata.
+3 : 1-10 kuman/LPB rata-rata.
+2 : 1-10 kuman/10 LPB rata-rata.
+1 : 1-10 kuman/100 LPB
- : jika tidak ditemukan kuman.

BI=
MI= X 100 %

; BI =Bakteri Indeks.
;MI= Morfologi Indeks.

(Indan.E, dr, Bandung 2001).

c. Pemeriksaan KOH (jamur)


Metode

: KOH

Prinsip

:larutan KOH akan membuat jamur tetap stabil dan memberikan warna pada jamur.

Alat

:
1. Scalpel.
2. Pinset.
3. Lampu spiritus.
4. Objek glass.
5. Dek glass.
Bahan

1. Kapas alkohol.
2. Larutan KOH.
Cara kerja

1. Mendesinfeksi bagian yang akan dikerok.


2. Mengerok bagian kulit yg diduga terdapat jamur dengan scalpel dengan kemiringan 45o .
3. Meneteskan larutan KOH pada objek glass sebanyak satu tetes.
4. Meletakkan bahan yang akan diperiksa pada tetesan tersebut dengan menggunakan pinset yang
sebelumnya dibasahi dahulu dengan larutan KOH tersebut. Kemudian tutup dengan kaca
penutup.
5. Melakukan pengamatan dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x.
Nilai normal

(+) : ditemukan jamur berbentuk hifa dan spora.


( - ) : tidak ditemukan apa-apa. (Indan.E, dr, Bandung 2001).

4. HEMATOLOGI
a. Pemeriksaan Darah Rutin
Metode
Prinsip

: Automatik.

:Darah EDTA di periksa dengan alat automatik dimana pemeriksaan yang meliputi didalamnya
yaitu jumlah Eritrosit, jumlah Leukosit, Hemoglobin, Hematokrit, jumlah Trombosit, Mean
Corpuscular Volume, Mean Corpuscular Hemoglobin, Mean Corpuscular Hemoglobin
Consentration dan hasilnya akan keluar dalam bentuk print out.

Tujuan

: Untuk mengetahui kelainan sel-sel darah pada penderita.

Alat

1. ABX Micros 60.


2. Botol/ tabung reaksi.
Bahan

1. Darah EDTA.
2. Reagen:R1(15 liter) :sodium sulfate anhydrous 9,79 / L,sodium clorida 4,0 g/L.
3. Reagen :R2(300 ml):ammonium salts 19 26 g/L, bolassin cyanida0,15 1,09 g/L,solubility
agent.
Cara Kerja

1. Menyalakan alat hematologi.


2. Menekan tombol start up sehingga dengan sendirinya didapat nilai normalnya.
3. Memasukkan ID pasien.
4. Menunggu hingga jarum alat keluar tempat masuknya darah.

5. Membolak balik tabung darah sebelum dimasukan kedalam jarum alat, kemudian membiarkan
alat membaca sendiri.
6. Memasukkan kertas kedalam print tempat keluarnya hasil.
7. Hasil akan terbaca melalui print out.

Nilai normal masing-masing jenis pemeriksaan :

WBC = 3,5-10,0 x 103/mm3

RBC = 3,80-5,80 x 106/mm3

HGB = 11,0-16,5 g/dl

HCT = 35,0-50,0 %

PLT = 150-390/mm3

PCT

MCV = 80-97 fl

MCH = 26,5-33,5 pg

MCHC = 31,5-35,0 g/dl

RDW = 10,0-15,0%

MPV

PDW = 10,0-18,0%

LYM

= 17,0-48,0%

MON

= 4,0-10,0 %

= .100-.500 %

= 6,5-11,0 fl

GRA

= 43,0-76,0%

LYM

= 1,2-3,2 x /mm3

MON

= 0,3-0,8 x /mm3

GRA

= 1,2-6,8 x / mm3

(Sacher.R, 2004).
b. LED
Metode
Prinsip

:Westergreen

: Darah dengan antikoagulan EDTA dimasukkan ke dalam tabung dan dipipet kemudian
diletakkan vertical akan mengakibatkan pengendapan eritrosit dengan kecepatan tertentu.

Tujuan
Alat

:untuk mengontrol perjalanan dari penyakit seseorang serta menguatkan diagnose dokter.
:
1. Tabung Westergren.
2. Karet pengisap .
3. Spoit.
4. Botol darah/vacutainer.
5. Karet pembendung .
6. Standar LED.
Bahan

1. Darah EDTA.
Cara Kerja

1. Darah EDTA yang telah homogen dihisap dengan mengunakan pipet westergren sampai pada
tanda 0.
2. Meletakan pipet tersebut pada standar LED dan dibiarkan tegak lurus selama satu jam.
3. Melakukan pembacaan.
Nilai normal : laki-laki : 0 - 10mm/jam
Wanita : 0 - 20mm/jam. (Brahmana. K, Medan 1982).
c. Masa Pembekuan (Clotting Time)
Metode
Prinsip

: Tabung

:darah pertama kali mengalir kedalam spoit dihitung waktunya sampai darah membeku dalam
tabung.

Alat

:
1. Tabung reaksi 3 buah.
2. Stop watch.
3. Spoit.
4. Kapas alkohol.
5. Tourniquet.
Bahan

1. Darah.
2. Kapas alkohol.
Cara kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan.


2. Mengambil darah vena.

3. Menjalankan stop watch pada saat darah pertama kali mengalir ke dalam spoit.
4. Memasukan darah kedalam tabung yang telah disiapkan.
5. Setiap 30 detik tabung dimiringkan untuk melihat apakah darah sudah membeku.
6. Melakukan kegiatan yang sama sampai pada tabung ketiga.
7. Mencatat waktu pembekuan dan melaporkan hasilnya.
Nilai normal

: 4 - 10 menit. (Brahmana. K, Medan 1982)

d. Masa Perdarahan (Bleeding Time).


Meetode
Prinsip

: Duke

:dibuat perlukaan standar pada permukaan luar lengan bawah, lamanya perdarahan diukur
dengan stop watch.

Alat

:
1. Lancet.
2. Kertas saring.
3. Tensi meter.
4. Stop wacth.
Bahan

1. Darah.
2. Kapas alkohol.
Cara kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan.


2. Memasang tensi meter pada lengan yang akan ditusuk.
3. Memompa tensi sampai pada tekanan 40 mmHg.

4. Menusuk lengan bawah siku dengan jarak 3 jari dengan menggunakan lancet.
5. Menjalankan stop wacth pada saat darah keluar pertama kali.
6. Darah di hisap dengan kertas saring setiap 30 detik.
7. Mencatat hasil dan melakukan pelaporan hasil.
Nilai normal

: 1 - 3 menit. (Brahmana. K, Medan 1982).

5. URINALISIS
a. Sedimen urin
Metode

: Mikroskopis

Dasar Prinsip : Pemeriksaan sedimen urin termasuk pemeriksaan rutin, urin yang dipakai untuk itu ialah urin
yang dikumpulkan dengan pengawet, sebaiknya formalin. Yang paling baik untuk pemeriksaan
sediment ialah urin pekat. Urin pekat lebih mudah didapat bila memakai urin pagi sebagai bahan
pemeriksaan.
Tujuan

: Untuk mengetahui bentuk- bentuk sedimen dan menguatkan diagnose dokter.


Cara kerja

1. Mengocok botol urin supaya sedimen bercampur dengan cairan atas.


b.

Jika urin itu mengandung banyak sekali sedimen fosfat dalam lingkungan lindi, urin tersebut
boleh diberikan sedikit asam asetat encer untuk melarutkan sebagian fosfat.

c.

Jika terdapat terlalu banyak sedimen urin dalam lingkungan asam, urin boleh dipanasi sedikit
agar sebagian urat melarut.

2.

Memasukkan 7 8 ml dari urin yang sudah disebarsamakan itu kedalam tabung sentrifuge dan
dipusingkan selama 5 menit pada 1500 2000 rpm.

3.

Menuangkan cairan atas keluar dari tabung dengan satu gerakan yang agak cepat tetapi luwes,
kemudian tabung ditagakan lagi sehingga cairan yang masih melekat pada dinding mengalir
kembali ke dasar tabung. Volume sedimen dan cairan menjadi kira kira 1/2ml.

4.

Mengocok tabung untuk meresuspensikan sedimen.

5.

Menuangkan sedimen urine ke permukaan objek glass kemudian ditutupi dengan dek glass.

6.

Menggunakan mikroskop dengan lensa objektif 10x untuk periksa sedimen. Kemudian
dilanjutkan dengan lensa objektif 40x.

7.

Mencatat hasil yang ditemukan. (Ganda soebrata. R, Jakarta, 2006).

b. Urin rutin
Metode
Prinsip

: carik celup

:urine analyzer mengevaluasi carik celup dengan cara reflectance photometry menggunakan
light-emithing diodes pada panjang gelombang daan waktu pengukuran yang dibuat. Secara tepat
untuk reaksi kimia dan perubahan warna dari bantalan pemeriksaan yang diamati. Dalam
perhitungan hasil, pengaruh warna urin dikoreksi dengan mengukur bidang blanko pada carik
celup (compensation field).

Tujuan

: untuk menguatkan diagnosa dokter.

Alat

:
1. strip
2. botol penampung urine
Bahan

1. urine sewaktu
Cara kerja
1.

Memasukan urin kedalam tabung.

2.

Mencelupkan strip kedalam urine selama lima detik.

3.

Membaca strip pada pembanding dalam waktu tidak lebih dari lima menit.

4.

Mencatat hasil tiap parameter pada strip.

Nilai normal

:
NO

HASIL

Bld

(Negatif)

Bil

(Negatif)

Urd

Ket

(Negatif)

Pro

(Negatif)

Nit

(Negatif)

Glu

Negatif)

P.H

6.0

S.G

1.025

10

Leu

(Negatif)

11

Vtc

(Negatif)

-+

(Normal)

(http://www.erickomppen.web.id/2009/02/07/metode-pemeriksaan-urine.html)
6. PARASITOLOGI
a. Pemeriksaan malaria (DDR)

Metode

: pulasan Giemsa.

Tujuan

:menemukan dan mengidentifikasi parasit penyebab malaria dalam sediaan daarah tepi.

Prinsip

:memisahkan hemoglobin dalam sel darah merah sehingga adanya parasit di dalam sel darah
merah dapat dilihat.

Alat

:
1. Autoklik.
2. Lancet
3. Objek glass
4. Bak pengecatan.
Bahan

1. Darah kapiler.
2. Aquadest
3. Larutan giemsa
4. Kapas alcohol 70 %
5. Methanol.
Cara kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan.


2. Medesinfeksi jari yang akan ditusuk.
3. Tetesan darah pertama di bersihkan dengan kapas kering, selanjutnya tetesan darah berikutnnya
diteteskan pada objek glass (2 l untuk sel darah tipis dan 6 l untuk sel darah tebal.
4. Sel darah tipis

meletakkan objek glass lain pada darah sampai darah menyebar, kemudian

digeser dengan sudut 450 .

5. Sel darah tebal

dengan menggunakan objek glass yang lain dibuat homogen dengan

gerakan memutar dari arah luar kedalam membentuk bulatan dengan diameter 1 cm.
6. Sediaan dikeringkan dengan menggunakan kipas elektrik.
7. Sel darah tipis yang telah kering difiksasi dengan methanol.
8. Meneteskan larutan Giemsa 10 % pada sediaan dan dibiarkan selama 30-45 menit.
9. Membilas sediaan dengan air.
10. Melakukan pengamatan dengan mikroskop perbesaran 100 X.
Pelaporan

1. Tidak ditemukan parasit malaria.


2. Ditemukan parasit malaria (spesies, stadium, dan jumlah parasit malaria). (Ganda soebrata. R,
Jakarta, 2006).
7. KIMIA KLINIK
a. Pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS)
Tujuan
Prinsip

:untuk mengetahui kadar gula dalam darah.

:proses mempertahankan kadar gula yang stabil di dalam darah merupakan salah satu
mekanisme homeostatis yang diatur paling halus dan juga menjadi salah satu mekanisme hati,
jaringan ekstrahepatik serta beberapa hormone.
Alat

1. Autoklik
2. Lancet
3. Test gula darah digital
4. Strip gula.

Bahan

1. Darah kapiler
2. Kapas alkohol 70 %
3. Kapas kering.
Cara kerja

1. Medesinfeksi jari yang akan ditusuk.


2. Tetesan darah pertama dilap dengan kapas kering.
3. Memasukkan strip gula pada alat test gula.
4. Meneteskan darah yang keluar pada strip gula.
5. Membaca hasil. (http://ripanimusyafaalab.blogspot.com/GDS-prinsip.html)
b. Pemeriksaan GOT/ASAT/AST
Metode

: rekomendasi IFCC

prinsip

: 2-oxoglutarat + l-aspartate
oxaloacetat + NaOH + H +

Alat

1. rak tabung
2. centrifuge
3. klinipet 10l dan 100l dan tips klinipet
4. fotometer 5010

l- glutamat + oxaloasetat
l-malate + nad.

Bahan :
1. reagen enzim GOT
2. serum.
Cara kerja

:
SAMPEL
100 l

STANDAR

SAMPEL
STANDAR
100 l
REAGEN
1000 l
1000 l
Dicampur dan di inkubasi pada suhu 37oc selam 1 menit.
Membaca pada ERBA CHEM 5 PLUS
Nilai normal

1. pria

: < 38 u/l.

2. wanita

: > 32 u/l.

(http://pbasaai.wordpress.com/2009/05/29/pemeriksaan-kimia-klinik/)

c. Pemeriksaan GPT/ALAT/ALT
Metode

: Rekomendasi IFCC

prinsip

: 2-oxoglutarat + l- alanin

l-glutamat + piruvat

REAGEN

1000 l

piruvat + NaOH + H +
Alat

l-ictate + nad

1. Tabung reaksi/tabung sentrifuge


2. centrifuge
3. klinipet 10l dan 100l dan tips klinipet
4. fotometer 5010
Bahan

1. reagen enzim dan gpt


2. serum
Cara kerja

SAMPEL
STANDAR
SAMPEL
100 l
STANDAR
100 l
REAGEN
1000 l
1000 l
Dicampur dan di inkubasi pada suhu 37oc selama 1 menit
Membaca pada ERBA CHEM 5 PLUS
Nilai normal

1. pria

: > 41 u/l

2. wanita

: < 31 u/l.

(http://pbasaai.wordpress.com/2009/05/29/pemeriksaan-kimia-klinik/)
d. Pemeriksaan Creatinin

REAGEN

1000 l

Metode
Prinsip

: Colorimetri Tampa Deprotenisasi

: kreatinin dalam suatu alkali bereaksi dengan pikrit membentuk suatu


Reaksi

: creatinin + asam pikrat komleks creatinin pikrat

Alat

kompleks berwarna.

1. Fotometer 5010
2. Tabung reaksi
3. centrifuge
4. Rak tabung
5. Klini pet dan tip

Bahan

1. serum
2. Reagen standar
3. reagen 1 (pikrat)
4. reagen 2 (pikrat)
Persiapan reagen :
1. Mengencerkan NaOH dengan aquades dengan perbandingan

1 : 7 kemudian di simpan dalam

botol plastik.
2. Mencampur pikrat dengan NaOH dengan perbandingan

1 : 1sebagai larutan kerja.

Cara kerja :
SAMPEL
100 l

STANDAR

SAMPEL
STANDAR
100 l
REAGEN
1000 l
1000 l
Dicampur setelah 1 menit di baca pada alat ERBA CHEM 5 PLUS

Nilai normal

REAGEN

1000 l

1. wanita

: < 1,3 mg/dl

2. pria

: > 1,1 mg/dl

(http://pbasaai.wordpress.com/2009/05/29/pemeriksaan-kimia-klinik/).
e. Pemeriksaan Cholestrol
Metode
Prinsip

: CHOD-PAP

:Chlesterol diukur setelah di hidrolisa enzymatic Dan oksidasi.indikator quinoneimine dibentuk


dari hidrogen peroksidase dan 4-aminophenazone dalam phenol dan peroksidase
Reaksi

: Cholesterolester + H2O
Cholesterol O2

CHO

1. Klini Pet 10 l, 100 l , 1000 l


2. Tabung Reaksi

Cholesterol + Asam Lemak

Cholestene -3-one + H2O2

2H2O2 + - Aminophenazone
Alat

CHE

POD

Phenol Quinoneimine + 4 H2O

3. Rak Tabung
4. Fotometer 5010
5. Tips klinipet
Bahan

1. Reagen presipital
2. Standar cholestrol
3. Reagen cholestrol
4. Serum/plasma
Cara Kerja

:
SAMPEL
10 l

STANDAR

REAGEN

SAMPEL
STANDAR
10 l
REAGEN
1000 l
1000 l
1000 l
o
Dicampur dan di inkubasi 10 Menit Pada Suhu 20-25 C Atau 5 Menit Pada 30oc. Mengukur
absorbance sampel atau standar terhadap blangko reagen (AA) Dalam 60 Menit.
Nilai Normal

: < 200 mg/dl

(http://pbasaai.wordpress.com/2009/05/29/pemeriksaan-kimia-klinik/)

f. Pemeriksaan Trigliserida
Metode

: GPO-PAP

Prinsip

:Trigliserida di ukur setelah hidrolisa enzimati dengan lipase . Indicator quinoneimine di bentuk
dari hidrogen peroksida ,4 aminoantypirine dan 4- choloropheno di bawah pengaruh katalisa
peroksida .
Reaksi

: Trigliserida
GK

LIPASE

Glyserol + Fatty Acid Glyserol + ATP

glycerol -3-Phospate + Adp Gliserol + 4- Aminoanty

gypeo

+ O2 Dihidroxiacetone Pospate + H2O2 + 4- Aminoantypiryne PDO


HCL + H2O + 4-Cholophenol
Alat

1. Klinipet 10 l Dan 1000 l


2. Tips klinipet
3. Tabung reaksi
4. rak tabung
5. Kertas tissue
6. Fotometer 5010

Bahan

1. Reagen triglyserida
2. Reagen standar triglyserida

Quinoneimine +

3. Serum
Cara kerja

:
SAMPEL
10 l

1.

STANDAR

REAGEN

SAMPEL
STANDAR
10 l
REAGEN
1000 l
1000 l
1000 l
Dihomogenkan ,kemudian diinkubasi Selama 10 Menit Pada Suhu 20 25 OC Atau 5 Menit Pada
Temperatur 37OC .

2.

Membaca Pada RD-60


Nilai Normal : < 200 mg/d
(http://pbasaai.wordpress.com/2009/05/29/pemeriksaan-kimia-klinik/)

g. Ureum
Metode
Prinsip

:Enzimatik colorimetrik

:Urea dihidrolisis dengan adanya air dan ureasu membentuk ammoniak dan karbondioksida,
pada metode ini dimodifikasi bartheolin, amoniak dan bereaksi hipoklorit dan salisilat membentk
zat berwarna hijau.

Alat

:
2. Klinipet 10 l Dan 1000 l
3. Tips klinipet
4. Tabung reaksi
5. rak tabung
6. Kertas tisu

7. Fotometer 5010
Bahan

1. Reagen ureum
2. Reagen standar ureum
3. Serum
Cara kerja

SAMPEL
STANDAR
REAGEN

SAMPEL
10 l
1000 l

STANDAR

REAGEN

10l
1000 l

1000 l

1. Blanko aquabidest
2. Sampel dan reagen dicampur dan langsung dibaca.
Nilai normal

Laki-laki

: 0,7 - 1,3 mg/dl

Wanita

: 0,6 - 1,1 mg/dl

(http://pbasaai.wordpress.com/2009/05/29/pemeriksaan-kimia-klinik/).
h. Alkali Phosphatase
Metode

: phenolphthalein monophosphate

Prinsip

:serum alkaline phosphatase menghidrolisis substrat monophospatase fenolftalein jernih


sehingga menimbulkan asam fosfat dan fenolftalein yang, pada nilai pH basa, berubah menjadi
warna pink yang bisa photometrically ditentukan.

Alat

:
a. Klinipet 20 l Dan 1000 l
b. Tips klinipet
c. Tabung reaksi
d. rak tabung
e. Kertas tisu
f. Photometer 5010
Bahan

a. Reagen alkali phosphatase


b. Reagen standar alkali phosphatase
c. Serum
Cara kerja

SAMPEL
STANDAR
REAGEN
1. Blanko aquabidest

SAMPEL
20 l
1000 l

STANDAR

REAGEN

20l
1000 l

1000 l

2. Sampel dan reagen dicampur kemudian didiamkan selama 3-5 menit, kemudian melakukan
pembacaan.
Nilai normal

Laki laki

: 0 270 U/L

Wanita

: 0 240 U/L

(http://pbasaai.wordpress.com/2009/05/29/pemeriksaan-kimia-klinik/).

i. Gamma-GT
Metode
Prinsip

: method of szasz, modified

: Ly glutamil-3-karboksihemoglobin-p-nitroanilide-glycyl-glisin gamma-GT: Ly glutamilglycyl-glisin +5- amino-2-nitrobenzoate

Alat

:
1. Klinipet 100 l Dan 1000 l
2. Tips klinipet
3. Tabung reaksi
4. rak tabung
5. Kertas tissue

6. Photometer 5010
Bahan

1. Reagen alkali phosphatase


2. Serum
Cara kerja

SAMPEL
REAGEN

SAMPEL
100 l
1000 l

REAGEN
1000 l

1. Blanko aquabidest
2. Sampel dan reagen dicampur kemudian didiamkan selama 3-5 menit, kemudian melakukan
pembacaan.
Nilai normal

: 0,5- 2 u/l

(http://pbasaai.wordpress.com/2009/05/29/pemeriksaan-kimia-klinik/)
j. Albumin
Metode

: bromcresol green

Prinsip

:pada nilai pH tertentu, albumin secara khusus gabungan yang photometrically diukur.

Alat

:
1. Klinipet 10 , 500 Dan 1000
2. Tips klinipet
3. Tabung reaksi
4. rak tabung

5. Kertas tisu
6. Photometer 5010.
Bahan

1. Reagen albumin dan Reagen standar albumin.


2. Serum
Cara kerja

:
SAMPEL
SAMPEL

REAGEN

10 l

STANDAR
REAGEN

STANDAR

10l
2500 l

2500 l

2500 l

Sampel dicampur dan dibiarkan selama lima menit kemudian melakukan pembacaan.
Nilai normal

: 3,5-5 u/l

(http://pbasaai.wordpress.com/2009/05/29/pemeriksaan-kimia-klinik/)
k. Uric acid
Metode

:trinder

Prinsip

: uric acid +H2O+O2

uricase

allantoin+CO2+H2O2

2 H2O2+4-aminoantipyrine +3,5-Dichloro-2hydroxy-sulphonate
derivative + 4 H2O.

POD

coloured quinonic

Cara kerja

:
SAMPEL
SAMPEL

STANDAR

REAGEN

20 l

STANDAR

20 l

REAGEN
1000 l
1000 l
1000 l
Dicampur kemudian dibiarkan selama lima menit kemudian melakukan pembacaan.
Nilai normal

: Laki laki

Perempuan

: 3,4 7,0 mg /dl

: 2,5 6,0 mg /dl

(http://pbasaai.wordpress.com/2009/05/29/pemeriksaan-kimia-klinik/)

BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pelaksanaan praktek klinik II pada rumah sakit Dr.Tadjuddin Chalid, ada beberapa
metode pelaksanaan praktek yang kami terapkan di rumah sakit yang telah kami dapatkan di
kampus. Namun dari kesemuanya itu, ada beberapa macam pelaksanaan praktek yang kami

dapatkan berbeda metodenya dengan praktek yang kami dapatkan di kampus. Sementara itu pula,
keterampilan yang kami dapatkan dikampus lebih mengutamakan ketepatan sedangkan di rumah
sakit lebih mengutamakan ketepatan, ketelitian, dan kecepatan.
Adapun perbedaan yang lebih dominan yang kami dapatkan di rumah sakit yakni pada
pemeriksaan BTA sputum dimana zat peluntur zat warna utama adalah asam asetat, sedangkan
dikampus digunakan HCl alcohol. Perbedaan yang lebih menonjol juga yakni peralatan yang
digunakan pada pemeriksaan hematologi di kampus menggunakan metode manual sedangkan di
rumah sakit secara otomatis.
Sedangkan pemeriksaan yang belum pernah didapatkan di kampus adalah pemeriksaan
KOH (jamur), dimana sampel yang digunakan adalah kerokan kulit,rambut dan kuku kemudian
dicampur dengan larutan KOH (satu tetes). Setelah itu sampel tersebut ditutupi dengan dek glass,
selanjutnya diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x. Adapun tujuan dari
pemeriksaan KOH ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis jamur yang menyebabkan
gangguan/penyakit kulit. Jenis jamur yang dapat ditemukan adalah bentuk Hifa (batang) dan
Spora (bulat). Sementara jenis pemeriksaan yang lain yang kami dapatkan adalah pemeriksaan
Kusta. Adapun bakteri yang menyebabkan penyakit kusta adalah Micobacterium Leprae yang
merupakan salah satu jenis bakteri tahan asam, dimana letak untuk memperoleh sampel dapat
diambil pada bagian cuping telinga kanan, cuping telinga kiri, siku kanan, siku kiri, lutut kanan,
dan lutut kiri. Selanjutnya sampel tersebut di warnai seperti hal nya pewarnaan BTA Sputum
metode Ziehl Nellsen.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan-kegiatan secara rutin yang di lakukan di instalasi Laboratorium rumah sakit
Dr.Tadjuddin Chalid adalah pemeriksaan sampel baik di bidang hematologi maupun di bidang
kimia dan imunologi.
Dalam melaksanakan kegiatan rumah sakit Dr. Tadjuddin Chalid melayani pemeriksaan
pasien rawat jalan dan rawat inap baik pasien umum maupun pasien Kusta. Kegiatan di rumah
sakit Dr. Tadjuddin Chalid juga tidak lepas dari administrasi umum yang melakukan pencatatan
dan pelaporan hasil pemeriksaan .
Keberadaan laboratorium di rumah sakit Dr. Tadjuddin Chalid sangat penting sekali tidak
hanya berfungsi dari segi penunjang medis yang membantu dari segi diagnosa suatu penyakit,
tetapi juga sebagai salah satu profil center yang sangat membantu rumah sakit dalam

melaksanakan program-programnya sebagai tempat pelayanan kesehatan karena itu kegiatan


laboratorium dapat sangat berpengaruh penting terhadap kualitas rumah sakit itu sendiri.
B.

Saran

1. Semoga staf rumah sakit khususnya bagi staf pegawai laboratorium agar tetap mempertahankan
kerja sama yang ada dengan staf-staf yang lain dalam menjalankan pekerjaan yang dilaksanakan.
2. Semoga kerja sama yang sudah terjalin antara pihak kampus dengan pihak rumah sakit dapat
dilanjutkan ditahun-tahun berikutnya.
3. Semoga pihak rumah sakit tidak bosan dalam membantu para mahasiswa yang sedang
melaksanakan praktek di rumah sakit.
4. Diharap kepada pihak kampus agar pelaksanaan Praktek klinik selanjutnya dan kedepannya bisa
lebih di percepat dimana pengetahuan bisa lebih mendalam.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Anonym data-data instalasi laboratorium Rumah Sakit Tadjuddin Chalid.

2.

Gandasoebrata R, penuntun laboratorium klinik, Jakarta, Dian Rakyat, 2006.

3.

Brahmana K, Hematologi dan Tata kerja Laboratorium Sekolah Menengah Analis Kesehatan,
Medan 1982.

4.

Gandahusada, Srisasi, Herry D. Ilahude dan Wita Pribadi. Parasitologi Kedokteran, Edisi
Kedua, Indonesia:FKUI, 1992.

5.

Sacher, Ronald A, 2004, tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium, penerbit buku
kedokteran, EGC,Jakarta.

6.

Indan Entjang, dr, mikrobiologi dan parasitologi, citra aditya bakti,Bandung 2001.

7.

http://ripanimusyafaalab.blogspot.com/GDS-prinsip.html.

8.

http://pbasaai.wordpress.com/2009/05/29/pemeriksaan-kimia-klinik/.

9.

http://www.erickomppen.web.id/2009/02/07/metode-pemeriksaan-urine.html

10. http://www.sodiycxacun.web.id/2010/02/metode-pemeriksaan-demam-typhoid.html.

DAFTAR LAMPIRAN
A. Nama-Nama Mahasiswa yang Praktek

1. La Ode Muhamat Irlan Kameri

(09 3145 453 026)

2. Ilham Syam

(09 3145 453 020)

3. Nurinsani

(09 3145 453 037)

4. Rusna Mansyur. U

(09 3145 453 045)

5. Syarmina Abu

(09 3145 453 050)

Anda mungkin juga menyukai