PENDAHULUAN
Kutil kelamin merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang paling sering
ditemukan di seluruh dunia1-5 terutama pada dewasa muda yang aktif secara
seksual.2,3,6 Sebagian besar kasus KK yaitu sebesar 95%7,8 disebabkan oleh human
papilloma virus (HPV),3,9,10 genotipe 6 atau 11.2 Kondiloma akuminata (KA)
merupakan salah satu bentuk klinis kutil kelamin yang klasik serta paling sering
ditemukan.5 Kasus baru kutil kelamin di Inggris pada tahun 1998 dilaporkan
sebanyak 111.000 kasus, sedangkan di Amerika Serikat berkisar sebanyak 20 juta
kasus, dan sebanyak 1 juta tiap tahunnya. Kasus kutil kelamin diperkirakan berkisar
sebanyak 32 juta di seluruh dunia.2 KK masih merupakan masalah kesehatan di dunia,
karena kejadian KK terus meningkat sejak pertengahan tahun 60-an,8 beberapa tipe
antara lain 16 dan 18 dapat menyebabkan keganasan, 11 terapi KK belum ada yang
memuaskan,3,12 rekurensi KK cukup tinggi,3 serta memberikan dampak psikologis
bagi pasien.13 Terapi kutil kelamin bertujuan untuk menghilangkan kutil yang
tampak,12,14 dengan merusak sel-sel yang yang terinfeksi HPV.4
Terapi kutil kelamin dapat dilakukan oleh dokter atau pasien. Terapi yang
dapat dilakukan oleh pasien antara lain melalui obat topikal seperti golongan
podofiloks, atau 5-fluorourasil (5-FU). 5-FU merupakan antimetabolit pirimidin yang
terfluorinasi dengan mekanisme kerja menghambat sintesis DNA.12 Pada berbagai
penelitian tentang terapi KK, obat ini banyak digunakan.2,11
Berdasarkan data kelompok studi IMS tahun 2007-2011, KK merupakan
kasus IMS terbanyak di 6 dari 12 rumah sakit (RS) pendidikan. Berdasarkan data
rawat jalan di divisi IMS Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin (IKKK) RS.
Dr. Hasan Sadikin Bandung (RSHS) dari bulan Februari 2013 Maret 2014 terdapat
155 kasus kutil kelamin, dan KK tipe kondiloma akuminata sebanyak 136 kasus,
namun baru satu laporan kasus kutil kelamin yang diterapi dengan 5-FU, yaitu pada
kasus ini.
LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki, usia 54 tahun, menikah, pendidikan terakhir SMU, pegawai
swasta, agama protestan, suku Cina, datang ke Poliklinik IKKK RSHS divisi IMS
pada tanggal 14 November 2013 dengan keluhan utama kutil di kemaluan.
Pasien sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak. Pasien pertama kali
melakukan hubungan seksual pada usia 30 tahun dengan istrinya, dan pasien tidak
pernah berhubungan seksual selain dengan istrinya. Hubungan seksual dilakukan
secara kelamin-kelamin dan mulut-kelamin. Pasien tidak pernah menggunakan
kondom, dan pasien tidak disunat. Riwayat keluhan kutil, beruntus atau lepuh berisi
cairan, luka lecet atau borok di kelamin pada istri pasien disangkal. Riwayat adanya
keputihan pada istri pasien diakui, terutama ketika menjelang menstruasi. Keputihan
kadang-kadang banyak, berwarna bening keputihan, cair, dan tidak berbau. Riwayat
berhubungan seksual dengan sesama jenis disangkal.
Riwayat mengonsumsi alkohol diakui, kadang-kadang dan tidak pernah sampai
mabuk. Riwayat menggunakan obat-obatan narkotika suntik maupun pil, mentato
badannya, dan merokok disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan Umum :
Kesadaran : kompos mentis, tampak sakit ringan
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Respirasi : 22 x/menit
Nadi
: 70 x/menit
Suhu
Tinggi badan
: 160 cm
Berat badan : 55 kg
Status gizi
Kepala
: 36,8
Dada
: vesicular breath sound (VBS) kanan=kiri, ronkhi -/-, wheezing -/jantung : bunyi jantung murni reguler
3
Perut
: datar, lembut, hepar dan lien tidak teraba, bisung usus (+) normal
Anggota gerak atas dan bawah : edema -/-, deformitas -/Kelenjar getah bening leher dan ketiak :
Inspeksi : tidak tampak
Palpasi : tidak teraba membesar
Status venereologikus
Inguinal
Pubis
Prepusium dan glans penis : papula (+), tumor (+) ukuran 0,5x0,5x0,3 cm
sampai dengan 6x4x0,5 cm, bentuk menyerupai bunga kol. Eritem (-), edema
(-), papula (+), vesikel (-), erosi (-), ulkus (-)
orifisium uretra eksterna : eritema (-), edema (-), ektropion (-), epispadia (-),
hipospadia (-)
Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan acetowhite dengan larutan asam asetat 5% pada lesi di prepusium,
sulkus koronarius, dan glans penis : positif
RESUME
Seorang laki-laki, usia 54 tahun, menikah, pendidikan terakhir sekolah dasar
(SD), buruh pabrik, agama kristen, suku Betawi, datang ke Poliklinik Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin divisi infeksi menular seksual (IMS) RS. Dr. Hasan Sadikin
(RSHS) Bandung pada tanggal 14 November 2013 dengan keluhan utama kutil pada
kelamin.
Dari anamnesis khusus didapatkan sekitar 3 bulan sebelum berobat timbul
papula pada prepusium bagian ventral yang semakin lama bertambah besar dan
bertambah banyak. Dua bulan kemudian papula membesar menjadi tumor verukosa
yang menyerupai bunga kol, bertambah banyak dan menyebar hingga ke seluruh
prepusium dan glans penis. Keluhan tidak berbau, tidak disertai rasa gatal, nyeri,
namun kadang-kadang berdarah. Pasien kemudian berobat ke RSUD Majalaya, dan
dirujuk ke RSHS. Pasien baru pertama kali menderita penyakit seperti ini. Pasien
menikah dan melakukan coitarche pertama kali pada usia 30 tahun dengan istrinya.
Pasien melakukan hubungan seksual dengan cara genitogenital dan orogenital serta
tidak pernah menggunakan kondom. Pasien tidak disirkumsisi. Faktor risiko pada
pasien dan istrinya (-), riwayat IMS (-), tanda IMS pada istri (-). Pemeriksaan status
generalis tidak ditemukan kelainan. Pada status venereologikus didapatkan pada
prepusium, sulkus koronarius, dan glans penis tampak papula dan tumor ukuran
0,5x0,5x0,3 cm sampai dengan 6x4x0,5 cm dengan permukaan verukosa, pada
inspeksi tampak menyerupai bunga kol, sewarna kulit, pada palpasi teraba kenyal,
tidak nyeri tekan, dan mudah berdarah. Pemeriksaan acetowhite dengan larutan asam
asetat 5% pada lesi di sulkus koronarius, prepusium, glans penis, dan korpus penis (+)
DIAGNOSIS KERJA
-
USUL PEMERIKSAAN
-
Pemeriksaan histopatologis
PENATALAKSANAAN
-
Khusus :
Topikal : Rencana diberikan krim 5-FU 5% dioleskan 1x/hari pada malam hari
pada kutil kelamin.
PROGNOSIS :
Quo ad vitam
: ad bonam
Lesi baru
:-
Status venereologikus :
Pada sulkus koronarius, prepusium, dan glans penis tampak papula berukuran
0,3x0,3x0,1 cm sampai dengan 1,5x1,0,2 cm dengan permukaan sedikit verukosa
menyerupai bunga kol, dan erosi.
Terapi
:
Topikal : - kompres dengan modern wound dressing pada lesi erosi
- krim 5-FU 5% bila luka pascatutul telah kering
: (-)
Lesi baru
: (-)
Terapi
:
Topikal
Diagnosis Akhir
diantaranya adalah riwayat belum dilakukan sirkumsisi, 3,5,12 riwayat hubungan seksual
dengan wanita penjaja seksual (WPS), hubungan seksual pertama kali sebelum usia
21 tahun,3,12 jumlah pasangan seksual, serta jumlah pasangan seksual dari
pasangan,3,5,12 riwayat penggunaan kondom, serta imunosupresi. 3,12 Sirkumsisi dapat
menurunkan risiko transmisi HPV sebesar 35%.12,16 Masa inkubasi HPV cukup
panjang, berkisar 1 hingga 8 bulan, 8,11,16 dengan rata-rata 3 bulan.8 Infeksi dapat
bermanifestasi sebagai infeksi laten, subklinis, dan bergejala.8 Infeksi subklinis dan
infeksi laten paling sering ditemukan setelah pasien terpapar dengan HPV,8 dan dapat
berlangsung dari beberapa bulan hingga 2 tahun.3
Pasien adalah seorang laki-laki berusia 54 tahun, yang aktif secara seksual.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien tidak disirkumsisi. Pasien mengeluhkan
timbul kutil sejak 3 bulan sebelum berobat. Pada pasien tidak didapatkan riwayat
berganti-ganti pasangan termasuk dengan WPS. Pasien hanya melakukan hubungan
seksual dengan istri pasien, dan pertama kali melakukan hubungan seksual ketika
8
pasien menikah dengan istri pasien pada saat usia pasien 30 tahun. Sumber penularan
pada pasien tidak diketahui, namun faktor risiko timbulnya KK pada pasien ini adalah
pasien tidak disirkumsisi.
Morfologi KK dapat dibagi menjadi 4 tipe yaitu bentuk kondiloma akuminata
(cauliflower), papular (dome-shaped), keratotik, dan lesi datar (flat-topped).5,13
Kondiloma akuminata merupakan bentuk kutil kelamin klasik yang paling sering
ditemukan, yaitu kutil eksofitik dengan permukaan yang runcing, ireguler, berfisura, 17
dan memilki warna yang sama dengan kulit. 13 Ukuran kondiloma akuminata
bervariasi, rata-rata memiliki diameter 1-10 mm, 8 dapat soliter maupun multipel,
berkisar antara 5-15 lesi.7,8 Kutil dapat diskret13 maupun bergabung menjadi plak
membentuk lesi menyerupai bunga kol,13,17 yang umum didapatkan pada pasien
diabetes dan imunokompromais.8,13 Pada laki-laki, kutil kelamin dapat ditemukan
pada seluruh bagian penis,5 terutama pada bagian prepusium, glans penis, frenulum,
dan sulkus koronarius.3,13 Pada laki-laki yang tidak disirkumsisi, lesi paling banyak
ditemukan pada daerah prepusium, glans penis, sulkus koronarius, dan frenulum.
Sedangkan pada laki-laki yang disirkumsisi, lesi paling banyak ditemkan pada batang
penis.7,8 Pada wanita, lesi KK paling banyak ditemukan pada fourchette, labia minora,
labia mayora, pubis, klitoris, meatus uretra, perineum, perianal, anus, introitus vagina,
dan ektoserviks.7 KA cenderung tidak berwarna (non pigmented), namun apabila
berwarna, paling sering ditemukan pada daerah kulit yang berpigmen,misalnya labia
mayora, batang penis, pubis, inguinal, perineum, dan anal.8 Warna KK dapat
bervariasi dari merah jambu hingga merah salmon, dan dari putih hingga putih keabuabuan serta keabu-abuan hingga coklat kehitaman.7,8 Gejala yang dapat menyertai
diantaranya adalah gatal, berdarah, dispareunia,1,7,8,11,15 nyeri, rasa terbakar, dan iritasi
bila tergesek-gesek dengan baju dan saat kontak seksual.1,11,15,17,18
Diagnosis kutil kelamin dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.8 Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan antara lain adalah pemeriksaan acetowhite, histopatologis, dan pemeriksaan
PCR.100,12,13,19 Sensitivitas dan spesifisitas acetowhite test rendah, sehingga
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan.3 Hasil positif palsu dapat terjadi pada kondisi
9
mudah dilakukan, murah, efektif, dan tidak menimbulkan efek samping.13 Tujuan
terapi pada KK yang utama adalah alasan estetika, menghilangkan lesi yang tampak
secara klinis,12-14,21 mengurangi transmisi HPV kepada orang lain,21 serta mencegah
autoinokulasi.6 Hingga saat ini belum terdapat terapi yang paling baik bagi kutil
kelamin,3,21 dan diantara terapi tersebut tidak ada yang lebih unggul dibandingkan
yang lainnya.18,21 Pemilihan terapi pada kutil kelamin dipilih berdasarkan ukuran,
lokasi anatomis, morfologi kutil, jumlah lesi, 6,14,18,21 terapi yang lebih disukai oleh
pasien, harga, kenyamanan, efek samping, dan pengalaman tenaga ahli. 14 Terapi yang
diaplikasikan oleh dokter antara lain trichloroacetic acid (TCA), laser CO2,
krioterapi, bedah eksisi, kuretase, dan elektrokauter. Terapi yang dapat diaplikasikan
sendiri oleh pasien antara lain adalah podofilin, podofilotoksin, imunoterapi topikal
ataupun sistemik, dan 5-fluorourasil (5-FU).12 Beberapa pilihan terapi tersebut mahal,
tidak nyaman, dan menimbulkan efek samping yang besar, serta membutuhkan
keahlian khusus dalam pengerjaannya.2 Angka respon kesembuhan terapi-terapi
tersebut berkisar antara 60-90%.14
Terapi topikal 5-FU untuk KK telah digunakan selama bertahun-tahun untuk
lesi di uretra, penis, vagina, dan anal.9 Meskipun 5-FU belum disetujui untuk terapi
KK oleh United States Food and Drug Administration (FDA),2,11 namun obat ini
telah banyak digunakan oleh dokter pada berbagai penelitian, 2,10 dan memiliki
keuntungan karena dapat digunakan sendiri oleh pasien.8 5-FU untuk terapi kutil
kelamin, tersedia dalam bentuk krim, solusio, 2,8 atau intralesional9 dengan konsentrasi
1-5%. Aplikasi 5-FU dapat 1-2 kali sehari, 2,8 atau 3 kali dalam seminggu, 8,10 selama 10
minggu,8 hingga kutil menghilang.8 Wallin22 membandingkan terapi kutil kelamin
mengunakan 5-FU 5% dengan podofilin 25% pada 42 pasien laki-laki dengan kutil
kelamin usia 19-63 tahun (rata-rata usia 24 tahun). Dari penelitian tersebut sebanyak
20 orang pasien yang diterapi 5-FU 5% yang diaplikasikan pada kutil setiap malam
selama dua minggu, didapatkan 10 pasien mengalami regresi total pada kutil yang
diterapi. Botacini dkk. yang dikutip oleh Batista,2 pada penggunaan 5-FU 5% pada 74
pasien dengan kutil kelamin, didapatkan sebanyak 52 pasien sembuh total, 7 pasien
mengalami respon sebagian, dan 5 pasien tidak berespon terhadap terapi. Terapi
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Patel H, Wagner M, Singhal P, Kothari S. Systematic review of the incidence and
prevalence of genital warts. BMC Infect Dis. 2013; 13(39)1-14.
12
2. Batista CS, Atallah AN, Saconato H, da Silva EMK. 5-FU for genital warts in
non-imunocompromised individuals (review). The Cochrane Collaboration.
2010;4:1-16.
3. Golusin Z. Genital warts: new approaches to the treatment. Serbian J Dermatol
and Venereol. 2009;3:107-14.
4. Androphy EJ, Kirnbauer R. Human papilloma virus infections. Dalam: Goldsmith
LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K. penyunting.
Fitzpatricks dermatology in general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw
Hill; 2012. hlm. 2421-33.
5. Winer RL, Koutsky LA. Genital human papillomavirus infection. Dalam: Holmes
KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L, penyunting.
Sexually transmitted diseases. Edisi ke-4. New Yrk: McGraw Hill; 2008,
hlm.489-501.
6. Shama SK, Androphy EJ, Galen WK. Guidelines of care for warts: Human
papillomavirus. J Am Acad Dermatol. 1995;32:98-103.
7. Lacey CJN, Woodhall SC, Wikstrom A, Ross J. 2012 European guideline for the
management of anogenital warts. J Eur Acad Dermatol. 2013;27:e263-70.
8. Thappa DM, Senthilkumar M, Laxmisha C. Anogenital warts-an overview. Indian
J Sex Transm Dis. 2004;25(2):55-66.
9. Pall A, Mahajan BB, Puri KPS, Gupta RR. Therapeutic evaluation of intralesional
5% 5-fluorouracil in condyloma acuminata. J Dermatol. 2004;31:314-25.
10. Dyment PG. Human papillomavirus infection. Adolescent med. 1996;7(1).
11. Yanofsky VR, Patel RV, Goldenberg G. Genital warts. A comprehensive review. J
Clin Aesthet Dermatol. 2012;5(6):25-36.
12. Dupin N. Genital warts. Clin In Dermatol. 2004;22:481-6.
13. Beutner KR, Reitano MV, Richwald GA, Wiley DJ. External genital warts: report
of the American Medical Association Consensus Conference. Clin Infect Dis.
1998;27:796-806.
14. Kodner CM, Nasraty S. Management of genital warts. Am Fam Physicians.
2004;70(12):2335-42.
15. Lopaschuk CC. New approach to managing genital warts. Can Fam Physician.
2013;59:731-6.
16. Juckett G, Adams HH. Human papillomavirus: clinical manifestations and
prevention. Am Fam Physicians. 2010;82(10):1209-14.
13
17. Sonnex C. The clinical features of genital and perigenital human papillomavirus
infection. Dalam Mindel A, penyunting. Genital warts human papillomavirus
infection. Edisi ke-1. London: St Edmundsbury; 1995. hlm. 82-104.
18. Centers for disease control and prevention. Sexually transmitted disease treatment
guidelines, 2010. MMWR. Surveill Summ. 2010;59:(RR-12).
19. Kirnbauer R, Lenz P, Okun MM. Human papillomavirus. Dalam : Bolognia JL,
Jorizzo JL, Rapini RP, penyunting. Dermatology. Edisi ke-2. New York: Mosby
Elsevier, 2008. hlm. 1183-98.
20. Krogh GV, Lacey CJN, Gross G, Barrasso R, Schneider A. European course on
HPV associated pathology: guidelines for primary care physicians for the
diagnosis and management of anogenital warts. Sex Transm Inf. 2000;76:162-8.
21. Roongpisuthipong A, Chalermchockcharoenkit A, Thamkhantho M,
Thanaboonyawat I, Neungton C. Current therapy for condyloma acuminata of the
patients attending female STD unit, Siriraj hospital. J Med Assoc Thai.
2010;93(6):643-6.
22. Wallin J. 5-fluorouracil in the treatment of penile and urethral condyloma
acuminata. Brit J Vener Dis. 1977;53:240-3.
23. Gross G, Krogh GV. Therapy of anogenital HPV-induced lesions. Clin In
Dermatol. 1997;15:457-70.
14