Anda di halaman 1dari 32

BAB I

LAPORAN KASUS

I.1 IDENTITAS PASIEN


Nama

Ny. S

Umur

41 tahun 10 bulan

Jenis Kelamin

Perempuan

Alamat

Demangan Pingil, Magelang

Datang ke Bangsal :

23 Maret 2016

No RM

134747

I.2 ANAMNESIS (23 Maret 2016)


AUTOANAMNESIS (Pasien)
Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RST dengan keluhan demam.
Keluhan Tambahan
Batuk berdahak, sesak nafas, nyeri kepala dan nyeri menelan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan pasien muncul sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit yang
diawali dengan batuk yang berdahak berwarna bening. Batuk pada pasien tidak
disertai dengan darah, semakin memberat ketika melakukan aktifitas fisik dan
membaik bila istirahat. Keluhan demam dan sesak nafas tidak terdapat pada
pasien saat itu.
2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien merasa demam. Demam
dirasakan pasien terus menerus sepanjang hari dengan suhu tubuh lebih tinggi
saat sore dan malam jika dibandingkan dengan pagi dan siang hari. Saat
demam keluhan batuk masih tetap ada, saat demam ini pasien juga mulai
mengeluhkaan nyeri kepala yang menjalar ke belakang mata disertai pegel dan
linu pada tulang dan sendi. Keluhan sesak nafas tidak ada, keluhan nyeri

menelan diakui pasien saat mula timbulnya demam. Keluhan mimisan pada
saat awal demam disangkal pasien. Riwayat berpergian ke tempat endemik
DBD disangkal pasien.
1 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mulai mengeluhkan tidak
enak di perut dan terasa kembung disertai dengan nafsu makan yang berkurang.
Keluhan mual diakui pasien saat itu namun tidak sampai muntah. Keluhan
nyari di ulu hati diakui pasien. Pada saat itu pasien langsung berobat ke dokter
umum dan diberikan obat minum namun tidak ada perubahan. Pasien memih
untuk beristirahat di rumah dan tidak melakukan aktifitas. Keluhan batuk
berdahak, demam, nyeri kepala masih terdapat pada pasien. Keluhan adanya
ruam di kulit disangkal pasien.
1 hari sebelum masuk rumah sakit keluhan pasien tidak kunjung
membaik, pasien masih mengeluhkan batuk, demam masih ada, nyeri kepala
masih ada dan hilang timbul, perut kembung disertai nafsu makan yang
berkurang masih ada pada pasien, namun nyeri tenggorokan sudah mulai
berkurang. Keluhan mimisan, gusi berdarah dan adanya ruam disangkal pasien.
Baung air besar dan buang air kecil pada pasien diakui normal selama 2
minggu timbulnya gejala demam ini.
1 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien mengelukan agak sesak namun
demam tidak mereda juga dan batuk semakin berat dirasakan pasien. Keluhan
nyeri dada pada saat itu disangkal pasien. Pada saat itu keluarga pasien
membawa pasien ke IGD RST dr. Soedjono.
Riwayat Penyakit Dahulu
Dahulu pasien pernah beberapa kali menderita penyakit demam seperti
ini pada tahun 2005 dan di diagnosis sebagai tifoid namun pada saat itu pasien
hanya rawat jalan saja. Pada tahun 2012 pasien pernah juga menderita demam
seperti saat ini dan di diagnosa sebagai DBD dan di rawat pada saat itu.
Pasien tidak mempunyai riwayat kencing manis dan darah tinggi.
Riwayat asma dan bronkitis disangkal pasien. Riwayat makan obat selama 6
bulan atau lebih disangkal pasien. Riwayat penyakit jantung disangkal pasien.
Pasien juga tidak memiliki riwayat alergi.

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien yang tinggal serumah tidak ada yang menderita penyakit
demam dan batuk seperti ini. Keluarga yang tinggal satu rumah tidak ada yang
sedang menderita penyakit tifoid ataupun demam berdarah. Riwayat penyakit
asma di keluarga disangkal pasien. Riwayat kencing manis dan darah tinggi di
keluarga diakui pasien.
Riwayat Sosial dan Ekonomi
Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk, namun higienitas
lingkungan rumah diakui baik oleh pasien. Pasien tinggal bersama suami dan
kedua orang anaknya dengan rumah yang luasnya 70 m. Rumah tersebut dihuni
oleh 4 jiwa. Pencahayaan rumah diakui baik oleh pasien. Di rumah tidak ada
air tergenang, karena kesadaran pasien akan penyakit DBD oleh karena itu
pasien selalu menguras bak mandi dan mencegah timbulnya air yang
tergenang.
Di lingkungan rumah pasien ada beberapa warga yang sedang menderita
penyakit DBD.
Riwayat Pengobatan
Sebelumnya pasien sudah berobat ke dokter umum dan di beri obat,
namun tidak ada perubahan.
I.3 PEMERIKSAAN FISIK (23 Maret 2016)
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
BB
TB
BMI
Tanda vital :
TD : 130/90 mmHg
HR : 89 x/menit

: Sakit Sedang
: ComposMentis
: 60 kg
: 160 cm
: 23,4 (Overweight)
RR
: 24 x/menit
Suhu : 39 C

SaO2: 98%

Kepala:
Bentuk

: Normosefal, rambut warna hitam merata dan rambut tidak


mudah dicabut.

Mata
Wajah
Mulut

: Konjungtiva : Pucat (-) , Sklera: Ikterik (-), Nystagmus(-)


: Simetris, tidak terdapat edem, nafas cuping hidung (-)
: Normoglosia, hiperemis (-), atrofi papil lidah (-), mukosa
kering (-), coated tongue (-), tonsil T1-T1, faring hiperemi (+)

Leher

: Tidak ada pembesaran KGB

Thoraks: Normochest, tidak terdapat luka dan jejas.


Paru:

I: Gerak dinding dada simetris, penggunaan otot bantu pernafasan (-)

P: vocal fremitus simetris kiri dan kanan sama.

P: Sonor +/+ di seluruh lapang paru.

A: Vesikuler normal +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung:

I: Ictus cordis tidak tampak

P: Ictus cordis tidak teraba, thrill (-)

P: Batas jantung kanan di linea parasternal dextra ICS IV, batas jantung kiri
di linea midclavicularis sinistra ICS IV, batas pinggang jantung linea
parasternal sinistra ICS III

A: SI > SII regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen:

I : Datar, spider nevi (-), caput medusa (-)

A: BU (+) normal

P: Nyeri tekan epigastrium (+), hepatomegali (-), splenomegali (-)

P: Timpani (+)

Ekstremitas: edema -/-/-/-, sianosis (-), akral hangat, CRT < 2 detik

1.4 DAFTAR MASALAH


Anamnesis:
1. Demam.
2. Batuk berdahak.
3. Nyeri kepala hingga ke belakang mata.
4

4.
5.
6.
7.

Mual.
Nyeri ulu hati.
Sesak nafas.
Nyeri menelan.

Pemeriksaan Fisik:
8. Suhu tubuh
9. Respiration rate
10. Px mulut
11. Px abdomen

: 39 C
: 24 x/menit
: Faring hiperemi
: Nyeri tekan epigastrium

1.5 DIAGNOSIS BANDING


1.
2.
3.
4.

Observasi febris suspek demam dengue (1,3,4,5,8,11)


Observasi febris suspek demam tifoid (1,3,4,5,8,11)
Bronkitis akut (1,2,6,8,9)
Faringitis (1,7,8,10)

1.6 PLANNING
Diagnosis
1.
2.
3.
4.
5.

Darah lengkap
GDS, Ureum, Kreatinin, SGOT, SGPT
EKG
Rontgent thorax
Widal

Darah Lengkap (diperiksa tanggal 23 Maret 2016)


Parameter
WBC
LYM#
MID#
GRA#
LYM%
MID%
GRA%
RBC
HGB
HCT
MCV

Hasil
7,9 K/uL
0,6 K/uL
0,4 K/uL
6,9 K/uL
8,6%
3,2%
73,8%
4,54%
12,6 g/dl
43,4%
78,8 fl

Normal
3,5
0,5
0,1
1,2
15,0
2,0
50,0
3,50
11,6
35,0
75,0

Batas
10,0
5,0
1,5
8,0
50,0
13,0
80,0
5,50
16,5
45,0
100,0

MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV

27,7 pg
35,2 g/dl
15,4 %
122 K/uL
9,1 fl

25,0
31,0
11,0
150
8,0

35,0
38,0
16,0
400
11,0

Kesan: Tidak terdapat tanda-tanda infeksi sistemik, tampak adanya


trombositopenia namun masih diatas 100. Merupakan gambaran dari
demam dengue
Pemeriksaan GDS, Ureum, Kreatinin, SGOT, SGPT (diperiksa tanggal 23
Maret 2016)
Pemeriksaan
GDS
Urea
Kreatinin
SGOT
SGPT

Hasil
156 mg/dL
25 mg/dL
0,9 mg/dL
14 U/L
12 U/L

Batas
70,00 - 115,0
17,00 - 43,00
0,900 - 1,300
0000 - 37,00
0000 - 41,00

Kesan: Terdapat peningkatan GDS, namun tidak sampai > 200 mg/dL.
Peningkatan hanya 156 mg/dL menandakan toleransi glukosa
terganggu.
Pemeriksaan EKG (diperiksa tanggal 23 Maret 2016)

Intrerpretasi: Sinus rytm, HR 78 x/mnt, normal aksis.


Kesan: Jantung dalam batas normal

Pemeriksaan Foto rontgent thorax AP (diperiksa tanggal 23 Maret 2016)

Interpretasi: Apex paru tenang, paru dalam batas normal, besar COR normal
dan sistema tulang baik
Kesan: Paru dalam batas normal.
Pemeriksaan Widal (diperiksa tanggal 23 Maret 2016)
Typhi O

: Negatif

Paratyphi AO : Negatif
Paratyphi BO : Negatif
Paratyphi CO : (+) 1/160
Typhi H

: (+) 1/160

Paratyphi AH : Negatif
Paratyphi BH : (+) 1/160
Paratyphi CH : Negatif
Kesan: tidak terdapat gambaran infeksi Salmonella typhi atau Salmonella
paratyphi, walaupun kadar serum positif ringan namun tidak menunjang
diagnosis tifoid.

1.7 DIAGNOSIS
Demam dengue.
Faringitis.
Terapi
Farmakologi: 1. Simptomatif : - Salbutamol 2 x 2 mg oral
- Ambroxol 3 x 30 mg oral
- Pamol 3 x 500 mg oral
- Antrain 2 x 500 mg IV
- Methilprednisolon 1 x 125 mg IV
2. Kausatif

: - Zibac 2 x 1 gr

3. Suportif

: - O2 2 LPM dengan kanul nasal


- Infus ringer laktat 20 TPM

Non Farmakologi: Bed rest dan jaga kebersihan badan dan ruangan
Monitoring
1. Rawat inap di bangsal.
2. Keadaan umum, keluhan (demam, nyeri kepala, sesak, batuk, mual) dan
vital sign (Respiration rate dan suhu tubuh)
3. Pemeriksaan lab darah (Platelet dan hematokrit)
4. Perbaikan gejala dan efek samping obat.
Edukasi
1.
2.
3.
4.

Istirahat cukup.
Minum obat teratur dan sesuai perintah.
Makan dan minum yang bergizi dan susai dengan kebutuhan.
Pemantauan gejala klinis dan tanda vital.

1.8 FOLLOW UP
Hari/ Tanggal/ Jam
Hasil Pemeriksaan
Rabu/ 23 Maret 2016/ S: Demam (-), Sesak (-),
07.00 am

Instruksi Dokter
Farmakologi:

Batuk (+), Nyeri

Simtomatif

tenggorokan (+),

Salbutamol 2 x 2

mg oral
Ambroxol 3 x 30

Pusing (+), Pegal di


badan (+)

Makan & Minum


kurang.
Tidur kurang.
O: KU/KS : Sakit sedang

mg oral
Codikaf 3 x 10 mg

oral
Mefinal 3 x 500 mg

oral
Unalium 2 x 5 mg

oral
Methilprednisolon 1

x 125 mg IV
Antrain 2 x 500 mg

/ Compos mentis
VS : TD : 105/60 mmHg
N : 91 x/menit

IV

RR: 22 x/menit
S : 36,3 C
Kepala : Normochepal

Mata

-/Hidung : Sekret -/Mulut :Mukosa

: CA -/- SI

normal
Tonsil T1-T1,
Faring hiperemis

(+)
Uvula ditengah
Leher : KGB
membesar ()

Kausatif:

Suportif:

penggunaan otot bantu

O2 2 LPM (NK)
RL 20 TPM

Non Farmakologi:

Bed rest
Jaga kebersihan

Monitoring:

Keadaan umum dan

TTV
Makan dan minum
Efek samping obat

Thorax: Simetris, statis


& dinamis, retraksi (-),

Zibac 2 x 1g

napas (-)
Pulmo : Vesikuler
normal, Ronkhi -/-,
Wheezing -/Cor : BJ III regular,
murmur (-),
gallop (-)
10

Abdomen:

BU

(+)

normal, NT epigastrium
(+),

Hepatomegali

(-),

splenomegali (-)
Ekstremitas

akral

hangat
Edema (-/-), CRT < 2
detik
A: Demam dengue
Faringitis
Kamis/ 24 Maret 2016/ S: Demam (-) Batuk (+),
07.00 am

Farmakologi:

Sesak (-), Pusing (-)

Simtomatif

Nyeri tenggorokan (-)

Salbutamol 2 x 2

mg oral
Ambroxol 3 x 30

mg oral
Codikaf 3 x 10 mg

oral
Mefinal 3 x 500 mg

oral
Unalium 2 x 5 mg

oral
Methilprednisolon 1

x 125 mg IV
Antrain 2 x 500 mg

Pegal di badan (+)


BAB & BAK (N),
Makan & Minum (N)
Tidur cukup
O: KU/KS : Sakit ringan
/ Compos mentis
VS : TD : 100/60 mmHg
N : 84 x/menit
RR: 20 x/menit

IV

S : 36 C
Kepala : Normochepal

Mata

SI -/Hidung : Sekret
-/-

: CA -/-

Kausatif:

Lapixime 2 x 1g

Suportif:

11

Mulut :Mukosa
normal
Tonsil T1-T1,

RL 20 TPM

Non Farmakologi:

Faring

hiperemi(-)
Uvula ditengah
Leher : KGB

Bed rest
Jaga kebersihan

Monitoring:

membesar ()
Thorax: Simetris, statis
& dinamis, retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)

Keadaan umum dan

TTV
Makan dan minum
Efek samping obat

Saran:

Pulmo : Vesikuler

normal, Ronkhi -/-,

Lakukan
pemeriksaan darah

Wheezing -/-

lengap dan IgM &

Cor : BJ III regular,

IgG anti dengue

murmur (-),
gallop (-)
Abdomen:
normal,

BU

(+)

NT

(-),

hepatomegali

(-),

splenomegali (-)
Ekstremitas

akral

hangat
Edema (-/-), CRT < 2
detik
A: Demam dengue
Darah lengkap (diperiksa tanggal 24 Maret 2015)

12

Parameter
WBC
LYM#
MID#
GRA#
LYM%
MID%
GRA%
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV

Hasil
7,7 K/uL
0,7 K/uL
0,5 K/uL
7,0 K/uL
8,6%
3,0%
73,8%
4,00%
12,0 g/dl
39,5%
75,0 fl
26,0 pg
32,0 g/dl
15,4 %
133 K/uL
10,0 fl

Normal
3,5
0,5
0,1
1,2
15,0
2,0
50,0
3,50
11,6
35,0
75,0
25,0
31,0
11,0
150
8,0

Batas
10,0
5,0
1,5
8,0
50,0
13,0
80,0
5,50
16,5
45,0
100,0
35,0
38,0
16,0
400
11,0

Interpretasi: Penurunan trombosit sedikit dari batas normal, namun meningkat


dari pemeriksaan sebelumnya.
Kesan: demam dengue

Pemeriksaan IgM & IgG anti dengue (diperiksa tanggal 24 Maret 2016)
Anti dengue IgM & IgG: Negatif
Kesan: tidak ada tanda infeksi virus dengue
Jumat/ 25 Maret 2016/
07.00 am

S: Batuk (+), Sesak (-),

Farmakologi:

Demam (-),

Simtomatif

Nyeri tenggorokan (-),

Ambroxol 3 x 30

mg oral
Salbutamol 2 x 2

mg oral
Codikaf 3 x 10 mg

oral
Mefinal 3 x 500 mg

Pegel badan (+)


BAB & BAK (N),
Makan & Minum (N)
Tidur cukup
O: KU/KS : Sakit ringan

oral

/ Compos mentis
13

Unalium 2 x 5 mg

oral
Antrain 2 x 500 mg

VS : TD : 120/70 mmHg
N : 66 x/menit

IV

R : 18 x/menit
S : 35 C
Kepala : mesochepal

Mata

SI -/Hidung : Sekret

-/Mulut :Mukosa

: CA -/-

normal
Tonsil T1-T1,

Kausatif:

Zibac 2 x 1g IV
Metronidazole IV

Suportif:

RL 20 TPM

Non Farmakologi:

Faring

hiperemi(-)
Uvula ditengah
Leher : KGB
membesar ()

Bed rest
Jaga kebersihan

Monitoring:

Keadaan umum dan

TTV
Makan dan minum
Efek samping obat

Thorax: Simetris, statis


& dinamis, retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)

Besok rencana pulang

Pulmo : Vesikular
normal, Ronkhi -/-,
Wheezing -/Cor : BJ III regular,
murmur (-),
gallop (-)
Abdomen:
normal,

BU
NT

hepatomegali

(+)
(-),
(-),

splenomegali (-)
14

Ekstremitas

akral

hangat
Edema (-/-), CRT < 2
detik

Sabtu/ 26 Maret 2016/


07.00 am

A: Demam dengue
S: Demam (-) Batuk

Pasien boleh pulang

berkurang, Sesak (-),


Nyeri tenggorokan (-)
BAB & BAK (N),
Makan & Minum (N)
Tidur cukup
O: KU/KS : Sakit ringan
/ Compos mentis
VS : TD : 120/80 mmHg
N : 65 x/menit
RR: 18 x/menit
S : 37 C
Kepala : Normochepal

Mata

SI -/Hidung : Sekret

-/Mulut :Mukosa

: CA -/-

normal
Tonsil T1-T1,
Faring
hiperemi(-) Uvula

ditengah
Leher :

KGB

membesar ()
15

Thorax: Simetris, statis


& dinamis, retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
Pulmo : Vesikular
noemal, Ronkhi -/-,
Wheezing -/Cor : BJ III regular,
murmur (-),
gallop (-)
Abdomen:
normal,

BU
NT

hepatomegali

(+)
(-),
(-),

splenomegali (-)
Ekstremitas

akral

hangat
Edema (-/-), CRT < 2
detik
A: Demam dengue

16

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Demam Berdarah Dengue


II.1.1 Definisi
Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue. Sindrom renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adalah DBD disertai dengan renjatan / syok1.
II.1.2 Epidemiologi
Indonesia adalah salah satu daerah endemis DBD. Dari data tahun 1968
2007 diperoleh kecenderungan peningkatan insidens DBD. Sejak tahun 2004,
Indonesia merupakan negara dengan laporan kasus infeksi virus dengue
terbanyak. Peningkatan jumlah ini diiringi dengan penurunan mortalitas DBD dari
17

3,4% (1985) menjadi 1% (2006). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007,


prevalensi kasus DBD tersebar di Indonesia dengan nilai 0,6%. Prevalensi
tertinggi diperoleh pada kelompok umur dewasa muda (25 34 Tahun) sebanyak
0,7% dan terendah pada bayi (0,2%)1.
II.1.3 Etiologi
Penyebab DD/DBD adalah virus dengue yang merupakan anggota genus
Flavivirus dan terdiri dari 4 serotipe, yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4.
DEN-3 merupakan serotipe terbanyak di Indonesia. Virus tersebut ditularkan oleh
gigitan vector nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus ke tubuh manusia
dengan masa inkubasi 4 10 hari. Tempat berkembangnya vektor nyamuk adalah
air, terutama penampungan seperti ember, dan ban bekas, bak mandi, dan
sebagainya. Biasanya nyamuk Aedes menggigit pada siang hari1,2.

II.1.4 Klasifikasi
Berikut merupakan klsifikasi demam dengue dan demam berdarah dengue
berdasarkan WHO 1997, WHO 2009 dan WHO 20113.
Klasifikasi Diagnosis WHO 1997
Infeksi virus dengue dibagi dalam 3
spektrum klinis :
1 Undifferentiated
Febrile
Illness
2 Demam Dengue (DD)
3 Demam Berdarah Dengue
(DBD)

Klasifikasi Diagnosis
WHO 2009
Infeksi dengue
terbagi menjadi 2
kelompok menurut
derajat penyakit :
1 Dengue
(dengan
atau tanpa
warning

Klasifikasi Diagnosis WHO 2011


Dasar : Klasifikasi WHO 2009
belum diterima seluruhnya
untuk menggantikan klasifikasi
1997, terutama untuk kasus
anak.
Pembagian infeksi dengue :
1 Undifferentiated fever
2 DD
18

Dalam perjalanan penyakit infeksi


dengue ditegaskan bahwa : DBD
bukan lanjutan dari DD namun
merupakan spectrum klinis yang
berbeda.
Perbedaan antara DD dan DBD adalah
terjadinya (plasma leakage) pada
DBD, sedangkan pada DD tidak.
DBD diklasifikasikan dalam empat
derajat penyakit yaitu : derajat I dan
II untuk DBD tanpa syok, dan derajat
III dan IV untuk sindrom syok dengue.
Pembagian derajat diperlukan sebagai
landasan pedoman pengobatan.

Kelemahan klasifikasi Kasus Dengue


1997
:
Kesulitan
menentukan
klasifikasi dengue berat (severe
dengue) sulit membedakaninfeksi
dengue ringan dan infeksi dengue
berat.

sign)
Severe
dengue

3
4

DBD
Expanded
Dengue
Syndrome
(Isolated
organopathy
dan
unusual manifestation)

Pengelompokkan
severe
dengue
sangat diperlukan
untuk menentukan
pasien mana yang
memerlukan
pemantauan ketat
dan
mendapat
pengobatan segera.
Kelemahan
:
batasan
untuk
dengue warning
sign terlalu luas
sehingga
akan
menyebabkan overdiagnose.

Gambar 1. Klasifikasi WHO 1997

19

Gambar 2. Klasifikasi WHO 2009

Gambar 3. Klasifikasi WHO 2011

II.1.5 Patogenesis dan Patofisiologi


Patogenesis DD/DBD belum diketahui dengan pasti. Namun, ada beberapa
teori yang diperkirakan berperan dalam munculnya tanda dan gejala pada penyakit
ini. Terdapat 3 sistem organ yang diperkirakan berperan penting dalam
pathogenesis DD/DBD, yakni sistem imun, hati, dan sel endotel pembuluh darah,
selain itu, respon imun pejamu yang diturunkan (faktor genetik) juga berperan
dalam manifestasi klinis yang ditimbulkan (Gambar 4) 1.

20

Gambar 4. Skema Teori Secondary Heterologous Infection

Virus Dengue diinjeksikan oleh nyamuk Aedes ke aliran darah. Viris ini
secara tidak langsung juga mengenai sel epidermis dan dermis sehingga
menyebabkan sel Langerhans dan Keratinosit terinfeksi. Sel-sel yang terinfeksi ini
bermigrasi ke nodus limfe, dimana makrofag dan monosit kemudian direkrut dan
menjadi target infeksi berikutnya, terjadi amplifikasi infeksi dan virus tersebar
melalui darah (viremia primer). Viremia primer ini menginfeksi makrofag
jaringan beberapa organ seperti limpa, sel hati, sel stromal, sel tosit, dan sel
endotel mempengaruhi hemositas dan respon imun pejamu terhadap virus dengue.
Sel-sel yang terinfeksi kebanyakan mati melalui apoptosis dan hanya
sedikit yang melalui nekrosis. Nekrosis mengakibatkan pelepasan produk toksik
yang mengaktivasi sistem fibrinolitik dan koagulasi. Bergantung kepada luasnya
infeksi pada sum-sum tulang dan kadar IL-6, IL-8, IL-10, dan IL-8, hemopoiesis
ditekan sehingga menyebabkan penurunan trombogenisitas darah. Produk toksik
juga menyebabkan peningkatan koagulasi dan konsumsi trombosit sehingga
terjadi trombositopenia. Trombositopenia juga terjadi akibat supresi sumsum
tulang. Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit akibat peningkatan
fragmen C3g, terdapatnya antibody, dan sekuestrasi di perifer2.
Trombosit memiliki interaksi yang dekat dengan sel endotel, Sejumlah
trombosit fungsional diperlukan untuk mempertahankan stabilitas vascular.
Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui mekanisme gangguan pelapasan ADP,
Peningkatan kadar b-trombologlobulin dan PF4 (trombosit factor 4). Koagulopati
21

terjadi karena interaksi virus dengan endotel yang memicu disfungsi endotel(jalur
ekstrinsik) dan aktivasi Xia (jalur Intrinsik). Namun, sel endotel memiliki
tropisme tersendiri terhadap virus dengue. Bersamaan dengan tingginya kadar
virus dalam darah, trombositopenia, serta difungsi trombosit, keempat faktor ini
menyebabkan peningkatan kerapuhan caliper yang bermanifestasi sebagai petekie,
memar, dan perdarahan mukosa saluran cerna3.
Pada waktu yang bersamaan infeksi menstimulasi berkembangnya antibody
spesifik dan respon imun seluler terhadap virus dengue, Antibodi spesifik (IgM)
ini beraksi silang dengan endoteliosit, plasmin dan trombosit, memperkuat
peningkatan permeabilitas vascular dan koagulopati. Sedangkan, antibody IgG
berberan dalam peningkatan jumlah titer virus pada infeksi sekunder1.
Respon imun seluler yang timbul berupa stimulasi sel T yang dapat beraksi
silang dan sel T regulator. Sel T yang bereaksi silang akan memperlambat
bersihan virus dan memproduksi sitokin pro-inflamasi dan mediator lainnya.
Tingginya jumlah mediator ini menginduksi perubahan pada sel endotel sehingga
menyebabkan koagulopati dan kebocoran plasma1.
Infeksi sekunder oleh serotype yang berbeda memicu peningkatan aktivitas
antibody spesifik terhadap infeksi pertama, Antibodi ini memediasi serotype virus
dengue lain untuk berikatan dengan reseptor Fc-gamma pada makrofag sehingga
saat virus berada dalam makrofag tidak dapat dicerna dengan baik. Akibatnya,
virus semakin bereplikasi dan infeksi berlanjut. Infeksi makrofag dalam ini
mangaktivasi sel Th dan Tc untuk memproduksi limfokin dan interferon gamma.
Interforon gamma kemudian mengaktivasi monosit sehingga mediator inflamasi
tersekresi seperti TNF-a, IL-1, PAF, IL-6 dan histamine. Akibatnya terjadi
disfungsi sel endotel dan kebocoran plasma yang diperberat dengan peningkatan
C3a dan C5a oleh aktivasi kompleks virus-antibodi1.

22

II.1.6 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala klinis sangat bervariasi dari ringan pada DD hingga berat
pada DBD. Gejala yang timbul antara lain1 :

Demam bifasik yang muncul tiba-tiba;


Mual muntah;
Ruam kulit;
Nyeri kepala serta otot dan tulang, Nyeri kepala dapat menyeluruh
atau terpusat pada supraorbital dan retroorbita, Nyeri otot terutama

23

pada tendon dan otot perut apabila ditekan;


Gangguan pada mata: pembengkakan, injeksi kongjungtiva,

lakrimasi dan fotofobia;


Tanda bahaya: nyeri perut, muntah persisten, akumulasi cairan
yang dapat terlihat pada pemeriksaan fisis. Perdarahan mukosa,
letargi, pembesaran hepar >2cm. dan peningkatan hematocrit
bersamaan dengan penurunan jumlah trombosit.

Perjalanan klinis infeksi dengue dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase
febris, kritis dan pemilihan yang dapat dilihat pada Gambar 51.

Gambar 5. Perjalanan Penyakit Demam Berdarah Dengue (dikutip dari Dengue; Guidelines for
diagnosis, treatment, prevention and control. WHO. 2009)

II.1.7 Diagnosis
Berdasarkan panduan yang dikeluarkan World Health Organization (WHO)
pada tahun 2009, demam dengue terbagi tiga bagian, yaitu1 :
1. Dengue tanpa tanda-tanda bahaya
Kemungkinan dengue
Tinggal atau berpergian ke area endemis dengue dengan demam, ditambah
dengan dua tanda gejala berikut ini :
Nyeri kepala
Malaise
Mialgia
24

Nyeri retro-orbital
Anoreksia
Nausea
Muntah
Diare
Flushed skin
Ruam (petekie, Hermans sign)

Pemeriksaan laboratorium paling tidak darah perifer lengkap

DAN

(leukopenia dengan atau tanpa trombositopenia) dan/atau tes


antigen dengan NS1 atau tes antibody dengue IgM (opsional)
Diagnosis pasti dengue dengan:
Isolasi kultur virus
Polymerase chain reaction (PCR)
2. Dengue dengan tanda-tanda bahaya
Tinggal atau berpergian ke area endemis dengue dengan demam antara 2
hingga 7 hari, ditambah salah satu dari tanda gejala berikut ini:
Nyeri atau nyeri tekan abdomen
Muntah persisten
Tanda klinis akumulasi cairan
Perdarahan mukosa
Lateragi, lemah
Pembesaran hati

Laboratorium: peningkatan hematokrit dan / atau penurunan

trombosit.
3. Dengue berat
Tinggal atau berpergian ke area endemis dengue dengan demam antara 2-7
hari dan dengan manifestasi klinis dengue di atas dengan atau tanpa tandatanda bahaya, ditambah dengan:
Kebocoran plasma berat, yang mengakibatkan: syok, akumulasi

cairan dengan gangguan pernafasan.


Perdarahan berat: epistaksis tidak terkendali, hematemesis dan atau
melena,

perdarahan

otak,

hematuria

grosmakroskopik

dan

hematokezia.
Gangguan organ berat: peningkatan SGOT dan SGPT hati > 1000,

25

kejang atau gangguan kesadaran, miokarditis dan gagal ginjal.


II.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang terkait dengan demam dengue dapat dilakukan
pemeriksaan3:

Pemeriksaan darah
Leukopenia pada hari kedua dan ketiga pada DD. Sedangkan pada
DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi yang terlihat

bermakna pada fase kritis.


Uji serologi
Dengan dengue blot yang mengukur antibodi tanpa memandang
kelas antibodinya dan uji IgM anti dengue.
Isolasi virus dari darah: jarang dilakukan.

II.1.9 Tata Laksana


Tatalaksana DD atau DBD secara umum adalah tirah baring. Pemberian
cairan, medikamentosa simtomatik. Untuk antibiotik diberikan hanya apabila
terdapat infeksi sekunder. Selanjutnya, tata laksana spectrum DD/DBD dibagi
menjadi lima protocol berdasarkan PAPDI, Divisi Tropik dan Infeksi, dan Divisi
Hematologi dan Onkologi medic Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia1,2,3.

Gambar 6. Tata laksana Pasien Dewasa dengan Kecurigaan DBD tanpa Syok

26

Gambar 7. Tata laksana Cairan pada Pasien Dewasa dengan Kecurigaan DBD tanpa Syok

27

Gambar 8. Tata laksana Perdarahan Spontan pada DBD Dewasa

28

Gambar 9. Tatalaksana DBD pada pasien dewasa dengan peningkatan Ht > 20%

Gambar 10. Tatalaksana DSS pada orang dewasa

II.1.10 Prognosis

29

Mortalitas demam dengue relatif rendah. Namun, pada DBD/DSS mortalitas


cukup tinggi. Pada usia dewasa, prognosis dan perjalanan penyakit umumnya
lebih ringan dibandingkan anak-anak1.

BAB III
PEMBAHASAN
Pasien datang ke IGD RST dengan keluhan demam disertai batuk berdahak,
sesak nafas, nyeri kepala dan nyeri menelan. Keluhan pasien muncul sejak 3
minggu sebelum masuk rumah sakit yang diawali dengan batuk yang berdahak
berwarna bening. 2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien merasa demam.
Demam dirasakan pasien terus menerus sepanjang hari dengan suhu tubuh lebih
tinggi saat sore dan malam jika dibandingkan dengan pagi dan siang hari. Pada
saat demam pasien mengelukhan nyeri kepala juga. 1 minggu sebelum masuk
rumah sakit, pasien mulai mengeluhkan tidak enak di perut dan terasa kembung
disertai dengan nafsu makan yang berkurang. Keluhan mual diakui pasien. 1 hari
sebelum masuk rumah sakit keluhan pasien tidak kunjung membaik, pasien masih
mengeluhkan batuk, demam masih ada, nyeri kepala masih ada dan hilang timbul,
perut kembung disertai nafsu makan yang berkurang masih ada pada pasien,
namun nyeri tenggorokan sudah mulai berkurang. 1 jam sebelum masuk rumah
sakit, pasien mengelukan agak sesak namun demam tidak mereda juga dan batuk
semakin berat dirasakan pasien. Keluhan nyeri dada pada saat itu disangkal
pasien. Pada saat itu keluarga pasien membawa pasien ke IGD RST dr. Soedjono.

30

Dahulu pasien pernah beberapa kali menderita penyakit demam seperti ini
pada tahun 2005 dan di diagnosis sebagai tifoid namun pada saat itu pasien hanya
rawat jalan saja. Pada tahun 2012 pasien pernah juga menderita demam seperti
saat ini dan di diagnosa sebagai DBD dan di rawat pada saat itu.
Keluarga pasien yang tinggal serumah tidak ada yang menderita penyakit
demam dan batuk seperti ini. Di lingkungan rumah pasien ada beberapa warga
yang sedang menderita penyakit DBD. Sebelumnya pasien sudah berobat ke
dokter umum dan di beri obat, namun tidak ada perubahan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu tubuh 39 C, respiration rate 24
x/menit, pada pemeriksaan mulut terdapat faring hiperemi pada pemeriksaan
abdomen didapatkan nyeri tekan epigastrium.
Pada pemeriksaan lab darah lengkap didapatkan penurunan kadar trombosit
122 K/uL dan hematokrit masih normal, menunjukan kemungkinan pasien
menderita demam dengue. Hasil pemeriksaan kadar gula darah menjadi 155
mg/dL yang mengidentifikasikan adanya toleransi glukosa terganggu pada pasien
ini. Pemeriksaan widal menunjukan untuk aglutinin A paratyphi CO (+) 1/160
dan untuk aglutinin H typhi H (+) 1/160, namun interpretasi pemeriksaan ini tidak
begitu menunjang infeksi tifoid pada pasien ini. Pemeriksaan EKG dan rontgent
thorax dalam batas normal. Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang mengindentifikasikan bahwa pasien menderita demam
dengue.

31

DAFTAR PUSTAKA

1. Arifputera, A & Calistania, C, dkk, 2014, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 4,


Media Aesculapius, Jakarta.
2. Price, S & Wilson, L, 2005, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, Edisi 6, EGC, Jakarta.
3. Sudoyo, A & Setiyohadi, B, dkk, 2009, Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 5, Internal

Publishing, Jakarta.

32

Anda mungkin juga menyukai