LAPORAN KASUS
Ny. S
Umur
41 tahun 10 bulan
Jenis Kelamin
Perempuan
Alamat
Datang ke Bangsal :
23 Maret 2016
No RM
134747
menelan diakui pasien saat mula timbulnya demam. Keluhan mimisan pada
saat awal demam disangkal pasien. Riwayat berpergian ke tempat endemik
DBD disangkal pasien.
1 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mulai mengeluhkan tidak
enak di perut dan terasa kembung disertai dengan nafsu makan yang berkurang.
Keluhan mual diakui pasien saat itu namun tidak sampai muntah. Keluhan
nyari di ulu hati diakui pasien. Pada saat itu pasien langsung berobat ke dokter
umum dan diberikan obat minum namun tidak ada perubahan. Pasien memih
untuk beristirahat di rumah dan tidak melakukan aktifitas. Keluhan batuk
berdahak, demam, nyeri kepala masih terdapat pada pasien. Keluhan adanya
ruam di kulit disangkal pasien.
1 hari sebelum masuk rumah sakit keluhan pasien tidak kunjung
membaik, pasien masih mengeluhkan batuk, demam masih ada, nyeri kepala
masih ada dan hilang timbul, perut kembung disertai nafsu makan yang
berkurang masih ada pada pasien, namun nyeri tenggorokan sudah mulai
berkurang. Keluhan mimisan, gusi berdarah dan adanya ruam disangkal pasien.
Baung air besar dan buang air kecil pada pasien diakui normal selama 2
minggu timbulnya gejala demam ini.
1 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien mengelukan agak sesak namun
demam tidak mereda juga dan batuk semakin berat dirasakan pasien. Keluhan
nyeri dada pada saat itu disangkal pasien. Pada saat itu keluarga pasien
membawa pasien ke IGD RST dr. Soedjono.
Riwayat Penyakit Dahulu
Dahulu pasien pernah beberapa kali menderita penyakit demam seperti
ini pada tahun 2005 dan di diagnosis sebagai tifoid namun pada saat itu pasien
hanya rawat jalan saja. Pada tahun 2012 pasien pernah juga menderita demam
seperti saat ini dan di diagnosa sebagai DBD dan di rawat pada saat itu.
Pasien tidak mempunyai riwayat kencing manis dan darah tinggi.
Riwayat asma dan bronkitis disangkal pasien. Riwayat makan obat selama 6
bulan atau lebih disangkal pasien. Riwayat penyakit jantung disangkal pasien.
Pasien juga tidak memiliki riwayat alergi.
: Sakit Sedang
: ComposMentis
: 60 kg
: 160 cm
: 23,4 (Overweight)
RR
: 24 x/menit
Suhu : 39 C
SaO2: 98%
Kepala:
Bentuk
Mata
Wajah
Mulut
Leher
Jantung:
P: Batas jantung kanan di linea parasternal dextra ICS IV, batas jantung kiri
di linea midclavicularis sinistra ICS IV, batas pinggang jantung linea
parasternal sinistra ICS III
Abdomen:
A: BU (+) normal
P: Timpani (+)
Ekstremitas: edema -/-/-/-, sianosis (-), akral hangat, CRT < 2 detik
4.
5.
6.
7.
Mual.
Nyeri ulu hati.
Sesak nafas.
Nyeri menelan.
Pemeriksaan Fisik:
8. Suhu tubuh
9. Respiration rate
10. Px mulut
11. Px abdomen
: 39 C
: 24 x/menit
: Faring hiperemi
: Nyeri tekan epigastrium
1.6 PLANNING
Diagnosis
1.
2.
3.
4.
5.
Darah lengkap
GDS, Ureum, Kreatinin, SGOT, SGPT
EKG
Rontgent thorax
Widal
Hasil
7,9 K/uL
0,6 K/uL
0,4 K/uL
6,9 K/uL
8,6%
3,2%
73,8%
4,54%
12,6 g/dl
43,4%
78,8 fl
Normal
3,5
0,5
0,1
1,2
15,0
2,0
50,0
3,50
11,6
35,0
75,0
Batas
10,0
5,0
1,5
8,0
50,0
13,0
80,0
5,50
16,5
45,0
100,0
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV
27,7 pg
35,2 g/dl
15,4 %
122 K/uL
9,1 fl
25,0
31,0
11,0
150
8,0
35,0
38,0
16,0
400
11,0
Hasil
156 mg/dL
25 mg/dL
0,9 mg/dL
14 U/L
12 U/L
Batas
70,00 - 115,0
17,00 - 43,00
0,900 - 1,300
0000 - 37,00
0000 - 41,00
Kesan: Terdapat peningkatan GDS, namun tidak sampai > 200 mg/dL.
Peningkatan hanya 156 mg/dL menandakan toleransi glukosa
terganggu.
Pemeriksaan EKG (diperiksa tanggal 23 Maret 2016)
Interpretasi: Apex paru tenang, paru dalam batas normal, besar COR normal
dan sistema tulang baik
Kesan: Paru dalam batas normal.
Pemeriksaan Widal (diperiksa tanggal 23 Maret 2016)
Typhi O
: Negatif
Paratyphi AO : Negatif
Paratyphi BO : Negatif
Paratyphi CO : (+) 1/160
Typhi H
: (+) 1/160
Paratyphi AH : Negatif
Paratyphi BH : (+) 1/160
Paratyphi CH : Negatif
Kesan: tidak terdapat gambaran infeksi Salmonella typhi atau Salmonella
paratyphi, walaupun kadar serum positif ringan namun tidak menunjang
diagnosis tifoid.
1.7 DIAGNOSIS
Demam dengue.
Faringitis.
Terapi
Farmakologi: 1. Simptomatif : - Salbutamol 2 x 2 mg oral
- Ambroxol 3 x 30 mg oral
- Pamol 3 x 500 mg oral
- Antrain 2 x 500 mg IV
- Methilprednisolon 1 x 125 mg IV
2. Kausatif
: - Zibac 2 x 1 gr
3. Suportif
Non Farmakologi: Bed rest dan jaga kebersihan badan dan ruangan
Monitoring
1. Rawat inap di bangsal.
2. Keadaan umum, keluhan (demam, nyeri kepala, sesak, batuk, mual) dan
vital sign (Respiration rate dan suhu tubuh)
3. Pemeriksaan lab darah (Platelet dan hematokrit)
4. Perbaikan gejala dan efek samping obat.
Edukasi
1.
2.
3.
4.
Istirahat cukup.
Minum obat teratur dan sesuai perintah.
Makan dan minum yang bergizi dan susai dengan kebutuhan.
Pemantauan gejala klinis dan tanda vital.
1.8 FOLLOW UP
Hari/ Tanggal/ Jam
Hasil Pemeriksaan
Rabu/ 23 Maret 2016/ S: Demam (-), Sesak (-),
07.00 am
Instruksi Dokter
Farmakologi:
Simtomatif
tenggorokan (+),
Salbutamol 2 x 2
mg oral
Ambroxol 3 x 30
mg oral
Codikaf 3 x 10 mg
oral
Mefinal 3 x 500 mg
oral
Unalium 2 x 5 mg
oral
Methilprednisolon 1
x 125 mg IV
Antrain 2 x 500 mg
/ Compos mentis
VS : TD : 105/60 mmHg
N : 91 x/menit
IV
RR: 22 x/menit
S : 36,3 C
Kepala : Normochepal
Mata
: CA -/- SI
normal
Tonsil T1-T1,
Faring hiperemis
(+)
Uvula ditengah
Leher : KGB
membesar ()
Kausatif:
Suportif:
O2 2 LPM (NK)
RL 20 TPM
Non Farmakologi:
Bed rest
Jaga kebersihan
Monitoring:
TTV
Makan dan minum
Efek samping obat
Zibac 2 x 1g
napas (-)
Pulmo : Vesikuler
normal, Ronkhi -/-,
Wheezing -/Cor : BJ III regular,
murmur (-),
gallop (-)
10
Abdomen:
BU
(+)
normal, NT epigastrium
(+),
Hepatomegali
(-),
splenomegali (-)
Ekstremitas
akral
hangat
Edema (-/-), CRT < 2
detik
A: Demam dengue
Faringitis
Kamis/ 24 Maret 2016/ S: Demam (-) Batuk (+),
07.00 am
Farmakologi:
Simtomatif
Salbutamol 2 x 2
mg oral
Ambroxol 3 x 30
mg oral
Codikaf 3 x 10 mg
oral
Mefinal 3 x 500 mg
oral
Unalium 2 x 5 mg
oral
Methilprednisolon 1
x 125 mg IV
Antrain 2 x 500 mg
IV
S : 36 C
Kepala : Normochepal
Mata
SI -/Hidung : Sekret
-/-
: CA -/-
Kausatif:
Lapixime 2 x 1g
Suportif:
11
Mulut :Mukosa
normal
Tonsil T1-T1,
RL 20 TPM
Non Farmakologi:
Faring
hiperemi(-)
Uvula ditengah
Leher : KGB
Bed rest
Jaga kebersihan
Monitoring:
membesar ()
Thorax: Simetris, statis
& dinamis, retraksi (-),
penggunaan otot bantu
napas (-)
TTV
Makan dan minum
Efek samping obat
Saran:
Pulmo : Vesikuler
Lakukan
pemeriksaan darah
Wheezing -/-
murmur (-),
gallop (-)
Abdomen:
normal,
BU
(+)
NT
(-),
hepatomegali
(-),
splenomegali (-)
Ekstremitas
akral
hangat
Edema (-/-), CRT < 2
detik
A: Demam dengue
Darah lengkap (diperiksa tanggal 24 Maret 2015)
12
Parameter
WBC
LYM#
MID#
GRA#
LYM%
MID%
GRA%
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV
Hasil
7,7 K/uL
0,7 K/uL
0,5 K/uL
7,0 K/uL
8,6%
3,0%
73,8%
4,00%
12,0 g/dl
39,5%
75,0 fl
26,0 pg
32,0 g/dl
15,4 %
133 K/uL
10,0 fl
Normal
3,5
0,5
0,1
1,2
15,0
2,0
50,0
3,50
11,6
35,0
75,0
25,0
31,0
11,0
150
8,0
Batas
10,0
5,0
1,5
8,0
50,0
13,0
80,0
5,50
16,5
45,0
100,0
35,0
38,0
16,0
400
11,0
Pemeriksaan IgM & IgG anti dengue (diperiksa tanggal 24 Maret 2016)
Anti dengue IgM & IgG: Negatif
Kesan: tidak ada tanda infeksi virus dengue
Jumat/ 25 Maret 2016/
07.00 am
Farmakologi:
Demam (-),
Simtomatif
Ambroxol 3 x 30
mg oral
Salbutamol 2 x 2
mg oral
Codikaf 3 x 10 mg
oral
Mefinal 3 x 500 mg
oral
/ Compos mentis
13
Unalium 2 x 5 mg
oral
Antrain 2 x 500 mg
VS : TD : 120/70 mmHg
N : 66 x/menit
IV
R : 18 x/menit
S : 35 C
Kepala : mesochepal
Mata
SI -/Hidung : Sekret
-/Mulut :Mukosa
: CA -/-
normal
Tonsil T1-T1,
Kausatif:
Zibac 2 x 1g IV
Metronidazole IV
Suportif:
RL 20 TPM
Non Farmakologi:
Faring
hiperemi(-)
Uvula ditengah
Leher : KGB
membesar ()
Bed rest
Jaga kebersihan
Monitoring:
TTV
Makan dan minum
Efek samping obat
Pulmo : Vesikular
normal, Ronkhi -/-,
Wheezing -/Cor : BJ III regular,
murmur (-),
gallop (-)
Abdomen:
normal,
BU
NT
hepatomegali
(+)
(-),
(-),
splenomegali (-)
14
Ekstremitas
akral
hangat
Edema (-/-), CRT < 2
detik
A: Demam dengue
S: Demam (-) Batuk
Mata
SI -/Hidung : Sekret
-/Mulut :Mukosa
: CA -/-
normal
Tonsil T1-T1,
Faring
hiperemi(-) Uvula
ditengah
Leher :
KGB
membesar ()
15
BU
NT
hepatomegali
(+)
(-),
(-),
splenomegali (-)
Ekstremitas
akral
hangat
Edema (-/-), CRT < 2
detik
A: Demam dengue
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.4 Klasifikasi
Berikut merupakan klsifikasi demam dengue dan demam berdarah dengue
berdasarkan WHO 1997, WHO 2009 dan WHO 20113.
Klasifikasi Diagnosis WHO 1997
Infeksi virus dengue dibagi dalam 3
spektrum klinis :
1 Undifferentiated
Febrile
Illness
2 Demam Dengue (DD)
3 Demam Berdarah Dengue
(DBD)
Klasifikasi Diagnosis
WHO 2009
Infeksi dengue
terbagi menjadi 2
kelompok menurut
derajat penyakit :
1 Dengue
(dengan
atau tanpa
warning
sign)
Severe
dengue
3
4
DBD
Expanded
Dengue
Syndrome
(Isolated
organopathy
dan
unusual manifestation)
Pengelompokkan
severe
dengue
sangat diperlukan
untuk menentukan
pasien mana yang
memerlukan
pemantauan ketat
dan
mendapat
pengobatan segera.
Kelemahan
:
batasan
untuk
dengue warning
sign terlalu luas
sehingga
akan
menyebabkan overdiagnose.
19
20
Virus Dengue diinjeksikan oleh nyamuk Aedes ke aliran darah. Viris ini
secara tidak langsung juga mengenai sel epidermis dan dermis sehingga
menyebabkan sel Langerhans dan Keratinosit terinfeksi. Sel-sel yang terinfeksi ini
bermigrasi ke nodus limfe, dimana makrofag dan monosit kemudian direkrut dan
menjadi target infeksi berikutnya, terjadi amplifikasi infeksi dan virus tersebar
melalui darah (viremia primer). Viremia primer ini menginfeksi makrofag
jaringan beberapa organ seperti limpa, sel hati, sel stromal, sel tosit, dan sel
endotel mempengaruhi hemositas dan respon imun pejamu terhadap virus dengue.
Sel-sel yang terinfeksi kebanyakan mati melalui apoptosis dan hanya
sedikit yang melalui nekrosis. Nekrosis mengakibatkan pelepasan produk toksik
yang mengaktivasi sistem fibrinolitik dan koagulasi. Bergantung kepada luasnya
infeksi pada sum-sum tulang dan kadar IL-6, IL-8, IL-10, dan IL-8, hemopoiesis
ditekan sehingga menyebabkan penurunan trombogenisitas darah. Produk toksik
juga menyebabkan peningkatan koagulasi dan konsumsi trombosit sehingga
terjadi trombositopenia. Trombositopenia juga terjadi akibat supresi sumsum
tulang. Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit akibat peningkatan
fragmen C3g, terdapatnya antibody, dan sekuestrasi di perifer2.
Trombosit memiliki interaksi yang dekat dengan sel endotel, Sejumlah
trombosit fungsional diperlukan untuk mempertahankan stabilitas vascular.
Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui mekanisme gangguan pelapasan ADP,
Peningkatan kadar b-trombologlobulin dan PF4 (trombosit factor 4). Koagulopati
21
terjadi karena interaksi virus dengan endotel yang memicu disfungsi endotel(jalur
ekstrinsik) dan aktivasi Xia (jalur Intrinsik). Namun, sel endotel memiliki
tropisme tersendiri terhadap virus dengue. Bersamaan dengan tingginya kadar
virus dalam darah, trombositopenia, serta difungsi trombosit, keempat faktor ini
menyebabkan peningkatan kerapuhan caliper yang bermanifestasi sebagai petekie,
memar, dan perdarahan mukosa saluran cerna3.
Pada waktu yang bersamaan infeksi menstimulasi berkembangnya antibody
spesifik dan respon imun seluler terhadap virus dengue, Antibodi spesifik (IgM)
ini beraksi silang dengan endoteliosit, plasmin dan trombosit, memperkuat
peningkatan permeabilitas vascular dan koagulopati. Sedangkan, antibody IgG
berberan dalam peningkatan jumlah titer virus pada infeksi sekunder1.
Respon imun seluler yang timbul berupa stimulasi sel T yang dapat beraksi
silang dan sel T regulator. Sel T yang bereaksi silang akan memperlambat
bersihan virus dan memproduksi sitokin pro-inflamasi dan mediator lainnya.
Tingginya jumlah mediator ini menginduksi perubahan pada sel endotel sehingga
menyebabkan koagulopati dan kebocoran plasma1.
Infeksi sekunder oleh serotype yang berbeda memicu peningkatan aktivitas
antibody spesifik terhadap infeksi pertama, Antibodi ini memediasi serotype virus
dengue lain untuk berikatan dengan reseptor Fc-gamma pada makrofag sehingga
saat virus berada dalam makrofag tidak dapat dicerna dengan baik. Akibatnya,
virus semakin bereplikasi dan infeksi berlanjut. Infeksi makrofag dalam ini
mangaktivasi sel Th dan Tc untuk memproduksi limfokin dan interferon gamma.
Interforon gamma kemudian mengaktivasi monosit sehingga mediator inflamasi
tersekresi seperti TNF-a, IL-1, PAF, IL-6 dan histamine. Akibatnya terjadi
disfungsi sel endotel dan kebocoran plasma yang diperberat dengan peningkatan
C3a dan C5a oleh aktivasi kompleks virus-antibodi1.
22
23
Perjalanan klinis infeksi dengue dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase
febris, kritis dan pemilihan yang dapat dilihat pada Gambar 51.
Gambar 5. Perjalanan Penyakit Demam Berdarah Dengue (dikutip dari Dengue; Guidelines for
diagnosis, treatment, prevention and control. WHO. 2009)
II.1.7 Diagnosis
Berdasarkan panduan yang dikeluarkan World Health Organization (WHO)
pada tahun 2009, demam dengue terbagi tiga bagian, yaitu1 :
1. Dengue tanpa tanda-tanda bahaya
Kemungkinan dengue
Tinggal atau berpergian ke area endemis dengue dengan demam, ditambah
dengan dua tanda gejala berikut ini :
Nyeri kepala
Malaise
Mialgia
24
Nyeri retro-orbital
Anoreksia
Nausea
Muntah
Diare
Flushed skin
Ruam (petekie, Hermans sign)
DAN
trombosit.
3. Dengue berat
Tinggal atau berpergian ke area endemis dengue dengan demam antara 2-7
hari dan dengan manifestasi klinis dengue di atas dengan atau tanpa tandatanda bahaya, ditambah dengan:
Kebocoran plasma berat, yang mengakibatkan: syok, akumulasi
perdarahan
otak,
hematuria
grosmakroskopik
dan
hematokezia.
Gangguan organ berat: peningkatan SGOT dan SGPT hati > 1000,
25
Pemeriksaan darah
Leukopenia pada hari kedua dan ketiga pada DD. Sedangkan pada
DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi yang terlihat
Gambar 6. Tata laksana Pasien Dewasa dengan Kecurigaan DBD tanpa Syok
26
Gambar 7. Tata laksana Cairan pada Pasien Dewasa dengan Kecurigaan DBD tanpa Syok
27
28
Gambar 9. Tatalaksana DBD pada pasien dewasa dengan peningkatan Ht > 20%
II.1.10 Prognosis
29
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien datang ke IGD RST dengan keluhan demam disertai batuk berdahak,
sesak nafas, nyeri kepala dan nyeri menelan. Keluhan pasien muncul sejak 3
minggu sebelum masuk rumah sakit yang diawali dengan batuk yang berdahak
berwarna bening. 2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien merasa demam.
Demam dirasakan pasien terus menerus sepanjang hari dengan suhu tubuh lebih
tinggi saat sore dan malam jika dibandingkan dengan pagi dan siang hari. Pada
saat demam pasien mengelukhan nyeri kepala juga. 1 minggu sebelum masuk
rumah sakit, pasien mulai mengeluhkan tidak enak di perut dan terasa kembung
disertai dengan nafsu makan yang berkurang. Keluhan mual diakui pasien. 1 hari
sebelum masuk rumah sakit keluhan pasien tidak kunjung membaik, pasien masih
mengeluhkan batuk, demam masih ada, nyeri kepala masih ada dan hilang timbul,
perut kembung disertai nafsu makan yang berkurang masih ada pada pasien,
namun nyeri tenggorokan sudah mulai berkurang. 1 jam sebelum masuk rumah
sakit, pasien mengelukan agak sesak namun demam tidak mereda juga dan batuk
semakin berat dirasakan pasien. Keluhan nyeri dada pada saat itu disangkal
pasien. Pada saat itu keluarga pasien membawa pasien ke IGD RST dr. Soedjono.
30
Dahulu pasien pernah beberapa kali menderita penyakit demam seperti ini
pada tahun 2005 dan di diagnosis sebagai tifoid namun pada saat itu pasien hanya
rawat jalan saja. Pada tahun 2012 pasien pernah juga menderita demam seperti
saat ini dan di diagnosa sebagai DBD dan di rawat pada saat itu.
Keluarga pasien yang tinggal serumah tidak ada yang menderita penyakit
demam dan batuk seperti ini. Di lingkungan rumah pasien ada beberapa warga
yang sedang menderita penyakit DBD. Sebelumnya pasien sudah berobat ke
dokter umum dan di beri obat, namun tidak ada perubahan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu tubuh 39 C, respiration rate 24
x/menit, pada pemeriksaan mulut terdapat faring hiperemi pada pemeriksaan
abdomen didapatkan nyeri tekan epigastrium.
Pada pemeriksaan lab darah lengkap didapatkan penurunan kadar trombosit
122 K/uL dan hematokrit masih normal, menunjukan kemungkinan pasien
menderita demam dengue. Hasil pemeriksaan kadar gula darah menjadi 155
mg/dL yang mengidentifikasikan adanya toleransi glukosa terganggu pada pasien
ini. Pemeriksaan widal menunjukan untuk aglutinin A paratyphi CO (+) 1/160
dan untuk aglutinin H typhi H (+) 1/160, namun interpretasi pemeriksaan ini tidak
begitu menunjang infeksi tifoid pada pasien ini. Pemeriksaan EKG dan rontgent
thorax dalam batas normal. Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang mengindentifikasikan bahwa pasien menderita demam
dengue.
31
DAFTAR PUSTAKA
Publishing, Jakarta.
32