LAPORAN KASUS
Ny. W
Umur
81 tahun 7 bulan
Jenis Kelamin
Perempuan
Alamat
Datang ke bangsal :
20 Maret 2016
No RM
008025
: Sakit Sedang
: ComposMentis
: 51 kg
: 150 cm
: 22,6 (Normal)
RR
: 25 x/menit
Suhu : 36 C
SaO2: 87%
Kepala
Bentuk
Mata
Wajah
Mulut
Leher
Jantung:
P: Batas jantung kanan di linea parasternal dextra ICS IV, batas jantung kiri
di linea midclavicularis sinistra ICS IV, batas pinggang jantung linea
parasternal sinistra ICS III
Abdomen:
A: BU (+) normal
P: Timpani (+)
Ekstremitas: edema -/-/-/-, sianosis (-), akral hangat, CRT < 2 detik
Pemeriksaan Fisik:
5.
6.
7.
8.
Tekanan darah
Respiration rate
SpO2
Px Paru
: 130/90 mmHg
: 25 x/menit
: 87%
: Inspeksi terdapat penggunaan otot bantu
4
9. Px Paru
10. Px Paru
pernafasan
: Auskultasi terdapat suara bronkovesikular dan
ronkhi basah kasar di kedua lapang paru.
: Auskultasi terdengan wheezing di akhir ekspirasi
pada kedua lapang paru.
1.6 PLANNING
Diagnosis
1.
2.
3.
4.
5.
Darah lengkap
GDS, GD 2 PP, Ureum, Kreatinin, SGOT, SGPT
EKG
Rontgent thorax
Spirometri
Hasil
4,7 K/uL
0,9 K/uL
0,3 K/uL
3,4 K/uL
19,6%
6,6%
73,8%
5,10%
15,3 g/dl
46%
90,1 fl
30 pg
33,3 g/dl
10,9 %
150 K/uL
8,4 fl
0,13 %
16,1 %
Normal
4,0
1,0
0,1
2,0
25,0
2,0
50,0
3,00
12,0
35,0
81,0
27,0
31,0
10,0
150
7,0
0,20
10,0
Batas
10,0
5,0
1,0
8,0
50,0
10,0
80,0
6,0
16,0
45,0
101,0
33,0
35,0
16,0
400
11,0
0,50
18,0
Hasil
224 mg/dL
47 mg/dL
1,3 mg/dL
22 U/L
12 U/L
Batas
70,00 - 115,0
17,00 - 43,00
0,900 - 1,300
0000 - 37,00
0000 - 41,00
Kesan: Adanya gambaran iskemia akut pada jantung dari interpretasi EKG,
namun tidak sesuai dengan klinis dan kondisi pasien, karena pasien tidak
mengeluhkan nyeri dada kiri yang menjalar ke tangan kiri dan punggung kiri
belakang. Sebaiknya pemeriksaan EKG di konfirmasi ulang kembali.
: - Lapixime 2 x 1 gr
3. Suportif
Istirahat cukup.
Minum obat teratur dan sesuai perintah.
Makan dan minum yang bergizi.
Pemantauan sesak nafas, batuk, tekanan darah dan gula darah sewaktu.
1.8 FOLLOW UP
S
Senin / 21
O
KU/KS :
A
Bronkitis Kronik
Maret 2016
Sakit sedang
Hipertensi
07.00 am
/ Compos mentis
Diabetes Melitus
P
Plan Diagnosis:
Pemeriksaan
pelvimetri, GDS,
GD 2 PP besok
Pasien masih
VS :
mengeluhkan
TD: 180/76
batuk yang
mmHg
Plan Terapi
Farmakologi:
berdahak
N : 92 x/menit
Simtomatif
bening.
RR: 26 x/menit
Captopril 3 x 25
Sesak masih
S : 36,7 C
mg oral
Nebulasi
dirasakan
pasien namun
Kepala:
Pulmicort rsp +
sudah
Normochepal
membaik.
Mata: CA
-/- SI -/Hidung:
Sekret -/Mulut:
Makan dan
minum pada
pasien kurang
dikarenakan
Mukosa
pasien tidak
8 jam
Methilprednisolon
2 x 8 mg oral
Aminofilin 24 mg
IV
Vectrin 3 x 300
mg oral
nafsu makan
normal
Tonsil T1-
dan malas
T1, Uvula
Kausatif:
untuk minum.
ditengah
Leher:
Tidur di
malam hari
KGB
juga kurang
membesar
karena pasien
()
Lapixime 2 x 1g
Suportif:
O2 3 LPM (NK)
Asering 18 TPM
merasa kurang
nyaman.
Thorax: Simetris,
Non Farmakologi:
Pertahankan
retraksi (-),
posisi setengah
penggunaan otot
duduk
Diet rendah
Bronkovesikuler,
kalori disesuaikan
Ronkhi basah
dengan penderita
kasar +/+,
DM
Wheezing +/+
Cor :
Plan Monitoring:
BJ III regular,
murmur (-),
gallop (-)
Abdomen:
BU (+) normal,
Keadaan umum
dan TTV
Makan dan
minum
Efek samping
obat
NT (-)
Plan Edukasi:
Ekstremitas :
Akral hangat
Istirahat cukup.
Minum obat
< 2 detik
perintah.
Jaga kebersihan
ruangan.
Pemantauan
sesak nafas,
batuk, tekanan
darah dan gula
Selasa / 22
KU/KS :
Bronkitis Kronik
Maret 2016
Sakit sedang
Hipertensi
darah sewaktu
Plan Diagnosis:
Pemeriksaan
10
07.00 am
/ Compos mentis
Diabetes Melitus
pelvimetri, GDS,
GD 2 PP hari ini
Pasien masih
VS :
mengeluhkan
TD: 130/80
batuk dan
mmHg
Plan Terapi
Farmakologi:
sesak
N : 92 x/menit
Simtomatif
RR: 24 x/menit
Captopril 3 x 25
normal
S : 36,7 C
mg oral
Nebulasi
Makan &
Minum cukup
Kepala:
Pulmicort rsp +
Tidur cukup
Normochepal
Mata: CA
-/- SI -/Hidung:
Sekret -/Mulut:
Mukosa
8 jam
Methilprednisolon
2 x 8 mg oral
Aminofilin 24 mg
IV
Vectrin 3 x 300
mg oral
normal
Tonsil T1-
T1, Uvula
Kausatif:
ditengah
Leher:
KGB
membesar
()
Thorax:
Simetris, statis &
Suportif:
O2 2 LPM (NK)
Asering 18 TPM
Non Farmakologi:
dinamis, retraksi
Pertahankan
posisi setengah
(-), penggunaan
otot bantu napas
Lapixime 2 x 1g
duduk
Diet rendah
(-)
Pulmo :
kalori disesuaikan
11
Bronkovesikuler,
dengan penderita
Ronkhi basah
DM
kasar +/+,
Wheezing +/+
Cor :
Plan Monitoring:
Keadaan umum
dan TTV
Makan dan
minum
Efek samping
BJ III regular,
murmur (-),
gallop (-)
obat
Abdomen:
BU (+) normal,
NT (-)
Ekstremitas :
Plan Edukasi:
Akral hangat
Edema (-/-), CRT
Istirahat cukup.
Minum obat
perintah.
Jaga kebersihan
ruangan.
Pemantauan
< 2 detik
sesak nafas,
batuk, tekanan
darah dan gula
darah sewaktu
12
Obstuksi:
VEP < 75 %
Obstruksi ringan 75 % > VEP1 > 60%
Obstruksi sedang 60 % > VEP1 > 30 %
Obstruksi beratVEP < 30 %
VEP1 = 41 % = Obstruksi sedang
Pemeriksaan
GDS
GD 2 jam PP
S
Rabu / 23
O
KU/KS :
Hasil (Normal)
159 mg/dL (70,00 115,0)
180 mg/dL (0,000 170,0)
A
Bronkitis Kronik
P
Plan Diagnosis:
13
Maret 2016/
Sakit sedang
Hipertensi
07.00 am
/ Compos mentis
Diabetes Melitus
Tidak ada
Plan Terapi
Pasien masih
VS :
mengeluhkan
TD: 130/80
batuk, namun
Farmakologi:
mmHg
sudah mulai
N : 75 x/menit
membaik.
RR: 20 x/menit
Keluhan sesak
S : 36,7 C
sudah tidak
dirasakan
Kepala:
pasien.
Normochepal
Makan &
Mata: CA
-/- SI -/Hidung:
Sekret -/Mulut:
minum
normal.
BAB & BAK
lancar dan
Mukosa
normal.
normal
Tonsil T1-
Tidur cukup.
T1, Uvula
Simtomatif
Captopril 3 x 25
mg oral
Salbutamol 3 x 2
mg oral
Vectrin 3 x 300
mg oral
Kausatif:
Lapixime 2 x 1g
Suportif:
Asering 18 TPM
Non Farmakologi:
Diet rendah
ditengah
Leher:
KGB
dengan penderita
membesar
DM
kalori disesuaikan
()
Plan Monitoring:
Thorax: Simetris,
Keadaan umum
dan TTV
Makan dan
minum
Efek samping
obat
14
Bronkovesikuler,
Plan Edukasi:
Ronkhi -/-,
Wheezing +/+
Istirahat cukup.
Minum obat
teratur dan sesuai
Cor :
BJ III regular,
murmur (-),
gallop (-)
perintah.
Jaga kebersihan
ruangan.
Pemantauan
sesak nafas,
Abdomen:
batuk, tekanan
BU (+) normal,
NT (-)
Ekstremitas :
darah sewaktu
Pasien boleh
pulang besok
Akral hangat
Edema (-/-), CRT
Kamis / 24
< 2 detik
KU/KS :
Bronkitis Kronik
Plan diagnosis:
Maret 2016/
Sakit sedang
Hipertensi
Tidak ada
07.00 am
/ Compos mentis
Diabetes Melitus
Plan terapi
Batuk
VS :
berkurang.
TD: 110/80
Sesak sudah
farmakologi:
Pulmicort inh
mmHg
tidak ada.
N : 92 x/menit
RR: 18 x/menit
farmakologi:
normal.
S : 36,7 C
Istirahat
Minum cukup.
Kepala:
secukupnya
Hindari pejanan
Tidur cukup.
Normochepal
Makan &
Mata: CA
-/- SI -/Hidung:
Keluhan sesak
Sekret -/15
Mulut:
Mukosa
obat
normal
Tonsil T1T1, Uvula
ditengah
Leher:
daqn batuk
Efek samping
Plan Edukasi:
Istirahat cukup.
Minum obat
KGB
membesar
perintah.
Jaga kebersihan
()
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
18
19
II.2.4 Patologi
Pada bronkitis kronik terjadi hipertrofi kelenjar mukus dari trakeobronkial,
dimana dapat menyebabkan penyempitan pada saluran bronkus, sehingga
diameter bronkus menebal lebih dari 30-40% dari tebalnya dinding bronkus
normal. Sekresi dari sel goblet bukan saja bertambah dalam jumlahnya akan tetapi
20
21
lanjut adalah sesak nafas pada waktu bekerja ringan dan sesak nafas ini
bersifat progresif.
4. Gambaran pink puffer dan blue blotter
Baik bronkitis maupun emfisema dapat dibagi menjadi pink puffer
maupun blue blotter. Pada pink puffer, ditandai dengan sesak yang
sangat berat dan terdapatnya hiperinflasi paru dan sianosis, sehingga
muka pasien terlihat berwarna merah biru (pink) dan bengkak (puffer).
Analisis darah baik PaO2 maupun PaCO2 relatif normal. Hiperinflasi
paru ini dapat menyebabkan terjadinya gejala-gelaja dekompresi jantung
kanan yakni berupa edema dan asites, tekana vena jugularis juga
meningkat dan berdilatasi. Untuk tipe pink puffer gambaran utamanya
adalah kor pulmonale. Berbeda dengan blue blotter yang jadi
permasalahan adalah hipoksemia dan bila kronik maka didapatkan pula
hiperkapnia. Kadar O2 dalam darah justru menurun, terutama ketika
tidur malam dan kadang-kadang penurunan O2 dalam darah yang sangat
tinggi dapat terlihat pada pink puffer. Perbedaan pada kedua tipe ini
sampai saat ini belum diketahui secara pasti.
(Pada pasien ini gambaran klinis yang khas adalah sesak yang terjadi saat
melakukan aktivitas ringan, batuk yang muncul saat pagi hari yang memberat dan
gambaran khas pada pasien ini adalah blue blotter karena yang menjadi
permasalahan adalah hipoksemia yang dapat dilihan dari pemeriksaan saturasi
oksigen yaitu 87%).
II.2.6 Diagnosis
Diagnosis bronkitis kronik didasarkan kepada anamnesa, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang seperti foto thorax dan spirometri1.
1. Anamnesis: pasien biasanya mengeluhan batuk pada awalnya dengan
produksi sputum yang cukup banyak kemudian pasien mengeluhkan
sesak nafas. Biasanya kejadian seperti ini tidak hanya sekali namun
sebelumnya pasien memiliki riwayat batuk lebih dari 3 bulan dalam
setahun yang sering kambuh.
22
auskultasi
didapatkan
suara
bronkovesikuler
dan
Empisema
Kor Pulmonal
Kegagalan nafas
Polisitemia
23
(Walaupun pasien menderita bronkitis sudah cukup lama, namun belum terdapat
gambaran komplikasi ke arah emfisema yang biasanya pada kondisi klinis sesak
semakin parah, gambaran dada seperti tabung dan adanya komplikasi ke arah
gagal jantung kanan).
II.2.8 Pemeriksaan Faal Paru
Pada pemeriksaan dengan menggunakan spirometri terdapat gambaran
obstruksi dengan nilai FEV1 kurang dari 75%. Dimana interpretasinya sebagai
berikut1:
Dalam keadaan kronik, bukan saja FEV1 yang berkurang, akan tetapi VC
juga berkurang. Pada keadaan kronik, keadaan ini sulit dibedakan dengan asma.
(Pada pasien ini pemeriksaan faal paru menjurus ke arah obstruksi sedang dengan
VEP1 41%).
II.2.9 Eksaserbasi Bronkitis Kronis
Kriteria eksaserbasi penyakit ini diantaranya adalah sputum berubah warna,
sputum yang semakin banyak dan sesak yang semakin memberat. Gejala tersebut
dapat disertai dengan batuk yang semakin sering, keterbatasan aktifitas fisik,
gagal nafas hingga penurunan kesadaran yang dapat berujung pada kematian
penderita. Eksaserbasi dapat diklasifikasikan pada 3 gejala kardinal di atas,
diantaranya1:
1. Eksaserbasi berat: terdapat 3 gejala kardinal.
2. Eksaserbasi sedang: terdapat 2 dari 3 gejala kardinal.
3. Eksaserbasi berat: terdapat 1 dari 3 gejala kardinal ditambah dengan
salah satu dari kriteria taambahan, antara lain infeksi saluran nafas atas
> 5 hari, demam tanpa sebab lainnya, peningkatan batuk, mengi,
peningkatan laju perfasan atau frekuensi nadi > 20% nilai dasar.
(Pada pasien ini terdapat gambaran eksaserbasi sedang dengan produksi sputum
yang banyak dan adanya sesak yang memenuhi 2 dari 3 gejala kardinal di atas).
24
II.2.10 Penatalaksanaan
Penyebab tersering terjadinya eksaserbasi adalah infeksi saluran pernafasan
oleh virus atau bakteri. Penyebab lainnya adalah penumonia, gagal jantung,
aritmia, emboli paru, asupan nutri yang buruk, polusi udara, pneumotorax atau
penyebab sistemik (DM atau gangguan elektrolit)1.
Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu:
akut).
Pemberian oksigen: bisa dengan kanul nasal 2-3 liter/menit.
Bronkodilator: B2 agonis kerja cepat dengan atau
tanpa
efek samping.
Antibiotik: bila dicurigai faktor pencetus adalah infeksi bakteri pada
saluran pernafasan. Pemberian regimen antibiotik bergantung pada
data prevalensi bakteri setempat. Dianjurkan untuk menggunakan
antibiotik spekrum luas jika belum memiliki riwayat penggunaan
antibiotik sebelumnya (amoksisilin 500 mg 3x/hari PO selama 5-14
hari atau doksisiklin 100 2x/hari PO 5-14 hari). Atau spekrum sempit
bila diketahui resistensi antibiotik (levofloksasin 500 mg 3x/hari PO
selama 5 hari). Dapat diberikan secara intravena bila di rawat di
rumah sakit.
25
stabil.
Setelah pemberian oksigen, terjadi hipoksemia atau PaO2 < 50 mmHg
26
(Pada pasien ini tidak aada indikasi untuk rawai ICU, karena setelah tatalaksana
aswal di IGD kondis pasien ada perbaikan, homodinamik stabil, tidak ada tanda
hipoksemia dan tidak memerlukan ventilasi mekanik).
BAB III
PEMBAHASAN
tidak dipengaruhi perubahan posisi. Keluahan mual dan muntah tidak terdapat
pada pasien. 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien merasa sesaknya semakin
bertambah berat dan memutuskan untuk berobat ke puskemas dan membaik. 1
hari sebelum masuk rumah sakit pasien berkunjung ke rumah anaknya dengan
berjalan, sepulang dari rumah anaknya pasien merasa sangat sesak, lalu pasien
mengobati dengan obat yang di berikan oleh puskesmas namun tidak ada
perubahan, pagi harinya tanggal 20 Maret 2016 tepatnya pukul 07.15 pasien
dibawa keluarga ke IGD RST dr. Soedjono.
Dahulu pasien pernah beberapa kali menderita sakit batuk dan sesak yang
mengganggu seperti ini. Yang pertama sekitar 3 tahun yang lalu dan pasien
berobat ke poli paru RST. Yang kedua sekitar 2 tahun yang lalu dan pasien berobat
ke poli paru RST namun tidak kontrol kembali karena sudah merasa lebih baik.
Pasien mengakui dalan 1 tahun pasien bisa berbulan-bulan menderita penyakit
batuk ini namun jarang sampai menimbulkan sesak seperti saat ini. Biasanya
penyakit batuknya timbul saat cuaca dingin. Riwayat asma disangkal pasien.
Riwayat makan obat sampai 6 bulan juga disangkal pasien. Riwayat kencing
manis disangkal pasien. Riwayat alergi disangkal pasien. Riwayat darah tinggi
diakui pasien sejak 5 tahun belakang ini. Riwayat penyakit jantung disangkal
pasien.
Keluarga pasien yang tinggal serumah tidak ada yang menderita penyakit
batuk dan sesak nafas seperti ini. Riwayat penyakit asma di keluarga disangkal
pasien. Riwayat penyakit TB paru pada keluarga yang serumah disangkal pasien.
Pada pemeriksaan fisik untuk keadaanc umum pasien tampak sesak dan
sakit sedang dengan tekanan darah 130/90 mmHg, respiration rate 25 x/menit, dan
saturasi O2 87%. Pada pemeriksaan paru didapatkan terdapat bantuan otot
pernafasan lain dan pada auskultasi terdengan suara paru bronkovesikuler,
wheezing di akhir ekspirasi (+/+) dan ronkhi basah kasar (+/+). Kemudian
dilakukan pemeriksaan lab darah lengkap dan GDS, untuk pemeriksaan darah
lengkap tidak terlihat tanda-tanda infeksi sistemik, namun pemeriksaan GDS
menandakan adanya hiperglikemia sehingga memungkinkan bahwa pasien
menderita diabetes melitus. Pemeriksaan rontgent thoraks dilakukan untuk
menegakan diagnosa dan terlihat gambaran bronkitis kronik.
28
DAFTAR PUSTAKA
29