Anda di halaman 1dari 4

Di susun oleh:

Mira sawitri
Nadya trioktiviani
Sanya dinda susanti
Tasya mahda agnia
Kelas:
x-9
sman 90 jakarta
2011-2012
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia ini dengan judul
Pecel Lele Mendunia. Makalah ini di susun dalam rangka
memenuhi tugas kelompok mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Dalam menyusun makalah ilmiah ini, penulis banyak memperoleh
bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Hj. Derniwati Sitompul dan Bapak Marapi Amboko selaku
guru Bahasa Indonesia kami yang tidak pernah lelah
membimbing kami.
2. Ibu Susanti selaku manager dari Pecel Lele Lela cabang
Petukangan yang telah banyak membantu kami dan telah
bersedia kami wawancarai.
3. Seluruh karyawan yang bekerja di Pecel Lele Lela cabang
Petukangan.
4. Orang Tua kami yang doanya tidak pernah putus mengiringi
langkah kami.
5. Teman-teman x-9 yang solidaritasnya tanpa batas.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Jakarta, 25 Maret 2012


Penulis

Biodata Narasumber

Rangga Umara Lele LELA

Berawal saat dirinya di PHK pada tahun 2006 lalu, membuat Rangga
Umara (31) terpikir untuk berwirausaha. Ia pun memilih usaha pecel lele yang dinilainya
mudah dijalankan. Siapa sangka, dengan melakukan inovasi pada ikan Lele kini Rangga
telah memiliki 23 cabang dari Pecel Lele Lela.
Waktu di PHK, saya berpikir, kalau kerja lagi sama orang ya mungkin akhirnya di PHK
lagi. Jadi saya memutuskan untuk membuka usaha saja, ujar Rangga saat berbincang usai
melaunching rumah makan Pecel Lele Lela cabang ke 23 yang berada di Jalan Surya
Sumantri Bandung.
Bermodal Rp 3 juta, Rangga membuka usaha pecel lele di daerah Pondok Kelapa Jakarta
Timur. Rangga sadar, pemain di bidang kuliner jumlahnya banyak. Akan sulit jika
membuka usaha kuliner jika tak memiliki keunikan atau spesifikasi.
Coba saja lihat pecel lele yang selalu ada dimana-mana. Standarisasinya sama. Dari
rodanya, sampai menunya, katanya.
Menu pecel lele di pinggir jalan pun menurutnya tak setinggi ayam goreng. Penyebab orang
tak suka lele menurutnya karena tampilan yang kurang menarik dan asal-usul makanan
lele. Hingga akhirnya, dia mencoba berinovasi dengan ikan lele dengan menyajikannya
secara berbeda. Diantaranya dengan membuat fillet lele dengan saus kreasinya.
Saya beri sampel pada pengunjung. Ternyata banyak yang suka, kata Rangga yang sempat
menjadi pekerja media di Bandung itu.
Tak berapa lama, penggemar Lele pun berdatangan dengan sendirinya. Apalagi setelah
banyak diliput oleh media elektronik dan tv, semakin banyak saja yang penasaran dengan
Pecel Lele Lela. Lela sendiri merupakan akronim dari kata Lebih Laku atau Lebih Laris.
Berbeda dengan pecel lele di pinggiran jalan, Pecel Lele Lela memiliki tempat yang bersih
dan nyaman, maka jangan heran kalau harga lele di Pecel Lele Lela juga tak seperti pecel

lele di pinggiran. Tapi harga yang harus dibayar rasanya sebanding dengan rasa dan
kenyamanan yang didapat.

Anda mungkin juga menyukai