Pendahuluan
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana glukosa
darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia.
DM merupakan kelainan endokrin yang terbanyak dijumpai. Diabetes Melitus dengan
kehamilan (Diabetes Mellitus Gestational DMG/GDM) adalah kehamilan normal yang
disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan
euglycemia). Pada golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selama masa kehamilan.
Artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali didapati selama masa
kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga. Diabetes melitus gestasional
berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal (di sekitar waktu melahirkan), dan
ibu memiliki risiko untuk dapat menderita penyakit diabetes melitus yang lebih besar dalam
jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan. Diabetes Mellitus Gestasional ini meningkatkan
morbiditas neonatus, misalnya hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan makrosomia. Hal ini
terjadi karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang
pertumbuhan bayi dan makrosomia. Frekuensi GDM kira-kira 3 5% dan para ibu tersebut
meningkat risikonya untuk menjadi DM di masa mendatang.
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No. 6 Jakarta Barat
11510, Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731, Email: krenni_09@yahoo.com
Tinjauan Pustaka
Anamnesis 1
Dilakukan anamnesis yang berkaitan dengan DM, menanyakan pertanyaan umum :
1.
2.
3.
4.
Tinjauan Pustaka
Penyaringan menurut WHO sama dengan populasi bukan wanita hamil. Dalam
keadaan berpuasa pada pagi hari, diambil contoh darah kemudian diberikan beban glukosa 75
gram. Contoh darah berikutnya diperiksa dua jam setelah beban glukosa. Kriteria diagnosis
yaitu 126 mg% atau/dan dua jam 200 mg%. Yang mempunyai kadar glukosa darah puasa
antara 110-126 mg% dan dua jam antara 140-200 mg% disebut toleransi glukosa terganggu.
Khusus untuk wanita hamil yang tergolong toleransi glukosa terganggu pun harus dikelola
sebagai DM.
Cara OSullivan- Mahan
Tes Tantangan Glukosa (TTG)
Cara OSullivan-Mahan terdiri atas dua tahap yaitu TTG dan TTGO. Semua wanita
hamil yang datang untuk penyaringan baik dalam keadaan puasa atau tidak diberikan beban
glukosa 50 gram yang dilarutkan dalam 200 ml air dan segera diminum. Satu jam kemudian
diambil contoh darah plasma vena untuk periksa kadar glukosa darah. Apabila kadar glukosa
plasma vena;
- < 140 mg% maka tes dinyatakan negatif
- 140 mg% maka tes dinyatakan positif (catatan: ada yang menganggap pada keadaan
puasa 130 mg%, keadaan tidak puasa 140 mg%)
- 200 mg% maka tidak perlu lagi melakukan TTGO, tetapi langsung dianggap DMG
dan segera mendapat pengobatan.
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Persiapan untuk melakukan tes toleransi glukosa sama dengan persiapan pada TTGO
pada umumnya. Pasien harus makan yang mengandung cukup karbohidrat beberapa hari
sebelumnya. Semalam sebelumnya harus berpuasa selama 8-12 jam. Tes dilakukan pada pagi
hari dalam keadaan puasa. Diambil contoh darah kemudian diberikan minnum glukosa 100
gram yang dilarutkan dalam 200 ml air. Pengambilan contoh darah berikutnya dilakukan pada
satu, dua dan tiga jam setelah pemberian. Kadar normal adalah puasa < 105 mg%, satu jam <
190 mg%, dua jam < 165 mg% dan tiga jam 145 mg%. Disebut DMG apabila sedikitnya
ditemukan dua angka yang abnormal.
Tinjauan Pustaka
Genetika : toleransi karbohidrat dikontrol oleh berjuta pengaruh genetik. Oleh karena itu
DM II merupakan kelainan poligenik dengan faktor metabolik berganda yang berinteraksi
dengan pengaruh eksogen untuk menghasilkan fenotip tersebut koordinasi genetik pada
DM tipe 2 pada kembar identik mendekati 90%. 7 Tidak terkait dengan lokus HLA, tetapi
> 90% konkordans pada orang kembar. Suatu subkelompok mempunyai alel polimorfik
untuk glikogen sintase, perkecualiannya adalah maturity-onset diabetes of the young
(MODY) yang autosomal dominan : gen glukokinase yang mengalami mutasi (di
kromosom 7) menyebabkan perubahan mekanisme pengenalan glukosa (glucose-sensing
mechanism).
Resistensi insulin
o Mekanisme mayor resistensi insulin pada otot skeletal meliputi gangguan aktivasi
sintase glikogen, disfungsi regulator metabolis, reseptor doen-regulation, dan
abnormalitas transporter glukosa.
o
o Hepar juga menjadi resisten terhadap insulin, yang biasanya berespon terhadap
hiperglikemia dengan menurunkan produksi glukosa. Pada DM II, produksi glukosa
hepar
terus
berlangsung
meskipun
terjadi
hiperglikemia,
mengakibatkan
Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka
Genetik
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes
mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen
ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil. Secara klinis,
penyakit DM awalnya didominasi oleh resistensi insulin yang disertai defect fungsi sekresi.
Tetapi, pada tahap yang lebih lanjut, hal itu didominasi defect fungsi sekresi yang disertai
dengan resistensi insulin. Kaitannya dengan mutasi DNA mitokondria yakni karena proses
produksi hormon insulin sangat erat kaitannya dengan mekanisme proses oxidative
phosphorylation (OXPHOS) di dalam sel beta pankreas. Penderita DM proses pengeluaran
insulin dalam tubuhnya mengalami gangguan sebagai akibat dari peningkatan kadar glukosa
darah. Mitokondria menghasilkan adenosin trifosfat (ATP). Pada penderita DM, ATP yang
dihasilkan dari proses OXPHOS ini mengalami peningkatan. Peningkatan kadar ATP tersebut
otomatis menyebabkan peningkatan beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam ATP.
Peningkatan tersebut antara lain yang memicu tercetusnya proses pengeluaran hormon
insulin. Berbagai mutasi yang menyebabkan DM telah dapat diidentifikasi. Kalangan klinis
menyebutnya sebagai mutasi A3243G yang merupakan mutasi kausal pada DM. Mutasi ini
terletak pada gen penyandi ribo nucleid acid (RNA). Pada perkembangannya, terkadang para
penderita DM menderita penyakit lainnya sebagai akibat menderita DM. Penyakit yang
menyertai itu antara lain tuli sensoris, epilepsi, dan stroke like episode. Hal itu telah
diidentifikasi sebagai akibat dari mutasi DNA pada mitokondria. Hal ini terjadi karena makin
tinggi proporsi sel mutan pada sel beta pankreas maka fungsi OXPHOS akan makin rendah
dan defect fungsi sekresi makin berat. Prevalensi mutasi tersebut biasanya akan meningkat
jumlahnya bila penderita DM itu menderita penyakit penyerta tadi.
Tinjauan Pustaka
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang
pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi
hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti
kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus.
epinefrin
Obat-obatan
Wanita obesitas
Tinjauan Pustaka
mereka dengan resiko tinggi (4,35%) dan 1,67% dari seluruh populasi wanita hamil.
Sedangkan, pada penelitian kedua Beliau ditemukan 3% pada kelompok resiko tinggi dan
1,2% dari seluruh wanita hamil. Rumah Sakit DR. Kariadi Semarang oleh Praptohardjo U
dan Suparto P, tahun 1975, meneliti diabetes mellitus dalam kehamilan didapatkan angka
kejadian berkisar 2-3%. Mengingat bahaya komplikasi kehamilan dengan Diabetes Mellitus,
maka perlu sekiranya dibuat diagnosis sedini mungkin. Beberapa kelompok wanita hamil
telah diketahui mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya diabetes mellitus selama
kehamilannya. Dan factor resiko merupakan kriteria yang berguna dalam penyaringan klinis
selama pemeriksaan antenatal.
Patofisiologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan KH yang menunjang
pemasokan makan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapar berdifusi secara
tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai
kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin, sehingga kadar gula ibu yang
mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin.
Akibat lambatnya reabsorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini
menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga
mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut tekanan deabetogenik dalam kehamilan.
Secara fisiologis telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah dengan insulin
eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia yang menjadi masalah ialah bila seorang ibu
tidak mampu meningkatkan produksi insulin sehingga ia relatif hipoinsulin yang
mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan. Resistensi insulin juga disebabkan
adanya hormon estrogen, progesteron, kortisol, prolaktin dan plasenta laktogen. Kadar
kortisol plasma wanita hamil meningkat dan mencapai 3 kali dari keadaan normal hal ini
mengakibatkan kebutuhan insulin menjadi lebih tinggi, demikian juga dengan human
plasenta laktogen (HPL) yang dihasilkan oleh plasenta yang mempunyai sifat kerja mirip
pada hormon tubuh yang bersifat diabetogenik. Pembentukan HPL meningkat sesuai dengan
umur kehamilan. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga
mempengaruhi afinitas insulin. Hal ini patut diperhitungkan dalam pengendalian diabetes 7
Mekanisme resistensi insulin pada wanita hamil normal adalah sangat kompleks.
Kitzmiller, 1980 (dikutip oleh Moore) telah mempublikasikan suatu pengamatan menyeluruh
mekanisme endokrin pada pankreas dan metabolisme maternal selama kehamilan yakni
Identifikasi dan Penanganan pada Penyakit GDM
Tinjauan Pustaka
plasenta mempunyai peranan yang khas dengan mensintesis dan mensekresi peptida dan
hormon steroid yang menurunkan sensitivitas maternal pada insulin. Puavilai dkk (dikutip
oleh Williams) melaporkan bahwa resistensi insulin selama kehamilan terjadi karena
rusaknya reseptor insulin bagian distal yakni post reseptor. Hornes dkk (dikutip oleh Moore)
melaporkan terdapat penurunan respon Gastric Inhibitory Polipeptida (GIP) pada tes glukosa
oral dengan tes glukosa oral pada kehamilan normal dan DMG. Mereka meyakini bahwa
kerusakan respon GIP ini yang mungkin berperanan menjadi sebab terjadinya DMG 7
Faktor-faktor di atas dan mungkin berbagai faktor lain menunjukkan bahwa
kehamilan merupakan suatu keadaan yang mengakibatkan resistensi terhadap insulin
meningkat. Pada sebagian besar wanita hamil keadaan resistensi terhadap insulin dapat
diatasi dengan meninggikan kemampuan sekresi insulin oleh sel beta. Pada sebagian kecil
wanita hamil, kesanggupan sekresi insulin tidak mencukupi untuk melawan resistensi insulin,
dengan demikian terjadilah intoleransi terhadap glukosa atau DM gestasi.
Klasifikasi DM dengan Kehamilan
Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan menghilang
setelah melahirkan.
Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut
setelah hamil.
Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh darah
seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh darah perifer.
Gejala Klinis 6
Polyuria (banyak berkemih), polydipsia (banyak minum), penurunan berat badan,
Polyphagia (banyak makan), letih, lesu, lemah badan, gatal, pandangan kabur, dan pruritus
vulvae pada wanita, kelelahan, pandangan kabur, mata kabur, pusing, mual, Kurangnya
ketahanan pada saat melakukan olah raga, dan mudah infeksi.
Penatalaksanaan 7
Penanganan pada penderita DM meliputi:
Tinjauan Pustaka
1. Diet
Penderita harus mendapatkan lebih banyak kalori karena berat badannya bertambah
menurun. Penderita DM dengan berat badan rata-rata cukup diberi diet yang mengandung
1200-1800 kalori sehari selama kehamilan. Pemeriksaan urine dan darah berkala dilakukan
untuk mengubah dietnya apabila perlu. Diet dianjurkan ialah karbohidrat 40%, protein 2
gr/kg berat badan, lemak 45-60gr. Garam perlu dibatasi untuk mengurangi kecenderungan
retensi air dan garam.
2. Olah raga
Wanita hamil perlu olah raga, tetapi sekedar untuk menjaga kesehatannya. Kita tidak
bisa memaksakan olah raga pada ibu hamil hanya untuk menurunkan gula dalam darahnya.
3. Obat-obat antidiabetik
Selama kehamilan kadar darah diatur dengan antidiabetik. Pemeriksaan kadar darah
harus dilakukan lebih sering. Pemberian suntikan insulin merupakan salah satu pengobatan
bagi penderita penyakit DMG untuk mengontrol kadar gula darahnya. Beberapa jenis obatobat untuk penderita DM yang dapat dikonsumsi dengan dimakan dan yang beredar di
Indonesia hingga saat ini memang tidak seluruhnya boleh diberikan pada ibu hamil, karena
dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi janin yang dikandung. Misalnya menimbulkan
cacat bawaan pada janin. Pada trimester pertama paling sukar dilakukan pengobatan karena
adanya nausea dan vomitus. Pada timester kedua pengobatan tidak begitu sukar lagi karena
tidak perlu perubahan diet dan dosis antidiabetik. Dalam trimester ketiga sering diperlukan
lebih banyak antidiabetik karena meningginya toleransi hidrat arang.
4. Diuretik
Jika ada hipertensi atau tanda-tanda retensi cairan dianjurkan miskin garam. Jika ini
tidak menolong dapat diberikan deuretik.
5. Steroid-steroid seks
10
Tinjauan Pustaka
Sekresi estrogen berkurang pada wanita hamil diabetik. Komplikasi pada fetus
berkurang jika selama kehamilan diberi estrogen dan progesteron dalan dosis besar.
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan GDM juga terutama
didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih
dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin mendadak.
glukosa
Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB
ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah
Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB
Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yangdiperhitungkan dari:
Kalori basal 25kal/kgBB ideal
Kalori kegiatan jasmani 10-30%
Kalori untuk kehamilan 300 kalor
Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal
atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105mg/dl dan 2 jam pp di
bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai. Pemantauan dapat dikerjakan
dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler. Perhitungan menu seimbang sama
dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori
perhari untuk tumbuh kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui
selesai. Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl
Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
Mencegah episode hipoglikemia
Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik
Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal.
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari,
jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
Identifikasi dan Penanganan pada Penyakit GDM
11
Tinjauan Pustaka
sering. Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali. Kenaikan berat badan
ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap
minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan tergantung status
gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu BB
lebih/obesitas 7.5-12.5kg). Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung
digunakan. Insulin yang digunakan harus preparat insulin manusia (humaninsulin), karena
insulin yang bukan berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan
terbentuknya antibodi terhadap insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar
darah plasenta (placental blood barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin. Pada GDM,
insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja intermediate dan
diberikan 1-2 kali sehari. Pada GDM, pemberian insulin mungkin harus lebih sering, dapat
dikombinasikan antara insulin kerja pendek dan intermediate, untuk mencapai kadar glukosa
yang diharapkan. Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam GDM karena efek
teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI.
Komplikasi 7
Komplikasi pada Ibu
a) Hipoglikemia, terjadi pada enam bulan pertama kehamilan, b) Hiperglikemia, terjadi pada
kehamilan 20- 30 minggu akibat resistensi insulin, c) Infeksi saluran kemih, d) Preeklampsi.
e) Hidramnion, f) Retinopati, g) Trauma persalinan akibat bayi besar
Masalah pada anak
a) Abortus, b) Kelainan kongenital spt sacral agenesis, neural tube defek, c) Respiratory
distress, d) Neonatal hiperglikemia, e) Makrosomia, f) Hipocalcemia, g) kematian perinatal
akibat diabetik Ketoasidosis, h) Hiperbilirubinemia
Hasil persalinan Gestational Diabetes Mellitus Morbiditas dan mortalitas bayi baru lahir
tinggi, hal ini karena:
a) Makrosomia, b) Prematuritas, c) kematangan paru terlambat, d) hipoglikemi, e) kadar
kimia darah rendah; kalsium, magnesium, f) Respiratory Distress Syndrome (RDS), g)
Polisitemia, h) gagal jantung, i) kelainan bawaan, j) lahir mati
Prognosis 7
12
Tinjauan Pustaka
Kehamilan kedua dalam waktu 1 tahun dari kehamilan sebelumnya yang mempunyai
GDM memiliki tingkat kekambuhan tinggi. Wanita didiagnosa dengan GDM memiliki
peningkatan risiko terkena diabetes melitus di masa depan. Wanita yang membutuhkan
insulin pengobatan sewaktu kehamilan kerana didiagnosa dengan GDM mempunyai risiko
tinggi untuk mendapat diabetes karena telah mempunyai antibodi yang terkait dengan
diabetes (seperti antibodi terhadap dekarboksilase glutamat, islet sel antibodi dan / atau
antigen insulinoma-2), berbanding wanita dengan dua kehamilan sebelumnya dan pada
wanita yang gemuk.
Penutup
Adanya suatu bentuk diabetes melitus (DM) yang hanya ditemukan saat
kehamilan dan kemudian menghilang setelah persalinan telah disinggung oleh Duncan
(dikutip oleh Adam) sejak satu abad yang lalu. Walaupun demikian barulah pada tahun 1980
WHO mengakui diabetes melitus gestasi (DMG) sebagai suatu bentuk diabetes tersendiri.1
Diabetes melitus gestasional (DMG) didefinisikan sebagai suatu keadaan intoleransi
glukosa atau karbohidrat dengan derajat yang bervariasi yang terjadi atau pertama kali
ditemukan pada saat kehamilan berlangsung. Dengan definisi ini tidak lagi dipersoalkan
apakah penderita mendapat pengobatan insulin atau dengan diet saja, demikian pula apakah
gangguan toleransi glukosa kembali normal atau tidak setelah persalinan.
Daftar Pustaka
1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga;2004.h.138-9
2. Powers AC. Diabetes melitus. In: Harrisons Principle of Internal Medicine. 17 ed. USA:
McGraw-Hill; 2008.p.2293.
Identifikasi dan Penanganan pada Penyakit GDM
13
Tinjauan Pustaka
14