1 shrhlmy
THORAK
Tulang thorak yang dapat terlihat
Kedua scapula
Kedua klavikula
Sternum
Vertebre cervical
Vertebre thorakal
Costae
Jaringan lunak
Payudara wanita
Musculus pectoralis mayor
Musculus sternocleidomastoideus
Paru paru
Bangunan intratorakal
Mediastinum
Jantung
Pembulih darah besar
Akar paru
Trakea
Bronki yang besar
Hilus paru lebih tinggi kiri dari kanan
Syarat photo layak baca
1. Posisi
a. PA
b. Scapula trbuka
c. Calvikula mendatar
d. Gas didalam gaster dekat dengan diagfragma
2. Marker
a. Nama
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Alamat
e. R/L
3. Simetris
Jarak antara clavikula kanan-kiri ke procesus spinosis vertebre sama
4. Inspirasi cukup
a. Terlihat costae anterior ke 6
b. Terlihat costae posterior ke 10
5. Kondisi cukup
2
shrhlmy
6.
7.
8.
9.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
shrhlmy
2.
3.
4.
5.
a. Sicca
b. Eksudativa
c. Efusi pleura
2. Abses subdiagfragma
a. Diagfragmam elevasi
b. Efusi pleura
c. Atelectasis segmental
d. Free air/air fluid level bawah diagfragma
Pergerakan paradoksal
a. Waktu inspirasi diagfragma bergerak
i. Atas
ii. meninggi
b. Waktu ekspirasi bergerak
i. Kebawah
ii. Turun
c. Terjadi pada
i. Phrenic paralysis
ii. Tension pneumothorak
Kelainan posisi
a. Elevasi bilateral
i. Obesitas
ii. Masa abdomen
iii. Asites
iv. Hepatomegaly
v. Hamil tua
b. Elevasi unilateral
i. Hemithorax mengecil
ii. Hepato/splenomegaly
iii. Paralysis separuh diagfragma
iv. Eventrasi diagfragma
v. Distensi colon/lambung
vi. Interposisi colon
c. Posisi rendah bilateral
i. Emfisema paru
ii. Bentuk badan astenis
iii. Pneumothorak bilateral
d. Posisi rendah unilateral terjadi pada check value obstruksion
bronkus oleh benda asing
Kelainan bentuk diagfragma
a. Dapat merupakan variasi normal
b. Disebabkan
i. Tumor diagfragma
ii. Tumor pleura
iii. Cyst/tumor sub diagfragma
iv. Tumor bawah diagfragma
Kelainan ukuran dan integrifas diagfragma
5 shrhlmy
shrhlmy
ii. encapsulated
3. kalsifikasi
a. plaque
b. diffuse
4. penebalan fibrous adhesion
5. nodul
POSISIONING
Foto
polos thorak
posisi PA(posteroanterion) posisi rutin, bukan AP
tegangan 70-80 kV
arus 16-20mAs
jarak 1,5 m
pasien menghadap kaset dengan dada menempel, membelakangi tabung
rontgen.
Foto lateral
FFD 180
Biasanya foto lateral kiri, bukan foto rutin. Dilakukan pada indikasi tertentu
untuk melihat kelainan dibelakang jantung/ mediastinum
Sisi kiri penderita menempel pada kaset, sisi kanan, menghadap tabung
rontgen.
Foto top lordotik
Untuk proses pada apeks paru yang meragukan karena tertutup
iga/klavikula
Pemotretan dengan pasien berdiri miring membelakangi kaset film
menhadap tabung rontgen
Foto left atau right lateral decubitus
FFD 90 cm
Dilakukan pada keraguan adanya pleural efusi
Pemotretan dilakukan dengan posisi pasien berbaring miring pada salah
satu sisi badan kanan(right) atau kiri (left)
Penderita menghadap tabung rontgen dengan kaset film dibelakang.
Foto AP(anteroposterior)
Pada keadaan pasien tak dapat berdiri
Pemotretan dilakukan pada posisi berbaring atau duduk dengan punggung
menempel pada kaset film
EKSPERTISE NORMAL
Tulang dan jaringan lunak dinding dada tak tampak kelainan sinuses dan
diagfragma normal
Cor : tak membesar, CTI normal
Mediastinum : tak melebar, trakea relative ditengah
7 shrhlmy
Pulmo : hilus normal, corak bronkovaskular baik tak tampak infiltrasi atau nodul
opak bilateral paru
KESAN : cord an pulmo tak tampak kelainan
PERLU DIINGAT
Foto control sertakan foto lama untuk dibandingkan
CT scan teraphy mengecil berapa %
total responsive
parsial responsive
rontgen thorak infiltrate berkurang
shrhlmy
4. lobar pneumonia
infeksi
paru
yang
disebabkan
patologis(bacteri,virus, protozoa, jamur)
pengion.
terutama
oleh
organisme
sebab bahan kimia, radiasi
Gambaran
a. konsolidasii komplit mengenai lobus/ segemn paru memberikan
gambaran opak homogeny sesuai lobus. Segmen, berbatas tegas
kadang disertai gambaran air broncogram(pada masa resolusi)
b. volume paru tak berubah
c. pneumonia lobus inferior maka sinus costofrenikus paling akhir
terkena
d. efusi pleura/ empyema merupakan komplikasi yang sering terjadi.
5. Broncopneumonia
infeksi lobular paru dan menyebar sepanjang axis broncus (multifocal
broncentric infection)
gambaran
a. densitas inhomogen
b. bercak infiltrate pada tengah/bawah
c. batas tidak tegas
d. bisa disertai efusi pleura(pleura pneumonia
10 shrhlmy
DD
TB
paru/
pneumonia
6. Bronchiectasis
dilatasi abnormal dan irreversible bronkus/bronkiolus karena proses
nekrosis dari infeksi kronik
gambaran
a. Broncus melebar terisi udara karena dindingnya menebal atau fibrosis
peribronkial, bentuk tubular atau sakular menyebar sesuai axis
bronkus. Paru mengalami atelectasis/ pengurangan volume
11 shrhlmy
7. Aspirasi pneumonia
pneumonia akibat inhalasi material (cairan lambung, sekresi faring/susu)
saat menelan makanan/ regurgitasi dari saluran pencernaan atas akut dan
massif(kronik) akibat asporasi minimal yang berulang ulang.
Akut pasien koma/somnolen
near drowing
kronik
reflukgastroesofageal
gangguan menelan
akibat gaya gravitasi maka kelainan ini umumnya pada segmen posterior
lobus atas dan bawah
gambaran
bronkopneumonia/konsolidasi(pneumonia/atelectasis
disertai hiperaerasi
edema paru near drowing
12 shrhlmy
8. Pneumonia hipostatik
Gambaran
sama bronkopnemonia pada basal paru
terjadi pada pasien berbaring lama
9. Uremic lung
Gambaran
khas butterfly appearance/ batwings appearance yaitu gambaran
densitas opak/perselubungan sekitar hilus dengan batas tidak tegas
lapangan perifer biasanya bersih.
10.
Abses paru
Anjuran
thorak PA
thorak lateral
gambaran radiologi
cavitas/multicavitas berdinding tebal
dapat ditemukan permukaan udara dan cairan
didalamnya
gambaran CT-scan
lesi dens bundar dengan cavitas berdinding tebal
tidak teratur
terletak didaerah jaringan paru rusak
13 shrhlmy
75%
abses
berada
dibawah
paru
11.
Sindrom Loffler
(infiltrate paru dengan eosinophilia pneumonia, eosinophilia akuta)
gambaran
bayangan kurang opak satu/ganda/unilateral/bilateral
bayangan menempel(patchy in type)
kurang berbatas tegas
konsolidasi paru luas/bilateral
diagnosis tegak jika perubahan bayangan opak dan eosinophili
12.
Penyakit kolagen
kelainan paru pada berbagai penyakit kolagen sulit dibedakan satu sama
lain, karena mempunyai gambaran foto thorak yang hampir sama
penyakit kolagen dengan kelainan paru, yaitu polyarthritis nodosa,
sistemik sclerosis, rheumatoid arthritis,SLE dll
gambaran radiologis
nodul/bercak opak multiple
tanda bendungan paru massif
corakan pembuluh darah bertambah terutama arteri karena terjadi
arteritis
gambaran edema paru massif(bercak 2/3 medial paru
efusi pleura
efusi pericardial
14 shrhlmy
kind of atelectasis
16 shrhlmy
1.
2.
3.
4.
5.
Atelectasis
Atelectasis
Atelectasis
Atelectasis
Atelectasis
lobaris bawah
lobaris tengah
lobaris atas
segmental
lobaris (plate like/atelectasis local)
Disebabkan oleh
Obstruksi
Kompresi pneumothorak
Kontraksi fibrotik
Adhesi
Atelectasis terbagi 2 yaitu:
Direct(paru yang sakit) menyebabkan gambaran
o Peningkatan densitas pada paru atelectasis
o Fisura tertarik
o Corakan bertambah
Indirect(disekitar paru yang sakit menyebabkan gambaran
o Diagfragma naik
o Jantung bergeser kea rah yang sakit
o Sela iga menyempit
o Paru lain lebih mengembang
17 shrhlmy
Pleura
1. Efusi pleura
Foto rutin tegak + foto lateral decubitus
Gambaran radiologi
a. Cairan tampak berupa perselubungan homogeny
b. Menutupi struktur bawah paru
c. Hilus terdorong kearah sentral
d. Sudut costofrenikus tumpul
18 shrhlmy
2. Pneumothorak
Gambaran radiologi
a. Radiolusen tanpa struktur jaringan paru
b. Menekan jaringan paru ke arah hilus
c. Paru menjadi kolaps di arah hilus
d. Sela iga menjadi lebih lebar
19 shrhlmy
3. Penebalan pleura
a. Garis densitas tinggi tidak teratur
b. Kalsifikasi
c. Sinus costofrenkus jadi tumpul
4. Pleuritis akut
a. Gambaran penebalan pleura
b. Diagfragma letak tinggi
c. Data klinis
20 shrhlmy
i. Demam
ii. Nyeri dada
iii. Sesak nafas
iv. Lab (+)
5. Pleuritis kronik
a. Penebalan pleura tidak teratur
b. Penarikan diagfragma keatas
c. Kalsifikasi pada penebalan pleura
d. Data klinis kesanggupan bernafas menurun
6. Tumor pleura
a. Primer
i. Jinak
1. Lipoma
2. Fibroma
3. Hemangioma
4. Neurofibroma
Memberikan bayangan massa didinding thorak
ii. Ganas
1. Mesothelioma pleura, fissure interlobar
membesar pembentukan cairan rongga pleura
b. Metastasis tumor ganas ke pleura cairan rongga pleura>>
Mediastinum
Foto thorak PA dan lateran
o Menentukan letak lesi
Tomografi
o Melihat isi daripada lesi
Fluoroskopi
o Melihat pergerakan/pulsasi pembuluh darah
Angiografi
o Kelainan pembuluh darah
1. Mediatinitis akut
a. Etiologi
i. Luka esophagus
ii. Penjalaran radang paru/KGB
b. Gambaran
i. Pelebaran mediastinum
ii. Densitas bertambah
2. Mediastinis kronik
a. Etiologi
i. TB
ii. Jamur
iii. Mediastinum akut kronik
b. Gambaran
i. Absan di posterior
ii. Pembesaran mediastinum
21 shrhlmy
cepat
Mediastinum superior
appertura thoracic superior DIV thoracal 4-5
tumor
1. Tumor trakea
2. tumor dan pembesaran tiroid
3. lesi vascular
a. aneurysma subclavian
b. aneurisma arkus aorta innominate
4. kista bronkogenik
5. limfoma
mediastinum inferior(anterior)
dinding belakang sternum dinding depan pericardium
tumor
1. teratoma
2. thymoma
3. kista timus
4. lipoma
5. adenoma parathyroid
6. tumor pembuluh darah
7. tumor pembuluh lymp
8. lymphadenopati
9. pembesaran aorta ascending
10.
pembesaran vena cava superior
11.
pembesaran arteri pulmonary
12.
hernia morgagni
13.
kista pericardial celomic
mediastinum inferior ( medial)
dinding depan pericardium dinding belakang pericardium
tumor
1. kista bronkogenik
2. limpadenopati paratrakeal
3. lesi esophageal
a. megaesophagu
b. tumor
i. benign
ii. malignan
4. diverticula epiphrenic
a. duplication
b. hiatus hernia
5. pembesaran vena azygos
6. mediastinitis
7. hematoma
22 shrhlmy
23 shrhlmy
radiologi
24 shrhlmy
25 shrhlmy
26 shrhlmy
27 shrhlmy
28 shrhlmy
29 shrhlmy
30 shrhlmy
31 shrhlmy
Hidropneumothorak
radiology findings
air fluid level
pleura visceral lengket
atelectasis paru
32 shrhlmy
TB paru
33 shrhlmy
Jarang dijumpai
o Fibroma
o Kondroma
o Lipoma
o Hemangioma
o Tumor neurogenic
o Papilloma
o Leiomiofibroma,dll
HAMARTOMA
Tumor jinak paru yang sangat lambat pertambahan besarnya jarang pada anak,
biasanya > 40 tahun
Dapat ditemukan pada
perifer paru (90%)
endobronkial(central)
dibeberapa bagian paru (multiple)
bentuk tumor
a. bulat/ bergelombang (globulated)
b. berbatas tegas
c. ukuran <4 cm
d. sering mengandung kalsifikasi berbentuk bercak bercak garis/
gambaran pop corn akan bertambah seiring membesarnya tumor
e. cavitas tidak pernah berbentuk
KISTA PARU
Etiologi
a) hiperinflasi udara ke dalam parenkim paru melalui suatu celah berupa klep
akibat suatu peradangan kronis
b) kelainan kongenital radio tidak bisa membedakan etio kongenital/ radang
gambaran radiologi
bayangan bulat berdinding tipis dengan variasi ukuran
polikistik : kista >1 dan tersebar dikedua paru
b) sarcoma
a. differential spindle cel sarcoma
b. differential sarcoma
c. limfosarcoma primer
c) mixed ephitelial and sarcoma tumor(carsinosarcoma)
d) neoplasma asaal RES dalam paru
e) metastatis pada paru
epidermoid
kejadian meningkat epidermoid (45-60%)
etiologi
polusi udara
mental stress
ca epidermoid
meningkat pada laki laki rasio 10-20 : 1
umur >60 tahun
dapat nekrosis dan membentuk cavitas
menjalar hematogen
adenocarsinoma
meningkat pada wanita
sering diperifer paru kadang sentral
perkembangan cepat, cepat metastatis hemato dan limfogen
karsinoma aplastic
sentral dengan pembesaran kel hilus dan metastatis limfogen sering
dianggap limfosarkoma
jarang nekrosis dan jarang membentuk cavitas
ca sel alveolar
multifocal focus tunggal(single focus) dengan penjalaran cepat
(limfogen)
ada 2 bentuk
o noduler
o difus radiologi mirip konsolidasi pneumonia
adenoma bronchial
metastasis(limfogen) sering ke kel hilus prognosis baik
meningkat pada perempuan(90%) dan usia relative muda
gambaran radiologic
broncograpi invasive
CT scan
Konvensional(PA, lat, fluoroskopi)
Berbagai kelainan akibat adanya tumor
39 shrhlmy
Bronkus terjepit
Emfisema setempat
Atelectasis
Peradangan
Pembesaran kel hilus unilateral
Efusi pleura progresif
Elevasi diagfragma(paralysis n. frenicus)
Paling sering
Atelectasis
Gambaran perselubungan padat hilang akibat aerasi sumbatan tumor
Pembesaran hilus unilateral
Terdapat perbedaan ukuran besar hilus antara kedua hilus untuk pastinya
dilakukan tomografi/bronkoskopi
Emfisema local/ setempat
Penyumbatan lumen bronkus oleh tumor terhambatnya pengeluaran
udara saat ekspirasi densitas rendah
Ca bronkogen jenis anaplastic sering terjadi di bronkus utama akibatnya
terjadinya pelebaran mediastinum sukar dibedakan dengan limfoma
maligna
pembuluh
darah
besar(aorta,
Metastatis hematogen
Tumor ganas anak yang sering metastatis keparu
Wilms tumor
Neuroblastoma
Sarcoma osteogenik
41 shrhlmy
Sarcoma osteogenik
Sarcoma ewing
tumor ganas dewasa yang sering metastatis ke paru
Ca payudara
Tumor ganas GIT, ginjal dan testis
Gambaran radiologis
Tunggal(soliter)/ ganda(multiple)
Bayangan bulat(tidak banyak kalsifikasi) ukuran mm-cm, batas tegas
Ex: anak sebar osteogenik & cavitas terbentuk jarang 5% nekrosis
iskemic
Metastasis limfogen
42 shrhlmy
Miliar type
dapat berasal daari tumor mamae, tulang, tyroid, paru
Limfangitis type
mamae, seminoma tumor (testis), paru, prostat, gaster
Golf ball type
seminoma, clear cell (jaringan organ reproduksi wanita), sarcomaa
Coarne nodul type
clear cell, tyroid, gaster
Subpleural type
mamae, paru
Pneumonic dan peribronkial type
mamae, paru
43 shrhlmy
SISTEM KARDIOVASKULAR
Penilaian jantung
a) Situs (kedudukan organ di dalam dada dan di bawah diagfragma) periksalah
letak jantung dan lambung
b) Bentuk tulang punggung
c) Ukuran dan pembesaran jantung
d) Pembuluh darah besar(aorta dan arteri pulmonalis)
e) Paru paru seluruhnya
f) Pembuluh darah oaru
Situs
Normal situs solitus(jantung berada di hemithorak kiri dan fundus lambung
berada di abdomen sisi kiri.
Kelainan kongenital, jarang, kadang menimbulkan keluhan
Kombinasi yang sering terjadi adalah kelainan situs dengan
Tetralogy fallot
Kebocoran septum atrium dan ventrikel
Kelainan situs misalnya
Fundus dikanan dan apeks dikanan dekstrokardia
-
Hemitorak kanan
44 shrhlmy
Dengan Kontras
-
2. Respirasi (Pernafasan)
Inspirasi Dalam : Jantung Lebih Panjang Diafragma Jauh Ke Bawah
Ekspirasi
Berdiri, PA:
Mengalami
Pembesaran
Supine, AP:
4. Bentuk Tubuh
-
Astenikus:
Gemuk (Picnicus):
Jantung
Lebih
Datar
Scoliosis
Thoracalis
Ke
Kiri
Sciliosis
Thoracalis
Jantung
Kanan,
Batas
Ke
Kanan:
Pindah
Kiri
Ke
Dempet
Dengan CV
5. Kelainan Pada Paru
-
Posisi miring dengan sudut 45 60o terhadap film Bahu kanan nempel
pada Film RAO
Esofagus isi Barium
Pendorongan
Esofagus tidak diisi Barium Karena yang dilihat batas belakang dari
Jantung Ventrikel Kiri
Menggunakan Fluoroskopi
KV = 125
MA = 300 500
Sinus Kardiofrenikus
Diafragma
Sudut
Ventrikel
Kiri
Titik keseimbangan
Ventrikel
Kiri
Gerakan (Point of
Opposite Pulsation)
Sistole
Diastole
sebaliknya
2. Proyeksi Lateral
-
dr
sdt
Diafragma
Kranial
Arah Blkg Lengkungan Aorta
N : Ventrikel Kanan nempel di bwh Sternum
48 shrhlmy
Ke
arah
Lengkungan
Ventrikel Kanan
Atrium Kiri : Bgn Atas Blkg
Retro
Cardiac
space
V. Kanan :
Melengkung ke Medial
-
49 shrhlmy
b) Tonjolan 2
i) Arteri pulmonalis,
ii) Berbentuk setengah lingkaran
c) Tonjolan 3
i) Biasanya tidak tampak
ii) Bayangan aurikel atrium kiri
iii) Bila terlihatpembesaran atrium kiri
d) Tonjolan 4
i) Dibentuk oleh dinding luar ventrikel kiri
ii) Membentuk sudt/sinus kardiofrenic(kadang tertutup lemak)
Tonjolan 2 + 3 disebut pinggang jantung
2) Batas kanan jantung
a) Tonjolan 1
i) Pelebaran sisi mediastinum vena cava superior
b) Tonjolan 2
i) Garis lurus mengarah ke atas menuju arc.aorta
c) Tonjolan 3
i) Tonjolan kecil vena azygos
ii) Tempat pertemuan vena cava superior dan atrium kanan
d) Tonjolan 4
i) Tonjolan besar atrium kanan
51 shrhlmy
ok
ok
: Hambatan di
jaringan
Paru
mis:
ok
: Volume
darah
bertambah
ok
Proyeksi LAO
PA
52 shrhlmy
RAO
LAO
LAT
: Memutar ke kiri
Membesar ke depan
PA (Out Flow)
PA
LAT
RAO
LAT/RAO
: Aurikel menonjol
Kanan
Ke atas
PA
53 shrhlmy
RAO
LAT
LAO
LAO
LAT
Vka a. Pulmonalis Paru ke kanan & kiri Arteri2 kecil (sama dengan
Bronkus) kapiler Alveoli
dijumpai pada
atresia arteri
tetralogi fallot
hipoplasia paru kiri
2. Vena Pulmonalis
- Tdk selalu tampak
- Bwh kanan melintang menuju Atrium
- MS Supra Hiller
Kelainan Pembuluh Darah Paru
54 shrhlmy
Hillus
- A. Pulmonalis >>
vol >>/
Sumbatan Arteri Ferifer
a. Bronkhialis
a. Intercostalis
pd Fibrosis Paru
AORTA
N : 2,5 - cm
Org tua : 4 cm N
Lebar : > 4 cm
55 shrhlmy
Kelainan :
Vol Overriding Aorta
Pelebaran :
Penyempitan : MS
56 shrhlmy
57 shrhlmy
b.Cyanotik
Tetralogi fallot ---- VSD, PS , RVH ,semitransposisi aorta,
58 shrhlmy
Edema paru
Beda Gambaran Radiologi Edema Paru Kardiogenik dan Non Kardiogenik (dikutip dari
Lorraine et al, 2005)
NO.
Gambaran Radiologi
59 shrhlmy
Edema Kardiogenik
Edema
Non
Kardiogenik
1
Ukuran Jantung
Biasanya Normal
Lebar
Vaskuler
Biasanya normal
Distribusi Vaskuler
Seimbang
Normal/seimbang
Distribusi Edema
rata / Sentral
Efusi pleura
Ada
Penebalan
Peribronkial
Ada
Garis septal
Ada
Air bronchogram
Selalu ada
pedikel
60 shrhlmy
61 shrhlmy
SKELETAL
1. SYARAT dan ATURAN FOTO TULANG
1. Melewati 2 sendi (two joints)
Foto harus mencakup sendi yang berada di atas dan di bawah daerah fraktur
2. Harus diambil 2 posisi (two limbs)
Foto harus mencakup 2 view yaitu AP view dan lateral view
3. Sisi kontralateral harus difoto (two limbs)
Pada anak-anak, gambaran dari lempeng epifisis menyerupai garis garis fraktur. Oleh karena itu
diperlukan foto dari ekstremitas yang tidak mengalami trauma/normal
4. Tulang terdekat juga difoto (two injuries)
Kadangkala trauma tidak hanya menyebabkan fraktur pada satu daerah. Contohnya, seseorang
mengalami fraktur pada femur, sehingga diperlukan foto femur dan pelvis.
5. Foto terkadang perlu diulang (two ocasions)
Ada beberapa jenis fraktur yang sulit dinilai segera setelah trauma, sehingga diperlukan
pemeriksaan X ray satu atau dua minggu setelahnya untuk melihat fraktur yang terjadi.
Contohnya, fraktur yang terjadi pada ujung distal dari os clavicula, schapoid, femoral neck, dan
maleolus lateral.
62 shrhlmy
2. Tipe fraktur
1. Incomplete tejadi pada kedua corpus
A. Greenstick fracture
B. Torus fracture
C. Stress fracture
63 shrhlmy
D. Compression
2. Complete
A. Transverse fracture
B. Oblique fracture
C. Spiral fracture
D. Impacted fracture
E. Comminuted fracture
F. Segemental fracture
64 shrhlmy
fracture
2. Displacement
A. Anterior
B. Posterior
C.
D.
Medial
lateral
3. Rotasi
Perputaran
salah
satu
segmen
tulang , ke
medial/lateral
4. Angulasi,
sudut
yang
dibentu
oleh
fracture
66 shrhlmy
A. Fatique
akititas
yang
berlebihan
beban
berlebihan
67 shrhlmy
ankle fracture
salter harris fracture
scaphoid fracture
fracture of femur
pemeriksaan yang hati hati dari pemeriksaan foto polos tidak banyak memberikan
informasi, CT daoat memberikan keuntungan lebih detail yang komplit dari
segmen fraktur, dan dislokasi juga hubungan satu dan yang lainnya.
Fat pad sign and joint effusion
Normalnya terjadi pada bagian lateral dari siku saat fleksi 90 ? a fat pad
terliat pada anterior dari sendi. Normal terjadi pada capsula sendi. Pada sisi
68 shrhlmy
posterior tidak ada lapisan lemak yang terlihat karena lemak posterior berlokasi
didalam fossa intercondylar
Bila terdapat tanda lapisan lemak yang tidak terjadi pada anak kecil, dan
signifikan terdapat pada intrarticular injury. Bila terlihat lapisan lemak namun
tanpa adanya pendahuluan fraktur harus dicurigai adanya fracture yang samar.
Xray tidak terlihat fraktur
terlihatnya positif lapisan lemak
fraktur samar saat
anak : fraktur supercondylar
dewasa : fraktur kepala radius.
69 shrhlmy
70 shrhlmy
Ganas
Batas tak tegas
Destruksi
Rx periosteal(+)
Foto
72 shrhlmy
73 shrhlmy
2. Reaksi periosteal
74 shrhlmy
Benign (none)
Benign (solid)
75 shrhlmy
76 shrhlmy
3. Matrix tumor
77 shrhlmy
4. Soft tisuue
Bila lesi lebih dominan pada jaringan lunak dibanding pada tulang, maaa lebih cenderung pada
tumor jaringan lunak. Demikian juga sebaliknya.
Osteo sarcoma
78 shrhlmy
Osteochondroma
79 shrhlmy
findings
Infeksi Tulang
Osteomielitis
80 shrhlmy
Manifestasi klinik
Gejala gejala umum pada osteomyelitis hematogen akut timbul akibat bakterimia dan septicemia
berupa demam tinggi, malaise serta nafsu makan yang berkurang
Pemeriksaan fisik
nyeri tekan
gangguan pergerakan sendi (pembengkakan sendi dan bertambah berat bila terjadi spasme
local) dapat disebabkan oleh efusi sendi atau infeksi sendi(arthritis sendi)
setelah beberapa hari, infeksi yang keluar dari tulang dan mencapai subkutan akan
menimbulkan selulitis sehingga kulit akan kemerahan.
Diagnosis
diagnosis dini dari osteomyelitis akut sangat diperlukan karena dengan tatalaksana lebih awal
pemeriksaan penunjang
open biopsy pada tulang dengan pemeriksaan histopatologis dan kultur merupakan kriteria
sesuai.
Dalam 3 hari setelah gejala muncul, gambaran foto polos yang dapat ditemukan hanyalah
gambaran jaringan lunak disekitar metafisis yang dikenai berupa pembengkakak jaringan lunak
setempat yang kecil dan dalam sedangkan struktur tulang dan jaringan lunak lainnya masih
osteomyelitis
Abses brodie ditemukan pada anak anak biasanya muncul di metafisis. Ciri khas pada
osteomyelitis kronik adalah nekrosis tulang yang terbentuk rata rata dalam 10 hari.
81 shrhlmy
82 shrhlmy
83 shrhlmy
84 shrhlmy
PS : untuk foto BNO, luas lapangan penyinaran atau kolimasinya harus mencakup daerah ginjal hingga
blass yaitu titik pusat sinar (CP) berada di daerah umbikus dan batas bawahnya adalah simfisis pubis.
2. Foto Polos Abdomen (FPA)
Foto Abdomen adalah foto didaerah abdomen untuk melihat Gastro Intestinal, disebut juga
foto abdomen polos. Indikasi pemeriksaan ini salah satunya adalah untuk melihat ada atau tidaknya
udara bebas dalam rongga perut. Pemeriksaan lengkapnya ada ABDOMEN 3 POSISI yaitu foto
abdomen yang dilakukan dalam 3 proyeksi atau posisi yaitu ABD AP, ABD setengah duduk, dan ABD
LLD (Left Lateral Decubitus). Foto abdomen diperlukan untuk indikasi abdomen akut yaitu
pemeriksaan yang memerlukan tindakan segera.
FOTO BNO
BNO merupakan satu istilah medis dari bahasa Belanda yang merupakan kependekan dari Blass
Nier Overzicht (Blass = Kandung Kemih, Nier = Ginjal, Overzicht = Penelitian). Dalam bahasa
Inggris, BNO disebut juga KUB (Kidney Ureter Blass). Jadi, pengertian BNO adalah suatu
pemeriksaan didaerah abdomen / pelvis untuk mengetahui kelainan-kelainan pada daerah tersebut
khususnya pada sistem urinaria.
Apa kegunaan foto BNO?
1.
Mendeteksi penyakit pada sistem urinaria, misalnya batu ginjal (pada foto rontgen, batu ginjal
akan terlihat opaque (putih)).
2.
Sebagai plain photo (foto pendahuluan) pada rangkaian pemeriksaan BNO IVP.
Untuk mendapatkan gambaran radiografi dari letak anatomi dan fisiologi serta mendeteksi
kelainan patologis dari ginjal, ureter dan blass.
Apa indikasi pemeriksaan BNO IVP?
Indikasi pemeriksaan IVP antara lain nephrolithiasis (batu ginjal), vesicolithiasis (batu vesica
urinari), nefritis (radang ginjal), cystitis (radang vesica urinari), ureterolithiasis (batu ureter), tumor,
hipertrofi prostat.
Pemeriksaan BNO IVP menggunakan bahan kontras. Apa yang dimaksud dengan bahan
kontras? Mengapa itu digunakan dalam pemeriksaan IVP?
Bahan kontras atau media kontras adalah suatu zat yang memiliki nomor atom tinggi yang
berguna untuk membedakan jaringan yang tidak dapat dilihat oleh foto rontgen biasa. Pada
pemeriksaan IVP, bahan kontras yang digunakan berbahan baku yodium (I) dan jenis bahan kontrasnya
positif (yang tampak opaque pada foto rontgen)
Apa syarat bahan kontras yang digunakan pada pemeriksaan IVP?
1.
Memiliki nomor atom yang tinggi (seperti : Iodium, nomor atomnya 53), sehingga zat kontras
akan tampak putih pada jaringan.
2.
3.
Bersifat water soluble dan non ionik atau larut dalam air artinya dapat dengan mudah diserap
atau dikeluarkan dari tubuh setelah pemeriksaan.
Apa efek samping dari penggunaan bahan kontras ini? Pasien mana yang memiliki reaksi lebih
terhadap bahan kontras IVP?
Efek samping yang dapat terjadi:
1.
Efek samping ringan, seperti mual, gatal-gatal, kulit menjadi merah dan bentol-bentol
2.
3.
Efek samping terjadi pada pasien yang alergi terhadap yodium (makanan laut) dan kelainan pada
jantung.
86 shrhlmy
Bagaimana pencegahan dan penanganan pasien yang mengalami alergi bahan kontras saat
pemeriksaan IVP?
Tindakan pencegahan
1.
Melakukan skin test. Skin test adalah tes kepekaan kulit terhadap bahan kontras yang
disuntikkan sedikit dipermukaan kulit (subkutan). Bila terjadi reaksi merah atau bentol diarea itu,
segera laporkan radiolog/dokter yang jaga.
2.
Melakukan IntraVena test setelah skin test dinyatakan aman. IV test yaitu dengan menyuntikan
bahan kontras kurang lebih 3-5cc kedalam vena. Segera laporkan dokter jika terjadi reaksi.
3.
Memberikan obat pencegahan alergi seperti antihistamin sebelum pemasukan bahan kontras
(contohnya : diphenhydramine).
Tindakan penyembuhan (yang dilakukan setelah bahan kontras itu masuk tubuh dan menimbulkan
alergi)
1.
Reaksi ringan seperti rasa mual dapat diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk tarik nafas
dalam lalu keluarkan melalui mulut.
2.
Reaksi berat diperlukan pengobatan atau pertolongan lainnya atau bila perlu menghentikan
pemeriksaan (sesuai arahan radiolog).
Pemeriksaan IVP memerlukan persiapan dari pasien terlebih dahulu. Apa saja persiapan yang
perlu diberitahukan kepada pasien sebelum melakukan pemeriksaan IVP?
1.
Sehari sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien diminta untuk makan-makanan lunak yang tanpa
serat (seperti bubur kecap) maksudnya supaya makanan tersebut mudah dicerna oleh usus
sehingga faeces tidak keras.
2.
Makan terakhir pukul 19.00 (malam sebelum pemeriksaan) supaya tidak ada lagi sisa makanan
diusus, selanjutnya puasa sampai pemeriksaan berakhir.
3.
Malam hari pukul 21.00, pasien diminta untuk minum laksatif (dulcolax) sebanyak 4 tablet.
4.
8 Jam sebelum pemeriksa an dimulai, pasien tidak diperkenankan minum untuk menjaga kadar
cairan.
5.
Pagi hari sekitar pukul 06.00 (hari pemeriksaan), pasien diminta untuk memasukkan dulcolax
supossitoria melalui anus, supaya usus benar-benar bersih dari sisa makanan / faeces.
87 shrhlmy
6.
Selama menjalani persiapan, pasien diminta untuk tidak banyak bicara dan tidak merokok
supaya tidak ada intestinal gas (gas disaluran pencernaan)
Gambar 2. Foto BNO dengan persiapan pasien yang kurang baik (tampak visualisasi udara / faeces di
rongga abdomen)
88 shrhlmy
2.
3.
4.
Wing needle
89 shrhlmy
5.
Jarum no 18
6.
Kapas alkohol
Peralatan unsteril :
1.
2.
3.
Gunting
4.
Plester
5.
2.
Pasien diminta untuk mengisi informed consent (surat persetujuan tindakan medis setelah
pasien dijelaskan semua prosedur pemeriksaan).
3.
4.
Jika hasil foto BNO baik, lanjutkan dengan melakukan skin test dan IV test sebelum
dimasukkan bahan kontras melalui vena fossa cubiti
5.
6.
Menyuntikkan bahan kontras secara perlahan-lahan dan menginstruksikan pasien untuk tarik
nafas dalam lalu keluarkan dari mulut guna menminialkan rasa mual yang mungkin dirasakan
pasien
7.
8.
9.
10. Pasien diminta untuk turun dari meja pemeriksaan untuk buang air kecil (pengosongan blass)
kemudian difoto lagi post mixi.
11. Foto IVP bisa saja dibuat sampai interval waktu berjam-jam jika kontras belum turun.
90 shrhlmy
Sebelum rangkaian foto IVP dibuat dan sebelum bahan kontras diinjeksikan, terlebih
dahulu dibuat foto pendahuluan (plain photo BNO). Apa tujuan plain photo BNO itu?
1.
2.
Untuk melihat keadaan rongga abdomen khususnya tractus urinaria secara umum.
3.
Untuk menentukan faktor eksposi yang tepat untuk pemotretan berikutnya sehingga tidak
terjadi pengulangan foto karena kesalahan faktor eksposi.
91 shrhlmy
PO : 1. Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi; 2. Atur long axis tubuh sejajar
dengan long axis film; 3. Aturlah kaset dengan batas atas pada processus xypoideus dan batas bawah
pada crista iliaca/SIAS
CP : pertengahan film
CR : Vertikal tegak lurus film
3. Foto 15 menit post injeksi
Menggunakan kaset 30 x 40 (disesuaikan dengan tubuh pasien) yang diletakkan memanjang.
PP : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan garis tengah tubuh sejajar dengan garis tengah meja
pemeriksaan, kedua tungkai kaki diatur lurus, dan kedua tangan lurus disamping tubuh.
PO : 1. Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi; 2. Atur long axis tubuh sejajar
dengan long axis film; 3. Aturlah kaset dengan batas atas pada diafragma, dan batas bawah pada
sympisis pubis.
CP : Umbilikus
CR : Vertikal tegak lurus film
4. Foto 30 menit post injeksi
Menggunakan kaset 30 x 40 (disesuaikan dengan tubuh pasien) yang diletakkan memanjang.
PP : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan garis tengah tubuh sejajar dengan garis tengah meja
pemeriksaan, kedua tungkai kaki diatur lurus, dan kedua tangan lurus disamping tubuh.
PO : 1. Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi; 2. Atur long axis tubuh sejajar
dengan long axis film; 3. Aturlah kaset dengan batas atas pada diafragma, dan batas bawah pada
sympisis pubis.
CP : Umbilikus
92 shrhlmy
93 shrhlmy
Pemeriksaan BNO IVP memiliki kelebihan dan kekurangan. Apa saja kelebihan dan kekurangan
itu?
Kelebihan :
1.
2.
Relatif aman
3.
Kekurangan :
1.
2.
Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam pembuatan foto BNO IVP?
1.
Jangan lupa memberi marker BNO, 5, 15, 30, PM sesuai dengan interval jwaktu.
2.
Pemeriksaan dilakukan menggunakan grid sebagai penyerap radiasi hambur, jika tidak
menggunakan bucky potter grid, gunakan lysolm grid.
94 shrhlmy
3.
Persiapan pasien yang baik akan menghasilkan gambaran IVP yang baik pula.
4.
Proteksi radiasi bagi pasien juga harus diperhatikan seperti membatasi lapangan penyinaran.
5.
Peng-ekspos-an dilakukan saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh (aba-aba pemeriksaan
: tarik nafas buang nafas.tahan!!!!. hal ini bertujuan untuk menghindari kekaburan objek
karena pergerakan saat bernafas.
2.
Pasien diminta untuk minum air putih yang banyak untuk menghilangkan bahan kontras dari
tubuh.
CATATAN :
Penatalaksanaan pemeriksaan yang dijelaskan diatas bisa saja berbeda di masing-masing rumah sakit.
1.1. Contoh Format Penulisan BNO
Distribusi udara usus normal
Peripheral fat dan psoas line normal
Scletal scolosis, spondilosis. Gambaran klasifikasi midline setinggi T12 dan T1
Tak tampak konkrement opak
KESAN: Scoliosis, spondilosis lumbal. Tak tampak urolitiasis opak
Susp kalsifikasi pankreas
2. FOTO POLOS ABDOMEN
Apakah pengertian abdomen 3 posisi?
Abdomen 3 posisi adalah prosedur pemeriksaan radiografi pada daerah abdomen khususnya untuk
memperlihatkan kelainan yang terjadi pada tractus digestivus / gastrointestinal yang dilakukan dalam 3
posisi pemotretan.
Apakah abdomen akut itu? dan apa saja yang masuk kategori abdomen akut?
abdomen akut adalah keadaan sakit perut mendadak yang memerlukan tindakan segera.
95 shrhlmy
macam abdomen akut : ileus, perforasi (kebocoran dinding usus), ascites, massa intra abdominal.
Bagaimanakah teknik pemeriksaan radiografi abdomen 3 posisi?
Teknik radiografi abdomen untuk kasus abdomen akut dilakukan dalam 3 posisi yaitu abdomen AP
supine, Abdomen AP setengah duduk, dan abdomen LLD.
1. ABDOMEN AP
Posisi Pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan, MSP tubuh berada di pertengahan meja.
kedua tangan diatur lurus disamping tubuh dan kedua kaki diatur lurus.
Posisi Objek : aturlah kaset agar batas atas kaset pada diafragma, batas bawah pada simfisis
pubis dan crista iliaca berada dipertengahan. Pelvis TIDAK mengalami rotasi (terlihat dari kedua
SIAS berjarak sama dikedua sisinya)
CR : vertikal tegak lurus ke kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan crista iliaca
FFD : 100 cm
Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh (aba-abanya : buang nafas..
tahan!!! atau tahan nafas!!! lalu ekspos.)
96 shrhlmy
Posisi Pasien : pasien duduk diatas meja pemeriksaan dengan menempatkan MSP tubuh sejajar
kaset, kedua tangan lurus disamping tubuh dan kedua kaki diatur lurus.
Posisi Objek : kaset berada dibelakang tubuh pasien, aturlah kaset dengan batas atas procxypoid
dan batas bawahnya simfisis pubis, pelvis dan shoulder TIDAK mengalami rotasi.
CR : horisontal tegak lurus ke kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan crista iliaca (umbilikus)
FFD : 100 cm
Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh (aba-abanya : buang nafas..
tahan!!! atau tahan nafas!!! lalu ekspos.)
3. ABDOMEN LLD
97 shrhlmy
jPosisi Pasien : Pasien tidur miring ke sisi kiri, kedua genue ditekuk (difleksikan), kedua tangan
diletakkan ditas kepala
Posisi Objek : aturlah kaset agar batas atas kaset pada diafragma, batas bawah pada simfisis
pubis dan crista iliaca berada dipertengahan. kaset berada dibelakang punggung.
CR : horizontal sejajar kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan crista iliaca.
FFD : 100 cm
Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh (aba-abanya : buang nafas..
tahan!!! atau tahan nafas!!! lalu ekspos.)
Abdomen LLD : untuk memperlihatkan air fluid level atau udara bebas yang mungkin terjadi
akibar perforasi kolon.
Mengapa dibuat foto LLD (bukan RLD) untuk abdomen 3 posisi ini?
supaya terpisah dengan udara di lambung. pada pasien tersangka kebocoran dinding usus, udara akan
berada pada permukaan teratas. jika dibuat foto RLD, udara bebas itu kan tampak menyatu/bercampur
dengan udara diusus sehingga patologisnya sulit dinilai.
Apa tujuan eksposi dilakukan saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh?
98 shrhlmy
pada saat tahan nafas, pergerakan usus akan berhenti, diafragma akan naik dan gambaran abdomen
akan tampak jelas.
2.1.
99 shrhlmy
Distribusi udara usus berlebihan sampai ke usus halus, kaliber usus melebar disertai gambaran air
fluid level multiple, tak tampak free air. Kolon masih terisi sampai kanan.
Preperitonel fat dan psoas line normal
Skletal scoliosis, spondilosis
Tak tampak konkrement opak
KESAN: Ileus obstruksi, letak rendah?
APENDIKOGRAM
DEFINISI:
Appendikografi : Teknik pemeriksaan radiologi untuk memvisualisasikan appediks dengan
menggunakan
kontras
Dapat dilakukan :
Secara oral
Ecara anal
PERSIAPAN PASIEN
100 shrhlmy
media
positif
barium
sulfat
48 jam sebelum pemeriksaan dianjurkan makan makanan lunak tidak berserat. Misal : bubur
kecap
12 jam atau 24 jam sebelum pem pasien diberikan 2/3 Dulcolac untuk diminum
Pagi hari pasien deberi dulkolac supositoria melalui anus atau dilavement
PERSIAPAN ALAT
Pesawat sinar-X yg dilengkapi fluoroskopi & dilengkapi alat bantu kompresi yg berfungsi untuk
memperluas permukaan organ yg ada didaerah ileosaekal / memodifikasi posisi pasien supine
mjd prone
Kaset + film
PERSIAPAN BAHAN
3.2.
Teknik
Pemeriksaan PA/AP
Posisi Pasien :
Pasien pada posisi pone atau supine, dengan bantal di kepala.
Posisi Objek :
101shrhlmy
PROJECTION
Central Ray :
Colon bagian transversum harus diutamaka terisi barium.pada posisi PA dan terisi udara pada
posisi AP dengan teknik double contrast.
RPO
102 shrhlmy
(Right
Posterior
Oblique)
Posisi Pasien : 35 to 45o menuju right dan left porterior oblique (RPO atau LPO), dengan bantal pada
bantal
Posisi Objek :
Luruskan MSP dengan meja pemeriksaan dengan abdominal margins kiri dan kanan sama
jauhnya dari garis tengah meja pemeriksaan
CENRAL RAY :
Sudutkan CR dengan titik pusat setinggi iliac crest dan sekitar 2,5 cm lateral menuju garis
midsaggital plane (MSP).
103shrhlmy
LPO colic flexura hepatic kanan dan ascending & recto sigmoid portions harus tampak
terbuka tanpa superimposition yang significant. RPO- colicflexure kiri dan descending portions
harus terlihat terbuka tanpa superimposition yang significant.
COLON IN LOOP
Pengertian
Teknik pemeriksaan Colon in Loop adalah teknik pemeriksaan secara radiologis dari usus besar
dengan menggunakan media kontras.
104 shrhlmy
Indikasi
a).
b).
c).
Divertikel, merupakan kantong yang menonjol pada dinding colon, terdiri atas
lapisan mukosa dan muskularis mukosa.
d).
Mega colon adalah suatu kelainan konginetal yang terjadi karena tidak adanya
sel ganglion dipleksus mienterik dan sub mukosa pada segmen colon distal. Tidak adanya
peristaltic
menyebabkan
feases
sulit
melewati
segmen
agangglionik,
sehingga
f).
Invaginasi adalah melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu sendiri.
g).
h).
i).
Atresia adalah tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya ada.
j).
Intussusepsi adalah gangguan mekanis pada bayi yang sering disebabkan oleh
cacat kelahiran dimana adanya pembesaran saluran usus didaerah distal, biasanya didaerah
illeus.
Kontra Indikasi
a). Perforasi, terjadi karena pengisian media kontras secara mendadak dan dengan tekanan
tinggi, juga terjadi karena pengembangan yang berlebihan.
b). Obstruksi akut atau penyumbatan.
105shrhlmy
Persiapan Pasien
Tujuan persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan Colon in Loop adalah untuk
membersihkan colon dari feases, karena bayangan dari feases dapat mengganggu gambaran dan
menghilangkan anatomi normal sehingga dapat memberikan kesalahan informasi dengan
adanya filling defect.
Menurut Rasad (1999), prinsip dasar pemeriksaan Colon in Loop memerlukan beberapa
persiapan pasien, yaitu :
a.
b.
Minum sebanyak-banyaknya
Absorbi air terbanyak terjadi pada kolon, dengan pemberian air minum yang banyak dapat
menjaga tinja selalu dalam keadaan lembek
c.
d.
Seterusnya puasa sampai pemeriksaan agar kolon kosong sehingga gambaran anatomi
e.
f.
106 shrhlmy
3.
Marker
4.
5.
6.
Sarung tangan
7.
8.
Kassa
9.
Bengkok
10.
Apron
11.
Plester
12.
b. Persiapan bahan
1. Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium dengan konsentrasi antara 1225% W/V untuk kontras tunggal dan 70 80 % W/V (Weight /Volume) untuk kontras
ganda. Banyaknya larutan (ml) tergantung pada panjang pendeknya colon, kurang lebih
600 800 ml
2. Air hangat untuk membuat larutan barium
3. Vaselin atau jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat kanula dimasukkan
kedalam anus.
TEKNIK PEMERIKSAAN
Metode pemasukan media kontras
a. Metode kontras tunggal
- Pasien ditempatkan di atas meja pemeriksaan.
- Siapkan bahan kontras, Barium Sulfat (BaSO4) dicampur dengan air dengan perbandingan
-
ke dalam irrigator.
Ujung kateter diolesi dengan jelly kemudian dimasukkan ke dalam rectum kira-kira 5 cm,
kemudian di kunci.
Irrigator dipasang pada stand infus dengan ketinggian kira-kira 1 meter dari permukaan
meja pemeriksaan kemudian Barium Sulfat dimasukkan dengan membuka klem.
107shrhlmy
Setelah kontras Barium Sulfat masuk ke dalam colon kemudian pasien disuruh miring kiri-
Metode kontras ganda mutlak memerlukan fluroskopi, sebab untuk mengetahui jumlah
udara yang masuk tidak memungkinkan diukur dengan alat, oleh karena itu untuk menilai
udara yang masuk cukup atau kurang dinilai dengan fluroskopi dengan melihat dilatasi dari
colonnya bila udara yang masuk tidak dinilai, maka kemungkinan udara yang masuk
terlalu banyak sehingga menyebabkan tekanan dalam colon juga sangat tinggi akibatnya
Tahap pengisian
Pada tahap ini dilakukan pengisian larutan BaSO4 ke dalam lumen colon, sampai
mencapai pertengahan kolon transversum. Bagian yang belum terisi dapat diisi dengan
mengubah posisi penderita.
(2).
Tahap pelapisan
Dengan menunggu kurang lebih 1-2 menit agar larutan BaSo4 mengisi mukosa
colon.
(3).
Tahap pengosongan
Setelah diyakini mukosa terlapisi maka larutan perlu dibuang sebanyak yang dapat
dikeluarkan kembali.
(4).
Tahap pengembangan
Pada tahap ini dilakukan pemompaan udara ke lumen kolon. Pemompaan udara tidak
boleh berlebihan (1800- 2000 ml) karena dapat menimbulkan kompikasi lain,
108 shrhlmy
misalnya refleks vagal yang ditandai dengan wajah pucat, pandangan gelap,
bradikardi, keringat dingin dan pusing.
(5).
Tahap pemotretan
Pemotretan dilakukan bila seluruh colon telah mengembang sempurna.
Proyeksi Radiograf
Pemeriksaan Colon
posisi full filling AP-PA, seteah itu bila ditemukan kelainan atau kejanggalan baru
dilakukan positioning sesuai dengan letak kelainan yang ditemukan.
1.
Posisi pasien
(Mid Sagital Plane) tubuh berada tepat pada garis tengah meja pemeriksaan. Kedua tangan
lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah.
Posisi objek
: Objek diatur dengan menentukan batas atas processus xypoideus dan
Gambar 2. Posisi pasien AP dan PA dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop
2.
109shrhlmy
Posisi pasien
dirotasikan ke kanan kurang lebih 35- 45 terhadap meja pemeriksaan. Tangan kanan lurus di
samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan tubuh berpegangan pada tepi meja. Kaki
kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit di tekuk untuk fiksasi.
Posisi objek
:
MSP pada petengahan meja
Cenral Point
:
Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengah
:
:
:
:
superposisi bila di bandingkan dengan proyeksi PA dan tampak juga daerah sigmoid dan colon
asenden.
Gambar 3. Posisi pasien RAO dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop
3.
Proyeksi LAO
Posisi pasien
dirotasikan kurang lebih 35 - 45 terhadap meja pemeriksaan. Tangan kiri di samping tubuh
dan tangan di depan tubuh berpegangan pada meja pemeriksaan, kaki kanan ditekuk sebagai
fiksasi, sedangkan kaki kiri lurus.
Posisi objek
:
MSP pada petengahan meja, lutut fleksi.
Central point
:
Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua
crista illiaca.
Central ray
Eksposi
FFD
Kriteria
:
:
:
:
superposisi bila dibanding pada proyeksi PA, dan daerah colon descendens tampak.
110 shrhlmy
sedikit
Gambar 4. Posisi pasien LAO dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop
4.
Proyeksi LPO
Posisi pasien
- 45 terhadap meja pemeriksaan. Tangan kiri digunakan untuk bantalan dan tangan kanan di
depan tubuh berpegangan pada tepi meja pemeriksaan. Kaki kiri lurus sedangkan kaki kanan
ditekuk untuk fiksasi.
Posisi objek
:
Central ray
:
crista illiaca.
Central point
Eksposi
FFD
:
:
:
Gambar 5. Posisi pasien LPO dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop
5.
111shrhlmy
Proyeksi RPO.
Posisi pasien
:
:
:
:
ascendens.
Gambar 6. Posisi pasien RPO dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop
6.
Proyeksi Lateral.
Posisi pasien
Posisi Objek
:
:
112 shrhlmy
:
Dilakukan saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.
:
100cm
: Daerah rectum dan sigmoid tampak jelas, rectosigmoid pada
Gambar 7. Posisi pasien Lateral dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop
7.
Posisi pasien
:Pasien diposisikan ke arah lateral atau tidur miring ke kiri dengan bagian
Gambar 8. Posisi pasien LLD dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop
8.
Posisi pasien
Posisi objek
:
:
lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah. Atur pertengahan kaset dengan
menentukan batas atas pada puncak illium dan batas bawah symphisis pubis.
Central Point
:
Titik bidik pada 5 cm di bawah pertengahan kedua crista illiaca.
Central ray
:
Arah sinar membentuk sudut 30 - 40 kranial.
Eksposi
:
Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.
113shrhlmy
FFD
Kriteria
:
:
100cm
menunjukkan rektosigmoid di tengah film dan sedikit mengalami
superposisi dibandingkan dengan proyeksi antero posterior, tampak juga kolon transversum.
Gambar 9. Posisi pasien AP Aksial dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop
9.
Posisi pasien
Posisi objek
:
:
Kedua tangan lurus disamping tubuh dan kaki lurus kebawah. MSP objek sejajar dengan garis
Gambar 10. Posisi pasien PA Aksial dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop
114 shrhlmy
115shrhlmy
116 shrhlmy
117shrhlmy
118 shrhlmy
119shrhlmy
Congenital
jejunalatresia
ilealatresiaorstenosis
entericduplication
midgutvolvulus
mesentericcyst
Meckeldiverticulum
Extrinsiccauses
fibrousadhesions
abdominalhernia
endometriosisrare
masses
1 extrinsicneoplasm
2 intraabdominalabscess
3 aneurysm
4 haematoma
Intrinsicbowelwallcauses
inflammation,e.g.Crohn,tuberculosis,eosinophilicgastroenteritissmallbowelobstructionin
120 shrhlmy
Crohndiseasemayrelateto:
? acuteflarewithluminalnarrowingsecondarytotransmuralinflammation
? cicatricialstenosisinlongstandingdisease
? adhesionsorincisionalherniasfromprevioussurgery
?
tumour(rare)primarysmallbowelneoplasmsarerare(<2%allGImalignancy)andusually
advancedattimeofSBO.
GIST,adenocarcinoma,lymphomaasymmetricandirregularmuralthickening
attransitionpointsmallbowelinvolvementofmetastaticdiseaseismorecommonperitoneal
carcinomatosis with extrinsic serosal disease in association with transition point caecal
malignancyinvolvingileocecalvalve
radiation enteritis produces adhesive and fibrotic changes in the mesentery with luminal
narrowinganddysmotilitymaycauseobstructioninlatephase(>1yearaftertherapy)
intestinalischaemia
occlusionorstenosisofthemesentericarterialorvascularsupply
producessmallbowelwallthickeningandobstruction
pneumatosisandportalvenousgasifadvanced
Intramuralhaematoma
trauma, iatrogenic, anticoagulant therapy, HenochSchonlein purpura produces
luminalnarrowingbetterseenonnonenhancedCTwithhomogenous,regular
andspontaneouslyhyperattenuatingwall
intussusception
rareinadults(<5%ofSBO)
headpointmayrelatetoneoplasm,adhesionorforeignbody
nowelwithinbowelwithorwithoutmesentericfatandmesentericvessels
leading mass should be carefully interpreted and differentiated from the soft
tissuepseudotumorthatrepresentstheintussusceptionitself
Intraluminalcauses
swallowed,e.g.foreignbody,bezoar
gallstoneileus
rarecomplicationofrecurrentcholecystitis
biliaryintestinalfistulawithimpactionofgallstoneinthesmallbowel
meconiumileus(ormeconiumileusequivalent,distalintestinalobstructionsyndrome)
radiologyfinding
Abdominalradiographsareonly5060%sensitiveforsmallbowelobstruction 3.Inmostcases,
121shrhlmy
theabdominalradiographwillhavethefollowingfeatures:
dilatedloopsofsmallbowelproximaltotheobstruction
predominantlycentraldilatedloops
threeinstancesofdilatationover3cm
valvulaeconniventesarevisible
fluidlevelsifthestudyiserect(nonstandardtechnique)
However,obstruction(whichmaybehighgrademechanicalobstruction)mayalsopresentwith
thefollowingfeatures:
agaslessabdomen:gaswithinthesmallbowelisafunctionofvomiting,NGtubeplacement
andlevelofobstruction
thestringofbeadssign:smallpocketsofgaswithinafluidfilledsmallbowel
Theunderlyingaetiologyoflargebowelobstructionsisagedependant,butinadulthood,the
mostcommoncauseiscoloniccancer(5060%),typicallyinthesigmoid
Thesecondmostcommoncauseinadultsisacutediverticulitis(involvingthesigmoidcolon).
Together,obstructingtumoursandacutediverticulitisaccountfor90%ofallcausesoflarge
bowel obstruction. While adhesions are the leading cause of small bowel obstruction, for
practicalpurposes,theydonottendtocauselargebowelobstruction.Overallcausesoflarge
bowelobstructioninclude4:
malignancy
1 colorectalcarcinoma(mostcommon,5060%)
2 pelvictumours;directspreadormetastaticdisease
colonicdiverticulitis
volvulus
1 caecalvolvulus(13%)
2 sigmoidvolvulus(38%)
ischaemicstricture(seeischaemiccolitis)
faecalimpaction/faecoloma(mostcommoncauseindebilitatedelderly)
hernias(uncommon)
122 shrhlmy
Radiographicfeatures
Largebowelobstructionsarecharacterisedbycolonicdistensionproximaltotheobstruction,
withcollapsedistally.Itshouldbenotedthatinsomecasesthepointofobstructionandsiteof
obstructionarenotthesame,withthepointofobstructionlocateddistaltotoapparentcutoff
point, e.g. an obstructing sigmoid tumour may present with aparent cutoff at the splenic
flexure.
Althoughthereisnouniversallyagreeduponcutoffforwhatconstitutesdilatationofthelarge
bowel,6cmisareasonablevalueforthecolon,withthecaecumhavinganupperlimitof9cm
1.
Plainradiograph
colonicdistension:gaseoussecondarytogasproducingorganismsinfaeces
collapseddistalcolon
smallboweldilatation,dependson
1 durationofobstruction
2 incompetenceoftheileocaecalvalve
Inadvancedcasesonemayseethestigmataofanischaemiccolon,namely
intramuralgas(pneumatosiscoli)
portalvenousgas
freeintraabdominalgas(pneumoperitoneum)
CEDERA KEPALA
Informasi/kelainan2 dapat berupa:
Fraktur
Infeksi
Tumor : primer atau sekunder
Sinus paranasalis
Tanda2 peningkatan tekanan intra kranial :
o Sutura melebar
o Impressiones digitatae
123shrhlmy
o Destruksi sella
Foto Lateral
124 shrhlmy
CT Kepala Normal
Fractura calvaria dengan epidural hematoma dan hematoma jaringan lunak kepala
125shrhlmy
Subdural Hematom
Perdarahan Subarachnoid
3. INDIKASI CT PADA CEDERA KEPALA
Menurut New Orland:
-
Sakit kepala
Muntah
Umur > 60 th
Adanya intoksikasi alkohol
Amnesia retrograde
Kejang
Adanya cedera di area clavicula ke superior
126 shrhlmy
Hangman fracture
127shrhlmy
128 shrhlmy