BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemajuan dan daya saing suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas dari
SDM (Sumber Daya Manusia) yang ada didalamnya.Salah satu aspek yang
memiliki pengaruh terhadap kualitas SDM adalah kesehatan.Anak yang sehat
merupakan investasi dan modal SDM yang berkualitas bagi suatu bangsa di masa
depan. Individu yang sehatakan mampu melakukan aktivitas produksi dan
konsumsi dengan baik dan optimal, sementara individu yang sering sakit akan
mengalami hambatan dalam kedua aktifitas tersebut. (1)
Salah satu indikator kesehatan anak adalah
pertumbuhan
tinggi
1.5 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:
1. Terdapat hubungan tinggi badan orang tua dengan stunting pada balita usia
6-59 bulan di Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar.
2. Terdapat hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan stunting pada
balitausia 6-59 bulan di Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertumbuhan
2.1.1 Definisi Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah peningkatan massa jaringan tubuh yang ditentukan
segara genetik berdasarkan laju, pola, dan usia sehingga anak dapat tumbuh
menjadi dewasa. Pertumbuhan merupakan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran
atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang dapat diukur dengan
ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang
dan keseimbangan metabolik (retensi kalium dan dan nitrogen tubuh). (13) (14)
Pertumbuhan fisik merupakan proses fisiologis fundamental yang menjadi
ciri masa kanak-kanak. Pertumbuhan harus selalu diawasi dengan ketat baik oleh
orang tua maupun petugas kesehatan karena pertumbuhan merupakan patokan
dalam menilai kesehatan anak. Petugas kesehatan harus memiliki pengetahuan
mengenai pola normal dan variasi individual yang umum terjadi untuk dapat
mengidentifikasi masalah yang mungkin timbul dalam pertumbuhan anak. (15)
(16)
2.1.2
pertumbuhan yang telah diterangkan oleh banyak ahli dibidang tumbuh kembang
anak. Dari berbagai konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor
utama yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak yang terdiri dari faktor
internal dan faktor eksternal. (6)
a. Faktor internal (Genetik)
Faktor genetik merupakan
modal
dasar
dalam
mencapai
hasil
dalam faktor eksternal adalah gizi, mekanis, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi,
infeksi, kelainan imunologi, anoksia embrio, dan psikologi ibu. (6) (17) (18)
2.1.3 Jenis-jenis pertumbuhan
Menurut sudut pandang antropometri, jenis pertumbuhan pada dasarnya
dapat diklasifikasikan menjadi pertumbuhan yang bersifat linier dan pertumbuhan
massa jaringan: (6)
1. Pertumbuhan linier merupakan ukuran yang dihitung dengan menggunakan
satuan panjang (cm). Contoh dari ukuran linier adalah panjang badan, tinggi
badan, lingkar dada, dan lingkar kepala.
2. Pertumbuhan massa jaringan menggambarkan penambahan massa tubuh.
Contoh massa jaringan yang umumnya dihitung adalah berat badan, lingkar
lengan atas (LLA), dan tebal lemak bawah kulit.
2.1.4 Periode dan pola pertumbuhan
Pola pertumbuhan anak terbagi menjadi 4 periode yaitu masa bayi yang
dimulai dari sejak lahir sampai berusia 2 tahun, masa prasekolah sejak usia 2
sampai 6 tahun, masa kanak-kanak pertengahan sejak usia 7 sampai 10 tahun, dan
terakhir masa remaja dari 11 sampai 18 tahun. (13)
a. Masa bayi (lahir-2 tahun)
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang sangat cepat, dimana peningkatan
ukuran dan dimensi tubuh bertambah lebih cepat dibandingkan dengan fase lain
pada kehidupan postnatal. Pada minggu pertama setelah lahir bayi biasanya akan
kehilangan berat badannya sekitar 10%, namun pada minggu kedua biasanya berat
badan bayi tersebut akan kembali meningkat. Seharusnya berat badan bayi dapat
bertambah sebanyak 30g perhari dan panjang bayi bertambah sebanyak 3,5 cm
perbulan sampai usia bayi 3 bulan. Pada usia 3-4 bulan pertambahan berat dan
tinggi badan bayi menjadi sedikit lebih lambat menjadi sekitar 20 g perhari dan 2
cm perbulan, perlambatan ini berlangsung sampai sekitar 1 tahun. Pada mayoritas
bayi normal, berat badan mereka akan mencapai dua kali lipat dari berat badan
lahir pada usia 5 bulan, dan tiga kali lipat pada usia 1 tahun. Pada tahun pertama
kehidupan, bayi normal akan mengalami penambahan berat badan 200%, panjang
badan 55%, dan lingkar kepala 40% dan juga diikuti oleh pertumbuhan dari
badan, lengan, dan kaki. Selama 1-2 tahun, rata-rata berat badan bayi bertambah
sebanyak 2,5 kg dan panjang badan sebanyak 12 cm. (13) (19)
pubertas adalah terjadinya pembesaran testis sehingga volume testis lebih dari 3
mL. Puncak pertumbuhan belum terjadi apabila volume testis belum mencapai 1012 mL. (13) (19)
Anak perempuan mayoritas mengalami percepatan pertumbuhan (growth
spurt) pada usia 11-14 tahun, sementara anak laki-laki 2 tahun setelah anak
perempuan, sehingga pada usia tersebut anak perempuan memilki postur lebih
tinggi dibandingkan anak laki-laki. Hal itu menyebabkan anak laki-laki memiliki
2 tahun tambahan masa prepubertas, namun masa growth spurt pada anak laki-laki
berlangsung lebih lama. Maksimal tinggi badan yang dicapai selama masa
pubertas oleh anak laki-laki adalah 9,5-10,5 dan pada anak perempuan 8,5-9 cm.
Pada kedua jenis kelamin, puncak dari peningkatan tinggi badan berhubungan
dengan kematangan tulang. Kematangan tulang berkaitan dengan stadium Tanner
karena penutupan epifisis juga dipengaruhi oleh hormon seks selain hormon
pertumbuhan dan hormon tiroid. Pertumbuhan linear akan berhenti apabila
kematangan tulang telah tercapai, sehingga fenomena ini sangat erat berkaitan
dengan onset dan tempo dari kematangan pubertas. (13) (19)
2.2
Pengukuran Pertumbuhan
Perubahan pada ukuran fisik merupakan wujud dari interaksi morfologik,
biokimiawi, dan fisiologik yang rumit dan kasat mata yang terjadi pada masa
kanak-kanak. Pertumbuhan merupakan suatu proses yang kontinyu dan kecepatan
pertumbuhan anak tidak terjadi secara konstan serta normalnya bervariasi sesuai
umur dan sistem organ yang terlibat. (15)
Pertumbuhan harus selalu diawasi dengan ketat baik oleh orang tua maupun
petugas kesehatan karena pertumbuhan merupakan patokan dalam menilai
kesehatan anak. American Academy of Pediatric (AAP) pada bulan Maret tahun
2000 dalam Rekomendasi untuk perawatan kesehatan preventif anak
menyatakan bahwa berat dan tinggi badan anak harus diukur sekurang-kurangnya
pada saat lahir, usia dua sampai 4 hari, 1, 2, 4, 6, 9, 12, 15, 18, dan 24 bulan, dan
setelah itu setiap tahun sampai usia anak mencapai 21 tahun. Hasil pengukuran
tersebut kemudian diplotkan dalam kurva pertumbuhan. (16)
10
Pada anak balita yang sudah dapat berdiri tanpa bantuan dan kooperatif,
indeks antropometri yang digunakan adalah tinggi badan anak terhadap umur
(TB/U). Alat yang digunakan untuk pengukuran adalah mikrotois(microtoise)
yang memiliki ketelitian 0,1 cm. pertama-tama petugas menempelkan paku
mikrotoa ke dinding yang lurus dan datar setinggi tepat 2 meter, dimana posisi
angka nol mikrotois pada lantai yang rata dan datar. Kemudian, minta anak untuk
melepaskan sepatu atau sandal yang digunakannya. Anak diupayakan berdiri
dengan posisi tegak, kaki lurus, tumit, bokong, punggung, dan kepala bagian
belakang harus menempel pada dinding dan muka menghadap lurus dengan
pandangan ke depan. Selanjutnya turunkan mikrotois perlahan-lahan sampai
menyentuh kepala bagian atas dengan rapat, perhatikan bahwa siku-siku harus
lurus menempel pada dinding. Terakhir, dilakukan pembacaan angka pada skala
yang terlihat pada lubang dalam gulungan mikrotois. (6) (21) (22)
2.2.3 Interpretasi indeks Panjang Badan/Tinggi Badan menurut Umur (PB/U &
TB/U)
Berbagai metode dapat diterapkan dalam melakukan interpretasi dari hasil
pengukuran panjang badan terhadap umur (PB/U) atau tinggi badan terhadap
umur (TB/U). Di Indonesia, berdasarkan Keputusan menteri kesehatan Republik
Indonesia Nomor: 1995/Menkes/SK/XII/2010, penilaian status gizi mengacu pada
standar World Health Organization (WHO) dimana Kepmenkes menghasilkan
luaran berupa tabel standar indeks antropometri. Tabel standar Panjang Badan
menurut Umur (PB/U) terdiri dari usia 0-24 bulan yang masing-masing dibedakan
antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan, sementara tabel standar Tinggi
Badan menurut Umur (TB/U) terdiri dari usia 24-60 bulan dan masing-masing
juga dibedakan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Tabel dapat dilihat
pada lampiran 1. (23)
Tabel 2.1. Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks PB/U atau TB/U (23)
Panjang
Indeks
Badan
menurut
11
2.3. Stunting
2.3.1 Definisi stunting
Stunting didefinisikan sebagai panjang/tinggi badan terhadap umur yang
berada di bawah nilai -2 standar deviasi yang diukur menggunakan kurva
pertumbuhan
WHO
(World
Health
Organization).Stunting
merupakan
pertumbuhan linear yang tidak adekuat akibat kebutuhan nutrisi yang tidak
tercukupi.Stunting merupakan salah salah satu indikator yang mudah untuk diukur
dan menggambarkan terjadinya kekurangan pangan secara relatif maupun absolut
yang terjadi pada masa kritis pada saat perkembangan anak terjadi, khususnya
sejak konsepsi sampai usia anak 2 tahun. (9) (24)
Menurut Depkes RI pendek dan sangat pendek diartikan sebagai status gizi
yang didasarkan pada Indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi
Badan menurut Umur (TB/U), yang merupakan padanan istilah stunted (pendek)
dan severely stunted (sangat pendek). Stunted dan severely stunted merupakan
istilah yang dipakai dalam kurva pertumbuhan WHO. (23)
2.3.2 Faktor-faktor yang berhubungan dengan stunting
1. Faktor gizi/nutrisi
Pertumbuhan seseorang berhubungan dengan faktor gizi mulai sejak konsepsi
sampai bayi lahir hingga tumbuh menjadi dewasa.Status gizi ibu hamil memiliki
pengaruh pentingterhadap pertumbuhan janin dalam kandungannya.Apabila ibu
hamil memiliki status gizi yang buruk baik sebelum atau selama kehamilan dapat
menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR), cacat bawaan, terhambatnya
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir yang mudah
terinfeksi, abortus, dan lain-lain. Anak yang terlahir dari ibu yang mengalami gizi
kurang dan berasal dari lingkungan miskin akan menyebabkan anak tersebut dapat
mengalami gizi kurang pula sehingga selanjutnya akan menghasilkan wanita
dewasa dengan gizi kurang. Hal ini akan menjadi lingkaran setan yang
meningkatkan kejadian gizi kurang di masyarakat. (6)
Gizi seimbang merupakan suatu faktor yang sangat penting bagi
perumbuhan anak.Ketika bayi lahir, sumber gizi utama yang dibutuhkannya
adalah ASI. ASI mengandung berbagai nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi
12
sampai usia bayi 6 bulan. Setelah berusia 6 bulan, bayi memerlukan makanan
tambahan untuk mendukung pertumbuhannya. (25)
Secara ringkas, zat gizi memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai penyedia
energi, berperan dalam dalam proses pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh,
serta pengaturan dan pemeliharaan proses biokimiawi tubuh. Berbagai zat gizi
yang dibutuhkan oleh anak untuk mendukung tumbuh kembangnya adalah
sebagai berikut: (26)
a. Zat gizi makro
Kalori dapat dihasilkan oleh tiga jenis zat gizi yaitu karbohidrat, protein,
dan lemak yang disebut juga sebagai zat makro.Karbohidrat terdiri atas dua jenis
yaitu refined carbohydrate yang berasal dari gula, tepung, dan biskuit,
sertacomplex carbohydrate yang dihasilkan oleh makanan seperti whole grain,
beras, kentang, danoats. Protein dapat diperoleh dari jenis makanan seperti
daging, ayam, hati, ikan, telur, susu, keju, kacang-kacangan, dan hasil olahannya
seperti tempe dan tahu. Sementara lemak terdiri dari lemak jenuh yang dihasilkan
dari hewan dan lemak tidak jenuh yang dihasilkan dari tumbuhan dan
ikan.Karbohidrat, protein, dan lemak setelah dicerna akan mengalami proses
oksidasi yang kemudian menghasilkan energi untuk digunakan dalam kegiatan
fisiologis tubuh. Selain menyediakan energi (kalori), ketiga zat gizi ini juga
berfungsi dalam pembentukan struktur jaringan dan organ tubuh, serta
pengangkutan zat gizi dalam tubuh sehingga memiliki peran yang sangat penting
dalam pertumbuhan yang optimal.lemak merupakan komponen pembentuk
struktur sel terutama fosfolipid. Selain itu, protein khususnya enzim berperan
sebagai katalisator berlangsungnya reaksi biokimia antara lain pencernaan zat
gizi. (25) (26)
b. Zat gizi mikro
Vitamin dan mineral yang termasuk kedalam zat gizi mikro memiliki fungsi
dalam pengaturan dan pemeliharaan proses biokimiawi, seperti aktivitas enzim,
pengangkutan molekul melalui membran sel, dan pembentukan struktur organ
yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan. Berbagai vitamin yang larut
lemak berperan dalam pertumbuhan, seperti vitamin D yang bekerja dengan
membantu penyerapan kalsium dan pertumbuhan tulang, vitamin E berperan
13
dalam membantu pembentukan sel darah merah, otot, dan jaringan lain, serta
vitamin K yang membantu menjaga kesehatan tulang. (25) (26)
Berbagai mineral juga berperan dalam pertumbuhan, seperti kalsium (Ca)
dan fosfor (P) yang bekerja sama dalam pembentukan dan pemeliharaan tulang
dan gigi, magnesium (Mg) berperan dalam struktur tulang dan beberapa reaksi
enzim, fluor (F) bersama kalsium berperan dalam meningkatkan pertumbuhan
tulang dan gigi khususnya pada anak, zat besi (Fe) yang esensial dalam
pembentukan hemoglobin untuk membawa oksigen dan myoglobin dalam
pembentukan energi, seng (Zn) yang memiliki hubungan dengan metabolisme
karbohidrat dan energy, perombakan dan pembentukan protein, asam nukleat dan
heme serta pengangkutan CO2, selenium (S) bekerja sama dengan vitamin E
sebagai antioksidan, sulfur (S) berperan dalam pembentukan rambut dan kuku,
dll. (25) (26)
2. Faktor genetik
Faktor genetik berperan dalam intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat
sensitifitas jaringan terhadap rangsang, umur pubertas, dan berhentinya
pertumbuhan
tulang.Pola
pertumbuhan
normal
dan
patologik
keduanya
14
Umur
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi
15
16
karbohidrat, protein juga merupakan salah satu komponen pembentuk kalori yang
juga memiliki peran dalam mendukung pertumbuhan. (38) (43)
Kedua jenis vitamin, yaitu vitamin yang larut dalam air (vitamin B, asam
folat, vitamin C) maupun yang tidak larut dalam air (vitamin A, vitamin D,
vitamin E, vitamin K) terdapat dalam ASI dengan jumlah yang bervariasi dimana
yang paling kecil kadarnya adalah vitamin D. (44)Bayi harus terpapar dengan
sinar matahari untuk menghasilkan endogen vitamin D, atau jika hal tersebut tidak
memungkinkan untuk dilakukan, sebaiknya bayi diberikan suplemen vitamin D.
(42)
ASI mengandung hampir semua faktor-faktor yang berperan dalam sistem
kekebalan tubuh baik yang spesifik maupun non-spesifik. ASI mengandung sel
makrofag, sel neutrofil, lisozim, komplemen, sitokin, laktoferin, peroksidase, zat
lain seperti glikolipid, glikoprotein, oligosakarida, juga zat antioksidan seperti
tokoferol- dan karotin- yang merupakan komponen dalam sistem kekebalan
imunoglobulin.Imunoglobulin berperan dalam meningkatkan kekebalan terhadap
penyakit, khususnya penyakit infeksi.Semakin baik kekebalan tubuh seseorang
maka
semakin
jarang
seseorang
tersebut
terkena
penyakit.
Penelitian
membuktikan anak yang sering sakit lebih berisiko untuk mengalami stunting
dibandingkan dengan anak yang jarang sakit. (34) (35)
Penelitian membuktikan bahwa anak yang tidak diberi ASI eksklusif
memiliki risiko 6,9 kali lebih besar untuk mengalami stunting dibandingkan
dengan anak yang diberi ASI eksklusif. (11)
2.3.3 Dampak stunting pada balita
Stunting menggambarkan keadaan kurang gizi kronis. Kekurangan nutrisi
pada 1000 hari pertama setelah lahir dapat menyebabkan gangguan yang
ireversibel dalam perkembangan otak, sehingga dapat mempengaruhi kesuksesan
dalam berkarir dan memperoleh penghasilan di masa depan. (9)
Wanita hamil dengan indeks PB/U stunting memiliki risiko peningkatkan
komplikasi yang terjadi selama melahirkan akibat ukuran pelvis mereka yang
kecil. Janin wanita stunting yang berukuran besar mungkin dipengaruhi oleh
nutrisi yang adekuat pada saat pra-kehamilan maupun saat hamil. (9)
Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi di dunia yang cukup
memprihatinkan.Selain berdampak pada kesehatan stunting juga berdampak besar
17
terhadap kehidupan sosial dan ekonomi.Stunting pada anak telah diterima secara
luas sebagai prediktor terbaik dari kualitas sumber manusia, mempengaruhi potesi
akademik dan daya saing suatu bangsa bangsa.Stunting berhubungan dengan
peningkatan morbiditas dan mortalitas, perkembangan mental yang terlambat, dan
penurunan kapastitas intelektual dimana dapat mempengaruhi penghasilan
seseorang dimasa depan. Selain itu, stunting juga meningkatankan risiko
overweight dan penyakit-penyakit metabolic seperti diabetes dan kardiovaskular
di masa depan. (7) (8) (9)
Menurut WHO, stunting memiliki dampak jangka panjang dan jangka
pendek. Dampak jangka panjang meliputi peningkatan morbiditas dan mortalitas,
perkembangan kognitif, motorik, dan bahasa yang menurun, serta peningkatan
pengeluaran biaya kesehatan dan perawatan anak yang sakit. Sementara dampak
jangka panjang akibat stunting meliputi tinggi badan orang dewasa yang menurun,
peningkatan risiko obesitas dan penyakit komorbid, gangguan sistem reproduksi,
performa belajar yang menurun, gagalnya mencapai kapasitas potensial belajar,
serta penurunan kapasitas dan produktivitas kerja. (45)
18
Pertumbuhan Massa
Jaringan
Pertumbuhan Linier
Dipengaruhi Oleh
1. Faktor Internal
(Genetik)
2. Faktor Eksternal
(Lingkungan)
Tinggi
Faktor Gizi
Normal
Tinggi Badan
Orang tua
Pendek (stunting)
Umur
Jenis Kelamin
Riwayat ASI
Eksklusif
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan
pendekatan desainkasus-kontrol (case-control study). Penelitian kasus-kontrol
adalah jenis penelitian yang mempelajari suatu faktor risiko dengan pendekatan
retrospektif, dimana variabel efek diidentifikasi saat ini, kemudian faktor risiko
diidentifikasi pada waktu yang lalu. Penelitian kasus-kontrol (case-control) sering
juga disebut dengan case-comparison study, case-compeer study, case-referent
study, atau retrospective study. (46) (47)
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di posyandu dan rumah warga yang berada di
Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar pada periode Februari Maret
2015. Perencanaan kegiatan dapat dilihat di lampiran 1.
3.3
3.3.1Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien anak berusia 6-59 bulan
yang berdomisili di Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah balita usia 6-59 bulan yang bertempat tinggal di
Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi pada bulan Februari Maret 2015. Sampel penelitian dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kelompok kasus
merupakan balita usia 6-59 bulan dengan indeks PB/U atau TB/U di bawah - 2
SD, sementara kelompok kontrol merupakan balita usia 6-59 bulan dengan indeks
20
Keterangan :
n1
= besar sampel untuk kelompok 1
n2
= besar sampel untuk kelompok 2
Z
= tingkat kesalahan alfa ditetapkan 5% , sehingga nilainya menjadi
1,96
Z
0,84
P= proporsi secara keseluruhan = (P1 + P2) = ( 0,39+ 0.09 ) = 0,24
Q
= 1 P = 1 0,24 = 0,76
P1
= Proporsi kelompok 1= ( 0,3 + P2 ) = 0,39
P2
= Proporsi kelompok 2 berdasarkan kepustakaan = 0,09 (49)
Q1
= 1 - P1 = 0,61
Q2
= 1 - P2 = 0,91
P1 - P2 = selisih proporsi minimal= 0,3
Dengan mensubtitusikan nilai-nilai tersebut, maka didapat :
2
1,96 2 0,24 0,76+0,84 0,61 0,39+ 0,09 0,91
n1=n2
0,3
= 30,57 = ~31
Berdasarkan rumus di atas, dengan proporsi 9% yang diambil dari
kepustakaan, maka diperoleh besar sampel 30,57 yang dibulatkan menjadi 31.
Jadi, besar sampel untuk kelompok kasus dan kontrol masing-masing berjumlah
31 balita, dengan total sampel 62 balita. (49)
21
dengan +2 SD.
Tinggal bersama orang tua
Memiliki ibu dan ayah yang masih hidup
Orang tua bersedia diukur tinggi badannya
Ibu bersedia diwawancarai
Kriteria Eksklusi
Anak dengan penyakit genetik dan kelainan kongenital seperti thalassemia
22
berat badan (BB), tinggi badan (TB), dan lingkar kepala (LK) pada anak dan
tinggi badan (TB) pada kedua orang tua. Kemudian peneliti melakukan
wawancara menggunakan kuesioner kepada responden yang dalam hal ini
adalah ibu anak untuk memperoleh data mengenai riwayat pemberian ASI
eksklusif. Penentuan umur anak didapatkan dari hasil pengurangan tanggal
pemeriksaan dengan tanggal lahir anak. Umur anak dihitung dalam bulan
penuh. Contoh : umur 3 bulan 29 hari dihitung sebagai umur 3 bulan. Apa
bila anak prematur maka digunakan umur koreksi dengan cara
mengurangkan umur kronologis dengan prematuritas. Selanjutnya, hasil
pengukuran dan wawancara dikumpulkan untuk dilakukan pengolahan data.
3.4.3 Instrumen penelitian
Instrumen dalam penelitian ini terdiri atas:
1. Alat pengukur tinggi badan (Microtoise) yang sudah dikalibrasi dengan
tingkat ketelitian 0,1 cm dan juga papan infantometer untuk mengukur
panjang baduta yang sudah dikalibrasi dengan ketelitian 0,1 cm.
2. Timbangan Dacin dengan ketelitian 0,1 Kg.
3. Meteran lingkar kepala dengan ketelitian 0,1 cm.
4. Tabel standar antropometri PB/U untuk anak umur 0-24 bulan dari
Kepmenkes RI 2011. (Lampiran 5)
5. Kuesioner Data Anak. (Lampiran 4)
Kuesioner data anak terdiri atas:
a. Identitas Anak : Nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, umur, berat
badan lahir, alamat.
b. Indentitas Orangtua (Ibu dan atau Ayah) : Nama, alamat, no.telp/hp,
pekerjaan, pendidikan, jumlah tanggungan dalam keluarga
c. Pengukuran Antropometri. (tinggi badan anak dan Ibu)
6. Kuesioner riwayat ASI eksklusif. (Lampiran 6)
23
ASI Eksklusif
orang
tua
diukur
dengan
bulan.
a. Alat ukur
b. Cara pengukuran
: Kuesioner
: Dengan menggunakan
metode
wawancara,
kuesioner.
Hasil pengukuran
:
Ya
Tidak
Skala pengukuran
: Nominal
Variabel Dependen
Stunting merupakan keadaan tubuh pendek dan sangat pendek yang
melampaui defisit -2 SD di bawah median panjang atau tinggi badan
populasi berdasarkan indikator pengukuran PB/U atau TB/U pada tabel
standar antropometri Kepmenkes RI 2011 namun memiliki proporsi TB/BB
24
2) Mikrotois
b. Cara pengukuran
Populasi
3.8 Alur
penelitian.
Kriteria
Inklusi
Kriteria Eksklusi
Alur penelitian akan dijelaskan dengan gambar berikut
Sampel
Kelompok Kasus
Balita usia 6-59 bulan Stunting
Kelompok Kontrol
Balita usia 6-59 bulan non Stunting
pengukuran BB, TB, dan LK pada anak dan TB pada orang tua serta wawancara terhadap ibu mengenai riwa
Analisis Data
Pengolahan Data
Kesimpulan
25
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Karakteristik Sampel dan Orangtua Sampel Penelitian
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 62 balita, yang terdiri dari 31
balita stunting dan 31 balita dengan tinggi badan yang normal. Sampel berasal
dari Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar. Karakteristik anak yang
menjadi sampel dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin,
umur, dan berat badan lahir. Sedangkan karakteristik orangtua dikelompokkan
berdasarkan tinggi badan ibu, tinggi badan ayah, tingkat pendidikan ibu, tingkat
pendidikan ayah, tingkat pendidikan ibu, tingkat pendidikan ayah, pekerjaan ibu,
dan pekerjaan ayah. Karakteristik sampel dan orangtua dapat dilihat pada tabel 4.1
dibawah ini:
Tabel 4.1a Karakteristik sampel penelitian
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Laki-laki
28
45,2
Perempuan
Umur
34
54,8
6 24 bulan
11
17,7
25 36 bulan
18
29
37 48 bulan
19
30,6
49 59 bulan
Berat badan lahir
14
22,6
<2500 gram
14
22,6
>2500 gram
48
77,4
Jenis kelamin
27
Frekuensi (n)
1
Persentase (%)
23
37,1
Normal
Tinggi badan ayah
39
62,9
Pendek
25
40,3
Normal
Pendidikan ibu
37
59,7
Tidak sekolah
6,5
SD
12,9
SMP
19
30,6
SMA
22
35,5
PT
Pendidikan ayah
14,5
Tidak sekolah
1,6
SD
8,1
SMP
15
21
SMA
33
53,2
PT
Pekerjaan ibu
10
16,1
Petani
12,9
IRT
53
85,5
Wiraswasta
Pekerjaan ayah
1,6
Petani
50,0
50,0
Wiraswasta
41,9
41,9
PNS
Jumlah anggota rumah tangga
8,1
< 4 orang
54
87,1
4 orang
12,9
Tabel 4.1a menunjukkan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukan pada
balita didapatkan bahwa sebagian besar sampel berjenis kelamin perempuan
dengan persentase 54,8%, sedangkan anak dengan jenis kelamin laki-laki hanya
45,2%. Proporsi umur balita terbanyak terdapat berturut-turut pada kelompok
umur 37-48 bulan, 25-36 bulan, 49-59, dan 6-24 bulan dengan persentase
28
berturut-turut yaitu 30,6%, 29%, 22,6% dan 17,7%. Berdasarkan berat badan lahir
balita, hasil penelitian menunjukkan 48 balita memliki berat badan lahir >2500
gram dengan persentase 77,4% dan 14 balita memiliki berat badan lahir <2500
gram atau dengan persentase 22,6%.
Tabel 4.1b berisi karakteristik orangtua sampel penelitian yang terdiri atas
karakteristik ayah dan ibu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lebih
banyak ibu dan ayah yang memiliki tinggi badan normal dibandingkan pendek
dengan persentase ibu (62,9%) dan ayah (59,7%). Berdasarkan tingkat pendidikan
orang tua sampel yang terdiri atas tingkat pendidikan ibu dan ayah, terlihat pada
tabel 4.2 bahwa distribusi tingkat pendidikan ibu dan ayah terbanyak adalah SMA
dengan persentase masing-masing 35,5% dan 53,2%. Berdasarkan pekerjaan
orangtua yang terdiri dari pekerjaan ibu dan ayah, didapatkan bahwa mayoritas
ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) dengan persentase 85,5%, sementara
pekerjaan ayah terbanyak adalah petani dengan persentase 50% dan wiraswasta
sebanyak 41,9%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas keluarga
memiliki jumlah anggota rumah tangga 4 orang sebanyak 87,1%, sisanya
sebanyak 12,9 keluarga memiliki anggota rumah tangga <4 orang.
Tabel 4.2 Analisis bivariat untuk faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
stunting
Variabel
1
Stunting (%)
Normal (%)
Uji
kemaknaan
P-Value
16 (69,9%)
7 (30,4%)
Chi-square
0,035
29
Normal
Tinggi badan ayah
15 (38,5%)
24 (61,5%)
Pendek
18 (72,0%)
7 (28%)
Normal
Status ASI Eksklusif
13 (35,1%)
24 (64,9%)
Tidak
20 (52,6%)
18 (47,4%)
Ya
11 (45,8%)
13 (54,2%)
Chi-square
0,01
Chi-square
0,794
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan tinggi badan orangtua dengan kejadian stunting
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi badan orangtua, baik ayah
maupun ibu merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting. Hasil
penelitian ini sama dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Nasikhah yang menunjukkan bahwa tinggi badan orangtua memiliki hubungan
30
yang signifikan dengan kejadian stunting pada balita usia 24-36 bulan, dan juga
penelitian oleh Diaz yang menyebutkan bahwa ibu yang pendek secara signifikan
berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. (10) (51)
Pertumbuhan manusia dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan dan
hormon. Genetik merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diubah karena
diturunkan langsung dari orangtua kepada anaknya. Setelah usia 3 tahun tinggi
badan anak berkorelasi secara bermakna dengan tinggi orang tua. (15)
Genetik yang membawa sifat pendek diduga mempengaruhi kerja
hormonal yang sangat berperan dalam pertumbuhan khususnya pertumbuhan
linier. Orangtua yang pendek cenderung akan memiliki anak yang pendek
dikarenakan faktor genetik yang diturunkannya kepada anaknya, sehingga
orangtua hanya dapat memaksimalkan faktor lingkungan untuk mendukung
anaknya mencapai pertumbuhan maksimal yang dapat dicapainya. (27)
4.2.2 Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif bukan
merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting (p > 0,05). Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Zhou, Faldetta, dan Candra yang
menyebutkan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berhubungan secara
signifikan dengan kejadian stunting. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Paudel yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara
ketidaktepatan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting, dimana anak
yang tidak diberi ASI eksklusif berisiko 6,9 kali lebih besar untuk mengalami
stunting. (12)
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama terbukti memberikan
banyak manfaat bagi bayi. ASI mengandung kalori berupa karbohidrat, protein,
dan lemak yang mendukung pertumbuhan bayi dan juga immunoglobulin yang
berperan dalam imunitas tubuh sehingga memberikan kekebalan bagi bayi dari
penyakit seperti diare dan ISPA yang dapat menghambat pertumbuhan bayi.
Namun, pemberian ASI eksklusif hanya dapat mencukupi kebutuhan bayi selama
6 bulan pertama kehidupan bayi, sehingga pemberian MP ASI perlu diberikan
untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi setelah bayi berusia 6 bulan. (41) (42)
(33)
31
32
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu
sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara tinggi badan orangtua dengan kejadian
stunting pada balita usia 6-59 bulan di Kecamatan Kuta Baro,
Kabupaten Aceh Besar.
2. Tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian stunting pada balita usia 6-59 bulan di Kecataman Kuta Baro,
Kabupaten Aceh Besar.
5.2 Saran
1.
2.
3.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Ali M. In Pendidikan untuk Pembangunan nasional menuju bangsa Indonesia
yang mandiri dan berdaya saing tinggi. Jakarta: Penerbit Intima; 2009. p. 115118.
2. Dewey KG, Begum K. Why stunting matters. A&T technical brief. 2010
September;(2): p. 1-7.
3. Onis Md, Blssner M, Borghi E. Prevalence and trends of stunting among
pre-school children, 1990-2020. Public Health Nutrition. 2011 April; 15: p. 17.
4. Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:, Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan; 2013.
5. Manary MJ, Solomons NW. Aspek kesehatan masyarakat pada gizi kurang. In
Gibney MJ, Margetts B, Kearney JM, Arab L, editors. Gizi kesehatan
masyarakat. Jakarta: EGC; 2009. p. 216-232.
6. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Antropometri gizi. In Penilaian status gizi.
Jakarta: EGC; 2002. p. 28-57.
7. Hanum F, Khomsan A, Heryatno Y. Hubungan asupan gizi dan tinggi badan
ibu dengan status gizi anak balita. Jurnal Gizi dan Pangan. 2014 Maret; 9(1):
p. 1-6.
8. WHO. The landscape analysis Indonesian country assessment. Geneva:; 2010.
9. Bloem M. Preventing stunting: why it matters, what it takes. In Eggersdorfer
M, Kraemer K, Ruel M, Ameringen MV, Biesesalki HK, Bloem M, et al.,
editors. The road to good nutrition. Switzerland: Karger; 2013. p. 13-23.
10. Nasikhah R, Margawati A. Faktor risiko kejadian stunting pada balita usia 2436 bulan di Kecamatan Semarang TImur. Journal of Nutrition College. 2012;
1(1): p. 176-184.
11. Paudel R, Pradhan B, Wagle R, Pahari D, Onta S. Risk factors for stunting
among children: a community based case control study in Nepal. Kathmandu
University Medical Journal. 2012 July-September; 10(39): p. 18-24.
12. Zhou , Wang XL, Ye , Zeng , Wang. Relationship between child feeding
practices and malnutrition in 7 remote and poor counties, P R China. Asia
Pacific Journal of Clinical Nutrition. 2012; 21(2): p. 234-240.
13. Chumlea WC, LaMonte M. Physical growth and maturation. In Samour PQ,
King K, editors. Pediatric nutrition. Canada: John and Bartlett Learning;
2012. p. 23-34.
14. Soetjiningsih. In Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC; 1995. p. 1-36.
15. Overby KJ. Supervisi kesehatan anak. In Rudolph AM, Hoffman JIE,
Rudolph CD, editors. Buku ajar pediatri Rudolph. Jakarta: EGC; 2006. p. 114.
16. Grimberg A, Lifshitz F. Worrisome growth. In Lifshitz F, editor. Pediatric
endocrinology. New York: Informa Health USA; 2007. p. 1-50.
17. Adriana D. In Tumbuh kembang dan terapi bermain pada anak. Jakarta:
Salemba Medika; 2011. p. 8-9.
18. Hassan R, Alatas H, editors. In Ilmu kesehatan anak. Jakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI; 2007. p. 145.
35
19. Rapaport R, Bowlby DA. Clinical aspect of growth and growth disorders. In
Pescovitz OH, Eugster EA, editors. Pediatric endocrinology. Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins; 2004. p. 172-192.
20. Maqbool A, Olsen IE, Stalling VA. Clinical assessment of nutritional status.
In Duggan C, Watkins JB, Walker WA, editors. Nutrition in pediatrics 4: basic
sciences, clinical application. Hamilton: BC Decker Inc; 2008. p. 2-14.
21. Nelms M, Habash D. Nutrition assessment: foundation of the nutrition care
process. In Nelms M, Sucher K, Lacey K, Roth SL, editors. Nutrition
theraphy & patophysiology.: Cengage Learning; 2011. p. 34-65.
22. Anggraeni AC. In Asuhan gizi. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2012. p. 6-12.
23. Kemenkes RI. Keputusan menteri kesehatan republik Indonesia Nomor:
1995/MENKES/Sk/XII/2010 tentang standar antropometri penilaian status
gizi anak. Jakarta:, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak; 2011.
24. Liubai L, Li H, Ushijima H. Anthropometry and the prevalens of child
protein-energy malnutrition in China and Japan. In Preedy VR, editor.
Handbook of anthropometry: physical measures of human form in health and
desease. London: Springer Ling; 2012. p. 2910-2916.
25. Soenardi T. In Makanan selingan balita. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama;
2005. p. 16-23.
26. Tejasari. In Nilai gizi pangan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2005. p. 41-70.
27. Underwood JCE. In Patologi umum dan sistematik. Jakarta: EGC; 1999. p.
93-96.
28. Black RE, Allen HL, Bhutta ZA, Caulfield LE, Onis Md, Ezzati M, et al.
Maternal and child undernutrition: global and regional exposures and health
consequences. The Lancet. 2008 January; 371(9608): p. 243-260.
29. Rosha BC, Hardinsyah , Baliwati YF. Analisis determinan stunting anak 0-23
bulan pada daerah miskin. Penel Gizi Makan. 2012; 35(1): p. 34-41.
30. Bosch M. In Adolescents' reproductive health in rural Bangladesh : the impact
of early childhood nutritional anthropometry. Amsterdam: Dutch University
Press; 2005. p. 150-160.
31. Ferreira , Moura , Junior CRC, Florencio MMT, Vieira , Assuncao MLd. Short
stature of mothers from an area endemic for undernutrition is associated with
obesity, hypertension and stunted children: a population-based study in the
semi-arid region of Alagoas, Northeast Brazil. British Journal of Nutrition.
2009; 101: p. 1239-1245.
32. Varela-Silva MI, Azcorra H, Dickinson F, Barry B, Frisancho AR. Influence
of maternal stature, pregnancy age, and infant birth weight on growth during
childhood in Yucatan, Mexico: a test of the intergenerational effect
hypothesis. American JournalL of Human Biology. 2009; 21: p. 657663.
33. Tando NM. Durasi dan frekuensi sakit balita dengan terjadinya stunting pada
anak SD di Kecamatan Malalayang Kota Manado. GIZIDO. 2012 Mei; 4(1):
p. 338-348.
34. Dang SN, Yan H. Sex difference on nutritional status, feeding practice and
health care of rural children younger than 3 years old in western China.
Zhonghua Liu Xing Bing Xue Za Zhi. 2007 January; 28(1): p. 10-14.
36
35. Ramli , Agho EK, Inder KJ, Bowe SJ, Jacobs J, Dibley MJ. Prevalence and
risk factors for stunting and severe stunting among under-fives in North
Maluku province of Indonesia. BMC Pediatrics. 2009 October; 9(64): p.
1471-2431.
36. Wamani H, strm AN, Peterson S, Tumwine JK, Tylleskr T. Boys are more
stunted than girls in Sub-Saharan Africa: a meta-analysis of 16 demographic
and health surveys. BMC Pediatrics. 2007 April; 7(17): p. 1-10.
37. Roesli U. In Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Tubulus Agriwidya; 2000. p. 14.
38. Mathur NB, Dhingra D. Breastfeeding. Indian Journal Pediatric. 2014
February; 81(2): p. 143-149.
39. WHO/UNICEF/USAID. Indicators for assessing infant and young child
feeding practices. Geneva: WHO; 2008. Report No.: ISBN 978 92 4 159929
0.
40. Purwanti HS. In Konsep penerapan ASI eksklusif : buku saku untuk bidan.
Jakarta: EGC; 2004. p. 1-5.
41. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. 6th ed. Yesdelita N, editor.
Jakarta: EGC; 2011.
42. WHO. In Infant and young child feeding : model chapter for textbook for
medical students. Geneva: WHO library cataloguing-in-publication data;
2009. p. 9-17.
43. Subroto MA. In Real food true health. Jakarta: Agromeda Pustaka; 2008. p.
28-35.
44. Hendarto A, Pringgadini DK. Ikatan Dokter Anak Indonesia. [Online]. [cited
2014 April 8. Available from: http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/nilainutrisi-air-susu-ibu.html.
45. Stewart C, Iannotti L, Dewey K, Michaelsen K, Onyango A. Contextualising
complementary feeding in a broader framework for stunting prevention.
Maternal and Child Nutrition. 2013 September; 9(2): p. 27-45.
46. Notoadtmodjo S. In Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
2010. p. 41-42.
47. Sastroasmoro S, Ismael S. In Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. 4th
ed. Jakarta: CV. Sagung Seto; 2011. p. 146-164.
48. Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian
kedokteran dan Kesehatan. 3rd ed. Jakrta: Salemba Medika; 2013.
49. Data Pemantauan Status Gizi. Puskesmas Kuta Baro; 2014.
50. Caballero B. International nutrition. In Duggan C, Watkins JB, Walker WA,
editors. Nutrition in pediatrics 4. Ontario; 2008. p. 121-126.
51. Hernndez-Daz S, Peterson K, Dixit S, Hernndez B, Parra S, Barquera S, et
al. Association of maternal short stature with stunting in Mexican children:
common genes vs common environment. European Journal of Clinical
Nutrition. 1999 Juni 22; 53: p. 938-945.
52. Al-Anshori H. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 12-24 Bulan
(Studi di Kecamatan Semarang Timur). 2013 September.
37
53. Candra A, Puruhita N, Susanto J. Risk factor of stunting among 1-2 years old
children in Semarang city. Media Medika Indonesiana. 2011 2011; 45(3): p.
206-212.
LAMPIRAN 1
38
2014-2015
Jadwal Penelitian
8
Studi Pustaka
Penyusunan Proposal
Seminar Proposal
Pengambilan data
Pengolahan data
Penyusunan Skripsi
Sidang Skripsi
10
11
12
39
LAMPIRAN 2
LEMBAR PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth:
Orang Tua Calon Responden Penelitian
diTempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
: Rahmayani Isma
NIM
: 1107101010195
Alamat
2015
Hormat Saya,
(Rahmayani Isma)
Peneliti
40
LAMPIRAN 3
PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
No. Sampel
Nama
Alamat
No. Hp
Dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan bersedia/tidak bersedia*
mengikuti penelitian serta menjawab pertanyaan yang hasilnya akan dijadikan
data dalam penelitian yang berjudul Hubungan Tinggi Badan Orang Tua dan
Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting Pada Balita
Usia 6-59 Bulan di Kecamatan Kutabaro Kabupaten Aceh Besar yang
dilakukan oleh Rahmayani Isma mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dapat
dipergunakan seperlunya.Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Banda Aceh,
2015
(Nama Responden)
Keterangan:
*coret yang tidak perlu
41
LAMPIRAN 4
KUESIONER DATA ANAK
HUBUNGAN TINGGI BADAN ORANG TUA DAN RIWAYAT
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN
STUNTING PADA BALITA USIA 6-59 BULAN DI
KECAMATAN KUTA BAROKABUPATEN
ACEH BESAR
Nomor Responden
Tanggal Pemeriksaan
A. Identitas Anak
1. Nama anak
2. Jenis kelamin
3. Tempat/Tanggal lahir
4. Umur
5. Berat badan lahir
6. Alamat
7. Anak ke
B. Identitas Orang Tua
:
:
:
:
:
:
:
Tahun
Bulan
dari
bersaudara
Ayah
1.
2.
3.
4.
5.
Nama
Alamat
No. Hp
Pekerjaan ayah
Pendidikan ayah
a. Tidak sekolah
b. SD/Sederajat
c. SMP/Sederajat
d. SMA/Sederajat
e. Akademi
f. Perguruan tinggi
:
:
:
:
: (lingkari salah satu pilihan)
Ibu
1.
2.
3.
4.
5.
Nama
Alamat
No. Hp
Pekerjaan ibu
Pendidikan ibu
a. Tidak sekolah
:
:
:
:
:(lingkari salah satu pilihan)
Hari
42
b. SD/Sederajat
c. SMP/Sederajat
d. SMA/Sederajat
e. Akademi
f. Perguruan tinggi
6. Jumlah tanggungan dalam keluarga :. Orang
C. Pengukuran Antropometri
1. Tinggi badan anak :
cm
2. Berat badan anak
:
kg
3. Lingkar kepala anak :
cm
4. Tinggi badan ibu
:
cm
5. Berat badan ibu
:
kg
6. Tinggi badan ayah :
cm
7. Berat badan ayah
:
kg
43
LAMPIRAN 5
Tabel Standar Panjang Badan Menurut Umur (PB/U)
Anak Laki-laki Umur 0-24 Bulan
Umur
(Bulan)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24*
-3 SD
44.2
43.9
52.4
55.3
57.6
59.6
61.2
62.7
64.0
65.2
66.4
67.6
68.6
69.6
70.6
71.6
72.5
73.3
74.2
75.0
75.8
76.5
77.2
78.0
78.7
-2 SD
46.1
50.8
54.4
57.3
59.7
61.7
63.3
64.8
66.2
67.5
68.7
69.9
71.0
72.1
73.1
74.1
75.0
76.0
76.9
77.7
78.6
79.4
80.2
81.0
81.7
2 SD
53.7
58.6
62.4
65.5
68.0
70.1
71.9
73.5
75.0
76.5
77.9
79.2
80.5
81.8
83.0
84.2
85.4
86.5
87.7
88.8
89.8
90.9
91.9
92.9
93.9
3 SD
55.6
60.6
64.4
67.6
70.1
72.2
74.0
75.7
77.2
78.7
80.1
81.5
82.9
84.2
85.5
86.7
88.0
89.2
90.4
91.5
92.6
93.8
94.9
95.9
97.0
44
-2 SD
-1 SD
Median
1 SD
2 SD
3 SD
78.0
78.6
79.3
79.9
80.5
81.1
81.7
82.3
82.8
83.4
83.9
84.4
85.0
85.5
86.0
86.5
87.0
87.5
88.0
88.4
88.9
89.4
89.8
90.3
90.7
91.2
91.6
92.1
92.5
93.0
93.4
93.9
94.3
94.7
95.2
95.6
96.1
81.0
81.7
82.5
83.1
83.9
84.5
85.1
85.7
86.4
86.9
87.5
88.1
88.7
89.2
89.8
90.3
90.9
91.4
91.9
92.4
93.0
93.5
94.0
94.4
94.9
95.4
95.9
96.4
96.9
97.4
97.8
98.3
98.8
99.3
99.7
100.2
100.7
84.1
84.9
85.6
86.4
87.1
87.8
88.5
89.2
89.9
90.5
91.1
91.8
92.4
93.0
93.6
94.2
94.7
95.3
95.9
96.4
97.0
97.5
98.1
98.6
99.1
99.7
100.2
100.7
101.2
101.7
102.3
102.8
103.3
103.8
104.3
104.8
105.3
87.1
88.0
88.8
89.6
90.4
91.2
91.9
92.7
93.4
94.1
94.8
95.4
96.1
96.7
97.4
98.0
98.6
99.2
99.9
100.4
101.0
101.6
102.2
102.8
103.3
103.9
104.4
105.0
105.6
106.1
106.7
107.2
107.8
108.3
108.9
109.4
110.0
90.2
91.1
92.0
92.9
93.7
94.5
95.3
96.1
96.9
97.6
98.4
99.1
99.8
100.5
101.2
101.8
102.5
103.2
103.8
104.5
105.1
105.7
106.3
106.9
107.5
108.1
108.7
109.3
109.9
110.5
111.1
111.7
112.3
112.8
113.4
114.0
114.6
93.2
94.2
95.2
96.1
97.0
97.9
98.7
99.6
100.4
101.2
102.0
102.7
103.5
104.2
105.0
105.7
106.4
107.1
107.8
108.5
109.1
109.8
110.4
111.1
111.7
112.4
113.0
113.6
114.2
114.9
115.5
116.1
116.7
117.4
118.0
118.6
119.2
96.3
97.3
98.3
99.3
100.3
101.2
102.1
103.0
103.9
104.8
105.6
106.4
107.2
108.0
108.8
109.5
110.3
111.0
111.7
112.5
113.2
113.9
114.6
115.2
115.9
116.6
117.3
117.9
118.6
119.2
119.9
120.6
121.2
121.9
122.6
123.2
123.9
45
-3 SD
43.6
47.8
51.0
53.5
55.6
57.4
58.9
60.3
61.7
62.9
64.1
65.2
66.3
67.3
68.3
69.3
70.2
71.1
72.0
72.8
73.7
74.5
75.2
76.0
76.7
-2 SD
45.4
49.8
53.0
55.6
57.8
59.6
61.2
62.7
64.0
65.3
66.5
67.7
68.9
70.0
71.0
72.0
73.0
74.0
74.9
75.8
76.7
77.5
78.4
79.2
80.0
2 SD
52.9
57.6
61.1
64.0
66.4
68.5
70.3
71.9
73.5
75.0
76.4
77.8
79.2
80.5
81.7
83.0
84.2
85.4
86.5
87.6
88.7
89.8
90.8
91.9
92.9
3 SD
54.7
59.5
63.2
66.1
68.6
70.7
72.5
74.2
75.8
77.4
78.9
80.3
81.7
83.1
84.4
85.7
87.0
88.2
89.4
90.6
91.7
92.6
94.0
95.0
96.1
46
-3 SD
76.0
76.8
77.5
78.1
78.8
79.5
80.1
80.7
81.3
81.9
82.5
83.1
83.6
84.2
84.7
85.3
85.8
86.3
86.8
87.4
87.9
88.4
88.9
89.3
89.8
90.3
90.7
91.2
91.7
92.1
92.6
93.0
93.4
93.9
94.3
94.7
95.2
-2 SD
79.38
80.0
80.8
81.5
82.2
82.9
83.6
84.3
84.9
85.6
86.2
86.8
87.4
88.0
88.6
89.2
89.8
90.4
90.9
91.5
92.0
92.5
93.1
93.6
94.1
94.6
95.1
95.6
96.1
96.6
97.1
97.6
98.1
98.5
99.0
99.5
99.9
2 SD
92.2
93.1
94.1
95.0
96.0
96.9
97.7
98.6
99.4
100.3
101.1
101.9
102.7
103.4
104.2
105.0
105.7
106.4
107.2
107.9
108.6
109.3
110.0
110.7
111.3
112.0
112.7
113.3
114.0
114.6
115.2
115.9
116.5
117.1
117.7
118.3
118.9
3 SD
95.4
96.4
97.4
98.4
99.4
100.3
101.3
102.2
103.1
103.9
104.8
105.6
106.5
107.3
108.1
108.9
109.7
110.5
111.2
112.0
112.7
113.5
114.2
114.9
115.7
116.4
117.1
117.7
118.4
119.1
119.8
120.4
121.1
121.8
122.4
123.1
123.7
47
LAMPIRAN 6
Kuesioner Pemberian ASI Eksklusif
1. Apakah ibu memberikan ASI pada anak ibu saat berusia 0-6 bulan?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah ibu hanya memberikan ASI saja pada anak ibu?
a. Ya
b. Tidak
*jika menjawab tidak, abaikan pertanyaan no 3.
3. Apakah ibu pernah memberi makanan lain selain ASI pada bayi ini ketika
usianya kurang dari 6 bulan?
a. Ya
b. Tidak
4.
a.
b.
c.
5.
a.
b.
c.
6. Sejak usia berapa ibu mulai memberikan makanan atau minuman selain ASI
pada bayi?
a. Kurang dari 6 bulan
b. Lebih dari 6 bulan