Anda di halaman 1dari 47

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemajuan dan daya saing suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas dari
SDM (Sumber Daya Manusia) yang ada didalamnya.Salah satu aspek yang
memiliki pengaruh terhadap kualitas SDM adalah kesehatan.Anak yang sehat
merupakan investasi dan modal SDM yang berkualitas bagi suatu bangsa di masa
depan. Individu yang sehatakan mampu melakukan aktivitas produksi dan
konsumsi dengan baik dan optimal, sementara individu yang sering sakit akan
mengalami hambatan dalam kedua aktifitas tersebut. (1)
Salah satu indikator kesehatan anak adalah

pertumbuhan

tinggi

badan.Semua anak dapat mencapai potensi pertumbuhan tinggi badan secara


maksimal apabila diasuh dalam lingkungan yang sehat dan pengasuh mereka
mengikuti aturan kesehatan, pemberian nutrisi, dan perawatan yang telah atur
sedemikian rupa. Salah satu masalah dalam pertumbuhan adalah gagalnya seorang
anak mencapai potensi pertumbuhan sehingga anak tersebut memiliki postur yang
pendek atau dikenal dengan istilah stunting. (2)
Diperkirakan saat ini terdapat 171 juta anak stunting di dunia dimana 167
juta diantaranya berasal dari Negara berkembang. Menurut data Riskesdas di
Indonesia prevalensi anak stunting mencapai 37,2%, pada tahun 2013 angka ini
meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu 35,6%. Terdapat 20
provinsi di Indonesia dengan prevalensi stunting diatas prevalensi nasional, yang
tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur dan terendah adalah Jambi.Menurut WHO
masalah kesehatan dianggap berat apabila prevalensi stunting sebesar 30-39
persen dan serius bila 40 persen.Negara Indonesia memiliki 14 provinsi yang
termasuk dalam kategori berat dan 15 provinsi dengan kategori serius, dimana
Aceh termasuk dalam kategori serius urutan 7. Prevalensi stunting di Aceh pada
tahun 2013 sekitar 42% meningkat dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu 39%.
(3,4)
Stunting adalah keadaan tubuh pendek dan sangat pendek yang melampaui
defisit -2 SD di bawah median panjang atau tinggi badan populasi berdasarkan
referensi internasional yang dipergunakan yaitu kurva pertumbuhan WHO.Tinggi

badan merupakan bagian dari pemeriksaan antropometri yang menggambarkan


pertumbuhan skeletal. Pertumbuhan tinggi badan kurang sensitif terhadap masalah
kekurangan gizi dalam waktu pendek, namun pertumbuhan tinggi badan yang
tidak sesuai dengan umur seharusnya menandakan telah terjadi defisiensi gizi
dalam waktu yang relatif lama. (5,6)
Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi di dunia yang cukup
memprihatinkan.Selain berdampak pada kesehatan, stunting juga berdampak besar
terhadap kehidupan sosial dan ekonomi.Stunting pada anak telah diterima secara
luas sebagai prediktor terbaik dari kualitas sumber manusia, mempengaruhi
potensi akademik, dan daya saing suatu bangsa.Stunting berhubungan dengan
peningkatan morbiditas dan mortalitas, perkembangan mental yang terlambat, dan
penurunan kapastitas intelektual dimana dapat mempengaruhi penghasilan
seseorang dimasa depan. Selain itu, stunting juga meningkatkan risiko overweight
dan penyakit-penyakit metabolik seperti diabetes dan kardiovaskular di masa
depan. (7,8,9)
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mendeteksi faktor risiko stunting
yangdiantaranya adalah tinggi badan orang tua dan pemberian ASI eksklusif.
Tinggi badan orang tuadilaporkan berhubungan dengan kejadian stunting pada
balita, dimana ibu dengan tinggi badan <150 cm dan ayah dengan tinggi badan <
162 cm cenderung memiliki anak dengan status gizi stunting.Berdasarkan
penelitian lain yang dilakukan Hanum et al, tidak terdapat hubungan signifikan
antara tinggi badan ibu dengan status gizi balita stunting. Faktor lain yang
berhubungan dengan stunting adalah riwayat pemberian ASI eksklusif, dimana
anak yang tidak diberikan ASI eksklusif cenderung mengalami stunting, namun
menurut Zhou et al, hubungan tersebut tidak signifikan. (7) (10) (11) (12)
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai hubungan tinggi badan orang tuadan riwayat pemberian ASI
eksklusif terhadap kejadian stunting pada balita usia 6-59 bulan di kecamatan
Kuta Baro kabupaten Aceh Besar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini


adalah:
1. Apakah tinggi badan orang tua berhubungan dengan stunting pada balitausia
6-59 bulan di Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar?
2. Apakah riwayat pemberian ASI eksklusif berhubungan dengan stunting
pada balitausia 6-59 bulan di Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh
Besar?
1.3 Tujuan Penelitan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan stunting pada
balita usia 6-59 bulan di Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan tinggi badan orang tua dengan stunting pada
balitausia 6-59 bulan di Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar.
2. Untuk mengetahui hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan
stunting pada balitausia 6-59 bulan di Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten
Aceh Besar.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada balitausia 659 bulan sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan usaha promotif,
preventif, kuratif, dan edukatif terhadap masyarakat.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk penelitian
selanjutnya khususnya tentang stunting.

1.5 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:
1. Terdapat hubungan tinggi badan orang tua dengan stunting pada balita usia
6-59 bulan di Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar.
2. Terdapat hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan stunting pada
balitausia 6-59 bulan di Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertumbuhan
2.1.1 Definisi Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah peningkatan massa jaringan tubuh yang ditentukan
segara genetik berdasarkan laju, pola, dan usia sehingga anak dapat tumbuh
menjadi dewasa. Pertumbuhan merupakan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran
atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang dapat diukur dengan

ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang
dan keseimbangan metabolik (retensi kalium dan dan nitrogen tubuh). (13) (14)
Pertumbuhan fisik merupakan proses fisiologis fundamental yang menjadi
ciri masa kanak-kanak. Pertumbuhan harus selalu diawasi dengan ketat baik oleh
orang tua maupun petugas kesehatan karena pertumbuhan merupakan patokan
dalam menilai kesehatan anak. Petugas kesehatan harus memiliki pengetahuan
mengenai pola normal dan variasi individual yang umum terjadi untuk dapat
mengidentifikasi masalah yang mungkin timbul dalam pertumbuhan anak. (15)
(16)
2.1.2

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan


Terdapat beberapa konsep mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan yang telah diterangkan oleh banyak ahli dibidang tumbuh kembang
anak. Dari berbagai konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor
utama yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak yang terdiri dari faktor
internal dan faktor eksternal. (6)
a. Faktor internal (Genetik)
Faktor genetik merupakan

modal

dasar

dalam

mencapai

hasil

pertumbuhan.Faktor genetik berperan dalam menentukan kualitas dan kuantitas


pertumbuhan yang ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat
sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya
pertumbuhan tulang. Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah
ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, dan kelainan kromosom. (14)
(17)

b. Faktor eksternal (Lingkungan)


Untuk mencapai potensi genetik yang optimal diperlukan kondisi
lingkungan yang mendukung.Faktor lingkungan sangat menentukan dalam
tercapainya potensi genetik yang optimal dalam pertumbuhan. Lingkungan yang
cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi genetik/bawaan/bakat anak.
Lingkungan meliputi aspek fisik, biologis dan sosial yang pada umumnya disebut
lingkungan fisikobiopsikososial. Aspek-aspek tersebut tidak berdiri sendirisendiri, melainkan berkaitan satu sama lain. Beberapa faktor yang termasuk ke

dalam faktor eksternal adalah gizi, mekanis, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi,
infeksi, kelainan imunologi, anoksia embrio, dan psikologi ibu. (6) (17) (18)
2.1.3 Jenis-jenis pertumbuhan
Menurut sudut pandang antropometri, jenis pertumbuhan pada dasarnya
dapat diklasifikasikan menjadi pertumbuhan yang bersifat linier dan pertumbuhan
massa jaringan: (6)
1. Pertumbuhan linier merupakan ukuran yang dihitung dengan menggunakan
satuan panjang (cm). Contoh dari ukuran linier adalah panjang badan, tinggi
badan, lingkar dada, dan lingkar kepala.
2. Pertumbuhan massa jaringan menggambarkan penambahan massa tubuh.
Contoh massa jaringan yang umumnya dihitung adalah berat badan, lingkar
lengan atas (LLA), dan tebal lemak bawah kulit.
2.1.4 Periode dan pola pertumbuhan
Pola pertumbuhan anak terbagi menjadi 4 periode yaitu masa bayi yang
dimulai dari sejak lahir sampai berusia 2 tahun, masa prasekolah sejak usia 2
sampai 6 tahun, masa kanak-kanak pertengahan sejak usia 7 sampai 10 tahun, dan
terakhir masa remaja dari 11 sampai 18 tahun. (13)
a. Masa bayi (lahir-2 tahun)
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang sangat cepat, dimana peningkatan
ukuran dan dimensi tubuh bertambah lebih cepat dibandingkan dengan fase lain
pada kehidupan postnatal. Pada minggu pertama setelah lahir bayi biasanya akan
kehilangan berat badannya sekitar 10%, namun pada minggu kedua biasanya berat
badan bayi tersebut akan kembali meningkat. Seharusnya berat badan bayi dapat
bertambah sebanyak 30g perhari dan panjang bayi bertambah sebanyak 3,5 cm
perbulan sampai usia bayi 3 bulan. Pada usia 3-4 bulan pertambahan berat dan
tinggi badan bayi menjadi sedikit lebih lambat menjadi sekitar 20 g perhari dan 2
cm perbulan, perlambatan ini berlangsung sampai sekitar 1 tahun. Pada mayoritas
bayi normal, berat badan mereka akan mencapai dua kali lipat dari berat badan
lahir pada usia 5 bulan, dan tiga kali lipat pada usia 1 tahun. Pada tahun pertama
kehidupan, bayi normal akan mengalami penambahan berat badan 200%, panjang
badan 55%, dan lingkar kepala 40% dan juga diikuti oleh pertumbuhan dari
badan, lengan, dan kaki. Selama 1-2 tahun, rata-rata berat badan bayi bertambah
sebanyak 2,5 kg dan panjang badan sebanyak 12 cm. (13) (19)

b. Masa Prasekolah (2-6 tahun)


Selama masa prasekolah pertumbuhan anak masih lambat sampai usia anak
sekitar 4 sampai 5 tahun. Pada usia 4 tahun rata-rata pertambahan berat badan
anak sekitar 2-4 kg dan tinggi badan sekitar 6-8 cm pertahun. Lingkar kepala anak
sangat penting untuk diukur pada usia ini, karena normalnya otak anak mengalami
pertumbuhan lebih dari 3 kali lipat dari ukuran pada saat lahir sampai usia anak 6
tahun. Pada masa ini perkembangan organ seks sekunder masih belum terlihat,
namun pada anak perempuan pertambahan jaringan lemak sudah mulai muncul
dibandingkan anak laki-laki. Masa prasekolah merupakan masa yang sangat
penting dalam mengawasi indeks masa tubuh anak karena pada masa ini dapat
terjadi onset obesitas pada anak. (13)
c. Masa Kanak-Kanak Pertengahan (7-10 tahun)
Pada masa ini pertumbuhan anak relatif stabil. Mulai usia 7 tahun
peningkatan berat dan tinggi badan masing-masing sekitar 2 kg dan 5-6 cm
pertahunnya, namun pada usia 10 tahun peningkatan berat badan dapat mencapai
sekitar 4 kg. Pada anak perempuan peningkatan kematangan terjadi lebih awal
sehingga menyebabkan pertambahan berat dan tinggi badannya menjadi lebih
cepat dibandingkan anak laki-laki. Pada usia 7 tahun anak laki-laki hanya 2 cm
lebih tinggi dibandingkan anak perempuan namun bervariasi dalam berat badan,
sementara pada usia 10 tahun anak perempuan menjadi lebih tinggi 1 cm, lebih
berat 1 kg, dan memiliki jaringan adiposa lebih tebal sekitar 25% dibandingkan
anak laki-laki. Masa kanak-kanak pertengahan juga termasuk dalam faktor risiko
terjadinya obesitas, dimana anak yang memiliki status gizi lebih atau obesitas
cenderung memiliki faktor risiko terjadinya obesitas pada saat telah dewasa. (13)
d. Masa Remaja (11-18 tahun)
Masa remaja dimulai sebelum pubertas dan berakhir sampai pertumbuhan
dan perkembangan telah sempurna atau lengkap.Masa remaja berbeda antara anak
laki-laki dan perempuan, pada anak laki-laki sekitar 18-20 tahun.sementara pada
anak perempuan sekitar 16-18 tahun. Pada masa ini terjadi perubahan ukuran dan
bentuk tubuh yang sangat cepat pada anak.Perubahan ini dipengaruhi oleh hormon
seks dan dapat diukur dengan stadium Tanner.Tanda-tanda pubertas pada anak
perempuan adalah peningkatan tinggi badan sebelum terjadinya perkembangan
payudara. Kecepatan pertumbuhan linier akan menurun setelah terjadi menarke
hingga tercapailah bentuk tubuh dewasa.

Pada anak perempuan tanda-tanda

pubertas adalah terjadinya pembesaran testis sehingga volume testis lebih dari 3
mL. Puncak pertumbuhan belum terjadi apabila volume testis belum mencapai 1012 mL. (13) (19)
Anak perempuan mayoritas mengalami percepatan pertumbuhan (growth
spurt) pada usia 11-14 tahun, sementara anak laki-laki 2 tahun setelah anak
perempuan, sehingga pada usia tersebut anak perempuan memilki postur lebih
tinggi dibandingkan anak laki-laki. Hal itu menyebabkan anak laki-laki memiliki
2 tahun tambahan masa prepubertas, namun masa growth spurt pada anak laki-laki
berlangsung lebih lama. Maksimal tinggi badan yang dicapai selama masa
pubertas oleh anak laki-laki adalah 9,5-10,5 dan pada anak perempuan 8,5-9 cm.
Pada kedua jenis kelamin, puncak dari peningkatan tinggi badan berhubungan
dengan kematangan tulang. Kematangan tulang berkaitan dengan stadium Tanner
karena penutupan epifisis juga dipengaruhi oleh hormon seks selain hormon
pertumbuhan dan hormon tiroid. Pertumbuhan linear akan berhenti apabila
kematangan tulang telah tercapai, sehingga fenomena ini sangat erat berkaitan
dengan onset dan tempo dari kematangan pubertas. (13) (19)

2.2

Pengukuran Pertumbuhan
Perubahan pada ukuran fisik merupakan wujud dari interaksi morfologik,

biokimiawi, dan fisiologik yang rumit dan kasat mata yang terjadi pada masa
kanak-kanak. Pertumbuhan merupakan suatu proses yang kontinyu dan kecepatan
pertumbuhan anak tidak terjadi secara konstan serta normalnya bervariasi sesuai
umur dan sistem organ yang terlibat. (15)
Pertumbuhan harus selalu diawasi dengan ketat baik oleh orang tua maupun
petugas kesehatan karena pertumbuhan merupakan patokan dalam menilai
kesehatan anak. American Academy of Pediatric (AAP) pada bulan Maret tahun
2000 dalam Rekomendasi untuk perawatan kesehatan preventif anak
menyatakan bahwa berat dan tinggi badan anak harus diukur sekurang-kurangnya
pada saat lahir, usia dua sampai 4 hari, 1, 2, 4, 6, 9, 12, 15, 18, dan 24 bulan, dan
setelah itu setiap tahun sampai usia anak mencapai 21 tahun. Hasil pengukuran
tersebut kemudian diplotkan dalam kurva pertumbuhan. (16)

Penilaian pertumbuhan dan status gizi merupakan bagian penting dalam


evaluasi klinis serta perawatan anak dalam bidang pediatri.Pelaksanaan penilaian
status gizi yang rutin dapat mendeteksi adanya defisiensi maupun kelebihan gizi
lebih awal. Tidak ada pengukuran status gizi yang paling baik diantara satu
metode dengan metode lainnya, sehingga diperlukan kombinasi dalam
pengukuran status gizi tersebut untuk mendapatkan hasil yang akurat. (20)
2.2.1 Indeks antropometri Panjang Badan/Tinggi Badan Menurut Umur (PB/U &
TB/U)
Panjang badan atau tinggi badan merupakan parameter antropometri yang
penting untuk diukur karena berhubungan dengan keadaan yang lalu dan keadaan
sekarang. Panjang badan atau tinggi badan juga merupakan parameter terpenting
kedua setelah berat badan karena apabila umur tidak diketahui, maka dengan
menghubungan panjang badan atau tinggi badan terhadap berat badan status gizi
seseorang sudah dapat dinilai. (6)
Pengukuran panjang badan atau tinggi badan sangat penting karena
merupakan indikator dalam penilaian status gizi dalam jangka panjang. Ukuran
pertumbuhan linear yang rendah pada umumnya menunjukkan bahwa telah terjadi
kekurangan konsumsi pangan secara relatif maupun absolut untuk periode tertentu
akibat kekurangan energi dan protein yang diderita waktu lampau. (6) (20) (21)
2.2.2 Teknik pengukuran dan interpretasi
Pada anak usia dibawah 2 tahun, indeks antropometri yang digunakan
adalah PB/U. Panjang badan anak diukur dengan meletakkan/menidurkan anak di
atas alat pengukur panjang badan yang terbuat dari papan kayu yang dikenal
dengan nama Length Boardatau infantometer. Alat pengukur panjang badan ini
terdiri dari papanyang tidak bergerak dan papanyang dapat digeser-geser.Untuk
mengukur panjang badan anak dibutuhkan dua petugas, petugas pertama
memegang kepala anak dan petugas kedua bertugas memegang dan meluruskan
kaki anak. Kepala anak diletakkan hati-hati sampai bersentuhan dengan bagian
papan yang tidak bergerak kemudian bagian papan yang dapat bergerak digeser
sehingga dapat dengan tepat menyinggung telapak kaki bayi lalu kemudian
dilakukan pembacaan hasil skala ukur. (6) (20) (21) (22)

10

Pada anak balita yang sudah dapat berdiri tanpa bantuan dan kooperatif,
indeks antropometri yang digunakan adalah tinggi badan anak terhadap umur
(TB/U). Alat yang digunakan untuk pengukuran adalah mikrotois(microtoise)
yang memiliki ketelitian 0,1 cm. pertama-tama petugas menempelkan paku
mikrotoa ke dinding yang lurus dan datar setinggi tepat 2 meter, dimana posisi
angka nol mikrotois pada lantai yang rata dan datar. Kemudian, minta anak untuk
melepaskan sepatu atau sandal yang digunakannya. Anak diupayakan berdiri
dengan posisi tegak, kaki lurus, tumit, bokong, punggung, dan kepala bagian
belakang harus menempel pada dinding dan muka menghadap lurus dengan
pandangan ke depan. Selanjutnya turunkan mikrotois perlahan-lahan sampai
menyentuh kepala bagian atas dengan rapat, perhatikan bahwa siku-siku harus
lurus menempel pada dinding. Terakhir, dilakukan pembacaan angka pada skala
yang terlihat pada lubang dalam gulungan mikrotois. (6) (21) (22)
2.2.3 Interpretasi indeks Panjang Badan/Tinggi Badan menurut Umur (PB/U &
TB/U)
Berbagai metode dapat diterapkan dalam melakukan interpretasi dari hasil
pengukuran panjang badan terhadap umur (PB/U) atau tinggi badan terhadap
umur (TB/U). Di Indonesia, berdasarkan Keputusan menteri kesehatan Republik
Indonesia Nomor: 1995/Menkes/SK/XII/2010, penilaian status gizi mengacu pada
standar World Health Organization (WHO) dimana Kepmenkes menghasilkan
luaran berupa tabel standar indeks antropometri. Tabel standar Panjang Badan
menurut Umur (PB/U) terdiri dari usia 0-24 bulan yang masing-masing dibedakan
antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan, sementara tabel standar Tinggi
Badan menurut Umur (TB/U) terdiri dari usia 24-60 bulan dan masing-masing
juga dibedakan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Tabel dapat dilihat
pada lampiran 1. (23)
Tabel 2.1. Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks PB/U atau TB/U (23)
Panjang

Indeks
Badan

menurut

Umur (PB/U) atau Tinggi


Badan menurut Umur (TB/U)
anak umur 0-60 bulan

Kategori Status Gizi


Tinggi
Normal
Pendek
Sangat Pendek

Ambang Batas (Z-Score)


>2 SD
-2 SD sampai dengan 2 SD
-3 SD sampai dengan < -SD
< -3 SD

11

2.3. Stunting
2.3.1 Definisi stunting
Stunting didefinisikan sebagai panjang/tinggi badan terhadap umur yang
berada di bawah nilai -2 standar deviasi yang diukur menggunakan kurva
pertumbuhan

WHO

(World

Health

Organization).Stunting

merupakan

pertumbuhan linear yang tidak adekuat akibat kebutuhan nutrisi yang tidak
tercukupi.Stunting merupakan salah salah satu indikator yang mudah untuk diukur
dan menggambarkan terjadinya kekurangan pangan secara relatif maupun absolut
yang terjadi pada masa kritis pada saat perkembangan anak terjadi, khususnya
sejak konsepsi sampai usia anak 2 tahun. (9) (24)
Menurut Depkes RI pendek dan sangat pendek diartikan sebagai status gizi
yang didasarkan pada Indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi
Badan menurut Umur (TB/U), yang merupakan padanan istilah stunted (pendek)
dan severely stunted (sangat pendek). Stunted dan severely stunted merupakan
istilah yang dipakai dalam kurva pertumbuhan WHO. (23)
2.3.2 Faktor-faktor yang berhubungan dengan stunting
1. Faktor gizi/nutrisi
Pertumbuhan seseorang berhubungan dengan faktor gizi mulai sejak konsepsi
sampai bayi lahir hingga tumbuh menjadi dewasa.Status gizi ibu hamil memiliki
pengaruh pentingterhadap pertumbuhan janin dalam kandungannya.Apabila ibu
hamil memiliki status gizi yang buruk baik sebelum atau selama kehamilan dapat
menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR), cacat bawaan, terhambatnya
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir yang mudah
terinfeksi, abortus, dan lain-lain. Anak yang terlahir dari ibu yang mengalami gizi
kurang dan berasal dari lingkungan miskin akan menyebabkan anak tersebut dapat
mengalami gizi kurang pula sehingga selanjutnya akan menghasilkan wanita
dewasa dengan gizi kurang. Hal ini akan menjadi lingkaran setan yang
meningkatkan kejadian gizi kurang di masyarakat. (6)
Gizi seimbang merupakan suatu faktor yang sangat penting bagi
perumbuhan anak.Ketika bayi lahir, sumber gizi utama yang dibutuhkannya
adalah ASI. ASI mengandung berbagai nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi

12

sampai usia bayi 6 bulan. Setelah berusia 6 bulan, bayi memerlukan makanan
tambahan untuk mendukung pertumbuhannya. (25)
Secara ringkas, zat gizi memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai penyedia
energi, berperan dalam dalam proses pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh,
serta pengaturan dan pemeliharaan proses biokimiawi tubuh. Berbagai zat gizi
yang dibutuhkan oleh anak untuk mendukung tumbuh kembangnya adalah
sebagai berikut: (26)
a. Zat gizi makro
Kalori dapat dihasilkan oleh tiga jenis zat gizi yaitu karbohidrat, protein,
dan lemak yang disebut juga sebagai zat makro.Karbohidrat terdiri atas dua jenis
yaitu refined carbohydrate yang berasal dari gula, tepung, dan biskuit,
sertacomplex carbohydrate yang dihasilkan oleh makanan seperti whole grain,
beras, kentang, danoats. Protein dapat diperoleh dari jenis makanan seperti
daging, ayam, hati, ikan, telur, susu, keju, kacang-kacangan, dan hasil olahannya
seperti tempe dan tahu. Sementara lemak terdiri dari lemak jenuh yang dihasilkan
dari hewan dan lemak tidak jenuh yang dihasilkan dari tumbuhan dan
ikan.Karbohidrat, protein, dan lemak setelah dicerna akan mengalami proses
oksidasi yang kemudian menghasilkan energi untuk digunakan dalam kegiatan
fisiologis tubuh. Selain menyediakan energi (kalori), ketiga zat gizi ini juga
berfungsi dalam pembentukan struktur jaringan dan organ tubuh, serta
pengangkutan zat gizi dalam tubuh sehingga memiliki peran yang sangat penting
dalam pertumbuhan yang optimal.lemak merupakan komponen pembentuk
struktur sel terutama fosfolipid. Selain itu, protein khususnya enzim berperan
sebagai katalisator berlangsungnya reaksi biokimia antara lain pencernaan zat
gizi. (25) (26)
b. Zat gizi mikro
Vitamin dan mineral yang termasuk kedalam zat gizi mikro memiliki fungsi
dalam pengaturan dan pemeliharaan proses biokimiawi, seperti aktivitas enzim,
pengangkutan molekul melalui membran sel, dan pembentukan struktur organ
yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan. Berbagai vitamin yang larut
lemak berperan dalam pertumbuhan, seperti vitamin D yang bekerja dengan
membantu penyerapan kalsium dan pertumbuhan tulang, vitamin E berperan

13

dalam membantu pembentukan sel darah merah, otot, dan jaringan lain, serta
vitamin K yang membantu menjaga kesehatan tulang. (25) (26)
Berbagai mineral juga berperan dalam pertumbuhan, seperti kalsium (Ca)
dan fosfor (P) yang bekerja sama dalam pembentukan dan pemeliharaan tulang
dan gigi, magnesium (Mg) berperan dalam struktur tulang dan beberapa reaksi
enzim, fluor (F) bersama kalsium berperan dalam meningkatkan pertumbuhan
tulang dan gigi khususnya pada anak, zat besi (Fe) yang esensial dalam
pembentukan hemoglobin untuk membawa oksigen dan myoglobin dalam
pembentukan energi, seng (Zn) yang memiliki hubungan dengan metabolisme
karbohidrat dan energy, perombakan dan pembentukan protein, asam nukleat dan
heme serta pengangkutan CO2, selenium (S) bekerja sama dengan vitamin E
sebagai antioksidan, sulfur (S) berperan dalam pembentukan rambut dan kuku,
dll. (25) (26)
2. Faktor genetik
Faktor genetik berperan dalam intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat
sensitifitas jaringan terhadap rangsang, umur pubertas, dan berhentinya
pertumbuhan

tulang.Pola

pertumbuhan

normal

dan

patologik

keduanya

dipengaruhi oleh interaksi kompleks antara faktor genetik, lingkungan, dan


hormon.Dua faktor genetik yang paling berpengaruh terhadap tinggi badan
seseorang adalah tinggi badan orang tua dan jenis kelamin.Ukuran dan pola
pertumbuhan orang tua berperan besar menentukan ukuran absolut anak maupun
terjadinya lonjakan pertumbuhan pada anak. Tinggi badan orang tua dapat
mempengaruhi tinggi badan anak mungkin diperantarai oleh berbagai faktor yang
secara genetik mengontrol faktor endokrin. (14) (15) (27)
Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nasikhah, ditemukan bahwa
terdapat hubungan signifikan antara ibu yang memiliki tinggi badan kurang dari
150 cm dengan kejadian stunting (p=0,021;OR=3,38). (10)
Ibu yang mengalami stunting dan indeks masa tubuh yang rendah berisiko
mengalami efek samping atas kehamilannya seperti sefalopelvik disproporsi yang
menyebabkan ibu harus melahirkan dengan sectio caesarea. Selain itu ibu dengan
stunting juga berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
dan 3,6 kali berisiko melahirkan anak dengan status gizi stunting pula. (10) (28)
(29) (30) (31) (32)
3. Umur

14

Umur

merupakan

salah

satu

faktor

yang

mempengaruhi

pertumbuhan.Kecepatan pertumbuhan tidak konstan dan bervariasi pada setiap


fase.Pertumbuhan yang sangat pesat terjadi pada masa prenatal, 2 tahun pertama
kehidupan, dan masa remaja.Prevalensi stunting lebih banyak pada usia 24 59
bulan dibandingkan dengan usia 0 23 bulan. Usia 12-24 bulan merupakan usia
yang sangat rentan untuk terjadi penyakit infeksi. Pada usia ini terjadi masa
peralihan dari bayi menjadi anak, dimana terjadi perubahan pola makan dari ASI
menjadi makanan padat dan beberapa anak mulai mengalami kesulitan makan
sehingga pola pengasuhan sangat penting diperhatikan karena penyakit infeksi
selain berdampak pada berat badan juga dapat meningkatkan risiko anak untuk
menjadi stuting. Selain itu, balita yang mengalami stunting cenderung akan
mengalami stunting juga pada saat remaja. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa faktor umur berhubungan dengan status gizi stunting pada
balita. (13) (17) (33) (34) (35)
4. Jenis kelamin
Jenis kelamin juga merupakan faktor yang berhubungan dengan stunting
pada balita.Anak yang sering sakit berisiko lebih besar untuk mengalami stunting
dibandingkan dengan anak yang jarang sakit.Anak laki-laki lebih cenderung
mengalami sakit, seperti diare, flu, dan juga anemia dibandingkan anak
perempuan.Anak laki-laki ditemukan lebih berisiko mengalami stunting
dibandingkan anak perempuan baik pada masa balita maupun pada saat remaja.
(33) (34) (35) (36)
5. Air Susu Ibu (ASI)
Cara ibu memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya terutama adalah dengan
memberikan air susu ibu (ASI). Yang dimaksud dengan pemberian ASI eksklusif
adalah pemberian ASI saja pada bayi, tanpa tambahan cairan lain seperti susu
formula, madu, air teh, jeruk, bahkan air putih, dan tanpa tambahan makanan lain
seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim sampai bayi
berusia 6 bulan.ASI eksklusif didefiniskan sebagai pemberian makanan pada bayi
hanya berupa ASI baik secara langsung maupun melalui botol susu, selang
nasogastrik atau menggunakan sendok tanpa tambahan makanan dan minuman
lain termasuk air putih dengan pengecualian pemberian cairan rehidrasi oral,
drops atau sirup yang mengandung vitamin, suplemen mineral atau obat. (37) (38)
(39)

15

Pemberian ASI eksklusif dianjurkan sampai bayi berusia 6 bulan karena


pada usia 6 bulan jaringan pencernaan bayi mulai matur. Pada saat usia bayi 0-6
bulan, bayi memiliki jaringan pencernaan yang belum matur, bentuk pencernaan
bayi seperti saringan pasir yang memiliki pori-pori yang besar sehingga
memungkinkan perpindahan kuman atau protein yang berasal dari makanan
masuk ke dalam pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan bayi menjadi
alergi dan juga terkena infeksi. Selain itu, penelitian membuktikan bahwa ASI
memiliki kandungan yang cukup untuk pertumbuhan bayi sampai bayi berusia 6
bulan, sehingga belum dibutuhkan pemberian makanan tambahan lain. (40)
ASI mengandung semua nutrien yang dibutuhkan oleh bayi selama 6 bulan
pertama kehidupannya yang terdiri dari air, lemak trigliserida, karbohidrat, laktosa
(gula susu), sejumlah protein, vitamin, mineral kalsium, fosfat, sel imun, antibodi
dan bahan senyawa lain yang melindungi bayi dari serangan infeksi hingga bayi
mampu membentuk sistem imun sendiri. (41) (42)
Lemak pada ASI (omega-3, omega-6, DHA, arachidonic acid) memiliki
fungsi yang sangat penting pada otak sebagai komponen dalam proses
myelinisasi, dimana penyerapan lemak dibantu oleh enzim lipase yang juga
terdapat dalam ASI dan tidak ada dalam susu formula. Dalam ASI juga terdapat
kolesterol yang yang berfungsi meningkatkan pertumbuhan otak dan diperkirakan
berperan dalam membentuk enzim yang dapat memetabolisme kolesterol sehingga
dapat mengendalikan kadar kolesterol dikemudian hari untuk mencegah serangan
jantung. (37)
Karbohidrat yang terkandung dalam ASI adalah laktosa golongan
dissakarida yang konsentrasinya mencapai 7 gr dalam 100 ml ASI dimana
merupakan sumber penting dalam pembentukan kalori. Intake kalori yang cukup
akan pada bayi akan mendukung pertumbuhan yang normal, sementara intake
kalori yang kurang akan akan berdampak pada pertumbuhan fisik dan juga
kerentanan terhadap penyakit infeksi. Kekurangan kalori jangka panjang dapat
bermanifestasi sebagai stunting. (42)
Delapan pulu persen protein yang terkandung dalam ASI adalah protein
whey yang kaya akan-laktoglobulin dan laktoferin. Laktoalbumin kaya akan
triptofan yang merupakan prekursor dari neurotransmiter serotonin yang penting
dalam tubuh.Laktoferin merupakan sebuah protein yang dapat mengikat zat besi
dan memiliki efek meningkatkan kekebalan serta sebagai antivirus. Selain

16

karbohidrat, protein juga merupakan salah satu komponen pembentuk kalori yang
juga memiliki peran dalam mendukung pertumbuhan. (38) (43)
Kedua jenis vitamin, yaitu vitamin yang larut dalam air (vitamin B, asam
folat, vitamin C) maupun yang tidak larut dalam air (vitamin A, vitamin D,
vitamin E, vitamin K) terdapat dalam ASI dengan jumlah yang bervariasi dimana
yang paling kecil kadarnya adalah vitamin D. (44)Bayi harus terpapar dengan
sinar matahari untuk menghasilkan endogen vitamin D, atau jika hal tersebut tidak
memungkinkan untuk dilakukan, sebaiknya bayi diberikan suplemen vitamin D.
(42)
ASI mengandung hampir semua faktor-faktor yang berperan dalam sistem
kekebalan tubuh baik yang spesifik maupun non-spesifik. ASI mengandung sel
makrofag, sel neutrofil, lisozim, komplemen, sitokin, laktoferin, peroksidase, zat
lain seperti glikolipid, glikoprotein, oligosakarida, juga zat antioksidan seperti
tokoferol- dan karotin- yang merupakan komponen dalam sistem kekebalan
imunoglobulin.Imunoglobulin berperan dalam meningkatkan kekebalan terhadap
penyakit, khususnya penyakit infeksi.Semakin baik kekebalan tubuh seseorang
maka

semakin

jarang

seseorang

tersebut

terkena

penyakit.

Penelitian

membuktikan anak yang sering sakit lebih berisiko untuk mengalami stunting
dibandingkan dengan anak yang jarang sakit. (34) (35)
Penelitian membuktikan bahwa anak yang tidak diberi ASI eksklusif
memiliki risiko 6,9 kali lebih besar untuk mengalami stunting dibandingkan
dengan anak yang diberi ASI eksklusif. (11)
2.3.3 Dampak stunting pada balita
Stunting menggambarkan keadaan kurang gizi kronis. Kekurangan nutrisi
pada 1000 hari pertama setelah lahir dapat menyebabkan gangguan yang
ireversibel dalam perkembangan otak, sehingga dapat mempengaruhi kesuksesan
dalam berkarir dan memperoleh penghasilan di masa depan. (9)
Wanita hamil dengan indeks PB/U stunting memiliki risiko peningkatkan
komplikasi yang terjadi selama melahirkan akibat ukuran pelvis mereka yang
kecil. Janin wanita stunting yang berukuran besar mungkin dipengaruhi oleh
nutrisi yang adekuat pada saat pra-kehamilan maupun saat hamil. (9)
Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi di dunia yang cukup
memprihatinkan.Selain berdampak pada kesehatan stunting juga berdampak besar

17

terhadap kehidupan sosial dan ekonomi.Stunting pada anak telah diterima secara
luas sebagai prediktor terbaik dari kualitas sumber manusia, mempengaruhi potesi
akademik dan daya saing suatu bangsa bangsa.Stunting berhubungan dengan
peningkatan morbiditas dan mortalitas, perkembangan mental yang terlambat, dan
penurunan kapastitas intelektual dimana dapat mempengaruhi penghasilan
seseorang dimasa depan. Selain itu, stunting juga meningkatankan risiko
overweight dan penyakit-penyakit metabolic seperti diabetes dan kardiovaskular
di masa depan. (7) (8) (9)
Menurut WHO, stunting memiliki dampak jangka panjang dan jangka
pendek. Dampak jangka panjang meliputi peningkatan morbiditas dan mortalitas,
perkembangan kognitif, motorik, dan bahasa yang menurun, serta peningkatan
pengeluaran biaya kesehatan dan perawatan anak yang sakit. Sementara dampak
jangka panjang akibat stunting meliputi tinggi badan orang dewasa yang menurun,
peningkatan risiko obesitas dan penyakit komorbid, gangguan sistem reproduksi,
performa belajar yang menurun, gagalnya mencapai kapasitas potensial belajar,
serta penurunan kapasitas dan produktivitas kerja. (45)

18

2.3 Kerangka Teori


Pertumbuhan

Pertumbuhan Massa
Jaringan

Pertumbuhan Linier

Dipengaruhi Oleh
1. Faktor Internal
(Genetik)
2. Faktor Eksternal
(Lingkungan)

Tinggi

Faktor Gizi

Normal

Tinggi Badan
Orang tua

Pendek (stunting)
Umur
Jenis Kelamin
Riwayat ASI
Eksklusif

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Keterangan:
: diteliti
: tidak diteliti

19

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan
pendekatan desainkasus-kontrol (case-control study). Penelitian kasus-kontrol
adalah jenis penelitian yang mempelajari suatu faktor risiko dengan pendekatan
retrospektif, dimana variabel efek diidentifikasi saat ini, kemudian faktor risiko
diidentifikasi pada waktu yang lalu. Penelitian kasus-kontrol (case-control) sering
juga disebut dengan case-comparison study, case-compeer study, case-referent
study, atau retrospective study. (46) (47)
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di posyandu dan rumah warga yang berada di
Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar pada periode Februari Maret
2015. Perencanaan kegiatan dapat dilihat di lampiran 1.
3.3

Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien anak berusia 6-59 bulan
yang berdomisili di Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah balita usia 6-59 bulan yang bertempat tinggal di
Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi pada bulan Februari Maret 2015. Sampel penelitian dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kelompok kasus
merupakan balita usia 6-59 bulan dengan indeks PB/U atau TB/U di bawah - 2
SD, sementara kelompok kontrol merupakan balita usia 6-59 bulan dengan indeks

20

PB/U atau TB/U - 2 SD sampai + 2 SD menurut tabel standar antropometri


Kepmenkes RI 2011. Responden dalam penelitian ini adalah ibu dari balita yang
menjadi sampel penelitian.
1. Besar Sampel
Besar sampel pada penelitian ini ditentukan dengan teknik consecutive
sampling dan telah diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dari periode
Januari Febuari 2015.
Untuk memperkirakan besar sampel minimum dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan rumus besar sampel untuk penelitian analitik kategorik tidak
berpasangan berikut ini : (48)
Z 2 PQ +Z P 1Q 1+ P 2Q 2
n1=n2=
P1P2

Keterangan :
n1
= besar sampel untuk kelompok 1
n2
= besar sampel untuk kelompok 2
Z
= tingkat kesalahan alfa ditetapkan 5% , sehingga nilainya menjadi
1,96
Z

= tingkat kesalahan beta ditetapkan sebesar 20%, sehingga nilainya

0,84
P= proporsi secara keseluruhan = (P1 + P2) = ( 0,39+ 0.09 ) = 0,24
Q
= 1 P = 1 0,24 = 0,76
P1
= Proporsi kelompok 1= ( 0,3 + P2 ) = 0,39
P2
= Proporsi kelompok 2 berdasarkan kepustakaan = 0,09 (49)
Q1
= 1 - P1 = 0,61
Q2
= 1 - P2 = 0,91
P1 - P2 = selisih proporsi minimal= 0,3
Dengan mensubtitusikan nilai-nilai tersebut, maka didapat :
2
1,96 2 0,24 0,76+0,84 0,61 0,39+ 0,09 0,91
n1=n2
0,3

= 30,57 = ~31
Berdasarkan rumus di atas, dengan proporsi 9% yang diambil dari
kepustakaan, maka diperoleh besar sampel 30,57 yang dibulatkan menjadi 31.
Jadi, besar sampel untuk kelompok kasus dan kontrol masing-masing berjumlah
31 balita, dengan total sampel 62 balita. (49)

21

2. Cara Pengambilan Sampel


Sampel dikumpulkan dengan metode consecutive sampling, dimana peneliti
mengambil subjek penelitian pasien anak berusia 6-59 bulandalam kurun waktu
yang telah ditentukan sampai tercapai jumlah minimal sampel yang ditetapkan.
3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Adapun kriteria sampel pada penelitian ini meliputi kriteria inklusi dan
eksklusi. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
a. Anak berusia dibawah 6-59 bulan yang tinggal menetap di Kecamatan Kuta
Baro, Kabupaten Aceh Besar
b. Nilai indeks PB/U atau TB/U<-2 SD untuk kelompok kasus, sementara
untuk kelompok kelompok kontrol nilai indeks PB/U atau TB/U -2 sampai
c.
d.
e.
f.
2.
a.

dengan +2 SD.
Tinggal bersama orang tua
Memiliki ibu dan ayah yang masih hidup
Orang tua bersedia diukur tinggi badannya
Ibu bersedia diwawancarai
Kriteria Eksklusi
Anak dengan penyakit genetik dan kelainan kongenital seperti thalassemia

dan penyakit jantung bawaan.


b. Nilai indeks PB/U atau TB/U > 2 SD
3.4 Metode Pengumpulan data
3.4.1 Jenis dan sumber data
Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas data primer yang diperoleh
langsung dari balita dan orangtuanya di Kecamatan Kutabaro, Kabupaten Aceh
Besar. Data primer terdiri atas indentitas anak, identitas ibu, pengukuran
antropometri untuk tinggi badan anak dan ibu, serta data riwayat ASI eksklusif
yang diperoleh berdasarkan kuesioner.
3.4.2 Teknik pengumpulan data
Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu:
1. Tahap persiapan pengumpulan data
Pada tahap ini peneliti meminta izin kepada pihak Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala untuk melakukan penelitian.
2. Tahap melakukan pengumpulan data
Pada tahap ini peneliti melakukan pengukuran antropometri yang terdiri dari

22

berat badan (BB), tinggi badan (TB), dan lingkar kepala (LK) pada anak dan
tinggi badan (TB) pada kedua orang tua. Kemudian peneliti melakukan
wawancara menggunakan kuesioner kepada responden yang dalam hal ini
adalah ibu anak untuk memperoleh data mengenai riwayat pemberian ASI
eksklusif. Penentuan umur anak didapatkan dari hasil pengurangan tanggal
pemeriksaan dengan tanggal lahir anak. Umur anak dihitung dalam bulan
penuh. Contoh : umur 3 bulan 29 hari dihitung sebagai umur 3 bulan. Apa
bila anak prematur maka digunakan umur koreksi dengan cara
mengurangkan umur kronologis dengan prematuritas. Selanjutnya, hasil
pengukuran dan wawancara dikumpulkan untuk dilakukan pengolahan data.
3.4.3 Instrumen penelitian
Instrumen dalam penelitian ini terdiri atas:
1. Alat pengukur tinggi badan (Microtoise) yang sudah dikalibrasi dengan
tingkat ketelitian 0,1 cm dan juga papan infantometer untuk mengukur
panjang baduta yang sudah dikalibrasi dengan ketelitian 0,1 cm.
2. Timbangan Dacin dengan ketelitian 0,1 Kg.
3. Meteran lingkar kepala dengan ketelitian 0,1 cm.
4. Tabel standar antropometri PB/U untuk anak umur 0-24 bulan dari
Kepmenkes RI 2011. (Lampiran 5)
5. Kuesioner Data Anak. (Lampiran 4)
Kuesioner data anak terdiri atas:
a. Identitas Anak : Nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, umur, berat
badan lahir, alamat.
b. Indentitas Orangtua (Ibu dan atau Ayah) : Nama, alamat, no.telp/hp,
pekerjaan, pendidikan, jumlah tanggungan dalam keluarga
c. Pengukuran Antropometri. (tinggi badan anak dan Ibu)
6. Kuesioner riwayat ASI eksklusif. (Lampiran 6)

3.5 Kerangka konsep


Tinggi Badan Ibu
Stunting

23

ASI Eksklusif

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
A. Variabel Independen
1. Tinggi badan orang tua merupakan ukuran linier orang tua yang diukur dari
ujung kaki sampai ujung kepala.
a. Alat ukur
: Mikrotois
b. Cara pengukuran
: Tinggi badan
c.
1)
2)
d.
2.

orang

tua

diukur

dengan

menggunakan mikrotois yang sudah dikalibrasi dengan ketelitian 0,1 cm


Hasil pengukuran
:
Normal
: >150 cm
Pendek
: <150 cm
Skala Pengukuran
: Nominal
ASI eksklusif adalah pemberian makanan pada bayi hanya berupa ASI baik
secara langsung maupun melalui botol susu, selang nasogastrik atau
menggunakan sendok tanpa tambahan makanan dan minuman lain termasuk
air putih dengan pengecualian pemberian cairan rehidrasi oral, drops atau
sirup yang mengandung vitamin, suplemen mineral atau obat selama 6

bulan.
a. Alat ukur
b. Cara pengukuran

: Kuesioner
: Dengan menggunakan

metode

wawancara,

ditanyakan langsung pada responden kemudian dituliskan ke dalam


c.
1)
2)
d.
B.
1.

kuesioner.
Hasil pengukuran
:
Ya
Tidak
Skala pengukuran
: Nominal
Variabel Dependen
Stunting merupakan keadaan tubuh pendek dan sangat pendek yang
melampaui defisit -2 SD di bawah median panjang atau tinggi badan
populasi berdasarkan indikator pengukuran PB/U atau TB/U pada tabel
standar antropometri Kepmenkes RI 2011 namun memiliki proporsi TB/BB

dalam rentang normal. (50)


a. Alat ukur
:
1) Infantometer

24

2) Mikrotois
b. Cara pengukuran

: Tinggi badan anak diukur dari ujung kepala sampai

ujung kaki dengan menggunakan infantometer untuk anak baduta dan


mikrotois untuk anak berusia lebih dari dua tahun. Kedua alat tersebut
sebelumnya telah dikalibrasi dengan ketetlitian 0,1 cm.
Umur dihitung dalam bulan penuh, contoh : umur 6 bulan 29 hari dihitung
sebagai umur 6 bulan.
c. Hasil pengukuran
:
1) Normal
: -2 SD sampai dengan +2 SD
2) Stunting
: Di bawah -2 SD
d. Skala pengukuran
: Nominal
3.7 Prosedur Penelitian
Pada sampel yang telah diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi,
dilakukan pengukuran tinggi badan menggunakan infantometer atau mikrotois
yang masing-masing sudah dikalibrasi dengan ketelitian 0,1 cm. Kemudian
dilanjutkan dengan mengukur tinggi badan orang tua menggunakan microtoise
yang sudah dikalibrasi dengan ketelitian 0,1 cm dan melakukan wawancara
terhadap responden dalam hal ini adalah ibu mengenai riwayat ASI eksklusif

Populasi

3.8 Alur
penelitian.
Kriteria
Inklusi
Kriteria Eksklusi
Alur penelitian akan dijelaskan dengan gambar berikut
Sampel

Kelompok Kasus
Balita usia 6-59 bulan Stunting

Kelompok Kontrol
Balita usia 6-59 bulan non Stunting

pengukuran BB, TB, dan LK pada anak dan TB pada orang tua serta wawancara terhadap ibu mengenai riwa

Analisis Data

Pengolahan Data

Kesimpulan

25

Gambar 3.2 Alur Penelitian

3.9 Analisis Data Penelitian


1. Sebelum di analisis data akan diedit, dikoding, ditabulasi dan dimasukkan
ke dalam program computer.
2. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat
dan bivariat dengan menggunakan software SPSS 16.
3. Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan setiap variabel
independen dan dependen
4. Analisa bivariat digunakan untuk melihat korelasi atau hubungan dari dua
variabel yang diduga berpengaruh
5. Uji analisis yang digunakan adalah uji Chi-Square, apabila data yang
didapat tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji Chi-Square, maka akan
dilakukan uji alternative Fisher.

26

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Karakteristik Sampel dan Orangtua Sampel Penelitian
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 62 balita, yang terdiri dari 31
balita stunting dan 31 balita dengan tinggi badan yang normal. Sampel berasal
dari Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar. Karakteristik anak yang
menjadi sampel dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin,
umur, dan berat badan lahir. Sedangkan karakteristik orangtua dikelompokkan
berdasarkan tinggi badan ibu, tinggi badan ayah, tingkat pendidikan ibu, tingkat
pendidikan ayah, tingkat pendidikan ibu, tingkat pendidikan ayah, pekerjaan ibu,
dan pekerjaan ayah. Karakteristik sampel dan orangtua dapat dilihat pada tabel 4.1
dibawah ini:
Tabel 4.1a Karakteristik sampel penelitian

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Laki-laki

28

45,2

Perempuan
Umur

34

54,8

6 24 bulan

11

17,7

25 36 bulan

18

29

37 48 bulan

19

30,6

49 59 bulan
Berat badan lahir

14

22,6

<2500 gram

14

22,6

>2500 gram

48

77,4

Jenis kelamin

Tabel 4.1b Karakteristik orangtua sampel

27

Frekuensi (n)
1

Persentase (%)

Tinggi badan ibu


Pendek

23

37,1

Normal
Tinggi badan ayah

39

62,9

Pendek

25

40,3

Normal
Pendidikan ibu

37

59,7

Tidak sekolah

6,5

SD

12,9

SMP

19

30,6

SMA

22

35,5

PT
Pendidikan ayah

14,5

Tidak sekolah

1,6

SD

8,1

SMP

15

21

SMA

33

53,2

PT
Pekerjaan ibu

10

16,1

Petani

12,9

IRT

53

85,5

Wiraswasta
Pekerjaan ayah

1,6

Petani

50,0

50,0

Wiraswasta

41,9

41,9

PNS
Jumlah anggota rumah tangga

8,1

< 4 orang

54

87,1

4 orang

12,9

Tabel 4.1a menunjukkan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukan pada
balita didapatkan bahwa sebagian besar sampel berjenis kelamin perempuan
dengan persentase 54,8%, sedangkan anak dengan jenis kelamin laki-laki hanya
45,2%. Proporsi umur balita terbanyak terdapat berturut-turut pada kelompok
umur 37-48 bulan, 25-36 bulan, 49-59, dan 6-24 bulan dengan persentase

28

berturut-turut yaitu 30,6%, 29%, 22,6% dan 17,7%. Berdasarkan berat badan lahir
balita, hasil penelitian menunjukkan 48 balita memliki berat badan lahir >2500
gram dengan persentase 77,4% dan 14 balita memiliki berat badan lahir <2500
gram atau dengan persentase 22,6%.
Tabel 4.1b berisi karakteristik orangtua sampel penelitian yang terdiri atas
karakteristik ayah dan ibu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lebih
banyak ibu dan ayah yang memiliki tinggi badan normal dibandingkan pendek
dengan persentase ibu (62,9%) dan ayah (59,7%). Berdasarkan tingkat pendidikan
orang tua sampel yang terdiri atas tingkat pendidikan ibu dan ayah, terlihat pada
tabel 4.2 bahwa distribusi tingkat pendidikan ibu dan ayah terbanyak adalah SMA
dengan persentase masing-masing 35,5% dan 53,2%. Berdasarkan pekerjaan
orangtua yang terdiri dari pekerjaan ibu dan ayah, didapatkan bahwa mayoritas
ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) dengan persentase 85,5%, sementara
pekerjaan ayah terbanyak adalah petani dengan persentase 50% dan wiraswasta
sebanyak 41,9%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas keluarga
memiliki jumlah anggota rumah tangga 4 orang sebanyak 87,1%, sisanya
sebanyak 12,9 keluarga memiliki anggota rumah tangga <4 orang.

Tabel 4.2 Analisis bivariat untuk faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
stunting
Variabel
1

Stunting (%)

Normal (%)

Uji
kemaknaan

P-Value

Tinggi badan ibu


Pendek

16 (69,9%)

7 (30,4%)

Chi-square

0,035

29

Normal
Tinggi badan ayah

15 (38,5%)

24 (61,5%)

Pendek

18 (72,0%)

7 (28%)

Normal
Status ASI Eksklusif

13 (35,1%)

24 (64,9%)

Tidak

20 (52,6%)

18 (47,4%)

Ya

11 (45,8%)

13 (54,2%)

Chi-square

0,01

Chi-square

0,794

** bermakna p < 0,05


4.1.2 Analisis bivariat
Hasil uji statistik Chi square untuk variabel tinggi badan ibu menunjukkan
bahwa nilai p = 0,034 (p < 0,05) sehingga hipotesis nol ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa pada tingkat kemaknaan 95% terdapat hubungan yang
signifikan antara tinggi badan ibu dengan kejadian stunting pada balita usia 6-59
bulan di Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar.
Hasil uji sta2tistik Chi square untuk variabel tinggi badan ayah
menunjukkan bahwa nilai p = 0,01 (p < 0,05) sehingga hipotesis nol ditolak. Hal
ini menunjukkan bahwa pada tingkat kemaknaan 95% terdapat hubungan yang
signifikan antara tinggi badan ibu dengan kejadian stunting pada balita usia 6-59
bulan di Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar.
Hasil uji Statistik Chi square untuk variabel pemberian ASI eksklusif
menunjukkan bahwa nilai p = 0,794 (p > 0,05) sehingga hipotesis nol diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat kemaknaan 95% tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
stunting pada balita usia 6-59 bulan di Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh
Besar.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan tinggi badan orangtua dengan kejadian stunting
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi badan orangtua, baik ayah
maupun ibu merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting. Hasil
penelitian ini sama dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Nasikhah yang menunjukkan bahwa tinggi badan orangtua memiliki hubungan

30

yang signifikan dengan kejadian stunting pada balita usia 24-36 bulan, dan juga
penelitian oleh Diaz yang menyebutkan bahwa ibu yang pendek secara signifikan
berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. (10) (51)
Pertumbuhan manusia dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan dan
hormon. Genetik merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diubah karena
diturunkan langsung dari orangtua kepada anaknya. Setelah usia 3 tahun tinggi
badan anak berkorelasi secara bermakna dengan tinggi orang tua. (15)
Genetik yang membawa sifat pendek diduga mempengaruhi kerja
hormonal yang sangat berperan dalam pertumbuhan khususnya pertumbuhan
linier. Orangtua yang pendek cenderung akan memiliki anak yang pendek
dikarenakan faktor genetik yang diturunkannya kepada anaknya, sehingga
orangtua hanya dapat memaksimalkan faktor lingkungan untuk mendukung
anaknya mencapai pertumbuhan maksimal yang dapat dicapainya. (27)
4.2.2 Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif bukan
merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting (p > 0,05). Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Zhou, Faldetta, dan Candra yang
menyebutkan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berhubungan secara
signifikan dengan kejadian stunting. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Paudel yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara
ketidaktepatan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting, dimana anak
yang tidak diberi ASI eksklusif berisiko 6,9 kali lebih besar untuk mengalami
stunting. (12)
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama terbukti memberikan
banyak manfaat bagi bayi. ASI mengandung kalori berupa karbohidrat, protein,
dan lemak yang mendukung pertumbuhan bayi dan juga immunoglobulin yang
berperan dalam imunitas tubuh sehingga memberikan kekebalan bagi bayi dari
penyakit seperti diare dan ISPA yang dapat menghambat pertumbuhan bayi.
Namun, pemberian ASI eksklusif hanya dapat mencukupi kebutuhan bayi selama
6 bulan pertama kehidupan bayi, sehingga pemberian MP ASI perlu diberikan
untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi setelah bayi berusia 6 bulan. (41) (42)
(33)

31

ASI eksklusif tidak menjadi faktor risiko kejadian stunting dalam


penelitian ini mungkin disebabkan karena sebagian besar ibu tidak memberikan
ASI eksklusif pada kedua kelompok. Dari hasil wawancara selama penelitian
didapatkan bahwa sebagian besar ibu pada kedua kelompok mencampur
pemberian ASI dengan air putih dan/atau susu formula. ASI yang tidak keluar dan
produksi ASI yang tidak mencukupi menjadi alasan paling banyak ibu tidak
memberikan ASI eksklusif. Pemberian susu formula dapat membantu memenuhi
kebutuhan nutrisi balita sehingga balita dapat tetap tumbuh dengan baik.
Meskipun begitu, kandungan susu formula tidak selengkap kandungan ASI yang
memiliki kandungan immunoglobulin. Selain itu, pemberian ASI eksklusif
mungkin hanya berpengaruh pada usia tertentu yakni usia 0-6 bulan. Pemberian
MP ASI setelah usia 6 bulan yang sesuai dan tepat akan mencegah terjadinya
malnutrisi pada anak. Pola asuh yang tepat dan pemberian makanan bergizi
selanjutnya juga dapat mempengaruhi status gizi anak. (52) (53)

32

4.3 Keterbatasan penelitian


Adapun keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam penelitian ini adalah :
1. Jumlah sampel penelitian yang kecil dan hanya mengambil di beberapa
desa saja di satu kecamatan yang dikarenakan kurang tepatnya antara
jadwal posyandu dan waktu pelaksanaan di lapangan.
2. Salah satu instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
memungkinkan terjadinya interview bias sehingga terdapat kemungkinan
bagi responden untuk tidak jujur dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang terdapat dalam kuesioner-kuesioner penelitian.
3. Terdapat faktor lain yang tidak bisa dikendalikan yang menyebabkan
seorang anak menjadi stunting seperti asupan gizi, penyakit infeksi, MP
ASI, panjang badan lahir, riwayat penyakit kronis pada balita dan ibu
selama kehamilan yang dapat menimbulkan bias dalam penelitian.

33

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu
sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara tinggi badan orangtua dengan kejadian
stunting pada balita usia 6-59 bulan di Kecamatan Kuta Baro,
Kabupaten Aceh Besar.
2. Tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian stunting pada balita usia 6-59 bulan di Kecataman Kuta Baro,
Kabupaten Aceh Besar.
5.2 Saran
1.

Perlu penelitian lebih lanjut mengenai variabel lain yang berhubungan


dengan kejadian stunting pada balita dan pengendalian terhadap
permasalahan yang dapat memberikan efek bias terhadap hasil
penelitian.

2.

Bagi peneliti lainnya disarankan untuk menambah jumlah sampel dan


cakupan area penelitian yang lebih luas

3.

Bagi tenaga medis, instansi terkait dan masyarakat terutama orangtua


disarankan untuk melakukan pemantauan tinggi badan anak secara
rutin dan lebih lanjut agar dapat diketahui permasalahan yang
berkaitan sehingga dapat dilakukan intervensi yang sesuai.

34

DAFTAR PUSTAKA
1. Ali M. In Pendidikan untuk Pembangunan nasional menuju bangsa Indonesia
yang mandiri dan berdaya saing tinggi. Jakarta: Penerbit Intima; 2009. p. 115118.
2. Dewey KG, Begum K. Why stunting matters. A&T technical brief. 2010
September;(2): p. 1-7.
3. Onis Md, Blssner M, Borghi E. Prevalence and trends of stunting among
pre-school children, 1990-2020. Public Health Nutrition. 2011 April; 15: p. 17.
4. Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:, Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan; 2013.
5. Manary MJ, Solomons NW. Aspek kesehatan masyarakat pada gizi kurang. In
Gibney MJ, Margetts B, Kearney JM, Arab L, editors. Gizi kesehatan
masyarakat. Jakarta: EGC; 2009. p. 216-232.
6. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Antropometri gizi. In Penilaian status gizi.
Jakarta: EGC; 2002. p. 28-57.
7. Hanum F, Khomsan A, Heryatno Y. Hubungan asupan gizi dan tinggi badan
ibu dengan status gizi anak balita. Jurnal Gizi dan Pangan. 2014 Maret; 9(1):
p. 1-6.
8. WHO. The landscape analysis Indonesian country assessment. Geneva:; 2010.
9. Bloem M. Preventing stunting: why it matters, what it takes. In Eggersdorfer
M, Kraemer K, Ruel M, Ameringen MV, Biesesalki HK, Bloem M, et al.,
editors. The road to good nutrition. Switzerland: Karger; 2013. p. 13-23.
10. Nasikhah R, Margawati A. Faktor risiko kejadian stunting pada balita usia 2436 bulan di Kecamatan Semarang TImur. Journal of Nutrition College. 2012;
1(1): p. 176-184.
11. Paudel R, Pradhan B, Wagle R, Pahari D, Onta S. Risk factors for stunting
among children: a community based case control study in Nepal. Kathmandu
University Medical Journal. 2012 July-September; 10(39): p. 18-24.
12. Zhou , Wang XL, Ye , Zeng , Wang. Relationship between child feeding
practices and malnutrition in 7 remote and poor counties, P R China. Asia
Pacific Journal of Clinical Nutrition. 2012; 21(2): p. 234-240.
13. Chumlea WC, LaMonte M. Physical growth and maturation. In Samour PQ,
King K, editors. Pediatric nutrition. Canada: John and Bartlett Learning;
2012. p. 23-34.
14. Soetjiningsih. In Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC; 1995. p. 1-36.
15. Overby KJ. Supervisi kesehatan anak. In Rudolph AM, Hoffman JIE,
Rudolph CD, editors. Buku ajar pediatri Rudolph. Jakarta: EGC; 2006. p. 114.
16. Grimberg A, Lifshitz F. Worrisome growth. In Lifshitz F, editor. Pediatric
endocrinology. New York: Informa Health USA; 2007. p. 1-50.
17. Adriana D. In Tumbuh kembang dan terapi bermain pada anak. Jakarta:
Salemba Medika; 2011. p. 8-9.
18. Hassan R, Alatas H, editors. In Ilmu kesehatan anak. Jakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI; 2007. p. 145.

35

19. Rapaport R, Bowlby DA. Clinical aspect of growth and growth disorders. In
Pescovitz OH, Eugster EA, editors. Pediatric endocrinology. Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins; 2004. p. 172-192.
20. Maqbool A, Olsen IE, Stalling VA. Clinical assessment of nutritional status.
In Duggan C, Watkins JB, Walker WA, editors. Nutrition in pediatrics 4: basic
sciences, clinical application. Hamilton: BC Decker Inc; 2008. p. 2-14.
21. Nelms M, Habash D. Nutrition assessment: foundation of the nutrition care
process. In Nelms M, Sucher K, Lacey K, Roth SL, editors. Nutrition
theraphy & patophysiology.: Cengage Learning; 2011. p. 34-65.
22. Anggraeni AC. In Asuhan gizi. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2012. p. 6-12.
23. Kemenkes RI. Keputusan menteri kesehatan republik Indonesia Nomor:
1995/MENKES/Sk/XII/2010 tentang standar antropometri penilaian status
gizi anak. Jakarta:, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak; 2011.
24. Liubai L, Li H, Ushijima H. Anthropometry and the prevalens of child
protein-energy malnutrition in China and Japan. In Preedy VR, editor.
Handbook of anthropometry: physical measures of human form in health and
desease. London: Springer Ling; 2012. p. 2910-2916.
25. Soenardi T. In Makanan selingan balita. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama;
2005. p. 16-23.
26. Tejasari. In Nilai gizi pangan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2005. p. 41-70.
27. Underwood JCE. In Patologi umum dan sistematik. Jakarta: EGC; 1999. p.
93-96.
28. Black RE, Allen HL, Bhutta ZA, Caulfield LE, Onis Md, Ezzati M, et al.
Maternal and child undernutrition: global and regional exposures and health
consequences. The Lancet. 2008 January; 371(9608): p. 243-260.
29. Rosha BC, Hardinsyah , Baliwati YF. Analisis determinan stunting anak 0-23
bulan pada daerah miskin. Penel Gizi Makan. 2012; 35(1): p. 34-41.
30. Bosch M. In Adolescents' reproductive health in rural Bangladesh : the impact
of early childhood nutritional anthropometry. Amsterdam: Dutch University
Press; 2005. p. 150-160.
31. Ferreira , Moura , Junior CRC, Florencio MMT, Vieira , Assuncao MLd. Short
stature of mothers from an area endemic for undernutrition is associated with
obesity, hypertension and stunted children: a population-based study in the
semi-arid region of Alagoas, Northeast Brazil. British Journal of Nutrition.
2009; 101: p. 1239-1245.
32. Varela-Silva MI, Azcorra H, Dickinson F, Barry B, Frisancho AR. Influence
of maternal stature, pregnancy age, and infant birth weight on growth during
childhood in Yucatan, Mexico: a test of the intergenerational effect
hypothesis. American JournalL of Human Biology. 2009; 21: p. 657663.
33. Tando NM. Durasi dan frekuensi sakit balita dengan terjadinya stunting pada
anak SD di Kecamatan Malalayang Kota Manado. GIZIDO. 2012 Mei; 4(1):
p. 338-348.
34. Dang SN, Yan H. Sex difference on nutritional status, feeding practice and
health care of rural children younger than 3 years old in western China.
Zhonghua Liu Xing Bing Xue Za Zhi. 2007 January; 28(1): p. 10-14.

36

35. Ramli , Agho EK, Inder KJ, Bowe SJ, Jacobs J, Dibley MJ. Prevalence and
risk factors for stunting and severe stunting among under-fives in North
Maluku province of Indonesia. BMC Pediatrics. 2009 October; 9(64): p.
1471-2431.
36. Wamani H, strm AN, Peterson S, Tumwine JK, Tylleskr T. Boys are more
stunted than girls in Sub-Saharan Africa: a meta-analysis of 16 demographic
and health surveys. BMC Pediatrics. 2007 April; 7(17): p. 1-10.
37. Roesli U. In Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Tubulus Agriwidya; 2000. p. 14.
38. Mathur NB, Dhingra D. Breastfeeding. Indian Journal Pediatric. 2014
February; 81(2): p. 143-149.
39. WHO/UNICEF/USAID. Indicators for assessing infant and young child
feeding practices. Geneva: WHO; 2008. Report No.: ISBN 978 92 4 159929
0.
40. Purwanti HS. In Konsep penerapan ASI eksklusif : buku saku untuk bidan.
Jakarta: EGC; 2004. p. 1-5.
41. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. 6th ed. Yesdelita N, editor.
Jakarta: EGC; 2011.
42. WHO. In Infant and young child feeding : model chapter for textbook for
medical students. Geneva: WHO library cataloguing-in-publication data;
2009. p. 9-17.
43. Subroto MA. In Real food true health. Jakarta: Agromeda Pustaka; 2008. p.
28-35.
44. Hendarto A, Pringgadini DK. Ikatan Dokter Anak Indonesia. [Online]. [cited
2014 April 8. Available from: http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/nilainutrisi-air-susu-ibu.html.
45. Stewart C, Iannotti L, Dewey K, Michaelsen K, Onyango A. Contextualising
complementary feeding in a broader framework for stunting prevention.
Maternal and Child Nutrition. 2013 September; 9(2): p. 27-45.
46. Notoadtmodjo S. In Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
2010. p. 41-42.
47. Sastroasmoro S, Ismael S. In Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. 4th
ed. Jakarta: CV. Sagung Seto; 2011. p. 146-164.
48. Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian
kedokteran dan Kesehatan. 3rd ed. Jakrta: Salemba Medika; 2013.
49. Data Pemantauan Status Gizi. Puskesmas Kuta Baro; 2014.
50. Caballero B. International nutrition. In Duggan C, Watkins JB, Walker WA,
editors. Nutrition in pediatrics 4. Ontario; 2008. p. 121-126.
51. Hernndez-Daz S, Peterson K, Dixit S, Hernndez B, Parra S, Barquera S, et
al. Association of maternal short stature with stunting in Mexican children:
common genes vs common environment. European Journal of Clinical
Nutrition. 1999 Juni 22; 53: p. 938-945.
52. Al-Anshori H. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 12-24 Bulan
(Studi di Kecamatan Semarang Timur). 2013 September.

37

53. Candra A, Puruhita N, Susanto J. Risk factor of stunting among 1-2 years old
children in Semarang city. Media Medika Indonesiana. 2011 2011; 45(3): p.
206-212.

LAMPIRAN 1

38

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

2014-2015

Jadwal Penelitian
8
Studi Pustaka
Penyusunan Proposal
Seminar Proposal
Pengambilan data
Pengolahan data
Penyusunan Skripsi
Sidang Skripsi

10

11

12

39

LAMPIRAN 2
LEMBAR PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth:
Orang Tua Calon Responden Penelitian
diTempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama

: Rahmayani Isma

NIM

: 1107101010195

Alamat

: Jl. T. Syarief No. Jeulingke, Banda Aceh

Adalah mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran


Universitas Syiah Kuala yang akan mengadakan penelitian untuk menususn
skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran.
Adapun penelitian ini berjudul: Hubungan Tinggi Badan Orang Tua dan
Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting Pada Balita
Usia 6-59 Bulan di Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar
Untuk itu saya meminta kesediaan Ibu dan Bapak untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini dengan menjawab pertanyaan tanpa ada paksaan dari pihak
manapun. Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian pada Ibu dan Bapak,
kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian.
Atas kesediaan Ibu dan Bapak serta kerjasama yang baik saya ucapkan
terima kasih.
Banda Aceh,

2015

Hormat Saya,

(Rahmayani Isma)
Peneliti

40

LAMPIRAN 3
PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
No. Sampel

Nama

Alamat

No. Hp

Dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan bersedia/tidak bersedia*
mengikuti penelitian serta menjawab pertanyaan yang hasilnya akan dijadikan
data dalam penelitian yang berjudul Hubungan Tinggi Badan Orang Tua dan
Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting Pada Balita
Usia 6-59 Bulan di Kecamatan Kutabaro Kabupaten Aceh Besar yang
dilakukan oleh Rahmayani Isma mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dapat
dipergunakan seperlunya.Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Banda Aceh,

2015

(Nama Responden)

Keterangan:
*coret yang tidak perlu

41

LAMPIRAN 4
KUESIONER DATA ANAK
HUBUNGAN TINGGI BADAN ORANG TUA DAN RIWAYAT
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN
STUNTING PADA BALITA USIA 6-59 BULAN DI
KECAMATAN KUTA BAROKABUPATEN
ACEH BESAR
Nomor Responden

Tanggal Pemeriksaan

A. Identitas Anak
1. Nama anak
2. Jenis kelamin
3. Tempat/Tanggal lahir
4. Umur
5. Berat badan lahir
6. Alamat
7. Anak ke
B. Identitas Orang Tua

:
:
:
:
:
:
:

Tahun

Bulan

dari

bersaudara

Ayah
1.
2.
3.
4.
5.

Nama
Alamat
No. Hp
Pekerjaan ayah
Pendidikan ayah
a. Tidak sekolah
b. SD/Sederajat
c. SMP/Sederajat
d. SMA/Sederajat
e. Akademi
f. Perguruan tinggi

:
:
:
:
: (lingkari salah satu pilihan)

Ibu
1.
2.
3.
4.
5.

Nama
Alamat
No. Hp
Pekerjaan ibu
Pendidikan ibu
a. Tidak sekolah

:
:
:
:
:(lingkari salah satu pilihan)

Hari

42

b. SD/Sederajat
c. SMP/Sederajat
d. SMA/Sederajat
e. Akademi
f. Perguruan tinggi
6. Jumlah tanggungan dalam keluarga :. Orang
C. Pengukuran Antropometri
1. Tinggi badan anak :
cm
2. Berat badan anak
:
kg
3. Lingkar kepala anak :
cm
4. Tinggi badan ibu
:
cm
5. Berat badan ibu
:
kg
6. Tinggi badan ayah :
cm
7. Berat badan ayah
:
kg

43

LAMPIRAN 5
Tabel Standar Panjang Badan Menurut Umur (PB/U)
Anak Laki-laki Umur 0-24 Bulan
Umur
(Bulan)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24*

-3 SD
44.2
43.9
52.4
55.3
57.6
59.6
61.2
62.7
64.0
65.2
66.4
67.6
68.6
69.6
70.6
71.6
72.5
73.3
74.2
75.0
75.8
76.5
77.2
78.0
78.7

-2 SD
46.1
50.8
54.4
57.3
59.7
61.7
63.3
64.8
66.2
67.5
68.7
69.9
71.0
72.1
73.1
74.1
75.0
76.0
76.9
77.7
78.6
79.4
80.2
81.0
81.7

Panjang Badan (cm)


-1 SD
Median
1 SD
48.0
49.9
51.8
52.8
54.7
56.7
56.4
58.4
60.4
59.4
61.4
63.5
61.8
63.9
66.0
63.8
65.9
68.0
65.5
67.6
69.8
67.0
69.2
71.3
68.4
70.6
72.8
69.7
72.0
74.2
71.0
73.3
75.6
72.2
74.5
76.9
73.4
75.7
78.1
74.5
76.9
79.3
75.6
78.0
80.5
76.6
79.1
81.7
77.6
80.2
82.8
78.6
81.2
83.9
79.6
82.3
85.0
80.5
83.2
86.0
81.4
84.2
87.0
82.3
85.1
88.0
83.1
86.0
89.0
83.9
86.9
89.9
84.8
87.8
90.9

2 SD
53.7
58.6
62.4
65.5
68.0
70.1
71.9
73.5
75.0
76.5
77.9
79.2
80.5
81.8
83.0
84.2
85.4
86.5
87.7
88.8
89.8
90.9
91.9
92.9
93.9

Keterangan : *Pengukuran PB dilakukan dalam keadaan anak terlentang

3 SD
55.6
60.6
64.4
67.6
70.1
72.2
74.0
75.7
77.2
78.7
80.1
81.5
82.9
84.2
85.5
86.7
88.0
89.2
90.4
91.5
92.6
93.8
94.9
95.9
97.0

44

Tabel Standar Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)


Anak Laki-laki Umur 24-60 Bulan
Umur
(Bulan
)
24*
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

Panjang Badan (cm)


-3 SD

-2 SD

-1 SD

Median

1 SD

2 SD

3 SD

78.0
78.6
79.3
79.9
80.5
81.1
81.7
82.3
82.8
83.4
83.9
84.4
85.0
85.5
86.0
86.5
87.0
87.5
88.0
88.4
88.9
89.4
89.8
90.3
90.7
91.2
91.6
92.1
92.5
93.0
93.4
93.9
94.3
94.7
95.2
95.6
96.1

81.0
81.7
82.5
83.1
83.9
84.5
85.1
85.7
86.4
86.9
87.5
88.1
88.7
89.2
89.8
90.3
90.9
91.4
91.9
92.4
93.0
93.5
94.0
94.4
94.9
95.4
95.9
96.4
96.9
97.4
97.8
98.3
98.8
99.3
99.7
100.2
100.7

84.1
84.9
85.6
86.4
87.1
87.8
88.5
89.2
89.9
90.5
91.1
91.8
92.4
93.0
93.6
94.2
94.7
95.3
95.9
96.4
97.0
97.5
98.1
98.6
99.1
99.7
100.2
100.7
101.2
101.7
102.3
102.8
103.3
103.8
104.3
104.8
105.3

87.1
88.0
88.8
89.6
90.4
91.2
91.9
92.7
93.4
94.1
94.8
95.4
96.1
96.7
97.4
98.0
98.6
99.2
99.9
100.4
101.0
101.6
102.2
102.8
103.3
103.9
104.4
105.0
105.6
106.1
106.7
107.2
107.8
108.3
108.9
109.4
110.0

90.2
91.1
92.0
92.9
93.7
94.5
95.3
96.1
96.9
97.6
98.4
99.1
99.8
100.5
101.2
101.8
102.5
103.2
103.8
104.5
105.1
105.7
106.3
106.9
107.5
108.1
108.7
109.3
109.9
110.5
111.1
111.7
112.3
112.8
113.4
114.0
114.6

93.2
94.2
95.2
96.1
97.0
97.9
98.7
99.6
100.4
101.2
102.0
102.7
103.5
104.2
105.0
105.7
106.4
107.1
107.8
108.5
109.1
109.8
110.4
111.1
111.7
112.4
113.0
113.6
114.2
114.9
115.5
116.1
116.7
117.4
118.0
118.6
119.2

96.3
97.3
98.3
99.3
100.3
101.2
102.1
103.0
103.9
104.8
105.6
106.4
107.2
108.0
108.8
109.5
110.3
111.0
111.7
112.5
113.2
113.9
114.6
115.2
115.9
116.6
117.3
117.9
118.6
119.2
119.9
120.6
121.2
121.9
122.6
123.2
123.9

Keterangan : *Pengukuran TB dilakukan dalam keadaan anak berdiri


Tabel Standar Panjang Badan menurut Umur (PB/U)

45

Anak Perempuan Umur 0-24 Bulan


Umur
(Bulan)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24*

-3 SD
43.6
47.8
51.0
53.5
55.6
57.4
58.9
60.3
61.7
62.9
64.1
65.2
66.3
67.3
68.3
69.3
70.2
71.1
72.0
72.8
73.7
74.5
75.2
76.0
76.7

-2 SD
45.4
49.8
53.0
55.6
57.8
59.6
61.2
62.7
64.0
65.3
66.5
67.7
68.9
70.0
71.0
72.0
73.0
74.0
74.9
75.8
76.7
77.5
78.4
79.2
80.0

Panjang Badan (cm)


-1 SD Median
1 SD
47.3
49.1
51.0
51.7
53.7
55.6
55.0
57.1
59.1
57.7
59.8
61.9
59.9
62.1
64.3
61.8
64.0
66.2
63.5
65.7
68.0
65.0
67.3
69.6
66.4
68.7
71.1
67.7
70.1
72.6
69.0
71.5
73.9
70.3
72.8
75.3
71.4
74.0
76.6
72.6
75.2
77.8
73.7
76.4
79.1
74.8
77.5
80.2
75.8
78.6
81.4
76.8
79.7
82.5
77.8
80.7
83.6
78.8
81.7
84.7
79.7
82.7
85.7
80.6
83.7
86.7
81.5
84.6
87.7
82.3
85.5
88.7
83.2
86.4
89.6

2 SD
52.9
57.6
61.1
64.0
66.4
68.5
70.3
71.9
73.5
75.0
76.4
77.8
79.2
80.5
81.7
83.0
84.2
85.4
86.5
87.6
88.7
89.8
90.8
91.9
92.9

Keterangan : *Pengukuran PB dilakukan dalam keadaan anak terlentang

3 SD
54.7
59.5
63.2
66.1
68.6
70.7
72.5
74.2
75.8
77.4
78.9
80.3
81.7
83.1
84.4
85.7
87.0
88.2
89.4
90.6
91.7
92.6
94.0
95.0
96.1

46

Tabel Standar Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)


Anak Perempuan Umur 24-60 Bulan
Umur
(Bulan)
24*
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

-3 SD
76.0
76.8
77.5
78.1
78.8
79.5
80.1
80.7
81.3
81.9
82.5
83.1
83.6
84.2
84.7
85.3
85.8
86.3
86.8
87.4
87.9
88.4
88.9
89.3
89.8
90.3
90.7
91.2
91.7
92.1
92.6
93.0
93.4
93.9
94.3
94.7
95.2

-2 SD
79.38
80.0
80.8
81.5
82.2
82.9
83.6
84.3
84.9
85.6
86.2
86.8
87.4
88.0
88.6
89.2
89.8
90.4
90.9
91.5
92.0
92.5
93.1
93.6
94.1
94.6
95.1
95.6
96.1
96.6
97.1
97.6
98.1
98.5
99.0
99.5
99.9

Panjang Badan (cm)


-1 SD Median
1 SD
82.5
85.7
88.9
83.3
86.6
89.9
84.1
87.4
90.8
84.9
88.3
91.7
85.7
89.1
92.5
86.4
89.9
93.4
87.1
90.7
94.2
87.9
91.4
95.0
88.6
92.2
95.8
89.3
92.9
96.6
89.9
93.6
97.4
90.6
94.4
98.1
91.2
95.1
98.9
91.9
95.7
99.6
92.5
96.4
100.3
93.1
97.1
101.0
93.8
97.7
101.7
94.4
98.4
102.4
95.0
99.0
103.1
95.6
99.7
103.8
96.2
100.3
104.5
96.7
100.9
105.1
97.3
101.5
105.8
97.9
102.1
106.4
98.4
102.7
107.0
99.0
103.3
107.7
99.5
103.9
108.3
100.1
104.5
108.9
100.6
105.0
109.5
101.1
105.6
110.1
101.6
106.2
110.7
102.2
105.7
111.3
102.7
107.3
111.9
103.2
107.8
112.5
103.7
108.4
113.0
104.2
108.9
113.6
104.7
109.4
114.2

2 SD
92.2
93.1
94.1
95.0
96.0
96.9
97.7
98.6
99.4
100.3
101.1
101.9
102.7
103.4
104.2
105.0
105.7
106.4
107.2
107.9
108.6
109.3
110.0
110.7
111.3
112.0
112.7
113.3
114.0
114.6
115.2
115.9
116.5
117.1
117.7
118.3
118.9

Keterangan : * Pengukuran TB dilakukan dalam keadaan anak berdirI

3 SD
95.4
96.4
97.4
98.4
99.4
100.3
101.3
102.2
103.1
103.9
104.8
105.6
106.5
107.3
108.1
108.9
109.7
110.5
111.2
112.0
112.7
113.5
114.2
114.9
115.7
116.4
117.1
117.7
118.4
119.1
119.8
120.4
121.1
121.8
122.4
123.1
123.7

47

LAMPIRAN 6
Kuesioner Pemberian ASI Eksklusif
1. Apakah ibu memberikan ASI pada anak ibu saat berusia 0-6 bulan?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah ibu hanya memberikan ASI saja pada anak ibu?
a. Ya
b. Tidak
*jika menjawab tidak, abaikan pertanyaan no 3.
3. Apakah ibu pernah memberi makanan lain selain ASI pada bayi ini ketika
usianya kurang dari 6 bulan?
a. Ya
b. Tidak
4.
a.
b.
c.

Jika ada, makanan/minuman apa yang ibu berikan?


Buah-buahan, bubur olahan pabrik
Teh, madu, atau air putih
Susu formula

5.
a.
b.
c.

Alasan ibu memberikan makanan/minuman tersebut?


ASI tidak keluar
Ibu bekerja
Anak menangis terus

6. Sejak usia berapa ibu mulai memberikan makanan atau minuman selain ASI
pada bayi?
a. Kurang dari 6 bulan
b. Lebih dari 6 bulan

Anda mungkin juga menyukai